skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

30
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia Merupakan Suatu Gangguan Psikotik Yang Kronik, sering mereda namun hilang timbul dengan manifesatsi klinis yang amat luas variasinya. Penyesuaian pramorbit, gejala dan perjalanan penyakit amat bervariasi. Skizofrenia merupakan suatu kelompok dari gangguan yang heterogen. Walaupun insidensnya hanya 1 per 1000 penduduk di Amerika serikat diaman saja di dunia inni, Szizofrenia banyak ditampilkan pada UGD karena hebatnya gejala, ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, tidak ada daya tilik diri dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari lingkungannya. Penampilan di UGD atau praktek dokter yang termasuk halusiansi yang amat menganggu (yang sering cukup keras dan mengalihkan perhatian pasien, menghina atau mengancam), perilaku bizar, inkoheransi, agitasi, dan perawatan diri terbengkalai. (1) Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. 1

Transcript of skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

Page 1: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia Merupakan Suatu Gangguan Psikotik Yang Kronik, sering

mereda namun hilang timbul dengan manifesatsi klinis yang amat luas variasinya.

Penyesuaian pramorbit, gejala dan perjalanan penyakit amat bervariasi.

Skizofrenia merupakan suatu kelompok dari gangguan yang heterogen. Walaupun

insidensnya hanya 1 per 1000 penduduk di Amerika serikat diaman saja di dunia

inni, Szizofrenia banyak ditampilkan pada UGD karena hebatnya gejala,

ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, tidak ada daya tilik diri

dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari

lingkungannya. Penampilan di UGD atau praktek dokter yang termasuk halusiansi

yang amat menganggu (yang sering cukup keras dan mengalihkan perhatian

pasien, menghina atau mengancam), perilaku bizar, inkoheransi, agitasi, dan

perawatan diri terbengkalai.(1)

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat

dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat

ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi

fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya

sekitar 1% dari kelompok lanjut usia. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan

yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang

tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.(2)

Pembagian skizofrenia menurut Kraepelin menjadi beberapa jenis.

Penderita digolongkan kedalam salah satu jenis menurut gejala utama yang

terdapat padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas,

gejala-gejala dapat begranti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat

digolongkan kedalam salah satu jenis.(3)

1

Page 2: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

Meskipun katatonia secara historis dikaitkan dengan skizofrenia dan

terdaftar sebagai subtipe dari gangguan, dapat terjadi pada pasien dengan

gangguan mood utama dan dalam hubungannya dengan penyakit saraf dan kondisi

medis umum lainnya. Akibatnya, katatonia sekunder untuk kondisi medis umum

dimasukkan sebagai kondisi baru dan katatonia ditambahkan sebagai specifier

episode gangguan mood besar di DSM-IV. Set yang berbeda dari kriteria yang

digunakan untuk mendiagnosa katatonia skizofrenia dan suasana hati primer

Gangguan terhadap kondisi medis / neurologis di DSM-IV, bagaimanapun, dan

katatonia adalah subtipe codable skizofrenia tetapi specifier untuk gangguan mood

besar tanpa coding. Sebagian karena ini berbeda-beda pengobatan di manual

DSM-IV, katatonia sering tidak diakui oleh dokter. Selain itu, katatonia diketahui

terjadi di beberapa kondisi selain skizofrenia, gangguan mood mayor, atau

sekunder untuk kondisi medis umum. Oleh karena itu empat perubahan yang

dibuat dalam pengobatan katatonia di DSM-5.(4)

2

Page 3: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFENISI

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belumdiketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis)

yang luas, serta sejumlah akibatyang tergantung pada pertimbangan pengaruh

genetik, fisik, dan sosial budaya. Padaumumnya ditandai oleh penyimpangan

yang foundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek

yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaranyang jernih

dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemundurankognitif tertentu dapat berkembang kemudian.(2)

Konsep katatonia pertama kali dijelaskan oleh Kahlbaum (1874).

Katatonia merupakan kondisi yang ditandai oleh perubahan pada tonus otot,

contoh kedudukan postur yang berdiam atau tak bergerak, stupor, atau

kekauan. Katalepsi merupakan satu istilah umum yang mejelaskan kondisi

posisi tubuh yang tak bergerak tapi aneh atau canggung dan dipertahankan

untuk jangka waktu yang lama. Satu tipe katalepasi yang khas ialah

fleksibbilitas serea, yang sebagian tubuh dapat digerakkan dan bila dilepaskan

akan dipertahankan dalam keadaan atau posisi itu seperti dibuat oleh bahan

lilin.(1, 5)

Skizofrenia katatonik ialah merupakan satu tipe skizofrenia yang ditandai

oleh keteganagn otot (katatonia), negativisma, dan stupor atau gaduh. Jenis

katatonik (skizofrenia katatonik atau katatonia) : timbulnya pertamakali antara

umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres

emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisa katatonik atau stupor katatonik.(3)

3

Page 4: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

II.2 ETIOLOGI

Etiologi dari skizofrenia adalah :(3)

1. Keturunan : dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga

menetukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan

penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama

anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-

1,8% bagi saudara kandung 7-15% bagi anak dengan salah satu oang tua

yang menderitaskizofrenia 7-16% bila kedua orang tua menderita

skizofrenia 40-68% bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15% bagi

kembar satu telur (monozigot) 61-86%.

Tetapi pengaruh keturunan tidak sesederhana seperti hukm-hukum mandel

tentang hal ini. Disangka bahwa potensi untuk mendapatkan skizofrenia

diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui gene yang resesif. Potensi

ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada

lingkungan individu itu apakah akan terjadi skizofrenia atau tidak (mirip

hal genetik pada diabetes melitus)

2. Endokrin : dahulu dikira bahwa skozofrenia mungkin disebabkan oleh

suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukanan berhubung dengan sering

dikemukakan timbulnya skizofrenia pada waktu puertas, waktu kehamilan

atau puerperium dan waktu klimakterium. Tetaoi hal ini tidak dapat

dibuktikan.

3. Metabolisme : ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan

oleh suatu gangguan metabolisme, karena penderita denagan skizofrenia

tampak dengan pucat dan tidak sehat. Ujung ektremitas agak sianosis.

Nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada penderita dengan

stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesis ini tidak

dibenarkan oleh banyak sarjana. Teori metabolisme mendapat perhatian

lagi berhubungan dengan penelitian dengan memakai obat halusinogenik,

sepertimeskalin dan asam diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat

menimbulkan gejala-gejala yang mirip denag gejala0gejala skizofrenia,

4

Page 5: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

tetapi reversibel mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu “inborn error

of metabolism’’, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.

4. Susunan saraf pusat : ada yang meneliti penyebab skizofrenia ke arah

susunan saraf pysat, yaitu didasarkan pada diencphalon atau kortex otak \.

Tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungkin disebabkan oleh

perubahan-perubahan postmortem atau merupakan artefak pada waktu

membuat sediaan.

5. Teori adolf mayer : skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit

badaniah, kata mayer (1906) sebab dari dahulu hingga sekarang para

sarjana tidak dapat menemukan kelainan patologis-anatomis atau fisiologis

yang khas pada susunan saraf pusat.

6. Teori sigmund freud : juga termasuk teori psikogenik. Bila kita memakai

teori freud maka pada skozofrenia terdapat

- Kelemahan ego ang dapat timbul akibat penyebab psikogenik ataupun

somatik

- Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id yang

berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisime

- Keholangan kapsitas untuk pemindahan (“transferensce”) sehingga teraoi

psikoanalitik tidak mungkin.

7. Eugen Bleuler : bleuler mengemukakan bahwa gejala primer merupakan

manifestasi penyakit badaniah, sedangkan gejala-gejala sekunder ialah

manifestasi dari usaha penderita untuk menyesuaikan diri terhadap

gangguan primer tadi.

8. Ada teori teori lain yang menganggap skizofrenia sebagai suatu sindroma

yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, antara lain

keturunan , pendidikan, yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit

badaniah seperti lesi otak, arterosklerosa otak dan penyakit yang lain yang

belum diketahui.

9. Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan

psikosomatik, gejala-gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan

5

Page 6: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

dasar yang psikogenik atau merupakan manifestasi somatik dari gangguan

psikogenik.

II.3 EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi skizofrenia telah berkembang selama dua dekade terakhir.

Prevalensi skizofrenai adalah sekitar lima per seribu populasi.puncak kejadian

untuk laki-laki yaitu pada umur 15-24 tahun, pada dewasa muda khsusnya

untuk laki-laki, sadangkan pada wanita puncak kedua yaitu umur 55-65

tahun. Bukti menunjukkan bahwa laki-laki memiliki resiko seumur hidup

lebih tinggi yaitu 30%-40%. Onset skizofrenia bervariasi, sekitar 50%

memiliki onset akut, dan 50% dengan prodromal yang panjang.(6)

Skizofrenia katatonik mempengaruhi sekitar 10%-15% dari pasien

dengan skizofrenia. Ini ditandai dengan gejala negatif seperti imobilitas

motorik sebagai katalepsi atau pingsan. sifat bisu,negativisme. Persentase

katatonik skizofrenia lebih kecil dibandingkan dengan subtipe lain.(7, 8) -

Skizofrenia mamiliki prefalensi yang hampir sama antara laki-laki dan wanita

yaitu 1.4;1. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam

onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal dari

pada wanita.Individu dengan skizofrenia memiliki resiko kematian 2-3 kali

lipat dibanding dengan orang normal.(9)

II.4 PATOFISIOLOGI

Penyebab pasti dari katatonia belum diketahui, menurut Northoff (2002),

sebuah 'modulasi top-down'dari ganglia basalis akibat kekurangan gamma-

aminobutyric acid (GABA) di kortikal, yang marupakan neurotransmitter

inhibisi utama otak, dapat menjelaskan gejala motorik dari katatonia.

Penjelasan ini menjelaskan terapeutik efek benzodiazepin, yang

menyebabkan peningkatan aktivitas GABA. Demikian pula, hiperaktif

glutamat, rangsang utama neurotransmitter, juga telah diusulkan sebagai

disfungsi neurokimia yang mendasari (Northoff et al, 1997). Osman &

6

Page 7: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

Khurasani (1994) menyatakan bahwa katatonia disebabkan oleh adanya

blokade yang besar dan terjadi secara tiba-tiba terhadap dopamin. Hal ini

menjelaskan mengapa dopamine-blocking antipsikotik umumnya tidak

menguntungkan di katatonia. Memang, dengan kekurangan dopamin,

antipsikotik sebenarnya memicu memburuknya kondisi. Penarikan clozapine

katatonia ini disebabkan oleh kolinergik dan serotonergik Rebound

hiperaktivitas (Yeh et al, 2004). Dalam katatonia kronis dengan pidato yang

merupakan kelainan yang menonjol. Tomografi emisi positron (PET) telah

mengidentifikasi kelainan dalam metabolisme bilateral di thalamus dan

frontal lobus (Lauer et al, 2001). Sebuah hipotesis yang sangat menarik yang

diajukan oleh Moskowitz (2004) menunjukkan bahwa katatonia mungkin

dipahami sebagai evolusi respon rasa takut, berasal pertemuan leluhur dengan

karnivora yang naluri predator yang dipicu oleh gerakan. Tanggapan ini,

masih tersisah, sekarang dinyatakan dalam berbagai psikiatris besar atau

medis kondisi, di mana katatonik stupor mungkin merupakan respon 'end-

stated’.(7)

II.5 GEJALA KLISNIS

Tanda dan gejala skizofrenia katatonik termasuk mutisma, gaduh,

fleksibilitas area, stupor, stupor silih berganti dengan faror, negativisma,

manerisma, dan stereotipi. Gangguan afektif dapat menampilkan diri sebaagai

katatoni juga. Diagnosis banding termasuk koma akibat penyebab organik,

psikotik toksik, spastisitas (kekauan) dan akinesia akibat antipsikotika,

gangguna konversi, keadaan disosiatif, berpura-pura (malingering), dan

ganggun buatan (factitous disorder).(1)

a. Stupor katatonik. : pada stupor katatonik penderita tidak menunjukkan

perhatian sama sekali terhadap lingkungannya. Emosinya sangat dangkal,

gejala yang penting ialah gejala psikomotor seperti :

- Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup

- Muka tanpa mimik, seperti topeng

7

Page 8: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

- Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali uuntuk waktu yang lama,

bebrapa hari, bahkan kadang-kadang sampai beberapa bulan

- Bila diganti posisinya penderita menentang : negativisme

- Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul didalam

mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan

- Terdapat grimas dan katalepsi.

Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor inin

dan mulai berbicara dan bergerak.

b. Gaduh-gelisa katatonik : terdapa hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai

dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari

luar.(3)

II.6 DIAGNOSIS

A. PPDGJ-III.(2)

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk

ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar

oleh sesuatu dari luar diririnya (withdrawl)

- “thought broadcasting” = isi pikiranya tersiar keluar sehingga

orang lain atau umum mengetahuinya;

(b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

- “delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

sesuatu kekuatan tertentu dari luar atau

8

Page 9: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; tentang ”dirinya” = secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan

atau pengindraan khusus.

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik :

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien, atau

- mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh

(d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(e) halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu

minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

(f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan

stupor;

9

Page 10: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

(h) gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat

sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri

secara sosial.

F20.2 skizofrenia katatonik

Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :

(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan

kearah yang berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya);

10

Page 11: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

(f) Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak

dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-

kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai

diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting

untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik

untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,

gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi

pada gangguan afektif.

B. DSM V.(2)

A. Dua (atau lebih) dibawah ini, yang masing-masing sebagian besar pada waktu selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari ini harus mencakup 1,2,3 :

1. Delusi2. Halusinasi3. Bicara terorganisir4. Perilaku psikomotor atau seperti katatonia5. Gejala negatif (yaitu terbatas mempengaruhi atau avolition / asociality)

B. Untuk sebagian besar waktu sejak awal gangguan, satu atau lebih bidang utama berfungsi seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri yang nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset ( atau ketika awal adalah di masa kecil atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat yang diharapkan interpersonal, akademik, atau pekerjaan prestasi).

C. Tanda-tanda berkelanjutan dari gangguan bertahan selama minimal 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika berhasil diobati) yang memenuhi Kriteria A (yaitu, gejala aktif-fase) dan mungkin termasuk periode prodromal atau gejala sisa. Selama periode ini prodromal atau residual, tanda-tanda gangguan dapat dimanifestasikan oleh gejala-satunya negatif atau dua atau lebih gejala

11

Page 12: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

kriteria A hadir dalam bentuk dilemahkan (misalnya, keyakinan aneh, tidak biasa pengalaman persepsi).

D. Gangguan skizoafektif dan gangguan mood Dengan ciri psikotik telah dikesampingkan karena baik (1) tidak ada Mayor Depressive atau Episode Manic telah terjadi bersamaan dengan gejala activephase; atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala aktif-fase, total lamanya telah singkat relatif terhadap durasi periode aktif dan residual.

E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum.

F. Jika ada riwayat Disorder Autistic atau lain Pervasive Developmental Disorder atau gangguan komunikasi lainnya onset masa kanak-kanak, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika delusi yang menonjol atau halusinasi juga hadir untuk setidaknya bulan(atau kurang jika berhasil diobati).

II.7 PENATALAKSANAAN

Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama

menimbilkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke

kemunduran mental.

1. Farmakologi

Benzodiazepin adalah obat pilihan untuk katatonia. Pasien yang

tidak responsif atau kurang responsif terhadap kebutuhan benzodiazepin

terapi electroconvulsive (ECT). Dalam prospektif, studi terbuka (Ungvari

et al, 1994a), 18 pasien dengan katatonia dirawat dengan baik lorazepam

lisan atau diazepam intramuskular; 16 menunjukkan perbaikan klinis yang

signifikan dalam waktu 48 jam, dengan dua menunjukkan remisi lengkap

setelah hanya satudosis. Namun, sembilan pasien yang diperlukan

selanjutnya ECT untuk mencapai perbaikan lebih lanjut. Rosebush et al

(1990) melaporkan respon yang lebih baik lorazepam, dengan 12 dari 15

pasien rawat inap dengan katatonia menanggapi sepenuhnya dalam waktu

2 jam. Kecil dosis benzodiazepin yang efektif baik katatonik pingsan dan

12

Page 13: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

kegembiraan katatonik (Ungvari et al, 1994b). Katatonia organik juga

respons yang baik dengan benzodiazepin (Rosebush et al, 1990, 1995).

Untuk terapi darurat terdiri dari antipsikotika, seperti fluenazin

(prolixin,anatensol,) 2-5 mg IM, haloperidol 2-5 mg IM. Tiotiksen

(Navane) 5mg IM, atau trifluoperazin (stelazin) 5 mg IM, semua diberiakn

tiap 30 menit seperlunya . Lorazepam (ativan) 1-2 mg IM tiap 4-6 jam

bermanfaat untuk katatonia.(3)

Sediaan obat anti-psikosis dan dosis anjuran

(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006) (10)

No

.

Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1. Chlorpromazine Chlorpromazine

Promactil

Meprosetil

Cepezet

Tab. 25-100 mg

Tab. 100 mg

Tab. 100 mg

Tab. 100 mg

Ampul 50 mg/2

cc

150 – 600 mg/ hr

50 – 100 mg (i.m)

setiap 4-6 jam

2. Haloperidol Haloperidol

Dores

Serenace

Haldol

Govotil

Lodomer

Tab. 0,5-1,5 mg

Tab. 5 mg

Cap. 5 mg

Tab. 1,5 mg

Tab. 0,5-1,5 mg

Tab. 5 mg

Liq. 2 mg / ml

Amp. 5 mg / cc

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

5-15 mg / hr

5-10 mg (i.m)

setiap 4-6 jam

5-10 mg (i.m)

setiap 4-6 jam

13

Page 14: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

Haldol Decanoas

Amp. 5 mg / cc

Amp. 50 mg / cc

50 mg (i.m) setiap

2-4 minggu

3. Perphenazine Perphenazine

Trilafon

Tab. 4 mg

Tab. 2-4-8 mg

12 – 24 mg / hr

4. Fluphenazine

Fluphenazine

decanoate

Anatensol

Modecate

Tab. 2,5 -5 mg

Vial 25 mg / cc

10-15 mg / hr

25 mg (i.m) setiap

2-4 minggu

5. Trifluoperazine Stelazine Tab. 1-5 mg 10-15 mg/hr

6. Thloridazine Melleril Tab. 50-100 mg 150-300 mg /hr

7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 100 mg/ 2

cc

3-6 amp/hr (im)

300-600 mg / hr

8. Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/ hr

9. Risperidone Risperidone

Risperdal

Risperdal Consta

Neripros

Persidal

Rizodal

Zofredal

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Vial 25 mg / cc

Vial 50 mg/cc

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

2-6 mg / hr

25-50 mg (im)

setiap 2 minggu

10. Clozapine Clozaril

Sizoril

Tab. 25-100 mg

Tab. 25-100 mg

25-100 mg / hr

11. Quetiapine Seroquel Tab. 25-100 mg

Tab. 200 mg

50-400 mg / hr

12. Olanzapine Zyprexa Tab. 5-10 mg 10-20 mg / hr

13. Zotepine Lodorin Tab. 25-50 mg 75 – 100 mg / hr

14. Aripiprazole Abilify Tab. 10-15 mg 10- 15 mg / hr

14

Page 15: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

Penggolongan(10)

I. Obat anti-psikosis tipikal (typical anti psychotics)

1. Phenothiazine

- rantai Aliphatic : Chlorpromazine (Largactil)

- rantai Piperazine : Perphenazine (Trilafon)

Trifluoperazine (Stelazine)

Fluphenazine (Anatensol)

- rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)

2. Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace, dll)

3. Diphenyl-butyl- : Pimozide (Orap)

Piperidine

II. Obat anti-psikosi atipikal (atypical anti psychotics)

1. Benzamide : Supiride (Dogmatil)

2. Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)

Olanzapine (Zyprexa)

Quetiapine (Seroquel)

Zotepine (Ludopine)

3. Benzisoxale : Risperidone (Risperdal)

Aripiprazole (Ability)

2. Terapi elektro konvulsi (TEK)

Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan

skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi

terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.(3)

3. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi ialah

psikoterapi supportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang

praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat. (3)

15

Page 16: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

II.8 PROGNOSIS

Dengan pengobatan yang moderen, bila penderita datang berobat dalam

tahun pertama setelah seranagan pertama, maka kira-kira sepertiga dari

mereka akan sembuh. Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat

walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka harus sering diperiksa dan

diobati selanjutnya . yang sisanya biasanya mempunyai prognosis yang jelek,

mereka tidak dapat berfungsi dalam masyarakat dan menuju kemunduran

mental, sehingga mungkin mejadi penghuni tetap dirumah sakit jiwa.(3)

ECT sangat efektif dalam pengobatan skizofrenia katatonik pada fase akut,

namun memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi dalam kurun waktu satu

tahun. Untuk skizofrenia katatonik yang kronis memiliki prognosis yang

buruk, sedangkan untuk skizifrenia katatonik fase akut secara umum memiliki

prognosis yang baik, tetapi prognosis jangka panjang mungkin tergantung

pada penyebab yang mendasari katatonia tersebut.(7)

II.9 KOMPLIKASI

Jika pasien skizofrenia katatonik dibiarkan tidak makan atau minum untuk

waktu yang lama hal ini akan menyebabkan dehidrasi dan komplikasi yang

menyertainya. Imobilitas pada katatonia dapat menyebabkan meningkatnya

resiko trombosis vena. Skizofrenia katatonik dapat menimbulkan resiko yang

signifikan membahayakan diri dan orang lain.(7)

16

Page 17: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, biasanya bersifat akut

serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah

katatonik atau stupor katatonik. Pengobatan pada skizofrenia katatonik pada

dasarnya sama, dan kebanyakan pasien merespon dengan baik pada

pemberian benzodiazepin atau ETC.Untuk menentukan diagnosis dari

skizofrenia residual, PPDGJ III dapat digunakan sebagai pedoman. Menurut

PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Katatonik (F20.2) adalah

persyaratan berikut harus dipenuhi semua)

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :

(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah

yang berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakkan dirinya);

(f) Fleksibilitas cerea ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak

dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

17

Page 18: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-

kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai

diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting

untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik

untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,

gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi

pada gangguan afektif.

18

Page 19: skizofrenia katatonik - Copy-1.docx

Daftar Pustaka

1. Harold I.Kaplan M, Benjamin J.Sadock M. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.

jakarta: widya medika; 1998.

2. Sp.Kj DrM. buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. III ed. Maslim

DR, editor. jakarta: bagian ilmu kedokteran jiwa FK-unika atmajaya; 2001.

3. Maramis WF. catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. surabaya: Airlangga university

press; 2001.

4. Tandon R, Hecker S, Bustillo J, M.Barch D, Gaebel W, E.Gur R, et al.

Schizophrenia Research. elsevier. 2013:27-8.

5. Rajagopal s. Catatonia. Advances In Psychiatric Treatment. london2007. p. 51-

9.

6. Erick Messias M, Phd, Chuan-Yu Chen P, William W.Eatton P. Epidemiology

Of Schizopherenia. NIH Public Acces. 2007;3(30):3.

7. Albayrak Y, Kuloglu M. A Catatonic Schizophrenia Case Treated Effectively

with Aripiprazole. bulletin of Clinical Psychopharmacology,. 2013;23:257.

8. Sasaki T, Hashimoto T, Niitsu T, Kanahara N, Iyo M. Treatment Of Refractory

Catatonic Schizophrenia With Low Dose Aripiprazole. annals of general

psychiatry. 2012:11-2.

9. McGrath JJ, Susser ES. New Directions In The Epidemiology Of

Schizophrenia. MJA. 2009;190:s7-s9.

10. Maslim Dr. Penggunaan Klinis Obat Psikoterapik. jakarta: bagian ilmu

kedokteran jiwa FK-unika atmajaya; 2007.

19