skizofrenia

52
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada. Selain karena angka insidennya di dunia cukup tinggi yakni satu per seribu, hampir 80% penderita skizofrenia juga mengalami kekambuhan secara berulang. Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekiar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodic dan ketidak mampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. 1 Kadangkala skizofrenia menyerang secara tiba- tiba. Perubahan perilaku yang sangat dramastis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode secara cepat. Orang yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Mereka gagal untuk berfungsi sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja, pasangan, dan keluarga, serta komunitas, mereka menjadi 1

description

presentation

Transcript of skizofrenia

Page 1: skizofrenia

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari

seluruh gangguan jiwa yang ada. Selain karena angka insidennya di dunia cukup

tinggi yakni satu per seribu, hampir 80% penderita skizofrenia juga mengalami

kekambuhan secara berulang. Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang

begitu menggembirakan. Sekiar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan

fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan

tersebut). Sekitar 25% tidak pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung

memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan

periodic dan ketidak mampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang

singkat.1

Kadangkala skizofrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilaku

yang sangat dramastis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang

mendadak selalu memicu terjadinya periode secara cepat. Orang yang mengidap

skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Mereka gagal untuk

berfungsi sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja, pasangan, dan

keluarga, serta komunitas, mereka menjadi kurang toleran terharap perilaku

mereka yang menyimpang.

Gangguan skizofrenia terdiri dari : 1. Skizofrenia paranoid, 2.

Skizofrenia hebrefrenik, 3. Skizofrenia katatonik, 4. Skizofrenia tak terinci, 5.

Depresi pasca skizofrenia 6. Skizofrenia residual, 7. Skizofrenia simpleks, 8.

Skizofrenia lainnya, 9. Skizofrenia YTT.2,3

1

Page 2: skizofrenia

BAB II

LAPORAN KASUS

Nama Pasien : Ny. U

Tanggal Pemeriksaan : 19 November 2013

Dokter Muda : Nandy Hermawan, S.Ked

M. Algi Shaugy, S.Ked

Diagnosis Aksis I : F20.03 Skizofrenia Paranoid Episodik Berulang

Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah Keluarga

Aksis V : GAF 50-41 Gejala berat, disabilitas berat

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama Pasien : Ny. U

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 28 tahun

Status Perkawinan : Janda (Bercerai)

Bangsa : Indonesia

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Rt. 08 Desa Trijaya, Kec. Bahar Selatan,

Kab. Muaro Jambi

Pernah masuk Rumah Sakit : Riwayat perawatan di RSJD 1 kali

*Pasien datang diantarkan oleh kakak kandung dan keluarga.

KETERANGAN ALLOANAMNESA / INFORMAN

2

Page 3: skizofrenia

Nama : Ny. M

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Alamat : s.d.a

Hubungan dengan Pasien : Kakak Kandung

Keakraban dengan Pasien : Akrab

Kesan Pemeriksa Terhadap Keterangan yang Diberikan : Dapat Dipercaya

1. ANAMNESIS

Keterangan/anamnesis dibawah ini diperoleh dari :

- Keluarga pasien

- Pasien sendiri

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan :

Keluarga pasien

2. Sebab utama pasien dibawa ke laboratorium psikiatri :

Mengamuk di rumah

3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selama :

Pasien tidak mempunyai keluhan

4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang :

5 hari yang lalu pasien dipulangkan (droping) dari RSJD Jambi,

pada hari pertama dirumah pasien tampak tenang, dapat mengurus

diri sendiri seperti makan dan mandi dengan sedikit bantuan dari

kakaknya. Namun pada hari kedua pasien mulai tampak gelisah

dan marah-marah pada kakaknya tanpa sebab yang jelas walaupun

pasien minum obat secara teratur. Pada hari berikutnya pasien

mengamuk dan memecahkan piring dan gelas yang ada di dapur,

pasien juga memukul orang-orang dirumah, termasuk kakak

pasien, selanjutnya pasien kabur dari rumah, 2 hari kabur dari

rumah keluarga terus mencari keberadaan pasien, pasien akhirnya

3

Page 4: skizofrenia

ditemukan di pemakaman umum dalam kondisi telanjang, pasien

mengaku ada bisikan yang mengajaknya ke pemakaman umum

untuk bertemu dengan adiknya yang telah meninggal.

Pasien pernah di rawat di RSJD selama 2 bulan sebelum

dipulangkan, pasien menunjukkan perbaikan selama perawatan

sehingga dokter memutuskan untuk memulangkan pasien dan

dilalukan pengobatan rawat jalan.

Namun baru 5 hari dipulangkan pasien kembali di bawa ke IGD

RSJD Jambi.

Pasien telah memiliki gejala yang sama sejak 2 tahun terakhir,

keluhan muncul sejak pasien bercerai dari suaminya. Awalnya

pasien tampak murung, suka menyendiri, melamun, sukar di ajak

berkomunikasi, menjauhi pergaulan sehari-hari seperti berkumpul

bersama keluarga dan tetangga, pasien juga mulai malas untuk

mandi dan sukar disuruh makan. Lama kelamaan pasien suka

bicara sendiri, marah-marah tanpa sebab yang jelas. ± 1,5 tahun

kemudian pasien mulai keluar rumah pada malam hari, buang air

kecil dan telanjang di jalanan. Keluarga pasien pernah membawa

pasien kedukun, namun tidak banyak membantu. Akhirnya pasien

di bawa dan dirawat di RSJD Jambi.

Pasien tidak memiliki penyakit lainnya

5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya :

Riwayat dengan keluhan yang sama (+)

Pasien pernah dirawat 1 kali di RSJD Jambi dengan lama

perawatan ± 2 bulan sebelum dinyatakan mengalami perbaikan

dan diperbolehkan menjalankan rawat jalan.

Riwayat trauma kapitis (-)

Riwayat kejang demam (-)

Riwayat penggunaan NAPZA (-)

Riwayat penyakit fisik lain (-)

4

Page 5: skizofrenia

6. Riwayat keluarga pasien :

a. Pasien berasal dari keluarga dari suku jawa, keluarga pasien dan

pasien memeluk agama Islam.

b. Pasien tinggal dirumah kakaknya, dirumah tersebut juga tinggal

suami dan anak – anak kakaknya. Sebelumnya pasien tinggal

bersama suaminya, namun telah bercerai sejak 3 tahun yang lalu.

c. Riwayat tempat tinggal

Pasien tinggal dirumah beton sederhana dengan kakak, suami dan

anak-anak kakaknya. Total 6 orang yang tinggal dalam 1 rumah

yang berukuran 6x10 m. terdapat 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1

ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi yang dilengkapi

dengan toilet. Jarak rumah pasien dan tetangga ± 3 m.

Rumah

tempat

tinggal

Keadaan rumah

Tenang Cocok Nyaman Tak

menentu

Rumah ps √ √ √ -

d. Keluarga pasien mencari nafkah sebagai petani, sehari-hari kakak

pasien dan suaminya menyadap karet orang dengan luas tanah

garapan ± 2 Ha.

e. Akibat penyakitnya pasien tidak bisa bekerja, dan hanya diam di

rumah. Pasien juga telah bercerai dengan suaminya, pasien belum

memiliki anak.

f. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota

keluarga.

- Pasien anak ke tiga dari 3 bersaudara

- Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama

dengan pasien.

5

Page 6: skizofrenia

7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang

berhubungan dengan perkembangan kejiwaan pasien selama

masa sebelum sakit (premorbid)

a. Masa kanak – kanak awal (hingga usia 3 tahun)

Pasien anak yang direncanakan dan diinginkan

Pasien lahir cukup bulan, lahir ditolong dukun, tidak ada

riwayat persalinan lama, tidak ada kelainan selama pasien

dilahirkan.

Hubungan pasien dan ibunya baik.

Makanan yang diberikan berupa ASI hingga usia 1 tahun,

lalu diberikan nasi bubur, buah-buahan yang dilunakkan

setelahnya.

Perkembangan dan pertumbuhan pasien sesuai dengan anak

sebayanya.

Toilet training dimulai saat pasien berusia 3 tahun

Kepribadian anak aktif, senang bermain.

b. Masa kanak – kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)

Riwayat sekolah hanya tamat SD karena orang tua tidak

memiliki biaya, pasien senang saat mulai bersekolah,

pasien anak yang periang, mudah bergaul, prestasi pasien

biasa – biasa saja.

c. Masa kanak – kanak akhir (pubertas hingga remaja)

6

Page 7: skizofrenia

Pasien hanya bersekolah hingga SD, setelahnya pasien

mulai membantu orang tua dirumah dan membantu orang

tua bertani sehingga tidak memiliki banyak teman. Pasien

berteman dengan anak-anak disekitar rumahnya.

Pasien mulai menarke pada usia ± 12 tahun, pasien mulai

menyukai lawan jenis, mulai mengenal anak laki-laki

seusianya, namun masih malu-malu.

Orang tua pasien beragama islam, namun tidak terlalu ketat,

dan tidak menuntut anak taat beribadah.

d. Masa Dewasa

Pasien menikah dengan laki-laki pilihannya, menikah

didahului dengan pacaran, riwayat kawin paksa (-), riwayat

kawin lari (-), pasien bahagia dengan pernikahannya,

namun baru 3 tahun membina rumah tangga pasien bercerai

dengan suaminya di duga akibat wanita lain.

Sebelum bercerai pasien dan suaminya bekerja sebagai

petani karet dan bercocok tanam sayuran, pasien dapat

memenuhi kebutuhan keluarganya dengan mata pencarian

tersebut

Tidak ada keluhan dengan hubungan seksual pada pasien

Pasien belum memiliki anak hingga saat dia bercerai.

Pasien bersosialisasi dengan tetangga, mudah bergaul, dan

memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan

disekitarnya.

8. Stressor psikososial

Persoalan rumah tangga pasien yang dilanda perceraian.

Pasien tidak dapat melanjutkan sekolah akibat orang tua tidak

mampu.

Masa bermain kanak-kanak berkurang karena sudah harus

membantu orang tua mencari nafkah.

7

Page 8: skizofrenia

9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien

Pasien tidak memiliki penyakit fisik sebelumnya

10. Pernah suicide

Pasien tidak pernah atau tidak punya keinginan untuk bunuh diri.

11. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya

Pasien tidak pernah menggunakan alkohol / zat adiktif lainnya.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

- Sikap tubuh : Biasa

- Cara berpakian : Kurang rapi

- Sikap : Kurang kooperatif

- Perhatian : Kurang

2. Bicara

- Arus bicara cepat, monoton, dan spontanitas

3. Mood dan Afek

- Mood : Meninggi, iritabel

- Afek : Inapropriate

4. Berfikir

- Gangguan umum bentuk fikiran : Dereisme

- Gangguan spesifik bentuk Fikiran : Flight of idea

- Gangguan spesifik isi pikiran fikiran : Delution of control

5. Persepsi

- Halusinasi auditoris (+)

6. Kesadaran

- Kesadaran komposmentis

8

Page 9: skizofrenia

7. Kognitif

- Orientasi :

- Waktu : terganggu

- Tempat : terganggu

- Orang : terganggu

- Konsentrasi : terganggu

- Kalkulasi : terganggu

- Memori :

- Remote memory : terganggu

- Recent past memory : terganggu

- Recent memory : baik

- Immediate retention dan recall : terganggu

- Dasar pengetahuan : sesuai

- Berfikir abstrak : terganggu

8. Wawasan terhadap penyakit :

- Penyangkalan total

9. Penilaian :

- Penilaian sosial : terganggu

- Penilaian terhadap tes : terganggu

10. Pengendalian impuls

- Terganggu

III. PEMERIKSAAN INTERNA

Kesadaran : Komposmentis

Pernapasan : 18 kali/menit

Nadi : 68 kali/menit

Temperature : 37,2 o C

Tekanan darah : 120/70 mmHg

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Tidak dilakukan

9

Page 10: skizofrenia

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSIS KHUSUS

LAINNYA

Tidak dilakukan

VI. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-

LAIN

Tidak dilakukan

VII. DIAGNOSIS BANDING

F20.0 Skizofrenia Paranoid Episode Berulang

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

VIII. DIAGNOSIS

Aksis I : F20.03 Skizofrenia Paranoid Episodik Berulang

Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah Keluarga

Aksis V : GAF 50-41 Gejala berat, disabilitas berat

IX. PROGNOSIS

Prognosis : Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad malam

X. TERAPI

Haloperidol 2 x 5 mg

Trihexyfenidil 2 x 2 mg

Chlorpromazine 1 x 100 mg

XI. FOLLOW UP

Tanggal 20 November 2013

10

Page 11: skizofrenia

S : -

O : - Penampilan : Tenang, cukup rapi

- Pembicaraan : Inkoheren

- Sikap : Kooperatif

- Afek : Labil

- Mood : Eutimik

- Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (+)

- Gangguan isi pikiran : Delution of control

- Orientasi W/T/O : Terganggu

- RTA : Terganggu

A : Skizofrenia Paranoid episode Berulang

P : - Haloperidol 2 x 5 mg

- Trihexyfenidil 2 x 2 mg

- Chlorpromazine 1 x 100 mg

ACC pindah keruangan Shinta

Terapi : - Haloperidol 2 x 5 mg

- Trihexyfenidil 2 x 2 mg

- Chlorpromazine 1 x 100 mg

Tanggal 21 November 2013

S : -

O : - Penampilan : Tenang, cukup rapi

- Pembicaraan : Inkoheren

- Sikap : Kooperatif

- Afek : Labil

- Mood : Eutimik

- Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (+)

- Gangguan isi pikiran : Delution of control

- Orientasi W/T/O : Baik

- RTA : Terganggu

11

Page 12: skizofrenia

A : Skizofrenia Paranoid episode Berulang

P : - Haloperidol 2 x 5 mg

- Trihexyfenidil 2 x 2 mg

- Chlorpromazine 1 x 100 mg

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

12

Page 13: skizofrenia

3.1 Definisi

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “schizo” yang artinya retak atau

pecah atau terbelah (split), dan “phrenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami

keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari, 2003). Dengan kata lain,

skizofrenia adalah terbelahnya/ terpisahnya antara emosi dan pikiran/ intelektual.4

Merupakan penyakit psikiatrik kronik pada pikiran manusia yang

mempengaruhi seseorang sehingga mengganggu hubungan antarpersonal dan

kemampuan untuk menjalani kehidupan sosial. Seseorang dengan skizofrenia

tidak dapat membedakan realita dan bukan realita.

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat

ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah

gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau

respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering

kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa

ada rangsang pancaindra)5

3.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara

bervariasi terentang daro 1 sampai 1,5 persen; konsisten dengan rentang tersebut,

penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National

Insitute Of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar

1,3 persen. Kira-kira 0,025 sampai 0,05 persen populasi total diobati untuk

skizofrenia dalam satu tahun. Walaupin dua pertiga dari pasien uang diobati

tersebut membutuhkan perawatan dirumah sakit, hanya kira-kira setengah dari

semua pasien skizofrenik mendapatkan pengobatan, idak tergantung pada

keparahan penyakit.6

a) Usia dan jenis Kelamin

13

Page 14: skizofrenia

Skizofrenia sama prevalensinya antara laki-laki dan perempuan. Tetapi,

dua jenis kelamin tersebut menunjukan perbedaan dalam onset dan

perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia yang lebih

awal daripada perempuan. Lebih dari setengah semua pasien skizofrenia

laki-laki tetapi hanya sepertiga pasien skizofrenia perempuan mempunyai

perawatan dirumah sakit psikiatrik yang pertamanya sebelum usia 25

tahun. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, untuk

perempuan usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia

sebelum usia 10 tahun atau sesuda 50 tahun adalah sangat jarang. Kira-kira

90 persen pasien dalam pengobatan skizoffrenia adalah Antara usia 15 dan

55 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa perempuan lebih

baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien

skizofrenia perempuan adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien

skizofrenik laki-laki.6

b) Musim Kelahiran

Suatu temuan kuat dalam penelitian skizofrenia adalah bahwa orang yang

kemudian menderita skizofrenia lebih mungkin dilahirkan di musim dingin

dan awal musim semi dan lebih jarang dilahirkan di akhir musim semi dan

musim panas. Secara spesifik, dibelahan bumi utara, termask amerika

serikat, penderita skizofrenia lebih sering dilahirkan dibulan Januari

sampai April. Dibelahan bumi selatan, penderita skizofrenia lebih sering

dilahirkan dari bulan Juli sampai September. Berbagai hipotesis yang

menjelaskan pengamatan tersebut telah diajukan. Hipotesis tersebut

termasuk hipotesis bahwa suatu faktor resiko yang spesifik musim adalah

bekerja, seperti virus atau perubahan musim dalam makanan. Hipotesis

lain adalah bahwa orang yang memiliki predisposisi genetik untuk

skizofrenia mempunyai suatu keuntungan biologis yang lebih tinggi untuk

bertahan hidup terhadap bahaya.6

c) Distribusi geografis

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh Amerika

Serikat atau seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur

14

Page 15: skizofrenia

laut dan barat Amerika Serikat lebih tinggi daripada daerah geografis di

dunia yang mempunyai prevalensi skizofrenia yang tinggi secara tidak

biasanya. Beberapa ahli telah mengintrepretasikan kantung geografis

untuk skizofrenua tersebut sebagai dukungan untuk suatu penyebab

infektif dari skizofrenia.6

d) Angka reproduksi

Pemakaian obat psikoterapeutik, kebijaksanaan pintu-terbuka dirumah

sakit, deinstitusionalisasi dirumah sakit negara, penekanan pada

rehabilitasi, dan perawatan yang didasarkan pada komunitas bagi pasien

dengan skizofrenia smuanya telah menyebabkan peningkatan umum angka

perkawinan dan fertilitas di antara penderita skizofrenia, karena faktor-

faktor tersebut, jumlah anak yang dilahirkan dari orang tua skizofrenia

menjadi dua kali lipat dari tahun 1935 sampai 1955. Angka fertilitas untuk

orang skizofrenia sekarang mendekati angka populasi umum.6

e) Penyakit medis

Penderita skizofrenia mempunyai angka mortalitas dari kecelakaan dan

penyebab alami lebih tinggi dari pada populasi umum. Peningkatan

mortalitas tersebut tidak dijelaskan oleh variabel yang berhubungan

dengan institusi atau yang berhubungan dengan kenyataan bahwa

diagnosis dan pengobatan keadaan medis dan bedah pada pasien

skizofrenia merupakan tantangan klinis. Beberapa penelitian telah

menemukan bahwa sampai 80% dari semua pasien skizofrenia mempunyai

penyakit medis yang singnifikan yang teradi bersama-sama dan sampai

50% keadaan tersebut ungkin tidak terdiagnosis.6

3.3 Etiologi

Walaupun skizofrenia dibicarakan seakan-akan penyakit tunggal, kategori

diagnostik dapat berupa berbagai gangguan yang tampak dengan gejala perilaku

yang agak mirip. Skizofrenia kemungkinan merupakan suatu kelompok gangguan

dengan penyebab yang berbeda dengan gambaran klinisnya, respon

pengobatannya dan perjalanan penyakitnya bervariasi.6

15

Page 16: skizofrenia

Satu model untuk integrasi faktor biologis, faktor psikosiosial dan

lingkungan adalah model diathesis-stres. Model ini mendalilkan bahwa seseorang

mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diathesis) yang jika dikenai oleh

suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan

perkembangan gejala skizofrenia. pada model diathesis-stres yang paling umum

diathesis atau stress disebabkan faktor biologis atau lingkungan atau keduanya.

komponen lingkungan dapat berupa faktor biologis (sebagai contoh, infeksi) atau

psikologis. Dasar biologis untuk suatu diatesis dibentuk lebih lanjut oleh pengaruh

epigenetik, seperti penyalahgunaan zat, stress psikologis dan trauma.6

Dalam berbagai penelitian mengatakan bahwa penyebab skizofrenia

melibatkan peranan patofisiologis pada daerah tertentu di otak, termasuk sistem

limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Tetapi para ahli masih berpegang

pada kenyataan bahwa kembar monozogotik mempunyai angka ketidak sesuaian

50% jadi hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak dimengerti

anara lingkungan dan perkembangan skizofrenia. Suatu penjelasan lain adalah,

walaupun kembar monozogotik mempunyai informasi genetika yang sama,

pengaturan ekspresi gen saat mereka menjalani kehidupan yang terpisah adalah

berbeda. Kemungkinan melalui regulasi gen yang berbeda, satu kembar

monozigotik menderita skizofrenia, sedangkan yang lainnya tidak.

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu

banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan.

Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan

dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik

tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti

amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik.6

Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu

banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau

kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai

hipotesis ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia

16

Page 17: skizofrenia

karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik

dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan

bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya

sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik.

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti

mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat

antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa

peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas

noradrenergik.

Neurotransmiter asam amino inhibitorik, asam γ-amonibutirat (GABA)

juga dianggap terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia sejalan

dengan hipotesis bahwa sejumlah pasien skizofrenia mengalami kehilangan

neuron GABAnergik di hipokampus. Hilangnya neuron GABAnergik inhibitor

secara teoritis dapat mengakibatkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan

noradrenargik.

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya

skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga keluarga

penderita skizofrenia terutama anak - anak kembar satu telur. Angka kesakitan

bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 - 15%; bagi anak

dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 - 16%; bila kedua

orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-

15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%7.

Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut

quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin

disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di

seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat

keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai

berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan

17

Page 18: skizofrenia

semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durland

dan Barrow 2007)

3.4 Patofisiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis

dopamin. Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.

Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu

banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau

kombinasi kedua mekanisme tersebut.

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamine

yaitu:6

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala

positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways

memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum

area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah

limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya

halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik

bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2.

Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala

positif meningkat.

2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke

daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal

dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif

pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan

terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah

dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal

dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan

sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini

atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan

18

Page 19: skizofrenia

dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau

mungkin gejala kognitif.2

3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada

batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan

bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di

nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan

seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu rigiditas,

bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di

jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik

seperti korea, diskinesia atau tik.7

4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah

hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal

tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan

penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan

inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini

akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi

peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,

amenorea atau disfungsi seksual.

3.5 Klasifikasi

Menurut PPDGJ-III Skizofrenia di klasifikasikan sebagai berikut:3

a. F 20.0 Skizofrenia Paranoid

b. F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik

c. F 20.2 Skizofrenia Katatonik

d. F 20.3 Skizofrenia Tak Terinci

e. F 20.4 Depresi Pasca Skizofrenia

f. F 20.5 Skizofrenia Residual

g. F 20.6 Skizofrenia Simplek

h. F 20. 8 Skizofrenia Lainnya

i. F 20.9 Skizofrenia YTT

19

Page 20: skizofrenia

3.6 Diagnosis

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR subtipe skizofrenia6

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan

untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang

jika diobati dengan berhasil):

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau

inkoherensi)

4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan

(avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah

kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari

perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-

cakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset

gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang

dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,

kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,

atau pekerjaan yang diharapkan).

C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6

bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang

memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal

atau residual.

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan

skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan

karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang

20

Page 21: skizofrenia

telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood

telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat

dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:3

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang dan

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walau

isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari dirinya (withdrawal); dan

“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

b) “delution of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

“delution of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

“delution of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar;

(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota

gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

“delution perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;

c) Halusinasi auditorik :

21

Page 22: skizofrenia

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yangb berasal dari salah satu bagian

tubuh

d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya

perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan

kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari

selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f) Arus fikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitemen), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;

h) Gejala – gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut

tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

22

Page 23: skizofrenia

Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodromal);

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberpa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,

tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed

attitude), dan penarikan diri secara sosial

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan

kode lima karakter berikut :

F20.x0 Berkelanjutan

F20.x1 Episode dengan kemunduran progresif

F20.x2 Episode dengan kemunduran stabil

F20.x3 Episode berulang

F20.x4 Remisi tidak sempurna

F20.x5 Remisi sempurna

F20.x6 Lainnya

F20.x7 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

Berdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dari skizofrenia adalah adanya

campuran dari dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negatif). Secara

umum, karakteristik gejala skizofrenia (kriteria A), dapat digolongkan dalam tiga

kelompok : a). gejala positif b).gejala negatif c).gejala lainnya

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak

ada, namun pada pasien Skizofrenia justru muncul.Gejala positif adalah gejala

yang bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan

pembicaraan, dan perubahan perilaku 6.

Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu,

seperti perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan gembira,

23

Page 24: skizofrenia

menarik diri, ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial,

serta kurangnya motivasi untuk beraktivitas 6.

Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain perilaku yang

aneh (misalnya katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-

ulang, menampilkan pose tubuh yang aneh; atau waxy flexibility, yaitu orang lain

dapat memutar atau membentuk posisi tertentu dari anggota badan pasien, yang

akan dipertahankan dalam waktu yang lama) dan disorganisasi pembicaraan.

Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasikan ide

dan pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan gangguan

berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi, dan sebagainya

(Prabowo, 2007).

3.7 Diagnosis Skizofrenia Paranoid

DSM-IV menyebutkan tipe paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi)

pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada

perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik.

Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham

presekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. 6

Diagnosis skizofrenia paranoid menurut American Psychiatric Association

dimana kriteria berikut ini terpenuhi:6

A. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang

menonjol

B. Tidak ada dari berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku

terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai.

Sedangkan Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut: F 20.0 Skizofrenia

Paranoid3

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan :

24

Page 25: skizofrenia

- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);

b) Halusiansi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tapi

jarang menonjol;

c) Waham dapat berupa hampir bersifat jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delution of

influence), atau “passivity” (delution of passivity), dan keyakinan

dikejar – kejar yang beranekaragam, adalah yang paling khas;

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatoniksecara relative tidak nyata/tidak menonjol

3.8 Penatalaksanaan4,5,9,10,11

Manajemen skizofrenia terdiri dari manajemen farmakologik dan non-

farmakologik, sasaran terapinya bervariasi, berdasarkan fase dan keparahan

penyakit

• Pada fase akut : mengurangi atau menghilangkan gejala psikotik dan

meningkatkan fungsi

• Pada fase stabilisasi: mengurangi resiko kekambuhan dan

meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat

Tiga dasar pertimbangan pengobatan gangguan pada skizofrenia adalah

o Terlepas dari berbagai etiologi, skizofrenia terjadi pada seseorang yang

memiliki sifat individual, keluarga, serta sosial psikologis yang unik,

maka pendekatan pengobatan disusun berdasarkan bagaimana

penderita telah terpengaruhi oleh gangguan dan bagaimana penderita

akan terobati oleh pengobatan yang dilakukan (terapi farmakologi).

25

Page 26: skizofrenia

o Faktor lingkungan dan psikologi turut berperan dalam perkembangan

skizofrenia, maka harus dilakukan juga terapi non farmakologi.

o Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap

pendekatan terapeutik jarang tercukupi untuk mengobati gangguan

yang memiliki berbagai macam bentuk.

A. Fase Akut

Farmakoterapi

Pada fase akut terapi bertujuan mencegah pasien melukai dirinya atau

orang lain, mengendalikan perilaku merusak, mengurangi beratnya

gejala psikotik dan gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan

gaduh gelisah.

- Berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan.

- Keputusan untuk memulai pemberian obat. Pengikatan atau isolasi

hanya dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri

dan orang lain serta usaha restriksi lainnya tidak berhasil.

Pengikatan dilakukan hanya boleh untuk sementara yaitu sekitar 2-

4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan. Meskipun terapi

oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk mendapatkan awitan

kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu

dipertimbangkan.

- Obat injeksi:

a. Olanzapine, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat

diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari

b. Aripriprazol, dosis 9,75mg/injeksi (dosis maksimal

29,25mg/hari), intramuskulus.

c. Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus,dapat

diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari

d. Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis

maksimum 30mg/hari

26

Page 27: skizofrenia

- Obat oral: pemilihan antipsikotika sering ditentukan oleh

pengalaman pasien sebelumnya dengan antipsikotika misalnya,

respons gejala terhadap antipsikotika, profil efek samping,

kenyamanan terhadap obat tertentu terkait cara pemberiannya.

Pada fase akut obat segera diberikan setelah diagnosis ditegakkan

dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan

secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal

yang dapat mengendalikan gejala.

Psikoedukasi

Tujuan intervensi adalah mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor

lingkungan dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Memberikan

ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui

komunikasi yang baik, memberikan dukungan atau harapan,

menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu dilakukan.

B. Fase Stabilisasi

Farmakoterapi

Tujuan fase stabilisasi adalah mempertahankan remisi gejala atau

untuk mengontrol, meminimalisasi risiko atau konsekuensi

kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan

(recovery). Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut

dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk

ketahap rumatan. Pada fase ini dapat juga diberikan obat antipsikotika

jangka panjang (long acting injectable), setiap 2-4 minggu.

Psikoedukasi

Tujuan intervensi adalah meningkatkan keterampilan orang dengan

skizofrenia dan keluarga dalam mengelola gejala. Mengajak pasien

untuk mengenali gejala-gejala, melatih cara mengelola gejala, merawat

diri, mengembangkan kepatuhan menjalani pengobatan. Teknik

intervensi perilaku bermanfaat untuk diterapkan pada fase ini.

27

Page 28: skizofrenia

C. Fase Rumatan

Farmakoterapi

Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis

minimal yang masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi

akut, pertama kali, terapi diberikan sampai dua tahun, bila sudah

berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan

sampai lima tahun bahkan seumur hidup.

Psikoedukasi

Tujuan intervensi adalah mempersiapkan pasien kembali pada

kehidupan masyarakat. Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya

remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial dan terapi vokasional,

cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga juga

diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga mereka

mampu mencegah kekambuhan berikutnya.

3.9 Prognosis.

Dari beberapa penelitian mengatakan bahwa dari periode 5 sampai 10

tahun setelah perawatan psikiatrik pertama dirumahsakit karena skizofrenia, hanya

kira-kira 10-20 persen pasien dapat digambargan memiliki hasil yang baik. Lebih

dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan

perawawtan di Rumah Sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan

mood berat, dan usaha bunuh diri.

Angka pemulihan dilaporkan 20-30 % diperkirakan mampu untuk

menjalani kehidupan yang agak normal. 20-30% dari pasien mengalami gejala

sedang, dan 40-60% dari pasien terus terganggu secara bermakna selama

hidupnya.6

BAB IV

ANALISIS MASALAH

28

Page 29: skizofrenia

Pada hari kamis, tanggal 19 November 2013 telah diperiksa pasien atas

nama Ny. U, usia 28 tahun, status pernikahan bercerai, tidak bekerja, pendidikan

terakhir SD, dengan kepribadian premorbid ramah, mudah bergaul, dan periang di

bawa oleh keluarga berobat ke RSJD Provinsi Jambi dengan sebab utama

mengamuk di rumah. 5 hari yang lalu pasien dipulangkan (droping) dari RSJD

Provinsi Jambi, pada hari pertama dirumah pasien tampak tenang, dapat mengurus

diri sendiri seperti makan dan mandi dengan sedikit bantuan dari kakaknya.

Namun pada hari kedua pasien mulai tampak gelisah dan marah-marah pada

kakaknya tanpa sebab yang jelas walaupun pasien minum obat secara teratur.

Pada hari berikutnya pasien mengamuk dan memecahkan piring dan gelas yang

ada di dapur, pasien juga memukul orang-orang dirumah, termasuk kakak pasien,

selanjutnya pasien kabur dari rumah, 2 hari kabur dari rumah keluarga terus

mencari keberadaan pasien, pasien akhirnya ditemukan di pemakaman umum

dalam kondisi telanjang, pasien mengaku ada bisikan yang mengajaknya ke

pemakaman umum untuk bertemu dengan adiknya yang telah meninggal.

Pasien pernah di rawat di RSJD selama 2 bulan sebelum dipulangkan,

pasien menunjukkan perbaikan selama perawatan sehingga dokter memutuskan

untuk memulangkan pasien dan dilalukan pengobatan rawat jalan. Namun baru 5

hari dipulangkan pasien kembali di bawa ke IGD RSJD Jambi.

Pasien telah memiliki gejala yang sama sejak 2 tahun terakhir, keluhan

muncul sejak pasien bercerai dari suaminya. Awalnya pasien tampak murung,

suka menyendiri, sukar di ajak berkomunikasi, melamun, menjauhi pergaulan

sehari-hari seperti berkumpul bersama keluarga dan tetangga, pasien juga mulai

malas untuk mandi dan sukar disuruh makan. Lama kelamaan pasien suka bicara

sendiri, marah-marah tanpa sebab yang jelas. ± 1,5 tahun kemudian pasien mulai

keluar rumah pada malam hari, buang air kecil dan telanjang di jalanan. Keluarga

pasien pernah membawa pasien kedukun, namun tidak banyak membantu.

Akhirnya pasien di bawa dan dirawat di RSJD Jambi.

Dari hasil observasi ditemukan kesadaran komposmentis, kurang

kooperatif dan perhatian juga kurang. Pasien berpakaian kurang rapi dan gelisah.

Arus pembicaraan cepat, terus – menerus, dengan pergeseran yang terus menerus

29

Page 30: skizofrenia

dari satu ide ke ide lain (flight of idea). Afek pasien inappropriate, mood

meninggi, iritabel. Terdapat gangguan umum bentuk fikiran berupa dereisme,

gangguan spesifik bentuk fikiran berupa flight of idea, gangguan isi fikiran berupa

ada kekuatan luar yang mengontrol atas dirinya (delution of control). Terdapat

gangguan persepsi halusinasi auditoris berupa suara-suara yang mengomentari

perilaku pasien. Terdapat disorientasi waktu, tempat, dan orang, selain itu

konsentrasi, kalkulasi, memori juga terganggu. Pasien menyangkal penyakitnya.

Penilaian sosial, penilaian terhadap tes, pengendalian impuls juga terganggu.

Atas dasar gejala – gejala tersebut, maka berdasarkan PPDGJ III

dipertimbangkan diagnosis F20.03 Skizofrenia Paranoid Episodik Berulang,

dengan pedoman diagnosis sebagai berikut :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang dan

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walau

isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari dirinya (withdrawal); dan

“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

b) “delution of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

“delution of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

“delution of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar;

(tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota

gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

30

Page 31: skizofrenia

“delution perception” = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;

c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yangb berasal dari salah satu bagian

tubuh

d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya

perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan

kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari

selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f) Aru fikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme;

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitemen), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;

h) Gejala – gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

31

Page 32: skizofrenia

menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut

tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodromal);

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberpa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,

tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed

attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan

kode lima karakter berikut :

F20.x0 Berkelanjutan

F20.x1 Episode dengan kemunduran progresif

F20.x2 Episode dengan kemunduran stabil

F20.x3 Episode berulang

F20.x4 Remisi tidak sempurna

F20.x5 Remisi sempurna

F20.x6 Lainnya

F20.x7 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

F20.0 Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan :

- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

d) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);

32

Page 33: skizofrenia

e) Halusiansi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tapi

jarang menonjol;

f) Waham dapat berupa hampir bersifat jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delution of

influence), atau “passivity” (delution of passivity), dan keyakinan

dikejar – kejar yang beranekaragam, adalah yang paling khas;

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatoniksecara relative tidak nyata/tidak menonjol.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif, S. Skizofrenia Memahami Dinamika Pasien. Bandung: PT Refika

Aditam. 2006

33

Page 34: skizofrenia

2. Nevid, JS. Rathus, SA., Grene Beverly. Psikologi Abnormal Edisi kelima

jilid 2. Jakarta : Erlangga 2003

3. Maslim R, Skizofrenla, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham,

dalam PPDGJ III, Jakarta, 2001 :46-57

4. Hadang, Hawari. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,

Edisi ke 2. Jakarta: FKUI, 2001

5. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : Introduction and

Overview, in: Kaplan and Sadock Comprehensive Textbook of Psychiatry,

7th ed, Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109

6. Kaplan, HL, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri,

ed 7, vol 1, 1997 : 685-729

7. Maramis, F Willy. Skizofrenia dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.

Edisi: II. Jakarta: Airlangga University Press; 2009.hal. 259 – 281

8. Surilena, lntervensi Psikososial dalam Manajemen skizofrenia, dalam:

Majalah Psikiatri, Jakarta 2005 :69-83

9. Resna L: Tinjauan Klinis dan Aspek Farmakoterapi Neuroleptik pada

Penderita Skizofrenia Anak, Majalah Psikiatri Jiwa, Juni 2001, XXXIV,

No. 2: 141-160

10. Muslim R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi III,

Jakarta, 2001: 14-22

11. Kaplan HI, Sadock BJ: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (Edisi Bahasa

Indonesia), Edisi I, Jakarta, Widia Medika, 1998: 407-413

34