Skenario II Klp 21-7b

download Skenario II Klp 21-7b

of 39

Transcript of Skenario II Klp 21-7b

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    1/39

    TUGAS PBL

    SKENARIO 2

    Disusun oleh : KELOMPOK 21

    Semester 7B

    PEMBIMBING TUTOR : Kenneth C. Hinton, MD, FAAP

    No Nama NPM

    1. Made Sustiana PS 08700152

    2. Shendy Setiawan 08700154

    3. M Tajul Muluk 08700156

    4. A.A Made Berastia Anis S 08700158

    5. Asteria Terry T 08700160

    6. Setyo Budi U 08700162

    7. Eko Agus C 08700164

    8. Ristianti Nulamsari 08700166

    9. Hendar Ardiansyah 08700170

    10. I Komang Gede W 08700172

    11. Shelly SB 08700174

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

    Tahun Akademik 20011/2012

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    2/39

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

    rahmat-Nya penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

    Dalam penulisan makalah ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari

    semua pihak, berkenaan dengan hal itu, maka melalui kesempatan ini penulis menyampaikan

    ucapan terimakasih kepada:

    1. Kenneth C. Hinton, MD, FAAP, selaku tutor kelompok 21

    2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

    dalam penyelesaian makalah ini.

    Pepatah lama mengatakan Tak Ada Gading Yang Tak Retak, begitu pula dengan

    makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan demi

    sempurnanya tugas-tugas kami berikutnya.

    Surabaya, 20 November 2011

    Penyusun

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    3/39

    BAB I

    SKENARIO 2

    BERDEBAR-DEBAR DAN MAKIN KURUS

    Seorang pasien Ny.SS 26 tahun diantar suaminya datang ke anda ketika sedang bertugas di

    poliklinik dengan keluhan berdebar 4bulan lalu. Keluhan lainnya adalah tidak tahan cuaca panas dan

    lebih suka cuaca dingin . Dalam 3 bulan terakhir pasien mengeluh berat badan turun sebanyak 5 kg

    padahal nafsu makannya baik. Keluhan lain adalah mudah letih saat aktivitas ringan dan timbul

    benjolan tidak nyeri di leher depan sejak 1 tahun.

    BAB II

    KATA KUNCI

    Kata kunci yang ditemukan dalam scenario ini:

    1. Berdebar

    2. Tidak tahan cuaca panas

    3. Berat Badan menurun padahal nafsu makannya baik

    4. Mudah letih saat aktivitas ringan

    5. Timbul benjolan tidak nyeri dileher depan

    Pembahasan kata kunci :

    1. Berdebar

    Berdebar yang dirasakan pasien diakibatkan karena meningkatnya kekuatan

    jantung akibat meningkatnya metabolisme jaringan sehingga mempercepat kebutuhan

    oksigen dan memperbanyak pelepasan produk akhir metabolism dari jaringan. Efek

    ini menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di sebagian besar jaringan tubuh,

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    4/39

    sehingga meningkatkan aliran darah. Karena itu curah jantung juga akan meningkat

    sehingga, jantung mengkompensasi dengan meningkatkan kontraksinya sehingga

    timbulah takikardi atau berdebar yang dapat dirasakan oleh pasien.

    2. Tidak tahan cuaca panas

    Sebagian besar dikarenakan tubuh pasien sendiri sudah panas, yang

    disebabkan karena metabolisme dalam tubuh pasien meningkat, seperti metabolism

    karbohidrat, lemak, protein dan lain sebagainya. Karena itu, laju metabolism basal

    pun meningkat. Selain itu, karena meningkatnya kecepatan aliran darah di kulit

    karena kebutuhan pembuangan panas oleh tubuh juga meningkat. Sehingga, biasanya

    pasien sangat mudah berkeringat. Karena factor-faktor inilah, pasien tidak tahan pada

    udara panas, dan lebih baik berada di udara yang dingin yang membuat pasien lebih

    nyaman.

    3. Berat badan menurun padahal nafsu makannya baik

    Bila terdapat gejala seperti ini, terutama pada masyarakat modern akan terpikir

    penyakit Diabetes mellitus. Hal seperti ini sering terjadi bila metabolism dalam tubuh

    sangat meningkat sehingga pasien sering mempunyai nafsu makan yang baik atau

    bahkan lebih untuk mengkompensasinya, Berat badan tetap menurun, dikarenakan

    tidak diikuti dengan bertambahnya kalori. Selain Diabetes mellitus, kelainan yang

    dapat menyebabkan berat badan menurun padahal nafsu makan sangat baik adalah

    hipertyroid.

    4. Mudah letih saat aktivitas ringan

    Hal ini bisa terjadi karena beberapa kemungkinan. Misalnya pada hipertyroid

    terjadi karena lemahnya otot-otot akibat meningkatnya katabolisme protein yang

    berlebihan. Sehingga walaupun aktivitasnya ringan, otot tetap tidak dapat

    berkontraksi dengan normal.

    5. Adanya benjolan tidak nyeri di leher depan

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    5/39

    Dilihat dari anatomi, benjolan di leher depan biasanya terjadi akibat

    pembesaran kelenjar tyroid.

    BAB III

    MINIMUM PROBLEM

    1. Dapatkah anda mengidentifikasi problem apa saja yang sedang dialami nyonya SS?

    2. Patogenesa apakah yang mendasari timbulnya keluhan/problem?

    3. Informasi apa lagi yang anda perlukan untuk menegakkan diagnose?

    4. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul akibat gangguan hipertiroid?

    5. Keadaan darurat apa yang dapat timbul pada keadaan hipertiroid?

    6. Bagaimana penatalaksanaan dasar penyakit hipertiroid?

    7. Bagaimana melakukan edukasi penyakit graves pada penderita dan keluarganya?

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    6/39

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 ANATOMI/HISTOLOGI/FISIOLOGI

    Anatomi

    Tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus) dan bilobular (kanan dan

    kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak di depan trachea tepat di bawah

    cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral

    tubuh), yaitu lobus piramida.

    Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:

    A. Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah

    farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal

    pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen caecum, yang

    berada ventral di bawah cabang farings I.

    B. Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui

    saluran yang disebut ductus thyroglossus.

    C. Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus

    akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.

    D. Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal

    lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.

    Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:

    1. A. thyroidea superior.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    7/39

    2. A. thyroidea inferior.

    3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari

    aorta atau A. anonyma.

    Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:

    1. V. thyroidea superior.

    2. V. thyroidea medialis.

    3. V. thyroidea inferior.

    Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:

    1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis

    2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis

    Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke

    kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke

    limfonoduli mediastinum superior.

    Persarafan kelenjar tiroid:

    1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior

    2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang

    N.vagus) N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi,

    akibatnya pita suara terganggu (stridor/serak).

    Histologi

    Parenkim kelenjar ini terdiri atas:

    1. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi suatu massa koloid.

    Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk kolumner katika folikel lebih aktif

    (seperti perkembangan otot yang terus dilatih).

    2. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel yang berjauhan.

    Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid:

    1. Iodide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh pompa Na+/K+ ATPase.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    8/39

    2. Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami oksidasi. Kelenjar tiroid merupakan satu-

    satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I hingga mencapai status valensi yang lebih inggi.

    Tahap ini melibatkan enzim peroksidase.

    3. Iodinasi tirosin, dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam

    tiroglobulin di dalam reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase (tipe enzim

    peroksidase).

    4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT (diiodotirosin) menjadi T4

    (tiroksin, tetraiodotirosin) atau perangkaian MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3

    (triiodotirosin). reaksi ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.

    5. Hidrolisis yang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi dihambat oleh I,

    sehingga senyawa inaktif MIT dan DIT akan tetap berada dalam sel folikel.

    6. Tiroksin dan triiodotirosin keluar dari sel folikel dan masuk ke dalam darah. Proses ini

    dibantu oleh TSH.

    7. MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami deiodinasi, dimana tirosin

    akan dipisahkan lagi dari I. Enzim deiodinase sangat berperan dalam proses ini.

    8. Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum endoplasma dan kompleks golgi.

    Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan

    Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat

    berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap

    berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa

    hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu

    menimbulkan suatu efek.

    Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:

    1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3

    yang ada di dalam darah.

    2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10%

    dari T4 dan 35% dari T3.

    3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    9/39

    Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki

    aktivitas biolorgis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang

    disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu

    yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami

    proses pengeluaran yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid

    yang secara biologis aktif di tingkat sel.

    Fisiologi

    Secara Fisiologis Hormon Tiroid:

    1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan dengan

    reseptornya di inti sel.

    2. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP

    (adenosin trifosfat) meningkat.

    3. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.

    4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.

    4.2.1 PATOFISIOLOGIS/PATOMEKANISME TYROID

    a. Hipertyroidisme

    Hipertiroid Autoimun

    ETIOLOGI

    Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit

    tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang

    berlebihan.

    Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    10/39

    1. Toksisitas pada strauma multinudular

    2. Adenoma folikular fungsional atau karsinoma (jarang)

    3. Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)

    4. Tumor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-

    TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional)

    5. Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat berhubungan

    dengan hipertiroid sementara pada fase awal.

    Biasanya pada pasien dengan hipertyroid didapatkan kelenjar tyroid membesar dua sampai

    tiga kali ukuran normal, disertai dengan hyperplasia dan lipatan-lipatan sel folikel ke dalam folikel

    sehingga jumlah sel-sel ini sangat meningkat. Perubahan pada kelenjar tyroid ini mirip dengan

    keadaan dengan meningkatnya TSH. Akan tetapi, ditemukan pada sebagian besar pasien, kadarTSHnya kurang dari normal. Namun ditemukan pula adanya bahan yang mempunyai kinerja yang

    mirip dengan TSH di dalm darah, yaitu antibody immunoglobulin yang berikatan dengan reseptor

    membrane yang sama dengan yang mengikat TSH. Antibody ini menyebabkan hipertyroidism karena

    autoimun yang berkembang dalam jaringan tyroid. Sehingga Hipertyroid dapat disimpulkan sebagai

    suatu penyakit yang terjadi akibat produksi hormon tiroid secara berlebihan karena proses autoimun

    di kelenjar tiroid itu sendiri.

    Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar

    batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.

    Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat

    hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas

    normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita

    hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang

    mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya

    tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami

    gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah

    satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan

    reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot

    ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

    Sehingga gejala hipertyroid paling banyak disebabkan karena meningkatnya metabolism

    tubuh yaitu seperti eksoftalmus, sangat mudah terangsang, intoleransi terhadap panas, berkeringat

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    11/39

    banyak, berat badan berkurang, berbagai derajat diare, kelemahan otot, kecemasan atau gangguan

    psikis lainnya, rasa capek yang sangat, dan ditemukan tremor pada tangan

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    12/39

    b. Hipotyroidisme

    pada umumnya efek kelainan hipotyroidism berkebalikan dengan hipertyroidism, namun pada

    hipotyroidism ditemukan mekanisme fisiologis yang khusus. Hipotyroidism, pada beberapa kasus,

    mungkin disebabkan karena autoimun terhadap kelenjar tyroid sendiri, namun imunitasnya lebih

    banyak merusak kelenjar daripada merangsang kelenjar. Pada sebagian besar pasien akan mengalami

    tyroiditis autoimun, yaitu adanya peradangan pada kelenjar dan menyebabkan berkurangnya atau

    tidak adanya sekresi hormone pada akhirnya.

    Gejala hipotyroid yaitu bradikardi, berat badan naik, tidak suka dingin dan pada kasus yang

    parah dapat terjadi miksedema.

    c. Eutyroidisme

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    13/39

    Pada SindromaEutiroid, pemeriksaan tiroid menunjukkan kelainan, meskipun kelenjar tiroid

    berfungsi secara normal. Sindroma sakit eutiroid biasanya terjadi pada orang-orang yang menderita

    penyakit berat selain penyakit tiroid. Jika seseorang sakit, mengalami kekurangan gizi atau telah

    menjalani pembedahan, maka hormon tiroid T4 tidak dirubah menjadi T3. Akan tertimbun sejumlah

    besar hormon T3, yang merupakan hormon tiroid dalam bentuk tidak aktif. Meskipun T4 tidak

    dirubah menjadi T3, tetapi kelenjar tiroid tetap berfungsi dan mengendalikan kecepatan metabolisme

    tubuh secara normal. Diagnosa Eutyroid dengan Pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan kadar

    hormon T3 yang tinggi.

    Karena tidak timbul masalah, maka tidak diperlukan pengobatan. Pemeriksaan laboratorium

    akan kembali normal jika penyakit penyebabnya berhasil diatasi.

    4.2.2 PEMERIKSAAN

    a. Pemeriksaan fisik Kelenjar tyroid

    Cara pemeriksaan penderita dengan kelainan tyroid dalah setelah dilakukan inspeksi

    kemudian dilanjutkan dengan palpasi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien, kemudian

    dengan kedua tangan pemeriksa dari arah belakang meraba kelenjar tyroid. Dengan lembut

    ujung jari kedua tangan anda harus terletak di daerah kelenjar, dengan trakea memisahkan

    kedua tangan tersebut seperti pada gambar.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    14/39

    Penderita juga disuruh menelan ludahnya agar pada saat menelan tersebut dapat dinilai

    apakah benjolan yang ada bergerak atau tidak. Kemudian lakukan penilaian mengenai ukuran, bentuk,

    kepadatan / konsistensi dan adakah nyeri tekan.

    Untuk dapat melakukan penilai yang lebih tepat, dari masing-masing lobus dan kutub kelenjar

    tyroid, tariklah m. sternocleidomastoideus, kemudian raba lobus atau nodule dengan tangan yang lain.

    Jika kutub bawah tidak dapat diraba, mungkin kutub tersebut berada di belakang sternum dan dapat

    dibukyikan dengan perkusi.

    Dapat juga melakukan auskultasi pada tyroid yang membesar, untuk mengetahui adakan

    bruits pada kelenjar yang merupakan suatu keadaan vaskularisasi yang bertambah. Auskultasi

    dilakukan dari arah depan. Bising atau getaran tyroid hamper selalu patogomonik untuk penyakin

    graves.

    Pemeriksaan Tirotoksikosis

    Indeks klinis Wayne (Eutiroid < 10)

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    15/39

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    16/39

    Indeks klinis Newcastle [Eutiroid (11) (+23)]

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    17/39

    4.3 PATOFISIOLOGI PENURUNAN BERAT BADAN

    Pada banyak kasus, penurunan berat badan tidak diketahui pasti penyebabnya

    (idiopatik), tetapi penurunan berat badan yang cukup besar dan tidak disadari biasanya

    merupakan efek dari penyakit yang serius.

    Ada tiga mekanisme terjadinya penurunan berat badan, tetapi dalam satu pasien dapat

    berlangsung lebih dari satu mekanisme.

    1. Peningkatan keluaran energi.

    Mekanisme ini dapat terjadi pada hipertiroid, feokromositoma, dan aktivitas yang berlebihan.

    2. Peningkatan kehilangan energi

    Bila penurunan berat badan diikuti dengan adanya peningkatan asupan kalori, maka

    mekanisme kedua ini yang terjadi. Ini dapat terjadi pada kondisi seperti kencing manis,

    hipertiroid, sindrom malabsorbsi, dan kadang pada limfoma dan leukemia.

    3. Penurunan asupan energi

    Mekanisme ketiga ini merupakan mekanisme yang paling sering terjadi. Ini disebabkan

    karena adanya penurunan nafsu makan yang dimungkinkan karena adanya penyakit saluran

    pencernaan, infeksi (HIV, TBC, endocarditis), keganasan, gangguan kejiwaan, dan berbagai

    penyakit yang sering berhubungan dengan hilangnya nafsu makan seperti gagal jantung,

    penyakit paru obstruktif kronik, penyakit ginjal kronik, penyakit syaraf, dan penyakit

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    18/39

    autoimun.

    4.4 ANAMNESA, PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

    IDENTITAS

    Nama : Ny.SS

    Umur : 26 tahun

    Alamat : Jl.Soka 23 Gedangan , Sidoarjo

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Swasta

    ANAMNESA

    - Keluhan Utama

    Berdebar debar

    - Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS )

    Berdebar - debar sejak 4 bulan terakhir , berdebar pada saat istirahat dan saat aktivitas

    bertambah parah, tidak disertai nyeri dada dan sesak napas

    tidak tahan cuaca panas dan lebih suka cuaca dingin.

    dalam 3 bulan terakhir, berat badan turun dari 55kg menjadi 50 kg, padahal nafsu

    makan baik.

    mudah letih saat aktivitas ringan sejak 1bulan terakhir

    timbul benjolan tidak nyeri di leher depan sejak 1 tahun

    tangan selalu basah dan sering gemetar bersamaan dengan penurunan BB

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    19/39

    - Riwayat Penyakit Keluarga (RPK )

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita sebelumnya

    - Riwayat Penyakit Dahulu ( RPD )

    Setahun lalu muncul benjolan tidak nyeri di leher depan dan secara perlahan

    bertambah besar .

    Karena tidak nyeri benjolan dianggap hal biasa dan tidak pernah diperiksa ke dokter.

    - Riwayat Sosial

    Menikah 1tahun tetapi belum punya keturunan.

    - Riwayat pengobatan :

    Sesekali ke klinik umum dekat rumah karena mudah letih, hanya diberi vitamin .

    4.4. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Baik

    Vital Sign

    Kesadaran : Komposmentis

    Tekanan darah : 140/ 60 mmHg

    Nadi : 108 x /menit

    Respiratory Rate : 26x / menit

    Suhu : 37,20 C

    TB : 160cm

    BB : 50kg

    Pemeriksaan Fisik

    1. Kepala Leher

    Mata : eksoptalmus pada kedua mata

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    20/39

    Leher : benjolan difus di leher depan, bergerak naik turun saat menelan,

    dan didapatkan bunyi bruit.

    2.Thoraks

    Inspeksi : paru dalam batas normal dan jantung tak membesar

    Palpasi : takikardi

    Auskultasi : suara jantung normal tanpa ada bising

    3.Abdomen

    Tak ada kelainan .

    4.Ekstremitas

    Hiperrefleksia (+) , telapak tangan hangat dan lembab, jari-jari tremor halus (+)

    4.5. Pemeriksaan Penunjang

    Darah :

    Hb 12,3 g/dl

    Leukosit 7800 mm3

    Kimia Darah:

    Gula darah puasa 130 mg/dl , Total Cholesterol 125 mg/dl , Triglyceride

    120mg/dl

    Tes fungsi hati dan ginjal dalam batas normal

    Total T4 22 g/dl (Normal : 4,5 -12,5 g/dl)

    Total T3 3,4 g/dl (Normal : 1,3 2,9 g/dl)

    TSH < 0,003 IU/L (Normal : 0,3 5,0 IU/L)

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    21/39

    Radiologi :

    USG kelenjar tiroid : struma solid dengan hipervaskularisasi

    Thyroid scanning pembesaran kelenjar tiroid dengan hiperaktivitas

    homogen.

    BAB V

    DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

    Penyakit-penyakit dibawah ini kami ambil sesuai dengan gejala yang dialami pasien

    lalu beberapa akan kami analisa dan yang paling spesifik menggambarkan gejala-gejala yang

    terdapat pada Ny. SS akan kami ambil sebagai Diagnosa Akhir.

    1. GRAVE DISEASE

    Penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertiroidisem (produksi berlebihan dari

    kelenjar tiroid) yang ditemukan dalam sirkulasi darah. Graves disease lazim juga disebut

    penyakit Basedow. penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda usia 20 40

    tahun terutama wanita, tetapi penyakit ini dapat terjadi pada segala umur .

    GEJALA KLINIS

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    22/39

    Trias Morbus Basedow :

    Struma difus

    Hipertiroid

    Eksoftamos

    Gejala klinis lainnya :

    Berkeringat berlebihan

    Tremor tangan

    Menurunnya toleransi terhadap panas

    Penurunan berat badan dengan nafsu makan yang baik

    Ketidakstabilan emosi

    Gongguan menstruasi, berupa amenore

    Polidefekasi

    Pemeriksaan fisik

    Akral : hangat, namun terjadi peningkatan produksi keringat terutama di telapak

    tangan

    Kepala : pada mata terjadi eksoftalmus; iritasi conjungtiva; edema periorbital

    Leher : terdapat pembesaran kelenjar tiroid difus, lunak, dan tidak nyeri. Bila di

    auskultasi terdengar thyroid bruit

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    23/39

    Thorax : tachypnea, tachycardia, murmur, hyperdynamic precordium, terdengar

    suara S3 dan S4, ectopic beats, irregular heart rate and rhythm

    Abdomen : peningkatan bising usus

    Extremitas : edema

    Neuron : tremor tangan (biasanya bilateral) ; hiperreflexia

    Psikis : insomnia, anxietas, depresi

    Pemeriksaan penunjang

    TSI (thyroid stimulating immunoglobulins) biasa meningkat pada penderita tiroiditisautoimun

    USG

    X-Ray

    Pemeriksaan hormon tiroid (T3 dan T4) dan TSH (tiroid stimulating hormon)

    DIAGNOSIS

    Diagnosis dapat dibuat berdasarkan dari tanda dan gejala yang ada, dan dari hasil

    laboratorium berupa kadar dari hormon tiroid (tiroksin/ T4, triyodotironin/ T3) dan kadar dari

    tiroid stimulating hormone (TSH). Free T4 dan free T3 yang tinggi merupakan suatu petanda,

    sambil TSH memberikan negative feedback. Peningkatan ikatan protein iodium mungkin

    dapat terdeteksi. Struma yang besar kadang terlihat pada foto rontgen. Tiroid stimulating

    antibodi mungkin dapat terlihat pada pemeriksaan serologi.

    2. HASHIMOTO TYROIDITIS

    Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis autoimun) adalah peradangan kelenjar tiroid yang

    sering menyebabkan hipotiroidisme. Tiroiditis Hashimoto merupakan jenis tiroiditis yang

    paling sering ditemukan. Paling sering terjadi pada wanita usia lanjut dan cenderung

    diturunkan.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    24/39

    Dalam penyakit Hashimoto, juga dikenal sebagai tiroiditis limfositik kronis, sistem

    kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid. Peradangan yang dihasilkan sering menyebabkan

    kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme).

    PENYEBAB

    Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam suatu reaksi

    autoimun, membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid. Penyakit ini 8 kali lebih

    sering terjadi pada wanita dan bisa terjadi pada orang-orang yang memiliki kelainan

    kromosomtertentu, seperti sindroma Turner, sindromaDown dan sindromaKleinefelter.

    GEJALA

    * Kelelahan dan kelesuan

    * Meningkatkan sensitivitas terhadap dingin

    * Sembelit

    * Kulit pucat, kulit kering

    * Wajah bengkak

    * Suara parau

    * Tingkat kolesterol darah tinggi

    * Nyeri otot, kelembutan dan kekakuan, terutama di bahu dan pinggul

    * Sakit dan kekakuan pada sendi dan bengkak pada lutut atau sendi kecil di tangan dan kaki

    * Kelemahan otot

    * Perdarahan menstruasi yang berkepanjangan (menoragia)

    * Depresi

    PEMERIKSAAN FISIK

    1. Puffy face dan edema periorbital

    2. Kulit dingin, kasar, dan kering

    3. Edema perifer pada tangan dan kaki, biasanya tipe nonpitting edema

    4. Kuku Tebal dan rapuh

    5. Kehilangan rambut yang difus di daerah kepala, bulu mata, kulit, alat genital dan

    wajah

    6. Bradikardi karena menurunnya kontraktilitas dan denyut jantung

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    25/39

    7. Kenaikan tekanan darah biasanya berupa hipertensi diastolik

    8. Suara serak dan bicara lambat

    9. Sindroma Carpal Tunnel

    10. Kelenjar thyroid biasanya membesar, keras, kenyal, tanpa adanya lembut, atau bruit.

    Ukurannya dapat normal bahkan tidak teraba sama sekali.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan laboratorium

    Pada keadaan timbulnya gejala-gejala subyektif dan temuan dalam pemeriksaan fisik

    maka pemeriksaan serum TSH dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan TSH

    merupakan suatu tes yang sensitif untuk mengetahui fungsi thyroid. Biasanya ditemukan

    kadar TSH meningkat, sedangkan kadar T4 total atau T4 bebas rendah. Sedangkan kadar

    serum total T3 dan T3 bebas tidak akan menurun hingga ada kerusakan lebih lanjut, karena

    terjadinya peningkatan konsentrasi serum thyrotropin menstimulasi thyroid untuk melepaskan

    T3. Pada saat total T4 lebih banyak ditemukan daripada T4 bebas, T3 resin uptake dapat

    membantu untuk mengkoreksi kadar protein binding antara T4 total dan T3, terutama bila ada

    kadar abnormalitas dari TBG. Bila kedua serum TSH dan T4 kadarnya rendah hal ini

    memperkuat adanya keadaan hipothyroidisme, begitu pula bila kadar T3 lebih rendah

    dibawah kadar normal maka gejala-gejala dan tanda-tanda hypothyroidisme akan muncul.

    Ditemukannya autoantibodi thyroid yaitu anti TPO dan antibodi anti-Tg memperkuat

    adanya penyakit thyroiditis Hashimoto.

    Pemeriksaan radiologi dan usg

    Pemeriksaan USG biasanya tidak diperlukan dalam menegakkan diagnosa thyroiditis

    Hashimoto, tetapi berguna untuk memperkirakan ukuran thyroid dan ekstensi retrosternal dan

    untuk mengevaluasi bentuk dari nodul jika ada. Alat USG digunakan untuk menentukan

    nodul itu kistik atau solid dan mungkin bermanfaat untuk pemeriksaan Fine-needle aspiration

    dari nodul berukuran kecil pada saat ada indikasi dan penderita dalam keadaan bentuk

    anatomi leher yang berubah. Diagnosa pasti untuk menentukan jinak dan ganasnya lesi

    daripada thyroid hanya dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan sitologi atau histologi dari

    jaringan thyroid. Iodium uptake dan scan biasanya tidak diindikasikan untuk mengkonfirmasi

    diagnosa thyroiditis Hashimoto ( biasanya uptake iodium mungkin meningkat sementara pada

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    26/39

    pasien thyroiditis Hashimoto dengan intake iodium dari makanannya rendah karena efek dari

    peningkatan kadar TSH). Pemeriksaan T4 dan T3 berguna untuk membedakan antara

    thyroiditis hashimoto dan penyakit Grave jika ada hipertiroidisme sekunder. Pada pasien

    dengan nodul yang jelas uptake iodium dan scan mungkin berguna untuk mengklasifikasi

    nodul tersebut nodul panas atau dingin, tetapi kadar TSH biasanya adekuat untuk mengetahui

    status fungsional dari thyroid.

    DIAGNOSIS

    Dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid pada contoh darah untuk menentukan apakah

    fungsi kelenjar masih normal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan

    fisik dan adanya antibodi yang menyerang kelenjar (antibodi antitiroid) di dalam darah.

    3. PLUMMER DISEASE

    Pada penyakit Grave kelenjar tiroid membesar secara diffus dan sering disertai

    gejala pada mata, sedangkan pada penyakit Plummer gejala mata tidak ada dan biasanya

    disebabkan oleh hipersekresi hormon tiroid oleh satu nodulus tiroid.

    Pada penyakit plummer adanya riwayat massa yang tumbuh lambat, tirotoksikosis yg

    tidak lazim, kecuali lesi berdiameter 3 cm.

    4. STRUMA OVARII

    sebagian kelenjar atau keseluruhannya berbentuk kistik, yang terisi oleh cairan

    gelatinous (seperti agar-agar). Ovarium kontralateral dapat berisi teratoma lainnya, namun

    struma jarang bilateral. Sebagian besar jaringan struma tidaklah aktif secara fungsional, dan

    kasus-kasus yang berhubungan dengan tirotoksikosis dapat terjadi karena stimulasi otoimun

    dari kelenjar tiroid normal.

    Perubahan ganas jaringan tiroid dapat berpola papillary, follicular, atau campuran

    (mixed), dan dapat termasuk elemen mucinous cystadenocarcinoma, Brenner tumor,

    carcinoid, atau melanoma. jarang terjadi vaskular invasion.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    27/39

    5. DIABETES MELITUS

    Simptoma hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik lainnya, yaitu :

    poliuria - sering buang air kecil, polidipsia - selalu merasa haus, polifagia - selalu merasa

    lapar, penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1dan setelah

    jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:

    gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan, gangguan pada ginjal hingga

    berakibat pada gagal ginjal, gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang

    dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron, gangguan pada

    sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi

    seksual, dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-

    ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma.

    Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau

    kencing manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan

    6. PENYAKIT JANTUNG

    Dengan gejala Sesak napas, Palpitasi (denyut jantung yang tidak teratur,

    dilewati ketukan, atau flip-flop), detak jantung lebih cepat, Kelemahan

    atau pusing, Mual, dan Berkeringat. Wolff-Parkinson-White Syndrom perlu

    diperkirakan.

    7. ANXIETY DISORDER

    8. SUBACUT TYROIDITIS

    9. TBC

    10. COCAINE TOXICITY / DRUG ABUSE

    BAB VI

    DIAGNOSA AKHIR

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    28/39

    Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan yang di lakukan. Kami dapat menentukan

    diagnosa yakni bahwa pasien tersebut mengalami Grave Disease.

    Grave Disease adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertiroidisem

    (produksi berlebihan dari kelenjar tiroid) yang ditemukan dalam sirkulasi darah dimana zat

    antibody menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk

    memproduksi hormone tiroid terus menerus.

    Grave disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria , gejalanya dapat

    timbul pada berbagai usia , terutama pada usia 20-40 tahun. Factor keturunan juga dapat

    mempengaruhi terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh dimana zat antibody menyerang

    sel dalam tubuh itu sendiri.

    BAB VII

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    29/39

    MEKANISME DIAGNOSIS

    ANAMNESA

    KeluhanBerdebar

    Riwayat Penyakit

    Sekarang

    - Berdebar - debar saat istirahat dan saat aktivitas bertambah parah

    - tidak disertai nyeri dada dan sesak napas

    - tidak tahan cuaca panas dan lebih suka cuaca dingin.

    - dalam 3 bulan terakhir, berat badan turun dari 55kg menjadi 50 kg,

    padahal nafsu makan baik.

    - mudah letih saat aktivitas ringan sejak 1bulan terakhir

    - timbul benjolan tidak nyeri di leher depan sejak 1 tahun

    - tangan selalu basah dan sering gemetar (tremor)- Mengeluh kepalanya pusing

    - diare, kadang BAB tidak keluar

    Riwayat Penyakit

    Dahulu

    Setahun lalu muncul benjolan tidak nyeri di leher depan dan secara

    perlahan bertambah besar .

    Karena tidak nyeri benjolan dianggap hal biasa dan tidak pernah

    diperiksa ke dokter.

    Riwayat Penyakit

    Keluarga Tidak ada menderita penyakit yang sama

    Riwayat Obat

    Karena :

    - Pny.Jantung

    - Hypertyroid- Gilbert

    Syndrom

    Sesekali ke klinik umum dekat rumah karena mudah letih,

    hanya diberi vitamin

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    30/39

    PEMERIKSAAN FISIK

    Inspeksi: paru dalam

    batas normal dan jantung tak

    membesar

    Palpasi: takikardi

    Auskultasi: suara

    jantung normal tanpa ada

    Abdomen:

    Tidak ada

    kelainan

    4.Ekstremitas

    Hiperrefleksia (+) , telapak

    tangan hangat dan lembab,

    Keadaan Umum Baik

    Vital Sign

    Kesadaran

    :Komposmentis

    Tensi: 140/60 mmHg

    Nadi : 108 x /menit

    Res irator Rate: 26x /

    1. Kepala Leher

    Mata :

    eksoptalmus pada kedua

    mata

    Leher : benjolan

    difus di leher depan, bergerak naik turun saat

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    31/39

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    BAB VIII

    Darah Lengkap

    - Hb 12,3 g/dl

    - Leukosit 7800 mm3

    - HCT/PCV

    meningkat

    - Trombosit normal

    Grave Disease

    Radiologi

    USG kelenjar tiroid:

    struma solid dengan

    hipervaskularisasi

    Thyroid scanning

    pembesaran kelenjar tiroid

    Kimia darah

    Gula darah puasa 130 mg/dl

    Total Cholesterol 125 mg/dl

    Triglyceride 120mg/dl

    Tes fungsi hati dan ginjal dalam batas

    normal

    Total T4 22 g/dl (Normal : 4,5 -12,5 g/dl)

    Total T3 3,4 g/dl (Normal : 1,3 2,9 g/dl)

    TSH < 0,003 IU/L (Normal : 0,3 5,0 IU/L)

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    32/39

    STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

    Terdapat 3 modalitas pengobatan pada penyakit Graves, yaitu obat antitiroid, operasi

    dan Iodium-131 (131I). Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal, antara lain berat

    ringannya tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan

    respons/reaksi terhadapnya, serta penyakit lain yang menyertainya.

    I. Obat-obatan

    1. Obat Antitiroid : Golongan Tionamid

    Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol.

    Tiourasil dipasarkan dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan

    dengan nama metimazol dan karbimazol. Obat golongan tionamid lain yang baru

    beredar ialah tiamazol yang isinya sama dengan metimazol..

    Mekanisme Kerja

    Obat golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid. Mekanisme

    aksi intratiroid yang utama ialah mencegah/mengurangi biosintesis hormon tiroid T-3

    dan T-4, dengan cara menghambat oksidasi dan organifikasi iodium, menghambat

    coupling iodotirosin, mengubah struktur molekul tiroglobulin dan menghambat

    sintesis tiroglobulin. Sedangkan mekanisme aksi ekstratiroid yang utama ialah

    menghambat konversi T-4 menjadi T-3 di jaringan perifer (hanya PTU, tidak pada

    metimazol). Atas dasar kemampuan menghambat konversi T-4 ke T-3 ini, PTU lebih

    dipilih dalam pengobatan krisis tiroid yang memerlukan penurunan segera hormon

    tiroid di perifer. Sedangkan kelebihan metimazol adalah efek penghambatan

    biosintesis hormon lebih panjang dibanding PTU, sehingga dapat diberikan sebagai

    dosis tunggal.

    Dosis

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    33/39

    Besarnya dosis tergantung pada beratnya tampilan klinis, tetapi umumnya

    dosis PTU dimulai dengan 3100-200 mg/hari dan metimazol/tiamazol dimulai

    dengan 20-40 mg/hari dosis terbagi untuk 3-6 minggu pertama. Setelah periode ini,

    dosis dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai respons klinis dan biokimia. Apabila

    respons pengobatan baik, dosis dapat diturunkan sampai dosis terkecil PTU 50mg/hari

    dan metimazol/ tiamazol 5-10 mg/hari yang masih dapat mempertahankan keadaan

    klinis eutiroid dan kadar T-4 bebas dalam batas normal.4 Bila dengan dosis awal

    belum memberikan efek perbaikan klinis dan biokimia, dosis dapat dinaikkan

    bertahap sampai dosis maksimal, tentu dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab

    lainnya seperti ketaatan pasien minum obat, aktivitas fisis dan psikis.

    Efek Samping

    Meskipun jarang terjadi, harus diwaspadai kemungkinan timbulnya efek

    samping, yaitu agranulositosis (metimazol mempunyai efek samping agranulositosis

    yang lebih kecil), gangguan fungsi hati, lupus like syndrome, yang dapat terjadi dalam

    beberapa bulan pertama pengobatan.3 Untuk mengantisipasi timbulnya efek samping

    tersebut, sebelum memulai terapi perlu pemeriksaan laboratorium dasar termasuk

    leukosit darah dan tes fungsi hati, dan diulang kembali pada bulan-bulan pertama

    setelah terapi. Bila ditemukan efek samping, penghentian penggunaan obat tersebut

    akan memperbaiki kembali fungsi yang terganggu, dan selanjutnya dipilih modalitas

    pengobatan yang lain seperti 131I atau operasi. Bila timbul efek samping yang lebih

    ringan seperti pruritus, dapat dicoba ganti dengan obat jenis yang lain, misalnya dari

    PTU ke metimazol atau sebaliknya

    Evaluasi

    Evaluasi pengobatan perlu dilakukan secara teratur mengingat penyakit

    Graves adalah penyakit autoimun yang tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi

    remisi. Evaluasi pengobatan paling tidak dilakukan sekali/bulan untuk menilai

    perkembangan klinis dan bikokimia guna menentukan dosis obat selanjutnya. Dosis

    dinaikkan dan diturunkan sesuai respons hingga dosis tertentu yang dapat mencapai

    keadaan eutiroid. Kemudian dosis diturunkan perlahan hingga dosis terkecil yang

    masih mampu mempertahankan keadaan eutiroid, dan kemudian evaluasi dilakukan

    tiap 3 bulan hingga tercapai remisi. Parameter biokimia yang digunakan adalah FT-4

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    34/39

    (atau FT-3 bila terdapat T-3 toksikosis), karena hormon-hormon itulah yang

    memberikan efek klinis, sementara kadar TSH akan tetap rendah, kadang tetap tak

    terdeteksi, sampai beberapa bulan setelah keadaan eutiroid tercapai. Sedangkan

    parameter klinis yang dievaluasi ialah berat badan, nadi, tekanan darah, kelenjar

    tiroid, dan mata.(3,4,5)

    2. Obat Golongan Penyekat Beta

    Obat golongan penyekat beta, seperti propranolol hidroklorida, sangat

    bermanfaat untuk mengendalikan manifestasi klinis tirotoksikosis (hyperadrenergic

    state) seperti palpitasi, tremor, cemas, dan intoleransi panas melalui blokadenya pada

    reseptor adrenergik. Di samping efek antiadrenergik, obat penyekat beta ini juga dapat-meskipun sedikit- menurunkan kadar T-3 melalui penghambatannya terhadap

    konversi T-4 ke T-3. Dosis awal propranolol umumnya berkisar 80 mg/hari.

    Di samping propranolol, terdapat obat baru golongan penyekat beta dengan

    durasi kerja lebih panjang, yaitu atenolol, metoprolol dan nadolol. Dosis awal atenolol

    dan metoprolol 50 mg/hari dan nadolol 40 mg/hari mempunyai efek serupa dengan

    propranolol.

    Pada umumnya obat penyekat beta ditoleransi dengan baik. Beberapa efek

    samping yang dapat terjadi antara lain nausea, sakit kepala, insomnia, fatigue, dan

    depresi, dan yang lebih jarang terjadi ialah kemerahan, demam, agranulositosis, dan

    trombositopenia. Obat golongan penyekat beta ini dikontraindikasikan pada pasien

    asma dan gagal jantung, kecuali gagal jantung yang jelas disebabkan oleh fibrilasi

    atrium. Obat ini juga dikontraindikasikan pada keadaan bradiaritmia, fenomena

    Raynaud dan pada pasien yang sedang dalam terapi penghambat monoamin oksidase.

    3. Obat-obatan Lain

    Obat-obat seperti iodida inorganik, preparat iodinated radiographic contrast,

    potassium perklorat dan litium karbonat, meskipun mempunyai efek menurunkan

    kadar hormon tiroid, tetapi jarang digunakan sebagai regimen standar pengelolaan

    penyakit Graves. Obat-obat tersebut sebagian digunakan pada keadaan krisis tiroid,

    untuk persiapan operasi tiroidektomi atau setelah terapi iodium radioaktif.

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    35/39

    II. Operasi

    Pilihan operasi jenis tiroidektomi subtotal pada penyakit Graves diindikasikan

    bila struma besar atau dengan struma retrosternal hingga menyebabkan pendesakan,

    respons terhadap obat antitiroid kurang memadai, atau terdapat efek samping obat.3

    Sebelum tindakan operasi dilaksanakan, keadaan hipertiroidismenya harus diobati

    terlebih dulu hingga tercapai eutiroidisme baik klinis maupun biokimia. Iodida

    inorganik biasanya diberikan selama 7-10 hari sebelum operasi dengan tujuan

    mengurangi vaskularisasi kelenjar tiroid dan mempermudah prosedur operasi. Di

    senter yang berpengalaman, angka hipertiroidisme yang teratasi mencapai 98%

    dengan sedikit komplikasi operasi. Komplikasi hipotiroidisme yang terjadi, terutama

    disebabkan sedikitnya sisa tiroid yang tertinggal dan adanya antibodi antitiroid.

    Angka kekambuhan hipertiroidisme dilaporkan sebanyak 5-15%, sebagian

    besar dialami kelompok pasien dengan kadar TR-Ab tinggi sebelum operasi dan

    dengan keterlibatan mata yang serius. Pada kelompok seperti ini sebaiknya dilakukan

    tiroidektomi total, bukan tiroidektomi subtotal. Pada kelompok yang mengalami

    kekambuhan pasca tiroidektomi subtotal, pilihan selanjutnya ialah terapi Iodium

    radioaktif.

    III. Iodium Radioaktif

    Terapi iodium radioaktif merupakan terapi pilihan pada pasien yang mengalami

    kekambuhan setelah terapi obat antitiroid jangka panjang dengan problem kardiak, atau

    pasien Graves yang berat karena kelompok tersebut diperkirakan akan sulit mencapai remisi

    dengan obat antitiroid. Indikasi lain terapi ini ialah bila terdapat efek samping serius terhadap

    obat antitiroid, juga pada sebagian besar pasien multinodular-uninodular toksik. Terapiiodium radioaktif dikontraindikasikan pada wanita hamil dan sedang menyusui.

    Evaluasi pasien dilakukan dengan interval 4-6 minggu selama 3 bulan pertama, dan

    selanjutnya sesuai dengan keadaan klinis dan biokimia. Bila ingin hamil, sebaiknya ditunda

    hingga 4 bulan pascaterapi.2 Hipotiroidisme, yang sering merupakan komplikasi terapi

    iodium radioaktiv, dapat muncul pada 6-12 bulan pertama setelah terapi, tetapi dapat juga

    muncul setiap saat. Bila hipotiroidisme terjadi, dapat diberikan L-tiroksin dosis titrasi, dengan

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    36/39

    target kadar FT-4 dan TSH normal. Bila telah tercapai eutiroid yang stabil, evaluasi dapat

    dilakukan setahun sekali.

    REMISI

    Angka keberhasilan remisi dipengaruhi beberapa hal, antara lain lamanya pengobatan,

    kadar TSH dan kadar antibodi terhadap reseptor TSH. Dianjurkan lama pengobatan dengan

    obat antitiroid berkisar antara 1-2 tahun. Dahulu, usaha untuk meningkatkan angka remisi

    dilakukan dengan menambah hormon L-tiroksin. Dasarnya, obat antitiroid mempunyai efek

    imunosupresif dan dengan kombinasi L-tiroksin maka dosis obat antitiroid dapat

    dimaksimalkan.

    Bila remisi telah tercapai, pengobatan dapat dihentikan, tetapi evaluasi tetap harus

    diteruskan. Pada tahun pertama, evaluasi dilakukan tiap 3 bulan, karena kekambuhan

    biasanya terjadi pada periode tersebut. Kemudian evaluasi dapat dilakukan tiap 1 tahun.

    Dalam evaluasi tersebut, parameter yang diperiksa ialah tanda dan gejala klinis serta

    pemeriksaan laboratorium TSH dan FT-4 (atau FT-3 bila terdapat T-3 toksikosis).

    Bila terjadi kekambuhan, pilihan pengobatan selanjutnya adalah 131I atau operasi.

    Obat antitiroid dapat dicoba lagi bila pasien menolak atau terdapat kontraindikasi pengobatan

    iodium radioaktif atau operasi. Angka kekambuhan dipengaruhi oleh kadar TSH yang selalu

    rendah atau tak terdeteksi untuk jangka panjang walaupun keadaan eutiroid telah tercapai,

    atau adanya kadar antibodi reseptor TSH yang tinggi

    BAB IX

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    37/39

    PROGNOSIS & KOMPLIKASI

    PROGNOSIS

    Hipertiroid yang disebabkan oleh goiter multinodular toksik dan toksik adenoma

    bersifat permanen dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Setelah kenormalan fungsi tiroid

    tercapai dengan obat-obat antitiroid, direkomendasikan untuk menggunakan iodin radioaktif

    sebagai terapi definitifnya, karena prognosisnya akan jauh lebih baik setelah diterapi dengan

    iodin radioaktif.

    KOMPLIKASI

    Hipertiroid yang menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi atrium

    dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia dapat terjadi episode paralysis

    yang diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat da adanya hipokalemia dapat

    terjadi sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan

    hipertiroid dapat mengalami penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan

    ginekomastia.

    Komplikasi hipertiroidisme juga dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik

    (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang

    menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang

    tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang

    menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak

    diobati, kematian.

    Komplikasi lainnya penyakit jantung Hipertiroid dapat menyebabkan oftalmopati Graves,

    dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

    Krisis tiroid: mortalitas.

    TANDA RUJUKAN PASIEN

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    38/39

    Pasien Graves disease memiliki kecenderungan mengalami gangguan pada sistem

    kardiovaskularnya. Gagal jantung, tachyarrhytmia, dan atrial fibrilasi memerlukan

    penanganan intensif. Selain itu keadaan thyroid storm juga memerlukan penanganan segera.

    CARA PENYAMPAIAN PROGNOSA PADA PASIEN

    Menyampaikan bahwa pasien menderita suatu penyakit autoimun (penyakit dari dalam

    tubuh sendiri), menyampaikan bahwa penyakit pasien ini dapat diusahakan untuk

    disembuhkan, beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat anti-

    tiroid karena pasien menderita penyakit yang membuat hormone tiroidnya meningkat didalam

    darah, untuk mengatasi penyakit ini adakalanya pasien membutuhkan tindakan operasi

    apabila dengan obat terapi tidak berhasil, bila demikian, oprasi harus dipersiapkan denganmatang, baik dari kesiapan pasien dan juga dokter, dan juga harus sesuai dengan prosedur

    oprasi untuk mengihindari kemungkinan terjadinya Tyroid Storm saat melakukan tindakan

    operasi.

    PERAN PASIEN/KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN

    Dukungan motivasi yang diberikan keluarga sangat penting bagi penderita hipertiroid.

    Komplikasi yang mungkin juga dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid

    storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani

    terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak

    terdiagnosis. Disini peran keluarga sangat penting dimana dengan support kepada pasien

    karena gangguan dengan komplikasi yang lain akan sangat berpengaruh terhadap psikis

    penderita.

    BAB X

  • 8/3/2019 Skenario II Klp 21-7b

    39/39

    PENUTUP

    Pada scenario 2 ini kami sebisa mungkin melakukannya dengan teliti agar dapat

    mengaplikasikan segala pelajaran yang kami dapatkan di kuliah ke dalam suatu kasus yang

    klinis. Sehingga kami berharap makalah yang kami buat dapat bermanfaat

    DAFTAR PUSTAKA

    Guyton , Arthur C, Hall. 2007.Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

    Halim, Johannes , Dr. 1989.Atlas Praktikum Histologi. Jakarta : EGC

    http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/08/05/kenali-tanda-tanda-

    hipertiroid-dan-cegahlah-segera/

    http://www.totalkesehatananda.com/hipertiroid3.html