Skenario d Blok 20 Phe

download Skenario d Blok 20 Phe

of 18

Transcript of Skenario d Blok 20 Phe

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    1/18

    SKENARIO D

    PUBLIC HEALTH EDUCATION(PHE)

    Pak Widodo mengalami batuk-batuk sejak 3 minggu yang lalu. Beliau tidak mengalami demam

    namun merasa nafsu makannya berkurang. Menurut teman-temannya itu hal yang biasa dan dapat dialami

    semua orang. Karena itu Pak Widodo membeli obat batuk di toko obat dan tetap bekerja seperti biasa

    karena ia merasa tidak sedang sakit dan kalau tidak bekerja ia tidak mendapatkan upah harian sebagaiburuh lepas. Satu minggu kemudian ia merasa batuknya makin bertambah sering, nafsu makan hampir

    tidak ada, dan terasa meriang serta berkeringat pada sore dan malam hari. Ia kemudian membeli obat

    demam dan penambah nafsu makan. Tiga hari kemudian tiba-tiba ia mengalami batuk berdarah. Pak

    Widodo merasa takut dan secepatnya pergi ke puskesmas untuk berobat, dan kemudian didiagnosis

    menderita TBC. Sebagai dokter di puskesmas tersebut, yang memahami konsep kesehatan masyarakat

    dan kedokteran pencegahan, apa yang anda lakukan terhadap Pak Widodo secara comprehensive dan

    holistic?

    I. Identifikasi Masalah1. Pak Widodo mengalami batuk-batuk dan penurunan nafsu makan sejak tiga minggu yang lalu.2. Menurut teman-temannya keluhan tersebut merupakan hal yang biasa, sehingga Pak Widodo

    membeli obat batuk di toko obat.

    3. Pak Widodo tetap bekerja karena merasa tidak sedang sakit dan takut tidak mendapatkan upahharian.

    4. Satu minggu kemudian batuk makin bertambah sering, nafsu makan hampir tidak ada, terasameriang, serta berkeringat pada sore dan malam hari.

    5. Tiga hari kemudian, dia mengalami batuk berdarah dan pergi ke puskesmas, kemudiandidiagnosis menderita TBC.

    II. Analisis Masalah1. Apa saja kemungkinan penyebab batuk lebih dari 3 minggu?

    Penyebab batuk pada dasarnya adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan

    oleh inflamasi (peradangan), baik oleh bakteri, virus, dan jamur, disertai dengan mukus yang

    banyak. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena benda asing tetapi dapat pula oleh termal.

    Selain itu batuk juga dapat disebabkan oleh payah jantung, tumor THT, dan tumor pada saluran

    pernapasan. Baik penyakit paru obstruktif kronik (bronkitis kronik, asma, emfisema, dan

    bronkiektasis), maupun penyakit paru restriktif (berbagai penyakit interstisial dan degeneratif)

    dan berbagai penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan batuk. Iritasi pada saluran

    pernapasan selain disebabkan oleh faktorfaktor mekanik, dapat pula disebabkan oleh iritan,seperti rokok, gas, dan bahan-bahan kimia, dapat pula merupakan stimulan dalam terjadinya

    batuk.

    Tabel 1. Penyebab batuk kronis (batuk > 2minggu)

    Bronkitis kronik Batuk lebih dari 3 bulan berturut-turut atau lebih dari 2

    tahun. Batuk mukopurulen dan terdapat eksaserbasi

    Bronkiektasis Batuk pagi, sputum kental, purulen dan berlapis-lapis

    TBC Batuk berminggu-minggu dan berdarah, sifat batuk

    dimulai dari batuk kering, batuk produktif, batuk darah

    Asma Batuk, ekspirasi panjang dengan adanya wheezing

    Fibrosis interstisialdan infiltasi Batuk kering dan menetap

    Perokok Batuk pagi dan sedikit produktif, kecuali bila terdapat

    gatal-gatal pada tenggorokan

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    2/18

    2

    Karsinoma

    bronkogenik

    Batuk berminggu-minggu, dapat produktif, dapat tidak

    dengan hemoptisis

    Tumor jinak Batuk non produktif

    Tumor mediastinum Batuk yang disertai dengan sesak napas

    Benda asing Batuk yang progresif dan disertai dengan tanda-tanda

    asfiksia

    Dekompensasi

    ventrikel kiri

    Batuk keras, terutama pada posisi terlentang

    Infark paru Baguk disertai dengan hemoptisis

    Tabel 2. Penyebab batuk darah (hemoptisis) menurut penyelidikan Osler A. Abbott

    Penyakit Persentase pasien

    hemoptisis

    Penyakit Persentase pasien

    hemoptisis

    Karsinoma

    bronkogenik

    56 Empiema 24,5

    Abses paru 49,2 Metastasis

    karsinoma

    24

    Infark pulmonal 44Bronkiektasis 43,5 Tumor

    mediastinum

    20

    Tuberkulosis 36,5 Penyakit jantung 17,5

    Kista kongenital 25,8 Obstruksi

    esofagus

    9

    2. Apa definisi sehat?"Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely an absence

    of disease or infirmity World Health Organization (WHO), tahun 1947.

    Definisi di atas (terutama WHO) memproyeksikan keadaan sehat dalam 3 atau 4 dimensipandang yang berbeda,fisik, mental, sosial, dan spiritual

    Sehat secara fisik

    Komponen terpenting, tanda-tanda sehat secara fisik Sehat secara fisik dapat pula diukur dari parameter nilai-nilai normal dari tanda-tanda vital

    tubuh, misal: denyut nadi pada saat istirahat, tekanan darah, dan body mass indeks.

    Sehat secara mental

    A healthy body is a healthy Mind Secara mental puas dengan keadaan dirinya. Tidak kecewa dengan keadaan dirinya.

    Selalu bahagia, senang (ceria), serta tidak pernah merasakan konflik di dalam dirinya. Sehat secara mental menurut Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, nomor 2805,

    Undang-undang nomor 3 tahun 1960 tentang Kesehatan Jiwa, dalam pasal 1 "Kesehatan

    jiwa (mental health) adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,

    intelektual, dan emosionil yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan

    selaras dengan keadaan orang-orang lain".

    Sehat secara sosial

    Sehat secara sosial (social well-being) kemampuan seseorang untuk membina hubungankeakraban dengan sesama, memiliki tanggung jawab menurut kapasitas yang dimilikinya,

    dapat hidup secara efektif dengan sesama, dan menunjukkan perilaku sosial yang penuhperhitungan.

    Sehat secara rohani

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    3/18

    3

    Menyangkut hubungan yang transenden baik secara fisiologis maupun psikologis; beruparasa "kerohanian" pada diri manusia.

    Dimensi ini sering terlupakan, dan merupakan kesalahan terbesar dari seorang dokter (zamanini), yang mencoba memisahkan keadaan jiwa dan fisik seseorang.

    3. Mengapa teman-temannya menganggap Pak Widodo tetap sehat?Kemungkinan pada kasus, secara fisik pak widodo mengalami batuk dan penurunan nafsu

    makan, namun secara sosial ia masih dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, sehingga teman

    nya menganggap ia sehat dan yang gejala yang dialami itu merupakan hal biasa. Selain itu

    kemungkinan tingkat pengetahuan teman-teman nya mengenai gejala TBC masih rendah.

    4. Mengapa Pak Widodo membeli obat sendiri (self-medication)/ tidak berobat ke dokter?Teori perilaku sakit

    Pada saat orang sakit ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain :

    a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatansehari-hariPerilaku yang ditunjukkan Pak Widodo di awal dengan tetap bekerja

    b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau selfmedication).

    Ini merupakan tindakan Pak Widodo selanjutnya dengan membeli obat batuk di toko obat.

    c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan.Menurut Park J.E, hal ini berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

    kesehatan masyarakat yaitu

    a. Keadaan biologis manusia itu sendiri Pak Widodo merasa sehatb. Lingkungan menganggap batuk Pak Widodo adalah hal yang biasa, keluarga juga tidak

    melakukan hal yang berarti (kemungkinan beranggapan sama)

    c. Pandangan Hidup Pak Widodo kurang memahami dan minimnya pengetahuan tentangpenyakit yang dideritanya, lebih mementingkan kebutuhan ekonomi (tuntutan ekonomi)

    daripada kesehatan

    d. Status ekonomi Pak Widodo hanya buruh lepas, berpenghasilan rendahe. Pelayanan kesehatan belum melaksanakan perannya secara maksimal

    Menurut Ladonde (1974) empat faktor yang mempengaruhi adalah

    a. Perilakub. Lingkunganc. Biologis/genetikd. Pelayanan medik

    Jadi kesemua faktor ini menyebabkan Pak Widodo merasa batuk yang dideritanya adalah

    batuk biasa, ditambah lagi faktor lingkungan (teman-temannya) juga menganggap hal yang

    sama. Sehingga Pak Widodo terlambat berobat. Selain itu, tingkat pendidikan dan pemahaman

    tentang penyakit yang diderita juga berperan penting pada kasus ini. Secara umum, self

    medication masih diperbolehkan dalam kurun waktu 2x24 jam setelah itu harus ke dokter bila

    tidak ada perbaikan. Untuk kasus batuk tanpa demam waktu yang diperbolehkan kurang lebih 2

    minggu.

    5. Apakah tindakan Pak Widodo membeli obat di toko obat sudah benar?

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    4/18

    4

    Tidak masalah untuk mengobati diri sendiri guna mengurangi keluhan yang ada seperti

    sakit ringan. Obat batuk dan obat penambah nafsu makan masih wajar, jika di awal. Yang salah

    adalah Pak Widodo tidak segera berobat setelah lebih dari 2minggu, karena sudah

    mengindikasikan batuk kronis.Beberapa tips untuk mengurangi batuk:

    a. Permen obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering danmenggelitik. Tidak boleh diberikan pada anak-anak berusia dibawah 3 tahun karena dapattersedak menyumbat jalan nafas.

    b. Menghirup uap hangat dapat menolong batuk kering dengan cara meningkatkan kelembabandi udara.

    c. Minum lebih banyak cairan dapat mengencerkan dahak di tenggorokan sehingga mudahdibatukkan keluar.

    Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang mengandung:

    a. Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed Expectorant, dll). Yangharus diingat adalah jika minum obat-obatan yang mengandung Guaifenesin adalah harus

    minum banyak air.b. Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant, Disudrin, Clarinase,

    Rhinos SR, Triaminic, dll). Obat-obatan yang mengandung pseudoephedrine ini dapat

    digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler) dan postnasal drip. Tidak boleh

    digunakan jika ada penyakit darah tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun kecuali

    atas resep dokter anda.

    6. Apa saja batasan seseorang untuk bisa mengobati diri-sendiri?Secara umum,self-medication tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam, bila tidak ada perbaikan

    atau malah memburuk segera berobat ke dokter.

    Seseorang masih dibenarkan untuk melakukakan pengobatan sendiri hanya dalam

    keadaaan dan batas-batas tertentu seperti sakit ringan, yang tentunya juga obat yang

    dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh

    masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya memeriksakan ke dokter.

    Dianjurkan untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat yang

    seharusnya diperoleh dengan mempergunakan resep dokter.

    Apabila menggunakan golongan obat bebas dan golongan obat bebas terbatas, selain

    meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi

    dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal- hal yang

    perlu diperhatikan, diantaranya: kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak, perhatikantanggal kadaluwarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti keterangan atau informasi

    yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur / selebaran yang menyertai obat yang berisi

    tentang indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan), kontra-indikasi (yaitu

    petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang

    bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan

    informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang

    dimakan.

    7.

    Apa saja faktor yang mempengaruhi pola perilaku Pak Widodo?Menurut teori Blum, status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor:

    a. Genetik (20%)b. Lingkungan (20%)

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    5/18

    5

    c. Perilaku (50%)d. Pelayanan kesehatan (10%)Dengan demikian, faktor perilaku adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap status

    kesehatan. Faktor perilaku sendiri dipengaruhi oleh (Green):

    a. Predisposing factorb. Enabling factor(faktor pemungkin)c. Reinforcing factor(faktor yang memperkuat)

    Faktor predisposisi:

    Kemungkinan faktor predisposisi yang membentuk perilaku pak Widodo adalah

    pendidikan, pengetahuan, dan kondisi ekonomi serta sikap dari lingkungan Pak Widodo.

    Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan pola pengambilan keputusan dan

    penerimaan informasi.Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang

    tentang pentingnya suatu hal. Selain itu, seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi

    memiliki pandangan yang lebih terbuka tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide

    atau cara kehidupan baru. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak

    dan mencari solusi untuk masalah yang dijumpainya, serta pola pikir individu tersebut di mana

    orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih rasional. Menurut Notoadmodjo, semakin tinggi

    pendidikan seseorang, maka semakin banyak materi, bahan, atau pengetahuan yang diperoleh

    untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik. Merujuk pada kasus, tentunya dengan status

    buruh lepas, yang kemungkinan besar tingkat pendidikan terakhir ialah SMA, seharusnya

    masyarakat Pak Widodo cukup mampu menerima dan memahami informasi dan ide baru dengan

    strategi komunikasi yang baik. Contohnya, Pak Widodo membeli obat batuk di took obat.Faktor predisposisi yang kemungkinan juga berpengaruh adalah pengetahuan.

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    6/18

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    7/18

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    8/18

    8

    12.Apa saja standar minimal sarana yang dimiliki puskesmas?

    Hasil mendukung TBC

    TBC, BTA

    negative,

    Rontgen positif

    Hasil rontgen

    negatif

    Bukan TBC,penyakit lain

    Beri antibiotik spectrum luas

    Tidak ada perbaikan ada perbaikan

    Ulangi periksadahak SPS

    Hasil BTA

    + + +

    + + -

    + - -

    Hasil BTA

    - - -

    Periksa rontgen

    dada

    Tersangka penderita TBC

    (suspek TBC)

    PERIKSA dahak Sewaktu PagiSewaktu (SPS)

    Hasil BTA

    + - -

    Hasil BTA

    - - -

    Hasil tidak

    mendukung TBC

    Periksa Rontgen dada

    Hasil BTA

    + + +

    + + -

    Penderita TBC BTA (+)

    Hasil mendukung TBC

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    9/18

    9

    a. Penyediaan/penggantian kerusakan PONED kit, bidan kit, KB kitb. Penyediaan alat deteksi pencegahan komplikasi kebidanan (protein dan glukosa urine/dip

    stick,hemoglobin/Hb Sahli, golongan darah)

    c. Alat deteksi khusus (malaria/rapid diagnostik test untuk daerah malaria dan malaria kit,HIV/rapid test 3 jenis untuk daerah dengan kasus HIV tinggi, alat diagnostik TB untuk

    pemeriksaan sputum/dahak, alat diagnosis leptotex untuk avian influenza)d. Alat cold chain untuk vaksin, dengan tenaga surya (daerah tidak punya listrik).e. Alat pengolahan limbah cair

    13.Bagaimana pola interaksi agen, host, dan lingkungan pada kasus ini?

    14.Bagaimana RAPP TBC (riwayat alami perjalanan penyakit)?1) Tahap Pre-Patogenesa

    Tuberculosis adalahpenyakitmenularlangsung yang disebabkanolehkuman TBC

    (Mycobacteriumtuberculosis).Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga

    mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat

    khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil

    Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat

    bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.

    Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin,

    penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentukdroplet(percikan dahak). Droplet yang

    mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

    2) Tahap Patogenesaa) Inkubasi

    Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selamabeberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran

    pernafasan. Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    10/18

    10

    kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem

    peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-

    bagian tubuh lainnya.

    Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa

    tahun. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,

    diperkirakan sekitar 6 bulan.b) PenyakitDini

    Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

    dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin

    menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman),

    maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

    Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

    udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Infeksi primer terjadi saat seseorang

    terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,

    sehingga dapat melewati system pertahanan mukosiler bronkus, dan terus berjalansehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil

    berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan

    didalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelejar limfe disekitar hilus

    paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

    pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.

    Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin

    dari negatif menjadi positif.

    c) PenyakitLanjutKelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk

    dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya

    tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian,

    ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisteratau dormant(tidur).

    Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengentikan perkembangan kuman,

    akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.

    Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atu tahun

    sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV

    atau status gizi yang yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah

    kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

    d) Tahapakhirpenyakit Sembuhsempurna

    Penyakit TBC

    akansembuhsecarasempurnabilapenderitatelahmenyelesaikanpengobatansecaralengkap

    , danpemeriksanulangdahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turut

    hasilnyanegatifyaitupadaakhirdan/atausebulansebelumakhirpengobatan,

    danpadasatupemeriksaanfollow upsebelumnya.

    SembuhtapicacatKomplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

    Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkankarena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

    Kolaps dari lobus akibat retraksi bonkial.

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    11/18

    11

    Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringanikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

    Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontankarena kerusakan jaringan paru.

    Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persedian, ginjal dansebagainya.

    InsufisiensiKardioPulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.

    Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA

    negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan

    kasus sembuh. Pada kasus ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup

    diberikan pengobatan simtomatis. Bilaperdarahanberat, penderitaharusdirujukke unit

    spesialistik.

    KarierPenderita yangtelahmenyelesaikanpengobatannyasecaralengkaptapitidakadahasilpemeriksaanulahdah

    ak 2 kali berturut-turutnegatif.Tindaklanjut

    :penderitadiberitahuapabilagejalamunculkembalisupayamemeriksakandiridenganmengi

    kutiprosedurtetap. Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan

    pemeriksaan ulang dahak.

    KronikPenderita BTA positif yang

    hasilpemeriksaandahaknyatetappositifataukembalimenjadipositifpadasatubulansebelum

    akhirpengobatanataupadaakhirpengobatan.Tindak lanjut : Penderita BTA positif barudengan kategori 1 diberikan kategori 2 muali dari awal. Penderita BTA positif

    pengobatan ulang ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau diberikan

    INH seumur hidup.

    Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan kedua

    menjadi positif. Tindaklanjut :berikanpengobatankategori 2 mualidariawal.

    MeninggalDuniaPenderita yang dalam usia masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab

    apapun. Tanpa pengobatan, setelah lima tahun 50% dari penderita TBC akan

    meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25%

    sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO, 1996)

    15.Bagaimana penanganan comprehensive terhadap kasus Pak Widodo?1) Kuratif

    Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup

    dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan berturut-turut dengan menggunakan OAT standar yang

    direkomendasikan oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and

    Lung Disease).

    Upaya pengobatan TBC dibagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan

    fase lanjutan (4-7) bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obatlanjutan. Jenis obat utama yang digunakan adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid,

    Streptomisin, Etambutol. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih

    dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Sedangkan

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    12/18

    12

    obat sekundernya antara lain: Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,

    Kapreomisin dan Kanamisin.

    Tabel 1. Dosis Obat Anti Tuberkolosis Kombinasi Dosis Tepat (IUALTD & WHO, 1998)

    Fase Intensif Fase Lanjutan

    2 bulan 4 bulan 6 bulan

    BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu Harian

    RHZE

    150/75/400/275

    RHZ

    150/75/400

    RHZ

    150/150/500

    RH

    150/75

    RH

    150/150

    EH

    400/150

    30-37 2 2 2 2 2 1,5

    38-54 3 3 3 3 3 2

    55-70 4 4 4 4 4 3

    >71 5 5 5 5 5 3

    1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam

    seminggu (tahap lanjutan).

    Diberikan kepada:

    a) Penderita baru TBC paru BTA positif.b) Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

    2) Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3Diberikan kepada:

    a) Penderita kambuh.b) Penderita gagal terapi.c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

    3) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3Diberikan kepada:

    a) Penderita BTA (+)2) Preventif

    Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit

    TBC.

    1. Pencegahan PrimerPencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit

    pada populasi yang sehat.

    Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control) Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan

    Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control) Pesyaratan penerimaan tenaga kerja Pencatatan pelaporan Monitoring dan evaluasi

    Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    13/18

    13

    Sistem ventilasi yang baik Pengendalian lingkungan keja

    Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain : Pendidikan kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja, kebersihan lingkungan, cara

    minum obat dll.

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

    o Memelihara kebersihan diri, rumah, dan lingkungano Makanan yang sehato Cara hidup sehat dan teraturSanitasi lingkungan

    Lingkungan rumah adalah ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding, serta lingkungan

    sosial yaitu kepadatan penghuni.

    o Kepadatan penghuni rumah : minimum 9 m2 per orang, luas rumah yang tidaksebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan overcrowded, hal ini tidak

    sehat karena di samping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen dan jugapenularan TBC lebih mudah.

    o Lantai rumah: kontruksi lantai harus rapat air dan selalu kering agar mudahdibersihkan dari kotoran dan debu. Lantai rumah jenis tanah memiliki peran terhadap

    proses kejadian penyakit TB Paru,. Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban,

    dengan demikian viabilitas bakteri Mycobacterium tuberculosis di lingkungan juga

    sangat mempengaruhi. Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat

    hidup dan perkembangbiakan bakteri.

    o Ventilasi : 10 % luas lantai rumah. Salah satu fungsi ventilasi adalah membebaskanudara dari bakteri. Kurangnya ventilasi menyebabkan CO2 meningkat, pengap, suhuu

    udara naik, kelembaban bertambah.

    o Pencahayaan : rumah dengan pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadapkejadian penyakit TB Paru. Rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai risiko

    TB paru 3-7 kali diobandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.

    o Kelembabano Suhu: Nyaman untuk ditinggali apabila suhu berkisar antara 18-30oC.Mycobacterium

    tuberculosis hidup dan tumbuh baik pada suhu 31-37 oC.

    Pemeriksaan kesehatan awal, berkala & khusus (anamnesis, pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test)

    Peningkatan gizi pekerja Penelitian kesehatan

    2. Pencegahan sekunderPencegahan sekunder adalan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini mungkin, mencegah

    meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit, diantaranya:

    Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatan yangdiberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang Pengawas Obat atau juru TBC

    Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja Case-findingsecara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai dan rujukan

    pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.

    Membuat Peta TBC, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perlu prioritaspenanggulangan TBC bagi pekerja

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    14/18

    14

    Pengelolaan logistik Pencegahan agar tidak menular :

    Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tisu Tidak batuk di hadapan anggota keluarga atau orang lain Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama pengobatan Tidak meludah si sembarang tempat Menjemur alat tidur secara teratur pada siang hari Membuka jendela pada pagi hari dan mengusahakan sinar matahari masuk ke rumah Minum obat secara teratur sampai selesai dan sembuh

    3. Program preventif terhadap penderita TB dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu pemberianvaksinasi BCG dan kemoprofilaksis. Pertama, pemberian vaksinasi BCG adalah bentuk preventif

    terhadap adanya infeksi penyakit TB yang diberikan kepada manusia dengan vaksin BCG. Vaksin

    TB tidak mencegah sepenuhnya terhadap penyerangan penyakit TB, melainkan memungkinkan

    infeksi TB menjadi kecil atau bukan menyebabkan TB yang parah dan mengancam keselamatan

    individu tersebut.

    Vaksin BCG dapat membutuhkan waktu sekitar 6-12 minggu untuk menghasilkan efek

    (perlindungan) kekebalannya dan akan memberikan kekebalan sebesar 50-60% terhadap TB bagi

    individu tersebut. Meski secara umum memberikan kekebalan sebesar 50-60%, semua bergantung

    kepada waktu dan individu. Keefektifan vaksin tersebut akan berkurang seiring dengan waktu,

    yaitu dalam waktu 5-15 tahun. Pemberian vaksin BCG dapat dilakukan melalui penyuntikan

    secara intrakutan atau intradermal yang dilakukan pada lengan bagian atas. Selain itu, pemberian

    vaksin BCG juga dapat dilakukan secara injeksi perkutan terutama bagi bayi dengan usia muda.

    Hal ini disebabkan bayi dengan usia muda memiliki kemungkinan sulit untuk menerima injeksiintradermal. Dosis yang diberikan pada infantatau bayi dengan umur kurang dari 12 bulan yaitu

    untuk satu dosis sebanyak 0,05 ml (0,05mg) dan dosis untuk anak-anak dengan umur di atas 12

    bulan dan juga dewasa untuk satu dosis vaksin yaitu 0,1 ml (0,1 mg).

    Program preventif lainnya yang diberikan yaitu melalui kemoprofilaksis (Sudoyo, 2006).

    Kemoprofilaksis terhadap tuberkulosis merupakan masalah tersendiri dalam penanggulangan

    tuberkulosis paru (Sudoyo, 2006). Di dalam kemoprofilaksis metode yang digunakan adalah

    penggunaan isoniazid. Isoniazid banyak dipakai disebabkan tidak hanya memiliki harga yang

    murah melainkan juga efek samping yang dapat terjadinya sedikit (terbanyak hepatitis dengan

    frekuensi 1%, sedangkan yang berusia lebih dari 50 tahun adalah 2%). Selain penggunaan dengan

    isoniazid, di dalam kemoprofilaksis juga dapat menggunakan rifampisin. Rifampisin dapat

    menurunkan insiden tuberkulosis sampai 55-83% dan yang memiliki kepatuhan dalam minum

    obat tersebut meningkatkan angka penurunan insiden tuberkulosis yaitu sebesar 90% (Sudoyo,

    2006). Lama profilaksis pun dapat memakan waktu 6-12 bulan. Anjuran kemoprofilaksis

    diberikan kepada individu dengan latarbelakang HIV positif dan pasien yang mendapatkan terapi

    imunosupresi (Sudoyo, 2006).

    3) PromotifPeningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja

    melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja,penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan

    kepuasan kerja, peningkatan gizi kerja. Promosi kesehatan merupakan upaya memasarkan,

    mengenalkan /menjual kesehatan.

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    15/18

    15

    Strategi promosi kesehatan :

    a. AdvokasiKegiatan meyakinkan oranglain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukungt

    terhadap apa yang diinginkan.

    b. Dukungan sosialDukungan sosial melalui tokoh tokoh masyarakat.

    c. Pemberdayaan masyarakatStrategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat

    Tindakan promotif yang dapat dilakukan :

    a. Advokasi ke Dinas Kesehatan untuk memperberian masker kepada masyarakat.b. Edukasi kepada masyarakat :

    Penyuluhan kepada masyarakat tentang penanggulangan TBC (misalnya : sanitasilingkungan spt membuat ventilasi yang baik, mengubah lantai tanah)

    Penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala-gejala TBC Penyuluhan kepada masyarakat tentang penularan penyakit.c. Edukasi kepada penderita untuk menerima pengobatan yang rutin dan sampai tuntas,

    menjaga daya tahan tubuh dengan cara peningkatan gizi dan kebugaran jasmani.

    d. Pelatihan petugas kesehatan untuk menanggulangi TBC4) Rehabilitatif

    Adalah upaya pengobatan penyakit TBC yang bertujuan untuk menyembuhkan

    penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.

    Program rehabilitasi meliputi dua program utama, yaitu kemoterapi dan home health care.

    1. Kemoterapi pertama kali menggunakan streptomisin yang merupakan obat antituberkulosis.Lalu, penemuan obat baru yaitu rifampisin menyebabkan adanya perubahan dalam

    penggunaan obat untuk kemoterapi. Hal ini disebabkan penggunaan obat rifampisin dapat

    mempersingkat waktu kemoterapi menjadi 6-9 bulan.

    Tujuan program kemoterapi ini yaitu (1) mengobati pasien dengan sesedikit mungkin

    mengganggu aktivitas hariannya, dalam periode pendek, tidak memandang apakah dia peka

    atau resisten terhadap obat yang ada, (2) Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat

    penyakitnya, (3) mencegah kambuh, (4) mencegah munculnya resistensi obat, dan (5)

    mencegah lingkungannya dari penularan.

    Prinsip pengobatannya pun pada pasien TB terdapat dua dasar.

    1. obat yang diberikan minimal dua jenis dengan dua jenis resimen, yaitu obat lapis pertamadan lapis kedua. Obat lapis pertama mencakup isoniazid (INH), Rifampisin, Pyrazinamide,

    Ethambutol, dan Streptomycin yang obat tersebut memiliki fungsi untuk melakukan

    penghentian pertumbuhan basil, pengurangan basil dorman, dan pencegahan terjadi

    resistensi (Sudoyo, 2006).

    2. obat lapis kedua mencakup Rifabutin, Ethionamide, Cycloserine, Para-Amino Salicylicacid, Clofazimine, Aminoglycosides di luar Streptomycin dan Quinolones yang tujuan

    pemberiannya pun sama dengan obat lapis pertama (Sudoyo, 2006).

    Di dalam program pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase, yaitu: fase

    bakterisidal awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan) (Sudoyo, 2006).1. Program rehabilitasi kedua yaitu home health care. Pada home health care berfokus pada

    pemberian edukasi kesehatan berkaitan penanganan TB kepada pasien maupun keluarga

    pasien. Edukasi kesehatan tersebut meliputi edukasi tentang efek samping terhadap obat

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    16/18

    16

    yang diberikan, edukasi lingkungan yang tepat dalam mendukung pemulihan pasien TB

    maupun pencegahan penularan TB. Hal ini meliputi pemberian pencahayaan matahari

    natural ruangan yang cukup dan ventilasi yang sesuai, adanya akses air bersih yang baik,

    maupun kebutuhan individu lainnya. Selain itu, pengurangan akitivitas pasien TB dengan

    lingkungan yang padat karena dengan kondisi lingkungan yang tidak padat menyebabkan

    resiko penularan TB berkurang serta adanya akses pelayanan kesehatan yang mudah(LeMone, 2008).

    Edukasi yang juga dapat diberikan dalam rangka mencapai keberhasilan program

    home health care yaitu edukasi kepada keluarga klien maupun klien untuk selalu mengkaji

    status nutrisi yang meliputi pemasukan nutrisi seperti vitamin D. Selain itu, edukasi dalam

    pencegahan atau memperkecil resiko penularan kepada anggota keluarga lainnya dengan

    menganjurkan melakukan tes kesehatan berkaitan dengan positif/negatif tuberkulosis.

    Serta, edukasi tentang arti pentingnya istirahat yang adekuat dan juga pengaturan

    aktivitas yang sesuai dalam rangka proses penyembuhan terhadap pasien TB. Bedrest

    merupakan salah satu hal yang penting diberikan kepada pasien yang baru selesai menjalaniperawatan TB di rumah sakit. Bedrest bertujuan untuk memberikan istirahat kepada fisik

    pasien. Hal ini disebabkan bila pasien TB memiliki aktivitas berlebih akan mejadi pemicu

    gejala-gejala yang baru (Sudoyo, 2006). Pada waktu dulu, bedrest dilakukan di ruang khusus,

    yaitu di sanatorium tetapi saat ini diberi istirahat setempat terhadap fisiknya dan ditunjang

    dengan pemberian makanan yang bergizi tinggi sudah cukup membantu pemulihan pada

    pasien TB (Sudoyo, 2006).

    16.Bagaimana penanganan holistik terhadap kasus Pak Widodo?1) Fisik

    Penjelasan sama dengan penanganan kuratif

    2) MentalDiperlukan dukungan emosi dari pihak keluarga yang mencakup ungkapan empati,

    perhatian dan kepedulian terhadaop keadaan pasien.Memberikan edukasi kepada keluarga

    agar dapat memahami keadaan pasien dan dapat menyediakan kebutuhan yang diperlukan

    pasien. Melalui pendekatan yang baik secara psikologis keluarga mampu meringankan beban

    yang dirasakan oleh pasien.

    Upaya penanganan kesehatan mental merupakan usaha untuk menjaga kondisi

    psikologis sesorang serta mencegah terjadinya kerusakan mental. Upaya yang mungkin bisa

    kita lakukan terhadap pak Widodo adalah memberikan pemahaman tentang penyakit TBCdengan baik. Ini bertujuan agar pak Widodo tidak beranggapan bahwa penyakit yang

    dideritanya merupakan sakit yang parah yang dapat merusak kehidupannya, sehingga akan

    menyebabkan pak Widodo depresi. Selain itu, kita juga dapat memberikan motivasi agar pak

    widodo dapat menjalani hidupnya dengan lebih baik.

    3) Sosial1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

    Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain

    adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi. Menurut H. Ray Elling,

    (1970), ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain:

    1) self concept, dan 2) image kelompok. Di samping itu, G.M Foster (1973)

    menambahkan, bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh

    terhadap perilaku kesehatan.

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    17/18

    17

    a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku KesehatanSelf concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasan yang kita

    rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita

    kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita

    lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan

    negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatukeharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Oleh karena itu, secara tidak langsung

    self concept kita cenderung menentukan, apakah kita akan menerima keadaan diri kita

    seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.

    b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku KesehatanImage seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelomok. Sebagai contoh,

    anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan

    pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan Lingkungan

    medis dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan

    demikian, kedua anak tersebut mempunyai perbedaan konsep tentang peranan dokter. Ttaudengan kata lain, perilaku dari masing-masing individu cenderung merefleksikan

    kelompoknya.

    c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan.Dengan demikian penanganan yang holistik terhadap kasus Pak Widodo adalah

    diadakannya pemberian informasi mengenai penyakit TBC sehingga untuk kedepannya

    diharapkan mereka dapat mengerti dan segera memeriksakan diri ke puskesmas jika ada

    gejala-gejala yang sesuai denganpenyakit TBC.

    2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku KesehatanMenurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan

    seseorang antara lain adalah : 1) tradisi, 2) sikap fatalism, 3) nilai, 4) ethnocentrism, 5)

    unsur budaya.

    4) Spiritual Motivasi kepada pasien TB bahwa penyakitnya akan sembuh. Motivasi untuk minum obat sampai habis. Mengambil hikmah dari penyakit yang dialami dan berdoa agar diberikan kesembuhan. Motivasi untuk memliliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta menerima

    keadaannya.

    Dukungan dari anggota keluarga, agar pasien merasa senang dan percaya diri.III.Hipotesis

    Pak Widodo terlambat berobat ke puskesmas karena kurangnya tingkat pengetahuan, kondisi sosial

    ekonomi dan belum berhasilnya proses edukasi kesehatan masyarakat (PHE).

  • 7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe

    18/18

    18

    RAPP TBC

    Skema 1. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis

    Infeksi primer

    Penyebaran basil TB Pembentukan primer komplek

    Penyebaran endogen basil TB

    Pembentukan lesi

    Sumber Penularan

    Sembuh spontan Mati

    Outbreak of

    tuberculosis

    10%

    Sembuh 90%