Skenario d Blok 20 Phe
-
Upload
putri-kuntum-unzila -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of Skenario d Blok 20 Phe
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
1/18
SKENARIO D
PUBLIC HEALTH EDUCATION(PHE)
Pak Widodo mengalami batuk-batuk sejak 3 minggu yang lalu. Beliau tidak mengalami demam
namun merasa nafsu makannya berkurang. Menurut teman-temannya itu hal yang biasa dan dapat dialami
semua orang. Karena itu Pak Widodo membeli obat batuk di toko obat dan tetap bekerja seperti biasa
karena ia merasa tidak sedang sakit dan kalau tidak bekerja ia tidak mendapatkan upah harian sebagaiburuh lepas. Satu minggu kemudian ia merasa batuknya makin bertambah sering, nafsu makan hampir
tidak ada, dan terasa meriang serta berkeringat pada sore dan malam hari. Ia kemudian membeli obat
demam dan penambah nafsu makan. Tiga hari kemudian tiba-tiba ia mengalami batuk berdarah. Pak
Widodo merasa takut dan secepatnya pergi ke puskesmas untuk berobat, dan kemudian didiagnosis
menderita TBC. Sebagai dokter di puskesmas tersebut, yang memahami konsep kesehatan masyarakat
dan kedokteran pencegahan, apa yang anda lakukan terhadap Pak Widodo secara comprehensive dan
holistic?
I. Identifikasi Masalah1. Pak Widodo mengalami batuk-batuk dan penurunan nafsu makan sejak tiga minggu yang lalu.2. Menurut teman-temannya keluhan tersebut merupakan hal yang biasa, sehingga Pak Widodo
membeli obat batuk di toko obat.
3. Pak Widodo tetap bekerja karena merasa tidak sedang sakit dan takut tidak mendapatkan upahharian.
4. Satu minggu kemudian batuk makin bertambah sering, nafsu makan hampir tidak ada, terasameriang, serta berkeringat pada sore dan malam hari.
5. Tiga hari kemudian, dia mengalami batuk berdarah dan pergi ke puskesmas, kemudiandidiagnosis menderita TBC.
II. Analisis Masalah1. Apa saja kemungkinan penyebab batuk lebih dari 3 minggu?
Penyebab batuk pada dasarnya adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan
oleh inflamasi (peradangan), baik oleh bakteri, virus, dan jamur, disertai dengan mukus yang
banyak. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena benda asing tetapi dapat pula oleh termal.
Selain itu batuk juga dapat disebabkan oleh payah jantung, tumor THT, dan tumor pada saluran
pernapasan. Baik penyakit paru obstruktif kronik (bronkitis kronik, asma, emfisema, dan
bronkiektasis), maupun penyakit paru restriktif (berbagai penyakit interstisial dan degeneratif)
dan berbagai penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan batuk. Iritasi pada saluran
pernapasan selain disebabkan oleh faktorfaktor mekanik, dapat pula disebabkan oleh iritan,seperti rokok, gas, dan bahan-bahan kimia, dapat pula merupakan stimulan dalam terjadinya
batuk.
Tabel 1. Penyebab batuk kronis (batuk > 2minggu)
Bronkitis kronik Batuk lebih dari 3 bulan berturut-turut atau lebih dari 2
tahun. Batuk mukopurulen dan terdapat eksaserbasi
Bronkiektasis Batuk pagi, sputum kental, purulen dan berlapis-lapis
TBC Batuk berminggu-minggu dan berdarah, sifat batuk
dimulai dari batuk kering, batuk produktif, batuk darah
Asma Batuk, ekspirasi panjang dengan adanya wheezing
Fibrosis interstisialdan infiltasi Batuk kering dan menetap
Perokok Batuk pagi dan sedikit produktif, kecuali bila terdapat
gatal-gatal pada tenggorokan
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
2/18
2
Karsinoma
bronkogenik
Batuk berminggu-minggu, dapat produktif, dapat tidak
dengan hemoptisis
Tumor jinak Batuk non produktif
Tumor mediastinum Batuk yang disertai dengan sesak napas
Benda asing Batuk yang progresif dan disertai dengan tanda-tanda
asfiksia
Dekompensasi
ventrikel kiri
Batuk keras, terutama pada posisi terlentang
Infark paru Baguk disertai dengan hemoptisis
Tabel 2. Penyebab batuk darah (hemoptisis) menurut penyelidikan Osler A. Abbott
Penyakit Persentase pasien
hemoptisis
Penyakit Persentase pasien
hemoptisis
Karsinoma
bronkogenik
56 Empiema 24,5
Abses paru 49,2 Metastasis
karsinoma
24
Infark pulmonal 44Bronkiektasis 43,5 Tumor
mediastinum
20
Tuberkulosis 36,5 Penyakit jantung 17,5
Kista kongenital 25,8 Obstruksi
esofagus
9
2. Apa definisi sehat?"Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely an absence
of disease or infirmity World Health Organization (WHO), tahun 1947.
Definisi di atas (terutama WHO) memproyeksikan keadaan sehat dalam 3 atau 4 dimensipandang yang berbeda,fisik, mental, sosial, dan spiritual
Sehat secara fisik
Komponen terpenting, tanda-tanda sehat secara fisik Sehat secara fisik dapat pula diukur dari parameter nilai-nilai normal dari tanda-tanda vital
tubuh, misal: denyut nadi pada saat istirahat, tekanan darah, dan body mass indeks.
Sehat secara mental
A healthy body is a healthy Mind Secara mental puas dengan keadaan dirinya. Tidak kecewa dengan keadaan dirinya.
Selalu bahagia, senang (ceria), serta tidak pernah merasakan konflik di dalam dirinya. Sehat secara mental menurut Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, nomor 2805,
Undang-undang nomor 3 tahun 1960 tentang Kesehatan Jiwa, dalam pasal 1 "Kesehatan
jiwa (mental health) adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, dan emosionil yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang-orang lain".
Sehat secara sosial
Sehat secara sosial (social well-being) kemampuan seseorang untuk membina hubungankeakraban dengan sesama, memiliki tanggung jawab menurut kapasitas yang dimilikinya,
dapat hidup secara efektif dengan sesama, dan menunjukkan perilaku sosial yang penuhperhitungan.
Sehat secara rohani
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
3/18
3
Menyangkut hubungan yang transenden baik secara fisiologis maupun psikologis; beruparasa "kerohanian" pada diri manusia.
Dimensi ini sering terlupakan, dan merupakan kesalahan terbesar dari seorang dokter (zamanini), yang mencoba memisahkan keadaan jiwa dan fisik seseorang.
3. Mengapa teman-temannya menganggap Pak Widodo tetap sehat?Kemungkinan pada kasus, secara fisik pak widodo mengalami batuk dan penurunan nafsu
makan, namun secara sosial ia masih dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, sehingga teman
nya menganggap ia sehat dan yang gejala yang dialami itu merupakan hal biasa. Selain itu
kemungkinan tingkat pengetahuan teman-teman nya mengenai gejala TBC masih rendah.
4. Mengapa Pak Widodo membeli obat sendiri (self-medication)/ tidak berobat ke dokter?Teori perilaku sakit
Pada saat orang sakit ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain :
a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatansehari-hariPerilaku yang ditunjukkan Pak Widodo di awal dengan tetap bekerja
b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau selfmedication).
Ini merupakan tindakan Pak Widodo selanjutnya dengan membeli obat batuk di toko obat.
c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan.Menurut Park J.E, hal ini berhubungan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan masyarakat yaitu
a. Keadaan biologis manusia itu sendiri Pak Widodo merasa sehatb. Lingkungan menganggap batuk Pak Widodo adalah hal yang biasa, keluarga juga tidak
melakukan hal yang berarti (kemungkinan beranggapan sama)
c. Pandangan Hidup Pak Widodo kurang memahami dan minimnya pengetahuan tentangpenyakit yang dideritanya, lebih mementingkan kebutuhan ekonomi (tuntutan ekonomi)
daripada kesehatan
d. Status ekonomi Pak Widodo hanya buruh lepas, berpenghasilan rendahe. Pelayanan kesehatan belum melaksanakan perannya secara maksimal
Menurut Ladonde (1974) empat faktor yang mempengaruhi adalah
a. Perilakub. Lingkunganc. Biologis/genetikd. Pelayanan medik
Jadi kesemua faktor ini menyebabkan Pak Widodo merasa batuk yang dideritanya adalah
batuk biasa, ditambah lagi faktor lingkungan (teman-temannya) juga menganggap hal yang
sama. Sehingga Pak Widodo terlambat berobat. Selain itu, tingkat pendidikan dan pemahaman
tentang penyakit yang diderita juga berperan penting pada kasus ini. Secara umum, self
medication masih diperbolehkan dalam kurun waktu 2x24 jam setelah itu harus ke dokter bila
tidak ada perbaikan. Untuk kasus batuk tanpa demam waktu yang diperbolehkan kurang lebih 2
minggu.
5. Apakah tindakan Pak Widodo membeli obat di toko obat sudah benar?
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
4/18
4
Tidak masalah untuk mengobati diri sendiri guna mengurangi keluhan yang ada seperti
sakit ringan. Obat batuk dan obat penambah nafsu makan masih wajar, jika di awal. Yang salah
adalah Pak Widodo tidak segera berobat setelah lebih dari 2minggu, karena sudah
mengindikasikan batuk kronis.Beberapa tips untuk mengurangi batuk:
a. Permen obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering danmenggelitik. Tidak boleh diberikan pada anak-anak berusia dibawah 3 tahun karena dapattersedak menyumbat jalan nafas.
b. Menghirup uap hangat dapat menolong batuk kering dengan cara meningkatkan kelembabandi udara.
c. Minum lebih banyak cairan dapat mengencerkan dahak di tenggorokan sehingga mudahdibatukkan keluar.
Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang mengandung:
a. Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed Expectorant, dll). Yangharus diingat adalah jika minum obat-obatan yang mengandung Guaifenesin adalah harus
minum banyak air.b. Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant, Disudrin, Clarinase,
Rhinos SR, Triaminic, dll). Obat-obatan yang mengandung pseudoephedrine ini dapat
digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler) dan postnasal drip. Tidak boleh
digunakan jika ada penyakit darah tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun kecuali
atas resep dokter anda.
6. Apa saja batasan seseorang untuk bisa mengobati diri-sendiri?Secara umum,self-medication tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam, bila tidak ada perbaikan
atau malah memburuk segera berobat ke dokter.
Seseorang masih dibenarkan untuk melakukakan pengobatan sendiri hanya dalam
keadaaan dan batas-batas tertentu seperti sakit ringan, yang tentunya juga obat yang
dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh
masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya memeriksakan ke dokter.
Dianjurkan untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat yang
seharusnya diperoleh dengan mempergunakan resep dokter.
Apabila menggunakan golongan obat bebas dan golongan obat bebas terbatas, selain
meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal- hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya: kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak, perhatikantanggal kadaluwarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti keterangan atau informasi
yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur / selebaran yang menyertai obat yang berisi
tentang indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan), kontra-indikasi (yaitu
petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang
bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan
informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang
dimakan.
7.
Apa saja faktor yang mempengaruhi pola perilaku Pak Widodo?Menurut teori Blum, status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor:
a. Genetik (20%)b. Lingkungan (20%)
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
5/18
5
c. Perilaku (50%)d. Pelayanan kesehatan (10%)Dengan demikian, faktor perilaku adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap status
kesehatan. Faktor perilaku sendiri dipengaruhi oleh (Green):
a. Predisposing factorb. Enabling factor(faktor pemungkin)c. Reinforcing factor(faktor yang memperkuat)
Faktor predisposisi:
Kemungkinan faktor predisposisi yang membentuk perilaku pak Widodo adalah
pendidikan, pengetahuan, dan kondisi ekonomi serta sikap dari lingkungan Pak Widodo.
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan pola pengambilan keputusan dan
penerimaan informasi.Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang
tentang pentingnya suatu hal. Selain itu, seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
memiliki pandangan yang lebih terbuka tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide
atau cara kehidupan baru. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak
dan mencari solusi untuk masalah yang dijumpainya, serta pola pikir individu tersebut di mana
orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih rasional. Menurut Notoadmodjo, semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin banyak materi, bahan, atau pengetahuan yang diperoleh
untuk mencapai perubahan tingkah laku yang baik. Merujuk pada kasus, tentunya dengan status
buruh lepas, yang kemungkinan besar tingkat pendidikan terakhir ialah SMA, seharusnya
masyarakat Pak Widodo cukup mampu menerima dan memahami informasi dan ide baru dengan
strategi komunikasi yang baik. Contohnya, Pak Widodo membeli obat batuk di took obat.Faktor predisposisi yang kemungkinan juga berpengaruh adalah pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
6/18
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
7/18
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
8/18
8
12.Apa saja standar minimal sarana yang dimiliki puskesmas?
Hasil mendukung TBC
TBC, BTA
negative,
Rontgen positif
Hasil rontgen
negatif
Bukan TBC,penyakit lain
Beri antibiotik spectrum luas
Tidak ada perbaikan ada perbaikan
Ulangi periksadahak SPS
Hasil BTA
+ + +
+ + -
+ - -
Hasil BTA
- - -
Periksa rontgen
dada
Tersangka penderita TBC
(suspek TBC)
PERIKSA dahak Sewaktu PagiSewaktu (SPS)
Hasil BTA
+ - -
Hasil BTA
- - -
Hasil tidak
mendukung TBC
Periksa Rontgen dada
Hasil BTA
+ + +
+ + -
Penderita TBC BTA (+)
Hasil mendukung TBC
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
9/18
9
a. Penyediaan/penggantian kerusakan PONED kit, bidan kit, KB kitb. Penyediaan alat deteksi pencegahan komplikasi kebidanan (protein dan glukosa urine/dip
stick,hemoglobin/Hb Sahli, golongan darah)
c. Alat deteksi khusus (malaria/rapid diagnostik test untuk daerah malaria dan malaria kit,HIV/rapid test 3 jenis untuk daerah dengan kasus HIV tinggi, alat diagnostik TB untuk
pemeriksaan sputum/dahak, alat diagnosis leptotex untuk avian influenza)d. Alat cold chain untuk vaksin, dengan tenaga surya (daerah tidak punya listrik).e. Alat pengolahan limbah cair
13.Bagaimana pola interaksi agen, host, dan lingkungan pada kasus ini?
14.Bagaimana RAPP TBC (riwayat alami perjalanan penyakit)?1) Tahap Pre-Patogenesa
Tuberculosis adalahpenyakitmenularlangsung yang disebabkanolehkuman TBC
(Mycobacteriumtuberculosis).Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga
mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentukdroplet(percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
2) Tahap Patogenesaa) Inkubasi
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selamabeberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
10/18
10
kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-
bagian tubuh lainnya.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa
tahun. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan.b) PenyakitDini
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Infeksi primer terjadi saat seseorang
terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati system pertahanan mukosiler bronkus, dan terus berjalansehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan
didalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelejar limfe disekitar hilus
paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin
dari negatif menjadi positif.
c) PenyakitLanjutKelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian,
ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisteratau dormant(tidur).
Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atu tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV
atau status gizi yang yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
d) Tahapakhirpenyakit Sembuhsempurna
Penyakit TBC
akansembuhsecarasempurnabilapenderitatelahmenyelesaikanpengobatansecaralengkap
, danpemeriksanulangdahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turut
hasilnyanegatifyaitupadaakhirdan/atausebulansebelumakhirpengobatan,
danpadasatupemeriksaanfollow upsebelumnya.
SembuhtapicacatKomplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkankarena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bonkial.
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
11/18
11
Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringanikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontankarena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persedian, ginjal dansebagainya.
InsufisiensiKardioPulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA
negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan
kasus sembuh. Pada kasus ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup
diberikan pengobatan simtomatis. Bilaperdarahanberat, penderitaharusdirujukke unit
spesialistik.
KarierPenderita yangtelahmenyelesaikanpengobatannyasecaralengkaptapitidakadahasilpemeriksaanulahdah
ak 2 kali berturut-turutnegatif.Tindaklanjut
:penderitadiberitahuapabilagejalamunculkembalisupayamemeriksakandiridenganmengi
kutiprosedurtetap. Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan
pemeriksaan ulang dahak.
KronikPenderita BTA positif yang
hasilpemeriksaandahaknyatetappositifataukembalimenjadipositifpadasatubulansebelum
akhirpengobatanataupadaakhirpengobatan.Tindak lanjut : Penderita BTA positif barudengan kategori 1 diberikan kategori 2 muali dari awal. Penderita BTA positif
pengobatan ulang ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau diberikan
INH seumur hidup.
Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan kedua
menjadi positif. Tindaklanjut :berikanpengobatankategori 2 mualidariawal.
MeninggalDuniaPenderita yang dalam usia masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab
apapun. Tanpa pengobatan, setelah lima tahun 50% dari penderita TBC akan
meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25%
sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO, 1996)
15.Bagaimana penanganan comprehensive terhadap kasus Pak Widodo?1) Kuratif
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup
dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan berturut-turut dengan menggunakan OAT standar yang
direkomendasikan oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and
Lung Disease).
Upaya pengobatan TBC dibagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7) bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obatlanjutan. Jenis obat utama yang digunakan adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Streptomisin, Etambutol. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih
dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Sedangkan
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
12/18
12
obat sekundernya antara lain: Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
Tabel 1. Dosis Obat Anti Tuberkolosis Kombinasi Dosis Tepat (IUALTD & WHO, 1998)
Fase Intensif Fase Lanjutan
2 bulan 4 bulan 6 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu Harian
RHZE
150/75/400/275
RHZ
150/75/400
RHZ
150/150/500
RH
150/75
RH
150/150
EH
400/150
30-37 2 2 2 2 2 1,5
38-54 3 3 3 3 3 2
55-70 4 4 4 4 4 3
>71 5 5 5 5 5 3
1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
a) Penderita baru TBC paru BTA positif.b) Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2) Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3Diberikan kepada:
a) Penderita kambuh.b) Penderita gagal terapi.c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3Diberikan kepada:
a) Penderita BTA (+)2) Preventif
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit
TBC.
1. Pencegahan PrimerPencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit
pada populasi yang sehat.
Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control) Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan
Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control) Pesyaratan penerimaan tenaga kerja Pencatatan pelaporan Monitoring dan evaluasi
Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
13/18
13
Sistem ventilasi yang baik Pengendalian lingkungan keja
Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain : Pendidikan kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja, kebersihan lingkungan, cara
minum obat dll.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
o Memelihara kebersihan diri, rumah, dan lingkungano Makanan yang sehato Cara hidup sehat dan teraturSanitasi lingkungan
Lingkungan rumah adalah ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding, serta lingkungan
sosial yaitu kepadatan penghuni.
o Kepadatan penghuni rumah : minimum 9 m2 per orang, luas rumah yang tidaksebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan overcrowded, hal ini tidak
sehat karena di samping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen dan jugapenularan TBC lebih mudah.
o Lantai rumah: kontruksi lantai harus rapat air dan selalu kering agar mudahdibersihkan dari kotoran dan debu. Lantai rumah jenis tanah memiliki peran terhadap
proses kejadian penyakit TB Paru,. Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban,
dengan demikian viabilitas bakteri Mycobacterium tuberculosis di lingkungan juga
sangat mempengaruhi. Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat
hidup dan perkembangbiakan bakteri.
o Ventilasi : 10 % luas lantai rumah. Salah satu fungsi ventilasi adalah membebaskanudara dari bakteri. Kurangnya ventilasi menyebabkan CO2 meningkat, pengap, suhuu
udara naik, kelembaban bertambah.
o Pencahayaan : rumah dengan pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadapkejadian penyakit TB Paru. Rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai risiko
TB paru 3-7 kali diobandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.
o Kelembabano Suhu: Nyaman untuk ditinggali apabila suhu berkisar antara 18-30oC.Mycobacterium
tuberculosis hidup dan tumbuh baik pada suhu 31-37 oC.
Pemeriksaan kesehatan awal, berkala & khusus (anamnesis, pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test)
Peningkatan gizi pekerja Penelitian kesehatan
2. Pencegahan sekunderPencegahan sekunder adalan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini mungkin, mencegah
meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit, diantaranya:
Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatan yangdiberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang Pengawas Obat atau juru TBC
Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja Case-findingsecara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai dan rujukan
pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.
Membuat Peta TBC, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perlu prioritaspenanggulangan TBC bagi pekerja
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
14/18
14
Pengelolaan logistik Pencegahan agar tidak menular :
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tisu Tidak batuk di hadapan anggota keluarga atau orang lain Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama pengobatan Tidak meludah si sembarang tempat Menjemur alat tidur secara teratur pada siang hari Membuka jendela pada pagi hari dan mengusahakan sinar matahari masuk ke rumah Minum obat secara teratur sampai selesai dan sembuh
3. Program preventif terhadap penderita TB dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu pemberianvaksinasi BCG dan kemoprofilaksis. Pertama, pemberian vaksinasi BCG adalah bentuk preventif
terhadap adanya infeksi penyakit TB yang diberikan kepada manusia dengan vaksin BCG. Vaksin
TB tidak mencegah sepenuhnya terhadap penyerangan penyakit TB, melainkan memungkinkan
infeksi TB menjadi kecil atau bukan menyebabkan TB yang parah dan mengancam keselamatan
individu tersebut.
Vaksin BCG dapat membutuhkan waktu sekitar 6-12 minggu untuk menghasilkan efek
(perlindungan) kekebalannya dan akan memberikan kekebalan sebesar 50-60% terhadap TB bagi
individu tersebut. Meski secara umum memberikan kekebalan sebesar 50-60%, semua bergantung
kepada waktu dan individu. Keefektifan vaksin tersebut akan berkurang seiring dengan waktu,
yaitu dalam waktu 5-15 tahun. Pemberian vaksin BCG dapat dilakukan melalui penyuntikan
secara intrakutan atau intradermal yang dilakukan pada lengan bagian atas. Selain itu, pemberian
vaksin BCG juga dapat dilakukan secara injeksi perkutan terutama bagi bayi dengan usia muda.
Hal ini disebabkan bayi dengan usia muda memiliki kemungkinan sulit untuk menerima injeksiintradermal. Dosis yang diberikan pada infantatau bayi dengan umur kurang dari 12 bulan yaitu
untuk satu dosis sebanyak 0,05 ml (0,05mg) dan dosis untuk anak-anak dengan umur di atas 12
bulan dan juga dewasa untuk satu dosis vaksin yaitu 0,1 ml (0,1 mg).
Program preventif lainnya yang diberikan yaitu melalui kemoprofilaksis (Sudoyo, 2006).
Kemoprofilaksis terhadap tuberkulosis merupakan masalah tersendiri dalam penanggulangan
tuberkulosis paru (Sudoyo, 2006). Di dalam kemoprofilaksis metode yang digunakan adalah
penggunaan isoniazid. Isoniazid banyak dipakai disebabkan tidak hanya memiliki harga yang
murah melainkan juga efek samping yang dapat terjadinya sedikit (terbanyak hepatitis dengan
frekuensi 1%, sedangkan yang berusia lebih dari 50 tahun adalah 2%). Selain penggunaan dengan
isoniazid, di dalam kemoprofilaksis juga dapat menggunakan rifampisin. Rifampisin dapat
menurunkan insiden tuberkulosis sampai 55-83% dan yang memiliki kepatuhan dalam minum
obat tersebut meningkatkan angka penurunan insiden tuberkulosis yaitu sebesar 90% (Sudoyo,
2006). Lama profilaksis pun dapat memakan waktu 6-12 bulan. Anjuran kemoprofilaksis
diberikan kepada individu dengan latarbelakang HIV positif dan pasien yang mendapatkan terapi
imunosupresi (Sudoyo, 2006).
3) PromotifPeningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja
melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja,penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan
kepuasan kerja, peningkatan gizi kerja. Promosi kesehatan merupakan upaya memasarkan,
mengenalkan /menjual kesehatan.
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
15/18
15
Strategi promosi kesehatan :
a. AdvokasiKegiatan meyakinkan oranglain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukungt
terhadap apa yang diinginkan.
b. Dukungan sosialDukungan sosial melalui tokoh tokoh masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakatStrategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat
Tindakan promotif yang dapat dilakukan :
a. Advokasi ke Dinas Kesehatan untuk memperberian masker kepada masyarakat.b. Edukasi kepada masyarakat :
Penyuluhan kepada masyarakat tentang penanggulangan TBC (misalnya : sanitasilingkungan spt membuat ventilasi yang baik, mengubah lantai tanah)
Penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala-gejala TBC Penyuluhan kepada masyarakat tentang penularan penyakit.c. Edukasi kepada penderita untuk menerima pengobatan yang rutin dan sampai tuntas,
menjaga daya tahan tubuh dengan cara peningkatan gizi dan kebugaran jasmani.
d. Pelatihan petugas kesehatan untuk menanggulangi TBC4) Rehabilitatif
Adalah upaya pengobatan penyakit TBC yang bertujuan untuk menyembuhkan
penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan.
Program rehabilitasi meliputi dua program utama, yaitu kemoterapi dan home health care.
1. Kemoterapi pertama kali menggunakan streptomisin yang merupakan obat antituberkulosis.Lalu, penemuan obat baru yaitu rifampisin menyebabkan adanya perubahan dalam
penggunaan obat untuk kemoterapi. Hal ini disebabkan penggunaan obat rifampisin dapat
mempersingkat waktu kemoterapi menjadi 6-9 bulan.
Tujuan program kemoterapi ini yaitu (1) mengobati pasien dengan sesedikit mungkin
mengganggu aktivitas hariannya, dalam periode pendek, tidak memandang apakah dia peka
atau resisten terhadap obat yang ada, (2) Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat
penyakitnya, (3) mencegah kambuh, (4) mencegah munculnya resistensi obat, dan (5)
mencegah lingkungannya dari penularan.
Prinsip pengobatannya pun pada pasien TB terdapat dua dasar.
1. obat yang diberikan minimal dua jenis dengan dua jenis resimen, yaitu obat lapis pertamadan lapis kedua. Obat lapis pertama mencakup isoniazid (INH), Rifampisin, Pyrazinamide,
Ethambutol, dan Streptomycin yang obat tersebut memiliki fungsi untuk melakukan
penghentian pertumbuhan basil, pengurangan basil dorman, dan pencegahan terjadi
resistensi (Sudoyo, 2006).
2. obat lapis kedua mencakup Rifabutin, Ethionamide, Cycloserine, Para-Amino Salicylicacid, Clofazimine, Aminoglycosides di luar Streptomycin dan Quinolones yang tujuan
pemberiannya pun sama dengan obat lapis pertama (Sudoyo, 2006).
Di dalam program pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase, yaitu: fase
bakterisidal awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan) (Sudoyo, 2006).1. Program rehabilitasi kedua yaitu home health care. Pada home health care berfokus pada
pemberian edukasi kesehatan berkaitan penanganan TB kepada pasien maupun keluarga
pasien. Edukasi kesehatan tersebut meliputi edukasi tentang efek samping terhadap obat
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
16/18
16
yang diberikan, edukasi lingkungan yang tepat dalam mendukung pemulihan pasien TB
maupun pencegahan penularan TB. Hal ini meliputi pemberian pencahayaan matahari
natural ruangan yang cukup dan ventilasi yang sesuai, adanya akses air bersih yang baik,
maupun kebutuhan individu lainnya. Selain itu, pengurangan akitivitas pasien TB dengan
lingkungan yang padat karena dengan kondisi lingkungan yang tidak padat menyebabkan
resiko penularan TB berkurang serta adanya akses pelayanan kesehatan yang mudah(LeMone, 2008).
Edukasi yang juga dapat diberikan dalam rangka mencapai keberhasilan program
home health care yaitu edukasi kepada keluarga klien maupun klien untuk selalu mengkaji
status nutrisi yang meliputi pemasukan nutrisi seperti vitamin D. Selain itu, edukasi dalam
pencegahan atau memperkecil resiko penularan kepada anggota keluarga lainnya dengan
menganjurkan melakukan tes kesehatan berkaitan dengan positif/negatif tuberkulosis.
Serta, edukasi tentang arti pentingnya istirahat yang adekuat dan juga pengaturan
aktivitas yang sesuai dalam rangka proses penyembuhan terhadap pasien TB. Bedrest
merupakan salah satu hal yang penting diberikan kepada pasien yang baru selesai menjalaniperawatan TB di rumah sakit. Bedrest bertujuan untuk memberikan istirahat kepada fisik
pasien. Hal ini disebabkan bila pasien TB memiliki aktivitas berlebih akan mejadi pemicu
gejala-gejala yang baru (Sudoyo, 2006). Pada waktu dulu, bedrest dilakukan di ruang khusus,
yaitu di sanatorium tetapi saat ini diberi istirahat setempat terhadap fisiknya dan ditunjang
dengan pemberian makanan yang bergizi tinggi sudah cukup membantu pemulihan pada
pasien TB (Sudoyo, 2006).
16.Bagaimana penanganan holistik terhadap kasus Pak Widodo?1) Fisik
Penjelasan sama dengan penanganan kuratif
2) MentalDiperlukan dukungan emosi dari pihak keluarga yang mencakup ungkapan empati,
perhatian dan kepedulian terhadaop keadaan pasien.Memberikan edukasi kepada keluarga
agar dapat memahami keadaan pasien dan dapat menyediakan kebutuhan yang diperlukan
pasien. Melalui pendekatan yang baik secara psikologis keluarga mampu meringankan beban
yang dirasakan oleh pasien.
Upaya penanganan kesehatan mental merupakan usaha untuk menjaga kondisi
psikologis sesorang serta mencegah terjadinya kerusakan mental. Upaya yang mungkin bisa
kita lakukan terhadap pak Widodo adalah memberikan pemahaman tentang penyakit TBCdengan baik. Ini bertujuan agar pak Widodo tidak beranggapan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan sakit yang parah yang dapat merusak kehidupannya, sehingga akan
menyebabkan pak Widodo depresi. Selain itu, kita juga dapat memberikan motivasi agar pak
widodo dapat menjalani hidupnya dengan lebih baik.
3) Sosial1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain
adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi. Menurut H. Ray Elling,
(1970), ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain:
1) self concept, dan 2) image kelompok. Di samping itu, G.M Foster (1973)
menambahkan, bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan.
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
17/18
17
a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku KesehatanSelf concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita
kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita
lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan
negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatukeharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Oleh karena itu, secara tidak langsung
self concept kita cenderung menentukan, apakah kita akan menerima keadaan diri kita
seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.
b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku KesehatanImage seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelomok. Sebagai contoh,
anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan
pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan Lingkungan
medis dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan
demikian, kedua anak tersebut mempunyai perbedaan konsep tentang peranan dokter. Ttaudengan kata lain, perilaku dari masing-masing individu cenderung merefleksikan
kelompoknya.
c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan.Dengan demikian penanganan yang holistik terhadap kasus Pak Widodo adalah
diadakannya pemberian informasi mengenai penyakit TBC sehingga untuk kedepannya
diharapkan mereka dapat mengerti dan segera memeriksakan diri ke puskesmas jika ada
gejala-gejala yang sesuai denganpenyakit TBC.
2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku KesehatanMenurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antara lain adalah : 1) tradisi, 2) sikap fatalism, 3) nilai, 4) ethnocentrism, 5)
unsur budaya.
4) Spiritual Motivasi kepada pasien TB bahwa penyakitnya akan sembuh. Motivasi untuk minum obat sampai habis. Mengambil hikmah dari penyakit yang dialami dan berdoa agar diberikan kesembuhan. Motivasi untuk memliliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta menerima
keadaannya.
Dukungan dari anggota keluarga, agar pasien merasa senang dan percaya diri.III.Hipotesis
Pak Widodo terlambat berobat ke puskesmas karena kurangnya tingkat pengetahuan, kondisi sosial
ekonomi dan belum berhasilnya proses edukasi kesehatan masyarakat (PHE).
-
7/27/2019 Skenario d Blok 20 Phe
18/18
18
RAPP TBC
Skema 1. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis
Infeksi primer
Penyebaran basil TB Pembentukan primer komplek
Penyebaran endogen basil TB
Pembentukan lesi
Sumber Penularan
Sembuh spontan Mati
Outbreak of
tuberculosis
10%
Sembuh 90%