Skenario B Blok 15 Tahun 2014

download Skenario B Blok 15 Tahun 2014

of 74

Transcript of Skenario B Blok 15 Tahun 2014

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    1/74

    1

    Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    Mr. Y, 48 years old, comes to MH hospital with chief compalint of severe shortness of breath

    since yesterday. One week ago, he felt very tired and slept in semi-fowlers position. Since a

    month ago, he felt shortness of breath while doing daily activities, fatique and nausea. Three

    months ago, he felt pain on his left chest and was hospitalized for three days. Then he

    discharged early before completing the treatment.

    Past Medical History: heavy-smoker, his father had sudden death at 52 years old (+)

    Physical Exam:

    General examination: orthopnoe, height: 165cm, weight 90 kg, BP: 100/60 mmHg, HR: 130

    bpm, regular, equal, RR: 26x/m

    Head and neck: pale, JVP (5+2) cmH2o

    Throax: basal rales (+) wheezing (-)

    Abdomen: liver is palpable 4 fingers below the costal arch

    Extremities: minimal ankle edema

    Laboratory results:

    Hemoglobin: 15 g/dl, WBC 7000/mm3, diff count: 0/2/10/60/22/6, ESR 20/mm3, platelet:

    250.000/mm3. Total kolesterol 300 mg/dl, LDL 165 mg/dl, HDL 35 mg/dl, triglyceride 280

    mg/dl. Fasting blood glucose: 110 mg/dl, urine glucose (-), sediment: normal finding. CK

    NAC 125 U/L, CK MB 22 U/L, Troponin I: 0,1 ng/ml.

    Additional Exam

    Chest X-ray: CTR 50%, signs of cephalization.

    ECG: sinus rhythm, left axis deviation, HR 130 x/m, QS pattern in V1-4 with ST elevation.

    Echo: normal chamber, LVH (-), LV regional wall motion abnormality (anteroseptal wall),

    thrombus attached to LV apex, LV ejection fraction 35%.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    2/74

    2

    I. Klarifikasi Istilah1. Semi-fowlers position: kepala pasien dinaikan tidak lebih dari 30-90odengan kaki

    ditekuk.

    2. Fatique: keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan menurunnya efisiensi akibatkerja yang berkepanjangan atau berlebihan, akibat penumpukkan laktat.

    3. Orthopneu: dispneu yang mereda pada posisi tegak/berdiri4. Minimal ankle edema: edema pada pergelangan kaki yang dapat terlihat tapi masih

    sedikit

    5. Cephalization: redistribusi aliran darah dari vena pulmonalis untuk paru-paru lobusinferior ke lobus superior. Pada radiologi menunjukkan adanya hipertensi pulmonalis

    6. Left axis deviation: axis elektrikal jantung yang bergeser ke kiri atau di atas 30o7. Trombus: bekuan darah yang tidak bergerak di sepanjang dinding pembuluh darah8. Echocardiograph: perekaman posisi dan gerakan dinding jantung atau struktur internal

    jantung melalui gema yang diperoleh dari pancaran gelombang ultrasonik yang

    diarahkan lewat dinding torak.

    9. LV ejection fraction: volume yang dihasilkan akibat ventrikel berkontraksimaksimum. Tes untuk melihat seberapa baik jantung ventrikel memompa darah saat

    berkontraksi (normal: 65%). Proporsi volume darah di dalam ventrikel pada akhir

    diastol yang diejeksi selama sistol.

    II. Identifikasi MasalahNo. Masalah Concern

    1. Mr. Y, 48 years old, comes to MH hospital with

    chief compalint of severe shortness of breath since

    yesterday. One week ago, he felt very tired and

    slept in semi-fowlers position. Since a month ago,

    he felt shortness of breath while doing daily

    activities, fatique and nausea.

    Main Problem

    2. Three months ago, he felt pain on his left chest and

    was hospitalized for three days. Then he discharged

    early before completing the treatment.

    3. Past Medical History: heavy-smoker, his father had

    sudden death at 52 years old (+)

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    3/74

    3

    4. Physical Exam

    5. Laboratory Exam

    6. Additional Exam

    III. Analisis Masalah1. Mr. Y, 48 years old, comes to MH hospital with chief compalint of severe

    shortness of breath since yesterday. One week ago, he felt very tired and slept in

    semi-fowlers position. Since a month ago, he felt shortness of breath while doing

    daily activities, fatique and nausea.

    a. Bagaiamana mekanisme keluhan Tn. Y?i. Sesak napas (severe shortness)

    Sesak napas adalah manifestasi umum dari gagal jantung. Sesak nafas

    disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vascular

    paru yang mengurangi kelenturan paru. Peningkatan tahanan aliran

    udara juga menimbulkan sesak nafas.

    ii. Kecapekan (tired)Tiredness pada Tuan Y dimungkinkan karena adanya penurunan

    cardiac output akibat gagal jantung. Penurunan cardiac output

    menyebabkan jaringan kekurangan oksigen sehingga menghambat

    metabolisme sel.

    iii. Posisi tidur semi-fowler (bagaimana pengaruh terhadap sesak napas)Pada saat terjadi serangan sesak, biasanya pasien akan merasa susah

    tidur dengan posisi berbaring, melainkan harus dalam posisi duduk

    atau setengah dudukuntuk meredakan penyempitan jalan nafas dan

    memenuhi oksigen dalam tubuh. Posisi tidur semi-fowler adalah cara

    efektif bagi pasien untuk mengurangi gejala sesak nafasnya. Posisi

    semi fawler yaitu menaikkan kepala dan tubuh dengan derajat

    kemiringan 30-45 sehingga menggunakan gaya gravitasi untuk

    membantu pengembangan paru dan dan mengurangi tedextra dari

    abdomen pada diafragma (Perry & Potter, 2005)

    iv. Sesak nafas saat melalukan kegiatan

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    4/74

    4

    Pada awalnya, secara khas gejala hanya muncul saat beraktivitas fisik.

    Ini terjadi karena pada saat beraktivitas, metabolisme tubuh semakin

    meningkat, yang diikuti dengan meningkatnya demand oksigen.

    Kegagalan jantung memompa sejumlah darah kaya oksigen yang

    dibutuhkan tubuh selama metabolism, mengaktifkan salah satu respon

    tubuh yaitu meningkatkan kecepatan pernafasan, agar demand oksigen

    dapat terpenuhi.

    v. Kelelahan (fatique)Gagal ke alur depan pada ventrikel sinistra menimbulkan tanda-tanda

    berkurangnya perfusi ke organ-organ. Aliran darah dialirkan ke organ

    yang lebih vital (dalam hal ini otak) sehingga perfungsi ke organ

    lainnya ( seperti kulit dan otot rangka) berkurang. Kurangnya perfusi

    pada otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan.

    vi. NauseaAkibat adanya peningkatan tekanan pada vena portal mengakibatkan

    terjadinya pembesaran pada hepar. Oleh karena itu, hepar yang

    membesar mendorong keberadaan lambung sehingga muncul rasa

    mual. Atau kemungkinan lain yang ditimbulkan oleh TNF alfa yang

    terbentuk karena adanya gagal jantung.

    b. mengapa sesak napas lebih parah?Awalnya, sesak nafas yang dialami hanya terjadi pada saat Tn.Y beraktivitas

    saja. Seperti yang diungkapkan pada pertanyaan sebelumnya, ini terjadi karena

    peningkatan metabolism tubuh yang diikuti dengan peningkatan demand

    oksigen, termanifestasi dengan sesak nafas. Tetapi, seiring berjalannya waktu

    dan gangguan yang terjadi tidak segera diobati, gagal jantung yang dialami

    semakin berat, toleransi terhdap latihan semain menurun dan gejala muncul

    lebih awal dengan aktivitas yang lebih ringan.

    c. Apakah kemungkinan diagnosis penyakit yang ditimbulkan dari gejala di atas?i. PPOK

    ii. Chronic Kidney Disease (CKD)

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    5/74

    5

    iii. Gagal jantung akut

    2. Three months ago, he felt pain on his left chest and was hospitalized for three days.Then he discharged early before completing the treatment.

    a. Bagaiamana mekanisme nyeri dada sebelah kiri?Kebiasaan merokok menyebabkan akumulasi toksik di pembuluh darah yang

    menimbulkan aterosklerosis yang pada akhirnya memicu timbulnya hipertensi.

    Akibat adanya plak aterosklerosis ini, lumen pembuluh darah menyempit dan

    memudahkan terjadinya oklusi (penyumbatan) pembuluh darah terutama di arteri

    koronaria. Oklusi ini mengakibatkan aliran darah koroner tidak adekuat. Sebagai

    akibatnya, terjadilah iskemia miokard. Terjadi penurunan perfusi jantung yang

    berakibat pada penurunan intake oksigen dan akumulasi hasil metabolisme

    senyawa kimia. Akumulasi metabolit ini timbul karena suplai oksigen yang tidak

    adekuat, maka sel-sel miokard mengompensasikan dengan berespirasi anaerob.

    Sebagai produk sampingannya yaitu asam laktat. Asam laktat membuat pH sel

    menurun. Perubahan metabolisme sel-sel miokard inilah yang menstimulasi

    reseptor nyeri melalui symphatetic afferent di area korteks sensoris primer (area

    3,2,1 Broadman) yang menimbulkan nyeri di dada.

    Stimulasi aferen simpatis oleh substansi yang dilepas jantung selama iskemia

    akan mengeksitasi neuron traktus spinotalamikus di segmen T1 T5, tapi otak

    sulit mengartikan apakah nyeri ini berasal dari miokard, karena jalur ini juga

    merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain.

    Aferen vagus terlibat dalam transmisi informasi nociceptif dari korda spinalis.

    Penelitian menunjukkan bahwa informasi nociceptive vagal berkonvergen ke

    traktus spinotalamikus di segmen servikal, C1 dan C2, yang menerima informasi

    somatik dari leher dan rahang. Proyeksi aferen vagal di segmen cervical atas

    mungkin berakhir pada NTS atau korda spinalis. Proyeksi lainnya mungkin

    melalui regio parabrachial dan subcoeruleus di dorsolateral pons, karena stmulasi

    vagal biasanya mengeksitasi neuron di region ini.

    Nyeri kardia juga melibatkan jaras lainnya selain traktus spinotalamikus. Jaras

    lainnya yang paling umum yaitu traktus spinoretikular. Neuron spinoretikular

    serupa dengan neuron spinotalamikus dalam merespon substansi kimia

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    6/74

    6

    berbahaya. Proyeksi traktus spinoretikular ini terlibat dalam transmisi ke otak

    sehingga otak dapat menginterpretasi stimulus nyeri ini

    Jalur lainnya adalah traktus spinobrachial, yang berproyeksi ke regio

    parabrachial di pons. Neuron dari regio lateral parabrachial berproyeksi ke

    amygdala dan hipotalamus (nukleus ventromedial dan retrokiasmatik) Struktur ini

    sepertinya penting dalam melibatkan respon emosi.Beberapa jaras lainnya yang

    dapat menyampaikan informasi dari jantung termasuk spinomesensefalik,

    spinosolitari, dan spinohipotalamik. Jarasjaras ini hanya memiliki keterlibatan

    kecil dalam sensasinya.

    Thalamus lateral yang menerima informasi dari jantung via traktus

    spinotalamikus terdiri dari nukleus ventroposterolateral, ventroposteromedial, dan

    ventroposteroinferior. Akson dari thalamus kemudian berproyeksi ke korteks

    somatosensori primer dan mungkin ke korteks sensori sekunder juga. Di korteks

    ini informasi akan dideterminasi.

    Informasi somatik dan kardia juga berproyeksi nukelus intralaminar via

    traktur spinothalamicus dan spinoreticular. Informasi yang masuk ke nuklei ini

    diproyeksikan di korteksi asosiasi seperti korteks insular, amygdala, dan girus

    singulata. Nuklei ini mungkin berkontribusi dalam keterlibatan komponen

    emosional dari nyeri termasuk adaptasi autonom.

    b. Apa saja penanganan yang harus dilakukan pada nyeri dada kiri? (kasus)Mengurangi/menghilangkan nyeri dada. Mengurangi/menghilangkan nyeri

    dada sangat penting, karena nyeri dikaitkan dengan aktivasi simpatis yang

    menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban jantung. Morfin. Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan

    analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan

    dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulangi dengan interval 5-15 menit sampai dosis

    total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah

    konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan, sehingga terjadi pooling vena

    yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini

    dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan

    penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek

    vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi,

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    7/74

    7

    terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan

    pemberian atropine 0,5 mg IV. Aspirin. Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang

    dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum SKA. Inhibisi cepat siklooksigenase

    trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi

    aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg di UGD. Selanjutnya aspirin diberikan

    oral dengan dosis 75-162 mg. Penyekat beta. Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada,

    pemberian penyekat beta IV, selain nitrat, mungkin efektif. Regimen yang biasa

    diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan

    syarat frekuensi jantung >60 kali/menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg,

    interval PR

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    8/74

    8

    miokard yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri di dada melalui

    mekanisme yang telah dijelaskan di atas.

    Kandungan rokok : rokok mengandung ribuan senyawa kimia yang

    bersifat toksin, karsinogenik, dan terotogenik. Senyawa-senyawa kimia yang

    terkandung di rokok antara lain nikotin, tar, caffeine, dietil eter, polifenol,

    naftalena, dan senyawa berbahaya lainnya. Senyawa-senyawa kimia dalam

    rokok menurunkan HDL dalam tubuh sehingga timbul plak aterosklerosis,

    misalnya di arteri koronaria. Plak ini mudah mencetuskan trombosis yang

    membentuk trombus sehingga terjadi iskemik miokard yang menimbulkan

    nyeri dada.

    b. Bagaimana hubungan riwayat kematian mendadak ayahnya dengan kejadiankasus?

    Keturunan merupakan faktor resiko dari gagal jantung yang tidak dapat

    diubah. Ayah pasien yang meninggal secara mendadak kemungkinan karena

    serangan jantung sehingga Tn. Y memiliki faktor resiko dari penyakit jantung.

    4. Physical examGeneral examination: orthopnoe, height: 165cm, weight 90 kg, BP: 100/60 mmHg,

    HR: 130 bpm, regular, equal, RR: 26x/m

    Head and neck: pale, JVP (5+2) cmH2o

    Throax: basal rales (+) wheezing (-)

    Abdomen: liver is palpable 4 fingers below the costal arch

    Extremities: minimal ankle edema

    a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas?

    Hasil pemeriksaan

    fisik Mr. Y

    Kategori

    Normal

    Keterangan

    Orthopnoe Ada Tidak ada Interpretasi : terjadi karena kongesti

    pembuluh darah pulmonal dan

    perubahan kemampuan

    pengembangan paru.

    Pada pasien ini terjadi karena

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    9/74

    9

    bertambahnya volume darah pada

    gagal jantung. Pada penderita

    penyakit jantung yang sedang berdiri

    tegak, beberapa liter cairan akan

    masuk ke dalam jaringan yang

    terletak paling rendah. Cairan ini

    mengalir kembali ke dalam

    kompartemen intra vaskular kalau

    pasien berbaring, melebihi batas

    kompensasi jantung dan dengan cepat

    mengisi alveolus.

    BMI 33,05 kg/ m 27 kg/ m Obesitas

    BP 100/60 120/80 mmHg Hipotensi

    HR 130 bpm, regular 60-100 bpm

    regular

    Takikardi

    RR 26 x/menit 16-24 x/menit Takipneu

    JVP (5+2) cmH2O (5-2)cm H2O Menunjukkan adanya kongesti pada

    gagal jantung(kanan). Edema pada

    vena jugularis diakibatkan karena

    peningkatan tekanan pada atrium

    kanan.

    Basal Rales + - Dapat disebabkan oleh kongesti pada

    paru- paru. Adanya bunyi bronkhi

    yang diperiksa dengan stetoscope

    didaerah torak, bronkhi berupa suara

    serak2 seperti ada air, menandakan

    adanya edema di daerah paru-paru.

    Liver : palpables 4 fingers

    below the arcus

    costae

    - menunjukkan adanya pembesaran

    hepar (hepatomegali).

    Wheezing - - Normal

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    10/74

    10

    OrthopneuSaat berbaring (posisi paru-paru lebih rendah dibandingkan pada saat posisi tegak)

    redistribusi cairan dari sirkulasi viscera dan extermitas inferior ke sirkulasi utama

    menambah aliran balik pembuluh darah dan meningkatkan tekanan kapiler paru-

    parusesak (orthopnoe)

    BP 100/60 mmHgPenurunan kemampuan kontraksi jantung atau adanya peningkatan afterload akan

    menyebabkan fraksi ejeksi menurun sehingga darah pada ventrikel sinister pada

    akhir sistole akan meningkat dan menyebabkan meningkatnya EDV (end diastolic

    volume)Akibat dari peningkatan EDV ini akan menyebabkan dilatasi jantung

    Dilatasi jantung akan memperberat kerja jantung untuk berkontraksi sehingga

    efisiensi akan berkurangpenurunan kemampuan untuk memompa darah

    Penurunan tekanan darah.

    HR 130 x/min regular, equalPada gagal jantung terjadi mekanisme kompensasi karena penurunan curah jantung.

    Hal ini akan dikenali oleh baroreseptor disinus caroticusdan arcus aorta, kemudian

    dihantarkan ke medula melalui nervus IX dan X,yang akan mengaktivasi sistem

    saraf simpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis ini akan menaikkan kadar

    norepinefrin (NE). Hal ini akan meningkatkan kontraksi otot jantung dan frekuensi

    denyut jantung melalui stimulasi reseptor adrenergik beta 1 di jantung sehingga

    terjadi takikardi.

    RR 26 x/minGagal jantung Gangguan pertukaran gas dan penurunan perfusi Penurunan

    kadar oksigen terdeteksi kemoreseptor impuls ke otak rangsangan saraf

    simpatis ke parubernapas cepat.

    JVP (5+2) cmH20Akibat dari gagal jantung kiri tekanan vaskuler paru meningkat darah dari

    ventrikel kanan sulit masuk ke paru peningkatan kontraktilitas ventrikel kanan

    (agar darah bisa masuk ke dalam paru) peningkatan tekanan pada vena sistemik n

    peningkatan tekanan vena cava superior peningkatan JVP

    Rales (+)

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    11/74

    11

    Kongesti parutekanan arteri dan vena pulmonal meningkat dimana tekanan vena

    yang meningkat keseimbangan tekanan hidrostatik dan osmotik terganggu

    sehingga terjadi ekstravasasi cairan ke rongga alveolar hal inilah yang menyebabkan

    bunyi ronkhi dan mengi terjadi.

    Palpable LiverGagal jantung kanan, ventrikel kanan pada saat sistol tidak mampu memompa darah

    tekanan akhir iastol ventrikel kanan akan meninggi tekanan di atrium kanan

    meninggi bendungan v. cava superior, v.cava inferior, dan seluruh system vena

    bendungan di v. jugularis dan v. hepatica (hepatomegali)

    Minimal Ankle EdemaPenimbunan cairan dalam ruang interstisial berhubungan dengan edema paru yang

    dapat menyebabkan ortophneu, rales dan wheezing

    b. Bagaiaman cara melakukan pemeriksaan JVP?Pemeriksaan JVP dengan cara langsung:

    Titik-titik pengukuran:

    a. Titik acuan adalah bidang horizontal melalui tempat sambungan iga ke-2dengan sternum

    b. Titik nol adalah tempat di mana tekanan sama dengan nolm yaitu setinggitengah-tengah atrium kanan

    c. Jarak titik acuan-titik nol pada orang dewasa adalah 5 cm. Jarak inikonstan

    Teknik Pengukuran : Pasien berbaring dengan lengan diletakkan 5 cm di

    bawah titik acuan (jadi setinggi atrium kanan). Jarum dimasukkan dalam vena

    brakialis dan dihubungkan dengan manometer air. Tekanan dibaca pada

    manometer.

    Pemeriksaan JVP dengan cara tidak langsung:

    Menurut Lewis Borst, sebagai pengganti manometer dipakai vena juguaris.

    Pasien berbaring dan leher harus lemas. Tentukan vena jugularis eksternan

    kanan. Vena tiddak boleh dikosongkan dengan mengurutnya. Vena ditekan 1

    jari mula-mula di sebelah bawah dekat klavikula, lalu disebelah atas dekat

    mandibula dengan jari lain, kemudian tekanan oleh jari pertama dilepaskan.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    12/74

    12

    Lihat sampai di mana vena terisi waktu inspirasi biasa. Tingginya diukur dari

    titik acuan.

    5. Laboratory resultHemoglobin: 15 g/dl, WBC 7000/mm3, diff count: 0/2/10/60/22/6, ESR 20/mm3,

    platelet: 250.000/mm3. Total kolesterol 300 mg/dl, LDL 165 mg/dl, HDL 35 mg/dl,

    triglyceride 280 mg/dl. Fasting blood glucose: 110 mg/dl, urine glucose (-), sediment:

    normal finding. CK NAC 125 U/L, CK MB 22 U/L, Troponin I: 0,1 ng/ml.

    a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas?i. Interpretasi

    Pemeriksaan Nilai Normal

    Hasil Pemeriksaan

    dan Interpretasi

    Hemoglobin13 gr% - 18 gr% (Lk)

    11,5 gr% - 16,5 gr% (Pr)

    15 g/dl

    (normal)

    Leukosit5.000-10.000/mm3 7.000/mm3

    (normal)

    Diff. Count

    0,4-1/1-3/0-5/50-65/25-

    35/4-6

    0/2/10/60/22/6

    ( Tidak normal)

    LED/ESR

    0-15 mm/jam (Lk)

    0-20 mm/jam (Pr)

    20 /mm

    (tinggi)

    Trombosit 150.000-400.000/mm3250.000/mm

    (normal)

    Kolesterol total 150200 mg/dL 300 mg/dl

    (tinggi)

    Hiperlipidemia

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    13/74

    13

    HDL

    LDL

    4565 (P)

    3555 (L) mg/dL

    < 100 mg/dL

    35 mg%

    (normal)

    165 mg %

    (tinggi)

    Hiperlipidemia

    Trigliserid 120190 mg/dL 280 mg%

    (tinggi)

    Fasting Blood

    Glucose

    70-110mg/Dl 110 mg/dL

    (normal tinggi)

    Glukosa urine Negatif Negatif

    (normal)

    Sediment Temuan Normal Temuan normal

    CK NAC LK: 30-180 IU/L 125 U/L

    (normal)

    CK MB

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    14/74

    14

    jantung, CKMB juga meningkat pada miokarditis, gagal jantung, dan trauma pada otot

    jantung.

    c. Troponin ITroponin I hanya petanda terhadap jejas miokard, tidak ditemukan pada otot skeletal

    selama pertumbuhan janin, setelah trauma atau regenerasi otot skeletal. Troponin I

    sangat spesifik terhadap jaringan miokard, tidak terdeteksi dalam darah orang sehat dan

    menunjukkan peningkatan yang tinggi di atas batas atas pada pasien dengan IMA.

    Troponin I lebih banyak didapatkan pada otot jantung daripada CKMB dan sangat

    akurat dalam mendeteksi kerusakan jantung.

    Troponin I meningkat pada kondisi-kondisi seperti myokarditis, kontusio kardiak dan

    setelah pembedahan jantung. Adanya cTnI dalam serum menunjukkan telah terjadi

    kerusakan miokard.

    Troponin I mulai meningkat 3 sampai 5 jam setelah jejas miokard, mencapai puncak

    pada 14 sampai 18 jam dan tetap meningkat selama 5 sampai 7 hari. Troponin I

    mempunyai sensitivitas 100% pada 6 jam setelah IMA. Troponin I adalah petanda

    biokimia IMA yang ideal oleh karena sensitivitas dan spesifisitasnya serta mempunyai

    nilai prognostik pada ATS. Petanda biokimia ini tidak dipengaruhi oleh penyakit ototskeletal, trauma otot skeletal, penyakit ginjal atau pembedahan. Spesifisitas cTnI

    terutama sangat membantu dalam mendiagnosis pasien dengan problem fisik yang

    kompleks.

    Kekurangan cTnI adalah lama dalam serum, sehingga dapat menyulitkan adanya re-

    infark. Tetapi dari sudut lain adanya peningkatan yang lama ini, berguna untuk

    mendeteksi infark miokard jika pasien masuk rumah sakit beberapa hari setelah onset

    nyeri dada menggantikan peran isoenzim LDH.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    15/74

    15

    b. Bagaimana cara pemeriksaan enzim jantung?1. CK/CPK

    Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada

    jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan menjadi katalisastor

    dalam transfer posfat ke ADP (energy)

    Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam

    16-24 jam, kembali normal setelah 72 jam.

    Peningkatan CPK merupakan indicator penting adanya kerusakan miokardium.

    Nilai normal :

    Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L

    Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L

    Anak laki-laki : 0-70 IU/L

    Anak wanita : 0-50 IU/L

    Bayi baru lahir : 65-580 IU/

    No. Peningkatan CPK Penyebab

    a. Peningkatan 5 kali atau lebih atau lebih dari nilai normal :Infark jantung, Polimiositis, Distropia muskularis duchene

    b. Peningkatan ringan/sedang (2-4 kali nilai normal) Kerja berat :Trauma, Tindakan bedah, Injeksi I.M, Miopati alkoholika, Infark

    miokard/iskemik berat, Infark paru/edema paru

    c. Dengan hipitiroidisme Psikosis akut

    2. CKMB (Creatinkinase label M dan B)Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miokardium, dan otak.

    Terdapat 3 jenis isoenzim kreatinase dan diberu label M (muskulus) dan B (Brain),

    yaitu :

    Isoenzim BB : banyak terdapat di otak

    Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal

    Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama MM

    Otot bergaris berisi 90% MM dan 10% MB

    Otot jantung berisi 60% MM dan 40% MB

    Peningkatan kadar enzim dalam serum menjadi indicator terpercaya adanya kerusakan

    jaringan pada jantung.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    16/74

    16

    Creatine kinase (CKMB)

    meningkat dalam waktu 3-6 jam setelah nekrosis otot Aktifitas tertinggi 18-24 jam Kembali normal setelah 3 hari Kurang spesifik (meningkat bukan hanya pada kerusakan otot jantung) Pemeriksaan yang lebih akurat secara mass assay

    Nilai normal kurang dari 10 U/L

    Nilai > 10-13 U/L atau > 5% total CK menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

    produksi enzim.

    Klinis:

    Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada penderita AMI, penyakit otot rangka,

    cedera cerebrovaskuler.

    Peningkatan iso enzim CPK-MM, terdapat pada penderita distrofi otot, trauma hebat,

    paska operasi, latihan berlebihan, injeksi I.M, hipokalemia dan hipotiroidisme.

    Peningkatan CPK-MB : pada AMI, angina pectoris, operasi jantung, iskemik jantung,

    miokarditis, hipokalemia, dan defibrilasi jantung.

    Peningkatan CPK-BB : terdapat pada cedera cerebrovaskuler, pendarahan sub

    arachnoid, kanker otak, cedera otak akut,syndrome reye, embolisme pulmonal dan

    kejang.

    Obat-obat yang meningkatkan nilai CPK : deksametason, furosemid, aspirin dosis

    tinggi, ampicillin, karbenicillin dan klofibrat.

    Spesimen yang digunakan untuk uji CK dan CK-MB adalah serum atau plasma

    heparin dari darah vena. Pengambilan darah untuk uji CK dan CK-MB sebaiknya

    dilakukan sebelum dilakukan injeksi intra muscular (IM). Sampel serum atau plasma

    harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah pencemaran oleh adenilat kinase) dan

    disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung diperiksa. Serum atau plasma

    dapat digunakan untuk imunoassay CK-MB; antigen stabil pada suhu kamar selama

    beberapa jam sampai beberapa hari, walaupun anlisis harus segera dilakukan untuk

    menghasilkan informasi yang signifikan secara klinis.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    17/74

    17

    3. Troponin

    Nilai normal < 0,16 Ug/L

    Merupakan kompleks protein otot globuler dari pita I yang menghambat kontraksi

    dengan memblokade interaksi aktin dan myosin. Apabila bersenyawa dengan Ca++ ,

    akan mengubah posisi molekul tropomiosin sehingga terjadi interaksi aktin-miosin.

    Protein regulator ini terletak didalam apparatus kontraktil miosit dan mengandung 3

    sub unit dengan tanda C, I, T.

    Peningkatan troponin menjadi pertanda positif adanya cedera sel miokardium dan

    potensi terjadinya angina.

    Prinsip : Merupakan suatu immunoassay sandwich test. Ketika sampel diteteskan

    pada tempat sampel akan berikatan dengan partikel yang dilapisi anti Troponin I

    membentuk komplek antigen-antibodi. Kemudian komplek ini akan bermigrasi

    melalui membran dengan daya kapiler dan bereaksi dengan anti Troponin I yang

    dilekatkan pada membran sehingga ikatan ini akan menimbulkan garis berwarna

    merah

    6. Additional examChest X-ray: CTR 50%, signs of cephalization.

    ECG: sinus rhythm, left axis deviation, HR 130 x/m, QS pattern in V1-4 with ST

    elevation.

    Echo: normal chamber, LVH (-), LV regional wall motion abnormality (anteroseptal

    wall), thrombus attached to LV apex, LV ejection fraction 35%.

    a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas?Jawab :

    Chest X-RayCTR 50 %: ambang batas normal

    Nilai normal :

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    18/74

    18

    menghitung rasio antara nilai maksimum dari transverse diameter dari jantung

    (MD) dengan nilai maksimum dari transverse diameter dari rongga dada (ID).

    Nilai rasio ini dikenal dengan cardio-thoracic ratio (CTR) dengan rumus

    Pada orang dewasa, nilai CTR yang lebih besar dari 0.5 (50%)

    mengindikasikan pembesaran jantung. Sedangkan pada bayi yang baru lahir,

    nilai CTR 66% adalah nilai batas normal.

    Kemungkinan penyebab CTR lebih dari 50% diantaranya:

    Kegagalan jantung (cardiac failure) pericardial effusion left or right ventricular hypertrophy

    CTR >50% mengindikasikan mengalami cardiomegally, pembesaran

    bagian kiri jantung dan peninggian apeks sehingga tampak gambaran

    jantung seperti sepatu (boot-shaped heart).

    Sign of cephalization : abnormal

    Normal : (-)

    Menunjukkan Pulmonary capillary Wedge pressure (PCWP) 12-18 mmHg Menggambarkan redistribusi aliran darah dari vena pulmonalis untuk

    paru-paru lobus inferior (basis) ke lobus yang superior (apeks)

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    19/74

    19

    (normalnya, lobus yang inferior mendapat lebih banyak aliran).

    Chephalization dapat terjadi karena ada peningkatan tekanan atrium kiri

    10-15 mmHg. Tekanan atrium kiri normal adalah 5-10 mmHg.

    Redistribusi aliran tersebut menggambarkan adanya edema paru.

    Ventrikel kiri gagal memompa darah sehingga cardiac output rendah. Halini menyebabkan mitral regurgitation. Darah dari ventrikel kiri sebagian

    kembali ke atrium kiri sehingga mengganggu aliran darah pulmonal.

    Darah pada pembuluh pulmonal berlebih meningkatkan tekanan

    hidrostatik kapiler paru, maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang

    interstitial. Hal ini menyebabkan akumulasi cairan pada paru yang

    menyebabkan edema paru

    Sinus RhythmDiperlukan satu sadapan untuk melihat irama jantung secara akurat. Sadapan II

    biasanya memberikan gambaran bagus terhadap gelombang P, dan biasa digunakan

    sebagai penilaian irama jantung. Sinus Rhythm, digunakan untuk irama jantung yang

    berasal dari SA node dan dihantarkan ke ventrikel. Sinus Aritmia merupakan variasi

    frekuensi jantung yang terjadi selama inspirasi dan ekspirasi.

    LAD (-30osampai -90o)Interpretasi: Abnormal (Normal = -30osampai +110o)

    Mekanisme: LAD terjadi apabila pada sadapan I positif dan aVF negatif dengan

    resultan negatif (pada -30o

    sampai -90o

    ). LAD menunjukkan adanya left ventricular

    http://en.wikipedia.org/wiki/Left_ventricular_hypertrophyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Left_ventricular_hypertrophy
  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    20/74

    20

    hypertrophy,left anterior fascicular block (or hemiblock) daninferior myocardial

    infarction.

    QS pattern in V1-4 with ST elevationPola QS pada sadapan V1-4 mengindikasikan bahwa mungkin telah terjadi:

    Infark anteroseptal Left ventr icular hypertrophy(LVH) Left Bundle Branch Block(LBBB) Right ventricular hypertrophy(RVH) Emifisema

    Segmen STSegmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T.segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari

    0,5 sampai +2mm. segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi

    dan yang turun dibawah garis isoelektris disebut ST depresi.Dalam kasus ini, terjadi

    peningkatan atau elevasi dari segmen ST.

    Elevasi ST (pd sadapan V1-4) memberi tanda bahwa mungkin telah terjadi:

    Infark jantung anterior Tepatnya infark jantung akutdengan tipe transmural Angina pektoris Aneurisma ventrikel

    HR 130 x/mInterpretasi: Takikardi (normal 60100 x/m)

    Mekanisme: Takikardi pada kasus ini merupakan respon kompensatorik dari gagal

    nya jantung yang berfungsi sebagai pompa. Respon yang ditimbulkan berupa

    peningkatan aktivitas adrenergik simpatis. Diawali dengan menurunnya volume

    sekuncup pada gagal jantung. Aktivitas adrenergik simpatik merangsang pengeluaran

    katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrel. Denyut jantung dan

    kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung.

    Echo:normal chamber: normal

    LVH (-): normal

    http://en.wikipedia.org/wiki/Left_ventricular_hypertrophyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Left_anterior_fascicular_blockhttp://en.wikipedia.org/wiki/Myocardial_infarctionhttp://en.wikipedia.org/wiki/Myocardial_infarctionhttp://en.wikipedia.org/wiki/Myocardial_infarctionhttp://en.wikipedia.org/wiki/Myocardial_infarctionhttp://en.wikipedia.org/wiki/Left_anterior_fascicular_blockhttp://en.wikipedia.org/wiki/Left_ventricular_hypertrophy
  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    21/74

    21

    hipertophy ventrikel terjadi karena CO yang menurun menyebabkan

    peningkatan kerja jantung dengan hypertropi otot jantung dan dilatasi

    ventrikel sehingga meningkatkan kontraktilitas untuk menjaga cardiac output

    yang berkomplikasi pada peningkatan kebutuhan oksigen

    LV regional wall motion abnormality (anteroseptal wall):

    Interpretasi: abnormal

    Mekanisme: hal ini dikarenakan adanya infark pada bagian septal jantung

    sehingga terjadi abnormalitas gerakan pada dinding jantung yaitu dibagian

    anteroseptal.

    Thrombus attached to LV apex:

    Interpretasi: abnormal

    Mekanisme: thrombus yang terdapat pada LV apex diduga karena penurunan

    kontraktilitas sehingga darah tidak bisa mengalir dengan baik, hal ini

    mengakibatkan timbulnya trombus.

    LV ejection fraction 35%: abnormal

    Nilai normal : >50%

    Terjadi disfungsi ventrikel kiri sehingga menurunkan fraksi ejeksi

    Disfungsi ventrikel kiri sistolik

    1. Penurunan curah jantung akibat penurunan kontraktilitas, peningkatanafterload, atau peningkatan preload yang mengakibatkan penurunan fraksi

    ejeksi dan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDV). Ini

    meningkatkan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri (I-VEDP) dan

    menyebabkan kongesti vena pulmonal dan edema paru.

    2. Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard yangtidak adekuat atau tidak terkoordinasi schingga ventrikel kiri tidak dapat

    melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir diastoliknya

    (LVEDV). lni menyebabkan peningkatan bertahap LVEDV (juga

    dinamakan preload) mengakibatkan peningkatan LVEDP dan kongesti

    vena pulmonalis. Penyebab penurunan kontraktilitas yang tersering adalah

    penyakit jantung iskemik, yang tidak hanya mengakibatkan nekrosis

    jaringan miokard sesungguhnya, tetapi juga menyebabkan remodeling

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    22/74

    22

    ventrikel iskemik. Remodeling iskemik adalah sebuah proses yang

    sebagian dimediasi oleh angiotensin II (ANG II) yang menyebabkan

    jaringan parut dan disfungsi sarkomer di jantung sekitar daerah cedera

    iskemik. Aritmia jantung dan kardiomiopati primer seperti yang

    disebabkan olch alkohol, infeksi, hemakromatosis, hipertiroidisme,

    toksisitas obat dan amiloidosis juga menyebabkan penurunan

    kontraktilitas. Penurunan curah jantung mengakibatkan kekurangan perfusi

    pada sirkulasi sistemik dan aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem RAA,

    menyebabkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan afterload.

    3. Peningkatan afterload berarti terdapat peningkatan tahanan terhadap ejeksiLV. Biasanya disebabkan oleh peningkatan tahanan vaskular perifer yang

    umum terlihat pada hipertensi. Bisa juga diakibatkan oleh stenosis katup

    aorta. Ventrikel kiri berespon terhadap peningkatan beban kerja ini dengan

    hipertrofi miokard, suatu respons yang meningkatkan massa otot ventrikel

    kiri tetapi pada saat yang sama meningkatkan kebutuhan perfusi koroner

    pada ventrikel kiri. Suatu keadaan kelaparan energi tercipta sehingga

    berpadu dengan ANG II dan respons neuroendokrin lain, menyebabkan

    perubahan buruk dalam miosit seperti semakin sedikitnya mitokondria

    untuk produksi energi, perubahan ekspresi gen dengan produksi protein

    kontraktil yang abnormal (aktin, miosin, dan tropomiosin), fibrosis

    interstisial, dan penurunan daya tahan hidup miosit. Dengan berjalannya

    waktu, kontraktilitas mulai menurun dengan penurunan curah jantung dan

    fraksi ejeksi, peningkatan LVEDV, dan kongesti paru.

    4. Peningkatan preload berarti peningkatan LVEDV, yang dapat disebabkanlangsung oleh kelebihan volume intravaskular sama seperti yang terlihat

    pada infus cairan intra vena atau gagal ginjal. Selain itu, penurunan fraksi

    ejeksi yang disebabkan oleh perubahan kontraktilitas atau afterload

    menyebabkan peningkatan LVEDV sehingga meningkatkan preload. Pada

    saat LVEDV meningkat, ia akan meregangkan jantung, menjadikan

    sarkomer berada pada posisi mekanis yang tidak menguntungkan sehingga

    terjadi penurunan kontraktilitas. Penurunan kontraktilitas ini, yang

    menyebabkan penurunan fraksi ejeksi, menyebabkan peningkatan LVEDV

    yang lebih lanjut, sehingga menciptakan lingkaran setan perburukan gagal

    jantung.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    23/74

    23

    Disfungsi ventrikel kiri diastolik

    1. Didefinisikan sebagai kondisi dengan temuan klasik gagal kongestifdengan fungsi diastolik abnormal tetapi fungsi sistolik normal; disfungsi

    diastolik mumi akan dicirikan dengan tahanan terhadap pengisian

    ventrikel dengan peningkatan LVEDP tanpa peningkatan LVEDV atau

    penurunan curah jantung.

    2. Tahanan terhadap pengisian ventrikel kiri terjadi akibat relaksasiabnormal (lusitropik) ventrikel kiri dan dapat disebabkan oleh setiap

    kondisi yang membuat kaku miokard ventrikel seperti penyakit jantung

    iskemik yang menyebabkan jaringan parut, hipertensi yang

    mengakibatkan kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati restriktif, penyakit

    katup atau penyakit perikardium.

    3. Peningkatan denyut jantung menyebabkan waktu pengisian diastolikmenjadi berkurang dan memperberat gejala disfungsi diastolik. Oleh

    karena itu, intoleransi terhadap olahraga sudah menjadi umum.

    4. Karena penanganan biasanya memerlukan perubahan komplians miokardyang sesungguhnya, efektivitas obat yang kini tersedia masih sangat

    terbatas. Penatalaksanaan terkini paling berhasil dengan penyekat beta

    yang meningkatkan fungsi lusitropik, menurunkan denyut jantung, dan

    mengatasi gejala. Inhibitor ACE dapat membantu memperbaiki hipertrofi

    dan membantu perubahan struktural di tingkat jaringan pada pasien

    dengan remodeling iskemik atau hipertensi.

    Ejection Fraction (fraksi ejeksi) pada prinsipnya adalah prosentase dari selisih

    volume akhir diastolik dengan volume akhir sistolik dibagi dengan volume

    akhir diastolik.

    b. Bagaimana kompensasi LV ejection fraction kurang dari 65%?1. Penurunan curah jantung akibat penurunan kontraktilitas, peningkatan

    afterload, atau peningkatan preload yang mengakibatkan penurunan fraksi

    ejeksi dan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDV). Ini

    meningkatkan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri (I-VEDP) dan

    menyebabkan kongesti vena pulmonal dan edema paru.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    24/74

    24

    2. Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard yang tidakadekuat atau tidak terkoordinasi schingga ventrikel kiri tidak dapat

    melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir diastoliknya (LVEDV).

    lni menyebabkan peningkatan bertahap LVEDV (juga dinamakan preload)

    mengakibatkan peningkatan LVEDP dan kongesti vena pulmonalis.

    Penyebab penurunan kontraktilitas yang tersering adalah penyakit jantung

    iskemik, yang tidak hanya mengakibatkan nekrosis jaringan miokard

    sesungguhnya, tetapi juga menyebabkan remodeling ventrikel iskemik.

    Remodeling iskemik adalah sebuah proses yang sebagian dimediasi oleh

    angiotensin II (ANG II) yang menyebabkan jaringan parut dan disfungsi

    sarkomer di jantung sekitar daerah cedera iskemik. Aritmia jantung dan

    kardiomiopati primer seperti yang disebabkan olch alkohol, infeksi,

    hemakromatosis, hipertiroidisme, toksisitas obat dan amiloidosis juga

    menyebabkan penurunan kontraktilitas. Penurunan curah jantung

    mengakibatkan kekurangan perfusi pada sirkulasi sistemik dan aktivasi

    sistem saraf simpatis dan sistem RAA, menyebabkan peningkatan tahanan

    perifer dan peningkatan afterload.

    3. Peningkatan afterload berarti terdapat peningkatan tahanan terhadap ejeksiLV. Biasanya disebabkan oleh peningkatan tahanan vaskular perifer yang

    umum terlihat pada hipertensi. Bisa juga diakibatkan oleh stenosis katup

    aorta. Ventrikel kiri berespon terhadap peningkatan beban kerja ini dengan

    hipertrofi miokard, suatu respons yang meningkatkan massa otot ventrikel

    kiri tetapi pada saat yang sama meningkatkan kebutuhan perfusi koroner

    pada ventrikel kiri. Suatu keadaan kelaparan energi tercipta sehingga

    berpadu dengan ANG II dan respons neuroendokrin lain, menyebabkan

    perubahan buruk dalam miosit seperti semakin sedikitnya mitokondria

    untuk produksi energi, perubahan ekspresi gen dengan produksi protein

    kontraktil yang abnormal (aktin, miosin, dan tropomiosin), fibrosis

    interstisial, dan penurunan daya tahan hidup miosit. Dengan berjalannya

    waktu, kontraktilitas mulai menurun dengan penurunan curah jantung dan

    fraksi ejeksi, peningkatan LVEDV, dan kongesti paru.

    4. Peningkatan preload berarti peningkatan LVEDV, yang dapat disebabkanlangsung oleh kelebihan volume intravaskular sama seperti yang terlihat

    pada infus cairan intra vena atau gagal ginjal. Selain itu, penurunan fraksi

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    25/74

    25

    ejeksi yang disebabkan oleh perubahan kontraktilitas atau afterload

    menyebabkan peningkatan LVEDV sehingga meningkatkan preload. Pada

    saat LVEDV meningkat, ia akan meregangkan jantung, menjadikan

    sarkomer berada pada posisi mekanis yang tidak menguntungkan sehingga

    terjadi penurunan kontraktilitas. Penurunan kontraktilitas ini, yang

    menyebabkan penurunan fraksi ejeksi, menyebabkan peningkatan LVEDV

    yang lebih lanjut, sehingga menciptakan lingkaran setan perburukan gagal

    jantung.

    c. Bagaimana prinsip pemeriksaan Echo?Echocardiography, juga disebut suatu test gema, adalah suatu alat yang

    mengambil gambar dari hati atau jantung dengan menggunakan gelombang

    suara. Echocardiography ( ultrasound pengujian untuk hati atau jantung)

    mengijinkan suatu ahli jantung untuk menguji struktur , fungsi, dan aliran

    darah dari hati atau jantung tanpa penggunaan dari sinar-x. Echocardiography

    dilakukan dengan penggunaan suatu tongkat plastik yang lembut (suatu echo-

    transducer) untuk memancarkan gelombang suara ke dada atau abdomen.

    Gelombang suara lewat dengan aman sampai badan dan gema yang dihasilkan

    akan ditafsirkan oleh suatu sistem yang terkomputerisasi.

    Echocardiography dapat digunakan untuk mendeteksi cacat hati atau

    jantung dan untuk melihat seberapa baik fungsi hati atau jantung. Seseorang

    tak harus tinggal di rumah sakit, karena ini bukanlah suatu perawatan dan tak

    akan mengakibatkan luka. Test ini akan membantu dokter dalam menemukan

    masalahmu jika anda mempunyai permasalahan dengan hati atau jantung. Test

    ini diperlukan jika anda merasakan serangan denyut jantung yang berlebihan,

    anda mendapatkan serangan jantung secara tiba-tiba, anda merasakan nyeri

    pada dada atau hati, anda merasakan demam tinggi yang disertai dengan rasa

    pegal (rematik) pada jantung, anda memiliki suatu cacat pada hati atau

    jantung sejak lahir.

    d. Bagaimana cara menentukkan axis jantung dari EKG?Menentukan axis atau sumbu QRS pada bidang frontal

    Dari 6 sadapan yang ada pada bidang frontal, 2 sandapan sudah cukup untuk

    menentukan sumbu QRS. Untuk praktisnya penentuan sumbu QRS dapat

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    26/74

    26

    dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1.) Pilih 2 sandapan yang saling

    tegak lurus yaitu sandapan I dan aVF. Tentukan jumlah aljabar defleksi pada

    masing-masing sandapan dan gambarkan sebagai vektor pada masing-masing

    sumbu. Dari kedua vektor ini dapat dibuat resultan yang menggambarkan

    sumbu QRS; 2.) Pilihlah bila ada, satu sandapan yang mempunyai jumlah

    aljabar defleksi nol. Maka sumbu QRS adalah tegak lurus pada sandapan itu.

    Dalam menentukan arah sumbu QRS, dapat ditinjau salah satu dari sandapan

    lainnya, untuk memilih satu dari dua arah. Untuk lebih tepatnya, yang diujur

    bukan tingginya defleksin tetapi dari las area yang berada di bawah defleksi

    itu.

    Kelainan sumbu QRS pada bidang frontal

    Sumbu QRS pada bidang frontal yang dianggap normal bervariasi antara -300

    sampai +90.

    a. Sumbu QRS antara -30 hingga -90 disebut deviasi sumbu ke kiri.b. Sumbu QRS antara +90 hingga -180 disebut deviasi sumbu ke kanan.c. Sumbu QRS antara +180 hingga -90 disebut sumbu superior.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    27/74

    27

    7. Klinisa. Definisi

    Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan

    sirkulasi secara adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup (Paul

    Wood, 1958).

    b. EtiologiGagal jantung dapat merupakan akibat dari penyakit miokardial yang menurunkanefisiensi fungsi miokardial, dan dapat juga akibat dari faktor yang meningkatkan beban

    kerja jantung. Beberapa hal yang dapat menyebabkan gagal jantung antara lain:

    - Hipertensi

    - Ischaemic heard disease

    - Alcohol

    - Hypothyroidsm

    - Congenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical septal defek)

    - Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif)

    - Infections

    - Nutritional, dll.

    c. EpidemiologiGagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia, meningkat seiring

    pertambahan usia, dan mengenai pasien usia lebih dari 65 tahun sekitar 6-10%, lebih

    banyak mengenai laki-laki dibandingkan dengan wanita.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    28/74

    28

    d. Faktor risikoFaktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah:

    - Usia

    - Jenis kelamin laki-laki

    - Riwayat keluarga

    - Etnis

    Faktor risiko yang dapat diubah

    - Merokok

    - Hipertensi

    - Dislipidemia

    - Diabetes melitus

    - Obesitas dan sindrom metabolik

    - Stres

    - Diet lemak yang tinggi kalori

    - Kurangnya aktivitas fisik

    Faktor risiko baru

    - Inflamasi

    - Fibrinogen

    - Hiperhomosisteinemia

    - Stres oksidatif

    1. Merokok

    Hasil penelitian menemukan, pria yang merokok memiliki risiko 86 persen lebih besar

    untuk mengalami gagal jantung dibanding mereka yang bukan perokok. Sedangkan

    untuk perempuan, terjadi lonjakan risiko sebesar 109 persen. (Mikail, 2011)

    Merokok meningkatkan tekanan darah dan memasukkan zat-zat kimia beracun, seperti

    nikotin dan karbon monoksida, ke dalam aliran darah. Selanjutnya, zat-zat kimia ini

    akan merusak arteri. Para perokok juga membuat mereka yang ikut menghirup

    asapnya beresiko mengalami masalah pada jantung. Penelitian menyingkapkan bahwa

    orang-orang yang tidak merokok yang tinggal dengan para perokok memiliki

    tambahan resiko serangan jantung.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    29/74

    29

    2. Asupan Garam

    Meningkatnya asupan garam dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah

    (Hipertensi). (eddydddz, 2013) Tekanan darah tinggi (Hipertensi) menyebabkan

    beban jantung meningkat, membuat jantung menebal dan kaku, dan meningkatkan

    risiko gagal jantung serta stroke, serangan jantung , dan gagal ginjal. Bila tekanan

    darah tinggi diiringi dengan obesitas, merokok, kolesterol tinggi atau diabetes, risiko

    serangan jantung meningkat berkali-kali lipat. (Association, 2009)

    3. Kelebihan Berat Badan

    Pada pria dengan berat badan berlebih, meraka memiliki 15 persen peningkatan risiko

    gagal jantung. Sementara untuk wanita, risiko mengalami gagal jantung meningkat

    sebanyak 21 persen. Sedangkan pada pria dengan obesitas, risiko naik menjadi 75

    persen dan 106 persen untuk wanita obesitas. (Mikail, 2011)

    4. Alkohol

    Banyak meminum alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan gagal

    jantung dan stroke. Meminum alkohol juga dapat meningkatkan trigliserida,

    menyebabkan kanker dan detak jantung tidak beraturan. (Association, 2009)

    e. Klasifikasi

    Klasifikasi Gagal Jantung menurut New York Heart Association (NYHA) (Melilea,2008)

    a) NYHA kelas I

    Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak

    menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak nafas atau

    berdebar-debar, apabila mereka melakukan kegiatan biasa(Melilea,2008)

    b) NYHA kelas II

    Penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-

    apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa menimbulkan gejala-gejala

    insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri dada

    (Melilea,2008).

    c) NYHA kelas III

    Penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka

    tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari

    kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang

    tersebut di atas (Melilea,2008).

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    30/74

    30

    d) NYHA kelas IV

    Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan.

    Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung, yang

    bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan

    (Melilea,2008).

    f. Patogenesis dan patofisiologiGagal jantung merupakan kelainan multisistem dimana terjadi gangguan pada

    jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan

    neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada

    ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini

    menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin

    Angiotensin Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic

    peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas

    jantung dapat terjaga (Jackson G, 2000).

    Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac

    output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta

    vasokons-triksi perifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul

    berkelanjutan dapat menyeababkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis

    yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan

    nekrosis miokard fokal (Jackson G, 2000).

    Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin, angiotensin

    II plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor renal yang poten

    (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan noradrenalin dari

    pusat saraf simpatis, menghambat tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron.

    Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi

    kalium. Angiotensin II juga memiliki efek pada miosit serta berperan pada disfungsi

    endotel pada gagal jantung (Jackson G, 2000).

    Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yang

    memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat. Atrial

    Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap peregangan

    menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain Natriuretic Peptide

    (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel, kerjanya mirip dengan

    ANP. C-type natriuretic peptide terbatas pada endotel pembuluh darah dan susunan

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    31/74

    31

    saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan vasodilatasi minimal. Atrial dan brain

    natriuretic peptide meningkat sebagai respon terhadap ekspansi volume dan kelebihan

    tekanan dan bekerja antagonis terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi

    aldosteron dan reabsorbsi natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic

    peptide pada gagal jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya

    sebagai marker diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada

    penderita gagal jantung (Santoso A, 2007). Vasopressin merupakan hormon

    antidiuretik yang meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar

    yang tinggi juga didpatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan

    hiponatremia (Santoso A, 2007).

    Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan

    peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh

    darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1

    plasma akan semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.

    Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan

    kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan

    gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab tersering adalah penyakit

    jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati

    hipertrofik, selain penyebab lain seperti infiltrasi pada penyakit jantung amiloid.

    Walaupun masih kontroversial, dikatakan 3040 % penderita gagal jantung memiliki

    kontraksi ventrikel yang masih normal. Pada penderita gagal jantung sering

    ditemukan disfungsi sistolik dan diastolic yang timbul bersamaan meski dapat timbul

    sendiri.

    g. Manifestasi klinisGagal jantung kiri :Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu

    memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : Dispnu

    Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.

    Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam

    hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND) Batuk Mudah lelah

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    32/74

    32

    Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari

    sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil

    katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk

    bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk. Kegelisahan dan kecemasan

    Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas

    dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.Gagal jantung kanan1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,

    penambahan berat badan3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

    akibat pembesaran vena di hepr4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam

    rongga abdomen.5. Nokturia6. Kelemahan.

    h. Diagnosis bandingCHF

    Congestif

    Heart Failure

    COPD

    Cronic Obstructive

    Pulmonary Disease

    Heart

    attackPneumonia

    Nyeri dada

    Nafas Pendek

    Fatigue Nausea -

    Takikardia -

    Wheezing -

    Edema pada

    ankle

    - - -

    Hepatomegali - - -

    JVP V - - -

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    33/74

    33

    i. Working diagnosisCongestive Heart Failure yang disebabkan oleh Infark Miokard

    j. TatalaksanaPenatalaksanaan Gagal Jantung

    1. Terapi Umum dan Faktor Gaya Hidup

    a. Diet:pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus diberi

    diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah atau berat badannya.

    Asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 g / hari. Restriksi cairan 1,5-2 g L/hari

    untuk gagal jantung berat.

    b.Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas yang sesuai

    menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunan berat badan, dan memperbaiki

    gejala dan toleransi aktivitas pada gagal jantung terkompensasi dan stabil.

    c. Istirahat cukup

    c. Bepergian hindari tempat tinggi, sangat panas atau lembab.

    d. Merokok harus dihentikan cenderung menurunkan curah jantung, meningkatkan

    denyut jantung, dan meningkatkan resistensi vascular sistemik dan pulmonal.

    e. Konsumsi alkohol merubah keseimbangan cairan, inotropik negative, dan dapat

    memperburuk hipertensi. Penghentian konsumsi alcohol memperlihatkan perbaikan

    gejala dan hemodinamik bermakna.

    2. Terapi obat-obatan

    a. Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan

    pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung (Tjay, 2007). Diuterik

    yang sering digunakan golongan diuterik loop dan thiazide (Lee, 2005).

    Diuretik Loop (bumetamid, furosemid) meningkatkan ekskresi natrium dan cairan

    ginjal dengan tempat kerja pada ansa henle asenden, namun efeknya bila diberikan

    secara oral dapat menghilangkan pada gagal jantung berat karena absorbs usus.

    Diuretik ini menyebabkan hiperurisemia. Diuretik Thiazide (bendroflumetiazid,

    klorotiazid, hidroklorotiazid, mefrusid, metolazon). Menghambat reabsorbsi garam

    di tubulus distal dan membantu reabsorbsi kalsium. Diuretik ini kurang efektif

    dibandingkan dengan diuretic loop dan sangat tidak efektif bila laju filtrasi

    glomerulus turun dibawah 30%.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    34/74

    34

    Penggunaan kombinasi diuretic loop dengan diuretic thiazude bersifat sinergis.

    Tiazide memiliki efek vasodilatasi langsung pada arterior perifer dan dapat

    menyebabkan intoleransi karbohidrat (Gibbs CR, 2000).

    b. Digoksin, pada tahun 1785, William Withering dari Birmingham menemukan

    penggunaan ekstrak foxglove (Digitalis purpurea). Glikosida seperti digoksin

    meningkatkan kontraksi miokard yang menghasilkan inotropisme positif yaitu

    memeperkuat kontraksi jantung, hingga volume pukulan, volume menit dan dieresis

    diperbesar serta jantung yang membesar menjadi mengecil (Tjay, 2007). Digoksin

    tidak meneyebabkan perubahan curah jantung pada subjek normal karena curah

    jantung ditentukan tidak hanya oleh kontraktilitas namun juga oleh beban dan

    denyut jantung. Pada gagal jantung, digoksin dapat memperbaiki kontraktilitas dan

    menghilangkan mekanisme kompensasi sekunder yang dapat menyebabkan gejala.

    c. Vasodilator (Captopril, enalapril, atau kombinasi dari hidralazin dan isosorbid

    dinitrat) dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding ventrikel, yang

    merupakan determinan utama kebutuhan oksigen moikard, menurunkan konsumsi

    oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung. Vasodilator dapat bekerja pada

    system vena (nitrat) atau arteri (hidralazin) atau memiliki efek campuran vasodilator

    dan dilator arteri (penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin, prazosin dan

    nitroprusida). Vasodilator menurukan prelod pada pasien yang memakan diuterik

    dosis tinggi, dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan hipotensi postural.

    Namun pada gagal jantung kronis, penurunan tekanan pengisian yang

    menguntungkan biasanya mengimbangi penurunan curah jantung dan tekanan darah.

    Pada gagal jantung sedang atau berat, vasodilator arteri juga dapat menurunkan

    tekanan darah (Gibbs CR, 2000).

    d. Beta Blocker (carvedilol, bisoprolol, metoprolol). Penyekat beta adrenoreseptor

    biasanya dihindari pada gagal jantung karena kerja inotropik negatifnya. Namun,

    stimulasi simpatik jangka panjang yang terjadi pada gagal jantung menyebabkan

    regulasi turun pada reseptor beta jantung. Dengan memblok paling tidak beberapa

    aktivitas simpatik, penyekat beta dapat meningkatkan densitas reseptor beta dan

    menghasilkan sensitivitas jantung yang lebih tinggi terhadap simulasi inotropik

    katekolamin dalam sirkulasi. Juga mengurangi aritmia dan iskemi miokard (Gibbs

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    35/74

    35

    CR, 2000). Penggunaan terbaru dari metoprolol dan bisoprolol adalah sebagai obat

    tambahan dari diuretic dan ACE-blokers pada dekompensasi tak berat. Obat

    obatatersebut dapat mencegah memburuknya kondisi serta memeperbaiki gejala dan

    keadaan fungsional. Efek ini bertentangan dengan khasiat inotrop negatifnya,

    sehingga perlu dipergunakan dengan hati-hati (Tjay, 2007).

    e. Antikoagolan adalah zat-zat yang dapat mencegah pembekuan darah dengan jalan

    menghambat pembentukan fibrin. Antagonis vitamin K ini digunakan pada keadaan

    dimana terdapat kecenderungan darah untuk memebeku yang meningkat, misalnya

    pada trombosis. Pada trobosis koroner (infark), sebagian obat jantung menjadi mati

    karena penyaluran darah kebagian ini terhalang oletromus disalah satu cabangnya.

    Obat-obatan ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita (Tjay,

    2007).

    f. Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan tersebut dengan jalan

    menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan jantung. Kerjanya berdasarkan

    penurunan frekuensi jantung. Pada umumnya obat-obatn ini sedikit banyak

    mengurangi daya kontraksi dan juga dapat memeperparah atau justru menimbulkan

    aritmia (Tjay, 2007). Obat antiaritmia memepertahankan irama sinus pada gagal

    jantung memberikan keuntungan simtomatik, dan amiodaron merupakan obat yang

    paling efektif dalam mencegah AF dan memperbaiki kesempatan keberhasilan

    kardioversi bila AF tetap ada (Gibbs, 2000).

    k. Komplikasi Efusi pleura: krn peningkatan tekanan kapiler pleura Arritmia: pembesaran ruang jantung menyebabkan gangguan jalur elektrik

    normal

    Trombus ventrikel kiri: pembesaran ventrikel kiri dan penurunan curahjantung meningkatkan kemungkinan pembentukan trombus

    Hepatomegali: pada gagal ventrikel kanan, kongesti vena merusak selhepar, terjadi fibrosis dan sirhosis hepar

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    36/74

    36

    l. Prognosis1. Dari populasi pasien Congestive Heart Failure meninggal dalam 4 tahun setelah

    diagnosis ditegakkan

    2. Lebih dari 50% pasien gagal jantung berat meninggal dalam tahun pertama. Pada

    kasus ini, terjadi gagal jantung kongestif yang disertai dengan edema paru yang

    merupakan akibat dari gagal jantung kiri yang dapat membahayakan jiwa

    penderitanya.

    Rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien dengan angina

    stabil menurut ESC 2006 sbb.:

    a. Pemberian Aspirin 75 mg per hari pada semua pasien tanpa kontraindikasi yangspesifik (cth. Perdarahan lambung yang aktif, alergi aspirin, atau riwayat

    intoleransi aspirin) (level evidence A).

    b. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung koroner (levelevidence A).

    c. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi pemberian ACE inhibitor,seperti hipertensi, disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard infark dengan disfungsi

    ventrikel kiri, atau diabetes (level evidence A).

    d. Pemberian Beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang pernahmendapat infark miokard (level evidence A).

    m. SKDI (WD, DD, Keterampilan klinis pada kasus)WD :

    Gagal jantung kronik : 3A

    DD:

    Edema paru non-kardiogenik (sindroma distres pemapasan akut [ARDS]) : 3B Penyakit paru obstruktif kronis (COPD) : 3B Pneumonia bronkopneumonia : 4A dan pneumonia aspirasi : 3B Status Asmatikus (asma akut berat) : 3B Fibrosis paru interstisial : 1

    Keterampilan Klinis :

    Chest X-ray : 4A

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    37/74

    37

    Elektrokardiografi (EKG), pemasangan dan interpretasi hasil EKG sederhana (VES,AMI, VT, AF) : 4A

    Echocardiography : 2

    Inspeksi dada : 4A Auskultasi jantung : 4A Pengukuran tekanan darah : 4A Pengukuran tekanan vena jugularis (JVP) : 4A

    IV. HipotesisTn. Y, 48 tahun mengalami gagal jantung yang menyebabkan edema pulmonal,

    kongesti hepar, dan edema perifer.

    V. Keterkaitan Antar Masalah

    Satu Bulan Lalu:

    Fatigue dan

    nausea ketika

    beraktivitas

    Satu minggu yang lalu:

    Sulit bernafas, hingga

    harus berubah posisi

    tidur

    Gagal Jantung

    Kemarin:

    Sulit bernafas, berat

    sekali

    Faktor risiko:

    -Rokok

    -riwayat ayah

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    38/74

    38

    VI. Sintesis1. Anatomi dan fisiologi pembuluh darah jantung-paru

    ANATOMI JANTUNG

    BENTUK JANTUNG

    Bentuk : kerucut berongga, dengan basis diatas, apex dibawah Ukuran : sebesar kepalan tangan kita Letak : didalam rongga dada diantara kedua paru dibelakang sternumLAPISAN JANTUNG

    Perikardium: lapisan pembungkus jantung,ada dua macam

    1. Perikardium Parietalis: pembungkusjantung yang terletak disebelah luar

    perikardium parietalis

    2. Perikardium Viseralis: pembungkusjantung yang melekat pada jaringan

    jantung

    Cavum Pericardial: rongga antara perikardium visceralis dan perikardium parietalis Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan:

    1. Epikardium: lapissan jantung paling luar2. Miokardium: lapisan jantung bagian tengah, yang terdiri dari otot jantung3. Endokardium: lapisan sebelah dalam,yang melapisi rongga jantung

    RUANG JANTUNG

    Jantung dibagi menjadi 4 ruangan: Atrium dextra: serambi dextra Atrium sinistra: serambi sinistra Ventrikel dextra: bilik dextra Ventrikel sinistra; bilik sinistra

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    39/74

    39

    Antara atrium dextra dan sinistra dibatasi oleh sekat yaitu septum intraatrial. Sedangkan

    antara ventrikel dextra dan ventrikel sinistra dibatasi oleh sekat yaitu septum intraventrikular.

    PEMBULUH DARAH JANTUNG Aorta: pembuluh darah yang keluar dari ventrikel sinistra, membawa darah bersih ke

    seluruh tubuh

    Arteri pulmonalis: pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dextra, membawadarah kaya akan COke paru-paru

    Vena cava superior: pembuluh darah yang membawa darah kaya akan COdari regioatas jantung ( kepala, leher, thoraks, extremitas superior) menuju atrium dextra

    Vena cava inferi or : pembuluh darah yang membawa darah kaya akan CO daribagian bawah jantung (abdomen, pelvis, extremitas inferior) menuju atrium dextra

    Vena pulmonalis: pembuluh darah yang membawa darah dari paru-paru menujuatrium sinistra

    Ar teri coronaria dextra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplai darah untuk jantungdextra

    Ar teri coronaria sini stra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk

    jantung sinistra

    KATUP JANTUNG

    Valvula tri kuspid: katup tiga lembar, yang memisahkan antara atrium dextra danventrikel dextra

    Valvula bikuspid (mi tral): katup dua lembar, yang memisahkan antara atrium sinistradan ventrikel sinistra

    Valvula aorta: katup yang memisahkan antara ventrikel sinistra dan aorta Valvula pulmunal: katup yang memisahkan antara ventrikel dextra dan arteri

    pulmonalis

    Pada katup atrioventrikuler (mitral dan tricuspid), terdapat M. papilaris dan chorda

    tendinae. M. papilaris berfungsi mengatur buka tutup katup, sedangkan korda

    tendinae adalah penghubung antara katup dengan M. papilaris.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    40/74

    40

    SIRKULASI PULMONAL

    Truncus pulmonar: arteri yang keluar dari ventrikel dextra, kemudian bercabang jadidua

    Ar teri pulmonal is dextra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelahdextra

    Ar teri pu lmonali s sin istra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelahsinistra

    Vena pulmonalis dextra: vena dari paru dextra menuju ke atrium sinistra Vena pulmonalis sin istra: vena dari paru sinistra menuju ke atrium sinistra

    PEMBULUH DARAH

    Sirkulasi pulmonal adalah bagian sistem pembuluh darah yang menghubungkan jantung

    dan paru. Ventrikel kanan akan memompa darah yang miskin oksigen menuju paru melalui

    arteri pulmonalis, sehingga dapat terjadi proses perfusi oksigen di parenkim paru. Darah yang

    kaya oksigen kemudian akan kembali ke jantung melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri

    untuk dapat disirkulasikan ke seluruh tubuh.

    Struktur anatomi (terutama yang memiliki makna klinis) dari sistem sirkulasi pulmonal

    dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    41/74

    41

    1. Arteri Pulmonalis, adalah terletak intraperikardial dan berjalan posterior dansuperior dari katup pulmonal. Arteri pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis

    dekstra dan arteri pulmonalis sinistra pada posisi yang sejajar dengan segmen T5.

    Arteri pulmonalis dekstra lebih panjang dari arteri pulmonalis sinistra, melintasi

    mediastinum, dan sedikit melandai pada arah inferior dari hilus pulmo dekstra. Arteri

    pulmonalis sinistra merepresentasikan kelanjutan dari arteri pulmonalis. Segmen dan

    subsegmen arteri pulmonalis secara umum paralel dengan segmen dan subsegmen

    bronkus. Arteri-arteri segmen ini dinamai sesuai dengan segmen bronkopulmonal

    yang dituju. Secara histologis, tebal dinding arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya

    hanya 30% tebal dinding aorta.

    2. Kapiler pada parenkim paru, termasuk dalam tipe kapiler kontinuatau somatik yangmemungkinkan pertukaran zat dan ditandai dengan kontinuitas khusus sel endothel di

    dindingnya. Sejumlah besar vesikel pinositotik terdapat di kedua permukaan sel

    endothel.

    3. Vena Pulmonalis, berjumlah dua untuk setiap paru, masing-masing untuk setiaplobus. Vena lobus media pulmo dekstra akan bergabung dengan vena lobus superior

    pulmo dekstra. Pada hilus paru, superior vena pulmonalis terletak superior hilus paru

    berdampingan dengan arteri pulmonalis, sementara vena pulmonalis inferior terletak

    di bagian inferior hilus. Pada parenkim paru, cabang-cabang vena pulmonalis

    berjalan independen dari bronkus, berbeda dengan cabang-cabang arteri pulmonalis

    yang paralel dengan perjalanan bronkus.

    Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler,

    venula dan vena.

    1. ArteriArteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh

    jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu

    mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak

    mengandung jaringan elastis yang dapat

    teregang saat sistol dan mengadakan rekoil

    saat diastol.

    2. Arteriola

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    42/74

    42

    Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol

    untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat

    sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat

    mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik

    yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan

    aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada

    resistensi.

    3. KapilerMerupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi

    sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa

    darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah

    dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari

    jaringan ke dalam darah.

    4. VenulaDari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke

    dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.

    5. VenaVena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada

    arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan

    kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam

    sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai

    kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.

    FISIOLOGI SISTEM PEREDARAH DARAH TUBUH

    Sistem peredaran ini dibedakan menjadi:

    Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru). Merupakan sistem peredaran

    yang membawa darah dari jantung ke paru-paru kembali lagi ke jantung. Pada peristiwa ini

    terjadi difusi gas di paru-paru, yang mengubah darah yang banyak mengandung CO2 dari

    jantung menjadi O2 setelah keluar dari paru-paru.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    43/74

    43

    Mekanisme aliran darah

    sebagai berikut:

    Ventrikel kanan jantung >

    Arteri pulmonalis > paru-

    paru > vena pulmonalis >

    atrium kiri jantung

    Sistem peredaran darah

    besar (peredaran darah

    sistemik)

    merupakan sistem peredaran

    darah yang membawa darah

    yang membawa darah dari

    jantung ke seluruh tubuh.

    Darah yang keluar dari jantung banyak mengandung oksigen.

    Mekanisme aliran darah sebagai berikut:

    Ventrikel kiri > aorta > arteri superior dan inferior > sel / jaringan tubuh > vena cava

    inferior dan superior> atrium kanan jantung

    Sistem peredaran portal merupakan sistem peredaran darah yang menuju ke alat-alat

    pencernaan menuju ke hati, sebelum kembali ke jantung. pembuluh darah portal berwarna

    coklat karena banyak mengandung nutrient.

    2. Gagal jantungGagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan

    sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup (Paul Wood,

    1958). Gagal jantung juga dikatakan sebagai suatu sindroma dimana fungsi jantung

    berhubungan dengan penurunan toleransi latihan, insidensi aritmia yang tinggi, dan

    penurunan harapan hidup (Jay Chon, 1988). European Society of Cardiology, 1995 juga

    menjelaskan adanya gejala gagal jantung yang reversible dengan terapi, dan bukti objektif

    adanya disfungsi jantung.

    Etiologi

    Penyebab kegagalan jantung yaitu :

    1. Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi premature yang sering dapatmenurunkan curah jantung.

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    44/74

    44

    2. Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan bebantekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang , seperti stenosis katup

    aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang

    menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.

    3. Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infarkmiokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis

    koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium, penyakit miokard primer

    (kardiomiopati), atau hipertrofi l uas karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta, atau

    hipertensi sistemik.

    4. Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan kegagalanpompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi selama 8 hari

    pertama setelah infark. Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab

    gagal jantung kongestif, yaitu: kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner,

    hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) , peradangan dan penyakit

    miokardium degeneratif, penyakit jantung lain, faktor sistemik.

    C. Epidemiologigagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia, meningkat seiring

    pertambahan usia, dan mengenai pasien usia lebih dari 65 tahun sekitar 6-10%, lebih banyak

    mengenai laki-laki dibandingkan dengan wanita.

    d. Faktor risiko1. Merokok

    Hasil penelitian menemukan, pria yang merokok memiliki risiko 86 persen lebih besar

    untuk mengalami gagal jantung dibanding mereka yang bukan perokok. Sedangkan

    untuk perempuan, terjadi lonjakan risiko sebesar 109 persen. (Mikail, 2011)

    Merokok meningkatkan tekanan darah dan memasukkan zat-zat kimia beracun, seperti

    nikotin dan karbon monoksida, ke dalam aliran darah. Selanjutnya, zat-zat kimia ini akan

    merusak arteri. Para perokok juga membuat mereka yang ikut menghirup asapnya

    beresiko mengalami masalah pada jantung. Penelitian menyingkapkan bahwa orang-

    orang yang tidak merokok yang tinggal dengan para perokok memiliki tambahan resiko

    serangan jantung. Oleh karena itu, dengan berhenti merokok seseorang dapat mengurangi

  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    45/74

    45

    resikonya sendiri dan bahkan dapat menyelamatkan kehidupan orang-orang tercinta yang

    tidak merokok. (Magdalena)

    2. Asupan Garam

    Meningkatnya asupan garam dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah

    (Hipertensi). (eddydddz, 2013) Tekanan darah tinggi (Hipertensi) menyebabkan beban

    jantung meningkat, membuat jantung menebal dan kaku, dan meningkatkan risiko gagal

    jantung serta stroke, serangan jantung , dan gagal ginjal. Bila tekanan darah tinggi

    diiringi dengan obesitas, merokok, kolesterol tinggi atau diabetes, risiko serangan

    jantung meningkat berkali-kali lipat. (Association, 2009)

    3. Kelebihan Berat Badan

    Pada pria dengan berat badan berlebih, meraka memiliki 15 persen peningkatan risiko

    gagal jantung. Sementara untuk wanita, risiko mengalami gagal jantung meningkat

    sebanyak 21 persen. Sedangkan pada pria dengan obesitas, risiko naik menjadi 75 persen

    dan 106 persen untuk wanita obesitas. (Mikail, 2011)

    4. Alkohol

    Banyak meminum alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan gagal

    jantung dan stroke. Meminum alkohol juga dapat meningkatkan trigliserida,

    menyebabkan kanker dan detak jantung tidak beraturan. (Association, 2009)

    e. KlasifikasiGagal jantung dapat diklasifikasikan kedalam :

    a. Lokasi :

    Gagal jantung kiri (''left-sided heart failure'')dan gagal jantung kanan (''right-sided heart

    failure''), dapat terjadi salah satu, maupun keduanya secara bersamaan (biventricular). Gagal

    jantung kiri terjadi akibat iskemi atau infark pada dinding jantung (miokard) yang timbulakibat adanya aterosklerosis pada pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung. Hal

    ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh

    tubuh. Gagal jantung kiri ini banyak terjadi karena ada 3 pembuluh darah koroner yang

    paling sering mengalami sumbatan, yaitu pembuluh darahsirkumfleks, cabang dariarteri

    marginal kiri, dan cabang dari arteri koroner kanan.Gagal jantung kiri dapat menyebabkan

    timbulnya gagal jantung di kedua bagian, jantung kiri dan jantung kanan.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27left-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27left-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27left-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27right-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27right-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27right-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27right-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biventricular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biventricular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biventricular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Miokard&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Miokard&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Miokard&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sirkumflekshttp://id.wikipedia.org/wiki/Sirkumflekshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_marginal_kiri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_marginal_kiri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_marginal_kiri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_koroner_kanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_koroner_kanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_koroner_kanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_marginal_kiri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arteri_marginal_kiri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sirkumflekshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Miokard&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biventricular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27right-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27right-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27left-sided_heart_failure%27%27&action=edit&redlink=1
  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    46/74

    46

    b. Fungsi :

    Gangguan fungsisistolik (kontraksi) dan fungsidiastolik (relaksasi atau pengisian).

    Gangguan fungsi sistolik dapat terjadi karena infark pada miokard, dan kardiomiopati,karena

    kelainan ini jantung tidak dapat memompa secara maksimal darah untuk memenuhikebutuhan metabolisme tubuh. gangguan fungsi diastolik dapat terjadi karena kelainan katup,

    contohnya adalahmitral stenosis.

    c. volume darah yang di pompa :''low output'' dan''high output''.

    Gagal jantunglow output, timbul karena darah yang dipompa keluar dari jantung

    (cardiac output) tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, contoh kelainannya yaitu

    infark miokard, mitral regurgitasi, aortik stenosis. contoh kelainan yang timbul pada gagal

    jantung high output yaitu keadaan anemia, walaupun volume darah yang dipompa jantung

    ada dalam jumlah yang memadai, namun karena tingginya kebutuhan metabolisme, zat yang

    dibawa oleh darah masih tidak mencukupi.

    f. Patogenesis+patofisGagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada jantung,

    otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal

    yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang

    menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme

    kompensasi neurohormonal, sistem Renin Angiotensin Aldosteron (system RAA) serta

    kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan

    jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga (Jackson G, 2000).

    Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac output

    dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokons-triksiperifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul berkelanjutan dapat menyeababkan

    gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan

    terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan nekrosis miokard fokal (Jackson G, 2000).

    Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin, angiotensin II plasma dan

    aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor renal yang poten (arteriol eferen) dan

    sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis,

    menghambat tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan

    menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistolik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diastolik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kardiomiopati&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kardiomiopati&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mitral_stenosis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mitral_stenosis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27low_output%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27high_output%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27high_output%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%27%27low_output%27%27&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mitral_stenosis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kardiomiopati&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diastolik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistolik&action=edit&redlink=1
  • 8/12/2019 Skenario B Blok 15 Tahun 2014

    47/74

    47

    memiliki efek pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung (Jackson

    G, 2000).

    Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yang memiliki

    efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat. Atrial Natriuretic Peptide

    (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap peregangan menyebabkan natriuresis dan

    vasodilatsi. Pada manusia Brain Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung,

    khususnya pada ventrikel, kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic peptide terbatas

    pada endotel pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan

    vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai respon terhadap

    ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis terhadap angiotensin II pada

    tonus vaskuler, sekresi aldosteron dan reabsorbsi natrium di tubulus renal. Karena

    peningkatan natriuretic peptide pada gagal jantung, maka banyak penelitian yang

    menunjukkan perannya sebagai marker diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan

    sebagai terapi pada penderita gagal jantung (Santoso A, 2007).

    Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada gagal

    jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga didpatkan pada pemberian diuretik yang

    akan menyebabkan hiponatremia (Santoso A, 2007).

    Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan peptide

    vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal,

    yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan semakin

    meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung. Disfungsi diastolik merupakan akibat

    gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya

    compliance ventrikel kiri menyeb