Skenario a Blok 3
-
Upload
anggrian-iba -
Category
Documents
-
view
218 -
download
5
Transcript of Skenario a Blok 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Metode Ilmiah adalah blok ketiga pada semester 1 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk tutorial. Penulis kali ini memaparkan kasus yang
diberikan mengenai seorang dokter yang mengalami kesulitan dalam
menentukan desain penelitian yang akan dilakukannya mengenai gangguan
tingkah laku pada anak-anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Internasional
Plus.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
TUTORIAL SKENARIO A
Tutor : Indri Ramayanti, S.Si, M. Sc
Moderator : Anggrian Iba
Sekretaris meja : Shafa Husnul Khatimah
Sekretaris papan : Rosyiidta Jannah
Waktu : Selasa, 21 Desember 2010
Rule tutorial : 1. Alat komunikasi boleh diaktifkan tetapi
harus di silent.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan
pendapat.
3. Mengacungkan tangan bila ingin berbicara.
2.2 Skenario Kasus
Dokter Yuni, seorang dokter spesialis jiwa mendapatkan banyak kunjungan
pasien anak yang mengalami gangguan tingkah laku. Dari wawancara
dengan orang tua mereka, dokter Yuni mendapatkan kesan bahwa sebagian
besar anak-anak tersebut bersekolah di sekolah dasar internasional plus yang
menerapkan kurikulum ketat. Dokter Yuni mencurigai bahwa gangguan
tinngkah laku pada anak-anak tersebut berkaitan dengan aktivitas di sekolah
tersebut. Akan tetapi, dokter Yuni belum mengetahui faktor-faktor apa saja
dari aktivitas yang ada di sekolah tersebut yang mungkin memeiliki
keterkaitan dengan gangguan tingkah laku si anak.
Dokter Yuni memiliki ide untuk melakukan beberapa rangkaian penelitian
untuk membuktikan kecurigaannya. Pada tahap awal dia ingin
mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi
2
gangguan tingkah laku. Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut
berpengaruh pada gangguan tingkah laku anak. Akan tetapi dokter Yuni
bingung desain penelitian apa yang cocok untuk mencapai tujuannya.
3
2.3 Paparan
2.3.1 Klarifikasi Istilah-Istilah
1. Wawancara : percakapan atau tanya jawab antara dua orang atau
lebih mengenai suatu hal untuk mendapatkan
informasi.
2. Kurikulum : perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada
lembaga pendidikan.
3. Penelitian : kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan
objektif untuk memecahkan suatu masalah atau
menguji suatu hipotesis.
4. Ide : rancangan yang tersusun dalam pikiran.
5. Gangguan tingkah laku : ketidaknormalan sikap.
6. Desain penelitian : rancangan penelitian, yakni rincian proses
penelitian yang harus ditepati oleh peneliti.
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Banyak anak mengalami gangguan tingkah laku.
2. Dokter Yuni mencurigai sebagian besar anak yang bersekolah di
SD Internasional Plus mengalami gangguan tingkah laku karena
kurikulum yang ketat (main problem).
3. Dokter Yuni belum mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berkaitan dengan gangguan tingkah laku.
4. Dokter Yuni memiliki ide untuk melakukan beberapa rangkaian
penelitian untuk mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang
mungkin mempengaruhi gangguan tingkah laku tersebut.
5. Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut, dokter Yuni ingin
membuktikan apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh pada
gangguan tingkah laku anak. Tetapi dokter Yuni bingung untuk
menentukan desain penelitian yang cocok.
4
2.3.3 Analisis Masalah
1. a. Apa yang dimaksud dengan gangguan tingkah laku?
Gangguan tingkah laku merupakan gangguan penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya
kontrol diri, merupakan kasus yang banyak terjadi pada anak-
anak.
b. Apa ciri-ciri anak yang mengalami gangguan tingkah laku?
Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan tingkah laku,
berdasarkan QUAY :
o Merusak milik orang lain
o Hiperactive
o Mencari-cari perhatian
o Sering mengganggu orang lain
o Mengejek
o Berbohong atau mencuri
2. a. Apakah benar SD Internasional Plus memiliki kurikulum yang
ketat?
Benar, dilihat dari kurikulumnya yang berbeda dengan SD lain.
Hal ini menunjukan bahwa kurikulum di SD internasional Plus
ketat.
b. Bagaimana kurikulum di SD Internasional Plus?
Kurikulum di SD Internasional Plus :
Bahasa inggris lebih baik
Pendidikan komputer 30 menit/hari
Wajib ekstrakulikuler seperti berenang, piano, dan bahasa
mandarin
5
Pola pengajaran dinamis
Sistem belajar perpaket/SKS
75% pengajar mampu mengajar dengan bilingual
Menggunakan buku asing
c. Apa perbedaan SD Internasional Plus dengan SD lainnya?
Perbedaan antara SD Internasional Plus dan SD lainnya:
o Kurikulum yang berbeda
o Jumlah siswa dan luas ruangan
o Pola pengajaran
o Bangunan sekolah
o Fasilitas atau sarana dan prasarana
o Sistem keamanan
o Pembiayaan
o Tenaga pendidik dan kependidikan
3. a. Apa saja faktor-faktor yang berkaitan dengan gangguan
tingkah laku?
Faktor-faktor penyebab gangguan tingkah laku:
1. Faktor biologis
2. Faktor psikologis
3. Faktor sosiologis
4. Pengaruh dari teman-teman seusia
5. Faktor sosiologis
b. Bagaimana pandangan Islam mengenai gangguan tingkah laku
anak?
Termasuk sebab utama yang memicu penyimpangan akhlak pada
anak, bahkan pada semua manusia secara umum, adalah godaan
6
setan yang telah bersumpah di hadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya yang lurus.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
. و�م�ن� �د�يه�م� ي� أ �ن� �ي ب م�ن� �ه�م� �ن �ي آلت �م� ث �ق�يم� ت �م�س� ال اط�ك� ص�ر� �ه�م� ل ألق�ع�د�ن� �ي �ن �ت غ�و�ي
� أ �م�ا ف�ب ق�ال�
�ر�ين� اك ش� ه�م� �ر� �ث ك� أ �ج�د� ت و�ال �ه�م� �ل م�ائ ش� و�ع�ن� �ه�م� �م�ان ي
� أ و�ع�ن� �ف�ه�م� ل خ�
“Iblis (setan) berkata, ‘Karena Engkau telah menghukumi saya
tersesat, sungguh saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu
yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka
dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan
Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat
kepada-Mu).’” (QS. Al-A’raf: 16-17).
4. a. Apa yang melatarbelakangi dokter Yuni melakukan penelitian?
Yang melatarbelakangi dokter Yuni untuk melakukan penelitian
adalah banyaknya kunjungan pasien anak-anak yang bersekolah
di SD Internasional Plus mengalami gangguan tingkah laku
(berdasarkan skenario).
b. Apa masalah utama penelitian ini?
Masalah utama penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang
berkaitan dengan kasus gangguan tingkah laku pada anak yang
bersekolah di SD Internasional Plus?
7
c. Apa tujuan penelitian?
Tujuan penelitian ini adalah :
- untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor yang berkaitan
dengan terjadinya gangguan tingkah laku pada anak yang
bersekolah di SD Internasional Plus.
- untuk membuat gambaran secara sistematis, aktual dan akurat,
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada gangguan tingkah
laku pada anak.
d. Apa desain penelitian yang cocok untuk penelitian ini?
- mencari literatur ilmiah yang valid
- bertanya pada ahlinya
- observasi awal ke sekolah
- mengumpulkan data dengan interview, quisioner, dll.
Desain penelitian yang cocok untuk penelitian ini adalah
Penelitian Kualitatif.
e. Bagaimana populasi dan samplingnya?
Populasi : anak-anak yang bersekolah di SD Internasional Plus
Sampel : anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku.
8
f. Bagaimana cara pengumpulan data dan teknik analisis
datanya?
Teknik pengumpulan data : wawancara dan observasi
Teknik analisis data : perhitungan data statistik, pengujian
hipotesis serta menggunakan Grounded Theory.
g. Bagaimana pertimbangan etis penelitian ini?
- informed consent (lembar persetujuan)
- anonimity (identitas subyek diganti kode)
- confidentially (kerahasiaan)
5. a. Apa yang melatarbelakangi dokter Yuni melakukan penelitian?
Setelah melakukan penelitian sebelumnya, diketahui adanya
hubungan antara faktor-faktor terkait dengan gangguan tingkah
laku pada anak yang bersekolah di SD Internasional Plus.
b. Apa masalah utama penelitian ini?
Apakah ada hubungan antara kurikulum SD Internasional Plus
dengan gangguan tingkah laku pada anak?
c. Apa tujuan penelitian?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adakah
hubungan antara faktor-faktor yang ada dengan gangguan tingkah
9
laku pada siswa/siswi SD Internasional Plus.
d. Apa desain penelitian yang cocok untuk penelitian ini?
Untuk mencari hubungan sebab-akibat, desain yang cocok untuk
penelitian ini adalah Case-Control.
e. Bagaimana populasi dan samplingnya?
Populasi : anak-anak yang bersekolah di SD Internasional
Plus.
Sampel : - Kasus = anak-anak yang mengalami gangguan
tingkah laku
- Kontrol = anak-anak yang tidak mengalami
gangguan tingkah laku
f. Bagaimana cara pengumpulan data dan teknik analisis
datanya?
Teknik pengumpulan data:
- wawancara
- pengisian kuisioner
Teknik analisis data:
-analisa kuantitatif = univariat (1 variabel), bivariat (2variabel)
10
-uji X2 (chi square), cox analysis dan metode kaplan-mler dan
disajikan tabel serta grafik.
g. Bagaimana pertimbangan etis penelitian ini?
- informed consent (lembar persetujuan)
- anonimity (identitas subyek diganti kode)
- confidentially (kerahasiaan)
f. Bagaimana pandangan islam mengenai penelitian?
Dalam ajaran Islam, ilmu dan amal atau kerja karya merupakan
suatu kesahian, termasuk penelitian sebagai amal atau kerja untuk
pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi,
dalam mewujudkan kehidupan yang baik (dunia dan ukhrawi)
(Q.S.16/97).
11
Kerangka Konsep
12
Banyak anak yang bersekolah di SD
Internasional Plus
Gangguan Tingkah Laku Pandangan Islam
Dokter melakukan penelitian
Observasi Sebab akibat
o Latar belakango Masalah utamao Tujuano Populasi & samplingo Cara pengumpulan
data & teknik analisis data
o Pertimbangan etis penelitian
Ciri-Ciri
Faktor Penyebab
Kurikulum
Perspektif Islam mengenai Penelitian
2.3.4 Hipotesis
Dokter Yuni melakukan penelitian kualitatif dan Case-Control, karena
mencurigai sebagian besar anak yang bersekolah di SD Internasional Plus
mengalami gangguan tingkah laku karena kurikulum yang ketat.
2.3.5. Merumuskan Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issue
Pokok Bahasan What I know What I Don’t Know What I have to prove How I will
learn
1.Gangguan
tingkah laku pada
anak
2.SD Internasional
Plus
3.Penelitian
Kualitatif
4.Case-Control
study
5.Pandangan Islam
mengenai
gangguan tingkah
laku pada anak
serta penelitian
Pengertian
gangguan
tingkah laku
Sekolah
Dasar yang
bertaraf
internasional
Pengertian
penelitian
kualitatif
Pengertian
Case-Control
Study
Kewajiban
dalam islam
untuk
menuntut
ilmu dan
mengasihi
anak-anak.
Faktor-faktor
penyebab dan ciri-ciri
gangguan tingkah laku
Kurikulum
Langkah-Langkah,
teknik pengambilan
data, teknik analisis
data
Langkah-Langkah,
teknik pengambilan
data, teknik analisis
data
Ayat-ayat yang
menjelaskan.
Faktor-faktor penyebab
dan ciri-ciri gangguan
tingkah laku
Kurikulum
Langkah-Langkah,
teknik pengambilan
data, teknik analisis
data
Langkah-Langkah,
teknik pengambilan
data, teknik analisis
data
Ayat-ayat yang
menjelaskan.
Bahan Kuliah
Integrasi, Text
books,
Internet, dan
jurnal.
2.3.5.1 Merumuskan Keterbatasan Pengetahuan
13
2.3.5.2 Learning Issue
1. Gangguan tingkah laku pada anak
2. Sekolah Dasar Internasional Plus
3. Pandangan Islam mengenai gangguan tingkah laku serta
pengembangan ilmu
4. Penelitian kualitatif
5. Case-Control Study
2.3.6 Mensintesis dan Merangkum Hasil Belajar Mandiri
2.3.6.1 Sintesa
Etiologi dan Faktor Resiko Gangguan Tingkah Laku
a. Faktor-faktor biologis. Dalam tiga studi adopsi berskala besar di Swedia,
Denmark, dan Amerika Serikat, mengindikasikan bahwa perilaku kriminal dan
agresif dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan dimana faktor lingkungan
pengaruhnya sedikit lebih besar. Dari studi terhadap orang kembar
mengindikasikan bahwa perilaku agresif (a.l kejam terhadap hewan, berkelahi,
merusak kepemilikan) jelas diturunkan, sedangkan perilaku kenakalan lainnya (a.l
mencuri, lari dari rumah, membolos sekolah) kemungkinan tidak demikian.
Kelemahan neurologis, tercakup dalam profil masa kanak-kanak dari anak-anak
yang mengalami gangguan tingkah laku. Kelemahan tersebut termasuk
keterampilan verbal yang rendah, masalah dalam fungsi pelaksanaan (kemampuan
mengantisipasi, merencanakan, menggunakan pengendalian diri, dan
menyelesaikan masalah) dan masalah memori.
b. Faktor-faktor psikologis. Teori pembelajaran yang melibatkan modelling
dan pengondisian operant memberikan penjelasan yang bermanfaat mengenai
perkembangan dan berlanjutnya masalah tingkah laku. Anak-anak dapat
mempelajari agresivitas orang tua yang berperilaku agresif. Anak juga dapat
14
meniriu tindakan agresif dari berbagai sumber lain seperti televisi. Karena agresi
merupakan cara mencapai tujuan yang efektif , meskipun tidak menyenangkan ,
kemungkinan hal tersebut dikuatkan. Oleh karena itu setelah ditiru, tindakan
agresif kemungkinan akan dipertahankan.Berbagai karakteristik pola asuh seperti
disiplin keras dan tidak konsisten dan kurangnya pengawasan secara konsisiten
dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak.
c. Pengaruh dari teman-teman seusia. Penelitian mengenai pengaruh teman
seusia terhadap agresi dan antisocial anak-anak memfokuskan pada dua bidang
besar, yaitu:
1) Penerimaan atau penolakan dari teman-teman seusia. Penolakan
menunjukkan hubungan yang kausal dengan perilaku agresif, bahkan
dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang terdahulu (Coie &
Dodge, 1998).
2) Afiliasi dengan teman-teman seusia yang berperilaku menyimpang.
Pergaulan dengan teman seusia yang nakal juga dapat meningkatkan
kemungkinan perilaku nakal pada anak (Capaldi & Patterson, 1994).
d. Faktor-faktor sosiologis. Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan
yang rendah, kehidupan keluarga yang terganggu, dan subkultur yang
menganggap perilaku criminal sebagai suatu hal yang dapat diterima terungkap
sebagai faktor-faktor yang berkontribusi (Lahey dkk, 1999; Loeber & Farrington,
1998). Kombinasi perilaku antisosial anak yang timbul di usia dini dan rendahnya
status sosioekonomi keluarga memprediksikan terjadinya penangkapan di usia
muda karena tindakan criminal (Patterson, Crosby, & Vuchinich, 1992). Factor-
faktor social berperan, korelasi terkuat dengan kenakalan adalah hiperaktivitas
dan kurangnya pengawasan orang tua.
15
Penanganan Gangguan Tingkah Laku
Hal penting bagi keberhasilan dalam penanganan adalah upaya mempengaruhi
banyak system dalam kehidupan seorang remaja (keluarga, teman-teman sebaya,
sekolah, lingkungan tempat tinggal). Salah satu masalah yang dihadapi
masyarakat adalah bagaimana menghadapai orang-orang yang nurani sosialnya
tampak kurang berkembang.
1. Intervensi keluarga, beberapa pendekatan yang paling menjanjikian untuk
menangani gangguan tingkah laku mnecakup intervensi bagi orang tua atau
keluarga dari si anak antisosial. Gerald Patterson dan kolegannya
mengembangkan dan menguji sebuah program behavioral, yaitu Pelatihan
Manajemen Pola Asuh (PMP), dimana orang tua diajari untuk mengubah berbagai
respon untuk anak-anak mereka sehingga perilaku prososial dan bukannya
perilaku antisosial yang dihargai secara konsisten. Para orang tua diajarkan untuk
menggunakan teknik-teknik seperti penguatan positif bila si anak menunjukkan
perilaku positif dan pemberian jeda serta hilangnya perilaku istimewa bila ia
berperilaku agresif atau antisosial. Pmp terbukti mengubah interaksi orang tua-
anak, yang pada akhirnya berhubungan dengan berkurangnya perilaku antisosial
dan agresif (Dishion & Andrews, 1995; Dishion, Patterson & kavenagh, 1992).
PMP juga terbukti memperbaiki perilaku para saudara kandung dan mengurangi
depresi pada para ibu yang mengikuti program tersebut (Kazdin,1985).
2. Penanganan multisistemik (PMS), Henggeler menujukkan keberhasilan
dalam hal mengurangi tingkat penangkapan karena tindak kriminal dalam empat
tahun setelah penanganan (Borduin dkk, 1995). Intervensi ini memandang
masalah tingkah laku sebagai suatu hal yang dipengaruhi oleh berbagai konteks
dalam keluarga dan antara keluarga dan berbagai sistem sosial lainnya. Teknik
yang dipergunakan variasai meliputi teknik perilaku kognitif, system keluarga,
dan manajemen kasus. Keunikan dari terapi ini terletak pada penekanan kekuatan
individu dan keluarga, mengidenikasikan konteks bagi masalah-masalah tingkah
laku, yang berfokus pada masa kini dan berorientasi pada tindakan, dan
16
menggunakan intervensi yang membutuhkan upaya harian atau mingguan oleh
para anggota.
3. Pendekatan kognitif, terapi dengan intervensi bagi orang tua dan keluarga
merupakan komponen keberhasilan yang penting, tetapi penangana semacam itu
banyak memakan biaya dan waktu. Oleh kerena itu, penanganan dengan terapi
kognitif individual bagi anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku dapat
mempaerbaiki tingkah laku mereka, meski tanpa melibatkan keluarga. Contoh:
mengajarkan keterampilan kognitif pada anak-anak untuk mengendalikan
kemarahan mereka menunjukan manfaat yang nyata dalam membantu mereks
mengurangi perilaku agresif. Mereka belajar untuk bertahan dari serangan verbal
tanapa merespon secara agresif dengan menguanakan teknik pengalihan seperti
bersenandung, mengatakan hal-hal yang menyenangkan pada diri sendiri, atau
beranjak pergi. Strategi lain dengan mengajarkan keterampilan moral kepada
berbagai kelompok remaja yang mengalami ganguan perilaku.
Metode Penelitian Kualitatif
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu,
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,
menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.
17
Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif
digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi,
untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Tujuan utama penelitian
kualitatif adalah untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial
dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena
yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.
Harapannya ialah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk
selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian
kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga
berbeda.
Sistematika Penelitian Kualitatif
1. Judul
2. Abstrak
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Gambar
6. Bab I Pendahuluan
7. Konteks Penelitian
8. Fokus Kajian Penelitian
9. Tujuan Penelitian
10. Manfaat Penelitian
11. Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
12. Bab III Metode Penelitian
13. Pendekatan
14. Batasan Istilah
15. Unit Analisis
16. Deskripsi Setting Penelitian
17. Pengumpulan Data
18. Analisis Data
18
19. Keabsahan data
20. Bab IV Hasil dan pembahasan
21. Bab VI Kesimpulan dan saran
22. Daftar pustaka
23. Lampiran
Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan
tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu:
1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau
alamiah (natural setting).
2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama
pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan
pengamatan dan wawancara
3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif
yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian
ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya
dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari
berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan
demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal
yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau
“first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada
penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.
6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan
secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat
data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan
masalah yang diteliti.
19
8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai
objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan
responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan
segi pendiriannya.
10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang
bertentangan atau negatif.
11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan
sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
12. Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan
mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung
dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian
seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai.
14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di
lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.
Penjelasan secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian
kualitatif, yaitu:
1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian
penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran
yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang
tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat
berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil
penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk
membacanya.
3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang
teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan
fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau
membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka
20
menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan
masalah yang sama atau serupa.
4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan
dalam proses penelitian.
5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang
diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah
atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan
dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah
direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti
apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.
6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuanmemrlukan pembahasan
lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik
fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian,
peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap
perspektif teoritis yang digunakan.
Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1.Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang
dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan
penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu
pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup
seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut
memposisikan dirinya sendiri.
2.Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna
konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,
sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang
21
dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua
penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu.
Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah
membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep
epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan
awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh
responden.
3.Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman
untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk
menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi
tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat
dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari
pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang
berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
4.Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok
sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku,
kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari
sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang
cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut
peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara
satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5.Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan
22
tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau
individu.
Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1.Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang
dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan
keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai
dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari
pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building
raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan
kontrol emosi negatif.
2.Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
23
gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi
tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-
benar terlibat dalam keseharian responden.
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
suatu objek.
Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi,
jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi
dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.
3.Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara
detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat
24
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah
atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-
lain.
4.Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan
makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini
digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan
hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti
terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang
digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:
a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti
tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap
kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau
seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang
dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi
sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah,
kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
25
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang
berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan
pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.
2. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran
menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai
data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh
responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada
awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan
yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang
bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa
hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari
phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu
ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari
fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut.
Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena
yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan
bagaimana fenomena itu terjadi).
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi
dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman
responden mengenai fenomena tersebut.
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari
gambaran tersebut ditulis.
3. Grounded theory
26
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa
dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki
kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-
kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan
mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu
acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi
yang mempengaruhi peristiwa.
4.Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
a. Mengorganisir file.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
d. Menginterpretasi penemuan.
e. Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.
5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan
generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk
penerapannya pada kasus yang lain.
27
f. Menyajikan secara naratif.
Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal,
yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa
kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan
keabsahan data, yaitu:
1.Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa
kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail,
triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil
penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan
dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun
kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri
peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
28
d. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-
dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk
mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta
denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi
yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan
peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-
konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya
dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan
dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil
penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu
konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti,
metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan
kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan
responden.(IAHS)
Case Control Study
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga
disebut sebagai case-comparison study, case-compeer study, case-referent study,
atau retrospective study, meupakan penelitian epidemiologis analitik
observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi
kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain penelitian kasus-
29
kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam
kejadian penyakit (cause-effect relationship).
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di
bawah desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi
cross-sectional, karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu,
sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai
kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan
yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol
dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kedokteran
klinik, terutama untuk penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut
bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif,
dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu
(kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti
faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek,
sedangkan kelompok kontrol tidak. 1,3,4,5
Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu
benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan
kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok
kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering
mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak
berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah :
apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan
variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi
yangditeliti.
Langkah-langkah pada penelitian kasus-kontrol:
1. Menetapkan Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis yang Sesuai
30
Dari pertanyaan penelitian dapat disusun hipotesis penelitian yang akan diuji
validitasnya secara empiris.
2. Mendeskripsikan dan Mengidentifikasi Variabel Penelitian
Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis,
frekuensi, atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang
berhubungan dengan frekuensi dapat bersifat :
• Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori, misalnya pernah minum
jamu peluntur atau tidak
• Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari dua tingkat, misalnya tidak
pernah, kadang-kadang, atau sering terpajan
• Kontinu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya umur
dalam tahun, paritas, berat lahir
Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :
• Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah
pajanan itu berlangsung terus-menerus)
• Saat mendapat pajanan pertama
• Bilakah terjadi pajanan terakhir
3. Menentukan Populasi Terjangkau dan Sampel (Kasus, Kontrol) serta
Cara Pemilihan Subyek Penelitian
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang
akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan
kelompok kontrol adalah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita
penyakit yang akan diteliti, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan
kelompok kasus karena terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai
penyebab timbulnya penyakit.
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak
subyek dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini
31
hampir tidak mungkin dilaksanakan karena penelitian kasus-kontrol lebih
sering dilakukan pada kasus yang jarang yang diagnosisnya biasanya
ditegakkan di rumah sakit.
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam
pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol:
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru + lama)
b. Tempat pengumpulan kasus
c. Saat diagnosis
Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti
sehingga sangat terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi
yang sama dengan kasus dan didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik
subyek pada kasus, sehingga mempunyai kesempatan yang sama untuk
terpajan oleh faktor risiko yang diteliti. 1,3,5
Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :
a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama
b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam
semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel
yang diteliti (matching)
c. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti
bergantung kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas
pajanan faktor risiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan
pajanan risiko pada kasus dan kontrol hampir sama dan diperlukan sampel
yang cukup besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang
32
dipilih. Biasanya dipilih a=5%, b=10% atau 20% (power=90% atau 80%).
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih
kontrol lebih banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol
diambil c kali, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan
melakukan matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
4. Melakukan Pengukuran Variabel Efek dan Faktor Risiko
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko)
merupakan hal yang sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus
sudah didefinisikan dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau
pajanan yang terjadi di waktu lampau melalui anamnesis (recall) semata-mata
mengandalkan daya ingat responden. Bias yang dapat mengancam dalam
konteks ini adalah recall bias. 1,3
5. Menganalisis Data Hasil Penelitian
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan
rasio odds, sampai yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis
multivariat. Ini ditentukan oleh apa yang ingin diteliti, bagaimana cara
memilih kontrol (matched atau tidak), dan terdapatnya variabel yang
mengganggu atau tidak.
Penentuan Rasio Odds (RO)
A. Studi kasus-kontrol tanpa matching
Rasio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan risiko
relatif (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat
kelompok kasus (a+c) dan kelompok kontrol (b+d). Dalam hal ini, yang dapat
dinilai adalah berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada
kontrol, disebut dengan rasio odds (RO).
33
RO = odds pada kelompok kasus : odds pada kelompok kontrol
(proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)
(proporsi kontroldengan faktor risiko) / (proporsi kontrol tanpa faktor risiko)
B. Studi kasus-kontrol dengan matching
Pada studi kasus-kontrol dengan matching individual, harus dilakukan analisis
dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Hasil
pengamatan studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan
keterangan sebagai berikut :
Sel a : kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan
Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan
Sel d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan
Kontrol
Kasus Risiko + Risiko -
Risiko + a b
Risiko - c d
Rasio odds pada studi kasus-kontrol dengan matching ini dihitung dengan
mengabaikan sel a karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya terpajan,
dan sel d karena baik kelompok kasus maupun kontrolnya tidak terpajan.
Rasio odds dihitung dengan formula :
RO = b / c
RO dapat dianggap mendekati risiko relatif apabila :
1. Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak lebih dari 20% populasi terpajan
2. Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari populasi dalam
34
hal peluangnya untuk terpajan faktor risiko
3. Kelompok kasus harus representatif
RO > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang merupakan faktor
risiko, bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor
risiko, dan bila RO < par =" p(r-1)+1" p =" proporsi" r =" rasio"> 1
BIAS DALAM STUDI KASUS KONTROL
Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak
sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga
kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu :
a. Bias seleksi
b. Bias informasi
c. Bias perancu (confounding bias)
Sackett* mencatat beberapa hal yang dapat menyebabkan bias, di antaranya
adalah :
1. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors)
mungkin terlupa oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan
medik kasus (recall bias)
2. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab
penyakitnya lebih sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan
subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
3. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen
menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek
lebih terpajan oleh agen
4. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif
seringkali sangat sukar
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN KASUS KONTROL
35
Kelebihan
1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk
meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila
penelitian prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau
hasil diperlukan secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus
dalam satu penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau
kohort.
Kelemahan
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya
ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall
bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih
mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami
efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai
sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas
pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena
banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang
sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam
penelitian tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam
populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen,
hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
36
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel penelitian. Menurut Notoatmodjo (2002), analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik analisa kuantitatif. Analisa data dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Univariat
Unit ini digunakan untuk mendiskripsikan frekuensi dari masing-masing
variabel bebas maupun variabel terikat melalui prosentase dan distribusi
frekuensi (Arikunto,2002). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna Dalam penelitian ini analisa univariat dilakukan untuk setiap variable dependen dan independen untuk mendapatkan gambaran dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase dengan menggunakan bantuan program komputer.
b. Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif. Penelitian ini
analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kurikulum SDIP dengan gangguan tingkah laku anak. Karena data berskala ordinal (kategorik), maka uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square.
Masalah Etika dalam Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi:
1. Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan informed consent
37
adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
mengumpulkan data. Jika responden penelitian bersedia diteliti, maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika
menolak untuk diteliti maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati hakhak
responden. Selama penelitian responden ada sejumlah yang tidak bersedia
untuk mengisi kuesioner dan menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity
Untuk tetap menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tapi peneliti menggunakan kode tertentu
untuk masing-masing responden.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin oleh
peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan/dilaporkan pada pihak yang
terkait dengan penelitian.
Sebab Kenakalan Anak Menurut Kacamata Islam
Termasuk sebab utama yang memicu penyimpangan akhlak pada anak, bahkan pada semua manusia secara umum, adalah godaan setan yang telah bersumpah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya yang lurus. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
. و�م�ن� �د�يه�م� ي� أ �ن� �ي ب م�ن� �ه�م� �ن �ي آلت �م� ث �ق�يم� ت �م�س� ال اط�ك� ص�ر� �ه�م� ل ألق�ع�د�ن� �ي �ن �ت غ�و�ي
� أ �م�ا ف�ب ق�ال��ر�ين� اك ش� ه�م� �ر� �ث ك
� أ �ج�د� ت و�ال �ه�م� �ل م�ائ ش� و�ع�ن� �ه�م� �م�ان ي� أ و�ع�ن� �ف�ه�م� ل خ�
38
“Iblis (setan) berkata, ‘Karena Engkau telah menghukumi saya tersesat, sungguh saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat kepada-Mu).’” (QS. Al-A’raf: 16-17).
Dalam upayanya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar, setan berusaha menanamkan benih-benih kesesatan pada diri manusia sejak pertama kali mereka dilahirkan ke dunia ini, untuk memudahkan usahanya selanjutnya setelah manusia itu dewasa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan hanif (suci dan cenderung kepada kebenaran), kemudian setan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agama mereka (Islam).”
Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tangisan seorang bayi ketika (baru) dilahirkan adalah tusukan (godaan untuk menyesatkan) yang berasal dari setan.“
Perhatikanlah hadits yang agung ini! Betapa setan berupaya keras untuk menyesatkan manusia sejak mereka dilahirkan ke dunia. Padahal, bayi yang baru lahir tentu belum mengenal nafsu, indahnya dunia, dan godaan-godaan duniawi lainnya, maka bagaimana keadaannya kalau dia telah dewasa dan mengenal semua godaan tersebut?
Di samping sebab utama di atas, ada faktor-faktor lain yang memicu dan mempengaruhi penyimpangan akhlak pada anak, berdasarkan keterangan dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, pengaruh didikan buruk kedua orangtua
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan menerima kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Hadits ini menunjukkan bahwa semua manusia yang dilahirkan di dunia memiliki hati yang cenderung kepada Islam dan tauhid, sehingga kalau dibiarkan dan tidak dipengaruhi maka nantinya dia akan menerima kebenaran Islam. Akan tetapi, kedua orang tuanyalah yang memberikan pengaruh buruk, bahkan menanamkan kekafiran dan kesyirikan kepadanya.
39
Syekh Bakr Abu Zaid berkata, “Hadits yang agung ini menjelaskan sejauh mana pengaruh dari kedua orangtua terhadap (pendidikan) anaknya, dan (pengaruh mereka dalam) mengubah anak tersebut dalam penyimpangan dari konseuensi (kesucian) fitrahnya kepada kekafiran dan kefasikan….
(Di antara contoh pengaruh buruk tersebut adalah) jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahram-nya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu. Inilah yang dinamakan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’.
Kedua, pengaruh lingkungan dan teman bergaul yang buruk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak wangi bisa jadi memberimu minyak wangi atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi), bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.”
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, karena adanya pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. Hadits tersebut sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.
Ketiga, sumber bacaan dan tontonan
Pada umumnya, anak-anak mempunyai jiwa yang masih polos, sehingga sangat mudah terpengaruh dan mengikuti apa pun yang dilihat dan didengarnya dari sumber bacaan atau berbagai tontonan.
Apalagi, memang kebiasan meniru dan mengikuti orang lain merupakan salah satu watak bawaan manusia sejak lahir, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
40
اختلف تناكر وما ائتلف منها تعارف فما مجندة، جنود األرواح
“Ruh-ruh manusia adalah kelompok yang selalu bersama. Maka, yang saling bersesuaian di antara mereka akan saling berdekatan, dan yang tidak bersesuaian akan saling berselisih.”
Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani adalah termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat.
Syekh Abdurrahman as-Sa’di berkata ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
و�م�و�ع�ظ�ة= �ح�ق@ ال ه�ذ�ه� ف�ي و�ج�اء�ك� ف�ؤ�اد�ك� �ه� ب Jت� �ب �ث ن م�ا س�ل� الر@ �اء� �ب ن� أ م�ن� �ك� �ي ع�ل �ق�ص@ ن �ال و�ك
�ين� �م�ؤ�م�ن �ل ل ى �ر� و�ذ�ك
“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 120).
Beliau berkata, “Yaitu, supaya hatimu tenang dan teguh (dalam keimanan), dan (supaya kamu) bersabar seperti sabarnya para rasul ‘alaihimus sallam, karena jiwa manusia (cenderung) senang meniru dan mengikuti (orang lain), dan (ini menjadikannya lebih) bersemangat dalam beramal shalih, serta berlomba dalam mengerjakan kebaikan….”
Perspektif Islam tentang Penelitian
Dalam kajian ilmu pengetahuan, penelitian merupakan upaya mencari
kebenaran melalui metode atau pendekatan ilmiah, untuk dimanfaatkan bagi
kesejahteraan hidup manusia. Untuk maksud tersebut, maka kegiatan penelitian
41
meliputi observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, eksperimen dan
penyusunan teori.
Dalam ajaran Islam, ilmu dan amal / kerja karya merupakan suatu kesahian,
termasuk penelitian sebagai amal / kerja untuk pencarian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi, dalam mewujudkan kehidupan yang baik (dunia dan
ukhrawi) (Q.S.16/97).
Apabila kita mencermati ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits, maka terdapat karakteristik, antara lain :
1. Sumber kebenaran adalah Allah, Pencipta semesta alam (Q.S. 2/147 ; 3/60 ;
96/5)
2. Islam adalah agama ilmu / wawasan fikir
(Q.S. 3/190 ; 58/11)
3. Islam adalah agama amal / karya
(Q.S. 4/124 ; 16/97 ; 67/2)
4. Islam adalah agama berorientasi kedepan
(Q.S. 59/18 ; 93/4)
5. Islam menempatkan manusia selaku khalifah
(Q.S. 2/30 ; 24/55 ; 35/39)
6. Sabda Rasulullah SAW :
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah”.
“Siapa yang menginginkan (kebaikan) di dunia hendaklah berilmu, dan siapa
yang menginginkan (kebaikan) di akhirat hendaklah berilmu”
“Siapa yang menginginkan (kebaikan) di dunia dan di akhirat hendaklah
berilmu”.
Dilihat dari keseluruhan metode penelitian kualitatif, penelitian ini cocok
dilakukan oleh dokter Yuni untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan
dengan dengan gangguan tingkah laku pada anak-anak yang bersekolah di SD
Internasional Plus dengan menggunakan wawancara dan observasi sebagai
metode pengumpulan data serta menggunakan grounded theory sebagai teknik
analisis data.
42
Setelah mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan gangguan tingkah
laku pada anak-anak yang bersekolah di SD Internasional Plus, dokter Yuni
sebaiknya melakukan penelitian dengan desain case-control study karena studi ini
mempelajari hubungan sebab-akibat antara faktor resiko dan efek. Pada penelitian
ini dokter Yuni menggunakan dua sampel, yaitu kasus dan kontrol dimana anak
yang mengalami gangguan tingkah laku adalah kasus sedangkan anak yang tidak
mengalami gangguan tingkah laku adalah kontrol.
Sebagai dokter muslim yang profesional, dokter Yuni memiliki tanggung
jawab untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya karena hal ini merupakan
kewajiban bagi setiap muslim yang berilmu, serta memberikan pengertian kepada
ibu dari anak-anak untuk lebih menjaga dan memberi kasih sayang kepada anak-
anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael.(ed).1995.Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta:Binarupa Aksara
43
http://www.
44