Skenario a Blok 24 Gizi Buruk

77
Skenario A blok 24 Regen, anak laki-laki usia 11 bulan dibawa Ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari, 4-5x perhari et 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gr, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak di ukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus di bantu. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2,5 sendok takar di campur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merek C 3x 1 sachet sehari @ 20 gr (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah bener. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan. Reygen sudah pernah mendapatimunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x. Reygen dilahirkan dari keluarga ayah: usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudra 3 orang (usia 7 tahun 5 tahun dan 3 tahun).

Transcript of Skenario a Blok 24 Gizi Buruk

Skenario A blok 24

Regen, anak laki-laki usia 11 bulan dibawa Ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari, 4-5x perhari et 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gr, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak di ukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus di bantu.Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2,5 sendok takar di campur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merek C 3x 1 sachet sehari @ 20 gr (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah bener. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.Reygen sudah pernah mendapatimunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x.Reygen dilahirkan dari keluarga ayah: usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudra 3 orang (usia 7 tahun 5 tahun dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3 m x 7 m, ventiliasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124xmenit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30xmenit, suhu 36,8 derajat celcius, setelah dilakukan pengukuran antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gr, panjang 70 cm, lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

Klarifikasi istilah:1. BAB cair: pengeluaran tinja dimana konsistensi cair atau kandungan air lebih banyak.2. Diare: pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal atau lebih dari 2 kali sehari.3. ASI eksklusif: pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit tertentu).4. Keterlambatan perkembangan: 5. Susu formula: susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai penggati ASI.6. Imunisasi BCG: basil calmette guerin. Vaksin yang disuntikkan ke tubuh manusia untuk melindungi dari infeksi TB.7. Imunisasi DPT: difteria pertusis tetanus. Vaksin difteri dan tetanus toxsoid serta pertusis.8. Imunisasi Hepatitis B: 9. Imunisasi polio: 10. Antropometri: ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan pengukuran ukuran berat dan proporsi badan manusia11. Iga gambang: tulang rusuk yang menonjol.12. Baggy pants: kulit dari bagian bokong yang terlihat bergelambir.13. Defisiensi vit A: kelaian sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ seluruh tubuh termasuk paru-paru, usus, mata, dan organ lain. 200 mg/dl3. Fungsi imunitas ; hitung limfosit total (%limfosit x sel darah putih)/100 dengan nilai normal diatas 1500 sel/mm24. Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid (kolesterol,triglyserid,LDL dan HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi tulang, otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)

Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan, MRI dan USG.Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi Antropometrik : obesitas,pre-obes,marasmus, kwarshiorkor, chronic energy deficiency

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot .Uji biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja.

Pemeriksaan AntropometrisAntropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada berbagai usia. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya. Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

a. Berat badanBerat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Interpretasi:BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase:80-120% Gizi baik60-80% Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema.< 60% Gizi buruk

Penilaian:5-10% kehilangan BB ringan15-25% kehilangan BB sedang> 25% kehilangan BB berat

b. Tinggi badanTinggi badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna. Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang.

c. Berat badan menurut tinggi badanRasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status gizi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur.

BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%

Interpretasi:1. Jika BB/TB (%):> 120% Obesitas110-120% Overweight90-110% Normal70-90% Gizi kurang 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (85% Gizi baik/normal80-85% Borderline / KKP-I75-80% Gizi kurang / KKP-II< 75% Gizi buruk / KKP-III

e. Lingkaran kepalaLingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang paling menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.

Interpretasi:LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisikronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.

f. Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram)EKG adalah salah satu bagian dalam pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi keadaan jantung kita. Beberapa gangguan jantung (misalnya infark -adanya kerusakan otot jantung karena kekurangan oksigen-, atau adanya pembesaran jantung, dan lainnya) dapat menyebabkan gangguan aktivitas listrik jantung. Jadi, adanya gangguan ini dapat terlihat di EKG

14. Apa diagnosis kerja pada kasus? Reygen menderita gizi buruk dengan keterlambatan perkembangan motorik ec gizi buruk, imunisasi dasar tidak lengkap. Sosial ekonomi dan pengetahuan orang tua dalam hal pemberian nutrisi anak.

15. Apa epidimiologi pada kasus? Masalah kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun 1989 telah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif tajam, mulai tahun 1999 penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.Kurang energi dan protein pada tingkat parah atau lebih populer disebut busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3 persen) di antaranya menderita gizi buruk. Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen) menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di Provinsi NTB dan NTT, serta beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang dilaporkan terjadi di Provinsi NTB, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan 49 di antaranya meninggal dunia.

Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan fenomena gunung es yang menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi NTB, misalnya, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar 900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga miskin.

Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan penyakit infeksi yang berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak langsung, yaitu (1) ketersediaan pangan yang rendah pada tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu dalam perawatan anak yang kurang memadai; dan (3) ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terbatas. Penyebab tidak langsung tersebut merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat, yaitu tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan, dan kurangnya pangan.

Gizi buruk ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.

Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

16. Apa tatalaksana pada kasus? (enok, dika)- Prinsip perawatan diare adalah:1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat )2) Diatetik (pemberian makanan)3) Obat obatanMenurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).a. Diare tanpa dehidrasi Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.c. Diare dengan dehidrasi berat Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.Kebutuhan oralit per kelompok umur

UmurJumlah oralit yang diberikan tiap BABJumlah oralit yang di sediakn dirumah

< 12 bulan50-100 ml400 ml/ hari (2 bungkus)

1-4 Tahun100-200 ml600-800 ml/hari (3-4 bungkus)

>5 tahun200-300 ml800-1000 ml/hari (4-5bungkus)

Dewasa300-400 ml1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.Dosis pemberian Zinc pada balita: Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Antibiotik Selektif Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: 1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah 2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : a. Diare lebih sering b. Muntah berulang c. Sangat haus d. Makan/minum sedikit e. Timbul demam f. Tinja berdarah g. Tidak membaik dalam 3 hari.

17. Bagaimana pencegahan pada kasus? (dika, gina)PencegahanBeberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

18. Apa komplikasi pada kasus? (gina, eba)Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak.Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.

Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).

19. Bagaimana prognosis pada kasus? (faza, eba) Lebih dari 40% anak menderita gizi buruk meninggal. Kematian ini terjadi mulai dari hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh Gangguan elektrolit Infeksi Hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah) Kegagalan jantungKeadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah, dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk. Pertanda baik adalah hilangnya apati, edema dan pertambahan nafsu makan.Efek jangka panjang pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-anak diobati dengan tepat maka sistem kekebalan, hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak penyerapan gizi di usus tetap mengalami gangguan.Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita gizi buruk, beratnya gizi buruk, dan usia anak saat mederita gizi buruk keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

20. Apa SKDI pada kasus? (faza, ghea)

LI:1. Gizi buruk (faza, pierre, charisma, gina)Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini. Gizi buruk banyak di alami oleh bayi di bawah 5 tahun (balita). Banyak factor factor yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Nmun penyebab dasar tejadinya gizi buruk ada 2 hal yaitu sebab langsung dan tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupa gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit DBD, Diare dan lain lain. Sedangkan kemiskinan di duga menjadi penyebab utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bias di sebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang di konsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang di butuhkan oleh tubuh.

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN CIRI-CIRI GIZI BURUK2.1.1 Definisi Gizi BurukGizi buruk adalah keadaan kurag gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (depkes RI, 1999). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).Jadi, Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yangdimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang EnergiProtein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secaragaris besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO,Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 2005, Jakarta, Agustus 2000).

Klasifikasi KEP:

1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB

Menurut departemen kesehatan RI (1999) dalam tata buku tata laksana KEP pada anakdi pukesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan gejala klinis ada tiga yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat atau gizi buruk secara garis besar dapat di bedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.

2.1.2 Ciri-Ciri Gizi Buruk

1. Kwashiokora. Edema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki ( dorsumpedis)b. Wajah membulat dan sembabc. Otot-otot mengecil,lebih mengecil,lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,anak berbaring terus menerus.d. Perubahan status menta; cengeng.rewel,kadang apatise. Anak sering menolak segala jenis makanan (Anoreksia)f. Pembesaran hatig. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabuth. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis)i. Pandangan mata anak nampak sayu

2. Marasmusa. Anak sangat kurusb. Wajah seperti orang tuac. Cengeng dan reweld. Rambut tipis,jarang,dan kusame. Kulit keriputf. Tulang Iga tampak jelasg. Pantat kendur h. Perut cekungi. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air,serta penyakit kronik.j. Tekanan darah,detak jantung dan pernafasan berkurang

3. Marasmus-KwashiokorMerupakan campuran dari beberapa ciri-ciri kwashiorkor dan marasmus.

2.3 JENIS-JENIS GIZI BURUK

2.3.1 MarasmusMarasmus ditandai olehpenciutan/pengurusan (wasting) otot generalisata dan tidak adanya lemak subkutis. Anak marasmus tampak kakektis dan sangat kurus. Mereka derita wasting yang parah dan sering juga mengalami hambatan pertumbuhan linear. Kulit mereka kering, tanpa tugor, dan tampak longgar dan berkerut karena hilangnya lemak subkubis. , klasik wajah cekung atu berkeriput yan g mirip orang tua,terjadi akibat hilannya banantalan lemak temporal dan bukal.

2.3.2 KwasiorkorKwasiorkor disebabkan oleh insufesiensi asupan protein yang bernilai biologis adekuat,dan seing berkaitan dengan defisiensi asupan energi. Gambaran utama pada malnutrisi tersebut adalah edema yang lunak,pitting, dan tidak nyeri ,biasanya di kakl tungkai kaki dapat meluas.

2.3.3 Kwasior MarasmusBentuk kwasior marasmus dari malnutrisi protein protein-energi ditandai dengan gambaran klinis kedua jeni8smalnutrisi. Keadaan ini dapat terjadi pada malnutrisi kronik saat saat jaringan subkutis, massa otot, dan simpanan lemak menghilang. Gambaran utama tanpa lesi kulit, kekaksia marasmus.

2.3 EpidemiologiMasalah kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun 1989 telah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif tajam, mulai tahun 1999 penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.

Kurang energi dan protein pada tingkat parah atau lebih populer disebut busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3 persen) di antaranya menderita gizi buruk. Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen) menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di Provinsi NTB dan NTT, serta beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang dilaporkan terjadi di Provinsi NTB, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan 49 di antaranya meninggal dunia.

Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan fenomena gunung es yang menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi NTB, misalnya, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar 900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga miskin.

Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan penyakit infeksi yang berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak langsung, yaitu (1) ketersediaan pangan yang rendah pada tingkat keluarga; (2) pola asuh ibu dalam perawatan anak yang kurang memadai; dan (3) ketersediaan air bersih, sarana sanitasi, dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terbatas. Penyebab tidak langsung tersebut merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat, yaitu tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan, dan kurangnya pangan.

Gizi buruk ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.

Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

2.4 ETIOLOGI GIZI BURUKMenurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.

2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu :1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak. 3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu :1) Keluarga miskin.2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

2.5 PATOFISIOLOGI GIZI BURUKPatofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapatEdema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :

a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreasd. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuate. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukupf. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intoleranceg. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkanh. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmusi. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus

2.5.1 Perjalanan Penyakit Gizi BurukSeorang anak bisa menjadi gizi buruk bisa berada dalam 3 tahap :Status Gizi NormalIbu tidak mengetahui makanan yang tepat untuk diberikan pada balita.Anak balita terpajan dengan iklan panganan ringan yang tidak bergizi.Asupan buat anak tidak diistimewakan sebagaimana yang dipersiapkan untuk ayah atau ibunya.Tidak rutin datang ke Posyandu.Pada saat seperti ini anak masih berada dalam keadaan status gizi normal, namun berpotensi mendapatkan gangguan gizi. Pada usia < 6 bulan sebagian besar bayi (> 80%) masih disusui ibu. Dengan menetek, anak mendapatkan gizi yg seimbang & zat kebal dari asi anak jarang sakit pertumbuhan anak masih baik.

Status Gizi Kurang / Menurun (Fase Gangguan Gizi)Pada saat ini balita mengalami gangguan gizi, ini terjadi karena tidak terpantaunya berat badan anak. Pada usia 6 bln 12 bln sebagian bayi sudah mulai disapih perlindungan zat kebal dari asi mulai berkurang & pemberian mp-asi kurang memenuhi syarat : jenis, jumlah, jadwal, higienis (3j-1h). Anak mudah jatuh sakit dan pertumbuhan mulai terganggu.

Status Gizi BurukPada saat ini status anak makin memburuk dan sudah menampakkan gejala-gejala penyakit. Anak sudah terlihat kurus sampai dengan sangat kurus. Pada saat ini anak rentan terhadap hawa dingin, khususnya pada bayi bisa berakibat kematian. Anak juga mengalami kekurangan energi (glukosa darah menurun) dan kekurangan protein. Pada beberapa kasus yang severe tidak hanya pembentukan otot yang gagal bahkan sampai dengan pembentukan otak bisa tidak terjadi (microcephali). Kematian bisa terjadi di tahap ini, bisa karena berbagai sebab.2.6 MANIFESTASI KLINIS GIZI BURUK

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.KEP berat secara klinis terdapat 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik- kwashiorkor. KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit lain disebut KEP berat TIPE Kwashiorkor.

2.6.1. Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus

1. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)2. Wajah seperti orang tua3. Cengeng dan Rewel4. Sering disertai: penyakit kronik, diare kronik5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sediki tsampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)6. Perut cekung7. Iga gambang

2.6.2 GejalaKlinisKurangEnergi Protein (KEP) dari kwashiorkor

1. gejala terpenting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak sehat2. Perubahan mental biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis.3. pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun yang berat.4. Wajah membulatdansembab5. Pandangan mata sayu6. Rambut tipis, kemerahan seperti seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok7. Pembesaran hati8. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk9. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkupas( crazy pavement dermatosis)10. Sering disertai: infeksi, anemia, diare

2.6.3 Gejala Klinis Marasmus-Kwashiorkor

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor pada dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor, cirri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :

1. Beberapagejalaklinik marasmus, terlihatsangatburukberat badan kurang dari 60% berat anak normal seusianya.2. Kwashiorkorsecaraklinisterlihatdisertai edema yang tidakmencolokpadakeduapunggung kakiPada setiap penderia KEP berat, selalu periksa adanya gejala defisiensi Nutrien Mikro yang sering menyertai seperti:

1. xerophthalmia (defisiensi Vitamin A), 2. Anemia (Kekurangan Fe, Cu, Vit. B12, Asam Folat)3. Stomatitis (kekurangan vit. B, vit. C)4. Kelainan pada kulit, gangguan pertumbuhan (kekurangan Zn)5. Beri-beri (kekurangan vitamin B1)

2.7 DIAGNOSIS GIZI BURUK( ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK)

2.7.1 Anamnesis Awal (Untuk Kedaruratan)a. badan kurus sejak 3 bulanb. sulit makan c. rambut mudah rontokd.tangan dan kaki sering keram dan rabun senja

2.7.2 Anamnesis lanjutana. Makanan biasa sebelum sakitb.Riwayat ASIc. frekuensi, dan konsistensi muntah atau diared.Kehamilan perawatan antenatal:di ...setiap minggu/bulane.Kelahiran:Tempat kelahiran:RS/Rumahf.Penolong persalinan :Dokter/bidan/dukung.Keadaan Bayi:Berat lahir g:,panjang cm,lingkar kepala cm, langsung ...menangis/tidak h.Kelainan bawaan:i.Tumbuh kembangj.Imunisasi Lengkapk.Apakah ditimbang setiap bulan

l.Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)2.7.3.Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi Mata : agak menonjol Wajah : membulat dan sembab Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan Abdomen : perut terlihat buncit kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,odemab) Palpasic) Auskultasid) Peristaltic usus abnormale) Apakah anak tampak sangat kurus/ odema/ pembengkakan kedua kakif) Tanda-tanda terjadinya syok (rejatan) : tangan dan kaki dingin, nadi lemah, dan kesadaran menurung) Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantungh) Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).i) Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia atau gejala gagal jantungj) Tentukan status gizi engan menggunakan BB/TB-PB.k) Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada bagian putih mata (conjunktiva)l) Adanya perut kembung, suara usus, suara usus, dan adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)m) Pucat yang sangat berat- Kulit: tanda infeksi atau purpura- pemeriksaan tanda utama pasien di mulai dari frekuensi nadi,frekuensi nafas,pengukuran suhu tubuh.n) Penilaian status gizi pada pasien dimulai dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.Dengan menggunakan pengukuran status gizi berdasarkan CDC maka BB/TB x 100% =memberikan hasil bahwa status gizi pasien gizi kurang.o) Pemeriksaan pasien dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus, Dimulai dengan pemeriksaan kulit, pemeriksaan kepala, pemeriksaan mulut, pemeriksaan leher, Pemeriksaan thoraks, Pemeriksaan dilanjutkandengan pemeriksaan paru, Pemeriksaan abdomen, pemeriksaan genitalia, Lalu pemeriksaan anak ini dilanjutkan pada daerah ekstremitas,

2.8 PROGNOSIS GIZI BURUK

Gizi buruk yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian sering disebabkan oleh infeksi sering tidak dapat dibedakan kematian karena infeksi atau karena gizi buruk itu sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Pada penderita gizi buruk pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan penderita gizi buruk tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan tentang pemberian makanan yg baik, sedangkan penderita yang komplikasi serta dehidrasi , syok dan lain-lain perlu mendapat perawatan dirumah sakit.

Lebih dari 40% anak menderita gizi buruk meninggal. Kematian ini terjadi mulai dari hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh Gangguan elektroli Infeksi Hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah) Kegagalan jantung

Keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah, dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk. Pertanda baik adalah hilangnya apati, edema dan pertambahan nafsu makan.

Efek jangka panjang pada masa kanak-kanak tidak diketahui. Jika anak-anak diobati dengan tepat maka sistem kekebalan, hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak penyerapan gizi di usus tetap mengalami gangguan.

Beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita gizi buruk, beratnya gizi buruk, dan usia anak saat mederita gizi buruk keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

Pengobatan pada penderita gizi buruk tentu saja harus disesuaikan pada tingkatannya. Penderita gizi buruk stadium ringan contohnya diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapatkan asupan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.

Pengobatan gizi buruk berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu persatu. Penderita pun sebaiknya harus dirawat dirumah sakit agar mendapat perhatian medis secra penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi dan mencegah gejala dan kekambuhan dari gizi buruk.

2.9 PENCEGAHAN DARI GIZI BURUK

Cara pencegahan gizi buruk secara umum ialah dapat dicegah dengan memberikan makanan yang bergizi pada anak berupa sayur mayur, buah-buahan, makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung), makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging) melakukan posyiandu secara rutin seperti(imunisasi) , dan berikanlah ASI bagi anak usia 0 2 tahun.

Gizi buruk terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Marasmus

Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak diantara kelompok social ekonomi rendah di sebagian besar Negara sedang berkembang dan lebih banyak dari pada kwashiorkor.

Cara pencegahan :

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.

a. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.b. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.c. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.d. Pemberian imunisasi.e. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.f. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.g. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor merupakan syndrome klinis akibat dari defisiensi berat dan masukan kalori tidak cukup.

Cara Pencegahan :

a. Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari protein (12 % dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelei,karena kwashiorkor tidak hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulkan pengaruh di kemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan keturunannya.b. Menjaga kebersihan, terutama keadaan lingkungan dan makanan supaya tidak mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare, mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.

3. Marasmus Kwashiorkor

Cara pencegahan marasmus kwashiorkor adalah gabungan dari pencegahan yang ada pada marasmus dan kwashiorkor.

2.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG GIZI BURUK

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darahb. Profil lipid (lipid total, trigliserida, kolesterol, LDL, HDL)

2. Pemeriksaan urine Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine3. Uji faal hati4. EKG5. X foto paru6. Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis / osteomalsia7. Pemeriksaan antropometris: BB, TB, BB/TB, LLA, LK2.10.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

Pemeriksaan ini meliputi kaidah pemeriksaan laboratorium klinis secara umum. Berupa pemeriksaan metabolit abnormal, perubahan aktivitas enzim, komponen darah atau fungsi fisiologis yang tergantung dari zat gizi tertentu (Gibson,2005), yaitu :

1. Pemeriksaan status protein yang digunakan untuk penilaian status nutrisi : kadar albumin serum dengan nilai normal 3,5-5,0 gr/dl2. Transferin Serum dengan nilai normal > 200 mg/dl3. Fungsi imunitas ; hitung limfosit total (%limfosit x sel darah putih)/100 dengan nilai normal diatas 1500 sel/mm24. Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid (kolesterol,triglyserid,LDL dan HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi tulang, otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan, MRI dan USG.Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi Antropometrik : obesitas,pre-obes,marasmus, kwarshiorkor, chronic energy deficiencyPemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot .

Uji biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja.

2.10.2 Pemeriksaan Antropometris

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).

Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.

Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada berbagai usia. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya. Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

2.10.2.1 Berat badanBerat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Interpretasi:

BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase:

80-120% Gizi baik60-80% Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertaiedema.< 60% Gizi burukPenilaian:5-10% kehilangan BB ringan15-25% kehilangan BB sedang> 25% kehilangan BB berat

2.10.2.2 Tinggi badanTinggi badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna. Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada tembok/dinding tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang.

2.10.2.3 Berat badan menurut tinggi badanRasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status gizi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan stunting atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur.

BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%Interpretasi:1. Jika BB/TB (%):> 120% Obesitas110-120% Overweight90-110% Normal70-90% Gizi kurang 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm) dan merah (85% Gizi baik/normal80-85% Borderline / KKP-I75-80% Gizi kurang / KKP-II< 75% Gizi buruk / KKP-III

2.10.2.5 Lingkaran kepalLingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang paling menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.

Interpretasi:LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisikronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.

2.10.3 Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram)EKG adalah salah satu bagian dalam pemeriksaan penunjang untuk mengevaluasi keadaan jantung kita. Beberapa gangguan jantung (misalnya infark -adanya kerusakan otot jantung karena kekurangan oksigen-, atau adanya pembesaran jantung, dan lainnya) dapat menyebabkan gangguan aktivitas listrik jantung. Jadi, adanya gangguan ini dapat terlihat di EKG

2.11PENATALAKSANAAN GIZI BURUK

2.11.1 Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang AnakPedoman dalam deteksi pertumbuhan anak balita adalah dengan menggunakan berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak dapat dilakukan melalui :1. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak di posyandu atau puskesmas2. Mencatat berat badan anak dalam KMS (kartu menuju sehat3. Membaca kecenderungan berat badan anak pada KMS, meliputi :a. jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih cepat dari garis baku disebut N 1 (tumbuh kejar)b. jika berat badan naik dibanding bulan lalu sesuai dengan garis baku disebut N 2 (tumbuh normal)c. jika berat badan naik dibanding bulan lalu lebih lambat dibanding garis baku disebut T1 (tumbuh tidak memadai)d. jika berat badan tetap dibanding bulan lalu sehingga garis pertumbuhan mendatar disebut T2 (tidak tumbuh)e. jika berat badan dibanding bulan lalu turun sehingga garis pertumbuhan turun disebut T3 ( tumbuh negatif)4. Melakukan pemeriksaan adanya tanda bahaya, yang meliputi : adanya renjatan atau syok, keadaan tidak sadar atau letargis serta adanya muntah/diare/dehidrasi5. Melakukan pemeriksaan fisik6. Merujuk anak apabilaa. ditemukan 2 kali T berturut-turut meskipun BB di KMS masih diatas garis merahb. BB dibawah garis meah di KMS (kartu menuju sehat)

2.11.2 Pengobatan Dan Perawatan Anak Gizi Buruk2.11.2.1 Pengobatan dan perawatan fase stabilisasiProsedur tindakan pengobatan dan perawatan terhadap anak balita gizi buruk sebelum dirujuk, meliputi :1) Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia2) Pengobatan dan pencegahan hipotermia3) Pengobatan dan pencegahan dehidrasi4) Pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit5) Pengobatan atau pencegahan infeksi6) Pemberian makanan yang sesuai dengan kondisi anak balita7) Pemberian multivitamin8) Pemantauan masa tumbuh kejar

2.11.2.2 Pengobatan dan perawatan fase stabilisasi dibagi dalam :1) Perawatan Awal pada Fase Stabilisasi, yang meliputi:a) pemeriksaan berat badan dan suhu tubuh (aksila)b) memberikan oksigen apabila disertai renjatan atau syokc) menghangatkan tubuhd) memberikan cairan dan makanan sesuai dengan rencanae) memberikan antibiotic sesuai umur

2) Perawatan Lanjutan pada Fase Stabilisasi, yang meliputi:a) melakukan anamnesa untuk konfirmasi kejadian campakdan TB parub) melakukan pemeriksaan umum, meliputi tinggi badan, thorax, abdomen, otot dan jaringan lemakc) melakukan pemeriksaan khusus, meliputi mata, kulit, telinga, hidung, tenggorokand) melakukan pemeriksaan laboratorium, meliputi kadar guladarah dan Hemoglobine) memberikan tindakan meliputi Vitamin A, asam folat, multivitamin tanpa Fe/ ferrum (besi), pengobatan penyakit penyulitf) melakukan stimulasi

3) Perawatan Lanjutan pada Fase Transisi :a) melakukan pemeriksaan berat badanb) memberikan makanan untuk tumbuh kejarc) memberikan multivitamin tanpa Fe (besi)d) melakukan stimulasie) pengobatan penyakit penyulit

4) Perawatan lanjutan pada Fase Rehabilitasi :a) melakukan monitoring tumbuh kembangb) memberikan multivitamin dengan Fe (besi)c) pengobatan penyakit penyulitd) melakukan persiapan pada ibue) melakukan stimulasi

2.11.3 Prosedur tetap penatalaksanaan fase rehabilitasi di puskesmas1) mengkaji berat badan2) observasi keadaan kesehatan3) memberikan makanan secara bertahap4) menentukan kebutuhan enegi dan protein pada anak5) memberikan makanan porsi kecil dan sering6) menganjurkan ASI sampai 2 tahun7) menimbang berat badan anak setiap 2 minggu8) penyuluhan pada orangtua9) menganjurkan keluarga untuk memantau kesehatan secarateratur ke posyandu

2.11.4 Perawatan Tindak Lanjut di Rumah Bagi Anak Gizi BurukSetelah anak pulang dari tempat perawatan, harus dilakukan:1) pemberian makan yang baik, 2) stimulasi tumbuh kembang,3) penyuluhan kepada orang tua untuk kunjungan ulang, pemberian makanan, terapi bermain, serta imunisasi4) pemberian vitamin A5) pemantauan anak di rumahPerawatan fase tindak lanjut bagi anak gizi buruk meliputi :1) Melanjutkan pola pemberian makan yang baik dan stimulasi dilanjutkan di rumah setelah pulang dari rumah sakit2) Memberikan contoh kepada orang tua cara membuat menu dan makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang padat sesuai dengan umur dan berat badan anak3) Memberikan contoh pada orang tua cara terapi bermain4) Menyarankan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering sesuai dengan umur anak5) Menyarankan kepada orang tua untuk membawa control secara teratur yaitu :a) bulan I : 1 x setiap minggub) bulan II : 1x setiap 2 mingguc) bulan III - IV : 1x setiap bulan6) Memberikan imunisasi dasar dan ulangan (booster)7) Memberikan vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali

2.11.5 Cara Memberikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional Pada Anak Gizi BurukPada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, oleh karena itu harus diberikan :a. Kasih sayangb. Lingkungan yang ceriac. Terapi bermain selama 15-30 menit setiap hari, contohnya bermaincilukbad. Aktifitas fisik segera setelah sembuhe. Keterlibatan ibu dalam memberi makan, memandikan, bermain danlain-lain.2.11.6 Pedoman Pemberian Makanan Balita Gizi BurukPemberian makanan bagi anak dengan gizi buruk antara lain :1. Apabila anak belum mencapai umur 2 tahun maka ASI tetap diberikan. Bila selama dirawat anak tidak diberi ASI, maka setelahkembali dari rawat inap anak harus tetap diberi ASI.2. Balita gizi buruk setelah kembali dari rawat inap di Puskesmaas /Rumah Sakit, perlu diikuti dengan pengamatan dan perhatian terusmenerus terhadap kesehatan dan gizi, antara lain denganpemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.3. Pemberian makanan sedapat mungkin dibuat dari bahan makananyang tersedia di rumah tangga, harga murah dan pembuatannyamudah. Disamping itu anak gizi buruk setelah kembali dari rawatinap harus tetap mendapat vitamin A di posyandu dua kali setahundan sirup besi.4. Anak yang menderita gizi buruk biasanya mempunyai masalah pada fungsi alat pencernaan, sehingga dalam pemberianmakanannya memerlukan perhatian khusus. Sebagai patokanyang digunakan dalam pemberian makanan kepada anak giziburuk adalah berat badan, bukan umur.5. Karena sebagian alat pencernaan tubuh anak yang menderita gizi buruk belum berfungsi dengan baik, maka bentuk makanan sampaianak mencapai berat badan 7kg mengikuti bentuk makanan pendamping ASI (MP ASI), berupa makanan cair, lembik dan lunak.6. Petugas harus selalu memantau dan membina melalui konselingdengan cara kunjungan ke rumah tangga paling sedikit sekalidalam seminggu7. Jika anak sudah diberi makan sesuai ketentuan, tetapi dalam satubulan berat badan tidak naik, anak harus segera dirujuk kepuskesmas8. Jika anak sudah mencapai berat badan 7 kg dan telah diberimakanan orang dewasa, akan tetapi berat badannya tidak naik,maka anak harus kembali diberi makanan formula seperti semula9. Dalam mempersiapkan dan memberikan makanan formula, harus selalu dijaga kebersihannya, antara lain : mencuci tangan sebelummemasak, alat makan harus selalu dicuci terlebih dahulu, bahanmakanan harus dimasak, harus selalu menggunakan air yangsudah dimasak10. Bila menggunakan produk hasil industri, gunakan jenis produkmakanan bayi untuk umur 4 bulan keatas, dan untuk anak dibawah4 bulan bila ada indikasi medis anak diberi susu formula.

2.12 KOMPLIKASI GIZI BURUK

Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak.Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.

Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).

Selain itu ada juga komplikasi yang lain,yaitu:

1. HipotemiHipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 C.Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit. Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan).

2. HipoglikemiHipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Padahal kinerja tubuh,terutam otak dan sistem syaraf,membutuhkan glukosa dalam darah yang berasal dari makanan berkarbohidrat dalam kadar yang cukup. Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa,100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan

3. InfeksiInfeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

4. Diare dan DehidrasiDiare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.

5. SyokSyok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupiuntuk kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagaigangguan sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara efektif.

6. ISPAInfeksi saluran napas akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.

7. CacinganCacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh.Penyebab kecacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan cacing tambang.

8. TuberkulosisTuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosi.

9. MalariaMalaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah

2. Tumbuh kembang anak (ghea, keidya, ivan, eba)