Skenario 4 Ttr 7

download Skenario 4 Ttr 7

of 51

Transcript of Skenario 4 Ttr 7

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    1/51

    1

    SKENARIO 4

    Tina, 40 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi karena post coital

    bleeding sejak 6 bulan lalu. Siklus menstruasi normal. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan

    ginekologi dan paps smear. Dari hasil pemeriksaan paps smear dokter menyimpulkan sel cervix

    Tina mengalami dysplasia ringan. Dokter menjelaskan bahwa dysplasia ini dapat berkembangmenjadi kanker cervix jika tidak ditangani dengan baik. Dokter juga menyarankan Tina untuk

    melakukan pemeriksaan paps smear secara berkala. Dari anamnesia lebih lanjut dokter

    mendapatkan informasi bahwa Tina tidak memiliki banyak pasangan, belum pernah mendapatkan

    imunisasi HPV, memiliki 6 anak dan pernah mengalami abortus satu kali dan ternyata saudara

    Tina juga ada yang menderita kanker ovarium

    KLARIFIKASI ISTILAH

    1. Post coital bleeding :Perdarahan yang terjadi setelah/selama hubungan seksual, tidak berhubungan dengan

    menstruasi.

    2. Obstetri :Spesialisasi pembedahan yang menangani pelayanan kesehatan wanita selama masa

    kehamilan, persalinan dan nifas.

    3. Ginekologi :Ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita

    4. Paps smear :Tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan/abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel

    tersebut menjadi kanker.

    5. Sel serviks :Sel serviks yang terdiri dari sel skuamosa, jaringan stroma dan sel thoraks.

    6. Displasia :Suatu keadaan dimana terjadi penambahan sel.

    7. Kanker cervix :Keganasan yang disebabkan oleh HPV yang merangsang perubahan perilaku sel epitel

    serviks.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    2/51

    2

    8. Abortus :Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan pada

    usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

    9. Kanker ovarium :Suatu penyakit dimana ovarium yang terjadi pada wanita yang ditandai denganperkembangan sel-sel abnormal.

    10. Imunisasi HPV :Imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human papiloma virus

    mungkin bisa menurunkan resiko kanker serviks.

    IDENTIFIKASI MASALAH

    1. Tina, 40 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetric dan ginekologi karena postpartum coital bleeding sejak 6 bulan lalu. Siklus menstruasi normal.

    2. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasilpemeriksaan paps smear dokter menyimpulkan sel cervix Tina mengalami dysplasia ringan.

    3. Dokter menjelaskan bahwa dysplasia ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika tidakditangani dengan baik, dokter juga menyarankan Tina untuk melakukan pemeriksaan paps

    smear secara berkala.

    4. Dari anamnesia lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa Tina tidak memilikibanyak pasangan, belum pernah mendapatkan imunisasi HPV, memiliki 6 anak dan pernah

    mengalami abortus satu kali dan ternyata saudara Tina juga ada yang menderita kanker

    ovarium

    ANALISIS MASALAH

    Tina, 40 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetric dan ginekologi karena

    post partum coital bleeding sejak 6 bulan lalu. Siklus menstruasi normal.

    1. Bagaimana mekanisme post coital bleeding?1Jawab :

    - Pada polip serviks : lesi ini berasal dari peradangan meskipun lesi ini membentuktumor yang mungkin menonjol sebagai masa polipoid. Timbul perdangan kronik dapat

    menyebabkan metaplasia sel gepeng pembungkus dan ulserasi. Lesi ini dapat berdarah.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    3/51

    3

    - Pada keganasan serviks : pada sel-sel neoplasma dimana mitosis tinggi sehingga akanterbentuk banyak sel-sel muda. Sel-sel muda ini mengalami gangguan dalam maturasi

    sehingga rapuh dan mudah mengalami ulserasi yang dapat menyebabkan perdarahan

    2.

    Apa penyebab post coital bleeding?

    2 3

    Jawab :

    a. Eksfoliasi jaringan kankerb. Terbukanya pembuluh darahc. Dysplasia serviks : merupakan perubahan pra kanker pada leher Rahim d. Infeksi di vagina atau servikse. Polip serviks massa bertangkai pada serviksf. Kanker leher Rahimg. Endometriosis terutama adenomiosish. Polip Rahimi. Mioma uteri yaitu tumor jinak yang berasal dari dinding otot Rahim.

    3. Bagaimana gejala klinis post coital bleeding?3Jawab :

    Perdarahan terjadi segera setelah koitus Pada pemeriksaan in spekulo tampak tempat, bentuk dan besarnya luka

    4. Penyakit apa saja yang ditandai post coital bleeding?3Jawab :

    Perdarahan sewatu atau setelah koitus dapat merupakan gejala dini dari karsinoma serviks

    uteri, walaupun itu dapat disebabkan pula oleh erosi portio,polip serviksm atau vulnus

    traumatikum postkoitum (himen robek disertai perdarahan dari arteri kecil dari koitus

    pertama, atau pada permukaan forniks posterior )

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    4/51

    4

    5. Apa saja kelainan siklus menstruasi?4Jawab :

    Gangguanhaid dan siklusnya dalam masareproduksi dapat digolongkan dalam :

    1. Kelainan dalam banyaknyadarah dan lamanyaperdarahanpadahaid : Hipermenoreaatau menoragia dan Hipomenorea

    2. Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea;AmenoreaAmenorea dapat dikarenakan aktifitas (latihan) sehingga berdampak pada penurunan

    berat badan. penurunan berat badan yang terjadi pada kasus diatas menyebabkan

    penurunan leptin, leptin ini diproduksi dari lemak, akibatnya berdampak ke

    hypothalamus- hipofisis-ovarium dimana terjadinya penurunan FSH (folikel

    stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) pada tingkat hipofisis sedangkan

    pada ovarium akan terjadi penurunan estrogen.5

    3. Perdarahan di luarhaid : Metroragia4. Gangguan lain yang ada hubungan denganhaid :Pre menstrual tension (ketegangan

    prahaid); Mastodinia; Mittelschmerz (rasanyeripadaovulasi)danDismenorea

    6. Bagaimana endokrinologi siklus menstruasi?6Jawab :

    1. Siklus ovariuma. Fase pertumbuhan folikel

    Pada sekitar permulaan siklus menstruasi konsentrasi FSH dan LH meningkat

    yang akan menyebabkan percepatan pertumbuhan sel teka dan sel granulosa dalam

    sekitar 20 folikel ovarium setiap bulan. Sel teka dan sel granulosa juga

    menyekresikan cairan folikular yang mengandung estrogen. Penimbunan cairan ini

    dalam folikel menyebabkan terbentuknya antrum. Setelah antrum terbentuk, sel

    teka dan sel granulosa terus mengadakan proliferasi , dan setiap folikel yang

    sedang tumbuh menjadi folikel vesicular. Bila folikel ini terus berkembang, sel

    teka dan sel granulosa terus berkembang pada satu kutub folikel. Dalam massa ini

    terletak ovum. Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih, salah satu

    folikel mulai tumbuh keluar dari semua lumen, sisanya mulai mengalami involusi

    (atresia). Hal ini disebabkan folikel yang berkembang pesat menyekresikan lebih

    banyak estrogen sehingga menimbulkan penghambatan umpn balik sekresi

    http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/reproduksi/http://www.lusa.web.id/tag/kelainan/http://www.lusa.web.id/tag/darah/http://www.lusa.web.id/tag/perdarahan/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/kelainan/http://www.lusa.web.id/tag/amenorea/http://www.lusa.web.id/tag/perdarahan/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/pre-menstrual-tension/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/nyeri/http://www.lusa.web.id/tag/ovulasi/http://www.lusa.web.id/tag/dismenorea/http://www.lusa.web.id/tag/dismenorea/http://www.lusa.web.id/tag/ovulasi/http://www.lusa.web.id/tag/nyeri/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/pre-menstrual-tension/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/perdarahan/http://www.lusa.web.id/tag/amenorea/http://www.lusa.web.id/tag/kelainan/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/perdarahan/http://www.lusa.web.id/tag/darah/http://www.lusa.web.id/tag/kelainan/http://www.lusa.web.id/tag/reproduksi/http://www.lusa.web.id/tag/haid/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/
  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    5/51

    5

    hormone gonadotropin FSH. Kekurangan rangsangan FSH pada folikel yang tidak

    berkembang inilah yang menyebabkan folikel atresia.

    b. Fase ovulasiDengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan oleh karena

    pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel makinterdesak kepermukaan ovarium, malahan menonjol keluar. Sel-sel pada permukaan ovarium

    menjadi tipis, folikel pecah dan keluarlah cairan dari folikel bersama-sama ovum

    yang dikelilingi sel-sel kumulus oofurus.

    Ovulasi terjadi pada hari ke 14 setelah timbulnya menstruasi.

    c. Fase LutealSelama hari terakhir sebelum ovulasi dan diteruskan selama sehari atau lebih

    setelah ovulasi dibawah rangsangan hormon luteinisasi, sel-sel teka dan sel

    granulose mengalami luteinisasi. Jadi massa sel yang masih tetap pada tempat

    folikel yang pecah menjadi korpus luteum yang menyekresikan hormone

    progesterone dan estrogen. Setelah itu ia mulai mengalami involusi dan

    kehilangan fungsi sekresinya serta sifat lipidnya sekitar 12 hari setelah ovulasi

    yang kemudian menjadi korpus albikans.

    2. Siklus endometriuma. Fase Proliferasi (fase estrogen)

    Setelah menstruasi hanya lapisan tipis stroma endometrium tersisa pada basis

    endometrium asli, dan satu-satu nya sel epitel yang tertinggal terletak pada bagian

    dalam sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Di bawah pengaruh estrogen

    yang sekresinya ditingkatkan oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium,

    sel-sel stroma dan sel-sel epitel dengan cepat berproliferasi. Permukaan

    endometrium mengalami reepitelisasi dalam 3-7 hari setelah permulaan

    menstruasi

    b. Fase Sekresi (fase progesterone)Selam separuh terakhir siklus seksual, progesterone dan estrogen disekresikan

    dalam jumlah besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan proliferasi sel

    tambahan dan progesterone menyebabkan pembengkakan hebat dan pembentukan

    sekresi endometrium. Kelenjar tambah berkelok-kelok, zat yang disekresikan

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    6/51

    6

    tertimbun dalam sel epitel kelenjar, dan kelenjar menyekresikan sedikit cairan

    endometrium.

    c. Fase menstruasiMenstruasi disebabkan oleh karena penurunan mendadak progesterone dan

    estrogen pada akhir siklus haid ovarium. Selama menstruasi normal, sekitar 35 mldarah dan 35 ml cairan serosa hilang

    7. Bagaimana penegakan diagnosis post coital bleeding?3Jawab :

    Ditemukan lendir darah sesaat setelah berhubungan.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    7/51

    7

    Dokter kemudian melakukan pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasil

    pemeriksaan paps smear dokter menyimpulkan sel cervix tina mengalami dysplasia

    ringan.

    1.

    Bagaimana tujuan dan manfaat pemeriksaan ginekologi?

    7

    Jawab:

    Untuk mengetahui kesehatan alat reproduksi wanita Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis

    2. Bagaimana cara pemeriksaan ginekologi?7Jawab :

    No Langkah

    1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan dan imformed consent3. Persiapkan alat yang dibutuhkan : sarung tangan steril, kapas DTT, pelumas/jelli,

    speculum, larutan klorin 0,5 %

    4. Cuci tangan dan kenakan handscoon5. Persilahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi dan pemeriksa berdiri

    didepan vulva

    6. Lakukan tindakan aseptic antiseptic pada vulva dengan menggunakab kapassublimat dari arah atas ke bawah

    Inspeksi :

    7. Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, danperineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)

    Inspekulo :

    8. Beri pelumas/jelli pada speculum , usahakan speculum telah dihangatkan9. Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai

    meatus uretra eksternum

    10. Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hunggaserviks terlihat jelas

    11. Kencangkan/kunci speculum

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    8/51

    8

    12. Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan13. Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula

    (miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar

    Pemeriksaan bimanual :

    14. Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah15. Ibu jari dan telunjuk tanagn kiri membuka labia16. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah

    komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk

    17. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkankeatas sympisis untuk memfiksasi uterus

    18. Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio19.

    Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekanm benjolan

    20. Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatasperut

    Nilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas

    21. Keluarkan tangan pelan-pelan22. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam

    keadaan terbalik

    3. Apa indikasi pemeriksaan ginekologi?7Jawab :

    Indikasi :

    - Infeksi alat genital- Perdarahan pervaginam- Ada masa di alat genital

    4. Apa tujuan dan manfaat paps smear?8Jawab :

    a. Dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini dari karsinoma servisis uteri dankarsinoma korposis uteri.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    9/51

    9

    b. Secara tidak langsung dapat dipakai untuk mengetahui fungsi hormonal karenapengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan perubahan-perubahan khas pada

    sel-sel selaput vagina.

    c. Maturitas kehamilan dapat pula ditentukan dengan cara ini walaupun hasilnya tidakselalu memuaskan.

    d. Deteksi ke arah peradangan seperti servisitis, colpitis bila leukosit dan limfositmeningkat.

    5. Bagaimana cara melakukan paps smear?Jawab :

    Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis maupunbidan/paramedis.

    Sedangkan yang memproses sampel adalah analis/ teknisi laboratoriun mendiagnosa hasil adalah ahlipatologianatomi (dokter spesialis PA). Sarana prasarana yang diperlukan dalampemeriksaanpap smear antara lain : ruangan

    khusus, meja ginekologi, tenaga ahli dan terampil, spekulum steril, peralatan yang

    menunjang untukpemeriksaanPap Smear (spatula, obyek glass,cairan untuk fiksasi,

    tabung fiksasi, mikroskop), alat tulis (misal spidol marker, label, pensil), formulirPap

    Smear, medical records, laboratorium sitologi dengan petugas terampil/ ahli dalam

    menginterpretasikan hasil, transportasipengiriman hasilPap Smear,sistem informasi

    untuk meyakinkanklien dalam melakukan kunjungan ulang,kualitas sistem asuransi

    untuk memaksimalkan keakuratan.

    Fiksasi Sampel

    Fiksasi sampel adalah cara mengawetkan sampel dengan bahan kimia tertentu

    agar sel yang terkandung dalam sampel tidak rusak/ lisis. Bahan kimia untuk fiksasi

    antara lain : alkohol 96 %, alkohol 70 %, methanol, alkohol 50 %, eitheralkohol 95 %.

    Bahan kimia yang biasa digunakan untukfiksasi sampel adalah alkohol 96%.

    http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/tag/medis/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iv-patologi/http://www.lusa.web.id/category/anatomi/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/cairan/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/pengiriman/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/informasi/http://www.lusa.web.id/tag/klien/http://www.lusa.web.id/tag/kunjungan-ulang/http://www.lusa.web.id/tag/kualitas/http://www.lusa.web.id/tag/fiksasi-sampel/http://www.lusa.web.id/tag/fiksasi-sampel/http://www.lusa.web.id/tag/fiksasi-sampel/http://www.lusa.web.id/tag/fiksasi-sampel/http://www.lusa.web.id/tag/fiksasi-sampel/http://www.lusa.web.id/tag/fiksasi-sampel/http://www.lusa.web.id/tag/kualitas/http://www.lusa.web.id/tag/kunjungan-ulang/http://www.lusa.web.id/tag/klien/http://www.lusa.web.id/tag/informasi/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/pengiriman/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/cairan/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/category/anatomi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iv-patologi/http://www.lusa.web.id/tag/medis/http://www.lusa.web.id/
  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    10/51

    10

    Alat Pengambilan Sampel

    Alat pengambilan sampel untukpap smear dengan menggunakan spatula yang

    dapat terbuat dari kayu maupun plastik.Jenis spatula antara lain : cervix brush, cytobrush,

    plastic spatula, maupun wooden spatula.

    TeknikpemeriksaanPap smear

    o Dua hari menjelangpemeriksaan,ibu dilarang melakukansenggama maupunmemakaiobat-obatan yang dimasukkan ke dalam liangsenggama.Waktu yang

    baik untukpemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesaimenstruasi.

    o Terlebih dahulu mengisiinformed consent dan formulirPap Smear secara lengkapdan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan.

    o Ibu dalam posisi litotomi, pasang spekulumvagina tanpa menggunakan pelicin,dan tanpa melakukanperiksa dalam sebelumnya. Setelah portio tampak, maka

    spatula dimasukkan ke dalamkanalis servikalis,lalu spatula diputar 180 searah

    jarum jam.

    o Spatula dengan ujungpendek diusap 360 pada permukaanserviks.o Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam.

    Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam

    larutan alkohol 96% selama 30 menit.

    o Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirimsecara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol.

    Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke AhliPatologiAnatomi untuk diperiksa.

    6. Apa indikasi dan kontraindikasi paps smear?Indikasi

    The American College of Obstetricians and Gynecologist telah merekomendasikan

    sebabaiberikut :

    Skrining pertama kali : kurang lebih 3 tahun setelah hubungan intim yang pertamakali atausejak usia 21 tahun jika saat itu melakukan hubungan yang pertama kali.

    Wanita sampai umur 30 tahun, skrining dilakukan setahun sekali. Wanita usia 30 tahun ke atas:

    http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/jenis/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/tag/senggama/http://www.lusa.web.id/tag/obat-obatan/http://www.lusa.web.id/tag/senggama/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/tag/menstruasi/http://www.lusa.web.id/tag/informed-consent/http://www.lusa.web.id/tag/informed-consent/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/vagina/http://www.lusa.web.id/tag/periksa/http://www.lusa.web.id/tag/kanalis-servikalis/http://www.lusa.web.id/tag/pendek/http://www.lusa.web.id/tag/serviks/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iv-patologi/http://www.lusa.web.id/category/anatomi/http://www.lusa.web.id/category/anatomi/http://www.lusa.web.id/category/askeb-iv-patologi/http://www.lusa.web.id/tag/serviks/http://www.lusa.web.id/tag/pendek/http://www.lusa.web.id/tag/kanalis-servikalis/http://www.lusa.web.id/tag/periksa/http://www.lusa.web.id/tag/vagina/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/informed-consent/http://www.lusa.web.id/tag/menstruasi/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/tag/senggama/http://www.lusa.web.id/tag/obat-obatan/http://www.lusa.web.id/tag/senggama/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/pap-smear/http://www.lusa.web.id/tag/pemeriksaan/http://www.lusa.web.id/tag/jenis/http://www.lusa.web.id/pap-smear/
  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    11/51

    11

    a. Skrining tiap 2-3 tahun apabila hasil sitologi servikal 3 tahun berturut-turutnegatif ataukombinasi hasil sitologi servikal dan pemeriksaan risiko tinggi HPV

    negatif.

    b. Skrining lebih sering dilakukan pada pasien-pasien dengan hasil Pap positifataudengan tes risiko tinggi HPV positif, infeksi HIV, pasien-pasien denganimunosupresi,mendapat paparan dietilstilbestrol (DES) in utero, mempunyai

    riwayat kanker serviikssebelumnya.

    Wanita dengan histerektomi: skrining rutin tidak dilanjutkan apabila serviks telahdiangkatdan tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang abnormal atau ke arah keganasan.

    Apabilawanita tersebut memiliki riwayat pertumbuhan sel yang abnormal, maka

    skriningdilakukan setiap tahun ; pada beberapa pasien skrining tidak dilanjutkan

    apabila hasil tessitologi vagina 3 kali berturut-turut hasilnya negatif.

    Wanita yang lebih tua: The American Cancer Society merekomendasikan bahwaskrining tidak dilanjutkan pada wanita yang berusia lebih dari 70 tahun apabila

    hasilpemeriksaan Pap smear 3 kali berturut-turut negative dan hasil Pap smear 10

    tahunsebelumnya juga negatif.The American Cancer Society menyatakan bahwa Pap smear

    harus diteruskan pada wanitasehat yang memiliki riwayat kanker serviks, eksposur

    dietilstilbestrol (DES) in utero, infeksiHIV atau dengan kelemahan sistem imun.

    Dokter menjelaskan bahwa dysplasia ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika

    tidak ditangani dengan baik, dokter juga menyarankan Tina untuk melakukan

    pemeriksaan paps smear secara berkala.

    1. Apa saja jenis-jenis dysplasia?9Jawab :

    - Displasia ringan- Displasia sedang- Displasia berat

    2. Bagaimana interpretasi hasil paps smear?8 10Jawab :

    1. Kelas I berarti negative ( tidak ditemukan selsel ganas)

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    12/51

    12

    2. Kelas II berarti ada selsel atipik, akan tetapi tidak mencurigakan3. Kelas III berarti ada selsel atipik , dicurigai keganasan4. Kelas IV ada kemungkinan tumor ganas5. Kelas V berarti jelas tumor ganas7

    1. Negative : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitology dalam 1 tahunlagi

    2. Inkonklusif : sediaan tidak memuaskan. Disebabkan fiksasi tidak baik, tidakditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi

    pemeriksaan sitology setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya

    3. Dysplasia : terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopis. Derajatringan, sedang, sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfrimasi dengan kolposkopi

    dan biopsy. Lakukan pnanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan

    berikutnya

    4. Positif : terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopis. Harus dilakukanbiopsy uantuk memastkian diagnosis. Penanganan harus dilakukan dirumah sakit

    rujukan dengan seorang ahli onkologi

    5. HPV : pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negative atau dysplasia.Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi dan ulangi pap smear.

    9

    3. Apa saja proses (mekanisme) displasia?11Jawab :

    Aktivitas seksual HPV(tergantung status imun, kerentanan genetic, faktor lain)

    Intergrasi virus HPV resiko tinggi (16,18) CIN (jika terjadi infeksi persisten)

    CIN derajat berat

    4. Apa etiologi dan factor resiko dysplasia? 12Jawab :

    Demographic risk factors

    Ethnicity (Latin American countries, U.S. minorities)

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    13/51

    13

    Low socioeconomic status

    Age

    Behavioral risk factors

    Infrequent or absent cancerscreening Pap tests

    Early coitarche

    Multiple sexual partners

    Male partner who has had multiple sexual partners

    Tobacco smoking

    Dietary deficiencies

    Medical risk factors

    Cervicalhigh-risk human papillomavirus infection

    Parity

    Immunosuppression

    5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk menentukan dysplasia?13Jawab :

    sitopatologi

    6. Bagaimana gambaran histopatologi dysplasia? 9 14Jawab :

    Sel skuamosa normal: sel-sel besar dengan inti kecil. Maturasi baik Displasia ringan : Sedikit peningkatan ukuran inti. Maturasi tidak berjalan baik Displasia berat : Inti besar, Maturasi tidak ada Karsinoma invasive : inti regular, perbedaan nyata dalam ukuran sel, invasi melalui

    membrane basal.14

    a. CIN 1 (dysplasia ringan) atau kondiloma datar :- perubahan koilositotik, terutama di lapisan superfisial epitel

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    14/51

    14

    b. CIN II (dysplasia sedang) :- mengenai sebagian besar lapisan epitel, variasi dalam bentuk sel dan nucleus

    serta dengan mitosis normal di atas lapisan basal.

    - Terdapat maturasi epitel-

    Lapisan sel superfisial masih berdiferensiasi baik baik,- Pada beberapa kasus lapisan ini memperlihatkan perubahan koilositotik.

    c. CIN III ( dysplasia berat dan karsinoma in situ) :-ukuran sel dan nucleus yang lebih bervariasi-kekacauan orientasi sel-mitosis normal atau abnormal-Perubahan hampir mengenai semua lapisan epitel dan ditandai dengan hilangnyapematangan.

    -Diferensiasi sel permukaan dan gambaran koilositotik biasanya telah lenyap.-Jika perubahan displastik menjadi lebih atipikal dan mungkin meluas ke dalam

    endoserviks, tetapi masih terbatas di lapisan epitel dan kelenjarnya, menyebabkan

    karsinoma insitu.9

    7. Apa tatalaksana dysplasia?12Jawab :

    Ada 2 kategori berupa :

    - Obeservasi- Intervesi : Ablasi dan eksisi

    8. Apa komplikasi dysplasia?9 15Jawab :

    Komplikasi dysplasia

    - Lesi prekanker- Kanker serviks

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    15/51

    15

    9. Mengapa dari displasi ringan bisa berkembang menjadi kanker serviks?9 16Jawab :

    Servix dilapisi oleh 2 macam epitel yaitu epitel squamosa dan epitel kolumner. Epitel

    squamosa menutupi serviks bagian luar dan epitel kolumner menutupi kanalis servikalis

    Epitel squamosa dan epitel kolumner bertemu membentuk sambungan squamokolumner (SSK ).

    Dengan adanya pH vagina yang rendah dapat terjadi perubahan epitel kolumner

    menjadi epitel squamosa, perubahan tersebut dinamakan metaplasia. Proses metaplasia ini

    dianggap sebagai peristiwa normal dan terjadi pada kebanyakan wanita. Epitel squamosa

    yang terjadi akibat proses metaplasia disebut epitel squamosa metaplastik dan daerah

    yang terjadi akibat metaplasia disebut zone transpormasi.

    Jika terdapat mutagen pada serviks seperti sperma yang mengandung virus HSV tipe

    2, klamidia dan HPV pada saat fase aktif atau fase awal dari metaplasia, maka sel-sel

    metaplastik dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas dan dapat menyebabkan

    kelainan yang disebut displasia. Displasia yang terjadi dari yang ringan, sedang, berat dan

    selanjutnya dapat berkembang menjadi kanker serviks jika daya tahan tubuh tidak dapat

    mengatasi sel-sel tersebut. Perubahan dari displasia ringan ke sedang dan selanjutnya

    membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 3 5 tahun sehimgga kita mempunyai

    waktu untuk melakukan deteksi dini dengan Pap smear.

    10.Bagaimana cara deteksi dini kanker serviks?17Jawab :

    1. Paps smear. Tes pap direkomendasikan pada saat mulai melakukan aktivitas seksualatau setelah menikah. Bagi kelompok perempuan yang berisiko tinggi (infeksi hPV,

    HIV,kehidupan seksual berisiko) dianjurkan pemeriksaantes pap setip tahun.

    2. Tes inspeksi visual asam asetat.

    11.Apa etiologi dan factor resiko kanker serviks?10 17Jawab :

    EtiologiPenyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui. Factor ekstrinsik yang

    diduga berhubungan dengan insidens karsinoma serviks uteri adalah smegma, infeksi

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    16/51

    16

    virus human papiloma virus (HPV) dan spermatozoa.Karsinoma serviks uteri timbul

    disambungan skuamokolumner serviks.

    Faktor resikoFaktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah prilaku seksual

    berupa mitra seks multiple, paritas, nutrisi, rokok, dll. Karsinoma servik dapattumbuh aksofitik, endofitik, atau ulseratif.

    9

    Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya

    mempunyai hubungan erat dengan sejumlah factor ekstrinsik, diantaranya yang penting :

    jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin

    daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami

    pada usia amat muda (

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    17/51

    17

    - Gejala umum : perdarahan pervagina dan keputihan- Jika penyakit berlanjut : keluar cairan vagina yang berbai busuk, nyeri panggul,

    nyeri pinggang dan panggul

    14.Bagaimana cara penegakan diagnosis kanker serviks?

    17

    Jawab :

    Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan klinis meliputi

    Anamnesis Pemeriksaan fisik dan ginekologi, termasuk evaluasi KGB, pemeriksaan panggul

    dan pemeriksaan rektal

    Pemeriksaan penunjang :a. Tes pap smears : untuk skrinningb. Biposi : untuk memastikan / diagnosis pasti kanker serviksc. Pemeriksaan radiologi berupa foto paru-paru, pielografi intravena atau CT

    scan : untuk melihat perluasan penyakit serta menyingkirkan adanya obstruksi

    ureter

    d. Pemeriksaan laboratorium Klinik, berupa pemeriksaan darah tepi, tes fungsiginjal dan tes fungsi hati : untuk mengevaluas fungsi organ serta menentukan

    jenis pengobatan yang akan diberikan.

    15.Bagaimana pathogenesis kanker serviks?10Jawab :

    Aktivitas seksual HPV(tergantung status imun, kerentanan genetic, faktor lain)

    Intergrasi virus HPV resiko tinggi (16,18) CIN (jika terjadi infeksi persisten)

    CIN derajat berat kanker serviks

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    18/51

    18

    16.Apa saja stadium kanker serviks?2Jawab :

    17.Bagaimana tatalaksana kanker serviks?10Jawab :

    Pemilihan metode terapi berdasarkan pembagian stadium klinis, derajat

    diferensiasi patologis, ukuran tumor.

    Tingkat Penatalaksanaan

    0 - Biopsy kerucut- Histeroktomi transvaginal

    Ia - Biopsy kerucut- Histeroktomi transvaginal

    Ib, IIa Histeroktomi radikal dengan limfadenopati

    panggul dan evaluasi kelenjar limfe

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    19/51

    19

    paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan

    radioterapi pasca pembedahan)

    IIb, III dan IV Histeroktomi transvaginal

    Iva dan IVb Radioterapi

    Radiasi paliatifKemoterapi

    1. Terapi Operasi tindakan kuratif pada kanker serviks stadium awal.

    Ia1: dengan histerektomi (pengangkatan uterus) total, bila perlu konservasi fungsireproduksi, dapat dengan konisasi (pengeluaran sebagian jaringan serviks

    sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan

    kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut)

    Ia2: dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan kelenjar limfekavum pelvis bilateral

    Ib1 IIa: dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikalditambah pemberishan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral; pasien usia muda

    dapat mempertahankan ovary.

    2. Radioterapia. Radioterapi radikal

    Sesuai untuk karsinoma serviks uteri stadium IIb IV. Tujuannya adalah agar lesi

    primer serviks uteri dan lesi sekunder yang mungkin timbul semuanya mendapat

    dosis radiasi maksimal, tapi tidak melebihi dosis toleransi radiasi organ dalam

    abdomen dan pelvis

    b. Radioterapi praoperasiDigunakan untuk stadium Ib2/IIa atau tumor serviks tipe tumbuh ke dalam,

    kanalis servikalis sangat jelas membesar. Radioterapi membuat lesi mengecil,

    meningkatkan keberhasilan operasi, menurunkan vitalitas sel kanker danpenyebaran intraoperatif, sehingga mengurangi risiko timbulnya rekurensi sentral.

    c. Radioterapi pascaoperasiUntuk pasien yang secara patologik terbukti terdapat metastasis di kelenjar limfe

    kavum pelvis, kelenjar limfe para-aorta abdominal, jaringan parametrium, tumor

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    20/51

    20

    menginvasi lapisan otot dalam serviks uteri, tampak tumor residif di vagina

    residual.

    3. KemoterapiTerutama digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan lanjut pra-operasi atau

    kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor ukuran besar, relative sulit diangkat secaraoperasi, kemoterapi dapat mengecilkan tumor, meningkatkan keberhasilan operasi.

    Terhadap pasien radioterapi, tambahan kemoterapi yang sesuai dapat meningkatkan

    sensitivitas terhadap radiasi; sedangkan bagi pasien stadium lanjut yang tidak sesuai

    untuk operasi atau radioterapi, kemoterapi dapat membawa efek paliatif.

    Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif. Pemberian

    kemoterapi dapat dipertimbangkan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah

    penanganan lengkap, dapat dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan

    prosesnya masih terbatas pada panggul. Jika operasi tak mungkin dilakukan, harus

    dipilih kemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi. Menggunakan bentuk regimen

    yang terdiri dari kombinasi beberapa sitostatika (polikemoterapi). Jika terapi terdahulu

    adalah operasi, sebaiknya dilakukan penyinaran jika prosesnya masih terbatas dalam

    panggul (lokoregional). Bila penyebaran sudah lanjut, pilih kemoterapi.

    18.Bagaimana komplikasi kanker serviks?10 17Jawab :

    Dapat mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam,

    yaitu :

    1. Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya.2. Melalui pembuluh darah (hematogen)3. Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan

    rectum.

    Penyebaran jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe terutama ke paru-paru,

    kelenjar getah bening mediastinum dan supraklavikuler, tulang dan hati. Penyebaran ke

    paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada.

    Kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula terutama sebelah kiri.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    21/51

    21

    19.Bagaimana pencegahan kanker serviks?15 17Jawab :

    Pencegahan

    Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks diperlukan upaya

    pencegahan-pencegahan sebagai berikut :

    Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kontakdengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi padaproses karsinogen.

    Pencegahan sekunder, termasuk skrining dandeteksi dini untuk menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.

    Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dankematian awal.

    Dengan deteksi sedini mungkin infeksi HPV, dengan melakukan program skrining

    minimal 5 tahun sekali setelah pertama kali berhubungan seksual.

    20.Bagaimana prognosis kanker serviks?16 18Jawab :

    Faktor yang menentukan prognosis adalah :

    1. Umur penderita2. Keadaan umum3. Tingkat klinik keganasan4. Ciri-ciri hitologik sel tumor5. Kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani6. Sarana pengobatan yang ada

    Angka ketahanan hidup (AKH) 5 Tahun menurut data international adalah sebagai

    berikut:

    Tingkat AKH 5 TAHUN

    T1S Hampir 100%

    T1 70-85%

    http://www.lusa.web.id/tag/kanker/http://www.lusa.web.id/tag/serviks/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/deteksi-dini/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/pengobatan/http://www.lusa.web.id/tag/komplikasi/http://www.lusa.web.id/tag/kematian/http://www.lusa.web.id/tag/kematian/http://www.lusa.web.id/tag/komplikasi/http://www.lusa.web.id/tag/pengobatan/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/deteksi-dini/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/proses/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/pencegahan/http://www.lusa.web.id/tag/serviks/http://www.lusa.web.id/tag/kanker/
  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    22/51

    22

    T2 40-60%

    T3 30-40%

    T4 < 10%

    PROGNOSIS

    Pada pengobatan kanker tidak ada istilah sembuh kecuali kita temukan kanker serviks

    pada stadium 0. Kalau sudah stadium I keatas yang ada harapan hidup dalam 5 tahun.

    Oleh karena itu kita perlu untuk melakukan deteksi dini untuk menemukan kanker serviks

    sedini mungkin, kalau bisa pada lesi pra kanker

    Stadium 0 100% sembuh Stadium I angka harapan hidup 5 tahun 80% Stadium II angka harapan hidup 5 tahun 60% Stadium III angka harapan hidup 5 tahun 30% Stadium IV angka harapan hidup 5 tahun < 10%

    Prognosis keseluruhan untuk semua kanker serviks selama kehamilan mungkin setara

    dengan prognosis untuk wanita tidak hamil (Sood dan Sorosky, 1998). Hasil-hasil dari

    beberapa laporan yang diterbitkan diperlihatkan pada tabel 57-4. Agregat ini

    mengisyaratkan tidak adanya perbedaan dalam angka harapan hidup antara wanita hamil

    dan tidak hamil. Tabel ii juga mencakup 49 kasus kanker stadium IB yang dilaporkan oleh

    Nisker dan Shubat (1983). Para peneliti ini mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun

    hanya 70 persen dibandingkan dengan 87 persen pada wanita tidak hamil dengan stadium

    yang sama. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh penentuan stadium yang lebih rendah

    daripada sebenarnya (understaging) pada kehamilan.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    23/51

    23

    Dari anamnesia lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa Tina tidak memiliki

    banyak pasangan, belum pernah mendapatkan imunisasi HPV, memiliki 6 anak dan

    pernah mengalami abortus satu kali dan ternyata saudara Tina juga ada yang menderita

    kanker ovarium

    1. Kapan imunisasi HPV diberikan? 20Jawab :

    Vaksin sebaiknya dilakukan sejak masa remaja, yaitu sejak usia 10 tahun pada

    orang Indonesia dengan jadwal vaksinasi bulan ke-0, 1, dan 6. Pada usia ini anak sudah

    mulai memasuki masa reproduktif dan belum terkontaminasi oleh virus HPV. Sehingga

    dengan vaksinasi, respons titer antibodi yang terbentu jauh lebih tinggi dibandingkan usia

    dewasa

    Berdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan usia antara 9-26 tahun

    (rekomendasi FDA-US). Populasi target tergantung usia awal hubungan seksual (di

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    24/51

    24

    negara Uni Eropa usia 15 tahun, Italia usia 20 tahun, di Czech 29 tahun, Portugal usia 18

    tahun hanya 25% dan di Iceland 72%).

    ISGO vaccination guidelines

    Vaksin diberikan pada kelompok 10-55 tahun dan dapat dikelompokkan menjadi- Kelompok 10-12 tahun (sekolah dasar)- 13-15 (SMP)- 16-25 (SMA atau Perguruan Tinggi)- 26-55

    Pada usia 26-55 tahun dapat diberikan setelahhasil tes pap (-) dan IVA (-)

    2. Apa makna klinis ditanyakan : tidak memiliki banyak pasangan dan belum pernahimunisasi HPV?

    Jawab :

    Untuk membantu dalam proses diagnosis penyakit , kemungkinan apa yang dimaksudkan

    disini, berganti ganti pasangan dan tidak mendapatkan imunisasi merupakan factor resiko

    terjadinya penyakit HPV

    3. Apa tujuan dan manfaat dari imunisasi HPV?20Jawab :

    Tujuan

    Mencegah infeksi HPV 16, 18 (karsinogen kanker serviks), Vaksinasi tidak bertujuan

    untuk terapi.

    Manfaat

    Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin quadrivalen berkisar 36 bulan.

    Vaksinasi HPV memberi perlindungan terhadap infeksi HPV sebesar 89%.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    25/51

    25

    4. Bagaimana mekanisme kerja dari imunisasi HPV?20Jawab :

    Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like protein) yang

    merupakan hasil cloning dari L1 (viral capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik

    kuat.

    5. Apa indikasi dari pemberian imunisasi HPV?20Jawab :

    Indikai Imunisai HPV

    Indikasi :Perempuan yang belum terinfeksi HPV 16 dan HPV 18. Usia pemberian vaksin

    (disarankan usia >12 tahun). Belum cukup data efektivitas pemberian vaksin HPV

    pada laki-laki.

    Target :Berdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan usia antara 9-26 tahun

    (rekomendasi FDA-US). Populasi target tergantung usia awal hubungan seksual (di

    negara Uni Eropa usia 15 tahun, Italia usia 20 tahun, di Czech 29 tahun, Portugal usia

    18 tahun hanya 25% dan di Iceland 72%).

    Kontraindikasi :Vaksinasi pada ibu hamil tidak dianjurkan, sebaiknya vaksinasi diberikan setelah

    persalinan. Sedangkan pada ibu menyusui vaksinasi belum direkomendasikan.

    Hipersensitivitas.

    6. Apa dampak tidak di berikan imunisasi HPV?20Jawab :

    Pemberian vaksin HPV dapat mencegah penyakit genital dan kanker serviks, apabila tidak

    diberikan maka akan beresiko mudah terinfeksi virus HPV dan kanker serviks. Akan

    tetapi, jika wanita sudah terinfeksi oleh HPV maka vaksin tidak dapat mencegah penyakit

    dari tipe HPV yang terinfeksi.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    26/51

    26

    7. Apa saja etiologi dan factor resiko abortus?21Jawab :

    Etiologi

    1. Factor janin Perkembangan zigot abnormal Kelainan kromosom

    2. Factor ibu penyakit sistemik

    o Infeksio Penyakit debilitas kroniko Kelainan endokrin Hipotiroidisme Diabetes militus

    Defisiensi progesterone Nutrisi Pemakaian obat dan factor lingkungan : Temnbakau, kafein,radiasi,kontrasepsi Factor imunologis : factor auto imun ,factor aloimun Trombofilia herediter

    Gamet yang menua Laparotomi Trauma fisik Cacat uterus

    8. Apa saja jenis-jenis abortus?21Jawab :

    1. Abortus Spontan

    Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,

    maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah

    keguguran (miscarriage). Dibagi menjadi lima subkelompok diantaranya:

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    27/51

    27

    Abortus Iminens: Apabila terjadi perdarahan per vaginam pada paruh pertamakehamilan. Sangat sering dijumpai, satu dari empat atau lima wanita.

    Abortus Inevitable (Tidak terhindarkan): Ditandai oleh pecah ketuban yang nyatadisertai pembukaan serviks.

    Abortus Inkomplet: Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu,janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar

    secara terpisah. Apabila plasenta seluruhnya atau sebagian tertahan di uterus,

    cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus

    inkomplet.

    Missed Abortion: Retensi hasil konsepsi yang telah meninggal in utero selamabeberapa minggu.

    Abortus Rekuren: Abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih.

    2. Abortus TerinduksiTerminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel)

    karena beberapa indikasi.

    Abortus elektif (volunter): Intersi kehamilan sebelum janin mampu hidup ataspermintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas alasan penyakit janin atau

    gangguan kesehatan ibu.

    Abortus Septik: Penyulit serius pada abortus yang umumnya terjadi akibat abortuskriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut

    permanen pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi lebih kecil.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    28/51

    28

    9. Apa pemeriksaan penunjang abortus?21Jawab :

    Pemeriksaan penunjang :

    1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematocrit, golongan darah serta reaksisilang analisis gas darah, kultur darah

    2. Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup,bahkan 2-3 minggusetelah abortus3. Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. USG

    membantu dokter untuk memeriksa dtak jantung janin dan menentukan apakah

    embrio berkembang normal.

    4. Pemeriksaan kadar fibrogen darah pada missed abortion

    10.Bagaimana tatalaksan abortus?22Jawab :

    Pada keadaan iminens, tirah baring tidak memberikan hasil lebih baik (IA), namundianjurkan untuk membatasi aktivitas. Upayakan untuk meminimalkan

    kemungkinan rangsangan prostatglandin. Tidak dianjurkan terapi dengan hormone

    esterogen dan progesterone. Dapat diindikasikan sirklase serviks pada trimester

    kedua untuk pasien dengan inkompetensia serviks.

    Pada keadaan insipiens, umumnya harus dirawat. Karena tidak ada kemungkinankelangsungan hidup bagi janin, maka dapat diberikan misoprostol untuk

    mengeluarkan konsepsi, analgetik mungkin diberikan. Demikian pula, setelah

    janin lahir, kuretase mungkin dilakukan.

    Pada keadaan inkompletus, apabila bagian hasil konsepsi telah keluar atauperdarahan menjadi berlebih, maka evaluasi hasil konsepsi segera diindikasikan

    untuk meminimalkan perdarahan dan resiko infeksi pelvis. Sebaiknya evakuasi

    dilakukan dengan aspirasi vakum, karena tidak memerlukan anastesi.

    Missed abortion sebaiknya di rawat di rumah sakit karena memerlukan kuretase danada kemungkinan perdarahan banyak serta resiko transfuse.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    29/51

    29

    11.Apa saja komplikasi abortus?10Jawab :

    Perdarahan, perforasi, syok dan sepsis. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan

    pembekuan darah

    12.Bagaimana prognosis abortus?21Jawab :

    Selain pada kasus antibody antifosfolipid dan serviks inkompeten, angka kesembuhan

    setelah tiga kali abortus berturut-turt berkisar antara 70-85 persen, apapun terapinya.

    Angka kematian janin akan lebih tinggi, tetapi tidak jauh lebih tinggi jika dibandingkan

    dengan kehamilan secara umum. Bahkan, warburton dan Fraser (1944) melaporkan

    bahwa kemungkinan abortus rekuren adalah 25-30 persen berapapun jumlah abortus

    sebelumnya. Poland dkk (1997) mencatat bahwa apabila seseorang wanita pernah

    melahirkan bayi hidup, resiko untuk setiap abortus rekuren adalah sekitar 30 %. Namun

    apabila wanita belum pernah melahirkan bayi hidup dan pernah mengalami paling seikit

    satu kali abortus spontan, resiko abortus adalah 46 %. Wanita dengan abortus spontan 3 x

    atau lebih beresiko lebih besar mengalami perlahiran preterm, plasenta previa, presentasi

    bokong, dan malformasi janin pada kehamilan berikutnya

    13.Apa indikasi dan kontraindikasi kuretase dan dilatasi?23Jawab :

    Indikasi vital dan indikasi sosial

    14.Apa manfaat dan tujuan kuretase dan dilatasi?24 25Jawab :

    Manfaat :

    Membersihkan hasil konsepsi

    Tujuan :

    Diagnostic dan sebagai terapi untuk perdarahan uterus yang abnormal dan abortusinkomplit.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    30/51

    30

    15.Apa saja macam-macam tindakan kuretase dan dilatasi berdasarkan manfaat dantujuan?

    21

    Jawab :

    Teknik bedahDilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus

    Kuretase Aspirasi vakum (kuretase isap)

    Abortus bedah mula-mula dengan mendilatasi serviks dan kemudian

    mengosongkan uterus dengan mengerok isi uterus (kuretase tajam) secara

    mekanis, melakukan aspirasi vakum (kuretase isap) atau keduanya.

    Dilatasi dan evakuasi (D&E)Untuk usia gestasi diatas 16 minggu dilakukan dilatasi dan evakuasi. Tindakan ini

    berupa dilatasi serviks lebar diikuti oleh destruksi dan evakuasi mekanis bagian-

    bagiann janin. Setelah janin seluruhnya dikeluarkan, digunakan kuret vakum

    berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa.

    Dilatasi dan ekstraksi (D&X)Dilatasi dan ekstraksi serupa dengan D&E, kecuali bahwa pada D&X bagian janin

    pertama kali diekstraksi melalui serviks yang telah membuka untuk

    mempermudah tindakan.

    16.Bagaimana cara melakuakan kuretase dan dilatasi?Jawab :

    1. Persetujuan medic2. Persiapan sebelum tindakan

    - Infuse terpasang ,bersihkan daerah operasi-

    Kelengkapan alat resusitasi- Antiseptic- Oksigen- Instrument- Baju tindakan- Sarung tangan steril

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    31/51

    31

    - Alas kaki- Lampu sorot, tempat jaringan dan darah

    3. Tindakan- Anastesi-

    Katetterisasi- Evaluasi ulang, ukuran dan arah uterus serta lebar dilatasi serviks. Jika di

    anggap perlu lakuakn dilatasi servuks dengan pemasangan batang laminaria

    dalam kanalis servikalis dalamm waktu maksimum 12 jam sebelum tindakan

    kuretase.

    - Dilatasi juga dapat dilakukan dengan dilatators hegar yang terbuat dari logamdari berbagai ukuran (0,5-1,0 cm)

    - Masukkkan spekuilum simpisis bawah , kemudian atas sehingga porsio tampak.- Bersihkan jaringan dan darah sisa dalam vagina.- Jepit serviks dengan tenakulum pada jam 11 atau 1- Tentukan arah dan kedalaman cavum uterus dengan sonde (penera uterus)- Bersihkan sisa jaringan di kanalis servikalis- Bila dilatasi serviks cukup lebar lakukan pengambilan jaringan dengan klem

    ovum

    - Masukkan sendok kuret dengan ukuran yang sesuai dengan besarnya dilatasiserviks, lallu lakukan kerokan oelan-pelan searah dengan jarum jam.

    - Keluarkan semua jaringan yang menggenangi lumen vagina- Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks- Kirim contoh jaringan untuk pemeriksaan patologis- Cuci tangan setelah tindakan.

    17.Apa komplikasi yang timbul dari tindakan kuretase dan dilatasi?21Jawab :1. Perforasi uterus dapat terjadi secara tidak sengaja saat sondase uterus, dilatasi, atau

    kuretase. Kemungkinan meningkat pada posisi uterus yang terletak retrofleksi.

    2. Kerusakan intraabdomen yang sangat besar dapat ditimbulkan akibat instrumen yangmelewati suatu defek uterus dan masuk ke dalam rongga peritoneum.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    32/51

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    33/51

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    34/51

    34

    - Setelah kemoterapi, ada 3 pilihan yang ditetapakn pada pasien La. observasib. teruskan pengobatan, bila tumor regresi tapi belum hilang seluruhnyac. terapi konsolidasi dengan kemoterapi lain

    -

    Untuk menekan residitif diberikan hexamethylmelamine

    Untuk kanker ovarium residitif

    - Jika residitif lebih dari 6 bulan setelah selesai kemoterapi berbasis platinum, dapatdipertimbangkan pemberiaan ulang kemoterapi berbasis platinum

    - Jika residitif kurang dari 6 bulan setelah kemoterapi berbasis platinum,dipertimbangkan kemoterapi topotecan dan doxorubicin, ifosfamid,

    cyclophosphamide atau palclitaxel per minggu

    - Operasi (debulking )sangat tidak efektif

    Untuk kanker ovarium sel germinal

    - Semua pasien dengan tumor sel germinal perlu mendapat adjuvant kemoterapikecuali disgerminoma stadium IA, atau teratoma imatur stadium I derajat 1.

    - Standar pengobatan : pembedahan dilanjutkan dengan kemoterapi bleomycin,etoposid, dan platinum (BEP) untuk semua stadium.

    22.Bagaimana prognosis ca ovarium?18Jawab :

    Tumor-tumor epitel merupakan keganasan ovarium yang tersering baik pada wanita tidak

    hamil mauoun hamil. Tumor-tumor dengan potensial keganasan rendah dan stadium IA

    lebih sering dijumpai pada wanita tidak hamil (gotlieb dkk., 1998).

    23.Bagaimana komplikasi ca ovarium?29Jawab :

    Cancer menyebar perkontinuetatum / organ sekitar . Sel kanker menyebar mengikuti

    aliran cairan perikonium dan terimplantasi ke organ dalam peritoneum.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    35/51

    35

    24.Bagaimana pencegahan ca ovarium?29Jawab :

    Para ahli di Northwestern Memorial mengatakan, perlindungan terbaik adalah lewat

    metode pencegahan, memahami risiko dan mengenali tanda-tanda potensi kanker

    ovarium.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    36/51

    36

    SINTESIS

    KANKER SERVIKS

    Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks,

    yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahimyang terletak antara rahim (uterus) dengan vagina. Kanker serviks merupakan gangguan

    pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya

    untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker ini biasanya terjadi

    pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim

    dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. 90% dari kanker serviks

    berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang melapisi serviks sedangkan 10% berasal

    dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim . Kanker

    leher rahim langka sebelum usia 20 tahun, dan insiden tidak mulai meningkat secara signifikan

    sampai wanita mencapai usia 25 atau 30. Kebanyakan kanker terdeteksi pada perempuan

    cenderung tahap awal, sehingga yang ditemukan melalui screening sebagian besar dapat

    disembuhkan.30

    Etiologi

    1. Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memilikilebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap

    dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal.

    Akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18.

    2. Selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuhakibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu

    cukup lama.10 17

    Faktor resiko10 17

    Faktor resiko kanker leher rahim (Anonim, 2008b) :

    1. Infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus)

    2. Penyakit menular seksual.

    3. Memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda

    4. Berganti-ganti pasangan seks

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    37/51

    37

    5. Pemakaian kontrasepsi

    6. Pemakaian Dietilstilbestrol (DES)

    7. Sering melahirkan

    8. Penyakit yang menekan sistem imun

    9. Merokok10. Genetik

    1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia mudaFaktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan

    hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan

    penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17

    tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20

    tahun.

    2. Berganti-ganti pasangan seksualPerilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit

    kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah

    terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena

    kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang

    atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.

    3. MerokokWanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan

    dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita

    perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat

    tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen

    infeksi virus. Penelitian yang lain menegaskan bahwa merokok merupakan faktor risiko

    independen untuk kanker leher rahim / SCC pada wanita terinfeksi HPV onkogenik.

    Serotype wanita yang dengan antibody HPV onkogenik yang merokok secara signifikasn

    meningkatkan resiko perkembangan SCC serviks. Temuan ini menekankan pentingnya

    pencegahan kanker serviks pada wanita terpapar asap tembakau.31

    4. Defisiensi zat giziAda beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat

    meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    38/51

    38

    meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta

    karoten dan retinol (vitamin A).

    5. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahunManifestasi Klinik

    Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa

    ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

    1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.2. Perdarahan setelah koitus yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat

    bercampur dengan darah.

    5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila

    nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu,

    bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

    7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbuliritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel

    vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.16

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    39/51

    39

    Stadium Karsinoma Serviks2

    Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :

    Pathogenesis11

    Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

    endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi

    antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    40/51

    40

    pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius

    uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks.

    Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak

    kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia

    skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik untuk akhirnya menjadikarsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan

    terus.

    Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada system kekebalan

    tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV yang menetap inilah

    yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks

    dari infeksi HPV, tahap pre kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 20 thn.

    Dari infeksi virus HPV sampai menjadi kanker serviks memerlukan waktu bertahun-tahun,

    bahkan lebih dari 10 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan menyebabkan perubahan sel-sel

    epitel pada mulut rahim, sel-sel menjadi tidak terkendali perkembangannya dan bila berlanjut

    akan menjadi kanker.

    Pada tahan awal infeksi sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker yang

    disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Lesi

    prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu memakan waktu antara 10 - 20 tahun. Dalam

    perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II) kemudian menjadi CIN

    III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka akan berkembang menjadi kanker serviks.

    Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua lesi pra kanker

    akan berkembang menjadi lesi invasive atau kanker serviks, sehingga diakui masih banyak faktor

    yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12 % saja yang berkembang ke derajat yang lebih

    berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III) mempunyai risiko berkembang menjadi

    kanker invasif bila tidak mendapatkan penanganan.

    Pemeriksaan Diagnostik

    Pap Smear

    Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya

    yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai

    lebih dari 50 %. Menurut penelitian, dibandingkan dengan tes paps smear, tes DNA HPV

    memiliki sensitivitas yang lebih baik untuk mendeteksi kanker serviks. ACOG dianjurkan bahwa

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    41/51

    41

    skrining teratur bagi perempuan "rata-rata-risiko" dimulai pada usia 21. Setiap wanita yang telah

    aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear

    secara teratur yaitu 1 kali / tahun.16 30 32

    Jika selam 3 kali berturut turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1

    kali / 23 tahun.Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :

    displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas ) displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas ) karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar ) kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ tubuh

    lainnya )

    IVA

    Inspeksi visual dengan asam asetat merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher

    rahim sedini mungkin. Iva dapat mendeteksi lesi tingkat prakanker dengan sensitivitas 66-96 %

    dan spesifitas 64-98%.

    Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara

    inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks

    yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Gambaran

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    42/51

    42

    serviks normal (merah homogeny) dan bercak putih (dysplasia). Dibutuhkan waktu satu sampai

    dua menit untuk dapat melihat perubahan pada jaringan epitel.17

    Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound

    Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada pengobatan.17

    Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)

    Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui

    sumsum tulang, kulit, organ, dsb.17

    Penanda tumor

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    43/51

    43

    Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum (CEA, antigen

    spesifik prostat, HCG, dll.)17

    1. Tes kimia skrining2. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM

    dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.3. Sinar X dada

    Tatalaksana10

    Pemilihan metode terapi berdasarkan pembagian stadium klinis, derajat

    diferensiasi patologis, ukuran tumor.

    Tingkat Penatalaksanaan

    0 - Biopsy kerucut- Histeroktomi transvaginal

    Ia - Biopsy kerucut- Histeroktomi transvaginal

    Ib, IIa Histeroktomi radikal dengan limfadenopati

    panggul dan evaluasi kelenjar limfe

    paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan

    radioterapi pasca pembedahan)

    IIb, III dan IV Histeroktomi transvaginal

    Iva dan IVb Radioterapi

    Radiasi paliatif

    Kemoterapi

    1. Terapi Operasi tindakan kuratif pada kanker serviks stadium awal.

    Ia1: dengan histerektomi (pengangkatan uterus) total, bila perlu konservasi fungsireproduksi, dapat dengan konisasi (pengeluaran sebagian jaringan serviks

    sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan

    kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut)

    Ia2: dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan kelenjar limfekavum pelvis bilateral

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    44/51

    44

    Ib1 IIa: dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikalditambah pemberishan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral; pasien usia muda

    dapat mempertahankan ovary.

    4. Radioterapid.

    Radioterapi radikalSesuai untuk karsinoma serviks uteri stadium IIb IV. Tujuannya adalah agar lesi

    primer serviks uteri dan lesi sekunder yang mungkin timbul semuanya mendapat

    dosis radiasi maksimal, tapi tidak melebihi dosis toleransi radiasi organ dalam

    abdomen dan pelvis

    e. Radioterapi praoperasiDigunakan untuk stadium Ib2/IIa atau tumor serviks tipe tumbuh ke dalam,

    kanalis servikalis sangat jelas membesar. Radioterapi membuat lesi mengecil,

    meningkatkan keberhasilan operasi, menurunkan vitalitas sel kanker dan

    penyebaran intraoperatif, sehingga mengurangi risiko timbulnya rekurensi sentral.

    f. Radioterapi pascaoperasiUntuk pasien yang secara patologik terbukti terdapat metastasis di kelenjar limfe

    kavum pelvis, kelenjar limfe para-aorta abdominal, jaringan parametrium, tumor

    menginvasi lapisan otot dalam serviks uteri, tampak tumor residif di vagina

    residual.

    5. KemoterapiTerutama digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan lanjut pra-operasi atau

    kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor ukuran besar, relative sulit diangkat secara

    operasi, kemoterapi dapat mengecilkan tumor, meningkatkan keberhasilan operasi.

    Terhadap pasien radioterapi, tambahan kemoterapi yang sesuai dapat meningkatkan

    sensitivitas terhadap radiasi; sedangkan bagi pasien stadium lanjut yang tidak sesuai

    untuk operasi atau radioterapi, kemoterapi dapat membawa efek paliatif.

    Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif. Pemberian

    kemoterapi dapat dipertimbangkan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah

    penanganan lengkap, dapat dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan

    prosesnya masih terbatas pada panggul. Jika operasi tak mungkin dilakukan, harus

    dipilih kemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi. Menggunakan bentuk regimen

    yang terdiri dari kombinasi beberapa sitostatika (polikemoterapi). Jika terapi terdahulu

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    45/51

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    46/51

    46

    PERDARAHAN SELAMA KEHAMILAN

    Perdarahan trimester I

    Sekitar 20% wanita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan separuhnya

    mengalami abortus. Setiap perdarahan pada awal kehamilan terlebih dahulu harus dipikirkan

    derasal dari tempat perlekatan plasenta atau permukaan choriodecidua dan dianggap mengancam

    kelangsungan dari kehamilan.

    Anamnesis diperlukan dalam mendiagnosa perdarahan pada trimester I :

    Perdarahan :- Kuantitas/jumlahnya- Kualitas/sifatnya

    Nyeri :- Kuantitas/kualitas

    Hari pertama haid terakhir Gejala dan tanda kehamilan Riwayat obstetric terdahulu Riwayat ginekologi

    - Servisitis- Riwayat operasi

    Riwayat keluarga berencana

    Penyebab perdarahn pada kehamilan trimester I sering sulit ditentukan walaupun telah dilakukan

    pemeriksaan lengkap. Dalam pemeriksaan speculum dapat dilihat asal perdarahan ; perdarahan

    disebabkan oleh gangguan kehamilan jika darah berasal dari ostium uteri. Menurut penelitian,

    bahwa pemeriksaan speulum berkontribusi secara minoritas dalam pembuatan keputusan

    tatalaksana. Perlunya pemeriksaan speculum harus dinilai dari kasus per kasus tergantung apakah

    pemeriksaan pada bimanual menyakinkan. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi pula

    perdarahan dalam jumlah sedikit yang disebabkan oleh penembusan villi khorialis ke dalam

    desidua saat implantasi ovum.33

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    47/51

    47

    Pemeriksaan penunjang yang diperlikan adalah :

    1. USG untuk menentukan apakah janin masih hidup2. Test kehamilan3. Fibrinogen pada missed abortion.

    Keadaan yang dapat menyebabkan perdarahan pada trimester I

    1. Abortus2. Mola hidatidosa 343. Kelainan lokal pada vagina/servik :

    - Varises- Perlukaan- Karsinoma- Erosi- polip

    4. Kehamilan ektopik terganggu5. Menstruasi dan kehamilan normal

    Perdarahan pada trimester II

    Perdarahan pada trimester II sering dihubungkan dengan adanya komplikasi lambat dalam

    kehamilan, seperti partus prematurus imminen, pertumbuhan janin yang terlambat, dan solusio

    plasenta. Dapat juga perdarahan disebabkan oleh mola hidatidosa dan inkompetensi servik.

    Menurut penelitian, pada perdarahan pervaginam trimester II ada hubungannya dengan tingkat

    kelahiran premature.35

    Perdarahan pada trimester III

    Menurut WHO, perdarahan antepartum adalah perdarahan pervagina setelah 29 minggu

    kehamilan atau lebih. Insidennya 3%.

    Penyebab perdarahan antepartum :

    1. Solusio plasenta 30%

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    48/51

    48

    2. Plasenta previa 32%3. Vasa previa 0,1%4. Inpartu biasa 10%5. Kelainan local 4%6.

    Tidak diketahui sebabnya 23,9%

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    49/51

    49

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Robbin,Stanley. Dkk. Buku Ajar Patologi Volume 2, Edisi 7.Jakarta:EGC. 2007. Hal771.

    2. Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2011.

    3. Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009 hal113.

    4. Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009 hal161- 183

    5. Gordon, Catherine M. Functional Hypothalamic amenorrhea. New England Journalof Medicine.2010;363:365-71.

    6. Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009 hal 737. Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009 hal 1218. Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009 hal 1389. Robbin,Stanley. Dkk. Buku Ajar Patologi Volume 2, Edisi 7.Jakarta:EGC. 2007. Hal

    768-769

    10.Mansjoer, Arif. Buku kapita Selekta Kedokterann, Jilid 1. Jakarta : MediaAesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2000. Hal 380

    11.Robbin,Stanley. Dkk. Buku Ajar Patologi Volume 2, Edisi 7.Jakarta:EGC. 2007. Hal766

    12.Cunningham. Williams Obstetri. The McGraw-Hill Companies volume 1. Edisi 21.2008

    13.Robbin,Stanley. Dkk. Buku Ajar Patologi Volume 1, Edisi 7.Jakarta:EGC. 2007. Hal4

    14.Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Patofisiologi, Konsep-konsep Klinis Prosespenyakit, Jilid 2. hal 1296

    15.Skrining kanker rahim dengan metode inspeksi visual dengan asam asetat.Departemen kesehatan Indonesia. 2008

    16.Diunduh dari: http://rsudbima.wordpress.com/2009/03/09/kanker-serviks/Oleh : dr.IGN Darma Putra, Sp.OG* [Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSUD

    Bima]Dimuat di Warta RSUD Bima edisi : No. 7/IV/September 2006

    http://rsudbima.wordpress.com/2009/03/09/kanker-serviks/http://rsudbima.wordpress.com/2009/03/09/kanker-serviks/http://rsudbima.wordpress.com/2009/03/09/kanker-serviks/
  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    50/51

    50

    17.Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2011. Hal294-296

    18.Cunningham. Williams Obstetri. The McGraw-Hill Companies volume 1. Edisi 21.2008. Hal 1625

    19.Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009. Hal381

    20.Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. MajKedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007. Diunduh dari mki.idionline.org.

    21.Cunningham. Williams Obstetri. The McGraw-Hill Companies volume 1. Edisi 21.2008. Hal 951-975

    22.FOGI. Standar Pelayanan Medik, Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. 200623.kepanitraan klinis. Obstetri Dan Ginekologi. Edisi 2. Hal 48324.lutan, Delfi. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 2. Jakarta : EGC. 1998. Hal 4125.Gruendeman, Barbara. Buku Ajar Keperawatan Peri operatif ,Volume 2. Jakarta:

    EGC. 2006

    26.Lohmann, Jennifer Bigelow, dkk. Does Dilation and Curettage Affect FuturePregnancy Outcomes. 7:173176, 2007

    27.Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009. Hal307-308

    28.Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Patofisiologi, Konsep-konsep Klinis Prosespenyakit, Jilid 2. Hal 1297-1298

    29.Prawirohardjo, Sarwono. I lmu kandungan . Jakarta : PT Bina Pustaka. 2009. Hal310-311

    30.Feldman, Sarah M D. Making Sense Of The New Cervical-Cancer ScreeningGuidelines. New England Journal of Medicine. 365;23

    31.Kapeu, Aline Simen,dkk. I s Smoking an I ndependent Risk Factor for I nvasiveCervical Cancer? A Nested Case-Control Study With in Nordic Biobanks. American

    Journal of Epidemiology. Vol. 169, No. 4. DOI: 10.1093/aje/kwn354.

    32.Mayrand, Marie Helene, dkk. Human Papill omavirus DNA Versus PapanicolauScreeni ng Test For Cervical Cancer. New England Journal of Medicine. Vol.357 No

    16. 2007;1579-88.

  • 8/13/2019 Skenario 4 Ttr 7

    51/51