SKENARIO 4

download SKENARIO 4

of 44

description

ax

Transcript of SKENARIO 4

SKENARIO 5Pipisnya Sakit

Berikut adalah suasana di ruang praktek dokter

Pasien, seorang laki-laki, 35 tahun, datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan rasa sakit dan panas saat buang air kecil sejak dua hari yang lalu. Dokter: Ada yang perlu saya bantu mas? Pasien: Ini dok.. anu... (sambil malu-malu) di kemaluan saya keluar cairan putih, itu sakit sekali dok, apalagi saat kencing Dokter: warna cairan kuning kehijauan? Pasien: Iya dok Kemudian dokter melakukan anamnesis mendalam, pemeriksaan fisik dan penunjang dan membuat laporan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan orificium uretra externa tampak hiperemis dan sedikit bengkak. Ditemukan pula adanya discharge purulen berwarna kuning kehijauan di orificium uretra externa. Pembesaran kelenjar getah bening medial (+). Riwayat kontak seksual (+). Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan leukositosis (+) dan sekret uretra ditemukan bakteri diplococcus gram negative intraseluler. Sedangkan hasil pemeriksaan urin menunjukkan adanya bakteriuria (+).

STEP 1

1. PAP SMEAR : Pemeriksaan sitologi vagina atau sering disebut Pap Smear testmerupakan salah satu metode diagnosis dini pada karsinoma servisis uteri dan karsinoma korporis uteri yang dianjurkan dilakukan rutin (0,5 1 tahun sekali). Padapemeriksaan ini bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks (endo- danektoserviks) dengan spatel Ayre (dari kayu atau plastik).

2. SADARI : Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara .Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. Bagi wanita yang mengalami menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah hari ke 7 setelah sesudah hari 1 menstruasi.

STEP 2

1. Etiologi , Patofisiologi, Penegakkan Diagnosis, Gejala Klinis, Tata Laksana, Epidemiologi hingga Faktor resiko dari Ca.Mammae2. Etiologi , Patofisiologi, Penegakkan Diagnosis, Gejala Klinis, Tata Laksana, Epidemiologi hingga Faktor resiko dari Ca.Seviks3. Cara pemeriksaan PapSmear dan SADARI4. Skrinning atau cara deteksi dini selain PapSmear pada Ca.Serviks dan SADARI pada Ca.Mammae

STEP 3

1. Etiologi , Patofisiologi, Penegakkan Diagnosis, Gejala Klinis, Tata Laksana, Epidemiologi hingga Faktor resiko dari Ca.MammaeDefinisiCa mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara. Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.Etiologi Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui namum data epidemologik mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin dan lingkungan mungkin sangat berperan inisiasi dan atau promosi pertumbuhan kanker payudara. Faktor resiko a.Usia diatas 40 tahun. b.Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga. c.Menstruasi pada usia muda/usia dini. d.Menopouse pada usia lanjut. e.Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut. f.Pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonomi yang lebih tinggi. g.Penggunaan eksogen esterogen jangka panjang dan progestin. h.Terpajan pada radiasi pengionisasi berlebihan.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya ca mammae yaitu : Riwayat keluarga: Wanita yang memiliki riwayat keluarga ada yang menderita ca mammae seperti pada ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena ca mammae 2 hingga 3 kali lebih tinggi.

Hormon : Haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35 tahun dan tidak pernah menyusui anak. Umur: Wanita berumur >30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor jinak atau tumor ganas kontralateral. Wanita yang mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi. Lama menggunakan kontrasepsi oral Pola konsumsi makanan berlemak Kurangnya aktivitas fisikPatofisiologiCa mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan ini merupakan multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya adanya lesi pada DNA menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat menyebabkan ca mammae, kegagalan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan abnormal antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti BRCA1, BRCA2, yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta kelainan yang menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel.

Tanda Dan Gejala Ca mammaeTanda dan gejala ca mammae, yaitu:a. Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.b. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema, hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau dorange), mengkerut atau timbul borok (ulkuspada payudara). Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara, sring berbau busuk, dan mudah berdarah.c. Pendarahan pada puting susu.d. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.e. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada lengan dan penyebaran kanker di seluruh tubuh.

Pemeriksaan Penunjang1. Pada kanker payudara dapat dilakukan pemeriksaan :Mammografi yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.2. Ultrasonografi biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.3. CT. Scan dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain4. Pemeriksaan hematologi yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.5. Galaktografi yaitu mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran duktus.6. Xerodiografi untuk Menyatakan peningkatan sirululasi sekitar sisi tumor.7. Biopsy Payudara untuk memberikan diagnosa defenitif terhadap masa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan dan seleksi terapi yang tepat.8. Asai Hormon untuk menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy mengandung reseptor hormoneStadium pada Carsinoma Mammae yaitu :1. Stadium I: Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.2. Stadium II: Besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan diameter < 2 cm.3. Stadium IIIa: Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tetapi masih bebas di jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.4. Stadium IIIb: Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah, dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul.5. Stadium IV: Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnyaPenatalaksanaan Medis : Penatalaksanaan pada kanker payudara dilakukan tindakan mastektomi.

2. Etiologi , Patofisiologi, Penegakkan Diagnosis, Gejala Klinis, Tata Laksana, Epidemiologi hingga Faktor resiko dari Ca.SeviksDefinisi Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya.EtiologiEtiologi langsung dari kanker serviks uteri masih belum diketahui. tetapi ada beberpa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi insidensi kanker serviks uteri yaitu :a.hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16tahun). b.wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali (multiparitas).c.jarak persalinan terlalu dekat.d.hygiene seksual yang jelek.e.sering berganti-ganti pasangan (multipatner seks).f.infeksi human papilloma virus (HPV) tipe 16 dan 18. penelitian menunjukkan bahwa 10-30% wanita pada usia 30an tahun yang seksually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.g.Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.h.infeksi herpes simpleks virus (HSV) tipe 2i.wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh

Tanda dan Gejalaa. Gejala1) Metroragi2) Keputihan warna putih atau purulen yang berbau dan tidak gatal3) Perdarahan pasca koitus4) Perdarahan spontan5) Bau busuk yang khas 6) Cepat lelah7) Kehilangan berat badan8) Anemiab.Tanda1) Pemeriksaan Fisik a) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak b) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina.2) Pemeriksaan in spekulo a) Adanya portio ulseratif b) Adanya fluor albuscc) Muncunya darah jika lesi tersentuh (lesi rapuh)d) Terdapat gambaran seperti bunga kol pada stadium lanjut3) Pemeriksaan bimanual a) Adanya fluor albus b) Adanya massa benjolan ataupun erosi ataupun ulkus pada portio uteri Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.

Pemeriksaan Penunjanga.Sitologi, dengan cara tes papTes pap ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan/ sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%. b.Kolposkopic.Servikografid.Pemeriksaan visual langsunge.Gineskopif.pap net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)Penatalaksanaan Medis

3. Cara pemeriksaan PapSmear dan SADARISADARIPemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita itu sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan hendaknya memeriksakan ke dokter. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :1.Melihat payudaraa. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cerminb. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan cermin yang besarc. Lakukan kedua tangan disamping tubuh

d. Perhatikan payudara : Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris? Apakah payudara membesar atau mengeras? Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah? Apakah putting tertarik ke dalam? Apakah putting atau kulit ada yang lecet? Apakah ada perubahan warna kulit? Apakah kulit menebal dengan pori pori melebar (seperti kulit jeruk) Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas.f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang.2. Memijat payudaraa. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke putting .b.Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu (seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang sedang menyususi). 3.Meraba payudaraa.Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaringb.Lakukan perabaan payudara satu persatuc.Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau diletakkan dibawah kepala.d.Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang saling dirapatkane.Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susuf.Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susug.Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksah.Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagii.Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga.j.Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitifk.Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri. Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)

Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:1.Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.2.Pasien berbaring dengan posisi litotomi.3.Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.4.Periksa serviks apakah normal atau tidak.5.Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.6.Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.7.Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.8.Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.

4. Skrinning atau cara deteksi dini selain PapSmear pada Ca.Serviks dan SADARI pada Ca.MammaeCa.Serviks : IVA TEST, spekuloskopi, cervicography, HPV DNAIVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan Asam Asetat 3% 5%. Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3 5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim.

STEP 41. Etiologi , Patofisiologi, Penegakkan Diagnosis, Gejala Klinis, Tata Laksana, Epidemiologi hingga Faktor resiko dari Ca.MammaeDefinisiCa mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara. Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.Etiologi Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui namum data epidemologik mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin dan lingkungan mungkin sangat berperan inisiasi dan atau promosi pertumbuhan kanker payudara. a.Genetik Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki peningkatan resiko mengalami kanker payudara namun saudara tingkat pertama (saudara kandung, orang tua, anak) memiliki peningkatan resiko dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Hampir 5% dari semua pasien kanker payudara memiliki kelainan genetik spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara mereka.Para peneliti menemukan gen dengan nama BRC-1 (Breast Cancer 1) dan BRC-2 (Breast Cancer 2). BRC-1 dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita dan mutasi BRC-2 memyababkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan karena faktor keturunan. b. Lingkungan Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkatkan resiko terkena kanker payudara (radiasi yang disebabkan sinar X pada payudara atau mamogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi radiasi tuberculosis atau kanker lain dan tidak menyebabkan kanker fan tidak perlu dikhawatirkan). Pestisida seperti DDT juga perlu diperhatikan. c.Endokrin Banyak faktor yang meningkatkan resiko kanker payudara. Menstruasi yang mulai pada usia terlalu muda, menopouse yang datangnya terlambat (usia lebih dari 51 tahun), mempunyai anak pertama di atas usia 30 tahun atau tidak sama sekali mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua faktor tersebut berhubungan dengan hormon estrogen. Kanker payudara juga berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen yang digunakan sebagai terapi menopouse.d.Diet Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara, tetapipenelitian lain tidak memperlihatkan hasil tersebut. Karena mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dihunungkan dengan resiko terkena kanker payudara dan penyakit hati maka lebih baik apabila membatasi konsumsi makanan berlemak.e.Alkohol Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara intake alkohol dengan resiko kanker payudara. Data additional dari studi prospektif menunjukan dampak intake alkohol yang berhubungan dengan peningkatan level esterogen.

Faktor ResikoFaktor resiko pada ca mammae dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: faktor yang dapat diubah seperti riwayat kehamilan, riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal replacement, alcohol, obesitas dan trauma. Sedangkan factor yang tidak dapat diubah antara lain: riwayat keluarga yang menderita kanker, genetic, status menstruasi (menarchedan menopause), riwayat tumor jinak dan kanker sebelumnya, tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak. Faktor-faktor resiko ca mammaeyaitu: Riwayat pribadi tentang ca mammae. Risiko mengalami ca mammaepada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan ca mammae. Sekitar 5 hingga 10 % ca mammae berkaitan dengan mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap ca mammae bilateral, mengidap kanker terkait lain (missal, kanker ovarium), memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu. Menarche dini. Risiko ca mammaemeningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. keadaan ini berarti peredaran hormon sudah dimulai pada umur yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormon. (Depkes RI, 2007) Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko 2 kali lipat untuk mengalamica mammaedisbanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.

Tidak pernah menyusui. Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu, sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi risiko ca mammae. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami ca mammae. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateralsebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya. Keadaan ini berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, kelenjar susu akan berada di bawah pengaruh hormone lebih lama. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami ca mammae; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini. Lesi jinak payudara yang mempunyai risiko menjadi kanker ganas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: tidak berisiko (non-proliferatif) yaitu kista, fibroadenoma. Risiko kecil (proliferativetanpa atypa) yaitu Florid hiperplasia, papiloma intraduktaldan adenosis sklerosing. Risiko sedang (atypical hyperplasia) yaitu atypical duct hyperplasia, atypical lobus . Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat. Obesitas. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang terlambat. Selain itu korelasi makanan berlemak dengan ca mammaeitu anatara lain dibuktikan oleh tingginya kadar estrogenyang juga diproduksi dalam makanan tinggi lemak. Diketahui, hormone estrogen yang juga diproduksi dalam ovarium(indung telur) ini karena sesuatu hal dapat menimbulkan efek karsinogenik. Pemakaian kontrasepsi oral secara terus-menerus lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko terjadinya ca mammae. Trauma terus-menerus. Pemakaian bra atau kutang yang terlalu ketat dan menekan jaringan payudara terus-menerus dalam waktu lama merupakan salah satu risiko ca mammae. Terapi penggantian hormone. Wanita wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko ca mammae. Alkohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat diantara wanita yang minum alcohol tiga kali sehari. Di Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara 13teratur (misal Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih tinggi. Faktor usia. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% ca mammaeterjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 62 tahun.PatofisiologiCa mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan ini merupakan multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya adanya lesi pada DNA menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat menyebabkan ca mammae, kegagalan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan abnormal antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti BRCA1, BRCA2, yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta kelainan yang menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel.Ca mammae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya fungsi apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan hilang, sehingga sel-sel abnormal berpoliferasi terus-menerus. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong. Lewat aliran darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh.Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Keganasan kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya.Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan dimulai dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma noninvasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler atau supraklavikuler membesar. Ca mammae pertama kali menyebar ke kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan otak.Tanda Dan Gejala Ca mammaeTanda dan gejala ca mammae, yaitu: Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema, hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau dorange), mengkerut atau timbul borok (ulkuspada payudara). Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara, sring berbau busuk, dan mudah berdarah. Pendarahan pada puting susu. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada lengan dan penyebaran kanker di seluruh tubuh. Stadium pada Carsinoma Mammae yaitu :1. Stadium I: Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.2. Stadium II: Besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan diameter < 2 cm.3. Stadium IIIa: Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tetapi masih bebas di jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.4. Stadium IIIb: Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah, dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul.5. Stadium IV: Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.Pentahapan Ca mammae Pentahapan klinik yang paling sering digunakan untuk ca mammae adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor (T), jumlah nodus limfe yang terkena (N) dan bukti adanya metastasisyang jauh (M). Sistem klasifikasi TNM diadaptasi dari The American Joint Commitee on Cancer Staging and End Result Reporting.

Keterangan:Tumor primer (T):T0: tidak ada bukti tumor primerTis: karsinoma in situ : karsinoma intraduktal, karsinoma lobular in situ atau penyakit Pagets puting susu dengan atau tanpa tumor.T1: tumor 2 cm dalam dimensi terbesarnya.T2: tumor 2 cm tetapi tidak 5 cm dalam dimensiterbesarnya.T3: tumor 5 cm dalam dimensi terbesarnya.T4: tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit.Nodus limfe regional (N):N0: tidak ada metastasis nodus limfe regional.N1: metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang dapat digerakkan.N2: metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral terfiksasi pada satu sama lain atau pada struktur lainnya.N3: metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral.Metastasis jauh (M):M0: tidak ada metastasis yang jauhM1: metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular ipsilateral).

Pentahapan patologi didasarkan pada histologi, memberikan prognosis yang lebih akurat. Adapun stadium ca mammae adalah:Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara.Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belummenyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

Tipe Ca mammaea. Karsinoma in situKarsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kaninoma duktker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. 1) Karsinoma duktal in situ (DCIS).Dibagi ke dalam 2 subtipe mayor: komedo dan non komedo.2) Karsinoma lobular in situ (LCIS).Ditandai dengan ploriferasi sel-sel di dalam lobular payudara. LCIS biasanya temuan insidental yang umumnya terletak dalam area multisenter penyakit dan jarang berhubungan kanker invasif.b. Karsinoma duktalKarsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% ca mammaemerupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma dukta lakan menderita kanker invasif(biasanya pada payudara yang sama).

c. Karsinoma lobulerKarsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif(pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara). d. Kanker invasifKanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik(menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% ca mammaeinvasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler. e. Karsinoma medularKanker ini berasal dari kelenjar susu dan tumbuh dalam kapsul di dalam duktus. Tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat sehingga prognosisnya lebih baik. Sekitar 6% dari ca mammaetermasuk jenis ini.

f. Karsinoma duktal-tubularKanker ini berasal dari kelenjar susu, jarang terjadi, menempati sekitar 2% kanker. Prognosisnya sangat baik karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim.

g. Karsinoma inflamatori 1%-2% menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari ca mammaelainnya. Tumor setemoat, nyeri tekan, payudara secara abnormal keras dan membesar, kulit di atas tumor ini merah dan agak hitam, sering terjadi edema dan retraksi puting susu.h. Penyakit Pagets payudaraTipe ini jarang terjadi, gejala yang sering timbul adalah rasa terbakar dan gatal pada payudara, tumor ini dapat duktal atau invasif. Massa sering tidak dapat diraba dibawah puting tempat dimana penyakit ini timbul.i. Kanker musinus3% dari ca mammae. Penghasil lendir, tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang kebih baik.

Pengobatan Ca mammaePengobatan ca mammaeyang disepakati ahli-ahli kanker sedunia adalah sebagai berikut:

2. Etiologi , Patofisiologi, Penegakkan Diagnosis, Gejala Klinis, Tata Laksana, Epidemiologi hingga Faktor resiko dari Ca.ServiksDefinisi Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina.Etiologi Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV (Human papillomavirus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual. Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul, sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun pasca infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut yang menetap dalam jangka lama, sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi prakanker. Human papillomavirus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih dari 100 tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 diantaranya yang beresiko kanker serviks. Adapun tipe yang beresiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45 yang sering ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan. Sementara, tipe yang beresiko sedang yaitu HPV tipe 33, 35, 39, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68, dan yang beresiko rendah adalah HPV tipe 6, 11, 26, 42, 43, 44, 53, 54, 55, dan 56. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16 mendominasikan infeksi (50-60%) pada penderita kanker serviks disusul dengan tipe 18 (10-15%).Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda ( 35 tahun Pada usia tersebut mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia.Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.Patofisiologi Virus HPV menginfeksi membrana basalis pada daerah metaplasia dan zona transformasi serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya berkembang biak virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya pada sel inang. Genom HPV berupa episomal (bentuk lingkaran dan tidak terintegrasi dengan DNA inang) dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA inang pada kanker invasif. Pada percobaan in vitro HPV terbukti mampu mengubah sel menjadi immortal (Aziz et al., 2006). Tipe HPV paling berisiko adalah tipe 16 dan tipe 18 yang mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein-protein penting dalam replikasi virus. Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan siklus sel. Dengan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa harus memperbaiki kelainan DNA-nya. Ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama terjadinya kanker.

Klasifikasi Kanker Serviks Klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga, yaitu klasifikasi berdasarkan histopatologi, klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO (The International Federation of Gynekology and Obstetrics) : a. Klasifikasi berdasarkan histopatologi : 1) CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang setengahnya. 2) CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya. 3) CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel

b. Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks : 1) ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance) 2) LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion) 3) HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion) c. Klasifikasi berdasarkan stadium klinis : 1) Stadium 0, karsinoma in situ atau infeksi awal HPV. 2) Stadium I, karsinoma terbatas di serviks 3) Stadium Ia, invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik. Lesi yang dilihat secara langsung walau dengan invasi yang baik sangat superfisial 4) Stadium Ia1, invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm. 5) Stadium Ia2, invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm. 6) Stadium Ib, lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari stadium Ia. 7) Stadium Ib1, besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm. 8) Stadium Ib2, besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm. 9) Stadium II, telah melibatkan vagina namun belum sampai ke 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul. 10) Stadium IIa, telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium. 11) Stadium IIb, infiltrasi ke parametrium tetapi belum mencapai dinding panggul. 12) Stadium III, telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai ke dinding panggul. 13) Stadium IIIa, keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul. 14) Stadium IIIb, perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal

15) Stadium IV, perluasan ke organ reproduktif. 16) Stadium IVa, keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum. 17) Stadium IVb, metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

TataLaksana Ca.ServiksTerapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi 1. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar. 2. Terapi penyinaran (radioterapi) Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi. 3. Kemoterapi Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain lain.

3. Cara pemeriksaan PapSmear dan SADARISADARIPemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita itu sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan hendaknya memeriksakan ke dokter. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :1.Melihat payudaraa. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cerminb. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan cermin yang besarc. Lakukan kedua tangan disamping tubuhd. Perhatikan payudara : Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris? Apakah payudara membesar atau mengeras? Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah? Apakah putting tertarik ke dalam? Apakah putting atau kulit ada yang lecet? Apakah ada perubahan warna kulit? Apakah kulit menebal dengan pori pori melebar (seperti kulit jeruk) Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas.f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang.

2. Memijat payudaraa. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke putting .b.Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu (seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang sedang menyususi).

3.Meraba payudaraa. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaringb. Lakukan perabaan payudara satu persatuc. Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala atau diletakkan dibawah kepala.d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang saling dirapatkane. Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susuf. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi payudara hingga keputing susug. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksah. Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagii. Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga.j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitifk. Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri. Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)

Prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:1) Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.2) Pasien berbaring dengan posisi litotomi.3) Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.4) Periksa serviks apakah normal atau tidak.5) Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.6) Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.7) Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.8) Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi.Interpretasi Hasil Pap SmearTerdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma(CIN), dan sistem Bethesda.Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas yaitu:a. Kelas I: tidak ada sel abnormal.b. Kelas II: terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.c. Kelas III: gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.d. Kelas IV: gambaran sitologi dijumpai displasia berat.e. Kelas V: keganasan.

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Smear terdiri dari :a.CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.b.CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.c.CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situyang dimana telah melibatkan sampai ke basement membranedari epitelium.

4. Skrinning atau cara deteksi dini selain PapSmear pada Ca.Serviks dan SADARI pada Ca.MammaeCa.Serviks : IVA TEST, spekuloskopi, cervicography, HPV DNA

IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan Asam Asetat 3% 5%. Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3 5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim.

IVA TESTadalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bias lebih banyak. Metode skrining IVA TEST mempunyai kelebihan, diantaranya.a.Mudah, praktis dan sangat mampu laksana. b.Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murahc.Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggid.Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatihe.Alat-alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhanaf. Metode skrining IVA TESTsesuai untuk pusat pelayanan sederhana

Teknik IVA dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%.Pada lesipra kanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif. Kategori pemeriksaan IVAa.IVA negative = serviks normal. b.IVA radang = serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polipserviks).c.IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompo kini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks-prakanker (dispalsia jaringan sedang-berat atau kanker serviks in situ).d.IVA-Kanker serviks = ada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasive dini.

STEP 51. Penyakit Genitalia lainnya2. Tatalaksana Ca.serviks3. Mengapa hormon estrogen bisa memicu kanker payudara?4. Pemeriksaan dini lain selain papsmear dan sadari?5. Obat anti kanker6. Efek samping kemoterapi dan cara pencegahannya7. Mengapa alat kontrasepsi menjadi faktor resiko dari ca.serviks