skenario 10

25
Penyebab Penyakit Malaria dan Pengobatannya Robert Tupan Us Abatan 102012335 Gracelya Pattiasina 102012338 Sisca Natalia 102013221 Erwin Febrianto 102013399 Virginia Marsella Teiseran 102014041 Chrisanto 102014046 Mira Nur Indah 102014133 D1 Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11510 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang merupakanmasalah kesehatan di banyak negara di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dengan genus Plasmodium.Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis tertentu yaitu nyamuk dari jenis Anopheles. Setiap tahun 300-500 juta kasus malaria menyebabkan 2 juta kematian menurut data WHO pada tahun 2005. Salah satu negara yang memiliki masalah utama terhadap penyakit malaria adalah

description

pbl

Transcript of skenario 10

Page 1: skenario 10

Penyebab Penyakit Malaria dan Pengobatannya

Robert Tupan Us Abatan 102012335

Gracelya Pattiasina 102012338

Sisca Natalia 102013221

Erwin Febrianto 102013399

Virginia Marsella Teiseran 102014041

Chrisanto 102014046

Mira Nur Indah 102014133

D1

Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11510

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta

Pendahuluan

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang merupakanmasalah kesehatan

di banyak negara di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

protozoa dengan genus Plasmodium.Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis

tertentu yaitu nyamuk dari jenis Anopheles. Setiap tahun 300-500 juta kasus malaria

menyebabkan 2 juta kematian menurut data WHO pada tahun 2005. Salah satu negara yang

memiliki masalah utama terhadap penyakit malaria adalah Indonesia. Di wilayah tropis seperti

Indonesia, malaria merupakan penyakit yang cukup banyak diderita. Penyakit ini pada umumnya

menyerang penduduk yang tinggal di pedesaan yang merupakan sebagian besar penduduk

Indonesia.

Anamnesis

Page 2: skenario 10

Didalam ilmu kedokteran anamnesis merupakan wawancara terhadap pasien atas keluhan

yang dialaminya. Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien.

Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (sintom) dan

tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan

diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan

selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat

dilakukan langsung terhadap pasien (auto-anamnesis) maupun terhadap keluarganya atau

walinya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara,

misalnya dalam keadaan gawat-darurat.1

Dalam melakukan anamnesis perlu pertanyaan rutin yang harus diajukan kepada semua

pasien, misalnya pertanyaan tentang identitas, keluhan utama, keluhan penyerta,riwayat penyakit

terdahulu, riwayat penyakit menahun, dan riwayat penyakit sekarang yang spesifik terhadap

diagnosa sementara. Terdapat pertanyaan yang spesifik di riwayat penyakit sekarang pada

penderita malaria, yaitu riwayat bepergian ke daerah endemis malaria lebih kurang 2 minggu

sebelum gejala klinis timbul. Selain itu kita harus membuat pertanyaan apakah pasien mengalami

kesulitan berkemih dan muntah-muntah hebat.1 Pada skenario demam dirasakan tinggi sampai

menggigil dan berkeringat, demam naik turun setiap 2 hari keluhan disertai sakit kepala dan

mual.

Pemeriksaan fisik

Pasien dengan keluhan menderita malaria akan dilakukan pemeriksaan fisik sebagai

berikut: tanda-tanda vital suhu = 38,5oC, respiration rate = 18x/menit, heart rate = 86 x/menit,

tekanan darah = 120/80 mmHg. Didapati bahwa kesadaran pasien adalah compos mentis

(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dan dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekelilingnya. Tingkat kesadaran lainnya adalah (1) apatis yaitu keadaan

kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. (2)

Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,

berhalusinasi, kadang berhayal. (3) Somnolen (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun,

respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. (4) Stupor

Page 3: skenario 10

(soporo koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. (5) Koma

(comatose) yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak

ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap

cahaya).2

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk memeriksa apakah adanya cairan atau massa

dalam abomen. Selain itu pemeriksaan abdomen juga dilakukan untuk mencari apakah ada

pembengkakan pada hati dan limpa karena penyakit kronis.

Inspeksi, frekuensi pernafasan pasien jika lebih dari 35x/menit pada dewasa, lebih dari

40x/menit pada balita, dan lebih dari 50x/menit pada bayi berumur dibawah 1 tahun

menunjukkan pasien mengalami malaria berat.2 Inspeksi pendarahan untuk melihat adanya

ptekiae, purpura, dan hematoma. Ptekiae adalah bercak merah dalam yang merupakan

perdarahan kecil dibawah kulit. Ptekiae mungkin mencerminkan gangguan perdarahan atau

fragilitas kapiler dan dapat menyertai infksi serius. Purpura adalah warna keunguan yang timbul

dipermukaan kulit yang disebabkan oleh karena kerusakan pada darah. Hematoma adalah

kumpulan darah yang terletak di luar pembuluh darah, biasanya pada tempat dimana tempat

terjadinya trauma. Tanda-tanda dehidrasi yaitu mata cekung, bibir kering, oliguria, turgor,

elastisitas kulit berkurang. Melihat tanda anemia berat dengan adanya konjungtiva pada mata,

lidah pucat, dan telapak tangan pucat, mata kuning (ikterus)

Palpasi, melakukan palpasi pada bagian hipokondrium kiri untuk mengecek apakah

adanya pembesaran limpa (splenomegali)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat

penting untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif, tidak

mengesampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan 3 kali darah tepi dengan hasil negatif maka

diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga

Page 4: skenario 10

laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat

penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.1

Tetesan preparat darah tebal 

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup

banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di

lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk menudahkan indetifikasi parasit.

Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandang dengan

pembesaran kuat). Preparat dinaytakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan

dengan pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.1

Tetesan darah tepi 

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium karena bila dilakukan dengan preparat

darah tebal, sulit ditrntukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasit count),

dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah.

Bila jumlah parasit > 100.000 per mikro liter darah menandakan infeksi yang berat. Hitung

parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun komplikasi juga dapat

timbuk dengan jumlah parasit yang minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa,

Leishman’s, Field’s, atau Romanowsk. Tetapi, yang biasa digunakan adalah pengecatan Giemsa

karena mudah dipakai dengan hasil yang cukup baik.1

Tes Antigen

Yaitu mendeteksi antigen dari P. Falciparum (Histidin Rich Protein II). Deteksi ini sangat

cepat, hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, dan tidak

memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan

metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH)

dengan cara immunochromatographic, telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal

dapat mendeteksi dari 0-200 parasit per mikri liter darah dan dapat membedakan apakah infeksi

P. Falciparum atau P. Vivax.

Tes Serologi

Page 5: skenario 10

Mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent

antibody test. Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau

keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab

antibodi baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk

penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi

baru dan test > 1:20 dinyatakan positif.1

Diagnosis Kerja

Gejala klinis penyakit malaria adalah demam dan anemia. Demam mempunyai 3 stadium,

yaitu frigoris (menggigil) yang berlangsung ½-2 jam, kemudian stadium acme (puncak demam)

selama 2-4 jam, kemudian memasuki stadium sudoris dimana penderita banyak keringat. Pada

malaria tertiana demam timbul setiap hari ketiga, sedangkan pada malaria tropika demam akan

berjalan terus menerus.2

1. Periode dingin (15-60 menit)

Mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada

saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan

meningkatnya temperature.

2. Periode panas

Pada periode ini penderita mukanya merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi

dalam beberapa jam, lalu diikuti dengan keadaan berkeringat.

3. Periode berkeringat

Penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat.

Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. Vivax, dan P.Falciparum menggigil

dapat berlangsung berat ataupun tidak ada.

Diagnosis Banding

Page 6: skenario 10

Diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang diperkirakan dekat dengan hasil

diagnosis kerja.

Demam Tifoid

Diagnosis pembanding dari penyakit malaria di tinjau dari demam dan keadaan ikterus

adalah demam tifoid. Gejala dari demam tifoid sendiri ialah panas lebih dari 4 hari

kontinu terutama pada malam hari. Keadaan umum penderita nafsu makan berkurang,

mulai apatis, fisik lidah coatea, bercak roseola pada kulit, bradikardirelatif, Hb turun dan

lain-lain.3

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan

oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala klinisnya adalah demam tinggi yang berlangsung

dalam waktu singkat selama 2-7 hari, yang dapat mencapai 40oC. Demam juga sering

ditandai dengan gejala tidak spesifik seperti tidak nafsu makan, lemah badan, nyeri sendi

dan tulang, rasa sakit di daerah belakang mata (retro-orbita), dan wajah yang kemerah-

merahan. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi,

perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede (+), ptekiae, buang air besar yang berwarna

merah kehitaman. Adanya pembesaran pada hati (hepatomegali). Kegagalan sirkulasi

darah, ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan cepat, ujung jari dingin,

penurunan kesadaran, dan syok yang dapat menyebabkan kematian. Penurunan jumlah

trombosit <100.000 mm3 dan peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal.4

Leptospirosis

Gambaran klinis leptospirosis dibagi atas 3 fase yaitu : fase leptospiremia, fase imun dan

fase penyembuhan.

- Fase Leptospiremia

Demam mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala, nyeri otot,

hiperaestesia pada kulit, mual muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus, injeksi

silier mata. Fase ini berlangsung 4-9 hari dan berakhir dengan menghilangnya

gejala klinis untuk sementara.

- Fase Imun

Page 7: skenario 10

Dengan terbentuknya IgM dalam sirkulasi darah, sehingga gambaran klinis

bervariasi dari demam tidak terlalu tinggi,gangguan fungsi ginjal dan hati, serta

gangguan hemostatis dengan manifestasi perdarahan spontan.

- Fase Penyembuhan

Fase ini terjadi pada minggu ke 2-4 dengan patogenesis yang belum jelas. Gejala

klinis pada penelitian ditemukan berupa demam dengan atau tanpa muntah, nyeri

otot, ikterik, sakit kepala, batuk, hepatomegali, perdarahan dan menggigil serta

splenomegali.5-7

Etiologi dan VektorPenyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang berasal dari famili plasmodidae.

Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami perkembangbiakan secara

aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Untuk perkembangan seksualnya terjadi dalam tubuh

nyamuk anopheles betina.8 Di dunia terdapat sekitar 170 spesies plasmodium yang dikenal, tetapi

hanya 4 yang menjadi penyebab malaria pada manusia yaitu:9

Plasmodium falciparum

Dulu dikenal sebagai “Subtertian atau malaria tertian maligna”, merupakan spesies yang

paling mematikan dan jika tidak diobati dapat fatal dalam beberapa hari sejak awitan.

Plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika/malaria serebral.

Plasmodium vivax

Spesies ini dapat bersembunyi di dalam tubuh (hati) dan dapat kambuh selama 3 tahun ke

depan. Plasmodium ini merupakan penyebab malaria tertiana.

Plasmodium ovale

Spesies ini jarang, tapi bisa pula bersembunyi di dalam tubuh. Plasmodium ini

merupakan penyebab malaria ovale.

Plasmodium malariae

Spesies ini dapat bersembunyi dalam aliran darah selama bertahun-tahun tanpa

menimbulkan gejala. Meskipun begitu, orang yang telah terinfeksi dapat menularkan ke

orang lain melalui gigitan nyamuk atau transfusi darah.

Page 8: skenario 10

Plasmodium memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya yaitu manusia dan nyamuk

anopheles betina. Siklus pada manusia mulai terjadi saat nyamuk anopheles infektif menghisap

darah manusia. Sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran

darah selama lebih kurang 1/2 jam. Setelah itu sporozoit masuk kedalam sel hati dan menjadi

tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon di hati yang terdiri dari 10.000-30.000

merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung

selama lebih kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung

berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut

hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai

bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat

menimbulkan relaps (kambuh).9

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah masuk ke peredaran darah dan

menginfeksi sel darah merah, hal ini disebut sebagai sporulasi. Di dalam sel darah merah,  parasit

tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung

spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit

yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah

lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.9

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah

merah membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Apabila nyamuk anopheles

betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan

betina melakukan pembuahan sehingga dihasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet

kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk, ookinet

akan menjadi ookista dan selanjutnya pecah mengeluarkan ribuan sporozoit. Sporozoit ini

bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.9

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala

klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.

Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam

darah tepi dengan pemeriksaan mikroskopis.9

Page 9: skenario 10

Epideomiologi

Malaria dapat ditemukan di berbagai macam tempat di dunia, keadaan malaria di dunia

saat ini, diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta 2,7 juta

kematian. Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak dengan rasio 1 dari 4 anak balita di

Afrika meninggal karena malaria. Beberapa negara yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat,

Canada, negara di eropa (kecuali Russia), Israel,Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea,

Brunei, dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vektor kontrolnya yang

baik, walaupun demikian banyak dijumpai kasus malaria yang di import karena pendatang dari

negara malaria ataupun penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria. Plasmodium

falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya di jumpai pada semua negara; Afrika, Haiti dan

Papua Nugini dengan umunya Plasmodium falciparum. Plasmodium vivax banyak di Amerika

Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan India umumnya Plasmodium

falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium ovale biasanya hanya di Afrika.

Di Indonesia kawasan Timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara,

Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusatenggara Timur serta Timor Timur merupakan

daerah endemis malaria dengan Plasodium falciparum dan Plasmodium vivax. Beberapa daerah

di Sumatra mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.5-7

PatofisiologiDemam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon (sporulasi) yang mengeluarkan

bermacam-macam antigen. Antigen ini merangsang sel-sel makrofag, monosit atau

limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor necrosis factor).

TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan

terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium memerlukan waktu yang bebeda-

beda. P. falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax dan P. ovale 48 jam, dan P.malariae

72 jam. Demam pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari,P. vivax atau P.ovale selang

waktu satu hari, dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.9

  Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak

terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia

Page 10: skenario 10

dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel

darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,

sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya

1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax, P.ovale dan P.

malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.9

  Splenomegali terjadi karena limpa merupakan organ retikulo endothelial, dimana

plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini

menyebabkan limpa membesar.10

Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus.

Eritrosit yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya

eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu

pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Pla

smodium falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan

reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini, terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam

pembuluh kapiler yang menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung

oleh proses terbentuknya “rosette” yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan

sel darah merah lainnya. Pada proses sitoadrenasi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu

terbentuknya mediator-mediator anatara lain sitokin (TNF interleukin), di mana mediator

tersebut mempunyai peran dalam gangguan fungsi jaringan tertentu.11

Gejala klinis

Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya tranmisi infeksi

malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium, daerah asal infeksi,

umur,faktor genetik, keadaaan kesehatan dan nutrisi, pengobatan sebelumnya.Keadaan klinik

dalam perjalanan infeksi malaria:12

Serangan primer: yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi

serangan paroksimal yang terdiri dari menggigil, panas dan berkeringat. Serangan

paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan

keadaan imunitas penderita.

Page 11: skenario 10

Periode latent: yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi

malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.

Recrudescense: yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu

sesudah berakhirnya serangan primer. Berulangnya gejala klinik sesudah periode laten

dan serangan primer.

Recurrence: yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu

berakhirnya serangan primer.

Relaps: berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara

serangan periodik dari infeksi prime yaitu setelah periode yang lama dari masa latent

(sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar

eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.

Penatalaksanaan

Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium, antimalaria dibedakan

atas skizontosoid jaringan dan darah; gametosid dan sporozontosid. Obat yang mengeliminasi

bentuk hepatik yang dorman atau sedang berkembang disebut skizontosid jaringan. Obat yang

bekerja terhadap parasit eritrositik disebut skizontisid darah. Obat yang membunuh stadium

seksual dan mencegah transmisi ke nyamuk disebut gametosid. Beberapa agen yang tersedia

merupakan obat profilaktik kausal, yaitu mampu mencegah infeksi eritrositik. Untuk

mengendalikan serangan klinik digunakan skizontosid darah yang bekerja terhadap merozoit di

eritrosit. Dengan demikian tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi penghancuran eritrosit

yang dapat menimbulkan gejala klinik. Contoh obat golongan ini adalah klorokuin, kuinin,

meflokuin, halofantrin, dan qinghaosu (artemisinin). Pengobatan supresi ditujukan untuk

menyingkirkan semua parasit dari tubuh pasien dengan memberikan skizontosid darah dalam

waktu yang lebih lama dari masa hidup parasit. Pencegahan kausal digunakan skizontosid

jaringan yang bekerja pada skizon yang baru memasuki jaringan hati. Dengan demikian tahap

eritrosit dapat dicegah dan transmisi lebih lanjut dihambat. Kloroguanid (proguanil) efektif untuk

profilaksis kausal malaria palcifarum. Pencegahan relaps juga menggunakan skizontosid

jaringan. Senyawa ini akan bekerja pada bentuk laten jaringan P. vivax dan P. ovale, setelah

bentuk primernya dijaringan hati dilepaskan ke sirkulasi skizontosid jaringan dimanfaatkan

untuk profilaksis terminal atau penyembuhan radikal. Pada serangan akut, skizontosid jaringan

Page 12: skenario 10

diberikan bersamaan dengan skizontosid darah. Pengobatan radikal dimaksudkan untuk

memusnahkan parasit dalam fase eritrosit dan eksoeritrosit. Untuk itu digunakan kombinasi

skizontosid darah dan jaringan.12

Klorokuin merupakan suatu 4-aminokuinolin sintetik yang diformulasikan sebagai garam

fosfat untuk pemakaian oral. Obat diabsorpsi secara cepat dan hampir sempurna dari

saluran cerna, mencapai kadar plasma maksimal dalam waktu sekitar 3 jam, dan cepat

didistribusikan ke jaringan tubuh. Volume distribusi obat ini sangat besar, yaitu 100-1000

L/kg, dan secara perlahan dilepaskan dari jaringan dan dimetabolisme. Klorokuin

dieksresi terutama dalam urine dengan waktu paruh inisial 3-5 hari, tapi waktu paruh

eliminasi terminalnya lebih lama, sekitar1-2 bulan. Klorokuin merupakan obat pilihan

pada terapi malaria nonpalsifarum dan falsiparum yang sensitive. Klorokuin cepat

menurunkan demam (24-48 jam) dan membersihkan parasitemia (48-72 jam) akibat

parasit yang sensitif. Klorokuin biasanya ditoleransi dengan baik, bahkan pada

penggunaan jangka panjang. Pemberian setelah makan dapat menurunkan beberapa efek

simpang ini. Klorokuin umunya tidak boleh digunakan pada penderita kelainan retina

atau lapang pandang serta miopati. Klorokuin sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada

pasien dengan riwayat penyakit hati atau gangguan hematologik atau neurologik. Agen

antidiare kaolin serta antasida yang mengandung kalsium dan magnesium dapat

menggangu penyerapan klorokuin sehingga tidak boleh diberikan secara bersamaan.12

Primakuin adalah turunan 8-aminokuinolin. Berbeda dengan kina, primakuin dosis terapi

tidak memiliki efek lain selain efek antimalaria. Setelah pemberian obat per oral,

primakuin segera diabsorpsi dan didistribusikan luas ke jaringan. Metabolisme

berlangsung cepat dan hanya sebagian kecil dari dosis yang diberikan yang dieksresi ke

urin dalam bentuk asal. Pada dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimun

dalam 3 jam, dan waktu paruh eliminasinya 6 jam. Metabolit oksidatif primakuin

menghasilkan 3 macam metabolit: turunan karboksil merupakan metabolit utama pada

manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik, sedangkan metabolit yang lain

memiliki aktivitas hemolitik. Efek samping yang paling berat dari primakuin adalah

anemia hemolitik akut pada pasien yang alami defisiensi G6PD. Beratnya hemolisis

tergantung dari besarnya dosis dan beratnya defisiensi. Dosis yang lebih tinggi dapat

timbulkan spasme usus dan gangguan lambung. Gangguan saluran cerna dapat diatasi

Page 13: skenario 10

dengan pemberian obat sewaktu makan. Priamakuin dikontradiksikan pada pasien dengan

gangguan sistemik berat yang cenderung alami artritis reumatoid dan lupus eritematosus.

Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil.12

Kina (kuinin) adalah alkaloid penting yang diperoleh dari kulit pohon sinkona dan

dipakai sebagai obat tradisional. Kina dapat diserap baik terutama melalui usus halus

bagian atas. Kadar puncaknya dalam plasma dicapai selama 1-3 jam setelah suatu dosis

tunggal. Distribusinya luas, terutama, ke hati, tapi kurang ke paru, ginjal, dan limpa.

Sebagian besar akan dimetabolisme dalam hati, sehingga hanya 20% yang dieskresikan

dalam bentuk utuh di urin. Karena perombakan dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi

kumulasi dalam badan. Waktu paruh eliminasi pada orang sehat adalah 11 jam dan pada

pasien malaria berat adalah 18 jam. Alkaloid sinkona dieksresi terutama melalui urin

dalam bentuk metabolit hidroksi, dan sebagian kecil melalui tinja, getah lambung,

empedu, dan liur. Pada orang yang hiporeaktif, sinkonisme terjadi setelah dosis pertama

yang menimbulkan rona, gatal, bercak merah, demam, dan gangguan lambung, sesak

napas, gangguan pendengaran, dan penglihatan. Black water fever dengan gejala

hemolisis berat, hemoglibinemia, dan hemoglobinuri merupakan suatu reaksi

hipersensitiv kina yang biasa terjadi pada orang hamil. Dapat menyebabkan gangguan

ginjal, hipoprotombinemia, dan agranulositosis.12

Komplikasi

Pada penderita malaria, jika tidak mendapat penanganan atau dibiarkan begitu saja,

resiko membahayakan dapat terjadi dengan komplikasi-komplikasi yang beragam. Komplikasi

yang timbul dari penderita malaria jika tidak ditangani adalah pasien dapat mengalami penyakit

yang disebut dengan “malaria berat”. Komplikasi malaria berat ini umumnya disebabkan karena

P. Falciparum dan sering disebut pernicious manifestations. Penderita malaria dengan komplikasi

umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi

P. Falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:1

1. Malaria serebral (coma), tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit

setelah serangan kejang. Derajat penurunan kesadaran harus

dilakukan penilaian berdasarkan GCS(Glasgow Coma Scale).Gangguan kesadaran rin

gan (GCS < 15).

Page 14: skenario 10

2. Acidemia/acidosis: pH darah < 7,25 atau plasma bicarbonate < 15 mmol/L,

kadar laktat vena < atau > 5 mmol/L, klinis pernapasan dalam/respiratory distress.

3. Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15%) pada keadaan parasit < 10.000

per mikro-liter-darah.

4. Gagal ginjal akut (urin < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/Kg BB pada

anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kretainin > 3mg/dl.

5. Hipoglikemi, merupakan keadaan dimana gula darah < 40 mg/dl

PencegahanTindakan pencegahan`infeksi malaria sangat penting untuk setiap individu, apalagi

individu yang imunitasnya rendah. Oleh karena itu, masih sangat dianjurkan

untuk memperhatikan tindakan pencegahan untuk menghindari diri dari gigitan nyamuk, yaitu

dengan cara:13

1. Tidur dengan kelambu, sebaiknya dengan kelambu impregnated (dicelup

peptisida, pemethrin atau deltamethrin).

2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk (gosok, spray, asap, atau elektrik).

3. Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau memakai baju

lengan panjang, kaus/stocking.

4. Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti nyamuk.

Dengan cara promotif juga dapat dilakukan pencegahan, yaitu dengan melakukan

penyuluhangerakan 3M. Gerakan 3M adalah sebagi berikut:

1. Menguras bak mandi. Menguras bak mandi harus dilakukan sesering mungkin.Tujuannya

adalah supaya nyamuk tidak bertelur di bak mandi.

2. Menutup tampungan air. Tujuannya agar nyamuk tidak dapat masuk.

3. Menimbun barang-barang bekas, seperti kaleng, botol bekas dan plastik.Tujuannya agar

tidak menjadi tempat bersarangnya nyamuk.

Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan fogging, jumantik, dan abatisasi.

Berikut penjelasannya:

Page 15: skenario 10

1. Fogging, yaitu upaya yang dilakukan dengan pengasapan. Pengasapan ini dilakukan di

lokasi-lokasi yang tinggi jumlah peningkatan kasus DBD-nya agar

penyebaran penyakit dapat segera dikendalikan lewat pemberantasan vektor nyamuk Aed

es aegypti dewasa bersama-sama masyarakat dan sektor swasta. Fogging dilakukan

didaerah fokus-fokus penularan. 

2. Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jumantik, bertugas untuk melaksanakan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN ini diintensifkan lewat kegiatan Pemantauan

Jentik Berkala (PJB) dengan merekrut Juru Pemantau Jentik (Jumentik).

3. Abatisasi adalah menggunakan sejenis insektisida dengan merek dagang Abate.

Kegunaannya untuk mencegah larva berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Prognosis

Telah kita ketahui sebelumnya, bahwa dikenal ada 4 jenis plasmodium pada

malraia.Keempat jenis plasmodium ini memiliki masing-masing prognosis. Sebagai berikut:1

1. P. Vivax (baik, tidak menyebabkan kematian).

2. P. Malariae (tanpa pengobatan dapat menimbulkan relaps 30-50 tahun).

3. P. Ovale (baik).

4. P. Falciparum (banyak komplikasi, menyebabkan malaria berat, juga kematian).

Kesimpulan

Jadi, dari gejala klinik penyakit yang dapat menyebabkan demam di atas, disimpulkan

bahwa, laki-laki 35 tahun yang mengeluh demam sejak 1 minggu yang lalu dengan sifat demam

yang sempat menghilang kemudian naik lagi disertai menggigil, berkeringat, sakit kepala dan

mual. Sesuai dengan ciri-ciri pasien yang menderita penyakit malaria.

Daftar pustaka

Page 16: skenario 10

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Anamnesis

dan Pemeriksaan Fisik. Ed5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing. 2009.

2. Harijanto PN. Malaria. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit. Edisi ke- 5. Jilid 3 Jakarta: Interna Publishing;

2009. H. 1754-69.

3. Santoso M. Standart pelayanan medis penyakit dalam: Rumah Sakit Umum Daerah

Koja. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia; 2004. H. 13-7.

4. Wahyu GG. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Jakarta:

PT Mizan Publika; 2011.

5. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN, editor. Malaria,

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC; 2000.

Hal. 1-15.

6. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam: Harijanto

PN, editor. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.

Jakarta: EGC; 2000. Hal: 38-52.

7. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;

Hal: 151-55.

8. Aines. Seri lingkungan dan penyakit: Manajemen berbasis lingkungan. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo; 2006. H. 73-4.

9. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia.

Jakarta:Departemen Kesehatan RI; 2008.h. 7.3.

10. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang

diserang.Astuti NZ, editor. Jakarta: EGC; 2009.h. 214

11. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Hartanto

H,editor. Jakarta: EGC; 2012.h. 258-9

12. Syarif A, Sadikin ZD. Obat malaria. Dalam : Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Farnakologi dan terapi. Edisi

5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI ; 2012. H. 556-70

13. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasan.

Jakarta: Erlangga; 2008. h. 34-6, 59-63, 111-6, 124-5.