SkAbies

36
BAB I PENDAHULUAN Skabies adalah akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei yang menyebabkan dermatosis dan telah menginfestasi manusia selama 2.500 tahun lamanya. Spesies Sarcoptes mempunyai sejumlah varietas yang masing-masing bersifat host spesifik. Penyebab skabies pada manusia adalah varian hominis, sedangkan varian lainnya seperti varian animalis dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat bertahan lama. Sarcoptes scabiei atau disebut juga tungau,the itch, gudik, budukan. Sarcoptes scabiei bisa dilihat mata manusia dengan bantuan mikroskop. Waktu yang diperlukan S. scabiei dari telur untuk menjadi dewasa adalah 10-14 hari. Sarcoptes scabiei jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada S. scabiei betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi S. scabiei betina. Gambaran klinis skabies pada umumnya adalah ditemukan lesi papula, pustula, lesi-lesi kronik akibat 1

description

SkAbies

Transcript of SkAbies

Page 1: SkAbies

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies adalah akibat infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei yang

menyebabkan dermatosis dan telah menginfestasi manusia selama 2.500 tahun

lamanya. Spesies Sarcoptes mempunyai sejumlah varietas yang masing-masing

bersifat host spesifik. Penyebab skabies pada manusia adalah varian hominis,

sedangkan varian lainnya seperti varian animalis dapat menginfestasi manusia, tetapi

tidak dapat bertahan lama. Sarcoptes scabiei atau disebut juga tungau,the itch, gudik,

budukan.

Sarcoptes scabiei bisa dilihat mata manusia dengan bantuan mikroskop.

Waktu yang diperlukan S. scabiei dari telur untuk menjadi dewasa adalah 10-14

hari. Sarcoptes scabiei jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada

S. scabiei betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit.

Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi S. scabiei

betina.

Gambaran klinis skabies pada umumnya adalah ditemukan lesi papula,

pustula, lesi-lesi kronik akibat garukan di tempat predileksi infestasi tungau serta lesi-

lesi akibat infeksi sekunder. Berbeda dengan manifestasi klasiknya, pada penderita

yang mengalami defek respon imunitas seluler atau kelemahan mental (mental

debilitation), lesi skabies memiliki bentuk khusus yang dikenal sebagai skabies

Norwegian (krustosa).

Gambaran klinis ini sering tertukar dengan dermatosis berkrusta seperti

psoriasis, dermatitis seboroik, dermatitis kontak dan berbagi penyebab eritroderma

lainnya. Diagnosis sering tertunda hingga berbulan-bulan dan tidak jarang diketahui

setelah adanya orang di sekitar penderita yang terinfeksi.

1

Page 2: SkAbies

Syarat pengobatan yang ideal ialah harus efektif terhadap semua stadium

S.scabiei, tidak menimbulkan iritasi, tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak

merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Cara

pengobatannya ialah mengobati penderita dan seluruh keluarga. Adapun jenis obat

topical yang digunakan ialah belerang, emulsi benzil-benzoat (20-25%), Gama

Benzena Heksa Klorida, Krotamiton 10%, Permetrin dengan kadar 5%.

2

Page 3: SkAbies

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies disebut juga dengan the

itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan). Di

Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit

ampere, dan gatal agogo.

2.2 Epidemiologi

Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim

tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia,

meskipun demikian gambaran akurat insidensinya sulit ditentukan dengan pasti

karena berbagai laporan yang ada hanya berdasarkan catatan kunjungan pasien rawat

jalan di rumah.

Di beberapa negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara

kronik pada beberapa kelompok. Sebagai contoh, survey di sepanjang sungai Ucayali,

Peru tahun 1983 menemukan bahwa di beberapa desa semua anak penduduk asli telah

mengidap skabies. Penelitian lain di India tahun 1985 menemukan bahwa prevalensi

skabies pada anak-anak di banyak desa sebesar 100%. Hasil survey di Kuna tahun

1986 menemukan 61% dari 756 penderita skabies berusia 1-10 tahun dan 84% pada

bayi kurang 1 tahun. Di daerah Malawi, suatu penelitian memperlihatkan bahwa

insidens tertinggi terdapat pada usia 0-9 tahun. Skabies endemik di daerah tropis dan

3

Page 4: SkAbies

subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika Tengah dan Selatan, Australia Utara,

Kepulauan Karibia, Indonesia, dan Asia Tenggara. Diperkirakan 300 juta orang

terkena infestasi skabies per tahunnya.

Prevalensi yang tinggi ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang

dewasa, dimana laki-laki lebih tinggi prevalensinya dibandingkan dengan wanita.

Begitu pula orang dengan sosioekonomi rendah lebih berpeluang besar dibandingkan

orang dengan sosioekonomi tinggi,dan prevalensi yang tinggi juga didapatkan pada

orang yang aktif secara seksual.

2.3 Etiologi

Sarcoptes scabiei var. hominis termasuk filum Arthropoda, kelas

Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes

scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna

putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450

mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron

x 150-200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat

untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,

sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

keempat berakhir dengan alat perekat. Sarcoptes scabiei bergerak dengan kecepatan

2,5 cm per menit dipermukaan kulit.

4

Page 5: SkAbies

Gambar 1. Sarcoptes scabiei

Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan penghuni yang

tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam

diagnosis serta penatalaksanaan skabies .

Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung

melalui kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan

hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui

benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.

2.4 Patogenesis

Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan

mati, kadang-kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan

yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan

dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil

meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk

betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya

dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini

dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Larva yang keluar akan

permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan

5

Page 6: SkAbies

biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapatkan makanan

Setelah 2-4 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan

betina, dengan 4 pasang kaki.

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8-12 hari. Pada suhu kamar (21oC dengan kelembaban relatif 40-80%)

tungau masih dapat hidup di luar pejamu selama 24-36 jam.

Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes scabiei varian hominis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga

oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan sensitisasi

terhadap ekskresi sekret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah

infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya

papula, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi

krusta, dan infeksi sekunder.

6

Page 7: SkAbies

Gambar 3. Transmisi Sarcoptes scabiei varian hominis pada manusia

2.5 Manifestasi Klinik

Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-bintik

kecil sampai besar. Berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-

bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi.

Menurut Handoko (2008), ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

7

Page 8: SkAbies

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam

sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang

berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,

yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi

tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa

(carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata

panjang 1 cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika

timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan

lain-lain).

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang

tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian

luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,

genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Sejauh mana penyakit ini menginfeksi bergantung pada kebersihan pribadi

dan status kekebalan individu yang terinfeksi, serta durasi dan derajat kutu. Penyakit

yang lebih berat biasanya terjadi pada individu yang kurang memperhatikan

perawatan pribadi.

Lesi yang patognomonik untuk skabies adalah terowongan yang hampir tidak

terlihat oleh mata, berupa lesi yang agak meninggi, lurus atau berkelok-kelok dan

8

Page 9: SkAbies

berwarna keabu-abuan. Pada ujung terowongan didapatkan vesikel atau pustul

terutama pada bayi dan anak.

Gambar 4. Distribusi lesi skabies pada orang dewasa

Gambar 5. Gambaran klasik skabies.

A. Skabies pada jari tangan; B. Skabies pada penis laki-laki; C. Papular skabies pada

areola mammae dan nipple pada payudara wanita; D. Kanalikuli pada kulit; E.

bekas garukan akibat pruritus pada skabies.

9

Page 10: SkAbies

2.6 Jenis –jenis Skabies

Menurut Djuanda (2006), terdapat bentuk-bentuk khusus antara lain:

a. Skabies pada orang bersih

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papula dan terowongan yang sedikit

jumlahnya hingga sangat sukar ditemukan. Dalam penelitian dari 1000 orang

penderita skabies hanya menemukan 7% terowongan.

b. Skabies in cognito

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga

gejala dan tanda klinis membaik. Tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa

terjadi.

c. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Sumber utama dari skabies ini adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan

skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan. Tidak menyerang sela-sela jari dan

genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak

atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, lengan, dan dada. Masa inkubasi

lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8

minggu) dan dapat sembuh sendiri karena skabies varietas binatang tidak dapat

melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

d. Skabies Nodul

Skabies jenis ini jarang dijumpai dan gambaran klinisnya adalah nodul

berpigmen yang terasa gatal dan dapat menetap selama berbulan-bulan. Lesi berupa

nodus coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup, terutama pada daerah

tertutup terutama pada genitalia pria, inguinal dan aksila. Penegakan diagnosis dapat

melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi membaik dengan

pengobatan khusus skabies.

10

Page 11: SkAbies

e. Skabies pada bayi dan anak

Biasanya datang dengan gejala pruritus, sering erupsinya generalisata dengan

predileksi kepala, wajah, tangan dan kaki. Umumnya lesi berupa papul,

vesikulopustul, dan nodul. Anak-anak sering kali timbul vesikel yang menyebar

dengan gambaran suatu impetigenosa atau infeksi skunder oleh Staphylococcus

aureus.

f. Skabies Norwegian atau Crusted scabies

Kebanyakan ditemukan pada orang dengan sistem immunecompromised (pada

orang tua, orang yang terinfeksi Human Immunodefficiency Virus/HIV). Skabies

krustosa biasanya terjadi pada pasien-pasien yang mengalami defek respon imunitas

seluler atau penurunan sensibilitas kutan akibat kelemahan fisik atau mental

(Sindroma Down). Penurunan sensibilitas kutan ini mengakibatkan berkurangnya

kesadaran dari hospes untuk menggaruk, yang merupakan suatu mekanisme

pertahanan mekanik terhadap infestasi tungau, sehingga terjadi multiplikasi tungau

dalam jumlah besar di epidermis dan menimbulkan lesi kulit yang hiperkeratotik.

Tempat predileksinya wajah, kulit kepala dan kuku. Tanda khas penyakit skabies

yaitu pruritus pada HIV/AIDS tidak dirasakan. Gambaran klinisnya yang tidak khas

dapat membingungkan dengan diagnosis penyakit keratosis folikularis suatu penyakit

dengan lesi papuler yang berskuama pada area seboroik termasuk badan, wajah, kulit

kepala dan daerah lipatan.

Gambar 6. Skabies Norwegian

11

Page 12: SkAbies

2.7 Diagnosis

2.7.1 Anamnesis

Terdapat beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain:

a. Biodata

Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit skabies bisa menyerang semua

kelompok umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini. Tempat,

paling sering di lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya

seperti asrama dan penjara.

b. Keluhan utama

Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.

c. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul lesi

berbentuk pustul pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola mammae,

bokong, atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita

menggaruk lesi tersebut sehingga ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies kecuali kontak angsung

atau tidak langsung dengan penderita.

e. Riwayat penyakit keluarga

Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga atau

juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.

f. Psikososial

12

Page 13: SkAbies

Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi

yang berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang

terkena lesi pada saat interaksi sosial.

g. Pola kehidupan sehari-hari

Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang

(kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat anamnesis,

perlu ditanya secara jelas tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga.

Dengan adanya rasa gatal di malam hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi

dan bau yang tidak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan

menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:

1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk

benang.

2. Papula, urtika, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder

yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.

3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impetiginasi dan furunkulosis.

Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti:

sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria)

dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki bahkan

diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada

kulit kepala dan wajah.

Sifat-sifat lesi kulit berupa papula dan vesikel milier sampai lentrikuler

disertai ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentrikuler. Lesi yang

13

Page 14: SkAbies

khas adalah terowongan (kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula

atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah

tempat persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei.

A B

C

Gambar 7. A. Kanalikuli pada skabies; B. Lesi sekunder pada skabies; C.

Scabies Rash

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui

pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

1. Kerokan kulit

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh,

kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap

14

Page 15: SkAbies

papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas

penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 20x atau 100x.

Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala.

Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau

pasien yang tidak kooperatif.

Gambar 8. Hasil pemeriksaan mikroskopik dengan minyak mineral

Setelah dilakukan pengerokan kulit didapatkan kutu betina yang hamil dengan telur

berbentuk oval, telur warna keabuan dan terdapat skibala.

2. Pengambilan tungau dengan jarum

Dilakukan dengan cara jarum dimasukan ke dalam bagian yang gelap dan

digerakan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat

diangkat keluar.

3. Epidermal shave biopsy

Dilakukan untuk menemukan terowongan atau papul yang dicurigai diantara ibu

jari dan jari telunjuk. Secara hati-hati puncak lesi diiris dengan skapel no 15

dilakukan sejajar dengan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak

terjadi pendarahan dan tidak perlu anestesi, kemudian spesimen diletakan pada

gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.

15

Page 16: SkAbies

Gambar 9. Sarcoptes scabiei dewasa pada lapisan epidermis kulit

4. Kuretasi terowongan (kuret dermal)

Merupakan kuretasi superfisial yang mengikuti sumbu panjang terowongan atau

puncak papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah

diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral. Cara ini dilakukan pada

bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.

5. Tes tinta Burrow

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan

alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik

berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat

dikerjakan pada bayi/anak dan pasien nonkooperatif.

2.8 Diagnosis Banding

Lesi pada skabies berupa eksematus, urtikaria atau nodula maka diagnosis

bandingnya adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, impitigo, dan gigitan

serangga.

a. Dermatitis atopik

Merupakan penyakit inflamasi kulit yang diakibatkan oleh beberapa faktor

pencetus, di antaranya genetik, kelemahan gen akibat rusaknya proteksi kulit,

rusaknya sistem imun sejak lahir dan tingginya respon imun terhadap alergan dan

16

Page 17: SkAbies

antigen mikroba. Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat stigma atopi (asma

brokial, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi, dermatitis atopik).

Gejala klinik yang utama pada penderita adalah pruritus akibatnya terjadi

kelainan kuit yang lain misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa

eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi dan krusta. Pada kulit penderia jika digores

tidak akan terjadi flare yang terjadi pada orang normal. Predileksi pada bayi : muka,

scalp, leher, lengan dan tungkai.

Predileksi pada anak di lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki.

Predileksi pada dewasa di muka leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut dan

punggung tangan.

Gambar 10. Papul prurigo pada pasien dermatitis atopic

b. Dermatitis kontak alergi

Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (IV) dan lebih dari 3700 bahan

kimia eksogen yang dapt memacu penyakit ini. Gejala kliniknya penderita merasa

gatal. Fase akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti

edema, papulo vesikel, vesikel atau bula yanga dapat pecah. Fase kronis terlihat kulit

kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.

Predileksinya sesuai daerah yang kontak dengan bahan alergan tersebut seperti

tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai.

17

Page 18: SkAbies

Gambar 11. Dermatitis kontak alergi akibat deodorant

c. Impetigo

Diakibatkan oleh Streptococcus B hemolyticus atau Staphylococcus aureus.

Pada infeksi Streptococcus B hemolyticus, gejala khas di kulit berupa eritema dan

vesikel yang cepat memecah dengan predileksi di muka (sekitar hidung dan mulut).

Pada infeksi Staphylococcus aureus, gejala klinik berupa eritema, bula dan bula

hipopion yang dapat pecah dan dasarnya masih eritematosa yang predileksinya di

ketiak, dada, dan punggung.

Gambar 12. Impetigo yang diakibatkan staphylococcus aureus.

(A). Eritema dan krusta dihidung dan sekitar mulut. (B). terjadi penyebaran yang meluas.

d. Gigitan serangga

Ada beberapa kelas serangga yang sering menyebabkan keluhan pada pasien

yaitu : Anoplura, Diptera, Cleoptera, Hemiptera, Siphonaptera, Hymenoptera, dan

Lepidoptera. Gigitan kutu serangga menghasilkan iritasi minimal pada individu,

18

Page 19: SkAbies

biasanya mengakibatkan papul-papul yang lurus atau urtikaria papul yang

berkerumun, sering ditemukan pada tungkai bawah. Anak-anak sangat peka terhadap

gigitan serangga ini, ludah serangga ini mampu menyebabkan papul urtikaria, dengan

ciri papul yang mudah pecah atau papul yang sangat gatal dapat terjadi pada daerah

kulit yang luka. Reaksi gigitan serangga dapat menyebabkan bullosa pada pasien

yang hipersensitivitas tinggi.

Pada daerah tropis ada spesis kutu serangga yang disebut Tunga penetrans yang

merupakan agen etiologi tungiasis, sebuah kutu serangga yang dapat masuk ke dalam

kulit manusia untuk meletakkan telur. Lesi terjadi hampir secara eksklusif pada kaki,

biasanya di permukaan kaki atau disela kaki. Spesis ini dapat mengakibatkan rasa

sakit, pruritus, infeksi bakteri sekunder dan kadang-kadang nekrosis dari jari kaki.

Gambar 13. Salah satu jenis kutu serangga ektoparasites.

Gambar 14. Papul urtikaria pada gigitan kutu

Banyaknya papul yang terdapat pada kaki anak yang ukurannya < 1 cm

19

Page 20: SkAbies

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :

a. Penatalaksanaan secara umum

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap

hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara

teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula halnya dengan

anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak,

juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya

kontak langsung. Secara umum tingkatkan kebersihan lingkungan maupun

perorangan dan tingkatkan status gizinya.

Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :

1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi

pengobatan secara serentak.

2. Hygiene perorangan penderita harus mandi bersih, bila perlu

menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang

akan dipakai harus disetrika.

3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal,

kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari

selama beberapa jam.

b. Penatalaksanaan secara khusus

Syarat obat yang ideal ialah :

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

20

Page 21: SkAbies

Obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) kadar 4-20%

Dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori

pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi

berumur kurang dari 2 tahun dan selama kehamilan atau menyusui. Sulfur

dipakai saat malam selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24

jam setelah pemakaian terakhir.

2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%)

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.

Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin

gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadar 1%

Dalam krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup

sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. Cara

pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan selama 8 jam. Sama

seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1 minggu setelah

terapi pertama. Efek sampingnya adalah toksik pada sistem saraf pusat.

sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak kecil, wanita hamil atau

menyusui, penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi

lainnya.

4. Krotamiton 10%

Dalam krim atau lotion juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek

sebagai anti skabies dan anti gatal. Kualitas krim ini dibawah permetrin, dan

efektivitasnya setara dengan benzyl benzoate atau sulfur. Harus dijauhkan dari

mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5%

Dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama,

aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi

21

Page 22: SkAbies

setelah seminggu. Krim permetrin diserap minimal dan dimetabolisasi dengan

cepat. Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan. Permetrin

sebaiknya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada

wanita hamil dan menyusui. Efek samping yang sering timbul adalah rasa

terbakar dan yang jarang adalah dermatitis kontak, dengan derajat ringan

sampai sedang.

Tabel 1. Terapi Skabies

Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita Aquired

Immunodefeciency Syndrome (AIDS). Ivermektin adalah suatu antiparasit yang

disahkan oleh Food Drug Administration (FDA) untuk onchocerciasis dan

strongilodiasis.

Ivermectin oral dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, tetapi biaya yang

lebih tinggi di beberapa negara mendukung pertimbangan terapi awal dengan agen

topical. Ivermectin harus rutin diterapi bagi pasien yang tidak memiliki respons

terhadap skabisid topikal, dan mungkin merupakan pilihan pertama bagi orang tua,

pasien dengan eksim umum, dan pasien lainnya yang mungkin tidak dapat

menoleransi atau sesuai dengan terapi topical.

Ivermectin 200 µg/kg adalah dosis tunggal oral, dapat diulang dalam 10-14

hari. Ivermectin oral merupakan cara efektif dan aman untuk menurunkan beban

penyakit di kalangan populasi tertutup di mana risiko infeksi sangat tinggi.

22

Page 23: SkAbies

2.10 Komplikasi

Impetiginisasi sekunder adalah komplikasi yang sifatnya umum dan biasanya

tertangani dengan baik oleh pengobatan topikal atau antibiotik oral, tergantung sejauh

mana pioderma terjadi. Limfangitis dan septikemia dapat berkembang, khususnya di

skabies yang berkrusta. Glomerulonefritis pasca streptokokus bisa terjadi dari skabies

yang diinduksi pyodermas disebabkan oleh streptokokus pyogenes.

2.11 Prognosis

Skabies adalah penyakit yang dapat diobati. Setelah pengobatan yang efektif,

gejala pruritus dan lesi kulit biasanya hilang dalam waktu 1-3 minggu kecuali kutu

kembali. Dalam kasus-kasus pengobatan yang gagal atau scabies yang kambuh, yang

harus diperhatikan terhadap kemungkinan sisa liang di bawah kuku atau di kulit

kepala. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka

penyakit ini dapat diberantas dapat diberantas dan memberikan prognosis baik.

23

Page 24: SkAbies

BAB III

KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

Terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Transmisi atau perpindahan

skabies anatara penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung (kontak kulit),

misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat

melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,

bantal, dan lain-lain.

Gejala skabies berupa gatal terutama pada malam hari. Tempat predileksi

biasanya pada sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian

luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia

eksterna (pria), dan perut bagian bawah.

Pada penderita dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur setiap

hari. Semua pakaian, sprei dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara

teratur. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka

penyakit ini dapat diberantas dapat diberantas dan memberikan prognosis baik.

24

Page 25: SkAbies

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Skabies. Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan

Kelamin. Jakarta: FK UI; 2007. p. 122-5.

2. Soedarto M. Skabies. Daili FS, Makes BIW, Zubeir F, Judanarso J, editors.

Infeksi Menular Seksual edisi Ketiga. Jakarta Pusat: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 193-99.

3. Jonson R. Scabies. American Academy Dermatology. Schaumburg: Woodfield

Road; 2005.p. 3070-8

4. Stone PS, Goldfrab NJ, Bacelieri ER. Scabies, Other mites, and Pediculosis :

Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors.

Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Seventin Edition. United States:

Mc Graw Hill Medicall; 2008.p. 2029-32.

5. Djuanda A. Pioderma . In: Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan

Kelamin. Jakarta: FK UI; 2007. p. 60-1

6. Djuanda S, Sularsito AS. Dermatitis. In: Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit

Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FK UI; 2007. p. 138-43

7. Cohen ED, Jacob ES. Allergic Contact Dermatitis : Wolff K, Goldsmith AL,

Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology

In General Medicine Seventin Edition. United States: Mc Graw Hill Medicall;

2008.p. 135-40.

8. Leung MYD, Eichenfield FL, Boguniewicz M. Atopic Dermatitis (Atopic

Eczema) : Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell

JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Seventin Edition.

United States: Mc Graw Hill Medicall; 2008.p. 146-49.

9. Craft N, Lee KP, Zipoli TM, Weinberg NA, Zwart NM, Johnson AR. Superficial

Cutaneous Infections and Pyodermas : Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS,

25

Page 26: SkAbies

Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In

General Medicine Seventin Edition. United States: Mc Graw Hill Medicall;

2008.p. 1697

10. Steen JS, Schwartz AR. Arthropod Bites and Stings : Wolff K, Goldsmith AL,

Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors. Fitzpatrick’s Dermatology

In General Medicine Seventin Edition. United States: Mc Graw Hill Medicall;

2008.p. 2059-63.

26