sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1...

85
Tugas Etika Profesi Akuntan REVISI KASUS WASTE MANAGEMENT INC. DAN PT GREAT RIVER INTERNATIONAL TBK 12 Mei 2014 Oleh: Independence 8335118315 Tiara Ade Rahma 8335118325 Nurviani Muzdalifah

Transcript of sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1...

Page 1: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Tugas Etika Profesi Akuntan

REVISI KASUS WASTE

MANAGEMENT INC. DAN

PT GREAT RIVER

INTERNATIONAL TBK 12 Mei 2014

Oleh:

Independence

8335118315 Tiara Ade Rahma

8335118325 Nurviani Muzdalifah

Program Studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

2014

Page 2: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan

berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Laporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi Akuntansi

Independence Jurusan Akuntansi 2011 Universitas Negeri Jakarta.

Laporan ini ditujukan kepada Ibu Marsellisa Nindito sebagai Dosen Mata

Kuliah Etika Profesi Akuntansi. Makalah ini membahas tentang dua kasus yang

masing-masing terjadi di Amerika Serikat dan Indonesia, serta kaitannya dengan

peraturan di masing-masing Negara tersebut.

Pada kesempatan ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Ibu Marsellisa Nindito selaku Dosen Mata Kuliah Etika Profesi Akuntansi

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 30 April 2014

Tiara & Nurviani

Page 3: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB 2 Pembahasan

2.1 Studi Kasus 1: Waste Management Inc.

2.1.1 Sejarah Singkat Waste Management Inc.

2.1.2 Kronologi

2.1.3 Pihak-Pihak Terkait

2.1.4 Terjadinya Skandal

2.1.5 Dampak dan Kelanjutan

2.1.6 Analisis Kasus

2.2 Studi Kasus 2: PT Great River International Tbk

2.2.1 Sejarah Singkat PT Great River International Tbk

2.2.2 Kronologi

2.2.3 Pihak-Pihak Terkait

2.2.4 Bukti-bukti dan Fakta

2.2.5 Penyebab Terjadinya Skandal

2.2.6 Dampak Terjadinya Kasus

2.2.7 Analisis Kasus

BAB 3 Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

Lampiran: Print-out Presentasi

Page 4: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong

munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di

dalam dunia bisnis. Hampir semua usaha bisnis betujuan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar dapat meningkatkan

kesejahteraan pelaku bisnis dan memperluas jaringan usahanya. Namun terkadang

untuk mencapai tujuan itu segala upaya dan tindakan dilakukan. Walaupun pelaku

bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang mengabaikan berbagai dimensi moral

dan etika dari bisnis itu sendiri.

Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang dengan menerapkan

prinsip-prinsip etis untuk berbisnis. Prinsip-prinsip etis dalam berbisnis adalah

merupakan suatu hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan

baik disertai dengan sebuah sistem pemerintahan yang adil dan efektif dalam

menegakkan aturan bisnis tersebut. Dalam prinsip ini terdapat tata cara ideal dalam

pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas ini dapat

menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam

setiap jenis profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi

yang harus diterapkan oleh setiap individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan

harus lebih dijaga daripada kepentingan perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi

tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses

pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis, dengan berdasarkan kepentingan

banyak pihak yang terlibat dengan perusahaan. Dan bukan didasarkan pada beberapa

pihak tertentu saja. Karena itu, bagi akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi

yang harus diikuti. Kode etik dalam akuntansi pun menjadi barang wajib yang harus

mengikat profesi akuntan.

Page 5: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Profesi akuntan yang selama ini mendapat kepercayaan publik untuk

melindungi kepentingannya justru dianggap telah mengkhianati janjinya, yang

mengawali kehadiran profesi ini di tengah publik. Publik melihat bahwa hal ini bukan

merupakan business failures melainkan audit failures, yaitu terjadinya kegagalan

auditor dalam melaksanakan audit. Artinya audit yang dilakukan tidak sesuai dengan

standard audit yang telah ditetapkan.

Dengan demikian salah satu contoh skandal yang berasal dari Amerika Serikat

adalah Waste Management Inc. Perusahaan yang bergerak dalam industri pembuangan

limbah dan perusahaan jasa lingkungan. Perusahaan tersebut melakukan rekayasa

laporan keuangan dalam hitungan miliaran dollar, kasus yang sama juga terjadi di

Indonesia yaitu PT Great River International Tbk. Sebagai reaksi atas kasus-kasus

tersebut Bapepam dan BEI juga mewajibkan penerapan Good Corporate Governance

(GCG) bagi perusahaan-perusahaan yang telah menjual sahamnya di Bursa efek.

Fenomena yang terpapar menunjukkan bahwa laporan keuangan telah gagal

untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan. Laba sebagai

bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi

ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi

untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang

tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat

menyesatkan pihak pengguna laporan. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan

keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan

keuangan karena untuk tujuan kontrak pengambilan keputusan investasi (Schipper dan

Vincent, 2003).Untuk mengetahui lebih lanjut kasus-kasus yang terjadi terkait hal ini,

kami mengkhususkan pembahasan skandal yang terjadi pada Waste Management dan

PT Great River International Tbk.

1.2 Rumusan MasalahDalam menyusun makalah ini, kami menggunakan skema 5W+1H dalam merumuskan

masalah mengenai:

1) Apa yang terjadi pada skandal Waste Management dan PT Great River

International

2) Siapa pihak-pihak yang terlibat dan terkena dampak dari skandal Waste

Management dan PT Great River International

Page 6: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

3) Kapan terjadinya runtutan skandal Waste Management dan PT Great River

International

4) Mengapa skandal Waste Management dan PT Great River International

dapat terjadi

5) Bagaimana dampak skandal Waste Management dan PT Great River

International terhadap tata kelolal perusahaan

6) Peraturan apa saja yang telah dilanggar oleh Waste Management dan PT

Great River International terhadap kasus yang bersangkutan

1.3 Tujuan PenulisanMemahami isu-isu, prinsip-prinsip, dan praktik-praktik yang terlibat dalam

harapan-harapan baru ini merupakan hal yang penting untuk mengantisipasi dan

mempertimbangakan hal apa saja yang sesuai untuk tata kelola dan perilaku yang tepat

bagi perusahaan dan para akuntan profesional di masa depan. Dihadapkan dengan

pilihan menerapkan suatu aliran pedoman dan peraturan baru, para pebisnis dan

akuntan profesional akan menemukan bahwa tugas mereka difasilitasi oleh pemahaman

akan esensi etika yang berdasarkan pada inisiatif-inisiatif yang baru.

Page 7: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus 1: Skandal Waste Management Inc. (WMI)

2.1.1 Sejarah Singkat Waste Management Inc.

Waste management, Inc (WMI) didirikan oleh dua sepupu Dean Buntrock dan

Wayne Huizenga pada tahun 1968, perusahaan yang bermarkas di City Tower Pertama

di Houston, Texas. Perusahaan bergerak dalam industri pembuangan limbah dan

perusahaan jasa lingkungan di AS. Waste menjadi perusahaan manajemen limbah

terbesar di AS. Namun, Wayne Huizenga meninggalkan WMI pada tahun 1984 untuk

mendirikan kerajaan blockbuster.

Bisnis inti dari Waste Management untuk manajemen sampah di Amerika Utara

terdiri dari proses-proses penting sebagai berikut, yaitu mengumpulkan (collection),

memindahkan (transfer) & membuang (disposal).

Dalam pemilikan Buntrock sebagai CEO, perusahaan tersebut ‘go public’ pada

tahun 1971, dan kemudian berkembang selama tahun 1970an dan 1980an melalui

beberapa tambahan atau akusisi dari perusahaan angkutan sampah lokal dan pengurus-

pengurus landfill. Bahkan pada suatu saat perusahaan mampu melakukan hampir dari

200 akusisi selama setahun. Dari 1971 sampai dengan 1991, perusahaan menikmati

rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 36% per tahun dan pertumbuhan laba bersih

sebesar 36% per tahun.

2.1.2 Kronologis Kasus

Pada 1991, Waste Management menjadi bisnis pembersih sampah terbesar di dunia,

dengan pendapatan lebih dari $7.5 milyar. Meskipun terjadi resesi, Buntrock dan

eksekutif lainnya di Waste Management menetapkan tujuan/sasaran pertumbuhan

yang agresif.

Pada 1992 misalnya, perusahaan meramalkan pertumbuhan sebesar 26.1% untuk

pendapatan & 16.5 % untuk laba bersih berturut-turut selama 1991.

Pada tahun 1992, auditor di Andersen menemukan bukti yang menunjukkan bahwa

klien mereka salah saji pada pajak, asuransi, dan biaya yang ditangguhkan sebesar

Page 8: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

$93.5 juta, tetapi WMI menolak untuk menyajikan kembali laporan keuangan untuk

memperbaiki kesalahan.

Pada tahun 1993, auditor mendokumentasikan salah saji lain sebesar $128 juta yang

akan mengurangi pendapatan dari operasi yang dilanjutkan sebesar 12 persen.

Meskipun demikian, Andersen menyimpulkan bahwa salah saji tersebut tidak

material untuk mengharuskan pengungkapan.

Pada 1996, Dean Buntrock pensiun sebagai CEO, tapi melanjutkan untuk karirnya

sebagai ketua dari Dewan Direksi.

Pada tahun 1997 ketika CEO baru perusahaan, Ronald T. Lemay, berhenti setelah

tiga bulan menjabat.

Analis menyimpulkan bahwa CEO berhenti karena mungkin telah menemukan

masalah akuntansi. Meskipun demikian, Lemay telah memulai penyelidikan atas

manipulasi akuntansi yang kemudian menjadi titik awal untuk mengetahui perlunya

penyajian kembali laporan keuangan periode 1992-1997 yang diperlukan untuk

mengoreksi berbagai penggelembungan angka dan juga menjadi titik awal untuk

investigasi SEC.

SEC mulai memeriksa buku WMI pada bulan November 1997, ketika perusahaan

mengumumkan bahwa perubahan dalam metode akuntansi akan berakibat pada

hilangnya $1.2 milyar dan mengurangi laba ditahan yang dilaporkan sebesar $1

miliar yang tercatat selama lima tahun sebelumnya.

Skema terurai pada pertengahan tahun 1997, setelah CEO baru memerintahkan

untuk meninjau praktik akuntansi perusahaan.

Pada 1992-1997, CEO yang lama memanipulasi laporan keuangan untuk mencapai

target laba. WMI terus terlibat dalam $ 1,4 miliar pada penipuan laporan keuangan .

Pada tahun 1998, WMI menyajikan kembali laporan keuangan perode 1992-1997.

Dalam penyajian kembali, melalui tiga kuartal pertama, perusahaan mengakui

secara material telah menggelembungkan laba sebelum pajak sekitar $1.7 milyar

dan mengecilkan elemen tertentu dari beban pajaknya sebesar $190 juta. WMI

mengakui bahwa secara keseluruhan perusahaan telah menggelembungkan laba

bersih setelah pajak sebesar lebih dari $1 miliar.

Setelah pengumuman tersebut, saham perusahaan turun hingga lebih dari 30% dan

pemegang saham rugi hingga $6 milyar dollar.

SEC menuduh Dean Buntrock, pendiri perusahaan, dan 5 pejabat top lainnya

melakukan penipuan ini. Tuduhan tersebut menduga bahwa manajemen telah

berulang kali merubah penilaian biaya depresiasi untuk mengurangi jumlah biaya

Page 9: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

dan telah melakukan praktik akuntansi yang tidak layak berhubungan dengan

kebijakan-kebijakan kapitalisasi, juga merencanakan pengurangan biaya-biaya.

SEC juga menuduh Arthur Andersen, sebagai auditor Waste Management, yang

diduga keras mengetahui atau secara sembarangan mengeluarkan laporan audit

yang secara material salah dan menyesatkan untuk periode 1993 sampai dengan

1996.

Andersen menyelesaikan masalah kepada SEC dengan membayar denda, terbesar

dalam sanksi perdata, sebesar $7 juta, tanpa pernyataan mengakui atau menyangkal.

Dan juga, mitra-mitra utamanya didenda dan dilarang berpraktik oleh SEC.

Untuk menyelesaikan tuntutan class action dengan pemegang saham yang marah,

WMI membayar denda sebesar $677 juta dengan kontribusi dari Arthur Andersen

sebesar $95 juta.

Tim manajemen puncak di WMI, termasuk chief financial officer dan petugas

akuntansi kepala, dipaksa untuk mengundurkan diri.

Sebuah perjanjian penyelesaian diajukan dalam gugatan tertunda di pengadilan

federal Boston.

2.1.3 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Skandal Waste

Managemnt Inc.

2.1.3.1 Pendiri, Chairman dan CEO: Dean L. Buntrock

Buntrock mendalangi kecurangan ini. Dia menetapkan target laba, dipupuk

budaya akuntansi penipuan, secara pribadi diarahkan tertentu dari perubahan akuntansi

untuk membuat pendapatan yang ditargetkan, dan merupakan juru bicara yang

mengumumkan nomor palsu perusahaan. Pada saat yang sama, Buntrock berpose

sebagai pengusaha sukses. Dia adalah penerima keuntungan terbesar dari penipuan dan

mendapatkan lebih dari $16.9 juta dalam keuntungan haram antara lain dari bonus

berbasis kinerja, tunjangan pensiun, sumbangan amal, dan menjual saham perusahaan

sementara penipuan itu berlangsung.

2.1.3.2 Manajemen Puncak WMI (Eksekutif)

CFO: Philip B. Rooney

Rooney yang bertanggung jawab membangun profitabilitas inti operasi

limbah padat perusahaan dan setiap saat melakukan kontrol secara keseluruhan

Page 10: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

atas anak perusahaan terbesar perusahaan. Dia memastikan bahwa diperlukan

write-off tidak tercatat dan, dalam beberapa kasus, ditolak keputusan akuntansi

yang akan berdampak negatif pada operasi. Dia mendapatkan lebih dari $9.2

juta keuntungan haram, antara lain dari bonus berbasis kinerja, tunjangan

pensiun, dan menjual saham perusahaan sementara penipuan itu berlangsung.

Chief Financial Officer (CFO): James E. Koenig

Koenig yang terutama bertanggung jawab untuk melaksanakan skema.

Dia juga memerintahkan penghancuran bukti, menyesatkan komite audit

perusahaan dan akuntan intern, dan menyembunyikan informasi dari auditor

luar. Dia mendapat keuntungan lebih dari $ 900.000 dari kecurangannya.

Chief Accounting Officer: Thomas C. Hau

Hau merupakan teknisi utama untuk akuntansi penipuan. Antara lain, ia

menciptakan banyak "one-off" manipulasi akuntansi untuk memberikan

pendapatan yang ditargetkan dan hati-hati dibuat pengungkapan menipu. Dia

mendapat keuntungan lebih dari $600.000 dari kecurangannya .

Herbert Getz

Getz adalah penasihat umum perusahaan. Getz memberkati pengungkapan penipuan perusahaan dan mendapat keuntungan lebih dari $450.000 dari kecurangan nya.

Bruce D. Tobecksen

Tobecksen adalah ahli akuntansi lain yang menjadi tangan kanan

Koenig. Pada tahun 1994, ia meminta untuk menangani luapan Hau . Dia

mendapat keuntungan lebih dari $400.000 dari kecurangannya.

2.1.3.3 Auditor: Arthur Andersen Company

Arthur Andersen berulang kali mengeluarkan laporan audit wajar tanpa

pengecualian atas laporan keuangan tahunan yang secara material palsu dan

menyesatkan. Waste Management Inc membayar jasa audit kepada Andersen yang

menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”, awalnya

Andersen mengidentifikasi praktik-praktik akuntansi tidak tepat dan disajikan

Page 11: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

manajemen, namun pimpinan menolak mengkoreksi, hal ini dilihat sebagai upaya

menutupi penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan masa depan.

Andersen setiap tahun menyajikan manajemen perusahaan dengan apa yang

disebut Proposed Adjusting Journal Entries ("PAJEs") untuk memperbaiki kesalahan

yang mengecilkan biaya/pengeluaran dan menggelembungkan laba dalam laporan

keuangan perusahaan.

Manajemen secara konsisten menolak untuk melakukan untuk melakukan

penyesuaian yang disebut PAJEs. Sebaliknya, terdakwa diam-diam mengadakan

perjanjian secara curang dengan Andersen untuk mencoret akumulasi kesalahan

selama jangka waktu sampai sepuluh tahun. WMI setuju untuk mengubah praktik

akuntansi, tetapi hanya boleh dilakukan untuk periode mendatang untuk menutupi

kecurangan di masa lalu.

Akhirnya selama periode tujuh tahun dari penipuan Arthur Anderson dibayar

oleh Waste Management sebesar $7.5 juta dalam biaya audit, $ 11.8 juta dalam biaya

lainnya (pajak, membuktikan kerja), dan $6 juta dalam biaya non-audit tambahan

termasuk $3.7 juta untuk analisis tinjauan strategis. Andersen menerima dari Waste

Management Inc. sebesar $25.3 juta lebih selama tujuh tahun atau $3.6M per tahun.

2.1.4 Penyebab Terjadinya Skandal Waste Mangement Inc.

2.1.4.1 Tindakan ini menyangkut penipuan keuangan besar yang dimotivasi oleh

keserakahan dan keinginan untuk mempertahankan status profesional dan sosial. Waste

Management Inc. menyembunyikan kerugian, overstatement pendapatan, biaya

tersembunyi selama lima tahun, menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan audit

yang diterbitkan.

WMI secara curang memanipulasi hasil keuangan perusahaan untuk memenuhi

target laba yang telah ditentukan dengan secara tidak tepat menghilangkan dan

menunda beban periode berjalan untuk melakukan banyak praktik akuntansi yang tidak

benar untuk mencapai tujuan ini. Mereka melakukan banyak praktik akuntansi yang

tidak benar untuk mencapai tujuan mereka. Diantaranya adalah:

a) Menghindari beban penyusutan truk sampah mereka dengan menetapkan nilai

sisa yang tidak mendukung dan meningkat sisanya, serta memperpanjang masa

manfaat.

Page 12: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

b) Menetapkan nilai sisa dengan sewenang-wenang pada aset lain yang

sebelumnya tidak memiliki nilai sisa.

c) Gagal untuk mencatat beban penurunan nilai dari tempat pembungan sampah

karena mereka telah dipenuhi dengan sampah.

d) Menolak untuk mencatat beban yang diperlukan untuk menghapus biaya akibat

ketidaksuksesan dan pengabaian proyek pengembangan tempat pembungan

sampahnya.

e) Membentuk cadangan lingkungan yang meningkat sehubungan dengan akuisisi

sehingga kelebihan cadangan dapat digunakan untuk menghindari pencatatan

beban usaha yang tidak terkait.

f) Mengkapitalisasi berbagai biaya secara tidak benar.

g) Gagal untuk membentuk cadangan yang cukup untuk membayar pajak

penghasilan dan biaya-biaya lainnya.

2.1.4.2 Untuk mengecilkan biaya/pengurangan dan menggelembungkan laba

manajemen menggunakan “top-level adjustment” untuk dapat mencapai target laba

yang ditentukan.

2.1.4.3 Buntrock dan mitra lainnya melakukan kecurangan sekuritas, pengajuan laporan

berkala yang palsu, pemalsuan buku-buku dan catatan, serta kebohongan kepada

auditor untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan memperkaya diri sendiri. Para

pelaku motivasi didorong oleh keserakahan dan terlibat memperkaya diri, diawetkan

posisi perusahaan mereka dan status dalam komunitas bisnis dan sosial. Dan juga

tambahan termasuk bonus, saham pilihan, dan tunjangan pensiun yang didasarkan pada

kinerja perusahaan.

2.1.5 Dampak dan Keberlanjutan Skandal Waste Management

Inc.

Skandal Waste Management Inc. merupakan perusahaan yang melakukan

penyajian kembali terbesar dalam sejarah perusahaan. SEC telah mengeluarkan aturan

dalam melaksanakan ketentuan SOX dalam pengadaan pembatasan pada jasa konsultasi

Page 13: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

yang dapat ditawarkan untuk mengaudit pada klien. Arthur Andersen menyediakan

hampir semua penelitian yang diperlukan untuk penulis dari Sarbanes Oxley Act, dan

kasus Waste Management Inc adalah salah satu contoh terbaik dari mengapa SOX

sangat spesifik tentang independensi auditor.

Untuk menyelesaikan tuntutan class action dengan pemegang saham yang

marah, WMI membayar denda sebesar $677 juta dengan kontribusi dari Arthur

Andersen sebesar $95 juta. Dan, Andersen menyelesaikan masalah kepada SEC dengan

membayar denda, terbesar dalam sanksi perdata, sebesar $7 juta, tanpa pernyataan

mengakui atau menyangkal. Dan juga, mitra-mitra utamanya didenda dan dilarang

berpraktik oleh SEC. Andersen membayar rekor denda $7 juta, yang merupakan

terbesar yang pernah ada hukuman perdata terhadap perusahaan akuntansi Big Five

pada saat itu.

Waste Management Inc. Sekarang

Waste Management Inc. bangga dengan kinerja keuangan yang kuat dan juga

daftar beberapa penghargaan yang telah dimenangkan oleh perusahaan lebih dari empat

tahun terakhir, 74 penghargaan tepatnya. Dan juga, dikhususkan untuk etika kebijakan

perusahaan dan komitmennya untuk etika di semua tingkatan. Dilihat dalam bagian

etika dari situs web Waste Management Inc. ditemukan tiga tujuan utama, yaitu:

menciptakan sebuah lingkungan di mana setiap karyawan tahu apa yang etis, dan apa

yang diharapkan, pelatihan untuk memastikan semua orang memahami standar etika

perusahaan, dan mungkin yang paling penting bagian tentang rahasia peluit bertiup

(wm.com 2010).

Perusahaan telah sangat berhasil dalam meraih keberhasilan dan kesuksesan.

Hal ini terus meningkatkan harga per saham perusahaan, meningkatkan dividen untuk

pemegang saham, dan juga perusahaan memiliki program etika suara dan pengendalian

internal yang baik. Tapi, Waste Management Inc tidak sama dengan Waste

Management Inc. pada terjadinya kasus tahun 1998 dan itu adalah waktu yang berbeda.

Jaringan perusahaan mencakup operasi 367 koleksi, 355 stasiun mentransfer,

273 tempat pembuangan TPA aktif, 16 limbah-ke-energi tanaman, 134 tanaman daur

ulang, 111 menguntungkan digunakan proyek gas TPA dan enam pabrik produksi

listrik swasta. WMI menawarkan jasa lingkungan menjadi hampir 27 juta perumahan,

Page 14: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

industri, kota dan pelanggan komersial di Amerika Serikat, Kanada, dan Puerto Rico.

Dengan 21.000 pengumpulan dan pemindahan kendaraan, perusahaan memiliki armada

truk terbesar di industri limbah. Bersama dengan pesaing Republic Services, Inc, dua

menangani lebih dari setengah dari semua pengumpulan sampah di Amerika Serikat.

2.1.6 Analisis Kasus

Kegagalan Pengendalian Internal dan Manajemen Risiko

Pengendalian internal dan manajemen risiko diperlukan untuk meningkatkan

kualitas pelaporan keuangan. Ini terutama dilakukan oleh CEO, chief accounting

officer, dan perusahaan audit eksternal. Kode etik Waste Management Inc.

mendefinisikan pengendalian internal dan manajemen risiko sebagai berikut:

1. Verifikasi sistem pengendalian intern bekerja secara efektif dan mendukung

Direksi dalam menentukan pedoman sistem pengendalian intern. Ini juga

mendukung Chief Executive Officer dalam menentukan alat dan metode yang

diperlukan untuk menerapkan sistem pengendalian internal.

2. Risiko mensyaratkan dengan mengidentifikasi dan dipantau serta diperbarui

secara teratur, dan unsur-unsur negatif yang dapat mengancam kelangsungan

operasional organisasi harus dinilai dengan hati-hati dan perlindungan

disesuaikan.

3. Dalam skandal Waste Management Inc., CEO, direktur eksekutif, manajemen

senior, dan perusahaan auditor yang terlibat.

4. Hal ini pada akhirnya menyebabkan kegagalan pengendalian internal dan

manajemen risiko yang buruk.

5. Pengawasan dalam rumus skema penipuan mengacu pada kurangnya adanya

tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab dalam fungsi manajemen

pemantauan untuk penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan GAAP.

Tidak adanya fungsi pengawasan oleh komite audit WMI, ditambah dengan

monitoring yang tidak efektif dari tim manajemen puncak oleh dewan direksi

dan struktur pengendalian internal yang tidak memadai dan tidak efektif dalam

mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki penipuan laporan keuangan, mungkin

telah berkontribusi signifikan faktor terhadap salah saji dan kegagalan audit.

Page 15: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Masalah Etika

Dari sudut pandang etika, penipuan yang dilakukan oleh keenam eksekutif

Waste Management Inc. sudah pasti itu perbuatan yang salah. Kejahatan yang telah

dilakukan tidak hanya ilegal, apa yang telah dilakukan benar-benar salah. Mereka tidak

hanya berbohong dan menunjukkan bentuk ketidakjujuran, tetapi perusahaan telah

mempertaruhkan banyak pekerja yang hidupnya bergantung pada perusahaan.

Perusahaan, seperti yang disebutkan sebelumnya, telah menaipulasi laporan keuangan

dengan menggelembungkan laba perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi

dari masing-masing pelaku.

Teori Etika

Berikut ini adalah analisis kasus Waste Management Inc. menurut beberapa

teori etika.

1. Egoisme

Dalam teori egoisme terdapat dua konsep, yaitu egoisme psikologis dan

egoisme etis. Egoisme psikologis (berkutat diri) adalah semua tindakan yang

dilandasi oleh ketamakan sehingga tidak dapat dikatakan tindakan tersebut

bersifat etis dengan mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain.

Jika dilihat dari teori egoisme psikologis, tindakan yang dilakukan oleh

para manajemen puncak serta Andersen adalah tindakan yang benar. Karena

teori ini adalah teori yang mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan orang

lain maupun kerugian yang diterima orang lain terhadap tindakan yang telah

dilakukannya.

Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap

sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan

orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong

orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri. Inti dari

paham Egoisme etis adalah bahwa jika ada tindakan yang menguntungkan orang

lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat

tindakan itu benar, yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa

tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

Jika dilihat dari teori egoisme etis, tindakan yang dilakukan oleh para

pelaku dianggap benar karena mereka melakukan tindakan itu untuk menolong

dan menguntungkan diri mereka sendiri.

Page 16: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

2. Utilitarianisme

Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa

manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat. Jadi, ukuran baik tidaknya

suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu

apakah member manfaat atau tidak. Jika dilihat dari teori utilitarianisme,

tindakan para pelaku dianggap tidak benar karena tindakan yang mereka

lakukan banyak merugikan pihak seperti para pemegang saham, investor, dan

karyawan.

3. Deontologi

Deontologi mengevaluasi etikalitas perilaku berdasarkan motivasi

pembuat keputusan, dan menurut prinsip deontologi, tindakan dapat dibenarkan

secara etika meskipun tidak menghasilkan keuntungan bersih atas kebaikan

terhadap kejahatan bagi para pengambil keputusan atau bagi masyarakat secara

keseluruhan. Perspektif deontologis tidak mementingkan konsekuensi. Hal yang

penting adalah bahwa keputusan dibuat untuk alasan yang tepat. Jika dilihat dari

teori deontologi, keputusan yang diambil oleh para pelaku tidak tepat karena

kewajiban moral seorang manajemen puncak adalah untuk memajukan

perusahaan bukan untuk merugikan perusahaan.

4. Teori Hak

Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila

perbuatan atau tindaka tersebut sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Jika

dilihat dari teori hak, tindakan yang dilakukan para pelaku jelas telah melanggar

hak para pemegang saham dengan mereka memanipulasi laporan keuangan

demi keuntungan pribadi. Hak yang seharusnya didapat oleh para pemegang

saham dan investor ataupun pihak lainnya tidak dipenuhi.

5. Teori Keutamaan

Teori ini dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah

melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah

laku yang secara moral dinilai baik. Sifat keutamaan yang harus dimiliki oleh

pelaku bisnis, yaitu kejujuran, keadilan (fairness), kepercayaan dan keuletan.

Jika dilihat dari teori keutamaan, tindakan yang telah dilakukan oleh para pelaku

dianggap tidak benar karena para pelaku tersebut tidak memiliki sifat-sifat yang

seharusnya dimiliki oleh seorang pelaku bisnis.

Page 17: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

6. Teori Etika Teonom

Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat Kristen yang mengatakan

bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian

hubungannya dengan kehendak Tuhan. Tujuan tertinggi umat manusia selain

tujuan hidup di dunia adalah kebahagiaan rohani (akhirat). Perilaku manusia

secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Tuhan, dan perilaku

manusia dinggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah Tuhan

sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci. Terlepas dari apakah manusia

mengakui atau tidak mengakui adanya Tuhan, setiap manusia telah diberikan

oleh Tuhan potensi kecerdasan yang tak terbatas (kecerdasan hati nurani, intuisi,

kecerdasan spiritual, atau apapun sebutan lainnya) yang melampaui kecerdasan

rasional. Tujuan tertinggi umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi

kecerdasan tak terbatas dimanfaatkan.

Jika dilihat dari teori etika teonom, para pelaku hanya mementingkan

kebahagiaan duniawi tanpa memperdulikan tujuan tertinggi hidup umat

manusia, yaitu akhirat (kebahagiaan rohani). Hal tersebut mungkin disebabkan

oleh kurangnya pendidikan para pelaku tentang modal spiritual (SQ) yang

penting untuk membangun kecerdasan tak terbatas yang baik agar menjadi

pribadi yang memiliki hati nurani yang dapat mencegah seorang individu

melakukan yang tidak baik.

Paradigma Manusia Utuh

Inti dari paradigm manusia utuh adalah keseimbangan di dalam aspek-aspek

sebagai berikut:

1. Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan Tuhan.

2. Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal sosial (EQ), dan modal

spiritual (SQ).

3. Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin

(surgawi).

4. Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan

Tuhan.

Untuk mencegah terjadinya kasus seperti ini terjadi lagi, pelu dikembangkannya

paradigma manusia utuh dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam

arti yang luas, yaitu dengan memadukan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik,

Page 18: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

pengetahuan intelektual (psiko etika), kematangan emosional dan kerukunan social

(sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo etika). Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya

terbukti dalam melengkapi praktik keagamaan guna meningkatkan kecerdasan

emosional dan spiritual. Pelatihan dan praktik meditasi, zikir, dan retret akan

mengembangkan lapisan emosional dan spiritual serta melengkapi pengembangan

intelektual melalui iptek dan kesehatan fisik yangdiperoleh melalui makanan sehat dan

berolahraga.

Dengan menyeimbangkan pengembangan pada lapisan fisik, intelektual,

emosional, dan spiritual ini akan memunculkan karakter positif. Pada akhirnya, karakter

ini akan memengaruhi kualitas kebahagiaan seseorang. Jadi, seseorang tidak hanya

menganggap uang sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan yang dapat

menyesatkannya melakukan kejahatan demi mendapatkan uang (kekayaan). Jika

paradigm ini telah diterapkan dan dijalankan dengan baik akan sangat efektif

mengurangi kejahatan seperti yang dilakukan para petinggi WMI ataupun kejahatan

lainnya.

Prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Dalam hal ini, apa yang para eksekutif Waste Management Inc. telah melakukan

hal yang salah, dengan membuat keputusan yang buruk melakukan penipuan keuangan

hanya untuk mencapai "target laba yang telah ditentukan" mereka. Mereka telah

merugikan banyak pihak, bukan hanya para pemegang saham saja namun para

karyawan juga dirugikan. Ini tidak hanya menyebabkan kerusakan finansial, tetapi

menunjukkan bagaimana CEO perusahaan tidak memiliki integritas dan komitmen,

serta melanggar prinsip-prinsip GCG seperti:

1) Transparansi (transparency)

Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi.  Dalam

mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup,

akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya. Informasi yang diungkapkan

antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan

perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen.

Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan

perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

Page 19: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Hal ini tidak diimplementasikan oleh Waste Management Inc. karena

banyaknya informasi-informasi yang disembunyikan yang seharusnya disampaikan

secara terbuka kepada stakeholders perusahaan.

2) Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban

elemen perusahaan.  Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada

kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab

antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

Prinsip yang dilanggar oleh para eksekutif Waste Management Inc. dengan

tidak ditunjukkan sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan

yang dapat dipercaya karena mereka menghasilkan laporan keuangan yang salah saji

selama lima tahun berturut-turut. Ini menyebabkan ketidakjelasan fungsi, pelaksanaan,

dan pertangungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan tidak efektif.

3) Responsibilitas (responsibility)

Prinsip yang dilanggar oleh para eksekutif Waste Management Inc. yang tidak

memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan

kepada para pemangku kepentingan. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan

menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, Prinsip tanggung

jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang diberikan

oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola perusahaan. Namun, prinsip ini

tidak dilaksanakan dengan baik oleh Waste Management Inc.

4) Independensi (independency)

Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan

dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

pihak manapun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ini dilanggar oleh auditor eksternal

yang bekerja sama dengan para pelaku dalam memanipulasi laporan keuangan

perusahaan.

Page 20: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

5) Kesetaraan (fairness)

Kesetaraan dan kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang

setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua pemangku

kepentingan secara adil dan merata dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan

perusahaan, baik pemangku kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan,

pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat dan yang

lainnya). Prinsip ini sudah sangat jelas tidak dilanggar oleh para eksekutif Waste

Management Inc. karena mereka mementingkan diri sendiri untuk memperkaya diri

dengan cara melakukan penipuan.

Kasus Waste dilihat dari sudut pandang IFAC

IFAC atau International Federation of Accountants mempunyai tugas untuk

membuat standar internasional pada etika, auditing dan assurance, pendidikan akunting,

dan akuntansi sector public. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang

auditor dalam menjalankan tugasnya adalah dengan memahami  IFAC’s International

Ethics Standards Board for Accountants (IESBA). Dimana ketika terjadi perbedaan

spesifkasi maka anggota harus patuh terhadap standar yang lebih ketat yang berlaku.

Kerangka dasar Kode etik IFAC adalah sebagai berikut:

1) Ciri yang membedakan profesi akuntan, yaitu kesadaran bahwa kewajiban

akuntan yaitu untuk melayani kepentingan publik.

2) Melayani kepentingan publik dalam arti luas. Pengertian “publik” bagi akuntan

terdiri dari atas klien, manajemen  (atasan), kreditur, investor, pemerintah,

karyawan, masyarakat bisnis, dan keuangan, media masa, para pemerhati bisnis

dan ekonomi, para aktivis, dan sebagainya.

3) Tujuan dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme, kinerja,

dan kepentingan publik.

4) Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar,

yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.

5) Prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas,

kompetensi profesional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan

standar teknis.

6) Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika

akuntan mempunyai sikap independen, baik independen dalam pikiran

Page 21: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

(independence in mind) maupun independen dalam penampilan (independence

in appearance).

Dalam kasus Waste dengan dilihat dari sudut pandang IFAC yang merupakan

standar internasional pada etika yang dibuat untuk dipatuhi pada kasus Waste

kenyataannya terbalik dengan aturan yang ditetapkan. Auditor yang mengaudit Waste

Management, yaitu Arthur Andersen telah melakukan pelanggaran terhadap kelima

kerangka dasar IFAC. Arthur Andersen tidak mementingkan kepentingan publik dan

hanya mementingkan pribadi dan juga kliennya. Ia juga tidak memiliki sikap

profesional dan independen dalam menjalankan tugas auditnya demi mendapatkan

keuntungan lebih dari sang klien. Peraturan yang seharusnya dipahami, dimengerti dan

dijalankan ini, tidak dianggap oleh Andersen dalam menjalankan tugasnya mengaudit

Waste Management Inc.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC

1) Integritas.

Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua

hubungan bisnis dan profesionalnya. Dalam kasus Waste Management Inc,

akuntan yang ada di perusahaan tidak secara jujur dan tegas dalam

mengungkapkan keadaan keuangan WMI yang sebenarnya. Serta ikut

berpartisipasi dalam melakukan penipuan atau manipulasi laporan keuangan.

2) Objektivitas.

Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya

bias, konflik kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga

mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional. Auditor eksternal

di Waste Management berada di bawah pengaruh para eksekutif WMI, yang

banyak melakukan manupulasi terhadap laporan keuangan perusahaan.

3) Kompetensi profesional dan kehati-hatian.

Seorang akuntan profesional mempunyai kewajiban untuk memelihara

pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat

yang dipelukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa

profesional yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik,

legislasi, dan teknik terkini. Seorang akuntan profesional harus bekerja

Page 22: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional dan teknik yang

berlaku dalam memberikan jasa profesional. Akuntan WMI secara sengaja

memberikan opini wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan

yang salah saji secara demi kepentingan kliennya.

4) Kerahasiaan.

Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak

boleh mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa izin

yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat

hak profesional untuk mengungkapkannya.

5) Perilaku Profesional.

Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-

undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. Akuntan WMI jelas telah melanggar hukum yang

berlaku dengan melakukan penipuan laporan keuangan yang menyebabkan

banyak kerugian terjadi dan hanya menguntungkan diri sendiri dan kliennya

saja.

Page 23: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

2.2 Studi Kasus 2: Kasus Pelanggaran Etika KAP Justinus Aditya

Sidharta (Auditor PT. Great River International Tbk)

2.2.1 Sekilas Tentang PT. Great River International Tbk

PT Great River International Tbk merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas

tinggi dan terkemuka di Indonesia. PT Great River International didirikan oleh Sukanta

Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT. Great River

Garments Industries. Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great

River International. Pada awalnya, PT Great River International mengalami

perkembangan yang sangat pesat hal ini ditandai dengan diperolehnya beberapa kali

penghargaan dari majalah Asiamoney dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk

quality management. Namun mulai tahun 2002, PT. Great River International mulai

mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga.

Permohonan PKPU tersebut diajukan sehubungan dengan permohonan pailit

yang diajukan oleh Citibank atas utang senilai US $10 juta yang berasal dari US $

2 juta dari Revolving Credit Agreement pada 16 Februari 1994 dan US $ 8 juta dari

Revolving Credit Agreement-Domestic Trade Payable Onshore tanggal 16 November

1995. PT Great River International memperkirakan jumlah kewajibannya yang telah

dan akan jatuh tempo, di luar utangnya kepada Citibank, adalah sebesar US

$179.291.292. Sedangkan total aset yang dimiliki diperkirakan sebesar

Rp1.674.716.315.355. Perusahaan garmen PT Great River International Tbk

membukukan laba bersih sebesar Rp 1,023 trilyun per September 2002, melonjak dari

periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan rugi bersih Rp 11,298

milyar. Demikian dikemukakan Dirut Great River Sunjoto Tanudjaja dalam laporan

keuangan kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ).

2.2.2 Kronologis Kasus

Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta mulai menjadi auditor Great River

sejak 2001. Saat itu perusahaan masih kesulitan membayar utang US$150 Juta kepada

Deutsche Bank. Pada 2002, Great River mendapat potongan pokok utang 85 persen dan

sisa utang dibayar menggunakan pinjaman dari Bank Danamon. Setahun kemudian

Great River menerbitkan obligasi Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman tersebut.

Page 24: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Kasus Great River berawal pada sekitar bulan Juli hingga September 2004. PT

Bank Mandiri telah membeli obligasi PT Great River International, Tbk sebesar Rp50

miliar dan memberi fasilitas Kredit Investasi;  Kredit Modal Kerja;  dan Non Cash Loan

kepada PT. Great River Internasional senilai lebih dari Rp265 milyar yang diduga

mengandung unsur melawan hukum karena obligasi tersebut default dan kreditnya

macet. Obligasi tersebut saat ini berstatus default atau gagal, sedangkan kreditnya

macet. Pembelian obligasi dan pemberian kredit itu diduga kuat melawan hukum.

Kronologi Kasus 23 Nopember 2005

Sejak Agustus 2005, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan

keuangan Great River tahun buku 2003. Bapepam telah menemukan adanya:

a. Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam Laporan Keuangan

GRIV per 31 Desember 2003; dan

b. Penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan penggunaan dana

hasil emisi obligasi, yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Ketua Bapepam Fuad Rahmany menyatakan telah menemukan adanya indikasi

konspirasi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tekstil tersebut. “Dalam kasus

Great River ini, akuntan dengan emitennya terlibat konspirasi,” katanya. Tapi dia tidak

bersedia menjelaskan secara detail praktek konspirasi dalam penyajian laporan

keuangan Great River itu. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Bapepam pada tanggal

22 Nopember 2005 meningkatkan Pemeriksaan atas kasus GRIV ke tahap Penyidikan.

Sehubungan dengan tindakan Penyidikan tersebut, Bapepam telah dan akan

berkoordinasi dengan instansi penegak hukum terkait.

29 Maret 2006

ECW Neloe Dirut Bank Mandiri memenuhi panggilan penyidik Kejaksaan

Agung untuk diperiksa terkait kredit macet PT Great River Internasional (PT GRI)

yang bersangkutan diperiksa dalam dugaan penyimpangan pembelian obligasi PT GRI

oleh Bank Mandiri.

17 Mei 2006

Sunyoto Tanudjaya (ST) bos PT. Great River jadi buronan keberadaannya tidak

di ketahui hingga saat ini. Direktur Penyidikan Kejaksaan Agung (Kejagung)

mengeluarkan surat perintah penangkapan. Sekarang dia masih buron.

Page 25: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

28 November 2006

Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah

membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun.

Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan

Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003.

Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi

(pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review,

audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau

Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap

bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan

untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).

Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan

Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006

tanggal 15 Juni 2006 yang membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan

Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan

Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang menyatakan bahwa

AP dikenakan sanksi pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan mendapat sanksi

pembekuan keanggotaan dari IAI dan atau IAI-KAP.

04 Desember 2006

Pengumuman oleh PT Bursa Efek Surabaya bahwa PT. Great River Internasional

Tbk memenuhi kriteria delisting dengan menunjuk keterlambatan penyampaian laporan

keuangan:

·         Untuk tanggal yang berakhir pada 31 Desember2004 (audited)

·         Untuk tanggal yang berakhir pada 30 Juni 2005

·         Untuk tanggal yang berakhir pada 31 Desember2005 (audited)

·         Untuk tanggal yang berakhir pada 30 Juni 2006

08 Desember 2006

Kasus Great River semakin mencuat setelah adanya temuan auditor investigasi

Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang menemukan indikasi penggelembungan account

penjualan, piutang, dan aset hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya,

Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang.

Page 26: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melimpahkan kasus penyajian laporan

keuangan PT Great River International Tbk. ke Kejaksaan Tinggi. Ketua Bapepam

Fuad Rahmany menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam

penyajian laporan keuangan perusahaan tekstil tersebut. “Dalam kasus Great River ini,

akuntan dengan emitennya terlibat konspirasi,” katanya. Tapi dia tidak bersedia

menjelaskan secara detail praktek konspirasi dalam penyajian laporan keuangan Great

River itu.

Fuad hanya menyatakan tugas akuntan adalah hanya memberikan opini atas

laporan perusahaan. Akuntan, kata dia, tidak boleh melakukan segala macam rekayasa

dalam tugasnya. “Karena ada sanksi berat untuk (rekayasa) itu,” katanya.

Seperti diketahui, sejak Agustus lalu, Bapepam menyidik akuntan publik yang

mengaudit laporan keuangan Great River tahun buku 2003. Bapepam juga sudah

menetapkan empat anggota direksi Great River sebagai tersangka, termasuk

pemiliknya, SunjotoTanudjaja. Penyidikan berdasarkan hasil pemeriksaan adanya

indikasi penipuan dalam penyajian laporan keuangan. Pasalnya, Bapepam menemukan

kelebihan pencatatan atau overstatement penyajian account penjualan dan piutang

dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan

dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian.

Akibatnya, Great River kesulitan arus kas. Perusahaan tidak mampu membayar

utang Rp 250 miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp 400

miliar.

Kuasa hukum Sunjoto Tanudjaja, J. Pieter Nazar, menyatakan sudah mengetahui

kliennya akan disangkakan terlibat dalam manipulasi laporan keuangan Great River

bersama oknum akuntan publik.

20 Desember 2006

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah

melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan Great River ke Kejaksaan Agung pada

tanggal 20 Desember 2006. Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan

tekstil itu ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya, Sunjoto Tanudjaja.

Bapepam menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan

Great River. Tak tertutup kemungkinan, Akuntan Publik yang menyajikan laporan

keuangan Great River itu ikut menjadi tersangka.

Page 27: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

02 April 2007

Menunjuk Pengumuman Bursa No. Peng-01/BEJ-PSJ/SPT/01-2005 tertanggal 13

Januari 2005 mengenai suspensi perdagangan saham GRIV yang telah berjalan lebih

dari 2 (dua) tahun, serta kondisi PT Great River International Tbk yang saat ini tidak

berjalan normal (operasional perusahaan lumpuh) sesuai kapasitas yang ada dan

dipandang berpengaruh terhadap going concern Perusahaan Tercatat, dimana belum

terdapat indikasi pemulihan yang memadai atas kondisi tersebut, maka mengacu pada

Peraturan Pencatatan PT Bursa Efek Jakarta Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan

(Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa angka III.3.1, Bursa

menghapus pencatatan saham Perusahaan Tercatat sesuai dengan ketentuan peraturan

ini apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi di bawah

ini :

1. Mengalami kondisi atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif

terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara finansial atau secara

hukum, atau terhadap kelangsungan status Perusahaan Tercatat sebagai Perusahaan

Terbuka, dan Perusahaan Tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang

memadai;

2. Saham Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai,

hanya diperdagangkan di pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 (dua puluh

empat) bulan terakhir.

Atas dasar hal tersebut, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk menghapuskan

pencatatan Efek PT Great River International Tbk. yang berlaku efektif pada tanggal 2

Mei 2007. Selain itu terdapat pertimbangan lain yang mendasari keputusan

penghapusan pencatatan Efek Perseroan yaitu belum dipenuhinya kewajiban

penyampaian Laporan Keuangan dan kewajiban finansial Perseroan kepada Bursa

berupa penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Auditan Tahun 2004 dan 2005 serta

Laporan Keuangan Triwulan I, Tengah Tahunan dan Triwulan III Tahun 2005 dan 2006

serta denda keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan baik Auditan maupun

triwulanan tahun 2004, 2005 dan 2006 dan pembayaran Biaya Pencatatan Tahunan

(ALF) tahun 2005 dan 2006 hingga saat dikeluarkannya pengumuman ini.

Page 28: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

2.2.3 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Skandal Manipulasi

Laporan Keuangan

2.2.3.1 PT Great River International Tbk

PT Great River International Tbk didirikan oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto

Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT. Great River Garments Industries.

Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great River International. Pada

awalnya, PT Great River International mengalami perkembangan yang sangat pesat hal

ini ditandai dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan dari majalah Asiamoney

dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality management. Namun mulai tahun

2002, PT. Great River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan

mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke

Pengadilan Niaga.

Permohonan PKPU tersebut diajukan sehubungan dengan permohonan pailit

yang diajukan oleh Citibank atas utang senilai US $10 juta yang berasal dari US $ 2 juta

dari Revolving Credit Agreement pada 16 Februari 1994 dan US $ 8 juta dari Revolving

Credit Agreement-Domestic Trade Payable Onshore tanggal 16 November 1995. PT

Great River International memperkirakan jumlah kewajibannya yang telah dan akan

jatuh tempo, di luar utangnya kepada Citibank, adalah sebesar US $179.291.292.

Sedangkan total aset yang dimiliki diperkirakan sebesar Rp1.674.716.315.355.

Perusahaan garmen PT Great River International Tbk membukukan laba bersih sebesar

Rp 1,023 trilyun per September 2002, melonjak dari periode yang sama tahun

sebelumnya yang masih membukukan rugi bersih Rp 11,298 milyar. Demikian

dikemukakan Dirut Great River Sunjoto Tanudjaja dalam laporan keuangan kepada

Bursa Efek Jakarta (BEJ).

2.2.3.2 Kantor Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta, Aryanto, Amir

Jusuf, Mawar dan Rekan

Pada tahun 2005, salah satu pemegang saham PT. Great River International Tbk

mengajukan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)

untuk menindaklanjuti hasil audit investigasi Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf dan

Mawar. Dalam RUPLSB tersebut, akan dimintakan persetujuan pelaksanaan kuasi

reorganisasi terhadap hasil audit investigasi terhadap perseroan yang dilakukan oleh

Page 29: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

KAP Amir Abadi Jusuf & Mawar pada November 2005. Selain itu, RUPLSB juga akan

meminta persetujuan soal restrukturisasi seluruh utang perseroan yakni mengkonversi

sebagian atau seluruh utang menjadi saham perseroan. Termasuk pula persetujuan soal

penambahan modal sehubungan dengan konversi sebagian atau seluruh utang perseroan

menjadi saham perseroan.

Akuntan publik Justinus Aditya Sidharta diindikasi melakukan kesalahan dalam

mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut

muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan

indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar

rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut

akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi

tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan

keuangan Great River ikut menjadi tersangka.

2.2.3.3 BAPEPAM-LK dan BEI

Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) merupakan lembaga atau otoritas

tertinggi di pasr modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal.

Bapepam-LK sebagai regulator dalam bidang pasar modal, berwenang mengadakan

pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Undang-Undang Pasar Modal dan atau

peraturan pelaksanaanya.

Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pusat transaksi capital market indonesia.

BEI merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya. Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk

menggabungkan Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya

sebagai pasar obligasi dan derivative. Bursa penggabungan ini mulai beroperasi pada 1

Desember 2007.

2.2.4 Bukti-bukti dan Fakta Kasus PT. Great River

International Tbk

Berikut hasil pengamatan pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal

mengungkapkan tentang kasus PT.Great River, antara lain :

1. Kasus ini bermula dari ditemukannya hal-hal sebagai berikut :

a. Kasus Great River berawal pada sekitar bulan Juli hingga September

2004. PT Bank Mandiri telah membeli obligasi PT Great River

Page 30: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

International, Tbk sebesar Rp50 miliar dan memberi fasilitas Kredit

Investasi;  Kredit Modal Kerja;  dan Non Cash Loan kepada PT. Great

River Internasional senilai lebih dari Rp265 milyar yang diduga

mengandung unsur melawan hukum karena obligasi tersebut default dan

kreditnya macet. Obligasi tersebut saat ini berstatus default atau gagal,

sedangkan kreditnya macet. Pembelian obligasi dan pemberian kredit itu

diduga kuat melawan hukum.

b. Selanjutnya kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor

investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar dari Bapepam yang

menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan

asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River

yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan

gagal dalam membayar utang.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, diperoleh bukti sebagai berikut :

a. Pada bulan Agustus 2005 telah menemukan adanya:

i. Overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam

Laporan Keuangan GRIV per 31 Desember 2003; dan

ii. Penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan

penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak dapat dibuktikan

kebenarannya.

iii. Menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan

asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River

yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan

gagal dalam membayar utang.

3. Berdasarkan uraian tersebut di atas, Menteri Keuangan RI terhitung sejak

tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus

Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran

terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan

Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.

4. Berdasarkan uraian tersebut di atas, pembekuan izin oleh Menkeu ini

merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Badan Peradilan Profesi Akuntan

Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 tanggal 15 Juni 2006 yang

membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan Indonesia

Page 31: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan

Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang

menyatakan bahwa AP dikenakan sanksi pembekuan izin

5. Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-

undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan

Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45

tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka

PT.Great River. Dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

6. Sesuai Pasal 5 huruf Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

maka:

a. PT Great River diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar

rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek

penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2003;

b. Sdr. Justinus Aditya Sidharta selaku auditor PT. Great River diwajibkan

membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke

Kas Negara, karena atas resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya

penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT. Great River tersebut,

meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP).

2.2.5 Penyebab Terjadinya Kasus PT. Great River

International Tbk

Penyalahgunaan dana penawaran umum ini disebabkan karena adanya

kelemahan dalam pengendalian internan PT Great River. Akibat lemahnya

pengendalian internal tersebut pihak menajemen hanya merealisasikan sebagian kecil

dana hasil penawaran umum, sedangkan selebihnya diduga diselewengkan oleh pihak

manajemen.

Selain itu manipulasi laporan keuangan juga disebabkan oleh pihak internal yang

dengan sengaja melakukan manipulasi guna mempercantik angka-angka dalam laporan

keuangan agar menarik investor yang akan membeli saham PT Great River.

Akuntan Publik yang mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional

Page 32: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Tbk tahun 2003 menyatakan adanya alasan dugaan overstatement atau kelebihan

pencatatan karena pencatatan untuk akun penjualan menggunakan metode yang berbeda

dari ketentuan yang ada. Awalnya,perusahaan ini menerima pesanan pakaian dari luar

negeri dimana bahan baku untuk pembuatan pakaian tersebut telah disediakan dari

pihak pemesan barang. Dengan demikian, pihak penerima pesanan tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku tersebut. Pada kenyataannya, pihak

penerima pesanan pakaian tersebut tetap mencantumkan harga bahan baku, aksesoris,

ongkos kerja dan laba perusahaan serta menjumlahkanya ke dalam nilai ekspor pada

saat pesanan tersebut dikirim. Pada dasarnya, tugas seorang akuntan publik adalah

mengoreksi kesalahan-kesalahan pencatatan laporan keuangan dari pihak kliennya.

Akan tetapi, KAP ini tidak melakukan koreksi terhadap kelebihan pencatatan

(overstatement) penjualan PT.Great River karena pihaknya mengaku telah mengaudit

laporan keuangan perusahaan tersebut sesuai dengan metode pencatatan periode

sebelumnya.

Justinus menyatakan metode pencatatan seperti itu bertujuan untuk menghindari

dugaan dumping dan sanksi perpajakan, sebab katanya saldo laba bersih tidak berbeda

dengan yang diterima perusahaan, maka hal itulah yang menjadi pemicu dugaan

Justinus yang telah dinyatakan olehnya tadi. Sehingga diinterpretasikan sebagai

menyembunyikan informasi secara sengaja dengan melakukan pemalsuan beberapa

akun hingga ratusan miliar rupiah dan melakukan overstatement penyajian account.

2.2.6 Dampak Terjadinya Kasus PT. Great River International

Tbk

Dampak dari kasus ini adalah Great River memiliki kewajiban utang yang telah

jatuh tempo kepada karyawan sebesar Rp 34 miliar dan pihak lainnya. Disebabkan

karena tidak adanya modal kerja, selain itu karyawan tidak diberikan hak-hak karyawan

secara penuh akibat penghentian kegiatan operasional. Great River juga terbukti

memiliki utang kepada CV Duta Gemilang sebesar Rp 3,1 juta. Selain itu, Great River

memilki utang kepada PT Jamsostek sebesar Rp 32,5 miliar.

Kerugian negara pun sebesar Rp 315 miliar karena kasus Great River ini.

Kerugian negara ini berasal dari akumulasi dari pembelian obligasi PT Great River

senilai Rp 50 miliar dan pemberian fasilitas kredit modal kerja dan kredit investasi

Page 33: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

kepada PT Great River sebesar Rp 265 miliar. Pada obligasi oleh Bank Mandiri

dinyatakan berstatus default atau gagal, sedangkan kreditnya macet.

2.2.7 Analisis Kasus

Masalah Etika

Dari sudut pandang etika, etika dapat dilihat dari dua hal yaitu etika sebagai

praksis dan etika sebagai ilmu atau tata susila. Etika sebagai praksis ialah nilai-nilai

dan norma-norma moral baik yang dipraktikan ataupun tidak dipraktikan walaupun

seharusnya dipraktikan. Dengan maksud bahwa dengan moral atau moralitas yang

berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam

kelompok atau masyarakat. Sedangkan etika sebagai ilmu atau tata susila adalah

pemikiran atau penilaian moral yang bias mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran

terhadap moralitas tersebut bersifat kritis metodis dan sistematis.

Masalah yang dilakukan oleh PT Great River International Tbk merupakan

masalah yang sudah jelas melanggar etika. Kejahatan yang telah dilakukan tidak hanya

ilegal,tetapi juga memberikan dampak negatif yang sangat buruk bagi pihak internal

maupun eksternal. Mereka tidak hanya berbohong dan menunjukkan bentuk

ketidakjujuran, tetapi perusahaan telah mempertaruhkan banyak pekerja yang hidupnya

bergantung pada perusahaan. Pihak internal pada kasus ini menaipulasi laporan

keuangan dengan menggelembungkan account penjualan, piutang dan asset hingga

ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan

perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang laba

perusahaan. Dibenarkan dengan fakta bahwa pihak setempat mengetahuinya dengan

sadar melakukan penipuan tersebut berlandaskan untuk mendapatkan keuntungan

pribadi dari hasil pemalsuan laporan keuangan PT Great River International Tbk.

Teori-Teori Etika

Etika memiliki beberapa teori-teori etika yang harus dipahami dan dimengerti

oleh seluruh para akuntan. Di sisi lain kita juga harus terlebih dahulu mengetahui apa

yang dimaksud dengan teori dan apa hubungannya dengan ilmu. Suatu pengetahuan

tentang suatu objek baru bisa dianggap sebagai disiplin ilmu bila pengetahuan tersebut

telah dilengkapi dengan sebuah teori tentang objek yang dikaji. Sehingga teori

merupakan tulang punggung dari suatu ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah kumpulan

Page 34: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam dan social yang

memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala

tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Sedangkan teori adalah pengetahuan ilmu

yang menjelaskan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Etika

sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaa,

nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.

Dengan perkembangan zaman yang cepat pada teori-teori etika pun makin

bertambah dan kian terus berkembang. Berikut ini adalah analisis kasus PT Great River

International Tbk menurut beberapa teori-teori etika yang telah ada:

1. Egoisme

Dalam teori egoisme terdapat dua konsep, yaitu egoisme psikologis dan

egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa

semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat pada diri sendiri

atau biasanya disebut dengan selfish. Menurut teori ini, seseorang boleh yakin

bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban. Namun,

semua tindakan yang terkesan luhur dan tindakan yang suka berkorban tersebut

hanyalah ilusi saja. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya

sendiri. Sehingga menurut teori ini tidak ada tindakan yang sesungguhnya itu

bersifat altruisme. Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain

atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan

dirinya.

Pada egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri

atau biasa disebut dengan self-interest. Jika menolong orang lain dianggap

sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan

orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong

orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri. Inti dari

paham Egoisme etis adalah bahwa jika ada tindakan yang menguntungkan orang

lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat

tindakan itu benar, yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa

tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

Jika dilihat dari teori egoisme etis, tindakan yang dilakukan oleh para pelaku

dianggap benar karena mereka melakukan tindakan itu untuk menolong dan

menguntungkan diri mereka sendiri.

Page 35: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

2. Utilitarianisme

Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat

bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat. Jadi, ukuran baik tidaknya suatu

tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu apakah

member manfaat atau tidak. Teori utilitarianisme lebih melihat dari sudut

pandang kepentingan orang banyak seperti halnya kepentingan bersama dan

kepentingan masyarakat. Jika dilihat dari teori utilitarianisme, tindakan para

pihak yang bersangkutan atas kasus PT Great River International Tbk dianggap

tidak benar karena tindakan yang mereka lakukan banyak merugikan pihak tanpa

melihat kerugiannya atau dampaknya atas perbuatan tersebut kepada

kesejahteraan masyarakat.

3. Deontologi

Deontologi merupakan teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil,

konsekuensi atau tujuan dari tindakan tersebut. Paham deontologi menyatakan

bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan

tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu

tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya

suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik.

Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan,

melainkan hanya karena kita wajib melaksanakan tindakan tersebut demi

kewajiban itu sendiri. Perspektif deontologis tidak mementingkan konsekuensi.

Hal yang penting adalah bahwa keputusan dibuat untuk alasan yang tepat. Jika

dilihat dari teori deontologi, keputusan yang diambil oleh para pelaku tidak

tepat karena kewajiban moral seorang manajemen puncak adalah untuk

memajukan perusahaan bukan untuk merugikan perusahaan. Hal yang

seharusnya paling diutamakan perusahaan adalah memberikan sesuatu

kewajiban moral yang mewajibkan tanpa adanya syarat.

4. Teori Hak

Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila

perbuatan atau tindaka tersebut sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Teori hak merupakan suatu aspek teori dari deontology karena hak tidak dapat

Page 36: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi

seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi

orang lain. Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa manusia

mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama. Hak

asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas dibagi menjadi 3 yaitu

hak hokum atau legal, hak moral atau kemanusiaan, dan hak kontraktual. Hak

legal adalah hak yang didasarkan atas system atau yurisdiksi hukum suatu

negara, dimana sumber hukum tertinggi suatu Negara adalah Undang-Undang

Dasar Negara yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan pribadi

manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan

kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak kontraktual mengikat

individu-individu yang membuat kesepakatan atau kontrak bersama dalam

wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Jika dilihat dari teori hak, tindakan yang dilakukan para pelaku jelas telah

melanggar hak para pemegang saham dengan mereka memanipulasi laporan

keuangan demi keuntungan pribadi. Hak yang seharusnya didapat oleh para

pemegang saham dan investor ataupun pihak lainnya tidak dipenuhi oleh PT

Great River International Tbk.

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori ini dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah

melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah

laku yang secara moral dinilai baik. Sifat keutamaan yang harus dimiliki oleh

pelaku bisnis, yaitu kejujuran, keadilan (fairness), kepercayaan dan keuletan. Jika

dilihat dari teori keutamaan, tindakan yang telah dilakukan oleh para pelaku

dianggap tidak benar karena para pelaku tersebut tidak memiliki sifat-sifat yang

seharusnya dimiliki oleh seorang pelaku bisnis. Sifat-sifat yang dimiliki pada

pelaku bisnis kenyataannya jauh dari sifat keutamaan yang seharusnya dimiliki.

6. Teori Etika Etonom

Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat Kristen yang mengatakan bahwa

karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya

dengan kehendak Tuhan. Tujuan tertinggi umat manusia selain tujuan hidup di

dunia adalah kebahagiaan rohani (akhirat). Perilaku manusia secara moral

Page 37: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Tuhan, dan perilaku manusia

dinggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah Tuhan

sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci. Terlepas dari apakah manusia

mengakui atau tidak mengakui adanya Tuhan, setiap manusia telah diberikan oleh

Tuhan potensi kecerdasan yang tak terbatas (kecerdasan hati nurani, intuisi,

kecerdasan spiritual, atau apapun sebutan lainnya) yang melampaui kecerdasan

rasional. Tujuan tertinggi umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi

kecerdasan tak terbatas dimanfaatkan.

Jika dilihat dari teori etika teonom, para pelaku hanya mementingkan

kebahagiaan duniawi tanpa memperdulikan tujuan tertinggi hidup umat manusia,

yaitu akhirat (kebahagiaan rohani). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh

kurangnya pendidikan para pelaku tentang modal spiritual (SQ) yang penting

untuk membangun kecerdasan tak terbatas yang baik agar menjadi pribadi yang

memiliki hati nurani yang dapat mencegah seorang individu melakukan yang

tidak baik.

Paradigma Manusia Utuh

Beberapa konsep dan hubungan antar berbagai konsep penting yang terkait

dengan pembangunan manusia seutuhnya antara lain: karakter, kepribadian,

kecerdasan, etika, gelombang otak, tujuan hidup, agama dan meditasi atau zikir. Etika

sebagai ilmu mecoba menjelaskan perilaku manusia dalam konteks sebatas makna

hidup duniawi umat manusia dengan mengabaikan sama sekali aspek kesadaran

spiritual dalam diri manusia. Pada tahap kesadaran trasendental, manusia telah

mencapai nilai tertinggi hakikat manusia, yaitu manusia tercerahkan yang sebagian

besar hidupnya telah dipersembahkan untuk melayani Tuhan dan ia tidak lagi tertarik

atau melekat pada hal-hal yang bersifat duniawi. Eika harus dimaknai sebgai pedoman

perilaku menuju peningkatan semua kecerdasan dan kesadaran manusia secara utuh.

Inti dari paradigma manusia utuh adalah keseimbangan di dalam aspek-aspek sebagai

berikut:

1. Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan Tuhan.

2. Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal sosial (EQ), dan modal

spiritual (SQ).

Page 38: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

3. Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin

(surgawi).

4. Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan

Tuhan.

5. Gabungan dari keempat butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori

keutamaan)

6. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran. Teori-teori etika yang dapat

dianalogikan dengan alur proses evolusi kesadaran yaitu: hak (egoisme) –

utilitarianisme – kewajiban (deontologi) – teonom – keutamaan (virtue).

Untuk mencegah terjadinya kasus seperti ini agar tidak terjadi lagi, pelu

dikembangkannya paradigma manusia utuh dengan mengembangkan sikap dan perilaku

hidup etis dalam arti yang luas, yaitu dengan memadukan dan menyeimbangkan

kualitas kesehatan fisik, pengetahuan intelektual (psiko etika), kematangan emosional

dan kerukunan social (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo etika). Meditasi, zikir,

retret, dan sejenisnya terbukti dalam melengkapi praktik keagamaan guna

meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Pelatihan dan praktik meditasi, zikir,

dan retret akan mengembangkan lapisan emosional dan spiritual serta melengkapi

pengembangan intelektual melalui iptek dan kesehatan fisik yangdiperoleh melalui

makanan sehat dan berolahraga.

Dengan menyeimbangkan pengembangan pada lapisan fisik, intelektual,

emosional, dan spiritual ini akan memunculkan karakter positif. Pada akhirnya, karakter

ini akan memengaruhi kualitas kebahagiaan seseorang. Jadi, seseorang tidak hanya

menganggap uang sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan yang dapat

menyesatkannya melakukan kejahatan demi mendapatkan uang (kekayaan). Jika

paradigma ini telah diterapkan dan dijalankan dengan baik akan sangat efektif

mengurangi kejahatan seperti yang dilakukan para petinggi-petinggi ataupun kejahatan

lainnya.

Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia

Etika Profesional yang mengatur perilaku akuntan yang menjalankan praktik

akuntan public di Indonesia. Pada tahun 1998, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)

merumuskan etika profesional baru yang diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntansi

Indonesia. Etika profesional baru ini berbeda dengan etika profesional yang berlaku

dalam tahun- tahun sebelumnya. Kode etik IAI ini dikembangkan dengan struktur baru.

Page 39: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Kompartemen yang dibentuk dalam organisasi IAI terdiri dari 4 macam yaitu

Kompartemen Akuntan Publik; Kompartemen Akuntan Manajemen; Kompartemen

Akuntan Pendidik; Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Masing- masing

kompartemen digunakan untuk mengorganisasi anggota IAI yang berprofesi sebagai

Akuntan Publik, Manajemen, Pendidik, serta Akuntan Sektor Publik. Sebagai induk

organisasi, IAI merumuskan Prinsip Etika yang berlaku umum untuk semua anggota

IAI. Untuk profesi Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Publik menerbitkan Aturan

Etika untuk kompartemen Akuntan Publik. Aturan Etika tersebut kemudian dijabarkan

dalam Interprestasi Aturan Etika oleh Pengurus Kompartemen Akuntan Publik.

Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

1. Kredibilitas.

Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

2. Profesionalisme.

Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai

jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.

3. Kualitas Jasa.

Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan

diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

4. Kepercayaan.

Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika

profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Berikut uraian penjelasan kode etik ikatan akuntansi Indonesia yang terdiri dari

8 diantaranya ialah:

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap

anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional

dalam semua kegiatan yang dilakukannya.Sebagai profesional, anggota

mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut,

anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional

Page 40: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama

dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara

kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam

mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk

memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

Terkait dengan kasus PT Great River International Tbk berhubung

dengan kode etik tanggung jawab profesi, terlihat bahwa seorang akuntan dan

beserta anggota timnya tidak bertanggung jawab atas profesinya sebagai

akuntan. Pada kasus ini tidak terlihat seorang akuntan memeliharan dan

meningkatkan tradisi profesinya dengan baik yang seharusnya memelihara

kepercayaan para pemegang saham atas jasa yang diberikannya.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan

komitmen atas profesionalisme.Satu ciri utama dari suatu profesi adalah

penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran

yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari

klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis

dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas

akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap

kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan

masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.

Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam

menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan

negara.Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa

akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi

sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat

prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati

kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya,

anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk

mencapai profesionalisme yang tinggi.Untuk memelihara dan meningkatkan

kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab

profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Page 41: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Auditor dan selaku akuntan PT Great River International Tbk yaitu

Justinus Aditya Sidharta sama sekali tidak melakukan yang sepenuhnya untuk

kepentingan publik. Pada kasus ini Justinus Aditya Sidharta malah

mengutamakan kepentingan pribadinya sendiri dibanding kepentingan publik

seutuhnya. Terlihat bahwa Justinus tidak memiliki sikap tanggung jawab

profesionalisme dengan integritas yang tinggi sebagai akuntan PT Great River

International Tbk.

3. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya

pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi

kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam

menguji keputusan yang diambilnya.Integritas mengharuskan seorang anggota

untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan

rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh

dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang

tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima

kecurangan atau peniadaan prinsip.

Bila dilihat menurut kode etik ini pada kasus PT Great River

International Tbk , terlihat sangat jelas bahwa PT Great River selaku perusahaan

tidak memiliki integritas atas menjalani kegiatan bisnis perusahaannya sehingga

mengorbankan banyak karyawan dan para investor. Selaku auditor pun juga

tidak berprilaku sesuai dengan kode etik ini karena telah melakukan penipuan

atau kecurangan pada laporan keuangan PT Great River International Tbk.

4. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Obyektivitasnya

adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.

Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur

secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan

kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.Anggota bekerja dalam berbagai

kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam

berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,

Page 42: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan

keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja

dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan

pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk

kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi

integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

PT Great River International Tbk pada kasusnya tidak berlaku adil dan

memihak kepada salah satu auditor yang bekerja pada perusahaannya. PT Great

River melakukan kecurangan dengan melakukan perencanaan bersama

auditornya untuk memberikan keuntungan terhadap mereka. Justinus selaku

auditor mengakui bahwa hal yang dilakukannya ini adalah hal yang disadarinya

dan disengaja karena ingin menambahkan nominal di beberapa aset untuk

menghindari dugaan dumping dan sanksi perpajakan, sebab katanya saldo laba

bersih tidak berbeda dengan yang diterima perusahaan.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-

hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang

diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh

manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.Hal ini

mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi

kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi

kepada publik.Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.

Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau

pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya

pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang

memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan

kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau

perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien

kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab

untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,

pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab

yang harus dipenuhinya.

Page 43: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Justinus Aditya Sidharta tidak menggunakan jasanya dengan hati-hati

malah menyalahgunakan profesinya sebagai akuntan PT Great River

International Tbk. Justinus tidak memberikan clien informasi yang kompeten

dan komperehensif dengan ketekunan ilmu yang dia miliki dengan disesuaikan

informasi yang berlaku dengan sekarang. Sehingga terlihat bahwa Justinus tidak

mematuhi peraturan sebagai auditor yaitu harus kompetensi dan hati-hati atas

profesinya.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahaasiaan informasi yang

diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau

kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.Kepentingan

umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan

kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas

kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi

yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu

diungkapkan.Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan

informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa

profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah

hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

Pada kasus PT Great River International Tbk, kode etik kerahasiaan

yang diterapkan malah menyimpang dengan aturan yang sebenarnya harus

dipatuhi agar tidak dilanggar. PT Great River melakukan kerahasiaan tetapi

kerahasiaan dalam konteks yang berbeda. Kerahasiaan yang dilakukannya

bukannya menguntungkan pihak clien malah kenyataannya sebaliknya. Selaku

auditornya pun terlibat karena dia yang meberikan jasanya kepada clien atas

kasus ini. Dengan begitu, terlihat bahwa auditor PT Great River International

Tbk melanggar kode etik pada kerahasiaan.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi

yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi

harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada

Page 44: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan

masyarakat umum.

Tindakan yang dilakukan perusahaan dan auditor pada kasus PT Great

River International Tbk menurut pandangan kode etik ini sangatlah tidak

profesional. Mereka tidak berperilaku profesional yang seharusnya seorang

akuntan berperilaku profesional pada kliennya. Tidak ada sama sekali rasa

tanggung jawab dari diri mereka sendiri atas jasa yang mereka berikan terhadap

kliennya.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan

standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya

dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip

integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus

ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan

perundang-undangan yang relevan.

Standar teknis yang seharusnya relevan dan bersifat profesional pada PT

Great River International Tbk jauh dari kodek etik tersebut. Selaku auditor sama

sekali tidak memberikan jasanya dengan relevan kepada kliennya atas

pemeriksaan laporan keuangan PT Great River International Tbk.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa

Akuntan Publik

Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah

membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun.

Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan

Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003.

Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi

(pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review,

audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau

Page 45: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap

bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan

untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).

Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan

Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006

tanggal 15 Juni 2006 yang membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan

Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan

Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang menyatakan bahwa

AP dikenakan sanksi pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan mendapat sanksi

pembekuan keanggotaan dari IAI dan atau IAI-KAP.

Dalam kasus Pembekuan Akuntan Justinus Aditya Sidharta dapat ditentukan

bahwa terdapat pelanggaran terhadap standar professional akuntan publik,dan kode

etik akuntan public. Justinus Aditya Sidharta dianggap tidak mematuhi Pasal 71 ayat

(3) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa

Akuntan Publik, bahwa izin AP Pemimpin KAP dibekukan apabila izin usaha KAP

dibekukan yang mengartikan bahwa AP Justinus Aditya Sidharta telah melanggar

standar auditing, standar pengendalian mutu serta terdapat pelanggarn pada beberapa

prinsip dan aturan kompartemen yang menyatakan tentang sikap professional,

mematuhi standar relevan yang berlaku dan tanggung jawab profesi.

Pelanggaran terkait standar professional akuntan publik yaitu melanggar standar

auditing dimana pada standar auditing yang terdapat pada standar professional Akuntan

Publik telah ditetapkan segala ketentuan yang berlaku terkait pemberian jasa,hal ini

juga terdapat pada peraturan menteri keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang jasa

akuntan publik dimana hal tersebut terdapat pada pasal 3 yang menjelaskan tentang

batas waktu dari pemberian jasa yang ditentukan untuk KAP paling lama 6 tahun buku

berturut-turut. Selain itu hal ini juga tentu melanggar standar pengendalian mutu sebuah

KAP dimana seluruh KAP diwajibkan untuk mematuhi standar yang relevan yang telah

ditetapkan oleh badan- badan yang berwenang.

Selain Standar Profesional Akuntan Publik yang telah dilanggar KAP Justinus

Aditya Sidharta ini telah melanggar Kode Etik Akuntan Publik Indonesia dimana KAP

tersebut telah melanggar beberapa prinsip etika profesi akuntan indonesia dan aturan

kompartemen akuntan public. Dimana dalam prinsip etika profesi terdapat tanggung

jawab profesi pada prinsip kesatu yang berarti bahwa dalam menjalankan tugasnya

dimana anggota KAP harus mampu bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan dan

Page 46: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

pemakai jasa. Selain itu juga terdapat pelanggaran pada prinsip ketiga integritas dimana

dalam menjalankan tanggung jawabnya KAP harus menjalankan dengan integritas

tinggi hal ini tidak terjadi pada KAP Justinus Aditya Sidharta yang telah mengabaikan

pegawainya sendiri. Hal ini membutikan bahwa integritas dari KAP Justinus Aditya

Sidharta rendah.

Terdapat prinsip lain yang juga dilanggar oleh KAP Justinus Aditya Sidharta

adalah perilaku professional yang tidak diterapkan dalam memberikan jasa kepada

kliennya sendiri melainkan merugikan banyak pihak. Dimana standar teknis

menyatakan tentang ketentuan yang harus dipenuhi dan hal ini menunjukan bahwa

KAP tersebut telah melanggar peraturan menteri keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008

tentang jasa akuntan publik yang telah ditetapkan oleh Menteri keuangan.

Menurut National Committen on Governance (NCG, 2006) ada 5 prinsip tata

kelola yang baik yaitu:

a. Transparansi (Transparency)

b. Akuntabilitas (Accountability)

c. Responsibilitas (Responsibility)

d. Independensi (Independency)

e. Keadilan (Fairness)

Adapun dalam kasus PT Great River Internasional Tbk ini, ada 5 pelanggaran terhadap

prinsip tata kelola yang baik antara lain:

a. Transparansi (Transparency)

PT Great River Internasional Tbk tidak menyampaikan informasi dengan benar, seperti

yang telah disampaikan bahwa telah memanipulasi laporan keuangan dengan

memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset perseroan dan

memperbesar nilai pendapatan sehingga informasi yang diterima oleh para pemangku

kepentingan menjadi tidak akurat. Hal ini menunjukkan bahwa PT Great River

Internasional Tbk telah melanggar prinsip Transparansi (Keterbukaan) dalam

penyampaian informasi.

b. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip akuntabilitas berkaitan erat dengan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ, sehingga perusahaan dapa berjalan dengan efektif. Prinsip

Page 47: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

ini berhubungan dengan pengendalian terhadap hubungan organ-organ yang ada di

perusahaan menyadari tanggung jawab, wewenang, hak dan kewajibannya. Telah

terbukti bahwa PT Great River Internasional Tbk tidak melakukan tanggung jawabnya

sebagai perusahaan atas wewenang hak dan kewajiban, sehingga terjadi ketidak

efektifan kinerja perseroan. Laporan Keuangan yang dihasilkannya pun menjadi tidak

akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal ini jelas menjadi bukti bahwa PT Great River

Internasional Tbk gagal dalam menerapkan prinsip akuntabilitas.

c. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip pertanggungjawaban menekankan adanya sistem yang jelas untuk mengatur

makanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada para stakeholder perusahaan.

Prinsip pertanggungjawaban berkaitan dengan kewajiban perusahaan mematuhi semua

peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT Great River Internasional Tbk

melanggar prinsip Responsibilitas dengan melakukan indikasi penipuan dalam

penyajian laporan keuangan. Terlihat dengan jelas PT Great River Internasional Tbk

tidak mematuhi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Independensi (Independency)

Adanya manipulasi laporan keuangan menunjukan bahwa divisi keuangan yang

membuat laporan tersebut tidak independen. Meskipun merupakan bagian internal dari

PT Great River Internasional Tbk, pihak yang bertanggungjawab membuat laporan

keuangan haruslah membuat laporan keuangan sesuai nilai yang sebenarnya tanpa

manipulasi tanpa terpengaruh pihak manajemen meskipun pihak manajemen

menginginkan adanya manipulasi.

e. Keadilan (Fairness)

Dalam prinsip keadilan, manajemen diharapakan tidak mengutamakan kepentingannya

saja atau kepentingan pemegang saham saja, tetapi kepentingan semua stakeholder

perusahaan. Penyajian laporan keuangan secara wajar kepada semua stakeholder

merupakan wujud dari penerapan rinsip kewajaran. PT Great River Internasional Tbk

tidak memperlakukan secara adil para pemangku kepentingan, investor tidak

diperlakukan secara adil dan tidak ada keadilan pula bagi karyawan. Hal itu sangat jelas

tergambarkan pada pada Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal

membayar utang.

Page 48: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

    Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)

sebagaimana dikutip oleh tim studi BAPEPAM-LK, prinsip-prinsip GCG juga

mencakup hal-hal sebagai berikut :

1.      Memastikan dasar kerangka tata kelola perusahaan yang efektif

2.      Hak-hak pemegang saham dan fungsi-fungsi kepemilikan kunci

3.      Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham

4.      Peranan stakeholder dalam tata kelola perusahaan

5.      Pertanggungjawaban direksi

Prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan oleh tim studi BPEPAM-LK tersebut di

atas juga tertuang dalam pedoman Umum GCG yang disusun oleh Komite Nasional

Kebijakan GCG yang diterbitkan pada tahun 2006. BAPEPAM-LK tidak mewajibkan

emiten atau perusahaan publik untuk menerapkan Pedoman Umum GCG tersebut.

Sehingga tidak terdapat sanksi terhadap emiten atau perusahaan publik konsep GCG

telah diadopsi ke dalam peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh BAPEPAM-LK,

seperti keberadaan komsaris independen, ketentuan terkait dengan rapat direksi dan

komisaris, pelaksanaan tugas direksi dan komisaris dan lain-lain.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC

1)        Integritas

Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan

bisnis dan profesionalnya. Justinus selaku auditor PT Great River International Tbk

menyatakan bahwa metode pencatatan yang ia lakukan pada Laporan Keuangan

bertujuan untuk menghindari dugaan dumping dan sanksi perpajakan, sebab saldo laba

bersih tidak berbeda dengan yang diterima perusahaan, maka hal itulah yang menjadi

pemicu dugaan Justinus yang telah dinyatakan olehnya tadi. Sehingga diinterpretasikan

sebagai menyembunyikan informasi secara sengaja dengan melakukan pemalsuan

beberapa akun hingga ratusan miliar rupiah dan melakukan overstatement penyajian

account.

2)        Objektivitas.

Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias,

konflik kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain sehingga mengesampingkan

pertimbangan bisnis dan profesional. Lain dengan pada kasus ini yang membiarkan

profesionalitas sebagai seorang akuntan yang melakukan penipuan terhadap Laporan

Page 49: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Keuangan per 31 Desember PT Great River International Tbk.

3)        Kompetensi profesional dan kehati-hatian.

Seorang akuntan profesional mempunyai kewajiban untuk memelihara

pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang

dipelukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang

kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.

Seorang akuntan profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-

standar  profesional haus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar

profesional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa profesional. Akan tetapi,

KAP ini tidak melakukan koreksi terhadap kelebihan pencatatan (overstatement)

penjualan PT.Great River karena pihaknya mengaku telah mengaudit laporan keuangan

perusahaan tersebut sesuai dengan metode pencatatan periode sebelumnya. Dengan

begitu, akuntan yang memiliki kewenangan di PT Great River Internasional Tbk ini

tidak memelihara dan memberikan pengetahuan yang dimiliki seorang akuntan dan juga

keterampilan untuk menjamin seorang klien atas menerima jasa profesional yang

kompeten yang didasarkan atas teknik terkini.

4)        Kerahasiaan.

Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh

mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan

spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak  profesional untuk

mengungkapkannya. Namun kerahasiaan yang di dalam kasus PT Great River

International Tbk ini malah disalahgunakan dengan merahasiakan penipuan dalam

melakukan rekayasa pada Laporan Keuangan per 31 Desember.

5)        Perilaku Profesional

Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan

yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Di

kasus PT Great River International Tbk dengan jelas mengesampingkan perilaku

profesional akuntan profesional yang seharusnya dipatuhi dengan peraturan yang

berlaku. Justinus selaku auditor berani berbuat yang tidak sesuai dengan kode etik yang

sudah berlaku.

Page 50: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

BAB 3

PENUTUP

3.1 KesimpulanStudi Kasus Waste Management Inc.

Penyusunan laporan keuangan serta proses audit adalah salah satu unsur utama

sistem pengendalian manajemen. Mengingat peran pentingnya bagi lembaga itulah,

laporan keuangan dan proses auditnya harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip

ideal-normatif serta etis yang diberlakukan terhadapnya. Kasus Waste Management Inc.

dimulai dengan kecurangan di bidang akuntansi. Para eksekutif WMI memanipulasi

laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan berbagai trik akuntansi untuk

mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri.

Proses audit laporan keuangan memang membuka peluang bahkan pada kondisi

tertentu mensyaratkan pelibatan auditor eksternal. Untuk itu, auditor eksternal yang

dipilih haruslah diakui integritasnya serta prosesnya harus terlaksana berdasarkan

kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya. Dalam kasus ini, auditor eksternal telah

melanggar prinisp yang ada dengan bekerja sama dengan kliennya dalam penipuan

laporan keuangan perusahaan.

Pengawasan dalam rumus skema penipuan mengacu pada kurangnya adanya

tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab dalam fungsi manajemen pemantauan

untuk penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan GAAP. Tidak adanya fungsi

pengawasan oleh komite audit WMI, ditambah dengan monitoring yang tidak efektif

dari tim manajemen puncak oleh dewan direksi dan struktur pengendalian internal yang

tidak memadai dan tidak efektif dalam mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki

penipuan laporan keuangan, mungkin telah berkontribusi signifikan faktor terhadap

salah saji dan kegagalan audit.

Kuncinya adalah pada aturan akuntansi yang transparan, independensi, dan

pengawasan terhadap manajemen puncak dan para auditor. Setelah ini tercapai maka

akan lebih mudah untuk memecahkan masalah penegakan hukum. Kecurangan

Akuntansi akan selalu menyertai kita selama ada pengusaha yang tidak bermoral dan

tidak jujur atau tidak kompeten dalam mengemban tugasnya.

Page 51: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Studi Kasus PT. Great River International Tbk

Akuntan merupakan profesi dimana setiap profesi memiliki kode etik yang harus

dijunjung tinggi karena itu menjadi dasar utama untuk melaksanakan tugas dengan baik

dan benar serta memberi manfaat bagi orang lain. Dalam kasus PT Great River,

Akuntan Publik yang bersangkutan telah mencelakai kode etik akuntan, khusunya

mengenai independensi, integritas dan objektivitas. Akuntan Publik tersebut telah

membiarkan kesalahan yang ditemuinya dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya.

Akibat kelalaian tersebut banyak pihak yang dirugikan karena adanya kesalahan

informasi yang di terima publik. Pelanggaran terhadap kode etik seperti ini tidak hanya

berimbas pada Akuntan Publik yang bersangkutan saja, namun juga berimbas kepada

seluruh Akuntan Publik. Publik dapat saja memiliki persepsi yang negatif setelah kasus

ini terhadap integritas, objektivitas dan indpendensi auditor. Pembekuan terhadap izin

Akuntan Publik yang telah dilakukan oleh mentri keuangan adalah langkah tepat untuk

memperbaiki citra akuntan di mata publik, agar kepercayaan publik terhadap profesi

akuntan tetap terjaga demi keberlanjutan profesi ini

1.2 SaranStudi Kasus Waste Management Inc.

Dijalankannya pengendalian internal yang baik dalam perusahaan agar dapat

efektif dan efisien dalam mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki penipuan laporan

keuangan. Pemerintah harus memiliki pengukuran tata kelola perusahaan yang kuat

dan perbandingan dengan keuntungan. Memaksakan peraturan ketat pada direktur

independen, direktur eksekutif dan auditor. Waste Management Inc. harus menerapkan

prinsip-prinsip standar akuntansi yang berlaku sebagai bentuk pertanggung jawaban

etis.

Para auditor eksternal yang dipekerjakan untuk mengaudit laporan keuangan

perusahaan haruslah independen dan tidak berpihak pada klien atau mendapat tekanan

dari pihak manapun agar dapat menghasilkan laporan audit yang andal. Serta harus

melakukan rotasi auditor jika klien selalu menggunakan jasa audit dari kantor akuntan

publik yang sama agar tidak terjadinya hal seperti di Waste Management Inc. sehingga

akuntan public bisa bergantian setiap tahunnya.

Page 52: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

3.2 Saran

Studi Kasus PT. Great River International Tbk

Akuntan Publik harus mampu menjaga dan melaksanakan kode etik profesi

sebagai akuntan dalam kondisi dan situasi apapun. Akuntan Publik sebagai pihak ketiga

yang independen dalam memberikan opini tentang laporan keuangan perusahaan harus

mampu menjaga kepercayaan publik dengan melakukan pekerjaan berdasatakan

Standar Profesi Akuntan Publik sehingga profesi ini tetap menjadi profesi yang penting

di dalam perkonomian negara.

Page 53: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

DAFTAR PUSTAKA

2-3 Oktober 2012. Majalah Bisnis Indonesia. Jakarta : s.n., 2-3 Oktober 2012.

http://s3.amazonaws.com/ppt-download/55239327-kode-etik-aicpa-ifac-iai-121101162140-phpapp01.doc?response-content-disposition=attachment&Signature=DzxR6xPUwdDqJpoShk%2ByTkboQzk%3D&Expires=1398209149&AWSAccessKeyId=AKIAIW74DRRRQSO4NIKA. [Online] [Cited: April 23, 2014.]

2014. About Us: Waste Management Inc. Waste Management Inc. [Online] 2014 йил 01-April. [Cited: 2014 йил 25-April.] https://www.wm.com/about/index.jsp.

2008. Accounting Scandals. Accounting Degree. [Online] 2008 йил 30-July. [Cited: 2014 йил 25-April.] http://www.accounting-degree.org/scandals/.

Agoes, Sukrisno. 2011. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta : Salemba Empat, 2011.

Arthur Anderson: Challengin the Status Quo. Moore, Mary Virginia and Crampton, John. November 2003. November 2003, The Journal of Business Leadership (America National Business Hall of Fame), pp. 71-89.

bapepam. www.bapepam.go.id. [Online]

—. www.bapepam.go.id. [Online] [Cited: April 23, 2014.]

BAPEPAM. 2003. Press Release. [Online] Agustus 10, 2003. [Cited: Maret 19, 2014.] http://www.bapepam.go.id/old/old/news/agt2003/Penegakan%20Hukum.PDF.

Berenson, Alex and Oppel Jr., Richard A. 2001. OncepMighty Enron Strains Under Scrutiny. [Online] October 28, 2001. [Cited: March 19, 2014.] http://www.nytimes.com/2001/10/28/business/once-mighty-enron-strains-under-scrutiny.html.

Big Companies Pay Audit Firms More for Other Services. J., Well and A. Tannebaum. April 10, 2000. April 10, 2000, The Wall Street Journal, pp. C1-C2.

Brooks, Leonard J. and Dunn, Paul. 2011. Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta : Salemba Empat, 2011.

bumn. 2001. http://www.bumn.go.id/22368/publikasi/berita/kasus-salah-catat-laporan-keuangan-kimia-farma-usulkan-nilai-dividen-2001-tetap/. [Online] 2001. [Cited: April 23, 2014.]

Page 54: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Darmadji, Triptono and Fakhrudin, Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta : Salemba Emban Patria, 2001.

david. 2009. http://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-manipulasi-laporan-keuangan-pt-kimia-farma-tbk/. [Online] 2009. [Cited: April 22, 2014.]

elzamyroselin. 2013. http://elzamyroselin.blogspot.com/2013/02/tugas-3-kasus-perusahaan-yang-melakukan.htm. [Online] 2013. [Cited: April 23, 2014.]

Enron: what happened and what we can earn from it. Benston, George J. and Hartgraves, Al L. 2002. 2002, Elsavier Journal of Accounting and Public Policy 21, pp. 105-127.

Fahmi, Saputra. 2011. Etika dalam akuntansi keuangan. Saputra Fahmi. [Online] 2011 йил 9-November. [Cited: 2014 йил 26-April.] http://fhsaputra11.blogspot.com/2011/11/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html.

Grace, Stevi. 2014. Kasus Etika Waste Management Inc. Stevi Grace 15. [Online] 2014 йил 25-January. [Cited: 2014 йил 25-April.] http://stevigrace15.blogspot.com/2014/01/kasus-etika-waste-management-inc.html.

Hendarto, Bambang Ruly. 2010. Pelanggaran Etika Bisnis dengan Menggunakan Studi Kasus Pada Perusahaan. Scribd. [Online] October 27, 2010. [Cited: March 18, 2014.] http://www.scribd.com/doc/40228705/KASUS-ENRON.

ifac. http://www.ifac.org/Ethics/. [Online] [Cited: April 23, 2014.]

KAP Akhyadi Wibisono. 2011. Laporan Keuangan (audited) untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Jakarta : PT Katarina Utama Tbk, 2011. Audited Financial Report.

L J Brooks, Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis dan Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta : Salemba Empat, 2011.

2010. Laporan Keuangan dan Laporan Internal. Jakarta : PT. Katarina Utama Tbk, 2010. Financial Report.

Mahendra, Gading. 2009. Kasus Arthur Andersen Praktik Akuntansi yang dipertanyakan. Kasus Arthur Andersen. [Online] 2009 йил 30-November. [Cited: 2014 йил 26-April.] http://gadingmahendradata.wordpress.com/2009/11/30/kasus-arthur-andersen-praktik-akuntansi-yang-dipertanyakan/.

Nurul, Rigel. 2012. Waste Management Inc. Kasus Etika. [Online] 2012 йил 3-March. [Cited: 2014 йил 26-April.] http://rigelnurul.blogspot.com/2012/03/waste-management-inc.html.

Page 55: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Penerapan Srbanes Oxley di Indonesia . [Online] [Cited: March 19, 2014.] http://asdarmunandar.blogspot.com/2012/02/penerapan-sarbanes-oxley-di-indonesia.html.

Riley, Dick. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New York : wiley corporation, 2002.

Rimoldi. http://my.liuc.it/MatSup/2013/L25522/presentazione%20parmalat_Rimoldi.ppt. [Online] [Cited: April 23, 2014.]

Santosa, M. Budi. 2005. Menkeu Bekukan Izin Dua Akuntan Publik. [Online] 01 28, 2005. [Cited: 03 19, 2014.] http://finance.detik.com/read/2005/01/28/172324/281069/5/menkeu-bekukan-izin-dua-akuntan-publik.

2010. Sarbanes Oxley Act and Impact To Accounting Profesion in Indonesia. [Online] November 26, 2010. [Cited: March 19, 2014.] http://princesdavinaquu.blogspot.com/2010/11/sarbanes-oxley-act-and-impact-to.html.

SEC. 2002. SEC. [Online] 2002 йил 26-june. [Cited: 2014 йил 25-april.] http://www.sec.gov/news/headlines/wastemgmt6.htm.

Senate Permanent Subcommittee on Investigations. 2002. Report on the Role of the Board of Directors in the Collapse of Enron. U.S. Government Printing Office. [Online] July 08, 2002. [Cited: March 14, 2014.] http://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CPRT-107SPRT80393/pdf/CPRT-107SPRT80393.pdf.

Septiani, Widya. 2013. Enron Fall. [Online] December 7, 2013. [Cited: March 19, 2014.] http://buatbercerita.blogspot.com/2013/12/tugaskelompok-pengauditan-i-enron-fall.html diakses Maret 19.

Syifa. http://ampundeh.files.wordpress.com/2014/03/analisis-prinsip-tata-kelola-stdi-kasus-enron-dan-katarina-utama.docx. [Online] [Cited: April 22, 2014.]

The Economist Magazine. 2001. Enron: The Amazing disintegrating firm. Adieu Arafat? 12 08, 2001.

The Enron Scandal and Ethical Issues. [Online] [Cited: March 19, 2014.] http://www.ukessays.com/essays/accounting/the-enron-scandal-and-ethical-issues-accounting-essay.php.

The Fall of Enron. Healy, M. Paul and Palepu, G. Krishna. Spring 2003. Spring 2003, Journal of Economic Perspectives Vol. 17 No.2, pp. 3-26.

2006. Timeline: A chronology of Enron Corp. [Online] January 18, 2006. [Cited: March 19, 2014.] http://www.nytimes.com/2006/01/18/business/worldbusiness/18iht-web.0117enron.time.html?pagewanted=all&_r=0.

Page 56: sjifa.files. Web viewLaporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi ... BAB 1 Pendahuluan: Latar Belakang: Rumusan Masalah: Tujuan Penulisan: BAB 2 Pembahasan:

Tuanakotta, Theodorus M. 2007. Setengah Abad Profesi Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat, 2007.

2014. Waste Management Inc. Wikipedia. [Online] 2014 йил 22-March. [Cited: 2014 йил 26-April.] http://en.wikipedia.org/wiki/Waste_Management,_Inc.