Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

8
Situs Danau Di Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah Oleh : Helmy Murwanto Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta ABSTRAK Bentang alam di sekitar Candi Borobudur secara geologi dan geomorfologi sangat dinamis, cepat mengalami perubahan sebagai akibat aktivitas tektonik, vulkanik dan fluvial yang berasal dari Daerah Aliran Sungai Progo, beserta anak-anak sungainya. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap dinamika bentang alam sekitar Candi Borobudur dari tinjauan geologi dan geomorfologi. Data yang dipergunakan meliputi data: sekunder, interpretasi citra penginderaan jauh, pengamatan lapangan dan analisa laboratorium. Hasil kajian menunjukkan bahwa Candi Borobudur yang berdiri di atas bukit kecil berbatuan beku dan vulkanik yang sangat lapuk berumur Tersier, di sekitarnya terdapat dataran luas yang diperkirakan sebagai dataran lakustrin bekas “Danau Borobudur” .Proses pembentukan cekungan Borobudur dimulai oleh pembentukan patahan (sesar) pada kala awal plistosen, kemudian diikuti oleh aktivitas beberapa gunungapi muda berumur kuarter tengah-resent. Bukti adanya danau antara lain ditunjukkan oleh data lapangan, seperti batulempung hitam dan batulanau hitam yang banyak mengandung serbuk sari (pollen) dari tanaman komunitas rawa, fosil, serta gas rawa yang tersebar di sekitar Bukit Borobudur. Analisis pola aliran sungai juga menunjukkan dinamika aliran sungai yang memusat menuju “Danau Borobudur”. Hasil analisis radiokarbon C 14 menunjukkan umur danau sebelum sampai sesudah Candi Borobudur dibangun. LINGKUNGAN DANAU BOROBUDUR Candi Borobudur merupakan candi buddha terbesar di dunia, yang terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

description

geowis

Transcript of Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

Page 1: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

Situs Danau Di Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

Oleh :Helmy Murwanto

Fakultas Teknologi MineralUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

ABSTRAKBentang alam di sekitar Candi Borobudur secara geologi dan geomorfologi sangat dinamis, cepat mengalami perubahan sebagai akibat aktivitas tektonik, vulkanik dan fluvial yang berasal dari Daerah Aliran Sungai Progo, beserta anak-anak sungainya. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap dinamika bentang alam sekitar Candi Borobudur dari tinjauan geologi dan geomorfologi. Data yang dipergunakan meliputi data: sekunder, interpretasi citra penginderaan jauh, pengamatan lapangan dan analisa laboratorium. Hasil kajian menunjukkan bahwa Candi Borobudur yang berdiri di atas bukit kecil berbatuan beku dan vulkanik yang sangat lapuk berumur Tersier, di sekitarnya terdapat dataran luas yang diperkirakan sebagai dataran lakustrin bekas “Danau Borobudur” .Proses pembentukan cekungan Borobudur dimulai oleh pembentukan patahan (sesar) pada kala awal plistosen, kemudian diikuti oleh aktivitas beberapa gunungapi muda berumur kuarter tengah-resent. Bukti adanya danau antara lain ditunjukkan oleh data lapangan, seperti batulempung hitam dan batulanau hitam yang banyak mengandung serbuk sari (pollen) dari tanaman komunitas rawa, fosil, serta gas rawa yang tersebar di sekitar Bukit Borobudur. Analisis pola aliran sungai juga menunjukkan dinamika aliran sungai yang memusat menuju “Danau Borobudur”. Hasil analisis radiokarbon C 14 menunjukkan umur danau sebelum sampai sesudah Candi Borobudur dibangun.

LINGKUNGAN DANAU BOROBUDURCandi Borobudur merupakan candi buddha terbesar di dunia, yang terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Gambar. Kenampakkan daerah Candi Borobudur pada foto udara

Hipotesa tentang terdapatnya lingkungan dana pertama kali dikemukakan oleh arsitek seniman Belanda WO.J. Neuwenkamp dalam Algemeen Handels-Blad (Den Haag, 9 September 1933) berjudul Danau Borobudur merupakan perwujudan sebuah Ceplok Bunga Teratai yang mengapung ditengah

Page 2: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

tengah telaga. Perwujudan bunga teratai ini mengandung maksud penghormatan terhadap Sang Buddha (Maitreya) .Hipotesa tersebut banyak di pertentangkan karena tidak memiliki data data pendukung yang kuat, seperti prasasti yang menyebutkan terdapatnya lingkungan danau di daerah sekitar candi Borobudur. Namun, hipotesa Neuwenkamp juga mendapat dukungan dari berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu salah satunya Van Bemmelen dalam buku “ De Gelogiche Geschiendes Van Indonesia” tahun 1952 hal. 67-69, Thanikaimoni (1983) dalam bukunya “Palynological Investigation on the Borobudur Monument” yang membahas tentang penganalisisan pollen yang di ambil di sekitar bangunan candi dengan kedalaman 0-120cm, yang disimpulkan bahwa pollen yang di analisis bukan merupakan komunitas tumbuhan rawa.

Selain itu Nossin dan Voule (1986) dengan analisa geomorfologi berdasarkan interpretasi citra udara dan observasi lapangan menyatakan bahwa Dataran Borobudur dahulu pernah merupakan lingkungan danau. Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Murwanto (1996) dengana meniliti keberadaan danau Borobudur dengan pendekatan geologi, dan mendapatkan hasil analisa laboratorium berupa endapan danau dengan litologi batulempung pasiran berwarna coklat kehitaman banyak mengandung serbuk sari (pollen) dari tanaman komunitas rawa antara lain : Nymphaea stellata,Cyperaceae , Eleocharis , Commelina ,Hydrocharis dan sebagainya. Murwanto, dkk (2001) berhasil menentukan umur endapan danau berdasarkan hasil penanggaln radiokarbon C14 yang sampelnya diambil dari batulempung hitam yang mengandung fossil kayu yang tertua menunjukkan umur 22130 ± 400 BP dan yang termuda 660 ± 100 BP. Disimpulkan lingkungan danau terbentuk pada kala Pleistosen atas dan berakhir jauh setelah candi borobudur selesai dibangun yakni pada akhir abad ke -13.

Gambar. Peta lokasi Daerah Borobudur

Page 3: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

Pegunungan Menoreh di Selatan Candi Borobudur

Candi Borobudur dibatasi oleh terbing curam yang memanjang timur hingga barat dengan ketinggian 500 - 1.000meter dengan nama pegununggan Menoreh. Rangkaian gunung merapi kuarter membatasi disisi barat, utara, timur yaitu G. Sumbing, G. Sindoro, G. Tidar, G. Merbabu, dan G. Merapi. Yang Beberapa aliran sungai di Borobudur memiliki hulu yang alirannya berasal dari gunung api kuarter dan pengununggan Menoreh. Dataran Borobudur terlewati oleh beberapa aliran sungai yang hulu alirannnya berasal dari lereng gunung api kuarter mapun tebing pegununggan Menoreh, antara lain : S.Progo, S. Elo, S. Pabelan, S. Sileng, dan S. Tangsi. Sungai sungai tersebut mengalir menjadi satu dengan sungai Progo yang selanjutnnya menggerus dataran Borobudur setelah sampai di sisi selatan dataran Borobudur, alirannya tertahan oleh dinding Pegununggan Menoreh, kemudian membelok ke arah tenggara mengalir dan bermuara di samudra Indonesia. Selain itu dari hasil pengamatan arah aliran sungai dari lereng Merapi pada awalnya mengalir ke arah barat daya dan berubah arah ke arah selatan menjadi satu dengan sungai Progo menunju Samudra Indonesia.

Page 4: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah
Page 5: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

Gambar. Log litologi pemboran di Sungai sileng yang didominasi oleh lempung hitam, dengan sedikit pasir vulkanik dan pasir breksian.

Page 6: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

Sejarah Geologi Terbentuknya Cekungan Sedimentasi Borobudur

Tinjauan geologi tentang terbentuknya cekungan Borobudur, sangat berkaitan erat dengan proses tektonik lempeng yang terjadi, lempeng Samudra hindia – Australia bergerakke arah utara dengan kecepatan ±7 cm/thn menumbuk, kemudian menyusupdibawah kerak benua Asia bagian tenggara “Sunda Land” (Simanjutak & Babe, 1996). Proses tumbukan lempeng mengakibatkan terbentuknya busur G. Api. Cekungan sedimen yang terbentuk pada saat itu, adalah cekungan yang ada di busur belakang busur G. Api, yakni : busur cekungan kendeng atau cekungan serayu di jawa tengah.

Pada petengahan zaman kuarter hubungan ke utara cekungan Borobudur dengan laut jawa tertutup secara total, akibat cekungan kendeng dan cekungan serayu utara mengalami proses perlipatan, pengangkatan pensesaran diikuti aktivitas megmatik. Proses orogenesa tersebut masih berlangsung sampai pada saat ini. Membentuk jalur pegunungan kendeng dan pegunungan serayu utara. Aktivitas magmatic diawali dengn terbentuknya bukit tidar di kota magelang, bukit puser di sebelah utara secang, Ga. Condong di daerah Windusari, Ga. Bibi di daerah Boyolali, kemudian diikuti munculnya Ga. Andong, Ga. Gilipetung dan Ga. Telomoyo. Di akhir zaman kuarter (Plistosen akhir – resent) baru lahir Ga. Muda. Seiring laju pertumbuhan tubuh Ga. Muda yang semakin tinggi, besar dan luas, cekungan Borobudur menjadi semakin sempit dan dangkal.

Peristiwa letusan Ga. Merapi purba pada periode 40 -20 ribu tahun lalu, mengakibatkan hubungan cekungan Borobudur dengan samudra Indonesia menjadi terputus “Tertutup”, akibatnya terjadi perubahan lingkungan di cekungan Borobudur, dari lingkungan lagoon berubah menjadi lingkungan danau di kala penghujung plistosen ±22 ribu tahun lalu (Murwanto, dkk 2001)

Gambar. Menunjukkan kenampakan fosil kayu di Dsn. Pucangan.

Page 7: Situs Danau Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah

KESIMPULAN

Lingkungan geologi danau pernah terbentuk di kawasan sekitar candi Borobudur, antara lain dengan ditemukannya endapan batulanau dan batulempung pasiran yang berwama coklat kehitaman, banyak mengandung serbuk sari (pollen) dari tanaman komunitas rawa, fosil, serta gas rawa.

Adanya rembesan air asin pada rekahan rekahan pada batulanau, menunjukkan bahwa sebelum terbentuk lingkungan danau, daerah di sekitar Candi Borobudur pernah membentuk lingkungan laut.

Perlu dilakukan konservasi pada situs-situs tersebut diatas agar dimanfaatkan untuk pengembangan pemahaman tentang lingkungan geologi disekitar Candi Borobudur.