jantung hati borobudur

download jantung hati borobudur

of 146

Transcript of jantung hati borobudur

JANTUNG HATI BOROBUDUR

Badan Pelestarian Pusaka IndonesiaEka Budianta, Editor

Jantung Hati BorobudurPenerbit:

Badan Pelestarian Pusaka IndonesiaPenanggung Jawab:

I Gede ArdikaKoordinator:

Catrini Pratihari KubontubuhEditor:

Eka BudiantaPenulis:

Sucoro, Amat Sukandar, Tatak Sariawan, Khoirul Muna, Bambang Dono Kuntjoro, Dwita Hadi Rahmi, dkk.Fotografer:

SuparnoTim BPPI untuk Borobudur:

Laretna Adishakti, Suhadi Hadiwinoto, Hardini Sumono, Aristia Kusuma, Suci Rifani, Sinta Carolina, Yenny P. Leibo.Cetakan Pertama:

Jakarta, April 2012Percetakan:

PT Percetakan Penebar SwadayaFoto Sampul:

SuparnoDesain sampul:

Wisnu Adhi WibowoLay-out:

Anton RistionoISBN:

978-602-8756-22-8 BPPI menggandakan kembali buku ini untuk diperjual-belikan dalam rangka menghimpun pendanaan pelestarian pusaka Indonesia.

2

Jantung Hati Borobudur

KATA PENGANTAR

Salam Lestari!Buku Jantung Hati Borobudur merupakan sebuah upaya strategis untuk mengantarkan para pemangku kepentingan guna meninjau kembali keberadaan Borobudur, menyegarkan memori bersama, dan meningkatkan semangat untuk menjaga kelestariannya. Candi Borobudur beserta Mendut dan Pawon merupakan salah satu Pusaka Dunia (World Heritage List no 592) yang mendapatkan pengakuan UNESCO sejak tahun 1991. Kawasan Candi Borobudur sangatlah kaya dan potensial yang terdiri dari bentangan alam yang sangat indah dikelilingi gunung-gunung, danau purba, tanah yang subur, serta sumber air yang kesemuanya berkaitan dalam sejarah keberadaan Candi Borobudur. Kesemuanya ini juga menyatu dengan kehidupan keseharian masyarakat di desa-desa sekitarnya saat ini, yaitu perjuangan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di kawasan Borobudur yang telah menjadi salah satu objek pariwisata terkemuka serta kontribusi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelestarian kawasan Borobudur. Buku ini diluncurkan pada peringatan Hari Pusaka Dunia (World Heritage Day) 18 April 2012 yaitu hari ketika seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia merayakan dan memberikan apresiasi kepada kekayaan pusaka (heritage) masing-masing. Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) - Indonesian Heritage Trust - bersama-sama para mitra pelestarian di berbagai daerah turut berpartisipasi dalam peringatan Hari Pusaka Dunia dengan tema yang berbeda dari tahun ke tahun. Peringatan Hari Pusaka Dunia 2012 mengangkat tema A Tribute to Borobudur Community in Conserving a World Heritage sebuah apresiasi kepada peran masyarakat dalam pelestarian Borobudur sebagai pusaka dunia. Acara ini dipusatkan di kawasan Borobudur baik di pelataran Candi Borobudur, desa-desa sekitar serta bentang alam seperti sungai, gunung dan lainnya di kawasan tersebut. Tema ini sekaligus mendukung peringatan 40 tahun Konvensi Pusaka Dunia (World Heritage Convention) UNESCO yang mengangkat tema World Heritage and Sustainable Development: the Role of Local Communities. Melalui buku ini, kami berharap berbagai langkah ke depan untuk mengawal kelestarian pusaka Indonesia dapat selalu mengikutsertakan masyarakat selaku pendukung utama serta menguatkan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak secara luas. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada para pendukung acara Peringatan Hari Pusaka Dunia 2012, para penyumbang pikiran, pengisi acara dan masyarakat Borobudur yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas semangatnya yang luar biasa dan selalu memberikan inspirasi positif. Kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak-pihak lainnya yang telah mendukung sehingga tersusunnya buku ini.

KETUA DEWAN PIMPINAN BADAN PELESTARIAN PUSAKA INDONESIA

I Gede ArdikaJantung Hati Borobudur

3

Heritage conservation is cultural movement. The total involvement of the community is important aspect in resolving conservation through an inclusive bottom-up planning approach and people-centered management. This kind of movement has been already experienced in Borobudur Temple Compounds. However, more enabled World Heritage Sites conservation management may enhance in response the local communities enthusiasm towards sustainability.

Pelestarian pusaka adalah sebuah gerakan kultural. Keterlibatan total masyarakat merupakan aspek penting di dalam menyelesaikan masalah konservasi melalui pendekatan pengelolaan yang inklusif, dari bawah ke atas dan fokus pada manusianya. Gerakan semacam ini sudah dilaksanakan di Kawasan Candi Borobudur. Bagaimana pun, pengelolaan Situs Pusaka Dunia yang lebih diberdayakan dapat menambah semangat warga setempat dalam meneruskan keberlanjutannya.

A proposal from Director General of Spatial Planning Ministry of Public Works, Indonesia to the World Heritage Center, UNESCO, Paris in response to theme of 40th Anniversary of the World Heritage Convention in 2012 is World Heritage and Sustainable Development: the Role of Local Communities

Usulan Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia kepada Pusat Pusaka Dunia, UNESCO, Paris,untuk menanggapi Peringatan 40 Tahun Konvensi Pusaka Dunia, pada 2012, yang mengambil tema Pusaka Dunia dan Pembangunan Berkelanjutan: Peran Masyarakat Setempat.

4

Jantung Hati Borobudur

Jantung Hati Borobudur

5

DAFTAR ISI BUKU1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pengantar Ketua Dewan Pimpinan BPPI - I Gede Ardika ........................ 3 Prolog: Jantung Hati Borobudur - Eka Budianta ....................................... 9 Rangkaian DukaYang Tidak Terlupakan - Sucoro .................................. 15 Upaya memaknai Pusaka Dunia - Amat Sukandar ................................. 61 Candirejo dan Paket Wisatanya - Tatak Sariawan .................................. 91 Wanurejo selayang pandang - Khoirul Muna......................................... 107 Antara Utopia dan Kenyataan - Bambang Dono Kuntjoro ..................... 117 Pelestarian Pusaka Saujana - Dwita Hadi Rahmi................................. 123 Epilog: Cara terindah mencintai Borobudur - Eka Budianta .................. 138

10. Kontributor

6

Jantung Hati Borobudur

Jantung Hati Borobudur

7

8

Jantung Hati Borobudur

Prolog

Jantung Hati BorobudurEka BudiantaPak Suparno, karya fotografi anda bagus-bagus. Suasana seputar Borobudur kelihatan sangat indah. Tapi mengapa kami sering mendengar hal-hal yang menyedihkan? Menyedihkan? Ya. Ada kemiskinan. Ada konflik berbagai pihak. Ada yang tidak suka. Ooh, kalau konflik saya rasa tidak ada. Kalau rebutan rejeki saya sering dengar. Apalagi pada waktu pengunjung sedang sepi. Maklumlah, banyak yang menggantungkan penghidupan kepadanya. Borobudur itu seperti menjadi pusat ekonomi. Kalau sedikit yang datang, kita semua sedih. Begitulah penjelasan Pak Suparno yang menyumbangkan foto-foto jepretannya sebagai ilustrasi utama dalam buku ini. Borobudur adalah ibu bagi ribuan orang yang seharihari menyusu kepadanya. Candi berumur lebih dari seribu tahun itu diharapkan bisa menghidupi, memakmurkan dan membahagiakan bayak orang. Bukan hanya para pedagang asongan, pegawai, pengawas, petugas kebersihan, sopir bus, kusir andong dan resepsionis penginapan, tapi juga pengunjungnya. Mereka inilah jantung hati Borobudur. Suparno lahir di Sleman, Yogyakarta, 5 Juni 1952. Sejak 1972 ia bekerja di Borobudur. Tugasnya membantu penelitian dan pemugaran oleh Balai Arkeologi, memotret, melayani tamu, dan lain-lain sampai pensiun. Dengan gembira ia mengikuti berbagai pelatihan, belajar fotografi, bahkan membuka warung mie di rumahnya sejak 1992. Silakan bertanya di mana warung mie rebus Suparno? Banyak pelanggan akan menunjukkan, bahkan memberikan nomor telponnya dengan suka-cita. Ajaran agama Budha yang paling mengesankan bagi saya adalah hidup sederhana dan tidak menyakiti orang lain, katanya. Suparno sendiri seorang Muslim. Ia dikenal sebagai penemu Puntuk Setumbu. Dari atas bukit itu, kita bisa melihat Borobudur menyembul di balik kabut pagi hari. Dulu sedikit orang yang mau bangun pagi, mendaki bukit, dan menunggu matahari terbit. Sekarang, pengunjung mulai ramai, dikenakan karcis, mendapat minuman hangat dan sekedar kudapan. Saya sudah menemukan tempat lain di Nglipoh, katanya. Kalau kita datang bulan Mei sampai Juli, akan melihat pemandangan sangat indah, bersamaan dengan matahari muncul di antara Gunung Merbabu dan Merapi, katanya. Sebentar lagi, Suparno akan mempromosikan tempat yang strategis, di puncak sebuah bukit sekitar 3 kilometer arah barat daya Candi Borobudur itu. Dusun Nglipoh terletak di desa Karanganyar, dulu terkenal miskin. Tetapi berkat ketrampilan warganya mengolah tanah-liat menjadi gerabah, pelan-pelan berubah menjadi dusun yang kaya dan sejahtera. Ketika saya datang ke Klipoh atau Nglipoh, 1972,

Jantung Hati Borobudur

9

suasananya memprihatinkan. Rumah penduduk kecilkecil, berdinding bambu yang sederhana dan mudah rusak. Sekarang rumahnya bagus-bagus, besarbesar,berdinding tembok permanen. Jalanan pun sudah mulus, cerita Suparno. Meskipun demikian masih banyak yang belum puas. Warga di seputar candi, semestinya bisa lebih makmur dari yang kita lihat sekarang. Seorang aktifis, Jack Priyana, yang telah merelakan dua rumah keluarganya menjadi penginapan home stay, menyuarakan terlalu kecilnya pemasukan dari candi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi penduduk. Ia menyebut hal ini sebagai kapilerisme yaitu perembesan rejeki yang sangat kecil, nyaris tidak berarti. Dalam bayangannya, kalau anggaran untuk pelestarian mencukupi, mata air bisa dijaga, lingkungan bisa lebih hijau dan kehidupan masyarakat lebih sejahtera. Jack yang mengaku dilahirkan hanya 150 meter dari kaki candi ini sekarang banyak mengadakan pelatihan penduduk. Ia mengajarkan cara-cara yang baik mengadakan acara kesenian, membatik, mengelola penginapan, dan mempromosikan kegiatan di dusun, desa maupun kecamatan. Masalah kesejahteraan warga di seputar candi ini memang sudah lama dirasakan. Lebih dari seribu tahun yang lalu, pada tanggal 11 November 842 Prasasti Tri Tepusan menyebutkan, bahwa Sri Kahulunan membebaskan penduduk beberapa desa dari membayar pajak, karena ikut merawat Kamulan Bhumi Sambhara. Kamulan Bhumi Sambara adalah nama asli Candi Borobudur. Sri Kahulunan adalah gelar permaisuri, Pramodawardani, setelah menjadi isteri Raja Keenam Mataram Syailendra, yaitu Rakai Pikatan. Semasa gadisnya, Pramodawardani juga yang meresmikan selesainya pembangunan candi atau jinala yang indah itu. Ia adalah puteri raja Syailendra, yaitu Samaratungga dan Dewi Tara, penganut Budha

Mahayana yang taat. Sedangkan suaminya, Rakai Pikatan adalah putera raja Mataram, Rakai Gerung, penganut agama Hindu yang kuat. Di duga saat itu, Hindu adalah agama mayoritas penduduk di Pulau Jawa. Maka, kerajaan perlu memberikan perhatian khusus pada penduduk di seputar candi. Pada tahun 856, Rakai Pikatan bahkan meresmikan sebuah candi Hindu yang hebat, yaitu Prambanan. Kalau seribu tahun berikutnya, pengelolaan Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, dipercayakan pada sebuah badan, tentunya berdasarkan latar belakang historis ini. Ratu Boko adalah kompleks istana, tempat tinggal keluarga besar Mataram dan Syailendra. Termasuk di antaranya adalah Balaputeradewa, saudara laki-laki Pramodawardani, yang menyingkir ke Sumatera, untuk mendirikan kerajaannya sendiri, yaitu Sriwijaya. Secara historis pula kita dibuat paham, bahwa penduduk di seputar candi memerlukan perhatian istimewa sejak monumen raksasa itu dibangun hingga pengelolaannya. Berbagai kisah menunjukan betapa berat pengorbanan warga, baik pada saat pelaksanaan pembangunan hingga perawatannya. Seorang aktifis yang tangguh, Sucoro, dalam buku ini membagikan pengalaman tak terlupakan. Bersama keluarga dan teman-temannya, ia ikut berjuang terus menerus sejak muda belia, hingga menjadi warga lanjut usia atau lansia. Rincian perjuangannya dapat dibaca pada bab pertama buku ini. Sebetulnya, perjuangan Sucoro sendiri terangkum dalam tulisan panjang, lebih dari 200 halaman. Di dalamnya lengkap dengan foto-foto. Mulai dari foto rumah masa kecilnya yang hanya beberapa meter dari candi dan sudah ikut digusur, sampai pengalamannya 4 bulan meringkuk dalam tahanan, dan upayanya mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta.

10

Jantung Hati Borobudur

Pada awal 1980-an, penderitaan masyarakat di seputar candi itu cukup menyita perhatian. Para cendekiawan dari berbagai penjuru turun tangan. Ada sastrawan dan budayawan WS Rendra, aktifis hukum Nursyahbani Katjasungkana, aktifis hak-hak asasi manusia. HC Princen. Semua fotonya didokumentasikan dengan baik. Tentu saja, akan lebih bagus kalau perjuangan Sucoro terbit lengkap sebagai buku tersendiri. Sedangkan buku ini menyajikan potret dan aspirasi yang lebih luas; meskipun tetap dalam bingkai partisipasi masyarakat yang terdekat dengan Candi Borobudur.

Selain Romo Albert, ada lagi yang memberikan respon, yaitu Romo Mudji Sutrisno SJ, yang juga dikenal sebagai seorang budayawan Indonesia terkemuka. Dengan spontan beliau memberikan renungannya berjudul Borobudur dan Saya. Antara lain dikatakan: Ketika bersekolah dan berasrama di Seminari Menengah Mertoyudan Magelang, saya temukan "guru" yang mengajak mencintai dan mengenal Borobudur. Waktu itu, sehelai daun pohon "bodhi yang bentuknya sama serupa dengan Stupa ditunjukkan kepada kami sambil membandingkan bentuk stupa Borobudur yang tepat sama dengan helai daun pohon bodhi itu. Lalu dijelaskan dengan amat menarik renung-renungan pembangun dan pendiri Borobudur menganalogikan atau menyatukan narasi Sidaharta Gautama yang mendapatkan "pencerahannya mengenai empat kebenaran hidup di bawah pohon bodhi. Karena itulah stupa-stupa Borobudur yang dibatinkan pada kami didorong untuk mengunjungi candi demi rasa ingin tahu di hari libur nanti dengan sebuah pertanyaan: benarkah stupa-stupa candi Borobudur merupakan "helai-helai daun pohon bodhi" pencerahannya Sidharta Gautama? Inilah guru budaya yang mengajak dan menanamkan pada kami dalam tindak laku pepatah yang berbunyi: "yang tidak mengenal akan tidak mampu menyayangi". Dari sana sampai hari ini, kecintaan pada Borobudur telah membawa saya tidak hanya upaya mengenalnya dalam perbandingan dengan candi-candi Budhis di Ayuthaya Thailand dan Angkor Watt di Kamboja namun pula membuat saya mengajar dan menulis mengenai Budhisme. Bahkan ketika di Kamakura Jepang mendalami perkembangannya dalam Budhisme-Zen setelah Budhisme dari India bergerak ke China lalu ke Jepang dalam perbandingan dengan yang ada di Asia tenggara. Dari pandangan keluar tersembullah dorongan pandang ke dalam untuk, menulis renung estetika religiusitas Borobudur. Religiusitas adalah keruhanian

Religiusitas di Seputar BorobudurTantangan kita tentu, bagaimana menjaring aspirasi dari kalangan yang lebih luas. Borobudur adalah mahakarya untuk kemanusiaan, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) mengajak semua pihak untk memikirkan, bagaimana mengenal, menghargai dan melestarikan pusaka budaya ini. Romo Albert Herwanta, O.Carm, seorang rohaniwan Katolik yang sedang bertugas di Vatican, Italia menanggapi: Bagi orang Katolik nilai rohani dan religius Borobudur sangat mendalam. Pertama, nilai-nilai itu menegaskan panggilan mereka, yakni mencapai kesucian hidup lewat doa. Pastor John Main, OSB mendirikan Christian Meditation setelah mengalami meditasi timur seperti yang terpancar di Candi Borobudur. Kelompok meditasi ini sekarang berkembang di seluruh dunia. Kedua, nilai-nilai rohani Candi Borobudur mengingatkan orang Katolik untuk tidak lekat terhadap barang dan kenikmatan duniawi. Ketiga, nilai-nilai rohani candi Borobudur mengajak umat Katolik untuk belajar, mencintai, dan menghargai kekayaan spiritualitas Timur yang bisa menyumbangkan spiritualitas kepada Gereja dan dunia. Singkatnya, sebagian besar nilai-nilai candi itu dekat dan bersentuhan dengan spiritualitas Katolik.

Jantung Hati Borobudur

11

atau spiritualitas, dalam arti, kesadaran manusia yang mempercayai dalam lubuk hatinya bahwa nilai serta arah hidupnya dihubungkan dan ditentukan oleh relasinya yang damai dengan Yang Suci, Yang Ilahi. Religiusitas ini tentu tidak terbatas pada peranan Borobudur sebagai ikon agama Budha, bahkan stupa terbesar di dunia. Meskipun begitu, ada juga yang dengan berterusterang memberikan pendapatnya: Kalau mau memuliakan Borobudur, ia harus dikembalikan sebagai sarana ibadah Ummat Budha. Kafi Kurnia. Kafi Kurnia terkenal sebagai motivator, konsultan dan punya Pusat Pelancongan di Jalan Magelang, arah ke Borobudur. Dia mengingatkan kita periihal Teori Konspirasi, yaitu adanya upaya sistematis untuk menenggelamkan sebuah paham, oleh paham atau kepercayaan lain. Ia tidak menyumbangkan pikiranya, tetapi bersedia menguraikan lebih rinci bila diperlukan. Aduh! Kita jadi teringat bagaimana serangan terhadap kapitalisme, misalnya dengan menabrakkan pesawat ke Pusat Perniagaan Dunia World Trade Center di New York, pada 11 September 2001. Jangan lupa, Candi Borobudur pun pernah mengalami peledakan dengan dinamit, oleh sekelompok fundamentalis.

Candi Borobudur. Sangkono Tjiptowardoyo, seorang penghayat senior agama Pransoeh itu, memberikan respon begini: Sepertinya stupa candi Borobudur paling atas mengambarkan puncak paling tinggi yaitu Cahaya Tuhan atau Pelita Tuhan. Di sana bersemayam Sang Allah yang memilih Jalmo kang wikan. Ya hanya orang suci yang sempurna yang bisa menghadap Tuhan, sepertinya contohnya Sang Budha bersamadi di atas bunga teratai dan sudah bisa meninggalkan hawa nafsunya. Ini sama persis dengan ajaran Romo Resi Pransoeh mengenai ilmu tiga perangkat. Dengan kata lain, kawasan Borobudur telah menjadi sentral kegiatan religius baik dari agama Budha, Kristen Katolik, Islam, maupun kepercayaan lain yang tumbuh kemudian. Sekitar 18 orang memberikan respons pada ajakan BPPI untuk memikirkan Borobudur ini. Tiga di antaraya adalah ibu-ibu rumah tangga yang giat berpikir dan terampil dalam menulis. Mereka adalah Ibu Nining Niluh Sudarti dari Desa Majaksingi, Borobudur, Magelang; Ibu Nia Samsihono dari Pusat Bahasa, Jakarta; dan Ibu Nessa Kartika, seorang mantan tenaga kerja Indonesia di Singapura. Nining Niluh Sudarti yang lahir di dekat candi itu berkata, Menurut saya, Borobudur adalah sebuah mandala suci, sekaligus salah satu perpustakaan besar dan termegah di seluruh dunia. Nia Samsihono berpendapat, Borobudur harus dikunjungi setiap warga negara Indonesia agar dapat menyadarkan diri bahwa kita adalah bangsa yang besar, berbudaya, dan berkarakter. Dengan segala kehebatan yang ada, mengunjungi Borobudur dapat menjadi inspirasi setiap generasi muda untuk dapat berkarya. Sedangkan Nessa menganggap Borobudur sebagai penanda untuk pulang. Maklumlah, kampung halamannya di Wonosobo, selalu melewati jalur ke

Melebihi Pertanda KehidupanRespons lain datang dari seorang penghayat kepercayaan pada Romo Pransoeh. Perlu diingat bahwa kawasan Borobudur merupakan lahan yang paling subur untuk bertumbuhnya ajaran berbagai agama dan kepercayaan. Candi itu terletak di tengahtengah Pulau Jawa. Di kawasan ini, terdapat Pondok Pesantren Pabelan yang sangat terkenal di kalangan Umat Musim; Gua Maria Sendangsono bagi Umat Katolik, Balai Suci bagi penganut Ajaran Pransoeh dan Klenteng besar Hok An Kiong bagi pemeluk ajaran Konghucu di Muntilan. Semuanya dalam radius belasan kilometer saja dari

12

Jantung Hati Borobudur

Borobudur, bila ia mudik melalui Yogya dan Magelang. Nessa bahagia setiap kali menjelaskan potret Borobudur yang terpampang di tembok Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), di Chatsword Road, Singapura. Boss harus datang ke sana, ia membujuk majikannya, yang menganut agama Budha, agar berkunjung ke Indonesia. Nessa Kartika berkata, Saya orang biasa yang tidak bisa berbuat banyak untuk Borobudur, yang bisa saya lakukan hanya menyebarkan keindahan Borobudur kepada setiap orang yang saya temui di tanah antah berantah mana pun, dengan harapan mereka tergugah untuk mengunjungi dan mencintai Borobudur dengan segala misterinya.

beralih menjadi pedagang asongan, dikhawatirkan kegiatan di sawah, ladang dan kebun kurang optimal. Padahal, kalau lapangan agrobisnis dan hortikultura ditekuni, kemakmuran warga di seputar Borobudur lebih cepat terkejar. Sebagai contoh, Bambang Dono Kuntjoro merujuk ke usaha perkebunan pohon sengon. Dengan lahan dua ribu meter saja pekebun bisa memetik keuntungan Rp 78 juta sekali panen. Belum lagi kalau ditambah dengan ternak kambing di bawahnya. Maka, alih-alih bertarung di sektor pariwisata, warga Borobudur perlu diberdayakan dan didukung dengan sarana pertanian yang lebih baik. Sebenarnya, kepedulian masyarakat terhadap alam telah ada sejak jaman dulu. Begitu tulis Dwita Hadi Rahmi. Ia sedang menyiapkan desertasi untuk mendapatkan doktor di Universitas Gajahmada, dengan penelitian khusus mengenai pelestarian pusaka saujana Borobudur. Untuk buku ini Dwita Hadi Rahmi memberikan catatan berharga mengenai peran masyarakat dalam pelestarian kawasan Borobudur. Ia mengingatkan, Kekayaan alam dan budaya masyarakat di kawasan Borobudur merupakan modal fisik, sosial dan ekonomi yang apabila dioptimalkan dapat memberikan kontribusi peningkatan kualitas hidup masyarakat, sekaligus pelestarian aset alam dan budaya. Sudah jelas, pelestarian candi Borobudur sebagai pusaka budaya dunia harus diikuti dengan berbagai upaya di berbagai bidang. Jangan sampai monumen yang indah, megah dan tak ternilai itu justru memperjelas kemiskinan, keterbelakangan dan penderitaan warga di seputarnya. Jantung hati Borobudur adalah kita semua yang mencintainya. Tidak terbatas pada yang bijak dan kaya, tapi juga yang kurang mampu, dan selalu memerlukan bimbingan, dukungan, baik material maupun moral. ***

Untuk Pendidikan dan KelestarianOrganisasi Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) selalu menekankan dua pilar utama pengakuan pusaka dunia adalah untuk kelestarian dan pendidikan. Jadi, kawasan candi Borobudur dinyatakan sebagai World Cultural Heritage, pertama-tama supaya lestari. Kedua, supaya berfungsi maksimal dan optimal sebagai wahana pendidikan. Berbahagialah kita yang sudah melihat Borobudur sebagai sebuah perpustakaan besar, sebuah tempat ibadah, sebuah pusat mandala untuk kebudayaan dan lingkungan hidup. Kecemasan Suparno bahwa Borobodur telah menjadi sentra ekonomi, tempat ribuan orang menggantungkan hidupnya, tentu menjadi kekhawatiran kita semua. Bambang Dono Kuntjoro, Kepala Bidang Tata Ruang & Prasarana Wilayah Kabupaten Magelang, menunjukkan sejumlah jalan keluar. Di antaranya yang paling penting masyarakat bisa kembali membangun agrobisnis. Sebelum menjadi kawasan tujuan wisata, masyarakat Borobudur hidup dengan bertani, berkebun. Mereka tidak tergantung pada kunjungan turis. Justru dengan

Jantung Hati Borobudur

13

Tegarlah anak BorobudurRibuan hari aku belajar pahami makna ilhammu Puluhan bulan aku abaikan anak dan istriku Tahunan aku coba pahami karyamu Katamu untuk jarnihkan rembulan Agar sinarmu cemerlang dan buka cakrawala Telah kucoba hidup di antara bongkahan batu, sungai , gunung, hutan Kutanya pada langit dan bintang Masih adakah pembelaan terhadap anakku Sayang purnama tak bisa menjadi milik kita Semakin aku mencari semakin jauh ia tersembunyi Tuhan ciptakan dunia untuk kita Nenek moyang ciptakan Borobudur untuk kita Tuhan, Nenek Moyang tak perlu uang kita. Kita perlu Kedamaian, kerukunan dengan membaca petunjukNya semua telah diajarkan dan disediakan kereta untuk menghantar ke Nirwana ataupun sebaliknya Akhirnya pada Batu, Gunung, Hutan, Sungai Kutaruh harap obat luka jiwaku Kuatlah kau anak yang terlahir diantara batu-batu Borobudur Petaka akan menjadi sejarah hidupmu Tegarlah wahai pahlawan ku Selamatkan Borobudur dari kesrakahan dan angkara murka Ery Kusuma Wardhani Siswi Kelas X H SMAN Kota Mungkid

14

Jantung Hati Borobudur

Catatan Rakyat di Kaki Candi RangkaianDuka yang Tak TerlupakanSucoro

M

endengar rencana pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur penduduk warga Dusun Kenayan, Ngaran Krajan, sebagian Gendingan, Sabrangrowo, Gopalan secara keseluruhan penduduk Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang praktis seluruhnya berada dalam zone II menyatakan akan mendukung rencana pemerintah yang akan melestarikan warisan budaya dunia itu. Meskipun demikian, mereka menolak untuk dipindahkan. Mereka akan mendudukung sepenuhnya pelaksanaan Taman wisata candi Borobudur, apabila itu benar-benar demi kepentingan umum - nasional. Hal ini terungkap dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan di kediaman Bp Parto Diharjo (P.Jembar) di sebelah utara Pasar Borobudur pada tanggal 2 Januari 1980. Pernyataan sikap tersebut tertuang dalam surat bermaterai lima ratus rupiah, ditandatangani secara bersama-sama seluruh warga yang akan terkena pembebasan tanah. SebagaI bukti dukungan, mereka akan menyumbang pemikiran yaitu saran, pendapat agar pembangunan Taman wisata tersebut diarahkan ke sebelah utara dan selatan candi dengan menggunakan tanahtanah kosong atau tegalan. Dengan demikian tanah pemukiman yang dihuni oleh sekitar tiga ratus delapan puluh warga masyarakat tidak tergusur. Dari sisi pemandangan pun akan lebih menarik. Monumen peninggalan Nenek Moyang itu tampak dengan latar belakang pegunungan Menoreh.

Gagasan itu ternyata ditolak oleh Bp Boediardjo, Dirut PT Taman wisata dengan mendasarkan bahwa candi Borobudur itu dahulu menghadap ke arah timur, sehingga arah pembengunan Taman wisata kembali mengikuti pola pembangunan sebelumnya. Dalam temu gagasan yang diadakan di pendopo candi Borobudur tanggal 8 Maret kembali penduduk menyampaikan keinginan untuk tetap tinggal di zone II dengan bersedia akan sanggup menyesuaikan konsep pembangunan Taman wisata sesuai dengan tingkat kemampuan warga. Seperti bentuk bangunan rumah rumah joglo atau arsitektur jawa kuno misalnya, menaman bunga dan lain sebagainya. Kondisi saat itu rumah-rumah penduduk memang berserakan, tak teratur, sangat tidak memadai untuk idealnya sebuah Taman yang tentunya akan megah. Menanggapi penolakan penduduk Bp Boediardjo mengatakan, Memang rencana baik itu tidak mudah dipahami. Perlu sosialisasi dan pendekatan yang manusiawi. Penolakan masyarakat wajar sebab mereka belum memahami dikarenakan kurangnya sosialisasi pentingnya pembangunan Taman wisata candi Borobudur itu. Alasan penduduk untuk bertahan adalah sesuatu yang wajar. Mereka merasa bahwa kehidupan mereka telah menyatu dengan alam lingkungan yang menghidupi sampai sekarang. Sebagai contoh yang dikemukakan oleh beberapa penderes kelapa misalnya. Soal mata pencaharian satu segi totalitas kehidupan mereka. Banyak para penderes tidak mempunyai pohon

Jantung Hati Borobudur

15

kelapa sendiri. Mereka hanya sebagai buruh, tetapi kebersamaan sosial yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun sehingga pembagian penghasilan pun tetap bisa saling menguntungkan Kemudian muncul pertanyaan, Bagaimana kehidupan mereka kelak setelah menempati pemukiman baru? Memang pohon-pohon kelapa itu pada kenyataannya bukan milik mereka. Belum lagi apakah di tempat yang baru nanti ada pohon kelapa. Kalau toh ada pembagian hasilnya tidak akan sama dengan yang telah dialaminya. Menjawab pertanyaan itu, Pak Boed mengatakan bahwa pohon-pohon kelapa yang ada tidak akan ditebang. Bahkan ia menjanjikan antara lain akan memberikan lapangan kerja dan akan mengajarkan penduduk agar dapat memanfaatkan rumah-rumah mereka untuk penginapan yang disebut hostel. Menanggapi kekhawatiran pedagang yang seharihari berdagang di sekitar candi Borobudur Pak Boed mengatakan bahwa kekhawatiran itu tak perlu, karena nantinya para pedagang tersebut akan ditampung di kios-kios baru yang akan dibangun pada area zone II dan para pedagang tersebut akan mendapat prioritas. Alasan lain yang disampaikan oleh penduduk, mereka sudah terlanjur mencintai tanah kelahirannya atau tanah leluhurnya. Kecintaan mereka seolah-olah terbukti, ketika turun sebuah keputusan pembebasan tanah yang akan digunakan untuk Taman wisata, seorang warga Kenayan, mBok Tomblok kesurupan roh pelindung Dusun setempat. Pada saat kesurupan ia mengatakan bahwa Bupati (penguasa) yang akan membersihkan Dusun Kenayan dan sekitarnya akan mendapat laknat. Cinta tanah leluhur memang umum di kalangan masyarakat Jawa yang agraris. Di wilayah pedalaman yang sangat subur seperti halnya di Borobudur, rasa cinta ini jauh lebih intens dari pada diwilayah pesisir atau perkotaan. Mereka tidak membedakan kelas maupun status ekonomi. Bahkan pada kalangan bangsawan perasaan cinta terhadap tanah leluhur itu

juga dapat muncul kuat. Menyikapi hal ini, enam penduduk warga Dusun Kenayan, Ngaran Krajan hari Selasa tanggal 26 Februari menyampaikan pendapatnya ke DPRD Tingkat I Jawa Tengah di Semarang. Menurut penduduk, tanah mereka itu merupakan tanah yang sangat subur, sehingga sulit untuk mendapatkan tanah lain yang ideal untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti sekarang. Selain candi itu sendiri yang telah menjadi atraksi yang selalu dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun manca negara. Warga berharap rizki yang sudah bertahun tahun dinikmati ini tidak hilang karena datangnya pemodal besar. Pengorbanan penduduk sekitar dalam upaya pelestarian monumen tersebut memang sangat besar. Sayang pengorbanan yang telah ia berikan tanpa jaminan apapun. GENANGAN DUKA RAKYAT JELATA Candi Borobudurku telah tegak kembali setelah kian lama kondisinya sangat memprihatinkan, lorong-lorong bebatuan yang miring kini telah tegak kembali, batubatu yang terkena virus terlihat bersih, kini Borobudurku telah tegak,anggun, gagah perkasa telah kembali seperti ketika terlahir Ia dipersiapkan agar mampu bertahan sampai seribu tahun lagi, suatu waktu dua kali lipat dari usia sekarang. Dinasti Wangsa Syailendra yang telah membangun candi Borobudur pada abad ke delapan masehi yang terancam kerusakan dikarenakan oleh Korosi, pengaruh iklim, pengaruh alam, atau tangan manusia yang tidak bartanggung jawab, kini telah terselamatkan. Borobudur memang sangat pantas untuk dilestarikan agar keberadaanya tetap kokoh, tetap dapat hadir menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah bangsanya Pemugaran candi Borobudur yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Van Erp pada tahun 1907 1911 selama empat tahun, dirasa masih kurang karena

16

Jantung Hati Borobudur

kegiatan pemugaran saat itu masih hanya untuk memperbaiki sistem drainase dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tahun 1963 usaha penyelamatan monumen besar dunia itu dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Meskipun usaha penyelamatan ini telah memakan dana yang cukup besar namun usaha tersebut terhenti dengan adanya pemberontakan G 30 S / P K I. Rupanya harapan bangsa untuk menyelamatkan candi Borobudur tak pernah padam. Tanggal 10 Agustus tahun 1973 Presiden Soeharto meresmikan proyek pemugaran candi Borobudur yang saat itu disebut proyek pemugaran candi Borobudur fase I. Presiden Soeharto pada saat peresmian mengatakan bahwa proyek pemugaran candi Borobudur fase I ini benarbenar sebuah proyek penyelamatan candi Borobudur dari ancaman kerusakan baik kerusakan karena proses alam maupun karena gangguan getaran akibat kendaraan yang sering melintas di sisi utara bangunan candi . Kegiatan pemugaran ini akan membutuhkan waktu selama sepuluh tahun (1973 1983). Untuk pelaksanaannya telah dipercayakan kepada Prof. Dr. Soekmono dari pihak Indonesia yang bekerjasama dengan UNESCO. Peran penduduk sekitar saat itu juga telah dibutuhkan guna mendukung kerja besar tersebut. Tanah maupun bangunan milik penduduk sekitar yang beradius 200 meter dari kaki candi dibebaskan untuk kegiatan restorasi. Dan penduduk yang terkena pembebasan tanah diberi ganti rugi sebesar Rp 200 per meter persagi. Sebagian warga yang tergusur saat itu antara lain Bp Sunardi, Bp Wirotedyo, dan beberapa warga lainya yang berasal dari Dusun Ngaran Krajan. Semua tanah yang dibeli terletak disebelah selatan candi Borobudur. Waktu itu harga pasaran tanah diluar area sudah mencapai -/+ Rp 750,- - Rp 1200,- per meter. Soekmono, kepala proyek pemugaran, mengakui bahwa proyek tersebut membutuhkan tanah dalam

radius 200 meter dari kaki candi. Tetapi kami tidak dapat membeli langsung kepada pemilik karena ada peraturan yang mengharuskan kami membeli dari Pemda (Pemerintah Daerah), katanya. Tahun 1972 tempat parkir kendaraan pengunjung dan beberapa warung makan juga kios kios suvenir yang terletak di sisi timur dan utara candi Borobudur dikenal dengan parkir pereng dirasakan telah mengganggu kegiatan pemugaran sehingga tempat tersebut harus dipindahkan ke arah timur dengan menggusur tanah penduduk. Sebagian warga yang terkena M. Rachmad, Amat Sayuti, Darmo suwito, Ali Sukiyadi, Luwarno, Murdiman, Ambal, Toko Ibu Sumirah, Rakim, Much Iksan, semuanya penduduk Dusun Ngaran I,. Waktu itu ganti rugi yang diterima oleh penduduk masih sama dengan harga sebelumnya yaitu Rp 200,- - Rp 225 per meter persegi. Kemudian di tempat itu dibangun lapangan parkir kendaraan baik Bus maupun mobil sedan. Restoran yang dikenal dengan nama Indras, serta kios-kios dan warung makan yang dibangun sendiri oleh pedagang. Waktu itu harga tanah di sekitar lokasi telah mencapai Rp 1500,- - Rp 2000,- per meter.

Dagi RestaurantMasih di tahun yang sama (1972) tanah Bukit Dagi milik 43 warga, digusur oleh Pemerintah yang belum jelas peruntukannya. Hanya yang dapat diketahui oleh penduduk yang terkena, bahwa tanah tersebut akan dibeli oleh Gubernur untuk kepentingan Pemerintah Daerah. Saat itu ganti rugi yang diberikan jauh lebih rendah dari harga ganti rugi sebelumnya yakni Rp 60,per meter. Untuk tanah di bagian depan atau pinggir jalan, untuk yang dibelakang hanya Rp 40,- per meter. Akhirnya tanah tersebut dimiliki oleh PT Pura Bukit Dagi, yang kemudian didirikan sebuah Restoran yang dikelola oleh Ambarukmo Sheraton Yogyakarta. Di Bukit Dagi juga terdapat arena Motocross.

Jantung Hati Borobudur

17

Meskipun pernah ada larangan mendirikan bangunan bertingkat di atas Bukit Dagi, karena dikhawatirkan akan terjadi goncangan terhadap candi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh bangunan maupun aktivitasnya, tetap saja berdiri sebuah restoran. Yang paling tidak masuk akal buat penduduk yang telah menyerahkan tanahnya, tetapi mereka masih dipungut pajak atas tanah yang sudah bukan miliknya lagi. Seperti di desa-desa umumnya pajak itu didasarkan oleh petok (bukti pembayaran pajak tanah). Memang pajak itu tidak terlalu besar. Menurut seorang warga yang terkena saat itu, pajak itu hanya Rp 180,- Tetapi tanah itu kan sudah bukan milik saya katanya. Tahun 1975 Komplek pemakaman warga Dusun Ngaran yang dikenal makam nJaten dipindahkan ke sebelah timur Dusun Gendingan atau arah utara candi Borobudur. Kepada ahli warisnya diberikan ongkos pemindahan Rp 1000,- tiap makam. Soal pemindahan kuburan ini kalau dibilang dengan Rp 1000,- cukup ? Ya cukup untuk mindah, tetapi apakah tidak perlu sesaji atau semalatan, yang semua itu butuh biaya kan? kata Pak Tejo yang diharuskan memindah makam kerabatnya. Tahun 1976 1977 para pedagang yang berjualan di sekitar tempat parkir kendaraan pengunjung candi Borobudur dipindahkan. Padahal letak bangunan baru tersebut masih berdekatan dengan lokasi lama. Sebagian para pedagang keberatan karena harga kios baru tersebut dinilai terlalu mahal. Untuk ukuran kios 3 x 3 meter harga Rp 100 000,-. Beberapa kios akhirnya tetap dibangun oleh panitia dan sebagian pedagang juga telah membayar sesuai dengan harga yang telah dipatok oleh panitia. Tetapi belum seluruhnya kios kios baru yang direncanakan sebanyak 115 kios itu jadi, sebagaian kios yang juga belum selesai sudah roboh.

Tentu saja para pedagang tidak mau menempati bangunan tersebut dan menarik kembali uang yang telah disetor kepada panitia. Panitia juga keberatan karena uang yang diterima telah terlanjur dipakai untuk membangun. Akhirnya masalah tersebut sampai ke Gubernur dan panitia mengembalikan uang kepada calon pemilik kios meski tidak seluruhnya. Akhir tahun 1979 Warga masyarakat Dusun Kenayan, Ngaran Krajan, Sabrangrowo, Gopalan, Gendungan merasa resah dengan adanya berita bahwa Dusunnya akan digusur untuk pembangunan Taman Purbakala Nasional. Pembicaraan rencana tersebut sangat bermacammacam. Isu yang berkembang di masyarakat pun bermacam-macam. Sebagian warga menanggapi rencana tersebut itu sebagai berkah. Tetapi sebagian besar warga masyarakat menganggapnya itu musibah. Berkah bagi warga yang sedang kesulitan keuangan maupun sedang punya masalah soal tanah. Musibah bagi masyarakat yang terancam kehidupannya, dan memang menolak rencana pembangunan Taman Purbakala Nasional itu.

Papan larangan mendirikan bangunanBeberapa warga yang menolak jumlahnya jauh lebih banyak dibanding yang setuju. Mereka membentuk paguyuban yang diberi nama Ngesti Raharjo . Pertemuan untuk menyatukan pendapat terus dilakukan, baik melalui arisan, ronda malam, pengajian, serta forum-forum lainnya. Dari pertemuan tersebut disepakati untuk menolak rencana pembangunan Taman wisata candi Borobudur. Keresahan warga masyarakat Kenayan, Ngaran Krajan, Sabrangrowo, sebagian Gendingan dan Gopalan ternyata juga telah mengundang perhatian beberapa kalangan. Tidak hanya kalangan anak muda, hampir seluruh warga masyarakat yang akan terkena

18

Jantung Hati Borobudur

pembangunan tersebut merasa resah, akibatnya Roh penunggu yang diyakini sebagi cikal bakal bumi Kenayan terusik sehingga merasuki seorang warga Kenayan. Malam Jumat Pon November 1980, Mbok Tomblok, warga Dusun Kenayan Kesurupan, sepulang mereka dari membabat duri cangkring di tegalan yang tak jauh dari rumah tinggalnya. Sehari sebelum mBok Tomblok Kesurupan, anaknya juga kesurupan. mBok Tomblok yang sehari-hari bekerja sebagai petani, hari itu terlihat tidak seperti biasanya. Ia pulang dari tegal langsung marah-marah dan keluar kata-kata yang kotor, bahkan mengumpat-umpat Bupati akan menyapu lebu warga dusun Kenayan maupun Ngaran Krajan. Pak Setro yang kebetulan tanggap dan dipandang dapat menterjemahkan apa yang dikatakan oleh mBok Tomblok. Diyakini bahwa ia kesurupan roh penunggu di pohon beringin yang berada di pasar Borobudur. Pak Setro mengatakan, hal ini sebagai firasat bahwa akan terjadi bencana besar terhadap warga dusun Kenayan. Tetapi tidak akan ada korban, karena roh penunggu tersebut sepertinya tidak rela anak cucunya diobrakabrik . Firasat tersebut ternyata benar. Tak lama kemudian turunlah keputusan pembangunan taman Purbakala Nasional (Tapurnas) yang akan menggusur tempat tinggalnya pada tanggal 18 Desember tahun 1980. Taman Purbakala Nasional akan menggunakan tanah seluas 87 hektar dan akan memindahkan masyarakat lima Dusun, yaitu Dusun Kenayan, Ngaran Krajan, Gendingan, Sabrangrowo, Gopalan. Dengan jumlah 350 Kepala Keluarga. Taman Purbakala Nasional tampaknya segera akan dilaksanakan, menurut rencana akhir Oktober 1982 sekitar 381 kk akan dipindahkan. Tahun 1980 dengan selesainya purna pemugaran fase I yang dikenal dengan nama Tapurnas (Taman Purbakala Nasional) kemudian akan dilanjutkan dengan PT

Taman Wisata Candi Boobudur dan Prambanan. Secara resmi PT ini berdiri melalui peraturan Pemerintah N0 7 Th 1980. Untuk pendirian PT ini Pemerintah RI menyertakan modalnya sebesar Rp 3.8 miliar kepada Persero. Uangnya didapat dari anggaran belanja Negara (Pasal 3 ayat 3) kemudian pengelolaannya diserahkan PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan, dengan Marsekal Purnawirawan H. Boediardjo selaku Direktur Utama. Meskipun rencana tersebut belum tersosialisasikan di masyarakat, sebagian warga sudah ada yang mengetahui dan menjadi isu penting di masyarakat. Di sisi lain pihak panitia pembebasan tanah pada tanggal 2 Januari tahun 1980 mengadakan sosialisasi tentang rencana pembangunan Taman wisata candi Borobudur di Kediaman Bapak Parto Dihardjo di Dusun Kenayan. Pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kecamatan Borobudur tersebut dihadiri oleh warga masyarakat Kenayan dan Ngaran Krajan yang jumlah penduduknya terbanyak dibanding Sabrangrowo, Gendingan dan Gopalan. Dari ingatan yang dapat terlukiskan sebagai berikut. Tidak seperti biasanya rumah Bp Parto Dihardjo sangat ramai. Ratusan warga masyarakat setelah Ibadah Sholat Mahrib kemudian berbondong-bondong berkumpul di rumah yang bercat putih yang dipadukan dengan cat warna hijau pada pintu dan jendela. Rumah berbentuk limasan tersebut terletak dipinggir jalan desa di sebelah utara pasar Borobudur. Udara dingin yang menyelimuti sepertinya tidak dirasakan lagi, karena rakyat ingin tahu tentang rencana pembangunan Taman wisata yang akan menggusur mereka. Tak lama kemudian datang dua buah mobil berplat merah dengan bertuliskan PT. Taman Wisata candi Borobudur dan Prambanan yang ditumpangi oleh panitia. Satunya lagi mobil Kabupaten Magelang yang dinaiki oleh kepala kantor Agraria Kabupaten Magelang Bapak Widoyoko Martowardoyo. Keduanya

Jantung Hati Borobudur

19

datang untuk sosialisasi rencana pembangunan Taman wisata candi Borobudur kepada masyarakat yang akan terkena pembebasan tanah.

Tampak Bp Kromo, Bp Sontrot, warga Kenayan.Mendengar rencana pembangunan Taman wisata candi Borobudur, secara keseluruhan penduduk Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang praktis seluruhnya berada dalam zone II menyatakan akan mendukung rencana pemerintah yang akan melestarikan warisan budaya dunia. Tapi mereka menolak untuk dipindahkan. Mereka akan mendudukung sepenuhnya pelaksanaan Taman wisata candi Borobudur, itu benar-benar demi kepentingan umum. Penolakan untuk tetap berada di zone II tersebut terimplementasi dalam surat pernyataan yang bermeterai, dan ditandatangani oleh ratusan warga masyarakat baik Kenayan maupun Ngaran Krajan. Pertemuan tersebut berakhir sampai pukul 23. 00 Wib dengan tidak ada kesepakatan antara warga masyarakat dengan panitia pembebasan tanah. Langkah warga masyarakat yang menolak kemudian mengadukan nasibnya ke KSBH (Kelompok Studi dan Bantuan Hukum dan Kantor Lembaga Bantuan Hukum ( L B H) di Yogyakarta pada Bulan Januari 1981 yang diterima oleh Bp Hadi Wahono, Muchamad Farid, serta Sdr Gito Prastowo.SH dan di LBH mereka diterima oleh Nursyahbani Kaca Sungkana SH. Dalam pemaparannya warga masyarakat yang ikut mendatangi kantor KSBH dan LBH mengatakan, Keresahan yang dialami oleh warga Dusun Kenayan dan Ngaran Krajan, tentang adanya rencana pembebasan tanah tidak sekedar hanya karena trauma terhadap pembebasan tanah sebelumnya. Juga kekhawatiran terancam kehilangan mata pencaharianya, tetapi juga karena terpisahnya hubungan mereka dengan candi Borobudur yang sudah menyatu secara alami dengan kehidupan.

Bagi Penduduk Borobudur, candi Borobudur bukan sekedar obyek wisata melainkan juga sebagai tempat yang sangat sakral. Kemarahan roh penunggu di pohon beringin yang diyakini oleh warga sekitar sebagai pelindung yang mengancam akan menyapu lebu kepada siapa saja yang akan mengobrak-abrik warganya (anak cucunya) itu sebagai bentuk ketidak setujuan Roh tersebut akan adanya pembebasan tanah. Keterikatan secara batin warga masyuarakat sekitar candi Borobudur yang telah terajut secara turun temurun dari nenek moyangnya. Dengan cara mereka, ada yang memuja roh-roh pelindungnya dan menghormati dengan menanggap wayang semalam suntuk. Ada juga pemasangan sesaji yang setiap tahun dilakukan. Ini sebagai bukti keterikatan warga masyarakat sekitar dan candi Borobudur tidak bisa dipisahkan. Malam Minggu, 24 Januari 1981, penduduk kembali resah. Mereka disodori undangan dan diminta menandatangani bukti kesanggupan bahwa mereka untuk dapat menghadiri pertemuan dengan Boediardjo yang menjadi wakil pemerintah. Cara penyampaian undangan itu sangat tidak simpatik. Beberapa petugas dengan membentak, memaksa penduduk untuk menandatangani undangan tersebut. Undangan itu memang betul-betul undangan rapat. Tetapi bagi penduduk yang buta huruf, itu bisa diartikan lain. Bahkan itu dianggap merugikan, paling tidak: mencurigakan. Jangan-jangan dengan kehadiran kita besok dapat dipergunakan sebagai bukti, legitimasi bahwa kita telah setuju dengan rencana PT tersebut, kata mereka. Kecurigaan itu tidak mustahil, mengingat pengalaman penduduk yang beberapa kali tertipu dalam soal pembebasan tanah. Akhirnya Minggu, 25 Januari 1981, pukul 09.00 pertemuan jadi dilaksanakan. Sebelumnya Sabtu malam beberapa warga masyarakat tampak berkumpul di depan pasar Borobudur untuk

20

Jantung Hati Borobudur

koordinasi dengan teman lainnya. Akhirnya disepakati tidak seluruh warga masyarakat hadir. Hanya perwakilan saja. Rapat tersebut memang sangat ketat. Bagi yang tidak membawa undangan tidak boleh masuk dalam rapat. Pertemuan tersebut berlangsung selama empat jam. Penduduk lewat juru bicaranya tetap pada pendirian untuk tetap tidak mau menyerahkan atau ingin tetap tinggal di zone II. Sebagai penggantinya penduduk akan menyerahkan lahan kosong, meski lahan tersebur menjadi garapan penduduk. Kata seorang warga yang mempertanyakan, Mengapa Taman wisata justru dibangun ke arah timur? Padahal di arah timur tersebut sangat padat penduduk dan aktivitasnya. Kalau di sebelah barat dan utara kan masih banyak lahan kosong.. Borobudur memang akan bertambah cantik bila berada di tengah taman wisata seluas 87 ha. Menurut rencana dalam area itu, kecuali bangunan resmi proyek tidak diijinkan ada bangunan lain termasuk rumah penduduk. Tapi apakah kecantikan Borobudur itu tidak menjadi artifisial dan menghilangkan keotentikan Borobudur yang telah bertahun-tahun menyatu dengan penduduk sekitar? Mungkin saja yang ontentik itu lebih menarik wisatawan, sehingga turis juga bisa mempelajari candi Borobudur lengkap dengan penduduknya. Suasana yang khas ini akan lebih menarik perhatian, karena seperti dahulu nenek moyang yang telah membangun candi Borobudur tersebut juga tidak akan terlepas dari peran serta warganya secara lengkap. Pertemuan tersebut berakhir dengan tidak adanya kesepakatan antara warga masyarakat dengan pihak PT Taman Wisata, serta pemerintah Daerah setempat. Pemerintah dan PT Taman Wisata terus mengadakan berbagai pendekatan. Bisa secara personal, dengan mendatangi rumah-rumah penduduk, maupun lewat siaran radio, berita di koran-koran, serta tabloit Gunadarma terbitan Taman wisata.

Borobudur ungkapkan Aspirasi Kemuliaan Jiwa Kedaulatan Rakyat 24 Februari 1981Direktur Jendral UNESCO mengatakan, bahwa Borobudur merupakan salah satu munumen yang terbesar dan terindah di kawasan Asia Tenggara. Candi yang didirikan oleh Dinasti Wangsa Syailendra pada abad ke delapan dan dipersembahkan untuk memuliakan Budha itu telah memadukan berbagai pengaruh budaya. Demikian Dr AMM Bow dalam sambutan akhir peresmian pemugaran candi Borobudur. Lebih jauh ia katakan, Candi Borobudur impian dan harapan untuk seribu tahun lagi. Jika waktu itu peresmian yang dilakukan oleh Presden Soeharto tanggal 23 Februari 1983 kemudian seribu tahun lagi tentunya harapan kita kelak Borobudur masih bisa bertahan pada tahun 2983. Borobudur juga merupakan suatu ungkapan aspirasi yang mengagumkan menuju kemuliaan jiwa dan kemurnian hati yang umumnya bagi semua bentuk kepercayaan. Bangsa dan pemerintah Indonesia telah diakui sebagai salah satu pola dasar tradisi yang hidup. Inilah yang menyebabkan Borobudur tidak hanya dipandang sebagai munumen arsitektural dan karya seni pahat saja, tetapi sebagai kulminasi pencarian spiritual dan budaya yang dilakukan peziarah ahli pikir, sejarawan, dan arkeologi. Tetapi setelah berabad-abad Borobudur tersia-sia sebagai munumen tertutup tumbuh-tumbuhan dan terancam kemusnahan total, bangunan mulai runtuh karena gabungan unsur-unsur perusak dari iklim tropis, gempa bumi dan lain sebagainya. Monumen ini hanya dapat terselamatkan dengan langkah-langkah yang tepat, dengan memperbaiki dari segala aspek bahaya yang mengancam kelestariannya. Untuk itu UNESCO yang membidangi pendidikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, melaksanakan kampanye mengumpulkan dana dan tenaga ahli yang

Jantung Hati Borobudur

21

diperlukan. Usaha yang sudah dimulai sejak tahun 1960 ini dimaksudkan untuk menyelamatkan munumen dari situs situs yang bernilai spiritual, budaya dan sejarah dari kemerosotan dengan jalan menghimbau usahausaha solidaritas internasional. Ada dua tujuan dari UNESCO. Pertama untuk menyelamatkan karya-karya yang menakjubkan, menunjukkan betapa genius manusia yang kreatif, lengkap dengan instuisi dan harapan-harapannya serta usahanya dalam mencari kebenaran. Kedua, menjadikan karya-karya ini bernilai bagi masyarakat luas, baik bagi mereka yang memiliki warisan itu, maupun bagi bangsa lain didunia yang mulai memandang karya seperti Borobudur sebagai warisan umat manusia yang tiada duanya. Mengenai pemugaran ini, Dirjen UNESCO mengatakan, lebih dari 6,5 Juta dolar telah disumbangkan oleh dua puluh tujuh negara anggota dan berbagai Organisasi Non Pemerintah; sedangkan Pemerintah Indonesia yang menanggung sisanya. Pemugaran ini merupakan pekerjaan raksasa, kata Dirjen UNESCO. Pelaksanaannya melibatkan 20 Disiplin Ilmu, sejuta balok batu yang dipindahkan, dan lebih 10,000 lainnya yang masih beserakan dikembalikan ke tempat semula Berkat rangkaian kemauan, kecakapan, dan keahlian yang sangat luar biasa, Borobudur sedikit- demi sedikit memperoleh kemegahannya kembali, katanya. Akhirnya Dirjen UNESCO mengharap, Penyelamatan Borbudur dan kampanye yang selama ini berlangsung untuk menyelamatkan munumen dan situs lain yang bernilai yang universal akan mengantar ke dalam era solidaritas yang berkembang dalam ruang lingkup bidang yang senantiasa meluas yang merintis suatu dunia penuh kedamaian,, kemajuan dan kemakmuran bagi semua . Dua puluh penduduk Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa siang menghadap pimpinan DPRD

Jawa Tengah dengan membawa surat kuasa yang ditandatangani oleh 123 penduduk Desa tersebut. Mereka mengutarakan semua keluhan berkenaan dengan pelaksanaan proyek Purbakala Nasional Borobudur dan Prambanan Penduduk setuju dengan rencana proyek tersebut. Pada umumnya mereka rela melepaskan tanah yang berupa tegalan yang saat ini masih digarap. Namun mereka tidak mau digusur atau dipindahkan dari tempat tinggalnya. Apabila daerah pemukiman mereka tetap dimasukan dalam kawasan proyek tersebut, penduduk agar tetap diperkenankan untuk tetap memiliki tanahnya serta tetap tinggal di sana dan sanggup untuk menyesuaikan bentuk banguanan rumahnya masing-masig sesuai dengan lingkungan pariwisata atau dengan bentuk bangunan Jawa kuno .

Pathokan yang menutup jalanPenduduk Borobudur juga mempertanyakan status PT Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan yang diserahi untuk mengelola pelaksanaan proyek Tapurnas itu. Mereka menganggap usaha perusahaan itu bukan usaha pemerintah, dan derap langkahnya dinilai merugikan penduduk sekitar. Mereka menyatakan resah dengan pemathokan-pemathokan yang dilakuikan tanpa memberi tahu pemilik tanah. Padahal penduduk belum pernah memberikan persetujuan. Menjawab semua keluhan utusan masyarakat Borobudur. Pihak DPRD Jateng akan segera mengirimkan Tim untuk mengumpulkan data yang lebih akurat Pihaknya akan melakukan pembicaraan dengan eksekutif tentang sejauh mana keinginan penduduk bisa terpenuhi kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Moelyono. Tentang Tim yang akan dikirim yaitu terdiri dari Komisi A bidang Hukum, Komisi B Bidang anggaran, serta komisi C bidang pariwisata dan perhubungan juga tidak menutup kemungkinan pihaknya akan melibatkan komisi E bidang kesejahteraan.

22

Jantung Hati Borobudur

Pola induk pengembangan taman purbakala Nasional Borobudur dan Prambanan, telah disahkan Menteri Perhubungan dengan N0 KM /221/PW/004/PHB.80 Pola induk tersebut merupakan hasil penelitian dan perencanaan yang dilakukan oleh tim Indonesia yang berintikan unsur Universitas Gajah Mada dan tim alhi Jepang (proyek mendapat bantuan dari Jepang). Pada dasarnya proyek pola tersebut berisi rencana peraturan zoning. Tata guna tanah dan rencana konstruksi bangunan berbagai fasilitas taman seperti museum, pusat konservasi, kantor pengelola, tempat parkir, pintu gerbang masuk dan lain sebagainya. Setidaknya sampai bulan Maret 1981 ratusan kepala keluarga masih tetap tidak mau menyerahkan tanahya untuk pembangunan Taman wisata candi Borobudur, meski sebagian warga telah menyerahkan dan bersedia pindah. Bagi yang menolak pindah dari pemukiman seperti penduduk Kenayan, Ngaran Krajan, yang seluruh warga terkena,mengemukakan pendapatnya. Bahwa ternyata pengelolaan PT Taman wisata itu ternyata seluruhnya bukan pemerintah melainkan sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan terbatas atau PT. Ini jelas jelas nantinya tetap akan lebih mengedepankan prifit atau lebih mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, kata seorang pemuda yang tinggal di bawah pohon beringin. Seorang Ibu rumah tangga yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari pasar Borobudur mengatakan Kini usaha yang kami lakukan sudah cukup untuk menopang kebutuhan sehari-hari, Kemudian kalau besok pinad apakah nantinya kami masih akan mendapat tempat yang sama. Pak Darmo yang kebetulan rumahnya dekat dengan candi Borobudur, kini hidup dengan berkerja membuka warung makan. Dengan modal tempat yang strategis tersebut kini dapat menyekolahkan anaknya serta dapat membeli kebun yang ditanami pepaya. Bagai mana nanti di tempat yang baru apakah juga seperti

yang ia rasakan selama ini? Sebagian besar para pedagang di pinggir jalan menuju ke candi Borobudur menolak rencana pembangunan Taman Wisata. Mereka mempertanyakan kelancaran usahanya kelak setelah mereka pindah dari tempat yang sekarang ini. Pak Sontrot warga Ngaran Krajan mengatakan bahwa saat ini mereka hidup dari menderes kelapa, dan sebagian besar pohonya bukan miliknya, ia khawatir kalau nanti tidak lagi bisa menderes lagi karena pohon kelapanya ditebang.

Setrowokromo, Adasar, Mudasir di depan makam KenayanUntuk mengantisipasi berbagai persoalan yang muncul Widoyoko Martowardoyo Kapala Kantor Agraria Kab, Magelang mengatakan, Bahwa pihaknya telah menyediakan tanah sebagi pengganti yang terletak di Dsn Janan yang saat ini disebut Pemukti . Di tempat ini sudah disediakan berbagai fasilitas. Antara lain menyediakan tempat pemukiman dengan fasilitas yang lebih baik. Di samping membayar ganti rugi tanah,bangunan, tanaman serta ongkos pindah rumah. Kini untuk memecahkan masalah tersebut saat ini terus dilakukan pendekatan-pendekatan secara kekeluargaan terhadap masyarakat. Seperti usaha yang telah dilakukan dengan mengundang 350 kepala keluarga untuk mendengarkan secara langsung dengan Bp Boedihardjo pada 25 Januari 1981. Ir Suparto Direktur PT Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan, Untuk menampung 320 KK penduduk pada daerah pemukiman nanti akan disediakan seluas 30 ha, Untuk pemukiman baru ini tidak akan disertai dengan pekarangan, sedangkan persawahan yang saat ini masih akan dipikirkan kemudian .

Jantung Hati Borobudur

23

24

Jantung Hati Borobudur

Jantung Hati Borobudur

25

Hal tersebut dikatakan hari Rabu sewaktu acara dengar pendapat dengan tim DPRD Tingkat I Jawa Tengah yang akan mulai turun ke bawah dalam rangka ikut menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh warga masyarakat di Borobudur. Menyinggung tentang ganti rugi, pihak PT Taman Wisata memakai dasar ketentuan Pemerintah Daerah, sedangkan bangunan rumah pohon dan tanaman serta ongkos pemindahan rumah atau bangunan akan diganti rugi oleh pihak Taman wisata dan untuk bangunan pemilik masih diperbolehkan untuk memilik.i Atas pertanyaan anggota tim DPRD yang dipimpin oleh Soeripto Ketua yang terdiri dari anggota H.Moch Toyib Komisi E, Suwignyo Komisi D, Drs Suryanto Komisi C, dan Abdul Wahab BA Komisi B. Direktur PT Taman wisata Ir Soeparto mengatakan bahwa tujuan pokok adalah untuk melestarikan warisan budaya setelah candi Borobudur ini selesai dipugar. Tim DPRD minta kepada pihak PT Taman Wisata agar dapat bersikap luwes dalam menangani masalah tanah di sekitar candi Borobudur, Sehingga tidak terjadi gejolak baru yang merugikan masyarakat setempat. Juga disarankan agar memberikan lapangan kerja buat masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat yang tergusur. Tim DPRD yang dipimpin oleh Soeripto Ketua yang terdiri dari anggota H.Moch Toyib Komisi E, Suwignyo Komisi D, Drs Suryanto Komisi C, dan Abdul Wahab BA Komisi B juga melakukan tatap muka dengan masyarakat di Kelurahan Borobudur, (Suara Merdeka, 6 Maret 1981) Dalam kesempatan tersebut Soeripto kepada masyarakat mengatakan, bahwa usaha pemerintah untuk memindahkan penduduk dari daerah pemukiman Zone I II adalah untuk merobah cara penghidupan yang tradisional sekaligus untuk meningkatkan taraf kehidupannya.

Soeripto juga manandaskan bahwa melalui PT tersebut pemerintah tidak akan menyusahkan rakyat, sebaliknya akan merubah kehidupan yang masih sangat terbatas dan tradisional. Tim DPRD Juga menjajikan, bahwa Taman tersebut nantinya tidak akan menjadi taman semacam Taman Ancol yang dikhawatirkan oleh warga masyarakat Borobudur, sehingga akan mencemarkan lingkungan yang disakralkan atau disucikan itu. Penduduk Kenayan dalam pertemuan di Desa Borobudur menyinggung ketenangan hidup. Dalam tatap muka dengan warga masyarakat Tim DPRD Tingkat I Jawa Tengah tersebut, Penduduk mengemukakan agar Taman wisata yang direncanakan tidak dibangun ke arah timur candi, akan tetapi kearah utara.Sehingga tidak mengganggu daerah pemikiman penduduk khususnya didaerah Kenayan dan Ngaran Krajan. Pemerintah diharapkan meninjau kembali hasil survai yang telah dilaksanakan pihak Jepang terutama yang menyangkut kehidupan rakyat setempat. Demikian pula masalah jaminan hidup bagi warga yang tergusur dikemudian hari, setelah mereka dipindahkan dari daerah pemukian saat ini cukup merisaukan penduduk setempat. Pertemuan tersebut berakhir sampai dengan pukul 13.00 WIB. Di sisi lain H. Boediardjo dalam dengar pendapat dengan Tim DPRD Tingkat I Jawa Tengah di Kabupaten Magelang mengatakan, bahwa untuk menampung aspirasi warga masyarakat serta keingina penduduk Desa Borobudur telah membuka praktek pada setiap Jumat malam di tempat kediamanya di Dusun Tingal, Wanurejo. Praktek tersebut sekaligus untuk bisa menyelesaikan dan memberikan penerangan sejelasjelasnya kepada penduduk yang tanahnya nanti akan dipergunakan taman wisata candi Borobudur. Apabila Jumat malam masih dirasa kurang akan dilanjutkan Sabtu paginya. Praktek semacam itu menurut Boediardjo telah dilangsungkan untuk kedua

26

Jantung Hati Borobudur

kalinya setelah diangkat menjadi Direktur Utama PT (Persero) Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan. (Suara Merdeka, 9 Maret 1981) Menanggapi beberapa masalah yang diajukan sebagai sesuatu keberatan H. Boediardjo mengatakan bahwa masalah yang paling berat yang dihadapinya adalah menyangkut pemindahan pemukiman dan kehidupan penduduk setempat. Namun mengingat jangkauan yang lebih lagi di mana diharapkan candi Borobudur bisa dinikmati oleh Bangsa Indonesia selama 1000 tahun lagi maka akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memecahkan masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Taman itu sendiri nantinya merupakan taman budaya yang akan menggunakan daerah pemukiman seluas 85 hektar. Tampaknya tidak ada alternatif lain untuk memindahkan penduduk untuk mencapai kesempatan emas yang akan datang itu. Menyinggung masalah daerah pemukiman baru nantinya akan berbentuk kota penuh dengan fasilitas yang diperlukan. Sedangkan mengenai pembangunan Taman wisata yang menuju ke arah timur, adalah didasarkan suatu keputusan untuk memulihkan kembali seperti pembangunan zaman dahulu, dimana harus setia pada falsafah Nenek Moyang kita waktu itu bahwa candi Borobudur Madep ngetan Masalah itu menurut H. Boedihardjo, manunggal dengan Nenek Moyang kita dan tidak ada hubunganya dengan Agama. Sementara itu Tim DPRD Tk I Jawa Tengah yang dipimpin oleh Soeripto mengatakan, bahwa kepada penduduk Desa Borobudur masih perlu penjelasan yang mantap tentang PT Taman wisata itu sendiri. Dalam menyelesaikan masalahnya perlu adanya pendekatan-pendekatan yang manusiawi. Sedangkan permasalahan yang lalu perlu segera diselesaikan, untuk sebagai obat atas penderitaan rakyat yang telah dialami selama ini .

Bupati Magelang Drh Supardi mengatakan, bahwa pemilik tanah di zone III sebagian sudah menerima ganti rugi dengan harga antara Rp 5000,- sampai dengan Rp 7500,- per meter, Sedang didaerah zone II dimana Taman Nasional candi Borobudur ini akan dibangun, sampai kemarin sebanyak 31 pemilik tanah maupun bangunantelah memintan uang ganti ruginya. Khusus Zone II meliputi tanah ruas I,II daerah untuk pasar Terminal, dan pemukiman baru. (Sumber Suara Merdeka, 24 April 1981 ) Daerah ruas I tercatat 21 pemilik tanah milik dari sejumlah 29 pemilik tanahn telah memintan ganti rugi. Diruas II 31 pemilik dari 40 orang pemilik tanah, untuk didaerah yang rencananya akan dibangun pasar telah 9 pemilik dari 11 pemelik tanah maupun bangunan. Atas pertanyaan Wartawan SM Drh Supardi mengatakan, bahwa penduduk yang paling banyak menerima ganti rugi adalah berjumlah Rp 88 Juta, sedangkan paling kecil sebanyak Rp 250 000,-, namun dijelaskan hampir seluruh uang yang diterimanya disimpan dalam bentuk Tabanas maupun giro di Bank Khusus mengenai ganti rugi yang diterimanya Drh Supardi, mengatakan bahwa semuanya dulakukan cara terbuka dimana setiap pemilik diharuskan menyertai pengukuran ataupun penghitungan setiap benda yang ada di daerahnya. Demikian pula mengenai penerimaan uang yang langsung dan tanda tangan persetujuan sebelumnya dibayar oleh setiap pemilik tanah di daerah Borobudur. Dengan cara demikian baik penduduk maupun pemerintah Daerah sama-sama puas dan terbuka sehingga tidak ada masalah lagi dikemudian hari. Sementara itu Camat Borobudur Gathot Sugiyarto BA atas pertanyaan SM mengatakan, bahwa setiap penduduk, pemilik tanah yang menerima ganti rugi tidak dikenakan potongan apa pun dan ongkos administrasi yang diperlukan sudah ditanggung oleh PT Taman wisata. Dikatakan bahwa setiap pepohonan yang ada di halaman dan pekarangan mendapat ganti

Jantung Hati Borobudur

27

rugi. Seperti pohon kelapa misalnya yang nantinya akan dilestarikan mendapat ganti rugi Rp 25 000,- per buah. Pohon Rambutan Rp15000,-, Jeruk Rp 15 000,-.Cengkeh Rp 10 000,- Asam tunas Rp 1 000,-, pepohonan kecil misalnya Kimpul Rp 10,- Kunyit sebangsanya Rp 25,Camat Borobudur Gathot Sugiyarto BA juga mengatakan bahwa, seorang pemilik didaerahnya dengan uang ganti rugi tersebut telah dapat membayar utang di Bank, membeli 2Truk, sebuah Colt, Scooter PX dan membangun rumah beserta tanah yang baru. Berdasarkan pengamatan sumber Suara Merdeka di tempat, para pemilik tanah yang telah mendapat ganti rugi kebanyakan memilih tanah di daerah Ngrajek, Muntilan, Tempuran, Salaman, Kajoran yang dengan harga yang lebih murah dibanding dengan penerimaan ganti rugi, meski kualitas tanahnya dibawahnya.

pembangunan Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan seta membahas segi-segi peran kedua obyek wisata ini untuk mendukung pelayanan dan pemasaran wisata guna mementapkan daya saing produk wisata Indonesia. Pembangunan Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan merupakan hasil studi yang dilaksanaka selama bertahun-tahun oleh kedua tim Badan Kerjasama International Jepang, JICA (Japan International Cooperation Agency) dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Studi tersebut terdiri dari Studi Pembangunan Taman wisata atau Taman Purbakala Nasional Borobudur dan Prambanan untuk pelestarian peninggalan sejarah dan kekayaan budaya nasional serta perencanaan tata lingkungan pemukiman di sekitar taman wisata. Studi ini mempunyai tiga sarana yaitu prestasi kekayaan budaya, arkeologi, pembangunan kepariwisataan dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat di sekitar Taman wisata kedua candi tersebut. Untuk mencapai tujuannya, pemerintah pada tahun 1980 menetapkan penyertaan modal pemerintah untuk mendirikan Perusahaan Persero Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan Guna melaksanakan pembangunan Taman wisata tersebut selanjutnya mengelola sebagai Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) . Pelaksanaan pembangunan taman, pembanguna pemukiman penggati untuk penduduk yang dipindahkan dari daerah taman dan pengaturan keseimbangan lingkungan yang dapat mendukung kelestarian kawasan taman yang meliputi lima zone. Zone I adalah zone Konservasi (pelestarian) arkelogi, Zone II Taman wisata, Zone III sebagai pengaturan tata guna tanah. Di sisi lain Boediardjo mengatakan, pembinaan produk wisata candi Bborobudur dan Prambanan dalam tingkat pertama adalah untuk menciptakan brand image atau

Sejuta Wisatawan Ke Borobudur 400,000 Ke Prambanan, Tahun 1983 (Kedaulatan Rakyat 15 Oktober 1981)Arus wisatawan domestik yang mengunjungi candi Borobudur tahun 1983 diproyeksikan sebanyak satu juta orang dan yang mengunjungi candi Prambanan akan mencapai 400 000 orang. Sedangkan kunjungan wisatawan Asing tahun 1983 ke candi Borobudur diproyeksikan 73000 orang dan ke Prambanan 21000 orang. Hal tersebut dikatakan oleh Direktur PT Taman Wisata candi Borobudur dan Prambanan Boediardjo dalam makalahnya yang berjudul Peran Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan dalam mendukung progran peningkatan pelayanan dan pemasaran wisata Indonesia pada lokakarya Dirjen Pariwisata di Tanah Toraja, Sulawesi Selatan pada tanggal 1-2 Oktober 1981. Boediardjo dalam makahlah tersebut menjelaskan,

28

Jantung Hati Borobudur

cap-citra Borobudur dan Prambanan sebagai obyek kebudayaan dan lingkungan yang bermutu tinggi.

Sekitar Borobudur dijamin tidak ada pencakar langit. Sinar Harapan Kamis, 18 Februari 1982Direktur Utama PT Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan H. Boediardjo menjamin tidak ada bangunan pencakar langit di belakang candi Borobudur dan Prambanan. Justru di kedua candi tersebut akan diperoleh ciri-ciri tertentu. Taman candi Borobudur akan berciri-ciri sebagai pusat pengembangan ilmu percandian. Sedang di taman candi Prambanan akan berciri sebagai pusat pengembangan seni pentas Hal tersebut dimungkinkan sebagai akibat dibangunya pusat studi Borobudur dan pusat konservasi batu-batu candi Borobudur di komplek Borobudur, sedang di Prambanan dibangun dua panggung teater masingmasing teater terbuka dan teater tertutup. Hal tersebut diungkapkan Boedihardjo Senin pagi di Balai Wartawan Yogyakarta dalam acara temu gagasan masalah taman wisata sehubungan dengan HUT, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang ke 30. Menurut bekas Merteri Penerangan itu tahap pertama pembangunan dan pengelolaan taman wisata memang dipusatkan di Borobudur, karena direncanakan pemugaran candi Borobudur akan diselesaikan Oktober 1982 dan peresmian akan dilakukan bulan Mei 1983. Oleh sebab itu diharapkan bertepatan dengan peresmian tersebut disekitar candi sudah bersih dari penduduk dan sudah dibangun beberapa fasilitas taman wisata kedua candi tersebut. Ibarat sebuah batu permata yang bertambah indah apabila ditambahi lingkaran emas. Dari pembangunan taman itulah penduduk yang kini sudah mulai dipindahkan akan memperoleh manfaat banyak, misalnya dari kunjungan wisata sekitar dua juta .

Diakui Boediardjo kerusakan batu-batu candi sering tidak dilakukan oleh turis asing melainkan justru oleh turis domestik yang belum memahami betul pemeliharaan batu-batu candi. Mereka sadar atau tidak memegang batu candi, padahal dari tangantangan yang kotor itu melengket kuman-kuman yang bisa merusak. Menyinggung perencanaan taman baik taman wisata candi Borobudur maupun candi Prambanan diakui digarap oleh Jepang melalui pinjaman, Dewasa ini sedang dikerjakan mendekati penyelesaian bulan Juli nanti baru kita lihat hasilnya. Masih dalam seputar temu gagasan dalam rangka HUT. PWI ke 30 cabang Yogya .

Dampak sosial Budaya dan ekonomi sudah dipertimbangka secara masak (Kedaulatan Rakyat 16 Februari 1982 .Secara fisik candi Borobudur dibangun oleh kerajaan Budha pada abab ke 8, Namun sekarang tempat itu sudah tidak merupakan tempat ibadah lagi kecuali sebagai tempat prosesi tiga kali tiap tahun. Dengan demikian candi itu yang menurut sejarahnya pernah sakral kini bisa disebut mati. Fakta lain bisa disebutkan, penduduk di Borobudur dan Prambanan hampir tidak ada yang menggunakan candi itu untuk peribadatan. Ditambah lagi pengakuan Internasional tentang keajaiban dunia bangunan kuno itu yang mempunyai karateristik sendiri, sehingga ada kesepakatan berbagai negara yang tergabung dalam UNESCO untuk melestarikan . Boediardjo menandaskan, titik tolak pembangunan taman wisata itu adalah untuk kepentingan masyarakat setempat khususnya dan kepentingan nasional pada umumnya. Selain akan dibangun beberapa sarana wisata di candi Borobudur akan didirikan pula pusat pengembangan ilmu percandian, dan dibuatkan semacam perkampungan domestik sehingga bisa para wisatawan akan tetap menikmati

Jantung Hati Borobudur

29

keaslian kebudayaan rakyat setempat Beberapa dampak sosial yang mungkin terjadi adalah perubahan pola hidup masyarakat sekitar taman itu yang mendekati cara hidup orang kota. Meskipun harus dijaga keaslianya dan ketradisionalan kehidupan rakyat dengan cara penyesuaian Arsitektur beberapa bangunan kami berpringsip menyamakan semua bangunan . Dampak ekonomi yang mungkin timbul adalah suasana arus penjualan jasa atau barang yang dilakukan oleh penduduk setempat. Untuk mempersiapkan itu beberapa penduduk setempat sudah diberi semacam penataran untuk membuat penginapan, penjualan barang dan tradisi-tradisi khas yang bisa dijadikan tontonan wisatawan asing.

penerangan seluas-luasnya kepada masyarakat setempat pada dasarnya. Pembangunan yang nantinya akan menyentuh tanah milik rakyat, tidak bakal merugikan mereka sama sekali tandasnya. Ganti rugi yang memadai tetap disediakan,bahkan kepada mereka juga akan diberikan prioritas utama untuk bekerja di Kawasan taman wisata. Terhadap yang melakukan teror gurem Boediardjo mengatakan, selaku Dirut Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan yang bakal menangani pembangunan itu beserta seluruh aparatnya ingin segera diperiksa opstib, sebab memang sudah ada yang melapor kepada opstib. Ada yang mengadukan bahwa di dalam pembebasan tanah itu telah terjadi penyelewengan yang merugikan rakyat . Karena sudah ada laporan dari masayarakat maka sudah sewajarnya kalau saya beserta aparat saya segera diperiksa katanya. Namun saya pun juga akan mengadu ke opstib dengan bekal berkas berkas yang telah saya miliki, agar sekelompok pelaku teror amatir inipun juga diperiksa atas perilakunya, demikian Boediardjo sambil menunjukan setumpuk map. Dengan secepatnya diperiksa, maka persoalan pun bakal segera selesai dan gamblang di mana letak kesalahannya. Sementara itu Bupati Magelang Drh Supardi yang mendampingi Boediardjo juga mengatakan bahwa diri Karsono penduduk Kenayan, Kelurahan Borobudur yang telah mengatas namakan dirinya sebagai kuasa 19 orang untuk mengadu ke opstib, kini oleh pihak Pemda tengah dilakukan penelitian mengenai motifasi perbuatannya. Oleh Bupati ia juga dinyatakan sebagai avonturir yang kurang pekerjaan. Bupati juga menjelaskan, untuk zone II yaitu zone yang akan dijadikan sebagai lokasi taman wisata seluruhnya seluas 85 ha dan hingga kini telah dibebaskan seluas 64.19 ha atau sekitar 75 persen.

Sekitar masalah pembebasan tanah rakyat di Borobudur : Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan minta diperiksa opstib (Kedaulatan Rakyat 10 April 1982)Dengan nada yang cukup menggelitik Dirut PT Taman wisata candi Borobudur Prambanan H. Boediardjo dalam keteranganya, Kamis menyetakan dalam upaya pemerintah untuk membangun taman wisata budaya di daerah Borobudur memang masih kurang mendapat dukungan masyarakat setempat. Menurut H. Boediardjo, bahwa ada beberapa faktor yang menopang hal itu, antara lain kurang mengertinya kalangan sementara masyarakat arti pentingnya pembangunan tersebut. Di samping itu juga ada sementara orang yang melaksanakan teror amatiran dengan macam-macam perilaku yang bertujuan menghabat tujuan pembangunan. H.Boediardjo juga mengatakan, bahwa pembangunan secara besar-besar ini tidak bisa segera dimulai jika penduduk tidak iklas betul melepaskan tanahnya. Untuk itulah menjadi tugas kita bersama memberikan

30

Jantung Hati Borobudur

Sebenarnya pembebasan tanah itu harus sudah selesai pada akhir Desember 1981, tetapi karena adanya hambatan yang diluar perhitungan sama sekali, maka pembebasan tanah itu agak terlambat. Namun demikian Bupati berkeyakinan dalam waktu singkat masalah itu akan teratasi. Menyinggung kawasan pemukti (pemukiman pengganti) seluas 39.6 Ha yang bakal disediakan untuk pada penduduk dari kawasan zone II kini sudah dapat dibebaskan seluas 28.5 Ha dan telah digunakan untuk pembangunan, sedangkan ruas I,II,III serta IV calon terminal, pasar, fasilitas sosial lainya serta pemukiman,. Bahkan jalan tersebut kini telah selesai sepanjang 4 Km dan telah berfungsi, Di samping itu juga sebuah Kantor Pos juga telah dibangun. Menjawab pertanyaan KR sejauh mana pelaksanaan Perda Kab Magelang Nomor 3 tahun 1977 yang antara lain menyatakan bahwa mendirikan bangunan baru, merubah bangunan serta menambah harus ijin dahulu dari Pemda Magelang dalam hal ini mendapat ijin Bupati, meski plang-plang telah dipasang di beberapa tempat. Namun kenyataanya penduduk terutama yang bermukim di kawasan Borobudur yang tanahnya akan dibebaskan justru memacu pembangunan tempat tinggalnya tanpa ada ijin. Ini jelas merupakan pelanggaran. Demikian Bupati. Tetapi terhadap kenekatan ini, Pemda juga menyatakan bangunan baru itu tidak akan mendapat ganti rugi. Ganti rugi akan diberikan sesuai dengan data bangunan semula.

tatap muka dengan penduduk Desa Borobudur untuk menyelesaikan masalah tanah yang akan digunakan taman wisata. Dalam tatap muka Bupati mengatakan, seperti yang diinginkan Gubernur Jawa Tengah Soepardjo, agar masalah pembebasan tanah diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Dalam petemuan tersebut penduduk diberi kebebasan untuk menyampaikan uneg-unegnya di pendopo candi Borobudur. Bupati Magelang menjelaskan secara rinci, maksud pemerintah membantu taman wisata untuk menyelamatkan candi Borobudur . Dan Dim 0705 Magelang Letkol Inf Soedirman, yang mendampingi Bupati menyatakan, menurut laporan di Borobudur sekarang ada oknum tertentu yang sengaja menghambat pelaksanaan program pemerintah pembangunan taman wisata candi Borobudur. Oknum tersebut telah memanfaatlkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya. Suara negatif dan isu tersebut sengaja dihembuskan orang-orang yang tidak bartanggung jawab. Di samping itu ia mengingatkan, ada beberapa orang mendatangi rakyat mengancam dan menakut-nakuti . Komandan Kodim (Dan Dim) juga mengharapkan agar masyarakat Borobudur tetap waspada dan berhati-hati terhadap mereka yang sengaja mempertentangkan pemilik tanah lokasi taman wisata dengan pemerintah. Oleh Ketua pengadilan Negeri Magelang Hensyah Syahlani SH, dikatakan Kalau oknum-oknum ini terbukti memeras dapat dikenakan pidana hukuman selama lamanya 9 tahun menurut KUHP pasal 318. Sesungguhnya pemerintah tidak akan merugikan rakyat, usaha musyawarah tetap diadakan antara masyarakat dengan panitia pembebasan tanah. Apabila ada yang keberatan dapat diajukan lewat surat kepada Gubernur Jawa Tengah selambat-lambatnya 30 hari setelah harga itu ditetapkan oleh panitia

Ada oknum sengaja hambat Pembangunan Taman wisata Borobudur Kedaulatan Rakyat, 31 Mei 1982Bupati Magelang Drh Supardi didampingi Muspida, Soemardji Direktur Umum PT Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan Sunarto Ketua DPRD serta petugas Agraria Kabupaten Magelang, melakukan

Jantung Hati Borobudur

31

pembebasan tanah.

138 KK Penduduk Borobudur tidak mau dipindahkan Kedaulatan Rakyat tgl 29 Mei 1982Sebanyak 138 Kepala Keluarga yang terdiri dari Desa Kenayan, 103 dan dari Ngaran Krajan 35 yang keduanya termasuk Desa Borobudur Kecamatan Borobudur tetap tidak mau dipindahkan dari tempat asalnya ke daerah lain . Wilayah kedua Dusun itu telah dinyatakan oleh pemerintah sebagai daerah yang akan dibebaskan untuk lokasi taman wisata candi Borobudur Dari sejumlah penduduk tersebut 10 diantaranya hari Kamis dengan disertai tiga penasehat hukumnya masing-masing Nursyahbani Kacasungkana SH, dari LBH Yogyakarta dan Gito Prastowo serta Hadi Wahono dari KSBH Yogyakarta telah mendatangi kantor Gubernur Jawa Tengah. Rombongan tersebut tidak dapat diterima oleh Gubernur Soepardjo Roestam karena tidak ada di tempat. Mereka diterima oleh Kepala Biro Pemerintahan Drs Soetomo, yang menampung semua masukan untuk kemudian disampaikan kepada Gubernur. Selain ke kantor Gubernur, rombongan juga mendatangi kantor Wartawan Semarang untuk memberikan penjelasan sekitar upaya menghadap Gubernur. Dikatakan kehendak untuk tidak mau pindah tempat tinggal dikarenakan prospek masa depan yang masih teramat suram. Nursyahbani SH juga menyampaikan, tampaknya dalam upaya pembebasan tanah penduduk banyak praktek-praktek yang tak terpuji telah dilakukan. Antara lain, dengan mengintimidasi penduduk. Di samping itu ada seorang penduduk yang didatangi secara beramai-ramai oleh aparat pemerintah agar penduduk itu mau melepaskan tanahnya. Anggota dari LBH Yogya menghendaki dengan jalan

hukum saja yang digunakan.Sebab pada dasarnya kalau ada warga yang tetap mempertahankan haknya untuk tetap menempati rumah tinggalnya dapat dibenarkan. Itu bukan merupakan perbuatan yang melawan hukum. Pemda Magelang maupun PT Taman Wisata banyak menjanjikan kepada para penduduk akan memberi lapangan kerja yang layak, kalau mau dipindahkan. Namun kenyataannya berbagai proyek yang telah dibangun pemerintah seperti proyek di Dagi, pembangunan pasar, dan lain sebagainya jarang mengikut sertakan penduduk sekitar, sehingga warga masyarakat dengan janji-janji itu semakin jera. Nursyahbani menimpali pendapat temannya, apabila pendududk melepaskan haknya ternyata ganti rugi yang ia terima hany Rp 5000,- sampai dengan Rp 7500,per meter pesagi dan kemudian dibelikan lagi tanah yang sejajar posisinya yang saat ini harganya sudah mencapai Rp 15 000,- per meternya. Karena banyaknya pratek intimidasi yang dilakukan itu, akibatnya banyak pendudk yang merasa dikejar-kejar dan ketakutan bahkan sampai ada yang jatuh sakit. Berapapun banyaknya ganti rugim yang akan diberikan penduduk tidak akan merimanya. Penduduk telah berbulat hati untuk menyelesaikan masalahnya dengan secara hukum. Kini mereka hanya butuh ketenangan dalam hidupnya yaitu tetap tinggal di kampung halamannya.

Serahkan tanah atau berhenti jadi pegawai Buana Minggu 27 Juni 1982Masalah pembebasan tanah untuk taman wisata candi Borobudur akan menemui jalan buntu, khususnya di pedukuhan Kenayan ini masih terdapat sekitar 103 KK yang ogah pindah. Berapa pun besarnya ganti rugi yang akan diberikan oleh proyek. Di samping itu juga di Ngaran Krajan masih terdapat 32 KK yang juga enggan pindah ke tempat pemukiman baru di Janan. Dengan

32

Jantung Hati Borobudur

demikian dari 380 KK yang ditargetkan pindah sampai sekarang baru berhasil dua pertiga saja. Sebagian besar yang enggan pindah justru didaerah yang padat penduduknya. Bahkan boleh dikata hampir semua rumah disepanjang jalan utama menuju candi tak mau tanahnya digusur. Seperti diberitakan dalam Buana Minggu, 20 Juni 1982, ada 11 orang mencoba mengadukan nasibnya ke Gubernur Jateng, mereka hanya ditemui oleh Soetono. kepala Boro Pemerintahan Pemerintanh Propinsi Jawa Tengah ini meyakinkan agar prnduduk tenang-tenang saja. Belum lagi rasa tidak tenteran itu terobati, tahu-tahu di Kenayan terbetik kabar ada 17 orang mendapat surat perintah agar membongkar rumahnya yang sekarang mereka huni. Kami sangat bingung, rumah rumah mana yang diperintahkan untuk dibongkar itu? Kami menghuni rumah itu sudah bertahun-tahun kalau kami menambahi bangunan rumah itu hanya menambah emperan kiranya kan tidak ada masalah katanya. Hal ini kami lakukan karena kami butuh tempat untuk menempatkan kayu-kayu bakar dan perkakas rumah tangga. Dan lagi kami juga tidak akan kami serahkan kok. katanya lagi . Hal serupa juga dialami oleh Abdhul Patah 50 Th, Ia Merasa kebingungan dengan adanya pelarangan tersebut.Jika kami digusur bagai mana menghidupi keluarga kami, perusahaan kayu ini harus ditutup. Tanah kami digusur. Kami juga sudah banyak berkorban untuk Taman wisata candi Borobudur dengan tanah seluas 7400 m2. Untuk ini kami diberi ganti rugi berapapun kami tetap tidak akan kami jual. Soalnya kami mengemban amanat dari orang tua kami agar tanah warisan ini jangan dijual katanya. Lebih menyedihkan adalah nasib yang menimpa 4 orang yang kebetulan mendapat nafkah dari mengabdi

kepada negara. Oleh oknum atasanya mereka disuruh memilih berhenti menjadi pegawai negeri atau menyerahkan tanahnya kepada taman wisata candi Borobudur. Tanggal 15 Juni yang lalu merupakan batas waktu untuk memberikan jawaban. Seorang pemuda yang ditemui sedang memperbaiki andhong. Ia justru menyampaikan kejanggalan informasi yang diperoleh, Seperti harga tanah untuk tanah kelas satu dihargai Rp 7500,- untuk kelas dua Rp 6000,-. Sedangkan diprambanan harga tanah ke;as satu mencapai Rp 35 000,- per meter. Ini saya tidak tahu kebenarannya, dan saya tidak berkeinginan untuk mencari tahu karena saya tidak akan menjual tanah itu, katanya. Alasan terbanyak pendudk tidak mau pindah, karena soal penghidupan. Sebagian terbesar memperoleh nafkah di tempat tinggalnya dengan berdagang seperti membuka usaha toko, berjualan, warung makan, bengkel, dsb. Lagi pula jika kalau mereka pindah nanti belum tentu akan mendapat tempat yang sama. belum lagi uang ganti ruginya yang jelas tidak akan cukup untuk dipergunakan untuk membeli tanah maupun untuk membangun kembali rumahnya.

SAPTO HOEDOYO Masyarakat Kecil Supaya Diajak Menghidupkan Taman Wisata Borobudur Kedaulatan Rakyat Kamis Pon 1 Juli 1982Sapto Hoedoyo Seniman Yogya berpendapat, pembangunan Taman Wisata candi Borobudur hendaknya menunjang kelestarian pertunjukan kesenian tradisional setempat sesuai dengan aslinya Pertunjukan yang disuguhkan jangan dipotong waktunya dan jangan sekalikali mengambil kesenian dari tempat lain dengan dialih untuk menarik wisatawan. Hal ini dikatakan dalam percakapannya dengan Wartawan KR di Art Gallerynya. Ia menilai pembangunan Taman wisata tersebut

Jantung Hati Borobudur

33

34

Jantung Hati Borobudur

Jantung Hati Borobudur

35

sebagai suatu kemajuan proyek bidang kepariwisataan Sukses atau tidaknya kegiatan ini perlu disurvai dan ditangani sebaik-baiknya. Seniman kelahiran Solo yang bertahun-tahun berada di negeri barat itu juga berpendapat agar masyarakat kecil diikutkan dalam pembangunan seni budaya untuk mencegah terjadinya jurang pemisah antara orang atas dengan orang kecil. Ia menyatakan, banyak menerima keluhan dari kalangan seniman yang merasa tidak dihargai masayarakat. Menurutnya hal itu disebabkan masyarakat kecil jarang melihat pameran sementara yang seniman tidak pernah berpaling terhadap usaha perjuangannya. Sapto Hoedoyo sangat menaruh perhatian terhadap nasib masyarakat di sekitar candi Borobudur yang tanahnya terkena pembebasan. Agar bisa menikmati hasil pembangunan tersebut, Ia berharap agar masyarakat yang terpaksa pindah diberi kegiatan seperti membuat caping. Produknya perlu dibeli pemerintah agar pemasaranya lancar. Saya pernah mengusulkan agar setiap pengunjung candi Borobudur diberi sebuah caping sebagai karcis /tanda masuk sehingga kelangsungan hidup pengrajin ini terjamin. Kekhawatiran akan dampak masalah pembebasan tanah tersebut sangat dirasakan oleh sebagian besar penduduk, Termasuk kekhawatiran terhadap pelayanan administrasi Desa seperti KTP, atau keperluan lain yang juga sering ditanyakan oleh Kepala Desa.Seperti yang dikatakan oleh pedagang es di parkir candi Borobudur.

Tengah yang berlangsung di rumah makan Bukit Dagi Borobudur, Pada hari Minggu Wage , 1 Agustus 1982. Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua PWI Harmoko, Dirjen PPG Suwarno, Dirjen Agraria Daryono dan Dirjen Pariwisata Joop Ave. Pembangunan Taman wisata candi Borobudur dimasudkan untuk menjawab pertanyaan sesudah candi Borobudur ini selesai dipugar lalu bagai mana? Hal ini diungkapkan oleh H.Boediardjo, Direktur Utama PT Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan. Menurut rencana pemugaran ini akan selesai pada bulan Oktober ini, selanjutnya direncanakan mengadakan upacara besar-besaran untuk menandai selesainya pekerjaan pemugaran candi Borobudur, Dan pembangunan Taman wisata candi Borobudur ini adalah untuk menempatkan munumen milik bangsa itu pada Seting yang sesuai dengan kebesaran munumen tersebut. Pengunjung candi Borobudur ini sekarang sudah meningkat terus, Diperkirakan di tahun 2000 nanti pengunjung sudah akan memadati lorong-lorong yang ada di candi itu. Ini bisa membahayakan bangunan candi itu sendiri Kata Boedihardjo . Karenanya pembangunan Taman wisata candi Borobudur dimaksudkan agar bisa mengatur pengunjung untuk tidak naik candi semua dalam waktu yang bersamaan. Juga adanya Taman bisa menjadikan pengunjung terpencar, memilih jalan dari mana hendak naik candi Borobudur. Juga di kemudian hari naik candi harus dilakukan secara terpimpin, oleh pemandu yang terpercaya. Penjelasan ini disampaikan oleh Boedihardjo dalam pertemuan dengan pemimpin Redaksi Surat Kabar dan Ketua PWI se Jawa Tengah hari Minggu dilingkungan candi Borobudur. Dijelaskan selanjutnya, Taman itu akan dilengkapi dengan Museum dan pusat Studi mengenai kepurbakalaan. Dengan begitu,Borobudur bukan saja akan menarik bagi wisatawan, tetapi juga menarik dari

Tapurnas Borobudur akan menjadi pusat pengembangan wilayah. Suara Merdeka Senin Kliwon 2 Agustus 1982Pertemuan hati ke hati antara Dirut PT Taman wisata candi Borobudur dan Prambanan yang didampingi oleh Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Rustam Dengan para Pemimpin Redaksi dan Ketua PWI Jawa

36

Jantung Hati Borobudur

berbagai sisi.

Ratusan kios sekitar candi Borobudur dipindahkan Sinar Harapan 27 Agustus 1982Mendengar selesainya pemugaran candi Borobudur yang menurut rencana akan diresmikan Presiden Soeharto awal Maret 1983. Sedikitnya 180 pemilik kios dan Warung makan disekitar candi Borobudur, telah siap dipindahkan ke tempat yang baru, beberapa ratus meter dari tempat yang lama. Para pemilik kios tersebut, yang hampir 85 % terdiri dari kios kerajinan ( Sauvenier ), Dewasa ini tidak lagi menambah daganganya agar pemindahan dapat dilakukan lebih cepat dan ringan. Deretan kios-kios sebelah barat parkir Beberapa pedagang tersebut menggapi soal pemindahan tersebut sebetulnya sangat berat, dan akan menghabtan laju usaha dagang mereka. Namun hal tersebut sudah merupakan kesepakatan bersama dalam pertemuan para pemilik kios dan warung dengan Bupati Magelang Supardi di Gedung Handicraf Display Centre akhir juni lalu . Dilokasi ini ( lokasi lama red ) kami sudah memperoleh pendapatan yang cukup untuk kebutuhan keluarga. ya nggak tahu nanti dilokasi baru katanya dengan nada pasrah. Pedagang lain menimpali, bahwa, lokasi yang baru yang telah ditunjuk di Kaliabon dan Janan sebelah timur. Ditempat tersebut saat inin sadang dikerjakan calon lokasi pedagang. Dari 180 pengusaha sauvenier dan warung makan diperkirakan ada 100 diantaranya akan ditempatkan dilokasi tersebut. Menurut sumber yang tidak mau disebut namanya mengatakan, bahwa sebelumnya seluruh pedagang baik yang ada di tepi jalan masuk ke candi Borobudur maupun di trotoar parkir wisata itu ada sejumlah 180

pedagang. waktu dikumpulkan di Gedung Handicraf Display Centre akahir Juni kemarin para pedagang diberi pilihan anatara lain Mau ikut PT Taman Wisata atau ikut menginduk pada Pemda Tk II Magelang? Kalau ikut PT Taman wisata sementara akan ditampung di sebelah timur parkir yang disebut kios Kriya , di lokasi tersebut akan dibangun 130 kios. Sedangkan yang ikut meninduk pada Pemda Tk II Magelang akan ditempatkan di belakang tempat parkir. tempat itu cukup bagus sudah dilengkapi dengan listrik dan air bersih.. Tempat ini memang sangat strategis untuk jualan apa saja menurut seorang pedagang yang sedang mulai mengkemasi barang daganganya, Kami masih tetap ingin membantu keramaian dan sukseskan taman wisata disekitar Borobudur, Namun kami juga minta, supaya sewakios yang dibuatkan nanti sewanya dapat ditekan lebih rendah, dan dapat diangusur komentar sementara pemilik kios yang akan dipindahkan. Mereka umumnya memperbincangkan tarif kios yang berukuran 3x2 meter yang harganya Rp 200,000 dan harus dibayar kontan. Sekaligus kios tersebut menjadi hak milik yang hanya dibebani sewa tanah, retribusi dan pajak pembangunan 1 kepada Pemda, namun pembayaran kontan tersebut tetap saja merupakan beban yang cukup berat kalau harga tersebut masih bisa ditawar, setidaknya diangsur secara bertahap bisa mngurangi perasaan berat untuk dipindahkan. Pemilik kios sauvenir dan warung makan umumnya membenarkan pemindahan lokasi akan dimulai akhir Agustus mendatang. Namun itupun belum jelas, apakah pedagang lesehan yang tidak memiliki tepat seperti warung atau kios seperti ini juga akan digusur. Ia mencontohkan seperti yang berjualan buah-buahan atau Es campur justru mempertanyakan bagimana untuk kami, kami ini orang Borobudur asli dan kami berjualan sudah puluhan tahun sejak dari tempat parkir berada di Pereng sampai disini kata Ibu yang berusia 45 tahun, sambil menunjukan barang

Jantung Hati Borobudur

37

dagangannya. Menurut sebuah sumber di Pemda Kab Magelang, bahwa kios kios yang akan dibangun untuk mpara pedagang disekitar Kaliabon dan Janan tersebut terbuat dari kayu dan dinding dari triplek serta lantai semen, tanpa pintu hanya disekat-sekat saja. Nanti untuk m