Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

15
Nama : Muhammad Fikri Nugroho NPM : 150510120127 Pengaturan Pola Tanam Pada Berbagai Agroekosistem A. Penyatuan Pola Tanam Di Sawah Irigasi Penciri utama ekosistem lahan sawah irigasi adalah potensi air irigasi > 5 Bulan, ketersediaan air tidak bergantung pada curah hujan dan elevasi < 700 Mdpl. Dengan mengetahui potensi dan kendala lahan, berbagai pola tanam dapat dikembangkan, yang diselaraskan pula dengan karakteristik tanaman yang akan di rancang dalam pola tanam. Ke dalam pola tanam berbasis padi perlu pertimbangan hal hal yaitu : 1. Pengembangan varietas tanaman semusim yang biasa ditanam di lahan kering setelah padi sesuai lingkungannya. 2. Pengembangan varietas yang berumur pendek setelah padi. 3. Modifikasi budidaya padi secara sederhana. 4. Modifikasi budidaya padi untuk memberi kesempatan komoditas lain untuk dikembangkan. Umumnya pada lahan sawah ditanami padi, drainase kurang baik, sehingga palawija keruang berkembang sempurna dan perlu pemulihan untuk mendapatkan varietas yang cocok lingkungan. Masalah komoditas yang dikembangkan sebelum padi akan mengalami hal hal : Peluang terjadinya cekaman air pada awal musim. Kelebihan air pada saat fase pematangan. Diperlukan periode pertumbuhan yang singkat.

description

Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

Transcript of Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

Page 1: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

Nama : Muhammad Fikri Nugroho

NPM : 150510120127

Pengaturan Pola Tanam Pada Berbagai Agroekosistem

A. Penyatuan Pola Tanam Di Sawah Irigasi

Penciri utama ekosistem lahan sawah irigasi adalah potensi air irigasi > 5 Bulan,

ketersediaan air tidak bergantung pada curah hujan dan elevasi < 700 Mdpl. Dengan

mengetahui potensi dan kendala lahan, berbagai pola tanam dapat dikembangkan, yang

diselaraskan pula dengan karakteristik tanaman yang akan di rancang dalam pola tanam. Ke

dalam pola tanam berbasis padi perlu pertimbangan hal hal yaitu :

1. Pengembangan varietas tanaman semusim yang biasa ditanam di lahan kering setelah

padi sesuai lingkungannya.

2. Pengembangan varietas yang berumur pendek setelah padi.

3. Modifikasi budidaya padi secara sederhana.

4. Modifikasi budidaya padi untuk memberi kesempatan komoditas lain untuk

dikembangkan.

Umumnya pada lahan sawah ditanami padi, drainase kurang baik, sehingga palawija

keruang berkembang sempurna dan perlu pemulihan untuk mendapatkan varietas yang cocok

lingkungan. Masalah komoditas yang dikembangkan sebelum padi akan mengalami hal hal :

Peluang terjadinya cekaman air pada awal musim.

Kelebihan air pada saat fase pematangan.

Diperlukan periode pertumbuhan yang singkat.

Jenis komoditas yang disarankan seperti jagung muda ( Baby Corn ), kacang-kacangan

yang dipungut muda ( Green Soybean ).

Melaksanakan Budidaya Komoditas Setelah Padi Di Sawah

Kesulitan melaksanakan budidaya komoditas setelah padi sawah adalah konversi lahan

ke dalam lahan dengan keadaan tanah yang mempunyai aerasi baik, cocok untuk tanaman

palawija, terutama apabila tekstur tanah berat. Mengatasinya adalah dengan cara pengeringan

dan pembasahan secara terputus-putus dan proses tersebut hanya dapat dilakukan jika suplai

penyinaran dan kelembapan tersedia dari curah hujan atau irigasi. Mencegah penguapan yang

Page 2: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

dapat mempercepat kehilangan pada lahan sawah bekas padi dilaksanakan tanpa olah tanah

(Zero Tillage) dengan cara :

Tanah didrainase sebelum panen padi, pada saat panen jerami di potong sampai ke

bawah sekali.

Buat saluran drainase yang dangkal untuk mencegah banjir, segera tanam palawija

setelah panen padi.

Benih tersebut ditugal disebelah tunggul jerami.

Keberhasilan Pola Tanam Di Ekosistem Sawah

Ditentukan oleh 3 faktor yaitu :

1. Ketersediaan air,

Sawah dengan pola tanam padi-padi sepanjang tahun membutuhkan air lebih banyak.

Pertanaman padi sawah membutuhkan air sebanyak 200 mm/bulan. Palawija 10 mm/bulan

yang dapat dipenuhi dengan curah hujan atau irigasi. Apabila air irigasi cukup tersedia, petani

cenderung menanam padi terus menerus. Beberapa daerah, kebutuhan air sebesar itu untuk

lahan sawah tiak terpenuhi sepanjang tahun, demikian pula untuk daerah daerah yang

irigasinya terbatas.

2. Tekstur dan Topografi Tanah

Tekstur berperan dalam kapasitas tanah memegang air. Pada tekstur ringan kapasitas

memegang air rendah sehingga sisa air di dalam tanah cepat berkurang dan tanaman yang

diusahakan cepat kering. Tanah bertekstur ringan konversi lahan sawah yang berlumpur

menyebabkan aerasi baik dan lebih mudah diolah dan dibajak. Tanah bertekstur berat dengan

kandungan liat yang tinggi sulit dikonversi ke lahan beraerasi baik namun kapasitas

memegang airnya lebih banyak sehingga sisa kelembapan dalam tanah dapat menopang

tanaman tanaman lain seperti palawija dalam waktu yang lebih lama.

3. Keadaan Pasar

Permintaan pasar terhadap produk produk tersebut bergantung pada 2 faktor yaitu :

Dapat disimpan lama.

Volume pasar.

Page 3: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

Produk yang mudah disimpan lama lebh mudah dipasarkan. Food Crops yang biasa

digunakan keluarga memiliki volume pasar yang besar terutama apabila lebih dekat ke pusat

pasar, termasuk usaha tani Grain Crops.

Beberapa Pola Tanam Alternatif Di Lahan Sawah Irigasi Berdasarkan Ketersediaan

Air.

a) Lahan Sawah Irigasi 10-12 Bulan.

Padi-Padi-Padi

Pola ini hanya dianjurkan pad alahan yang sulit diatur drainasenya. Sehingga tanahnya

selalu berlumpur. Dianjurkan pengembalian sisa tanaman sebagai bahan organik.

b) Masa Bertanam > 9 Bulan.

Tanaman/varietas yang berumur sedang, potensi produksi tinggi, dan nilai ekonomi

tinggi.

c) Masa Bertanam 6-9 Bulan.

Tanaman/varietas yang berumur pendek, potensi produksi sedang sampai tinggi dan

tahan kering.

d) Masa Bertanam 4-6 Bulan.

Tanaman/varietas sedang dan nilai ekonomi tinggi.

e) Masa Bertanaman 4 Bulan

Tanaman/varietas berumur pendek dan tahan kering serta menggunakan teknil alley

cropping ( tanam lorong ).

B. Pola Tanam Di Sawah Tadah Hujan.

Dicirikan dengan potensi irigasi < 5 Bulan, ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh

curah hujan dan elevasi < 700 Mdpl. Pengaturan pola tanam disawah tadah hujan meliputi 3

komponen utama yaitu :

1. Pemilihan jenis tanaman yang paling sesuai dan menguntungkan.

2. Peningkatan frekuensi pertanaman.

Page 4: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

3. Penyempurnaan pergiliran tanaman.

Peningkatan Frekuensi Pertanaman Yang Optimal Pada Setiap Tipe Iklim

Frekuensi pertanaman yang optimal yaitu banyaknya pertanaman yang dapat diusahakan

pada sebidang lahan dalam setahun tanpa adanya resiko kegagalan. Tujuannya untuk

memperkecil masa bera yang merugikan, karena menyia-nyiakan sumberdaya dari waktu

yang tersedia selama pada lahan tidak adanya hama dan penyakit polifag. Frekuensi

pertanaman banyak dipengaruhi oleh : 1. Umur tanaman 2. Cara dan waktu pengolahan. 3.

Jenis ekosistem yang bersangkutan. Sementara faktor utama frekuensi pertanaman adalah

pola curah hujan yang stabil.

Penyempurnaan Pergiliran Tanaman

Pergiliran tanaman pilihan yang ideal dan tepat waktu sehingga menjamin keselamatan

tanaman, produksi serta kelestarian sumberdaya. Menentukan jenis tanaman dan waktu tanam

yang paling cocok pada kondisi setempat menggunakan metode “ tarik giring “ ( Abdulhay

dan Sulaeman, 1984 ).

Menentukan Waktu Tanam Yang Relatif Tepat Berdasarkan Formula “ Wickham “

Langkah – langkah persiapan untuk menemukan waktu tanam :

1. Rata rata curah hujan per dekade dan per bulan untuk jangka waktu 10-30 tahun dari

lokasi yang dikembangkan pada pola tanam dengan memasukkan gogorancah.

2. Varietas padi yang akan ditanam beserta umur tanaman tersebut.

3. Lamanya di persemaian apabila padi tersebut disemaikan dulu untuk padi sawah

biasa.

4. Grafik rata rata curah hujan per dekade dan per bulan dalam jangka 1 tahun.

Beberapa Pola Tanam Alternatif Di Lahan Sawah Tadah Hujan Berdasarkan

Ketersediaan Air.

a) Masa tanam > 9 Bulan

Tanaman/varietas berumur sedang, potensi produksi tinggi dan nilai ekonomi tinggi.

b) Masa tanam 6-9 Bulan

Tanaman/varietas berumur pendek dan tahan kering.

Page 5: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

c) Masa tanam 4-6 Bulan

Tanaman/varietas berumur sedang dan bernilai ekonomi tinggi.

d) Masa tanam 4 Bulan

Tanaman/varietas umur pendek dan tahan kering dimantapkan dengan alley cropping.

C. Pola Tanam Di Lahan Kering

Lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara

terbatas dan biasanya hanya mengandalkan dari curah hujan. Memiliki kondisi agroekosistem

yang beragam, umumnya berlereng dengan kemantapan lahan yang lebih labil terutama bila

pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konversi lahan. Lahan kering dibedakan

menjadi lahan kering beriklim basah ( Dryland-Wetclimate ) dengan karakteristik curah hujan

> 2000 mm/th, masa bertanam > 6 bulan dan elevasi < 700 Mdpl. Dan lahan kering beriklim

kering ( Dryland-Dryclimate ) dengan karakteristik curah hujan < 2000 mm/th, masa

bertanam < 6 Bulan dan elevasi < 700 Mdpl. “ Annual upland crops “ adalah tanaman

semusim di lahan keriing yang siklus hidupnya kurang dari 12 bulan dan tanaman segera mati

setelah buahnya dipanen. Yang termasuk “Annual upland crops “ :

1) Grain Crops : Produk biji-bijian yang memiliki nilai ekonomis dalam bentuk biji

kering.

: Sereal ( Jagung, Gandum, Sorghum )

: Legum ( Kacang hijau, kedelai, kacang tanah )

2) Vegetable Crops : Produk sayuran yang memiliki nilai ekonomis dalam bentuk

succulent. Budidayanya memerlukan biaya dan keuntungan lebih tinggi.

: Tomat, Kubis, Cowpeas

3) Root Crops : Produk yang memiliki nilai ekonomis dalam bentuk akar dibudidayakan

dalam kisaran lingkungan yang cukup luas dan bervariasi hasilnya dan keuntungan

yang beragam.

: Ubi jalar, Ubi kayu.

Page 6: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

4) Non Food Crops : Hasil yang bernilai ekonomis bukan bagian yang dapat dimakan

melainkan bagian tanaman yang digunakan untuk keperluan industri.

: Tembakau, Kapas.

3 Syarat varietas atau kultivar untuk meningkatkan intensitas tanaman : 1. Umur pendek. 2.

Toleran kekeringan. 3. Toleran naungan.

Pola Tanam Di Lahan Kering

Beberapa pola tanam yang penting di lahan kering dapat diklasifikasikan ke dalam 2

kelompok :

1. Dengan menggunakan tanaman semusim yang cepat matang/umur pendek.

2. Dengan menggunakan tanaman semusim yang lambat matang ( umur panjang ).

Pola tanam dengan melibatkan tanaman yang berumur panjang dapat dibedakan dalam 2

hal yaitu :

1. Intercropping : tanaman semusim yang berumur pendek

2. Intercropping : tanaman semusim yang berumur panjang

3 faktor penting yang menentukan penyusunan pola tanam di lahan kering yaitu : 1.

Curah hujan. 2. Karakteristik tanah. 3. Permintaan pasar.

Beberapa Pola Tanam Alternatif di Lahan Kering Berdasarkan Ketersediaan Air

Lahan Kering

A. Masa Bertanam > 9 bulan

Tumpangsari padi gogo + jagung + kacang-kacangan – kacang-kacangan

Tumpangsari padi gogo + jagung + kacang-kacangan – tumpangsari jagung +

kacang-kacangan

Tanaman berumur sedang, potensi produksi tinggi, dan nilai ekonomi tinggi.

B. Masa bertanam 6-9 bulan

Tumpangsari padi gogo + jagung – alley cropping ubikayu – kacang-kacangan

Tumpangsari padi gogo + jagung + kacang-kacangan

Tanaman/varietas berumur pendek, dan toleran kekeringan

Page 7: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

C. Masa bertanam 4-6 bulan

Tumpangsari padi gogo + jagung – alley croopping ubikayu (rapat)

Tumpangsari padi gogo + jagung – tumpangsari kacang-kacangan + jagung

Tanaman/varietas berumur pendek, dan toleran kekeringan.

D. Masa bertanam < 4 bulan

Tumpang sari padi gogo – jagung

Padi gogo – palawija

Tanaman/varietas berumur pendek dan tanah kering serta menggunakan teknik alley

cropping.

1.4 Pola Tanam di Dataran Tinggi

Lahan dataran tinggi (hilly land) atau high attitude area, atau daerah hulu, memiliki

berbagai karakteristik sebagai berikut:

Topografi berbukit bergelombang

Elevasi > 700 mdpl

Didominasi kemiringan > 15%

Areal cukup luas (di Indonesia) 151.889.000 ha

Produktivitas lahan masih dapat ditingkatkan dengan menyerap tenaga kerja

Standar hidup rendah dibandingkan petani dataran rendah

Memiliki potensi penurunan produktivitas bila salah mengelola

Pencegahan di dataran tinggi, perlu menyertakan prinsip-prinsip konservasi pencegahan

terhadap erosi, faktor peningkat erosi:

- Dengan bertambah curam lereng

- Seringnya pengolahan lahan

- Intensif penanaman

- Seringnya hujan

Menyebabkan:

- Berkurangnya ukuran partikel-partikel tanah

- Berkurang tajuk-tajuk penutupan tanah

Page 8: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

Pemilihan pola tanam pada ekosistem harus mampu menekan erosi sekecil mungkin. Hal ini

dapat ditempuh melaui:

- Intercropping – tanah tertutup sepanjang tahun

- Relay cropping – sisa-sisa tanaman untuk mulsa

Pengaturan Pola Tanam

Pola tanam di dataran tingggi diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Melibatkan tanaman tahunan (perennial crops)

2. Melibatkan tanaman tahunan + semusim

3. Melibatkan tanamansemusim saja (annual crops)

Perennial Crops (Tanaman Tahunan)

Sangat baik untuk konservasi tanah, sebab :

- Siklus hidup panjang

- Memerlukan budidaya minimum

- Memiliki kanopi lebat untuk menutup tanah

a. Jenis tanaman yang dianjurkan yaitu pohon buah-buahan dan industry

Pada saat tanama masih muda dan kecil, penutupan tanah oleh kanopi belum

mencukupi, sehingga harus dikelola untuk mencegah erosi memalui 3 cara:

1) Pengelolahan tanah minimum

2) Tanami dengan cover crops (penutup tanah)

3) Alternative lain dengan “fast maturing annuals”

Setelah tanaman buah-buahan berkembang penuh, dapat ditanami dengan tanaman

rlukan naungan seperti: coklat, kopi. Tanaman tersebut merangsang keseimbangan

ekologi karena:

- Berpengaruh terhadap hama penyakit

- Memperkecil erosi

- Mempetahankan retensi air di dalam tanah

Keuntungan lain dari taanman buah-buahan:

- Beberapa tanaman secara ekologi beradaptasi dengan dataran tinggi

Page 9: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

- Menghasilkan secara regular dengan satu kali tanam

- naga kerja dari keluarga petani

- Produk dapat langsung diproduksi

- Lebih menguntungkan secara ekonomi

b. Selain tanaman buah-buahan dapat pula menggunakan tanaman industi yang memiliki

nilai ekonomi, untuk diambil haislnya dalam bentuk: kayu, bubur kayu, tiang-tiang,

bahan bakar, dan sebagainya.

Menggunakan Tanaman Tahunan + Semusim (perennial + annual interculture)

Tanaman ini dapat meminimalkan kompetisi, meningkatkan komplementer. Karakteristik

tanaman tahunan:

- Pertumbuhan lambat

- Sejak tanam dampai panen, waktunya panjang

- Satu kali tanam panen berkali-kali

- Tanah sedikit diolah dan erosi diperkecil

Menggunakan Tanaman Semusim (annual crops)

Dengan meningkatnya jumlah penduduk, terjadi fragmentasi dari pengelolaan area,

sehingga penanaman semusis di dataran tinggi meyebabkan kekurangan konservasi tanah.

Kejadian itu terjadi karena:

a. Produktivitas, untuk serelia dan root crops merpakan bahan makanan utama untuk

petani pada umumnya di Asia dan lebih tinggi dibanding perennial crops.

b. Potensial dari tanaman-tanaman semusim mampu mengabsorbsi tenaga kerja lebih

banyak dari pada perennial crops.

c. Dengan siklus hidup pendek dari annual, sehingga dapat diusahakan beberapa kali.

1.5 Pola Tanam di Lahan Pasang Surut

Pemanfaatan lahan pasang surut untuk pertanian merupakan pilihan yang strategis untuk

mengimbangi penciutan lahan produktif di Jawa akibat alih fungsi sektor non pertanian.

Lahan rawa yang telah dibuka untuk pertanian mencapai 2,40 juta ha, 1,50 juta ha di

Kalimantan dan 0,90 ha di Sumatera. Pengembangan lahan raawa memerlukan perencanaan,

Page 10: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

pengelolaan, dan pemanfaatan yang tepat serta penerapan teknologi yang sesuai, terutana

penglolaan tanah dan air.

Budidaya

a. Jenis tanam dan varietas

Komoditas utama yang dapat dibudidayakan di daerah pasang surut adalah tanaman

pangan, kelapa, rambutan, dan jeruk.

b. Pengolahan tanah dan pemupukan

Kanalisasi : Untuk tanah-tanah yang tergenang air, maka dibuat tabukan yang

dihubungkan dengan kanal-kanal tersebut, sehingga air asamnya terbuang.

Pembuatan tabukan : Untuk tanah yang airnya tidak dalam, pengolahan tnaah masih

dilakukan secara tradisional (contoh : pencangkulan)

c. Proteksi tanaman

Hama

Orong-orong (Gryllotalpa africana)

Tikus sawah

Penggerek batang

Walang sangit

Binatang liar

Penyakit

Keracunan besi

Keracunan alumunium

Penanganannya :

Pada saat ersemaian kering diberikan furadan 3G dengan dosis 1 kg/ha

Sanitasi, gropyokan, rodentisida

Penanaman pola tanam yang tepat

d. Alat-alat pertanian

Tajak : membabat rumput di daerah sawah yangbasah

Kait : mengaitkan hasil babatan rumput lalu ditumpuk menjadi satu.

Golok

Cangkul

Bajak

Page 11: Sistem Pertanian Berkelanjutan 13

Traktor

e. Sistim pengairan

- Sistem kanalisasi

- Sistem surjan

f. Pola tanam lahan pasang surut dan lebak (surjan dan bukan surjan)

Lahan rawa pasang surut bukan surjan

Padi sawah – padi sawah – bera

Padi sawah – padi sawah – palawija

Lahan pasang surut dengan surjan

Bagian tabukan : padi sawah- padi sawah – palawija

Bagian guludan : - palawija – palawija – palawija atau padi gogo – palawija –

palawija

Lahan rawa lebak

Padi sawah(air dalam) – padi sawah (air dalam) – bera

Padi sawah (air dalam) – padi sawah (air dalam) – palawija.