Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN.docx

6
Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN Usia harapan hidup penduduk Indonesia menurut WHO berkisar rata- rata 66,4 tahun. Angka ini jauh berada lebih rendah daripada angka harapan hidup Negara Vietnam rata-rata 69,6 tahun, Filipina rata-rata 68,3 tahun, Malaysia rata-rata 72 tahun, dan Singapura rata-rata 79,6 tahun. Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia berjumlah 230 per 100 ribu kelahiran hidup, Vietnam 130, Filipina 200, Malaysia 41, Singapura 15. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia berjumlah 39 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 31, Filipina 28, Malaysia 8, Singapura 3. Rendahnya angka harapan hidup ini menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH disebabkan ketidakjelasan arah reformasi sistem pelayanan kesehatan primer. “Data kesehatan global menunjukkan bahwa semakin baik sistem pelayanan kesehatan primer (pertama) semakin baik status kesehatan masyarakatnya serta semakin efisien pelayanannya,” ujar Nugroho Wiyadi, Jumat (23/3) di Ruang PBL, Gedung Radiputro FK UGM dalam sosialisasi kegiatan Konferensi dan Pertemuan Ilmiah Nasional yang membahas Refinement Arah Reformasi Sistem Pelayanan Kesehatan Primer dan Pengembangan Profesi Dokter Praktek Umum, Dokter Layanan Primer dan Dokter Keluarga, dilaksanakan pada 29- 30 Maret 2007. Kata Nugroho, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak sesuai standar, dan sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti resistensi obat akibat pemakaian obat antibiotik. Pemahaman masyarakat yang lemah tentang sistem pelayanan kesehatan primer (puskesmas/Dokter Praktek Umum) dan sekunder (Rumah Sakit), mengakibatkan mereka tidak mengikuti sistem rujukan yang ada. “Masyarakat pada kelas ekonomi lemah cenderung memilih pelayanan kesehatan yang paling dekat dan murah, tidak peduli apakah petugas yang dia mintai pertolongan tersebut memiliki kewenangan dan kompetensi yang memadai. Sedangkan

Transcript of Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN.docx

Page 1: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN.docx

Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN

Usia harapan hidup penduduk Indonesia menurut WHO berkisar rata-rata 66,4 tahun. Angka ini jauh berada lebih rendah daripada angka harapan hidup Negara Vietnam rata-rata 69,6 tahun, Filipina rata-rata 68,3 tahun, Malaysia rata-rata 72 tahun, dan Singapura rata-rata 79,6 tahun. Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia berjumlah 230 per 100 ribu kelahiran hidup, Vietnam 130, Filipina 200, Malaysia 41, Singapura 15. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia berjumlah 39 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 31, Filipina 28, Malaysia 8, Singapura 3.

Rendahnya angka harapan hidup ini menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH disebabkan ketidakjelasan arah reformasi sistem pelayanan kesehatan primer.

“Data kesehatan global menunjukkan bahwa semakin baik sistem pelayanan kesehatan primer (pertama) semakin baik status kesehatan masyarakatnya serta semakin efisien pelayanannya,” ujar Nugroho Wiyadi, Jumat (23/3) di Ruang PBL, Gedung Radiputro FK UGM dalam sosialisasi kegiatan Konferensi dan Pertemuan Ilmiah Nasional yang membahas Refinement Arah Reformasi Sistem Pelayanan Kesehatan Primer dan Pengembangan Profesi Dokter Praktek Umum, Dokter Layanan Primer dan Dokter Keluarga, dilaksanakan pada 29-30 Maret 2007.

Kata Nugroho, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak sesuai standar, dan sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti resistensi obat akibat pemakaian obat antibiotik.

Pemahaman masyarakat yang lemah tentang sistem pelayanan kesehatan primer (puskesmas/Dokter Praktek Umum) dan sekunder (Rumah Sakit), mengakibatkan mereka tidak mengikuti sistem rujukan yang ada. “Masyarakat pada kelas ekonomi lemah cenderung memilih pelayanan kesehatan yang paling dekat dan murah, tidak peduli apakah petugas yang dia mintai pertolongan tersebut memiliki kewenangan dan kompetensi yang memadai. Sedangkan masyarakat pada kelas ekonomi menengah ke atas cenderung langsung memeriksa diri ke dokter spesialis dengan berbagai risiko ketidaktepatan pemilihan jenis dokter spesialis yang dipilihnya,” papar Nugroho.

Nugroho menambahkan, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui penyediaan pelayanan yang bermutu, “Sejak tahun 2001 Indonesia telah menerapkan kebijakan desentralisasi kesehatan. Fokus dari kebijakan desentralisasi kesehatan tersebut lebih ke arah perubahan kewenangan dan kelembagaan, yang dalam sistem pelayanan kesehatan primer dimanisfestasikan adanya semi otonomi pengelolaan puskesmas, yang sayangnya belum menyentuh reformasi sistem pelayanan primernya itu sendiri,” kata Nugroho. (Humas UGM)

Page 2: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN.docx

Pengusaha Amerika Chek Up Kesehatan ke IndonesiaJumat, 18 November 2011 | 8:19

Rumah Sakit Siloam

Berita Terkait

Deteksi Kanker Sejak Dini LPKR Tambah Jaringan RS Ke-8 di Makassar RS Siloam International Akan Dibangun di Kupang LPKR Beli RS di Jambi US$ 18 Juta

[JAKARTA] Imej mutu pelayanan kesehatan di Indonesia yang buruk ternyata tidak selalu benar. Kunjungan pengusaha top sekelas Richard Edward Dick Whitnell ke Indonesia khusus untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau medical check up, setidaknya menunjukan bahwa mutu pengobatan di Indonesia sudah melangkah maju dan diminati orang asing.

Pemegang saham Hyundai dan Dogde di Amerika Serikat itu melakukan pemeriksaan kesehatan lengkap selama tiga hari (15-17 November) di Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta. Termasuk juga pemeriksaan dengan CT-Scan dan PET CT untuk skrining.  Dick adalah orang asing pertama yang khusus datang ke Indonesia untuk melakukan medical check up di MRCCC Siloam.

“Di sini saya merasa sangat nyaman karena diperlakukan spesial, tim dokter yang  ramah, alat-alatnyajuga canggih tetapi sangat ekonomis. Ini adalah kunjungan kedua saya ke Jakarta, tetapi kali ini khusus untuk mencoba pelayanan kesehatan di sini,” katanya seusai melakukan pemeriksaan terakhir, Kamis (17/11).

Menurutnya,  dari ukuran medical tourism atau wisata kesehatan, biaya pemeriksaan rutin di MRCCCSiloam jauh lebih murah bila dibandingkan dengan rumah sakit di Amerika Serikat. Padahal dari sisi kualitas, yakni tenaga kesehatan maupun peralatannya,  Indonesia tidak kalah dengan  negara maju.

Di Oregon misalnya biaya pemeriksaan tiga kali lipat lebih mahal, bahkan di Chicago sepuluh

Page 3: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN.docx

kalilipat yakni mencapai  US$ 40.000. Sedangkan di Indonesia sekitar US$ 3.850, sudah termasuk penjemputan di bandara dan hotel. 

“Menurut saya ini hanya masalah imej saja, di negara maju karena rumah sakit tertentu sudah punya nama besar,” katanya menambahkan.

Sesuai konsep medical tourism MRCCC Siloam, selama tiga hari di Jakarta, Dick juga mengunjungi sejumlah tempat wisata di Jakarta, di antaranya  pusat kerajinan tangan, museum, kota tua Batavia dan pelabuhan Sunda Kelapa. Selain alat yang canggih, Dick juga mengagumi spa di Indonesia, yang menurutnya masih kental dengan unsur alam.  Beragam bahan alami seperti rempah-rempah yang berfungsi untuk kesehatan dan kebugaran tubuh membuat spa Indonesia dikenal di negara lain.

Sementara itu, CEO RS MRCCC Siloam Semanggi Hanny Moniaga mengatakan, program medical tourism diselenggarakan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Selain itu membantu pemerintah mengurangi devisa bagi pasien yang berobat atau melakukanpemeriksaan rutin ke luar negeri. Setiap tahunnya diperkirakan sekitar Rp 1,2 triliun devisa negara hilang ke negara tetangga hanya untuk kesehatan. Diperkirakan ada sekitar 600.000 orang Indonesia berobat keluar negeri tiap tahun,  dimana 60% di antaranya adalah etnis Tionghoa dengan negara tujuan Singapura, Tiongkok, Malaysia, Amerika Serikat dan Jerman.

“MRCCC Siloam adalah salah satu rumah sakit yang turut di dalamnya. Medical tourism dapat berlaku bagi masyarakat Indonesia dari semua provinsi untuk berkunjung  ke Jakarta yang kini telah menjadi pusat busana dan kuliner, sekaligus pemeriksaan kesehatan rutin secara cepat dan menyeluruh. Untuk turis internasional, MRCCC yang tergabung dalam Siloam Hospital Group siap mendukung medical tourism,” kata Hanny.

Untuk itu, kata dia, rumah sakit harus memiliki fasilitas dan sumber daya manusia (SDM)yang memadai. MRCCC merupakan rumah sakit pertama yang memiliki sarana diagnostic lengkap,  mulai dari Digital X-Ray, MRI 3 Tesla, MSCT 256 slices, ERCP, Digital Mamografi, dan sarana khusus  yaitu PET/CT, SPECT, dan juga radiotherapy dengan  variant LINAC serta Rapid ARC yang baru pertama di Indonesia.

Selain itu,  menurutnya, medical tourism juga penting untuk mendukung pariwisata Indonesia.  Bila selama ini wisatawan Indonesia yang mengunjungi  negeri tetangga untuk medical tourism, sudah waktunya bangsa ini berupaya menggiatkan medical tourism baik untuk domestik maupun internasional. Kementerian Kesehatan sedang berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata  untuk mengembangkan medical tourism di Indonesia tahun depan.

Ahli bedah MRCCC Siloam dr Triswan Harapan mengatakan,  kunjungan orang asing untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin di Indonesia adalah cambuk , terutama bagi mereka yang secara financial mampu memilih pengobatan yang lebih mahal di lua negeri. Ini bukti kecil bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia sama dengan negara lain di dunia. 

Page 4: Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Terburuk di ASEAN.docx

Tetapi masyarakat  Indonesia sendiri cenderung mengukur mutu pelayanan dari imej yang sudah terbangun. Semua yang berhubungan dengan luar negeri dan mahal dinilai lebih bagus, padahal belum tentu benar. Dengan berkunjungnya masyarakat Indonesia ke luar makin meningkatkan imej pelayanan kesehatan negara lain, sedangkan milik bangsa sendiri akan terpinggirkan.

Kunjungan Dick ini sekaligus menunjukan negara lain sudah melangkah lebih maju dalam hal memandang pentingnya kesehatan. Mereka sudah mengutamakan pencegahan dibanding pengobatan, sehingga berkunjung ke rumah sakit dalam rangka memeriksakan kesehatan rutin,bukan untuk berobat. [D-13]

LEMBAR INFORMASI: Prakarsa Kesehatan Global di Indonesia

19 November 2011

Di bawah Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia, Amerika Serikat berkomitmen untuk mendukung upaya Indonesia dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, memperluas kemitraan antara sektor publik dan swasta, serta meningkatkan kerjasama ilmiah. Dipandu oleh prinsip-prinsip programan dari Prakarsa Kesehatan Global atau Global Health Initiative (GHI), yang merampingkan dan mengutamakan upaya kesehatan di AS, Amerika Serikat dan Indonesia bekerjasama untuk mencapai tiga tujuan utama yang telah menjadi prioritas bersama:

Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) bidang Kesehatan: Amerika Serikat memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia dan masyarakatnya serta upaya masyarakat sipil untuk mengurangi angka kematian anak (MDG 4), meningkatkan kesehatan ibu (MDG 5), dan memerangi penyakit menular seperti seperti HIV / AIDS (MDG 6) pada tahun 2015 melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan tindakan penyelamatan untuk ibu dan bayi serta terhadap penyakit menular.

Memperluas Kemitraan Dalam Penelitian Ilmu Kesehatan: Dalam GHI, Amerika Serikat mendukung peningkatan kapasitas Indonesia untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan dokumen serta menerapkan bukti-bukti dalam rangka memberikan informasi tentang kebijakan dan praktik dalam bidang kesehatan. GHI juga mendukung pengembangan dan penggunaan teknologi inovatif untuk meningkatkan kualitas diagnosis dan pengobatan serta untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

Bermitra dalam Isu-isue Kesehatan Global: Melalui GHI, Amerika Serikat berkomitmen untuk mendukung kepemimpinan Indonesia dalam kesiapan, pencegahan, dan respon terhadap ancaman penyakit menular secara regional maupun global. As juga mendukung kontribusi Indonesia dalam meningkatkan kesiapan dan respon global terhadap penyakit menular.