Sistem Moneter Internasional
-
Upload
aripristiawan -
Category
Documents
-
view
113 -
download
0
Transcript of Sistem Moneter Internasional
MAKALAH
SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
AMINAH12040047
MATA KULIAH : KEUANGAN INTERNASIONAL
JURUSAN EKONOMI MANAJEMENSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
LHOKSEUMAWE2013
BAB IPENDAHULUAN
Dunia saat ini, setelah lenyapnya negara Khilafah Islam & runtuhnya
sosialisme, hidup diatas satu sistem dari aspek ekonomi dan finansial yaitu sistem
ekonomi liberal atau liberalisme pasar, terlebih lagi sistem itu -dari sisi
formalitasnya- terikat dengan lembaga Dana Moneter Internasional (IMF).
Lembaga lain yaitu Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) sedang dalam
perjalanannya untuk mengikat semua negara di dunia. Lembaga-lembaga ini -
IMF, WTO, dan berbagai lembaga keuangan lainnnya seperti berbagai klub
finansial dan lain-lain adalah hasil dari praktek liberalisme ekonomi dengan
segala keburukannya. Mereka menjalankan kaedah: meraih tujuan dengan
menghalalkan segala cara. Mereka membentuk lembaga-lembaga seperti ini untuk
mendapatkan legalitas terhadap seluruh tindakan dan dominasi mereka atas
negara-negara lain di dunia.
Negara-negara penjajah telah memformat kaedah-kaedah dan nilai-nilai
baku yang mereka namakan dengan sistem dan undang-undang. Melalui
instrumen sistem dan perundang-undangan itu mereka mengontrol kehidupan,
perekonomian, dan transaksi moneter internasional sehingga dapat digunakan
untuk menghisap darah berbagai bangsa dan negeri sekaligus merampok
kekayaannya. Untuk mendalami bagaimana modus negara-negara imperialis itu
mengontrol berbagai transaksi moneter global dan mengeksploitasi berbagai
bangsa, maka harus dipaparkan periodisasi perkembangan dalm sistem moneter
internasional.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Sistem Moneter Internasional
Peningkatan nilai tukar (kurs) yang tidak stabil merupakan salah satu
perkembangan utama ekonomi 40 tahun terakhir ini. Dengan sistem yang berlaku
pada saat ini, dimana sebagian nilai tukar mengambang (floating) sebagian tetap
(fixed), laba dari berbagai perusahaan multinasional, bank dan para investor
individual terpengaruh oleh fluktuasi riil dan diatas kertas akibat perubahan dalam
nila tukar. Kebijakan untuk memprediksi terhadap fluktuasi nilaitukar masih
berkembang sejalan dengan tumbuhnya pemahaman atas cara kerja sistem
moneter internasional, makin jelasnya peraturan akuntansi dan perpajakan untuk
untung dan rugi dari transaksi pertukaran valuta asing, dan makin dikenalnya efek
ekonomi perubahan nilai tukar terhadap cash flow dan nilai pasar dimasa depan.
Meskipun nilai tukar yang tidak stabil dapat memperbesar resiko, namun
juga menciptakan berbagai peluang yang menguntungkan bagi perusahaan
maupun investor, bila disertai pemahaman yang cukup atas manajemen resiko
nilai tukar.sistem moneter internasional (SMI) dapat didefinisikan sebagai
perangkat kebijakan, institusi, praktek, peraturan, dan mekanisme yang
menentukan tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang lain.
Sistem moneter internasional sering didefinisikan pula sebagai suatu struktur
dimana mata uang ditentukan, perdagangan internasional dan arus modal
diakomodasian, dan penyesuaian terhadap neraca pembayaran dilakukan.
Termasuk instrumen, institusi dan kesepakatan yang terkait dengan mata uang
dunia dan pasar uang.
2.2 Sejarah sistem moneter internasional
Penentuan awal dimulainya sistem moneter internasional memang terdapat
perbedaan diantara para penulis. Gost, Gulde da Wolf (2002) mengelompokkan
sejarah sistem moneter internasional atas enam periode yaitu:
Periode standar emas (Gold Standard)
Periode dismal (Dismal Period)
Periode standar tukar emas (Gold Exchange Standard)
Periode nasionalisme moneter (Monetary Nasionalism)
Periode sistem Bretton Woods (Bretton Woods Sistem)
Periode Setelah Bretton Woods (Post-Bretton Woods Period)
Namun penulis lain (Copeland, 1989) mengelompokkan berbagai periode
sistem moneter internasional dalam empat periode, yaitu:
Periode standar emas (Gold Standar)
Periode sistem Bretton Woods (Bretton Woods sistem)
Periode setelah Bretton Woods (Post-Bretton Woods Period)
Berikut ini akan dipaparkan periodesasi sistem moneter internasional
menurut Copeland. Pendapat Copeland dipilih karena lebih sederhana dan mudah
dipahami oleh pembaca.
1. Periode standar standar emas, 1870 – 1914
Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai
poundsterling dengan emas. Karena perkembangan industri dan perdagangan
dunia yang berkembang pada abad 19 serta diperkuat dengan ditemukannya
tambang emas di Amerika dan Afrika, maka sistem standar emas dipakai oleh
banyak negara hingga Perang Dunia I. Sistem ini sangat penting bagi sebuah
negara untuk mempertahankan cadangan emas yang cukup untuk mendukung nilai
mata uangnya. Sistem ini juga memiliki efek secara implisit membatasi nilai tukar
dimana masing-masing negara dapat memperluas cadangan uangnya.
Standar emas berfungsi cukup baik sampai meletusnya perang dunia I
mengiterupsi aliran perdagangan dan pergerakan emas secara bebas. Ini
menyebabkan negara-negaradagang utama menghentikan operasi standar emas.
2. Periode sistem Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu
International Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal
dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Sistem kurs valuta asing
yang dipakai semula adalah kurs tetap dan tidak memperbolehkan negara anggota
melakukan pengawasan devisa (exchange control) kecuali mengalami krisis
moneter atau defisit neraca pembayaran yang hebat. Pada masa tersebut dolar
merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran
internasional.
3. Periode Setelah Bretton Woods, 1973 – saat ini
Sejak tahun 1973, sistem moneter internasional merupakan campuran
antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Secara umum,dolar makin kurang
stabil dan melemah sedikit dalam jangka panjang. Dilain pihak , Yen Jepang dan
Mark Jerman telah menguat. Mata uang dinegara yang baru berkembang amat
sangat tidak stabil dan pada umumnya melemah. Mata uang beberapa negara
besar berfluktuasi tergantung dari permintaan dan penawaran, dan seringkali
penguasa moneter negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing
untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan.
2.3 Dana Moneter Internasional
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF)
adalah organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem
finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk
membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing
negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami
kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut
diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan
usaha milik negara. Setelah melalui pertimbangan panjang dan hati-hati, sebuah
system moneter disepakati di Bretton Woods. Negara-negara anggota sepakat
untuk mengontrol batas kurs mereka dengan cara yang sudah ditentukan. Menurut
kesepakatan awal, kurs dibolehkan berfariasi sampai satu persen dibawah atau
diatas par. Bila kurs suatu Negara mencapai atau mendekati salah satu batas,
disebut ”titik pendukung arbitrase”, bank sentralnya mengintervensi pasar untuk
mencegah kurs melewati batas itu. Inntervensi pasar mensyaratkan suatu Negara
untuk mengakumulasi cadangan devisanya, yang terdiri dari emas dan mata uang
asing, diatas kebutuhan perdagangan normal. Sebuah lembaga bernama Dana
Moneter internasional IMF, didirikan di Bretton Woods untuk mengawasi system
moneter yang baru disepakati. Ada beberapa hal yang telah dicapai dana moneter
internasional. Misalnya, lembaga itu: Berhasil mempertahankan peningkatan yang
cepat dari volume perdagangan dan investasi. Menunjukan flexibilitas dalam
mengadaptasi perubahan-perubahan dalam perdagangan internasional. Semakin
efisien (bahkan terjadi penurunan persentase cadangan devisa) Semakin tangguh
(lembaga itu berhasil melewati masa krisis awal pada tahun 1971, mengatasi
kegiatan spekulatif, dan bertahan dalam siklus bisnis yang bergejolak).
Mendukung tumbuhnya kerja sama internasional. Membangun kapasitas untuk
mengakomodasi reformasi dan perbaikan.
2.4 Sistem Nilai Tukar Valuta Asing
Secara garis besar sistem nilai tukar valuta asing terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Sistem nilai tukar tetap ( fixed rate, pegged rate ) sistem di mana nilai
tukar mata uang domestik ditetapkan pada tingkat tertentu terhadap nilai
mata uang asing. Sistem ini memaksa pemerintah untuk selalu
menyesuaikan nilai tukarnya jika tidak lagi mencerminkan nilai yang
wajar dengan cara mendevaluasikan mata uangnya atau merevaluasikan.
Bank sentral yang bersangkutan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
mempertahankan nilai tukar tersebut dengan cara melakukan intervesi aktif
dipasar valuta asing. Ketidakmampuan mempertahankan nilai tukar
memaksa pemerintah untuk melakukan devaluasi. Penggunaan sistem nilai
tukar tetap ini seringkali mengakibatkan negara terpaksa harus meminjam
dalam jumlah besar.
Penggunaan sistem nilai tukar tetap memaksa pemerintah harus melakukan
devaluasi yang ternyata dampaknya justru semakin buruk bagi ekonomi
Indonesia. Pengalaman menunjukkan bahwa jika Rupiah mengalami
overvalued, maka barang dan jasa produksi Indonesia menjadi kurang
kompetitif, pertumbuhan ekonomi rendah, pengangguran meningkat, dan
tidak jarang hutang luar negeri membengkak karena pemerintah harus
mempertahankan Rupiah yang overvalued tersebut.
2. Sistem nilai tukar mengambang ( floating rate, flexible rate ). sistem di
mana nilai tukar mata uang domestik diambangkan terhadap nilai mata
uang asing, atau sesuai dengan pergerakan pasar dimana terjadinya kurs
valuta berdasarkan pada permintaan dan penawaran mata uang asing.
Akan tetapi, dari kedua sistem tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi:
Permanently Fixed Exchange Rate (Sistem kurs tetap permanen)
Absolutely Flexible Exchange Rate (Sistem kurs mengambang murni)
Fixed Exchange rate bands (Sistem kurs terbatas).
Sistem kurs baku biasanya memungkinkan fluktuasi kurs sampai batas
tertentu, mengingat kurs yang benar-benar baku/tetap tidak pernah ada dalam
sejarah. Dalam sistem kurs yang didasarkan pada batas-batas fluktuasi atau sistem
kurs tetap terbatas ini negara-negara dapat memutuskan sendiri nilai patokan ( par
value ) nya, untuk kemudian membiarkan mata uangnya itu bergerak di atas atau
di bawah nilai patokan tersebut secara terbatas. Sebagai contoh, dalam sistem
Bretton Woods yang beroperasi selama periode pasca perang sampai tahun 1971,
kurs dimungkinkan untuk berfluktuasi sekitar 1% di atas atau di bawah nilai
patokannya.
Adjustable Fixed Exchange Rate – wide band (Sistem kurs tetap yang
dapat disesuaikan). Sistem ini lebih menitikberatkan pada penetapan nilai
patokan kurs daripada batas-batas nilai fluktuasi. Sepintas lalu, sistem ini
mirip dengan sistem kurs tetap terbatas ( fixed exchange rate bands ).
Bedanya dalam sistem kurs baku yang dapat disesuaikan ini, yang diubah
bukan batas-batas fluktuasinya, tapi nilai patokannya.
Crawling Peg System (Sistem kurs merayap). Guna menghindari
kelemahan atau resiko perubahan nilai patokan yang kelewat besar (yang
akan memancing spekulasi perusak stabilitas), maka diciptakanlah sistem
kurs baku merayap atau sistem “pergeseran kurs, atau sistem paritas
merayap”. Dalam sistem ini nilai-nilai patokan masih boleh diubah, namun
setiap kali diubah, perubahannya diusahakan sekecil mungkin.
Managed Floating Exchange Rate (Sistem kurs mengambang terkendali).
Dalam sistem ini otorita moneter di masing-masing negara dibebani
kewajiban untuk melakukan intervensi terhadap pasar-pasar valuta asing
dalam rangka mendukung fluktuasi jangka pendek tanpa mengganggu
kecenderungan jangka panjangnya. Sistem ini cukup sering membuahkan
keberhasilan, dan pada saat itu sistem tersebut dipuji sebagai satu-satunya
sistem yang sanggup memadukan kelebihan-kelebihan sistem kurs tetap
dan sistem kurs mengambang. Namun dalam prakteknya, tidak selamanya
sistem kurs ini mampu mengatasi ketidakseimbangan pada neraca
pembayaran. Salah satu kesulitan yang mungkin timbul adalah otorita
moneter bisa jadi tidak berada pada posisi yang lebih baik ketimbang para
spekulan, investor, dan pedagang uang professional dalam menduga-duga
kecendrungan kurs dalam jangka panjang.
2.5 Cara - Cara Melakukan Pembayaran Internasional
Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat
digunakan beberapacara,antara lain:
1. Cash Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau
bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara
ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum
kenal baik dengan importir.
2. Open Account Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran
dilakukan setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah
barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta
dokumen-dokumen.
3. Commercial Bill of Exchange Merupakan cara yang paling umum dipakai
dan sering disebut draft atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh
penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut
trade drafts. Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
3. Letter of Credit L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas
permintaan pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang
menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang
(eksportir). Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit
bank dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait
dalam L/C adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan
L/C), Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu
pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.
4. Private Compensation Adalah penyelesaian pembayaran dengan
kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.
2.6 Kelemahan Sistem Moneter Internasional
Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada
akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga
menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan
menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai
ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus.
Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait)
antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih
mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus
"menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi
di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru
yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya
dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata
uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus
(Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu?
Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 : masing-masing negara itu
mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu
mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan
emas.
Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh
ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki
tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin
menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun
1946 dan 1971. Pada awal pendiriannyaIMF memberi negara-negara sebuah
filosofi manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau
terkendali (fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang
diserahkan kepada para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah
negara dapat memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama
seperti Dollar AS. Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari
kepemimpinan yang kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap
yang diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa
jarang kualitas pemimpin sepertinya.
Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat
tidak diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya
dan IMF memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun
setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai
tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang
setelah 1971 dan khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter
internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang.
IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter
internasional menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan
pengawas utang (bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bias
diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari negara-
negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk
stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa
pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan serampangan. Kegagalan negara
transisi dibuktikan dengan fakta bahwa tidak satupun dari negara-negara tersebut
di akhir 1996, mampu melampaui tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula,
dan hanya dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit.
Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding
perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan II) yang amat
menghancurkan.
Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada.
Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti
bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-
negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas
atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir
sejak sistem moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara
mengadopsi sistem moneternya sendiri, fenomena yang tidak memiliki contoh
sejarah dalam kerjasama antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter
internasional. Para ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem
moneter internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca
pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain. Apabila satu
negara memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-negara lain
memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara bergerak menuju
surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ini
memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia
dari n negara dengan n mata uang, ada n-1 nilai tukar yang independen. Setiap
negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap
di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang
membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan
(redundancy problem) masalah kelebihan. Aturan dimana tambahan derajat
kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas
(gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.
Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang
tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan
yang luar biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu
buruk. Ada hubungan yang penting dalam struktur finansial dunia berkenaan
dengan konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan aturan khusus yang
dijalankan oleh mata uang negara AS.
2.7 Negara yang Mengalami Kepailitan
Pada tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan
pinjaman kepada negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan
negara tidak akan mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign
debt ”(utang pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional.
Beberapa negara berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya
bahkan bunganya pun tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia
pada tahun 1981, sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun
1982. Penyebab bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga
minyak. Pada tahun 1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat
dan tahun 1979 – 1980 dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini
mendorong meningkatnya inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya
resesi dunia. Sementara itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang
menurun, sehingga menggoncang perekonomian dan kemampuan untuk
membayar utang.
Tahun 1979 – 1980 harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan
harga tersebut diikuti dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku
bunga pinjaman baru maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku
bunga variabel. Negara berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5
milliar/tahun untuk setiap kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini
mengakibatkan naiknya nilai mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya
meminjam uang dalam bentuk AS$ sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$
menambah beban. Beban tersebut menjadi lebih berat karena pembayaran
komoditi ekspor diterima dalam berbagai mata uang lain yang digunakan untuk
membayar utang dalam AS$.
2.7.1 Pemecahan Masalah Utang
IMF, BIS, bank-bank sentral nasional dan bank-bank komersial berusaha
keras mengatasi masalah utang ini melalui berbagai cara, jangka pendek dan
jangka panjang.
2.7.2 Pemecahan Jangka Pendek
Cara mengatasi masalah utang jangka pendek yaitu dengan melakukan
penjadwalan ulang pembayaran utang agar negara penerima pinjaman dapat
mengembalikan utangnya pada saat jatuh tempo, walaupun diperlukan negosiasi
yang cukup alot. Negara berkembang penerima pinjaman tidak dapat
melaksanakan program-program kegiatannya secara fleksibel karena adanya
tekanan dari IMF. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tertahan karena
dana baru dari hasil ekspornya atau pinjaman yang digunakan untuk membayar
utangnya, bukan melanjutkan programnya atau kegiatan produktif lainnya.
Negara berkembang dapat mengurangi utangnya dengan meningkatkan ekspornya
agar diperoleh surplus neraca pembayaran. Namun hasil surplus tersebut sebagian
digunakan untuk membayar utangnya, kemudian sebagian lagi untuk biaya impor
dalam upaya peningkatan ekspor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi negara
berkembang sangat lamban dan bahkan terhenti. Negara berkembang memerlukan
banyak dana untuk menggerakkan roda perekonomiannya, tapi jika memperoleh
pinjaman juga akan memperberat beban utangnya. Negosiasi ulang utang biasanya
terlebih dahulu diikuti dengan tindakan pengetatan agar dapat mendorong
menurunnya standar kehidupan, pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Kemudian,
meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan penyesuaian dan
keterpaduan kebijaksanaan jangka pendek, karena permasalahan yang dihadapi
negara berkembang tidak hanya masalah utang tetapi juga masalah ekonomi,
budaya dan perilaku.. Beberapa contoh kegagalan sovereign debt adalah Equador,
Yunani, dan Mesir. Equador mengalami kegagalan membayar utangnya sejak
tahun 1800 dan untuk memulihkan perekonomiannya diperlukan waktu 113 tahun.
Yunani mengalami kegagalan membayar utangnya selama 87 tahun. Dua abad
yang lalu negara-negara terkenal seperti Belanda, Austria, Jepang dan Cina juga
pernah mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya membayar utang luar
negeri. Mesir yang gagal memenuhi kewajiban utang luar negeri tahun 1976, telah
membelanjakan lebih banyak uang pinjamannya untuk penari balet dan
semacamnya daripada untuk pekerjaan umum. Paris Club, kelompok
pemberipinjaman negara Barat, memberikan ampunan berupa penghapusan
separoh utang Polandia atau senilai AS$ 17,5 milliar. Sedangkan Amerika Serikat
memberikan ampunan berupa penghapusan utang Mesir sebagai imbalan atas
bantuan Mesir kepada Amerika Serikat pada saat perang melawan Irak. Pemberian
bantuan ini didasarkan pada nilai kemanusiaan dan mendorong terciptanya
reformasi ekonomi, sehingga membangkitkan kegiatan ekonomi yang sudah
rapuh.
2.7.3 Pemecahan Jangka Panjang
Beberapa saran untuk memecahkan masalah utang jangka panjang adalah
sebagai berikut:
a. Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman
barunya untuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada
untuk keperluan yang bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi
ambisi pemeintah.
b. Negara penerima pinjaman hendaknya membangun dana cadangan yang
cukup untuk jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mampu
menjaga fluktuasi harga komoditi ekspor bila terjadi perubahan yang tidak
diinginkan
c. Negara maju harus terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan membuka pasarnya untuk barang ekspor dari negara berkembang
melalui persaingan yang sehat.
d. IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu
tekanan kepada negara peminjam.
e. IMF, Bank Dunia dan negara pemberi pinjaman hendaknya memberi
pinjaman dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan untuk
jangka panjang.
f. Sebagian utang negara berkembang hendaknya diubah bentuknya menjadi
bentuk equitas, sehingga mendorong timbulnya rasa memiliki atas proyek-
proyek yang dilaksanakan. Sebagian utang lainnya hendaknya
diperpanjang jatuh temponya dengan penerapan bunga ceiling.
g. Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing
h. Jangan menyalahkan satu pihak atas timbulnya krisis utang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan,
institusi,praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata
uang satu di tukarkan dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter
diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan
dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses
penyesuaian neraca pembayaran internasional.
Sistem Standar Emas 1870 – 1914 Muncul pada tahun 1870, dimana
pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas. Zaman Bretton
Woods, 1944 – 1973. Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan
internasional, yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang
sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Sistem Penetapan Kurs Mata Uang bisa dikategorikan menjadi beberapa
kelompok yaitu Free Float (Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs
mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang
dikelola (Managed Float) Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena
ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona Target Tertentu Melalui
perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya
secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Cara Melakukan Transaksi
Internasional Cash,Open Account, Commercial Bill of Exchange, Letter of Credit,
private compensation.
DAFTAR PUSTAKA
http://ana-ekonomi.blogspot.com
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=1241:sistem-nilai-tukar-uang-dalam-islam
http://embunkemuliaan.blogspot.com/search/label/Sistem%20Moneter%20Islam
%20dan%20Internasional
http://devania.wordpress.com