sistem keuangan, lembaga keuangan, otoritas moneter

26
BAB II PEMBAHASAN 1. SISTEM KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN, DAN PASAR KEUANGAN DALAM EKONOMI a). Definisi Sistem Keuangan Sistem keuangan pada prinsipnya adalah kumpulan pasar, institusi, peraturan-peraturan dan teknik-teknik dimana surat- surat berharga di perdagangkan, tingkat bunga ditentukan dan jasa-jasa keuangan dihasilkan dan ditawarkan ke seluruh bagian dunia. Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling penting dalam peradaban masyarakat modern. Tugas utamanya adalah mengalihkan dana dari penabung kepada peminjam untuk kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan berkembang serta dapat meningkatkan standar kehidupan. Oleh karena itu sistem keuangan memiliki peran yang sangat prinsipil dalam perekonomian dan kehidupan. Sistem keuangan mampu menentukan tingkat bunga kredit dan berapa besar jumlah kredit yang akan tersedia untuk membayar berbagai jenis barang dan jasa yang dibeli sehari-hari. Sistem keuangan memberi dampak yang kuat terhadap kesehatan perekonomian. Apabila tingkat bunga kredit menjadi lebih tinggi (naik) dan dana yang tersedia terbatas, maka total pengeluaran untuk barang dan jasa akan mengalami penurunan. Akibatnya, pengangguran akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi menurun. Karena unit bisnis/usaha mengurangi produknya dan menghentikan karyawannya. Sebaliknya bilamana tingkat bunga kredit rendah dan dana yang tersedia mencukupi, total pengeluaran untuk barang dan jasa akan meningkat, penciptaan lapangan kerja bertambah dan ekanomi dapat terpenuhi. Dengan 1

description

sistem keuangan, lembaga keuangan, otoritas moneter

Transcript of sistem keuangan, lembaga keuangan, otoritas moneter

BAB IIPEMBAHASAN

1. SISTEM KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN, DAN PASAR KEUANGAN DALAM EKONOMIa). Definisi Sistem KeuanganSistem keuangan pada prinsipnya adalah kumpulan pasar, institusi, peraturan-peraturan dan teknik-teknik dimana surat-surat berharga di perdagangkan, tingkat bunga ditentukan dan jasa-jasa keuangan dihasilkan dan ditawarkan ke seluruh bagian dunia. Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling penting dalam peradaban masyarakat modern.

Tugas utamanya adalah mengalihkan dana dari penabung kepada peminjam untuk kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan berkembang serta dapat meningkatkan standar kehidupan. Oleh karena itu sistem keuangan memiliki peran yang sangat prinsipil dalam perekonomian dan kehidupan.

Sistem keuangan mampu menentukan tingkat bunga kredit dan berapa besar jumlah kredit yang akan tersedia untuk membayar berbagai jenis barang dan jasa yang dibeli sehari-hari. Sistem keuangan memberi dampak yang kuat terhadap kesehatan perekonomian. Apabila tingkat bunga kredit menjadi lebih tinggi (naik) dan dana yang tersedia terbatas, maka total pengeluaran untuk barang dan jasa akan mengalami penurunan. Akibatnya, pengangguran akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi menurun. Karena unit bisnis/usaha mengurangi produknya dan menghentikan karyawannya. Sebaliknya bilamana tingkat bunga kredit rendah dan dana yang tersedia mencukupi, total pengeluaran untuk barang dan jasa akan meningkat, penciptaan lapangan kerja bertambah dan ekanomi dapat terpenuhi. Dengan demikian sistem keuangan merupakan bagian integral dari ekonomi suatu negarab). Fungsi Sistem KeuanganMenurut Peter S. Rose sistem perekonomian modern memiliki 7 fungsi pokok, yaitu :1. Fungsi tabungan (savings function) : Sistem keuangan yang menyediakan suatu mekanisme dan instrumen tabungan. Misalnya : obligasi, saham, dan instrumen utang lain yang diperjualbelikan dipasar uang dan pasar modal yang menjanjikan suatu pendapatan dengan resiko yang relatif rendah. Nilainya tidak akan berkurang sedikit pun dan justru akan memperoleh penghasilan.2. Fungsi kekayaan (wealth function) : Instrumen keuangan yang diperjualbelikan dalam pasar keuangan yang menyediakan cara terbaik untuk menyimpan kekayaan, seperti menahan nilai aset yang dimiliki, sampai dana tersebut diperlukan untuk dibelanjakan. Penyimpanan kekayaan dapat dilakukan dengan cara membeli barang, seperti mobil,dll.akan tetapi kekayaan tersebut akan berkurang nilainya akibat penyusutan dan memiliki resiko kerugian, seperti dicuri,kecelakaan, kebakaran,dll.3. Fungsi likuiditas (liquidity function) : kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan, dapat dikonversi menjadi kas atas uang tunai dipasar keuangan dengan resiko relatif kecil.instrumen keuangan ini memiliki sifat likuiditas sempurna, karena uang dapat kapan saja dibelanjakan tanpa perlu dikonversi dalam bentuk apapun.4. Fungsi kredit (credit function) : fungsi kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi dan investasi. Kredit merupakan pinjaman dengan janji untuk membayar kembali dimasa yang akan datang. Konsumen biasanya menggunakan kredit tersebut untuk membeli rumah, mobil,motor,dll. Sedangkan pengusaha menggunakan fasilitas tersebut untuk tujuan produksi dan perusahaan.5. Fungsi pembayaran (payment function) : sistem keuangan yang menyediakan mekanisme pembayaran atas transaksi barang dan jasa. Misalnya cek,giro, kartu kredit,kartu debit, dll. Atau dapat juga dilakukan dengan memnggunakan sistem electronik seperti kliring, transfer elektronik phone banking, electronic banking, dll.6. Fungsi resiko (risk function) : sistem keuangan dewasa ini secara luas menawarkan proteksi terhadap jiwa, kesehatan, harta, dan resiko kerugian kepada semua unit usaha termasuk konsumen dan pemerintah. Perusahaan asuransi ini memberikan proteksi kepada pemegang polisnya terhadap kemungkinan yang timbul akibat kerugian personal dan property risk seperti kesehatan, kehilangan/pencurian, kerusakan akibat petir, sampai pada kecelakaan lalu lintas.7. Fungsi kebijakan (policy function) : pasar keuangan yang memberikan otoritas untuk melakukan kebijakan guna menstabilkan ekonomi dan mempengaruhi inflasi. Misalnya mempengaruhi tingkat bunga dan jumlah kredit sehingga pemerintah akan mempengaruhi pertumbuhan kerja, produksi, dan harga-harga.c). Pengertian Lembaga KeuanganLembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya berupa asset keuangan/ tagihan dibandingkan dengan asset non keuangan. Lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jenis jasa keuangan seperti simpanan, kredit, proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan mekanisme pembayaran, dan mekanisme transfer dana.

d).Klasifikasi Lembaga KeuanganBerdasarkan pengelompokannya, lembaga keuangan debedakan menjadi 2 yaitu :1. Lembaga Keuangan Depositori : lembaga keuangan yang menjalakan kegiatan penghimpunan dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, giro, tabungan/simpanan berjangka. Bank umum dan bank pengkreditan rakyat termasuk dalam lembaga depositori karena bank tersebut bergerak dalam menarik dana secara langsung dan men yalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada anggotanya.2. Lembaga Keuangan Non Depositori : lembaga keuangan ini sering juga disebut sebagai NBFI (non bank financial institutions). Lembaga keuangan yang masuk dalam kelompok ini adalah semua lembaga keuangan yang kegiatan usahanya tidak melakukan penarikan dana secara langsung. Berikut klasifikasi NBFI :a. Contractual institutions : lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung dari resiko ketidakpastian seperti polis asuransi bagi perusahaan asuransi.b. Investment institutions : lembaga keuangan yang usahanya terkait dipasar modal seperti perusahaan efek dan perusahaan investasi.c. Finance companies : lembaga keuangan yang memiliki bidang usaha dan menyediakan beberapa jenis pembiayaan seperti anjak piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit.d. Lembaga keuangan non depositori lainnya : misalnya pengadaian.

e). Peran Lembaga Keuangan dalam Proses IntermediasiIntermediasi keuangan adalah proses pembelian dana dari penabung untuk disalurkan kembali kepada peminjam, yang tediri dari sektor usaha, pemerintah, dan rumah tangga. Proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang diterbitkan oleh unit defisit dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung. Sekuritas primer dapat berupa saham, obligasi, commercial paper, perjanjian kredit, dll. Sedangkan sekuritas sekunder berupa simpanan dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana, dll. Lembaga keuangan memiliki peran yang strategis dalam proses intermediasi sebagai berikut :1. Pengalihan aset (asset transmutation) : merupakan proses pengalihan kewajiban financial oleh lembaga keuangan menjadi asset finansial2. Realokasi pendapatan (income realocation) : menyisihkan dan merealokasikan pendapatannya untuk masa yang akan datang dengan cara menyimpan barang (asset) seperti membeli rumah, tanah, dll.3. Transaksi (transaction) : kemudahan tansaksi menggunakan sistem pembayaran melalui sekuritas sekunder seperti giro, tabungan, polis asuransi, dll dan sekuritas primer seperti saham, obligasi, dll.

f). Faktor Faktor Yang Menyebabkan Meningkatnya Peran Lembaga KeuanganPeningkatan peran lembaga keuangan dalam perekonomian disebabkan oleh :1. Naiknya pendapatan masyarakat : peningkatan pendapatan masyarakat tentunya akan menaikkan kemampuan menabung masyarakat, dengan begitu lembaga keuangan akan semakin bertindak aktif dalam menawarkan berbagai jenis jasa tabungan.2. Perkembangan industri dan teknologi : dengan adanya peningkatan di sector industri sehingga akan memicu kebutuhan dana untuk investasi.3. Denominasi instrument keuangan : beberapa jenis surat berharga yang ditawarkan melalui pasar keuangan yang sulit dijangkau oleh penabung akibat denominasinya dalam jumlah besar.4. Skala ekonomi dan produk-produk jasa : dengan mengkombinasikan sumber-sumber untuk menciptakan berbagai jenisjasa keuangan dalam jumlah besar, maka biaya produk/jasa per unti yang ditawarkan lembaga keuangan dapat ditekan lebih rendah.5. Jasa jasa likuiditas : lembaga keuangan menciptakan dan menjual produk atau jasa-jasa likuiditas yang memberikan kemudahan nasabah untuk mengatasi kesulitan likuiditasnya.6. Keuntungan jangka panjang : dana yang diperoleh oleh lembaga keuangan atas pinjaman yang diberikan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.7. Resiko lebih kecil

g).Peran Lembaga Keuangan Dalam Sistem Keuangan Jenis lembaga intermediasi yang paling dominan dalam sistem keuangan adalah lembaga depositori yang berperan dalam menarik/menghimpun dana dari masyarakat untuk menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Berikut alasan lembaga keauangan dibutuhkan untuk : a. Menawarkan berbagai progam simpanan yang dapat memenuhi semua jenis kebutuhan masyarakat.b. Menyediakan kredit dengan jumlah dan jangka waktu yang beragam.c. Menanggung resiko intermediasi.d. Memenuhi kebutuhan likuiditas nasabah untuk berbagai jenis kebutuhan.e. Menyediakan jasa-jasa transaksi keuangan.

h).Metode Transfer Dana Dalam Sistem KeuanganPengalihan/ transfer dana dari penabung kepada peminjam dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :1. Pembiayaan langsung (direct finance) : pemberian kredit/ pembiayaan yang dilakukan langsung oleh pemilik dana kepada peminjam tanpa melibatkan lembaga intermediasi keuangan atau pihak lain. Contohnya apabila kita membeli saham/ obligasi dari suatu perusahaan secara langsung.2. Pembiayaan semi langsung (semidirect finance) : merupakan proses transfer dana dengan surat utang antara peminjam dan pemilik dana yang dilakukan melalui jasa perantara. Oleh karena itu, proses transfer dana tersebut sangat tergantung pada peran dan intervensi pihak letiga yaitu broker dan dealer. Pembiayaan semi langsung merupakan perbaikan dari pembiayaan langsung dengan tujuan untuk mengurangi biaya informasi bagi peserta pasar keuangan. Namun metode ini tetap memiliki keterbatasan yaitu resikolikuiditas yang dihadapi terutama apabila pasar modal masih belum berkembang.3. Pembiayaan tidak langsung (indirect finance) : karena adanya keterbatasan dalam metode pembiayaan langsung dan semi langsung, maka dikembangkanlah metode pembiayaan tidak langsung yang dilakukan dengan bantuan lembaga intermediasi keuangan, seperti bank, perusahaan asuransi, dana pension, perusahaan pembiayaan, perusahaan efek, dan reksa dana.

i).Intermediasi Dan Disintermediasi KeuanganPerbedaan antara intemediasi dan disintermediasi adalah : Intermediasi : pelaksanaan fungsi lembaga keuangan sebagi lembaga intermediasi dengan cara penarikan dana dari penabung kemudian meneruspinjamkannya kepada peminjam. Disintermediasi : kebalikan dari intermediasi, penarikan dana dari lembaga intermediasi oleh penabung kemudian meminjamkannya langsung kepada peminjam.Penabung yang memanfaatkan lembaga depositori memiliki beberapa pertimbangan sebagai berikut : Keamanan dan resiko kredit. Likuiditas Aksesbilitas. Kemudahan

j). Jenis jenis Intermediasi KeuanganPerbedaan kepentingan kedua pihak tersebut dijembatani oleh lembaga keuangan yang menawarkan berbagai jenis intermediasi keuangan, sebagai berikut :1. Intermediasi denominasi : intermediasi ini terjadi apabila lembaga intermediasi menerima tabungan dalam jumlah kecil kemudian memberikan kredit dalam jumlah yang jauh lebih besar.2. Intermediasi resiko : kesediaan lembaga intermediasi disatu sisi untuk memberikan kredit kredit kepada peminjam tentu tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya resiko. Namun disisi lain untuk menarik dana dari penabung dan juga menerbitkan sekuritas yang lebih aman dan likuid.3. Intermediasi jatuh tempo : lembaga keuangan yang menerima simpanan dari penabung dalam jangka pendek, kemudian memberikan pinjaman dalam jangka panjang.4. Intermediasi informasi : intermediasi yang berkaitan dengan proses peyediaan informasi kepada nasabah.5. Intermediasi mata uang : lembaga keuangan yang menerima tabungan dalam berbagai mata uang yang dapat memenuhi kebutuhan mata uang yang diinginkan peminjam.

k). Resiko Lembaga KeuanganJenis-jenis resiko lembaga keuangan, sebagai berikut :1. Credit risk (resiko kredit) : resiko ini terjadi apabila jumlah arus kas yang seharusnya diterima, yang berasal dari kredit yang diberikan dan surat-surat berharga yang dimiliki, misalnya obligasi yang tidak dibayar secara penuh.2. Liquidity risk (resiko likuiditas) : resiko ini terjadi apabila lembaga keuangan tidak memiliki dana untuk memenuhi semua penarikan oleh deposan, pemegang polis, atau pemegang unit penyertaan reksa dana terbuka.3. Interest rate risk (resiko tingkat bunga) : resiko ini terjadi apabila jatuh tempo asset lembaga keuangan mengalami mismatch (ketidaksesuaian jatuh tempo asset) dengan kewajibannya.Misalkan saja suatu lembaga menerbitkan instrument utang senilai Rp. 100 dengan jangka waktu jatuh tempo 1 tahun untuk membiayai asset yang dibelinya senilai Rp. 100 Miliar yang jatuh tempo 2 tahun. Diasumsikan cost of funds instrument utang 9% pertahun dengan tingkat bunga asset 10% pertahun. Pada tahun petama, lembaga keuangan akan mendapat keuntungan/spread sebesar 1% (10%-9%), yaitu dengan meminjam jangka waktu pendek (1 tahun) danb memberi pinjaman jangka panjang (2 tahun). Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 1 miliar (0,01 x Rp. 100 Miliar).Namun keuntungan untuk tahun kedua belum dapat dipastikan. Apabila tingkat bunga tidak mengalami perubahan, lembaga keuangan dapat membayar kembali pinjamannya dengan bunga 9% dan mendapatkan keuntungan sebesar 1% / 1 miliar pada tahun kedua. Namun, resiko tingkat bunga akan terjadi apabila lembaga keuangan tidak dapat memperoleh pinjaman dengan bunga 9% karena tingkat bunga mengalami kenaikan, misalnya 11% pertahun pada tahun kedua. Dengan demikian, keuntungan pada tahun kedua menjadi negative yaitu 10%-11%=-1% atau lembaga keuangan mengalami rugi sebesar Rp. 1 miliar (0,01 x Rp. 100 Miliar).4. Market risk (resiko pasar) : resiko pasar secara potensial dapat terjadi apabila lembaga keuangan secara aktif memperdagangkan berbagai instrument, termasuk derivatif, dibanding kalau hanya menahannya untuk investasi jangka panjang.5. Off balance sheet risk : kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan yang tidak terlihat/tercatat dalam neracanya karena kegiatan ini tidak menyebabkan dan melibatkan terjadinya kepemilikan suatu asset/ penerbitan instrument utang.6. Foreign exchange risk (resiko nilai tukar) : resiko ini terjadi apabila nilai tukar mengalami perubahan berlawanan yang mempengaruhi nilai asset dan liabilities lembaga keuangan.7. Country risk (sovereign risk) : lembaga keuangan yang memiliki asset/ melakukan investasi diluar negri akan terekspos pada tambahan resiko investasi asing.8. Operational risk (resiko operasi) : resiko yang berasal dari adanya kegagalan, kerusakan, atau gangguan terhadap teknolohi atau dukungan sistem dalam kegiatan operasional lembaga keuangan.9. Insolvency risk : resiko ini secara teknis terjadi ketika modal lembaga keuangan tidak mencukupi untuk menutupi semua kerugiannya.

2. OTORITAS MONETER

A. DEFINISI OTORITAS MONETERotoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.

Sistem Moneter danPerbankanYang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem moneter adalah otoritas moneter yaitu Bank Indonesia dan bank-bank pencipta uang giral. Oleh karena itu sistem perbankan merupakan bagian integral dari suatu sistem moneter.Otoritas moneter sebagai lembaga yang berwenang dalam pengambilan kebijakan di bidang moneter, juga merupakan sumber uang primer, baik bagi perbankan, masyarakat maupun pemerintah. Di samping mengeluarkan uang kartal, otoritas moneter juga menerima simpanan giro dari perbankan atau pemerintah. Simpanan giro tersebut bagi otoritas moneter merupakan uang primer sedangkan bagi bank-bank uang t ersebut merupakan alat likuid. Dalam kaitan tersebut semua bank diharuskan memiliki rekening giro pada bank sentral dan menwajibkan setiap bank mempertahankan sejumlah tertentu dana dalam rekening gironya tersebut di Bank Indonesia sebagai bank sentral. Fungsi giro tersebut pada dasarnya adalah untuk memperlancar transaksi antarbank melalui mekanisme kliring di samping sebagai alat kebijakan moneter dalam rangka pengendalian jumlah uang beredar.Saldo minimum yang wajib dipelihara pada bank sentral pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari ketentuan cadangan likuiditas wajib minimum yang dikenal sebagai statutory reserve requirement. Ketentuan giro wajib minimum yang berlaku saat ini adalah 5% dari total dana masyarakat yang dihimpun bank.

Fungsi Otoritas MoneterFungsi pokok otoritas moneter diantara lain adalah sbb:a) Menciptakan uang kertas dan logamb) Menciptakan uang primerc) Memelihara cadangan devisa nasionald) Mengawasi sistem moneterKebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive PolicyAdalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive PolicyAdalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain:1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

B. STATUS DAN KEDUDUKAN BANK INDONESIASebagai Lembaga Negara yang IndependenBabak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut.Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah memberikan kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai Lembaga negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara. Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.Sebagai Badan HukumStatus Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) adalah bank sentral Republik Indonesia. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

C. TUJUAN DAN TUGAS BANK INDONESIADalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.Tiga Pilar UtamaUntuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.Pengaturan dan Pengawasan BankDalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.Upaya Restrukturisasi PerbankanSebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan yang komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping sekaligus meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter.Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan kepercayaan masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan, dan peningkatan fungsi pengawasan bank.Sistem PembayaranMenjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi, semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar.BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important), bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari peredaran.Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian risiko, efisiensi serta tata kelola (governance) SPN.Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang.Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar uang. Selain itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut dan udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem monitoring.Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank Indonesia adalah pencabutan uang terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang Rupiah yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam kondisi yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna dan uang yang sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan oleh tim Bank Indonesia (BI)D. DEWAN GUBERNUR BIDalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin, dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang-kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur selama-lamanya lima tahun, dan mereka hanya dapat dipilih untuk sebanyak-banyaknya dua kali masa tugas.Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan GubernurGubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Sementara Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau melakukan tindak pidana kejahatan.Pengambilan KeputusanSebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan moneter atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipil dan strategis. Pengambilan keputusan dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur, atas dasar prinsip musyawarah demi mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan akhir.

BAB III1.KESIMPULAN

Sistem keuangan pada prinsipnya adalah kumpulan pasar, institusi, peraturan-peraturan dan teknik-teknik dimana surat-surat berharga di perdagangkan, tingkat bunga ditentukan dan jasa-jasa keuangan dihasilkan dan ditawarkan ke seluruh bagian dunia. Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling penting dalam peradaban masyarakat modern.

Tugas utamanya adalah mengalihkan dana dari penabung kepada peminjam untuk kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan berkembang serta dapat meningkatkan standar kehidupan. Oleh karena itu sistem keuangan memiliki peran yang sangat prinsipil dalam perekonomian dan kehidupan.

otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.

2.DAFTAR PUSTAKAhttp://irwangamer.blogspot.com/2012/02/otoritas-moneter.htmlhttp://sashaannisa18.blogspot.com/2014/03/bank-dan-lembaga-keuangan-lain.htmlwww.academia.edu

116