SILVANA NOOR FAUZZA 125030107111006repository.ub.ac.id/9477/1/Silvana Noor Fauzza.pdf · Silvana...

173
1 STRATEGI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMENEP DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DAERAH MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MINAPOLITAN (Studi Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep) SKRIPSI Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya SILVANA NOOR FAUZZA 125030107111006 Dosen Pembimbing : Choirul Saleh, Dr. M. Si UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Transcript of SILVANA NOOR FAUZZA 125030107111006repository.ub.ac.id/9477/1/Silvana Noor Fauzza.pdf · Silvana...

  • 1

    STRATEGI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMENEP DALAM

    MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DAERAH MELALUI

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MINAPOLITAN

    (Studi Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

    Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    SILVANA NOOR FAUZZA

    125030107111006

    Dosen Pembimbing :

    Choirul Saleh, Dr. M. Si

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

    JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

    MALANG

    2017

  • 2

    TANDA PENGESAHAN

  • 3

    PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

  • 4

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap : Silvana Noor Fauzza

    NIM : 125030107111006

    Program Studi/Minat : Ilmu Administrasi Publik

    Tempat,Tanggal Lahir : Trenggalek, 12 - 08 - 1994

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat asal lengkap : Desa Lombang, Kec Batang-Batang

    Kab. Sumenep Madura

    HP : 081217185846

    e-Mail : [email protected]

  • 5

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    KUPERSEMBAHKAN KARYAKU KEPADA

    ORANG TUAKU BAPAK SUPENO DAN IBU RUMINI

    YANG SENANTIASA MEMBERIKAN DUKUNGAN MORIL DAN

    MATERIL, SERTA KAKAKKU YOGA PRAMANA PUTRA YANG

    SELALU MENJADI SEMANGATKU

    SAHABAT-SAHABATKU KAV.20 (YOLA, NISA, DINA, ADEK

    DINA, ADEK NADYA, ADEK EVY) YANG TELAH

    BERSEDIA BERBAGI KELUH KESAH SELAMA PROSES PENULISAN

    KARYA INI

  • 6

    RINGKASAN

    Silvana Noor Fauzza, 2017, Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten

    Sumenep Dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah Melalui

    Pemberdayaan Masyarakat Minapolitan (Studi Pada Dinas Kelautan dan

    Perikanan Kabupaten Sumenep), Choirul Saleh, Dr. M. Si

    Keberhasilan upaya perlindungan dan pemberdayaan nelayan serta

    pembudi daya ikan harus dirancang agar dapat memberikan nilai lebih bagi

    nelayan itu sendiri. Untuk memberikan layanan bagi masyarakat pesisir,

    pemerintah menyelenggarakan program Minapolitan dibawah binaan Departemen

    Perikanan dan Kelautan dengan fokus kegiatan utama pelestarian rumput laut

    sebagai salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Sumenep. Kabupaten

    Sumenep adalah salah satu kawasan yang termasuk kedalam daerah pesisir yang

    mendapatkan program tersebut.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan

    potensi unggulan, strategi yang di jalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

    Sumenep dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat melalui Program

    Minapolitan serta factor pendukung dan penghambatnya. Metode penelitian yang

    digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

    Analisis yang digunakan adalah analisis model Interaktif Milles, Huberman dan

    Saldana. Pada model analisis ini penelitimelakukan 4 tahapan yaitu pengumpulan

    data , kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensi unggulan yang ada di

    Kabupaten Sumenep adalah rumput laut, ikan layang, karang dan bandeng.

    Strategi Pemberdayaan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan

    perekonomian masyarakat dengan program Minapolitan dilaksanakan dengan

    upaya pengembangan sumber daya manusia, pemberian modal usaha,

    pengembangan sarana dan prasarana, dan penyedia informasi tepat guna. Faktor

    yang mempengaruhi adanya pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan

    perekonomian ada yang sebagai pendukung adapula yang menjadi penghambat.

    Adapun factor pendukung antara lain : Adanya anggaran melalui APBN yang

    disediakan oleh pemerintah dalam melaksanakan program pemberdayaan

    masyarakat dan adanya komitmen dari Dinas dan instansi terkait untuk

    mensukseskan program pemberdayaan masyarakat serta Keterlibatan dengan

    pihak lain. Sedangkan faktor penghambatnya adalah Lemahnya koordinasi kerja

    dan komitmen dengan nelayan, kurang optimalnya sosialisasi sehingga sulitnya

    membedakan antara pembudidaya dan penangkapan dan berubahnya

    kebijakan/kewenangan. Hasil yang dicapai Pemerintah Daerah Kabupaten

    Sumenep dalam meningkatkan perekonomian masyarakat melalui program

    minapolitan adalah perumahan mindset yang dimiliki masyarakat bahwa dalam

    meningkatkan ekonomi harus diimbangi dengan adanya upaya budidaya ikan

    sehingga ada perubahan dalam perekonomian

    Kata Kunci : Strategi, Pemberdayaan, Perekonomian Masyarakat , Program

    Minapolitan

  • 7

    ABSTRACT

    Silvana Noor Fauzza, 2017, Strategy of Local Government in Sumenep on

    Increasing Economy Through Empowering Minapolitan (The Study on

    Marine and Fishery Department of Sumenep), Choirul Saleh, Dr. M. Si

    The success of fisherman and fish cultivator’s effort on protecting and

    empowering should be arranged in order to provide more advantages for

    themselves. To afford a service for coastal society, government have held

    Minapolitan program which is controlled by Marine and Fishery Department

    focusing on preservation of seaweed as one of superior commodity in Sumenep.

    Sumenep is one of region included into coastal area which obtains the program.

    This research aims to detect, analyze and describe main potential of local

    government strategy in Sumenep on increasing people’s economy through

    Minapolitan program and the supporting and obstructing factor as well. The

    method used in this research is descriptive-qualitative approach. The analysis used

    is Milles, Huberman and Saldana interactive model. In this analysis model, the

    researcher accomplish four phases, those are data collection, data condensation,

    data presentation, and conclusion/ verification.

    The result of this research reveals that the main potentials existing in

    Sumenep are seaweed, flying fish, milkfish and coral. Empowering strategy of

    Sumenep District Government on increasing people’s economy through

    Minapolitan program is apprehended with the endeavor on developing human

    resource, giving entrepreneur finance, evolving facilities and infrastructure, and

    providing appropriate information. The factors influencing on empowerment of

    society program to increase the economy are both as supporter and disclaimer.

    Moreover, the supporting factors are: the existing of finance consideration through

    APBN which is provided by government on holding the program, and the

    commitment of the department or instance and other involvement to succeed the

    program of empowering society. In other hand, obstructing factors are: less

    coordinative work and commitment with fisherman, less understanding on

    distinguishing between fish cultivator and fisherman affecting the policy. The

    result obtained by Sumenep district government on increasing people’s economy

    through Minapolitan program is open-minded mindset of society that on

    increasing economy should be balanced with the existing of fish cultivation in

    order to create significant change in people’s economy.

    Keywords : Strategy, Empowering, People’s Economy , Minapolitan Program

  • 8

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, anugerah

    serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep Dalam Meningkatkan

    Perekonomian Daerah Melalui Pemberdayaan Masyarakat Minapolitan

    (Studi Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep). Skripsi ini

    merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh

    gelar Sarjana Administrasi Publik (SAP) pada Fakultas Ilmu Administrasi

    Universitas Brawijaya Malang.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

    bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi –

    tingginya kepada yang terhormat :

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Administrasi Universitas Brawijaya.

    2. Ibu Lely Indah Mindarti, M,Si, Selaku Ketua Prodi Administrasi

    Publik Universitas Brawijaya.

    3. Bapak Choirul Saleh, Dr. M. Si selaku dosen pembimbing yang telah

    meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan dorongan moril serta

    saran selama mengajar dan membimbing saya.

    4. Kepada seluruh dosen di Fakultas Ilmu Administrasi yang telah

    memberikan ilmu yang sangat berharga, sehingga saya dapat lulus

    dengan hasil yang baik.

  • 9

    5. Seluruh staff/pegawai Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

    Brawijaya yang telah membantu kelancaran segala urusan penelitian

    ini.

    6. Kepada Bapak Ir. Mohammad Jakfar, MM selaku Kepala Dinas

    Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumenep.

    7. Kepada seluruh staff/pegawai dinas perikanan dan kelautan Kabupaten

    Sumenep.

    8. Kedua orang tua yang senantiasa turut memberi doa, bimbingan dan

    motivasi.

    9. Kepada teman dan sahabat yang senantiasa memberikan dukungan dan

    motivasi

    Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya

    membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat

    dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

    membutuhkan.

    Malang, 14 Desember 2017

    Penulis

  • 10

    DAFTAR ISI

    Halaman

    COVER .................................................................................................................... i

    LEMBAR PERSMBAHAN ................................................................................... ii

    MOTTO .................................................................................................................. iii

    TANDA PENGESAHAN ....................................................................................... iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ v

    RINGKASAN ......................................................................................................... vi

    SUMMARY ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10 E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12

    A. Administrasi Publik ................................................................................... 12 1. Pengertian Teori Administrasi Publik ................................................... 12 2. Teori-Teori Administrasi Publik ........................................................... 13

    B. Manajemen Strategi ................................................................................... 16

    1. Pengertian Manajemen .......................................................................... 16 2. Pengertian Strategi ................................................................................ 17 3. Analisis Management Strategi Model AIDA (Attention, Interest,

    Desire, Action) ...................................................................................... 21

    4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ...................................................... 25 a. Konsep Pemberdayaan ..................................................................... 25 b. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................... 27 c. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat................................................... 29 d. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ................................................. 30 e. Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat ................................................. 34 f. Proses Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 35

    5. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .................................................... 37 a. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .................................. 37 b. Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ............................... 38 c. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .................................. 41

    1) Pengembangan Sumber daya Manusia ........................................ 41 2) Pemberian Modal Usaha (Pemodalan) ........................................ 42 3) Pengembangan Sarana dan Prasarana .......................................... 43 4) Penyedia Informasi Tepat Guna .................................................. 45 5) Pengelolaan Kelembagaan ........................................................... 46

  • 11

    6. Program Minapolitan............................................................................. 46 a. Konsep Minapolitan ......................................................................... 46 b. Konsep Kawasan Minapolitan .......................................................... 48 c. Pengembangan Kawasan Minapolitan ............................................. 49 d. Syarat Kawasan Minapolitan ............................................................ 51

    C. Kerangka Pemikiran................................................................................... 52

    BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 55 A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 55 B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 55 C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................................ 55 D. Fokus Data ................................................................................................. 56 E. Tahap-tahap Penelitian............................................................................... 57 F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 59 G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 61 H. Sumber Data............................................................................................... 62 I. Keabsahan Data Penelitian ........................................................................ 64 J. Teknik Analisis Data.................................................................................. 66

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 70 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 70

    1. Kondisi Geografis ................................................................................. 70 2. Kependudukan ....................................................................................... 71 3. Potensi Perikanan dan Kelautan ............................................................ 72

    B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 74

    1. Potensi Perekonomian Masyarakat Kabupaten Sumenep ..................... 74 2. Strategi Pemberdayaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep

    dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat melalui

    Program Minapolitan............................................................................. 88

    a. Pemberian Modal Usaha................................................................... 99 b. Pengembangan Kelembagaan .......................................................... 109

    1) Membentuk Kelompok Nelayan ................................................. 109 2) Kerjasama kelembagaan antara kelompok nelayan

    dengan lembaga keuangan mikro baik bank maupun non

    bank ............................................................................................. 110

    3) Pengembangan Sarana dan Prasarana ......................................... 113 4) Penyedia Informasi Tepat Guna ................................................. 120

    3. Faktor yang berpengaruh terhadap Strategi Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

    melalui Program Minapolitan............................................................... 122

    1. Faktor Pendukung ............................................................................ 124 2. Faktor Penghambat .......................................................................... 127

    4. Hasil yang di capai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

    Sumenep dalam meningkatkan perekonomian masyarakat

    melalui program minapolitan ............................................................... 132

  • 12

    C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 135

    1. Strategi Pemberdayaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat melalui

    Program Minapolitan............................................................................ 135

    a. Pengembangan Sumber Daya Manusia ........................................... 135 b. Pemberian Modal Usaha.................................................................. 137 c. Pengembangan Kelembagaan .......................................................... 140 d. Pengembangan Sarana dan Prasarana ............................................. 141 e. Penyedia Informasi Tepat Guna ...................................................... 143

    2. Faktor yang berpengaruh terhadap Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan Perekonomian

    Masyarakat melalui Program Minapolitan ........................................... 145

    a. Faktor Pendukung ............................................................................ 145 b. Faktor Pnghambat ............................................................................ 146

    3. Hasil yang di capai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam meningkatkan perekonomian masyarakat

    melalui program minapolitan ............................................................... 148

    BAB V PENUTUP ................................................................................................. 151 A. Kesimpulan ............................................................................................... 151

    B. Saran ......................................................................................................... 154

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 156

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 160

  • 13

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kabupaten Sumenep ............................................. 70

    Tabel 4.2 Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumenep Tahun 2011-2015 ........................................................................................................ 72

    Tabel 4.3 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Kabupaten

    Sumenep Tahun 2011-2015 ............................................................................. 74

  • 14

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Presentase nilai produksi perikanan tangkap dan budidaya

    rumput laut di Kecamatan Saronggi .................................................. 6

    Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data Miles dan Huberman (2014)........ 67

    Gambar 4.1 Hasil Panen Ikan di Kabupaten Sumenep ....................................... 76

    Gambar 4.2. Para Petambak garam Kabupaten Sumenep ..................................... 77

    Gambar 4.3 Hasil Panen Rumput Laut Kabupaten Sumenep .............................. 81

    Gambar 4.4 Kantor Sekretariat Koperasi Bersama Jaya di Kabupaten

    Sumenep ........................................................................................... 87

    Gambar 4.5 Acara Kunjungan Kerja Pinjaman Modal Usaha di Kabupaten

    Sumenep ........................................................................................... 91

    Gambar 4.6 Kegiatan Gotong Royong Hasil Tangkap......................................... 97

    Gambar 4.7 Bantuan Untuk Kelompok Usaha Bersama ..................................... 105

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dengan wilayah

    perairan laut 5,6 juta km2 dan panjang garis pantai mencapai 81.000 km.

    Sepanjang garis pantai terdapat kekayaan sumber daya yang sangat besar, terdiri

    dari sumber daya hayati seperti : ikan, terumbu karang, mangrove dan lamun dan

    sumber daya non hayati seperti: migas, bahan tambang, dan pasir laut, serta jasa

    lingkungan yang sangat berarti. Kekayaan sumberdaya pesisir diharapkan dapat

    menjadi modal dasar pembangunan nasional.

    Ketersediaan sumberdaya alam diwilayah daratan dan daya dukungnya yang

    semakin terbatas telah mengubah fokus perhatian pemerintah kesektor kelautan

    dan perikanan yang masih memberikan peluang dan harapan dimasa mendatang.

    Sumber daya kelautan dan perikanan diharapkan dapat menjadi tumpuan utama

    penggerak roda perekonomian nasional melalui pelaksanaan pembangunan

    berkelanjutan.

    Namun dalam dekade terakhir ini kondisi sumber daya dan lingkungan

    pesisir dan laut dibeberapa wilayah telah menunjukkan akibat kegiatan

    pemanfaatan yang dilakukan cenderung mengabaikan aspek kelestarian. Diketahui

    bahwa sumber daya pesisir dan laut secara ekologis sangat rentan, sehingga

    kegiatan pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dengan

    memperhatikan daya dukung sumber daya dan lingkungan Masalah yang di

    jumpai dalam bidang kelautan dan perikanan pada umumnya yaitu tingkat

  • 2

    kemiskinan nelayan yang tinggi. Diperkirakan sekitar 80% masyarakat yang

    tinggal diwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tergolong miskin, hal ini antara

    lain disebabkan terbatasnya pendidikan, akses terhadap modal, tekhnologi,

    informasi dan pasar serta terbatasnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan

    keputusan.

    Akibat kemiskinan tersebut memicu mereka untuk melakukan eksploitasi

    secara berlebihan sumber daya pesisir yang semakin menipis, sehingga

    menyebabkan kualitas ekosistem terumbu karang dan mangrove semakin menurun

    yang berimplikasi menurunnya populasi dan jenis ikan. Dalam tataran praktis,

    kemiskinan nelayan dikarenakan pendapatannya lebih kecil daripada pengeluaran

    sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

    Pendapatan nelayan, khususnya nelayan kecil dan anak buah kapal (ABK)

    dari kapal ikan komersial/modern (diatas 30 GT) pada umumnya kurang dari Rp 1

    juta/bulan) dan sangat fluktuatif. Keadaan sosial ekonomi masyarakat pembudi

    daya ikan di Indonesia bisa dikatakan hampir sama nasibnya dengan nelayan di

    wilayah pesisir pantai di Indonesia. Kehidupan nelayan dan pembudi daya ikan

    umumnya masih berada dalam pola-pola kemiskinan dan ketidakpastian ekonomi,

    karena kesulitan hidup yang dihadapi nelayan dan pembudi daya juga keluarganya

    (Kusnadi, 2000; Pretty, et. al., 2003; Widodo, 2011).

    Sumber pendapatan nelayan tidak hanya dihasilkan melalui sumber daya

    perikanan tetapi melakukan usaha-usaha budi daya ikan di tambak, budi daya

    rumput laut dan pengolahan ikan tradisional. Kegiatan pembudi dayaan ikan dan

  • 3

    pengembangannya dilakukan nelayan karena hasil yang didapat dari melaut belum

    mencukupi kebutuhan kehidupan mereka.

    Masyarakat Indonesia dipesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan

    secara umum masih tergolong miskin dan merupakan bagian dari sumber daya

    manusia yang rendah, baik dilihat dari pendidikan, akses kesehatan dan juga

    kesejahteraannya. Setiap kelompok masyarakat, baik itu nelayan atau

    pembudidaya perikanan memerlukan penanganan dan perlakuan khusus sesuai

    dengan kelompok usaha dan aktivitas ekonomi mereka. Kebutuhan setiap

    kelompok yang berbeda tersebut menunjukkan keanekaragaman pola

    perlindungan dan pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok

    tersebut. Keberhasilan upaya perlindungan dan pemberdayaan nelayan serta

    pembudi daya ikan harus dirancang sedemikian rupa dengan tidak

    menyamaratakan antara satu kelompok masyarakat nelayan serta pembudidaya

    ikan dengan kelompok masyarakat lainnya.

    Untuk memberikan layanan bagi masyarakat pesisir, pemerintah

    menyelenggarakan program Minapolitan dibawah binaan Departemen Perikanan

    dan Kelautan dengan fokus kegiatan utama pelestarian rumput laut sebagai salah

    satu komoditi unggulan di Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep adalah salah

    satu kawasan yang termasuk kedalam daerah pesisir yang mendapatkan program

    tersebut.

    Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

    Ruang,Minapolitan masuk dalam kategori Agropolitan dijelaskan bahwa Kawasan

    Minapolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada

  • 4

    wilayah sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumber daya alam

    tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki

    keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

    Menurut mudrajad kuncoro (2014:297) Pembangunan minapolitan

    merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis wilayah

    dengan pendekatan sistem dan manajemen kawasan yang menggunakan prinsip

    integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi.Yang dimaksud kawasan minapolitan

    adalah kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan

    komditas kelautan dan perikanan, jasa serta kegiatan terkait lainnya.

    Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri No 12 tahun 2010 tentang

    Minapolitan, minapolitan didefnisikan sebagai konsepsi pembangunan ekonomi

    kelautan dan perikanan berbasiskawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,

    efsiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian

    wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,

    pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan

    pendukung lainnya.

    UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea) dalam (Dahuri,

    2013:1) menerangkan bahwa :

    “ Minapolitan di Indonesia memiliki potensi yang patut dikembangkan pada

    sector perikanan Indonesia sendiri memiliki beberapa komoditas yang menjadi

    andalan dalam subsector perikanan budidaya yang dikembangkan dan menjadi

    focus dalam peningkatan produksi perikanan budidaya diantaranya udang,

    rumput laut, bandeng, kerapu, kakap, nila, mas, lele, patin dan gurame. Secara

    total produksi perikanan budidaya Indonesia berada diposisi kedua sebagai

    produsen ikan dari hasil budidaya.”

  • 5

    Sumenep merupakan salah satu Kabuaten di pulau madura yang ditetapkan

    sebagai kawasan Minapolitan berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan

    Perikanan Nomor 35/MEN/2013. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan

    minapolitan tepatnya adalah kecamatan Saronggi. Dengan luas kawasan 243.254

    hektar. Pada wilayah Kecamatan Saronggi memiliki potensi rumput laut maupun

    budidaya kelautan dan perikanan.Rumput laut merupakan salah satu komoditas

    unggulan dan banyak dibudidayakan di Kecamatan Saronggi. Desa Pagar Batu,

    Tanjung, dan Kebundadap Timur merupakan desa penghasil rumput laut. Jenis

    rumput laut di 3 desa tersebut merupakan jenis rumput laut terbaik jika

    dibandingkan dengan daerah penghasil rumput laut lainnya.

    Rumput laut yang dibudidayakan di kawasan minapolitan ini adalah jenis

    rumput Cottoni atau rumput laut cokelat. Jenis ini memiliki kandungan fukosantin

    yang cukup tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan seperti mencegah obesitas, anti

    peradangan dan anti oksidan. Tingginya kandungan fukosantin disebabkan

    pengaruh kandungan garam di perairan Madura. Potensi budidaya rumput laut

    diperkirakan sekitar 533.706,37 Ton per tahun.Selain rumput laut, komoditas

    kegiatan perikanan tangkap di Kawasan Minapolitan Kecamatan Saronggi berupa

    ikan kerapu, ikan kakap, Cumi, dan Udang.Kegiatan ini paling banyak ditemukan

    di Desa Kebundadap Timur dan Desa Tanjung.Potensi perikanan dari perikanan

    tangkap pertahunnya diperkirakan 172.361,45 Ton.

    Hasil produksi budidaya rumput laut setiap tahun mengalami peningkatan

    seperti pada tahun 2010, tercatat produksinya mencapai 500 ribu ton lebih rumput

    laut basah.Dan pada tahun 2011 naik menjadi sekitae 533 ribu ton lebih.Pada

  • 6

    tahun 2012 produksinya kembali meroket menjadi 612 ribu ton lebih.Hingga pada

    tahun 2015 naik menjadi 599 ton lebih. Berikut adalah gambaran pronsentasi nilai

    produk perikanan tangkap dan budidaya rumput laut di Kecamatan Saronggi :

    Gambar 1.1 Presentase nilai produksi perikanan tangkap dan budidaya

    rumput laut di Kecamatan Saronggi

    Sumber: Masterplan Kawasan Minapolitan Kecamatan Saronggi

    Untuk sebuah kawasan minapolitan, pemerintah daerah Kabupaten Sumenep

    perlu menyiapkan beberapa persiapan yaitu Rencana Induk. Rencana induk ini

    mencakup konsep arah kebijakan pengembangan kawasan dalam kurun waktu 5

    (lima) tahunan yang diimplementasikan melalui rencana pengusahaan dan rencana

    tindak. Rencana induk tersebut dituangkan kedalam Masterplan Kawasan

    Minapolitan Kecamatan Saronggi sebagai suatu strategi untuk mengembangkan

    kawasan minapolitan Kecamatan Saronggi dengan komoditas rumput laut yang

    berdaya saing.

    Pengelolaan rmput laut diarahkan pada terlaksananya fungsi-fungsi

    manajemen dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dan evaluasi

    pemanfaatan pelestarian rumput laut. Rumput laut dan segala kehidupan

  • 7

    didalamnya merpakan salah satu kekayaan alam yang tak ternilai harganya.

    Manfaat yang terkandung didalam ekosistem rumput laut sangatlah banyak dan

    penting, baik itu manfaat langsung maupun tidak langsung, untuk itu dibutuhkan

    keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan

    rumput laut tersebut.

    Untuk mendukung keterlibatan peran masyarakat dan stake holders secara

    luas didalam program dan dalam upaya pengelolaan sumber daya alam laut, perlu

    diukung oleh kualitas sumberdaya manusia yang memiliki ketrampilan dalam

    mengidentifikasi, inventarisasi dan pengelolaan potensi sumber daya laut baik

    pada tingkat masyarakat maupun pelaksana program dan pengambil kebijakan,

    sehingga untuk mendukung hal tersebut, kelompok masyarakat dan pelaksana

    program perlu diberikan pelatihan sebagai upaya peningkatan kapasitas (capacity

    building) dan penyadaran terhadap arti penting ekologis dan ekonomis ekosistem

    maupun pengenalan terhadap ekosistem itu sendiri.

    Maka untuk itu melalui pelatihan pemeliharaan rumput laut bagi masyarakat

    ini diharapkan dapat lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat

    tentang pemeliharaan,pelestarian dan perlindungan terhadap ekosistem laut

    khususnya ekosistem rumput laut.

    Mengingat adanya permasalahan yang ada di Kabupaten Sumenep bahwa

    rendahnya tingkat ekonomi yang ada di Sumenep dikarenakan adanya harga yang

    tidak stabil sebab adanya permainan tengkulak sehingga mengakibatkan

    perekonomian menjadi menurun.

  • 8

    Hal ini berarti bahwa adanya kegiatan budidaya ikan laut bagi nelayan

    sangat penting dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka. Budi daya ikan

    laut selain sebagai upaya meningkatkan taraf hidup nelayan juga merupakan usaha

    untuk mencegah ketidakseimbangan ekosistem dengan mempelajari cara-cara dan

    sifat hidup pada habitat asli masing-masing organisme laut agar tekhnik

    pemeliharaan atau pembesaran organisme yang dipelihara, dapat dimanipulasi

    pada lingkungan budidayanya, yaitu menyesuaikan sifat dan cara hidupnya.

    Sehingga dengan demikian dipastikan kegiatan budi daya ikan laut

    diharapkan dapat meningkatkan produksi tanpa merusak lingkungan atau terumbu

    karang, dengan meningkatnya produksi tentu akan meningkat pula pendapatan

    nelayan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat

    nelayan.

    Berdasarkan hal-hal serta fenomena yang telah tertulis pada halaman-

    halaman diatas maka penulis melakukan analisa tentang strategi yang dicanangkan

    Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam meningkatkan perekonomian masyarakat

    khususnya masyarakat di kecamatan Saronggi melalui pengembagan kawasan

    Minapolitan.

    Untuk itu penulis melakukan penelitian tentang “Strategi Pemberdayaan

    Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan

    Perekonomian Masyarakat melalui Program Minapolitan”.

  • 9

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang

    menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana potensi unggulan yang ada di Kabupaten Sumenep ?

    2. Bagaimana Strategi Pemberdayaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep

    dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat melalui Program

    Minapolitan?

    3. Apa faktor yang berpengaruh terhadapStrategi Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

    melalui Program Minapolitan?

    4. Apa hasil yang dicapai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam

    meningkatkan perekonomian masyarakat melalui program minapolitan?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

    tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan potensi unggulan

    yang ada di Kabupaten Sumenep.

    2. Untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan strategi yang di

    jalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan

    Perekonomian Masyarakat melalui Program Minapolitan.

    3. Untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan faktor penghambat

    dan pendukung Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam

    Meningkatkan Perekonomian Masyarakat melalui Program Minapolitan.

  • 10

    4. Untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan hasil yang di capai

    oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep dalam Meningkatkan

    Perekonomian Masyarakat melalui Program Minapolitan.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian yang dilakukan di DinasKelautandanPerikanan Pemerintah

    Kabupaten Sumenep ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berupa:

    1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai perbandingan atas

    teori yang didapat selama masa perkuliahan dengan kondisi praktek yang

    ada di lapangan.

    2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten

    Sumenep dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat melalui

    program Minapolitan.

    3. Sebagai media informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan

    terutama pihak-pihak yang akan terlibat serta pihak-pihak yang memerlukan

    informasi dalam menganalisis topik ini.

    E. Sistematika Penelitian

    Sistematika penulisan berisi tentang pemadatan isi dari masing-masing bab

    sehingga memudahkan pembaca untuk memahami penelitian ini, maka peneliti

    memberikan gambaran umum tentang isi skripsi ini. Secara garis besar skripsi ini

    terbagi dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :

    1. Bab I Pendahuluan

    Pada bab ini pembahasan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  • 11

    2. Bab II Kajian Pustaka

    Pada bab ini memaparkan tentang teori-teori yang digunakan dalam disiplin

    ilmu administrasi yang kaitannya dengan materi penulisan skripsi sehingga

    dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk memudahkan pemecahan

    terhadap masalah yang ada.

    3. Bab III Metode Penelitian

    Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

    penulisan skripsi ini. Karena metode penelitian yang digunakan adalah metode

    penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif maka diuraikan dalam

    bab ini adalah fokus penelitian, teknik pengumpulan data serta jenis analisis

    yang digunakan.

    4. Bab IV Hasil Pembahasan

    Pada bab ini berisi tentang data hasil penelitian, analisi data dan interpretasi

    data.

    5. Bab V penutup

    Pada bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi yang terdiri dari

    kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan diuraikan mengenai hal penting secara

    garis besar dan umum.Sedangkan dalam saran berisikan tentang masukan-

    masukan mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan Pemerintah

    Kabupaten Sumenep.

  • 1

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Administrasi Publik

    1. Pengertian Teori Administrasi Publik

    Menurut Kerlinger dalam Pasolong (2011:9) teori adalah serangkaian

    konstruk (konsep), batasan, dan proposisi, yang menyajikan suatu pandangan

    sitematis tentang fenomena dengan fokus hubungan dengan merinci

    hubunganhubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi

    gejala itu. Sedangkan menurut Pasolong (2011 : 10) teori adalah pernyataan atau

    konsep yang teruji kebenarannya melalui riset. Istilah Administrasi secara

    etimologi berasal dari bahasa Latin (Yunani) yang terdiri atas dua kata yaitu “ad”

    dan “ ministrate” yang berarti “to serve” yang dalam Bahasa Indonesia berarti

    melayani atau memenuhi (Pasolong, 2011: 2-3). Sedangkan pendapat A. Dunsire

    yang dikutip ulang oleh Keban (2008 : 2) administrasi diartikan sebagai arahan,

    pemerintahan, kegiatan implementasi, kegiatan pengarahan, penciptaan prinsip-

    prinsip implementasi kebijakan publik, kegiatan melakukan analisis,

    menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan

    kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan

    barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritik

    (Keban, 2008: 2).

    Pengertian Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kesamaan

    berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan

    nilai-nilai norma yang mereka miliki (Syafi’ie dkk dalam Pasolong, 2011 :6).

  • 13

    Administrasi public, menurut Chandler dan Plano dalam Keban (2008 : 4) adalah

    proses dimana sumberdaya dan personel publik diorganisir dan dikoordinasikan

    untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage)

    keputusan-keputusan dalam kebijakan publik. Sedangkan Keban menyatakan

    bahwa istilah Administrasi Publik menunjukkan bagaimana pemerintah berperan

    sebagai agen tunggal yang berkuasa atau sebagai regulator, yang aktif dan selalu

    berinisiatif dalam mengatur atau mengambil langkah dan prakarsa, yang menurut

    mereka penting atau baik untuk masyarakat karena diasumsikan bahwa

    masyarakat adalah pihak yang pasif, kurang mampu, dan harus tunduk dan

    menerima apa saja yang diatur pemerintah (Keban, 2008: 4).

    2. Teori – Teori Administrasi Publik

    Berikut teori-teori administrasi publik yang dikutip dari berbagai literatur

    yaitu, Teori Administrasi menjelaskan upaya-upaya untuk mendefinisikan fungsi

    universal yang dilakukan oleh pimpinan dan asas-asas yang menyusun praktik

    kepemimpinan yang baik. Henry Fayol (1841-1925) menggunakan pendekatan

    atas manajemen administrasi, yaitu suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai

    pada tingkat pimpinan terbawah. Fayol melahirkan tiga sumbangan besar bagi

    administrasi dan manajemen yaitu (1) aktivitas organisasi, (2) fungsi atau tugas

    pimpinan, (3) prinsip-prinsip administrasi atau manajemen.

    Selanjutnya Fayol mengemukakan prinsip-prinsip administrasi yaitu :

    1. Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama dengan pembagian tenaga kerja

    menurut Adam Smith, spesialisasi meningkatkan hasil yang membuat

    tenaga kerja lebih efisien.

  • 14

    2. Wewenang. Manajer harus memberi perintah, wewenang akan membuat

    mereka melakukan denga baik.

    3. Disiplin. Tenaga kerja harus membantu dan melaksanakan aturan yang

    ditentukan oleh organisasi.

    4. Kesatuan komando. Setiap tenaga kerja menerima perintah hanya dari yang

    berkuasa.

    5. Kesatuan arah. Beberapa kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai

    tujuan yang sama dapat diperintah oleh seorang manajer menggunakan satu

    rencana.

    6. Mengarahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum. Kepentingan

    setiap orang, pekerja atau kelompok pekerja tidak dapat diutamakan dari

    kepentingan organisasi secara keseluruhan.

    7. Pemberian upah. Pekerja harus dibayar dengan upah yang jelas untuk

    pelayanan mereka.

    8. Pemusatan. Berhubungan pada perbandingan yang mana mengurangi

    keterlibatan dalam pengambilan keputusan.

    9. Rentang kendali. Garis wewenang dari manajemen puncak pada tingkatan di

    bawahnya merepresentasikan rantai skalar.

    10. Tata tertib. Orang dan bahan-bahan dapat ditempatkan dalam hal yang tepat

    dan dalam waktu yang tepat.

    11. Keadilan. Manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada bawahannya.

    12. Stabilitas pada jabatan personal, perputaran yang tinggi merupakan

    ketidakefisienan.

  • 15

    13. Inisiatif. Tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan membawa

    rencana akan menggunakan upaya pada tingkat tinggi.

    14. Rasa persatuan. Kekuatan promosi tim akan tercipta dari keharmonisan dan

    kesalahan dalam organisasi.

    Sedangkat Herbert Simon dalam Pasolong (2011:14) membagi empat

    prinsip administrasi yang lebih umum yaitu :

    1. Efisiensi administrasi dapat ditingkatkan melalui spesialisasi tugas di

    kalangan kelompok.

    2. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan anggota kelompok dalam suatu

    hirarki yang pasti

    3. Efisiensi administrasi dapat ditingkatkan dengan membatasi jarak

    pengawasan pada setiap sektor di dalam organisasi sehingga jumlahnya

    menjadi kecil.

    4. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengelompokkan pekerjaan,

    untuk maksud-maksud pengawasan berdasarkan tujua, proses, langganan,

    tempat.

    Teori administrasi menurut William L. Morrow sebagai berikut :

    1. Teori Deskriptif adalah teori yang menggambarkan apa yang nyata dalam

    sesuatu organisasi dan memberikan postulat mengenai faktor-faktor yang

    mendorong orang berperilaku.

    2. Teori Persepektif, adalah teori yang menggambarkan perubahanperubahan

    di dalam arah kebijakan publik, dengan mengeksploitasi keahlian

    birokrasi. Penekanan teori ini adalah untuk melakukukan pembaharuan,

    melakukan koreksi dan memperbaiki proses pemerintahan.

    3. Teori Normatif, pada dasarnya teori mempersoalkan peranan birokrasi.

    Apakah peranan biokrasi dipandang di dalam pengembangan kebijakan

    dan pembangunan politik, ataukah peranan birokrasi dimantapkan,

    diperluas atau dibatasi.

    4. Teori Asumtif, adalah teori yang memusatkan perhatiannya pada

    usahausaha untuk memperbaiki praktik administrasi. Untuk mencapai

    tujuan ini, teori asumsi berusaha memahami hakikat manusiawi yang

    terjadi di lingkungan birokratis.

    5. Teori Instrumental, adalah toeri yang bermaksud untuk melakukan

    konseptualisasi mengenai cara-cara untuk memperbaiki teknik manajemen,

    sehingga dapat dibuat sasaran kebijakan secara lebih ralistis. Teori ini

    menekankan alat, teknik dan peluang untuk melaksanakan nilainilai yang

    telah ditentukan.

  • 16

    Menurut Robbins (2003), teori administrasi meliputi :

    1. Teori Hubungan Manusia. Teori ini dirintis oleh Elton Mayo.

    Pengembangan Teori Mayo didasarkan pada penemuannya selama

    memimpin proyek. Mayo bermaksud menguji hubungan antara

    produktivitas dengan lingkungan fisik. Mayo menangkap bahwa

    normanorma sosial, justru merupakan faktor kunci dalam perilaku kerja

    individual. Karenanya, rangsangan kenaikan upah tiak memacu pekerja

    untuk bekerja lebih produktif.

    2. Teori Pengambilan Keputusan. Dalam pengambilan keputusan para

    pemikir menyarankan dipergunakannya statistik, model optimasi, model

    informasi, dan simulasi. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan

    pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari linear programming, critical

    path scheduling, inventory models, site location models, serta berbagai

    bentuk resource allocation models.

    3. Teori Perilaku. Teori ini bermaksud untuk menintegrasikan semua

    pengetahuan mengenai anggota organisasi, struktur dan prosesnya. Toeri

    ini memahami pentingnya faktor perilaku manusia sebagai alat utama

    untuk mencapai tujuan.

    4. Teori Sistem. Dalam teori ini, organisasi dipandang sebagai suatu sistem

    yang menampilkan karakteristiknya sebagai penerima masukan, pengolah

    dan pengahasil.

    5. Teori Kontigensi. Pada awalnya teori ini dipergunakan pada

    pengembangan orangnisasi yang dirancang secara optimal dapat

    mengadaptasi teknologi dan lingkungan. Teori kontigensia diangkat

    untuk mencari beberapa karakteristik umum yang melekat pada situasi

    khusus.

    B. Manajemen Strategi

    1. Pengertian Manajemen

    G.R Terry (Hasibuan, 2009 : 2) mendefinisikan manajemen sebagai

    suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

    pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta

    mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan

    sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan menurut

    Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) manajemen adalah proses

    perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

  • 17

    anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi

    untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

    Dalam suatu organisasi diperlukan manajemen untuk mengatur proses

    penyelenggaraan organisasi hingga tercapainya tujuan dari organisasi

    tersebut. Pada instansi pemerintah khususnya menyangkut soal pelayanan

    publik, diperlukan manajemen yang efektif dan efisien dalam proses

    penyelenggaraan pelayanan agar tercapainya tujuan dari pelayanan itu

    sendiri yakni kepuasan masyarakat.

    Pada penelitian ini, peneliti mengutip definisi manajemen menurut

    beberapa ahli. Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1)

    mendefinisikan manajemen. sebagai suatu seni dan ilmu perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan pengawasan daripada

    sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih

    dahulu.

    Berdasarkan pengertian-pengertian manajemen yang telah dijelaskan

    diatas, maka dalam penelitian ini dapat dipahami bahwa manajemen

    merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, pengendalian serta pengawasan dengan

    memanfaatkan sumber daya manusia serta sumber-sumber daya lainnya

    untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan.

    2. Pengertian Strategi

    Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan

    oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi

  • 18

    berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari

    Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar

    atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi

    merupakan alat untuk mencapai tujuan.

    Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses

    penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

    panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana

    agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selanjutnya Quinn (1999:10)

    mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang

    mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian

    tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi

    diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian

    sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan

    dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal

    dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta

    kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

    Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai

    suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan

    yang diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan, kebijakan, dan tindakan

    yang harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan

    eksistensi dan menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau

    organisasi harus memilki keunggulan kompetitif. Hal ini seperti yang

    diungkapkan Ohmae (1999:10) bahwa strategi bisnis, dalam suatu kata,

  • 19

    adalah mengenai keunggulan kompetitif. Satu-satunya tujuan dari

    perencanaan strategis adalah memungkinkan perusahaan memperoleh,

    seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas saingan

    mereka. Strategi koorperasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk

    mengubah kekuatan perusahaan relatif terhadap saingan dengan seefisien

    mungkin.

    Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan

    meyakinkan bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat

    dilaksanakan, Hatten dan hatten (1996: 108-109) memberikan beberapa

    petunjuknya sebagai berikut :

    a) Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi

    peluang untuk bergerak maju.

    b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat

    maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain.

    Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua strategi senantiasa

    diserasikan satu dengan yang lain.

    c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain.

    Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi

    seringkali mengklaim sumberdayanya, membiarkannya terpisah dari unit

    kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru

    merugikan posisi organisasi.

    d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.

    Selain itu hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan

    membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi

    kompetitif yang lebih kuat.

    e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak

    dapat dilaksanakan.

    f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati,

    sehingga tidak menjerumuskan organisasike lubang yang lebih besar.

    Oleh karena itu strategi hendaknya selalu dapat dikontrol.

  • 20

    g) Strategi hendaknya disusn diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai.

    h) Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari

    semua pimpinan unit dalam organisasi.

    Sementara itu menurut Argyris, Mintzberg, Steiner, dan Miner seperti

    yang dikutip dalam Rangkuti (1998:4) menyatakan bahwa strategi

    merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang

    dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat

    mempengaruhi organisasi.

    Bryson (2001:189-190) menjelaskan bahwa strategi dapat dipandang

    sebagai pola tujuan, kebijakan, progam tindakan, keputusan atau alokasi

    sumber daya yang mendefinisikan bagaimna organisasi itu, apa yang

    dilakukan dan mengapa organisasi melakukannya. Dari berbagai pendapat

    diatas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan strategi harus memperhatikan

    tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu yang akan datang, selain itu

    suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana

    strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak

    bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan

    melihat kemampuan internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan

    kelemahan organisasinya.

    Oleh karena itu, strategi merupakan perluasan misi guna

    menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi itu sendiri

    biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, dimana strategi

    menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Strategi

  • 21

    secara umum akan gagal, pada saat organisasi tidak memiliki konsisten

    antara apa yang dikatakan, apa yang di usahakan dan apa yang dilakukan.

    3. Analisis Management Strategi Model AIDA (Attention, Interest, Desire,

    Action)

    Manajemen Strategi adalah sekumpulan keputusan manajerial dan

    aksi pengambilan keputusan jangka panjang didalam perusahaan. Hal ini

    termasuk analisis lingkungan (lingkungan eksternal dan internal), formulasi

    strategi, implementasi strategi, dan evaluasi dan kontrol (Wheelen and

    Hunger, 2012:53).

    Manajemen Strategi ini dapat dilihat sebagai suatu proses yang

    meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan (Kuncoro,

    2006:13). Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan merupakan

    sekumpulan komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu

    perusahaan atau organisasi untuk mencapai strategic competitiveness dan

    menghasilkan keuntungan diatas rata-rata (Kuncoro, 2006:13).

    Dari tahapan proses manajemen strategik tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan

    dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang

    didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategi

    melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa

    depan serta rumit dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka

    partisipasi manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson,

    2008:21). Dengan pendekatan manajemen strategi, manajer pada semua

  • 22

    tingkatan perusahaan berinteraksi dalam perencanaan dan implementasinya.

    Sebagai akibatnya, konsekuensi perilaku manajemen strategik serupa

    dengan pengambilan keputusan partisipatif. Oleh karena itu, penilaian yang

    akurat mengenai dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi

    tidak hanya memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non

    keuanganpengukuran dampak berbasis perilaku (Pearce & Robinson ,

    2008:13).

    Salah satu model Manajemen Strategi adalah AIDA dikenal

    sebagaimana seorang pemasar merancang pesan yang disampaikan dengan

    kata yang tepat sehingga terjadinya pengambilan keputusan akan pembelian

    produk. Tetapi tidak semua pemasar dapat menyampaikan pesannya dengan

    baik sehingga terjadinya keraguan pembeli dalam memilih kebutuhan dan

    keinginannya.

    Rancangan pesan tersebut dijelaskan oleh beberapa para ahli dalam

    mengklarifikasikan teori AIDA, sebagai berikut : Menurut Kotler

    menjelaskan “Teori AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action)

    merupakan suatu pesan yang harus mendapatkan perhatian, menjadi

    ketertarikan, menjadi minat, dan mengambil tindakan. Teori ini

    menyampaikan akan kualitas dari pesan yang baik”. Sedangkan menurut

    Djatnika (2007) menjelaskan “Teori AIDA merupakan pengambilan

    keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh

    konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh

    perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika

  • 23

    berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk

    mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang

    jika intensitas ketertarikannya.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa AIDA merupakan alat

    penyampaian suatu pesan yang ideal kepada konsumen dimana melalui

    suatu tahapan yang terdiri dari perhatian (attention/awareness), ketertarikan

    (interest), minat (desire), dan mengambil tindakan (action).

    Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) dikenal

    sebagaimana seorang pemasar merancang pesan yang disampaikan dengan

    kata yang tepat sehingga terjadinya pengambilan keputusan akan pembelian

    produk. Tetapi tidak semua pemasar dapat menyampaikan pesannya dengan

    baik sehingga terjadinya keraguan pembeli dalam memilih kebutuhan dan

    keinginannya. Menurut Kotler dan Keller (2009:179) menjelaskan Teori

    AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action) merupakan suatu pesan yang

    harus mendapatkan perhatian, menjadi ketertarikan, menjadi minat, dan

    mengambil tindakan. Teori ini menyampaikan akan kualitas dari pesan yang

    baik.

    Definisi di atas dapat diimplikasikan bahwa AIDA (Attention,

    Interest, Desire, and Action) merupakan alat penyampaian suatu pesan yang

    ideal kepada konsumen di mana melalui suatu tahapan yang terdiri dari

    perhatian (Attention/Awareness), ketertarikan (Interest), minat (Desire), dan

    mengambil tindakan (Action). Hal ini di mana seorang pemasar harus

  • 24

    menyadari bahwa pesan yang disajikan tentang AIDA (Attention, Interest,

    Desire, and Action), yaitu :

    1) Perhatian (Attention)

    Menimbulkan perhatian pelanggan berarti sebuah pesan harus

    dapat menimbulkan perhatian baik dalam bentuk dan media yang

    disampaikan. Perhatian itu bertujuan secara umum atau khusus kepada

    calon konsumen atau konsumen yang akan dijadikan target sasaran. Hal

    tersebut dapat dikemukan lewat tulisan dan gambar yang menonjol dan

    jelas, perkataan yang menarik atau mudah diingat, dan mempunyai

    karakteristik tersendiri.

    Pesan yang menarik perhatian merupakan suatu langkah awal

    bagi perusahaan dimana pesan tersebut akan dikenal, diketahui, dan

    diingat oleh konsumen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses

    awareness / kesadaran akan adanya produk yang disampaikan ke

    konsumen (Kotler dan Keller 2009:178).

    2) Ketertarikan (Interest)

    Tertarik berarti pesan yang disampaikan menimbulkan perasaan

    ingin tahu, ingin mengamati, dan ingin mendengar serta melihat lebih

    seksama. Hal tersebut terjadi karena adanya minat yang menarik

    perhatian konsumen akan pesan yang ditunjukkan (Kotler dan Keller

    2009:178)

  • 25

    3) Keinginan (Desire)

    Pemikiran terjadi dari adanya keinginan ini, berkaitan dengan

    motif dan motivasi konsumen dalam membeli suatu produk. Motif

    pembelian dibedakan menjadi dua, yaitu motif rasional dan emosional.

    Hal ini di mana motif rasional mempertimbangkan konsumen akan

    keuntungan dan kerugian yang didapatkan, sedangkan motif emosional

    terjadi akibat emosi akan pembelian produk (Kotler dan Keller

    2009:178).

    4) Tindakan (Action)

    Tindakan terjadi dengan adanya keinginan kuat konsumen

    sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam melakukan pembeli

    produk yang ditawarkan (Kotler dan Keller 2009:178)

    4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

    a. Konsep Pemberdayaan

    Istilah “pemberdayaan diambil dari Bahasa Inggris “empowerment”,

    yang berasal dari kata dasar ”power” berarti kekuatan atau “daya” dalam

    Bahasa Indonesia. Empowerment dalam Bahasa Inggeris diterjemahkan

    sebagai pemberdayaan dalam Bahasa Indonesia.

    Maka definisi pemberdayaan dirumuskan sebagai upaya yang

    bertujuan untuk meningkatkan kekuatan/daya (power) pihakpihak yang

    tidak atau kurang berdaya. Pemberdayaan juga bermakna sebagai upaya

    distribusi-ulang (redistribusi) kekuatan/daya (power) dari pihak yang

  • 26

    memilikinya kepada pihak yang tidak atau kurang memilikinya. Karena itu,

    pemberdayaan selalu mengandung pengertian :

    a. Pengurangan atau pemindahan daya (power) atau upaya melakukan

    disempowerment/less empowering pihak-pihak yang memiliki kekuatan/

    daya (power),

    b. Penyerahan/penambahan daya (power) kepada pihak-pihak yang

    diberdayakan (empowerment).

    Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas

    realitas ketidakberdayaan (disempowerment). Mereka yang tidak berdaya

    jelas adalah pihak yang tidak memiliki daya atau kehilangan daya. Mereka

    yang tidak berdaya adalah mereka yang kehilangan kekuatannya. Secara

    lebih lengkap menurut Pambudi (2003:54-58) suatu pemberdayaan memiliki

    maksud untuk :

    a) Pemberdayaan bermakna kedalam, kepada masyarakat berarti suatu usaha untuk mentranspormasikan kesadaran rakyat sekaligus

    mendekatkan masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan

    mereka.

    b) Pemberdayaan bermakna keluar sebagai upaya untuk menggerakkan perubahan kebijakan-kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan

    masyarakat. Pemberdayaan dalam segi ini bermakna sebagai pengendali

    yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat.

    Sulistiyani (2004:7) menjelaskan bahwa “Secara etimologis

    pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau

    kemampuan”. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan

    dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau

    kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari

    pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

  • 27

    Pemberdayaan memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif.

    dalam konteks pemberdayaan, masyarakat harus diberdayakan untuk

    merumuskannya sendiri melalui sebuah proses pembangunan konsensus

    diantara berbagai individu dan kelompok sosial yang memiliki kepentingan

    dan menanggung resiko langsung (stakeholders) akibat adanya proses atau

    intervensi pembangunan, baik pembangunan ekonomi, sosial maupun

    lingkungan fisik.

    b. Pemberdayaan Masyarakat

    Pemberdayaan masyarakat biasa dipahami atau diartikan sebagai

    proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat

    posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-

    kekuatan penekan di egala bidang dan sektor kehidupan. Ada pula pihak lain

    yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga

    masyarakat secara bersamasama pada sebuah kepentingan bersama atau

    urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan

    sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu

    membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas.

    Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7), yang

    mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki

    relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu

    upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan

    masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara

    bersama-sama.

  • 28

    Jim Ife (1995:56) mengungkapkan bahwa pemberdayaan ditujukan

    untuk meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok masyarakat yang

    kurang beruntung (disadvantaged). Payne dalam Adi (2003:54)

    mengemukakan bahwa: “Proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna

    membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan

    menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri

    mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam

    melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan

    dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain

    melalui transfer daya dari lingkungannya”.Berdasarkan definisi-definisi

    tersebut diatas, pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk

    meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat.

    Dalam memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber

    daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia

    dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun

    upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan

    atau kapasitas dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi

    juga untuk membangun jiwa kemandirian masyarakat agar berkembang dan

    mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi dalam proses

    pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses

    pemberdayaan.

    Ada beberapa cara pandang yang dapat digunakan dalam memahami

    pemberdayaan masyarakat (Sutoro Eko, 2004) yaitu :

  • 29

    a) Pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat

    (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti

    pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan

    yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri

    bukan berarti lepas dari tanggung jawab negara.

    b) Pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs) masyarakat. banyak orang berargumen bahwa

    masyarakat akar rumput sebenarnya tidak membutuhkan hal-hal yang

    utopis (ngayawara) seperti demokrasi, desentralisasi, good governance,

    otonomi daerah, masyarakat sipil dan seterusnya.

    c) Pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. dari sisi proses, masyarakat sebagai subyek melakukan tindakan atau gerakan secara

    kolektif mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat posisi tawar, dan

    meraih kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai

    suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan

    kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol terhadap lingkungan,

    komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara.

    d) Pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota masyarakat) sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif.

    pemberdayaan psikologis-personal berarti mengembangkan pengetahuan,

    wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan

    kontrol diri individu. pemberdayaan struktur-personal berarti

    membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial-politik

    yang timpang.

    e) Pemerintahan dan negara pada intinya hendak membawa negara lebih dekat ke masyarakat desa, dengan bingkai desentralisasi (otonomi) desa,

    demokratisasi desa, good governance desa dan capacity building

    pemerintahan desa. negara dan pembangunan berbicara tentang peran

    negara dalam pembangunan dan pelayanan publik. Fokusnya adalah

    perubahan haluan pembangunan yang top down menuju bottom up,

    membuat pelayanan publik lebih berkualitas dan semakin dekat dengan

    masyarakat, serta penanggulangan kemiskinan.

    c. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

    Tujuan adanya pemberdayaan adalah membentuk individu dan

    masyarakat menjadi mandiri.Menurut Mardikanto dan Soebianto (2012:29)

    menjelaskan bahwasanya pemberdayaan masyarakat merupakan upaya

    untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam

    kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

  • 30

    kemiskinan dan keterbelakangan. Berdasarkan hal ini Mardikanto dan

    Soebianto (2012:111) terdapat beberapa tujuan dari pemberdayaan, antara

    lain:

    (a) Perbaikan pendidikan dalam arti bahwa pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan yang

    dilakukan melalui pemberdayaan, tidak terbatas pada perbaikan materi,

    perbaikan metode, perbaikan tempat dan waktu, serta hubungan

    fasilitator dan penerima manfaat, tetapi yang lebih penting adalah

    perbaikan pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat belajar

    seumur hidup.

    (b) Perbaikan aksebilitas artinya dengan tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup, diharapkan akan memperbaiki

    aksesibilitasnya, utamanya tentang aksesibilitas dengan sumber informasi

    dan inovasi, sumber pembiayaan, penyediaan produk dan peralatan,

    lembaga pemasaran.

    (c) Perbaikan tindakan artinya dengan berbekal kebaikan pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam sumber daya yang lebih baik, diharapkan

    akan terjadi tumpang tindakan-tindakan yang semakin lebih baik.

    (d) Perbaikan kelembagaan artinya dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk

    pengembangan jejaring kemitraan usaha.

    (e) Perbaikan usaha artinya dengan perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan akan

    memperbaiki bisnis yang dilakukan.

    (f) Perbaikan pendapatan artinya dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaikipendapatan yang

    diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan mayarakatnya.

    (g) Perbaikan lingkungan artinya dengan perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan social), karena kerusakan

    lingkungan sering kali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang

    terbatas.

    (h) Perbaikan kehidupan artinya dengan tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan

    kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

    (i) Perbaikan masyarakat dimana keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan social) yang lebih baik, diharapkan

    akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

    d. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

    Dalam upaya pemberdayaan masyarakat perlu adanya suatu strategi

    yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Salah

  • 31

    satu strategi yang tidak umum dipakai dalam proses pemberdayaan

    masyarakat adalah pendampingan.

    Strategi pemberdayaan berkenaan dengan metode atau cara yang

    digunakan. Melaui metode yang diupayakan ditemukan cara yang sederhana

    tetapi teroganisir dan berdaya guna dalam membangkitkan kemauan,

    kemampuan dan kepercayaan dari masyarakat agar terlihat aktif dalam

    kegiatan pemberdayaan. Strategi pemberdayaan pada dasarnya memiliki

    arah dan tujuan yang jelas dan harus dicapai.

    Menurut Mardikanto dan Soebianto (2015:168) menjelaskan bahwa

    pada dasarnya pemberdayaan masyarakat memiliki tiga arah tujuan, yang

    pertama pemihakan dan pemberdayaan masyarakat kedua penetapan

    otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan

    yang mengembangkan peran serta masyarakat dan ketiga modernisasi

    melalui penajaman arah perubahan struktur social ekonomi (termasuk dalam

    kesehatan), budaya yang bersumber pada partisipasi masyarakat.

    Strategi pemberdayaan yang lainnya di ungkapkan oleh parsons et.al

    (1994) dalam Mardikanto dan sobianto (2015:160-161) menyatakan bahwa

    proses pemberdayaan umumnya harus dilakukan secara kolekti. Tidak ada

    literature yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi

    satu lawan satu antara pekerja social dan klien, hal ini dibutuhkan strategi

    utama pemberdayaan. Sehingga, strategi pemberdayaan dapat dilakukan

    secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan

  • 32

    dengan kolektivitas dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau

    system lain di luar dirinya.

    Menurut Sumodiningrat (2009:106), pendampingan merupakan

    kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan fakir

    miskin secara optimal. Perlunya pendampingan dilatarbelakangi oleh adanya

    kesenjangan pemahaman diantara pihak yang memberikan bantuan dengan

    sasaran penerima bantuan. Kesenjangan dapat disebabkan oleh berbagai

    perbedaan dan keterbatasan kondisi sosial, budaya dan ekonomi.

    Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping memposisikan

    dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator,

    penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator. Sumodiningrat (2009:104-

    106) lebih dalam menjelaskan bahwa bagi para pekerja sosial dilapangan,

    kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan sosial.

    Terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan

    pendampingan sosial, yaitu:

    a) Motivasi Masyarakat khususnya keluarga miskin perlu didorong untuk membentuk

    kelompok untuk mempermudah dalam hal pengorganisasian dan

    melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat. Kemudian

    memotivasi mereka agar dapat terlibat dalam kegiatan pemberdayaan

    yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan

    menggunakan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki.

    b) Peningkatan Kesadaran dan pelatihan kemampuan Disini peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui

    pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi, sedangkan

    untuk masalah keterampilan bisa dikembangkan melalui cara-cara

    partisipatif. Sementara pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat

    melalui pengalaman mereka dapat dikombinasikan dengan pengetahuan

    yang dari luar. Hal-hal seperti ini dapat membantu masyarakat untuk

    menciptakan sumber penghidupan dan membantu meningkatkan

    keterampilan dan keahlian mereka sendiri.

  • 33

    c) Manajemen diri Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki pemimpin yang

    nantinya dapat mengatur kegiatan mereka sendiri seperti melaksanakan

    pertemuan-pertemuan atau melakukan pencatatan dan pelaporan. Disini

    pada tahap awal, pendamping membantu mereka untuk mengembangkan

    sebuah sistem. Kemudian memberikan wewenang kepada mereka untuk

    melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

    d) Mobilisasi sumber Merupakan sebuah metode untuk menghimpun setiap sumber-sumber

    yang dimiliki oleh individu-individu yang dalam masyarakat melalui

    tabungan dan sumbangan sukarela dengan tujuan untuk menciptakan

    modal sosial. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa setiap orang

    memiliki sumber daya yang dapat diberikan dan jika sumber-sumber ini

    dihimpun, maka nantinya akan dapat meningkatkan kehidupan sosial

    ekonomi masyarakat secara substansial.

    e) Pembangunan dan pengembangan jaringan Pengorganisasian kelompok-kelompok dalam swadaya masyarakat perlu

    disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun

    dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial

    disekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan

    mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi

    peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.

    Menurut Jim Ife (1995:63) ada 3 strategi yang diterapkan dalam

    pemberdayaan masyarakat, yaitu :

    a) Perencanaan dan kebijakan (policy and planning) Untuk mengembangkan perubahan struktur dan institusi sehingga

    memungkinkan masyarakat untuk mengakses berbagai sumber kehidupan

    untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Perencanaan dan kebijakan

    yang berpihak dapat dirancang untuk menyediakan sumber kehidupan

    yang cukup bagi masyarakat untuk mencapai keberdayaan.

    b) Peningkatan kesadaran dan pendidikan Masyarakat /kelompok masyarakat tertentu seringkali tidak menyadari

    penindasan yang terjadi pada dirinya. Kondisi ketertindasan diperparah

    dengan tidak adanya skill untuk bertahan hidup secara ekonomi dan

    sosial. Untuk mengataasi masalah ini peningkatan kesadaran dan

    pendidikan sangatlah penting untuk ditrapkan. Contoh : memberi

    pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana struktur-struktur

    penindasan terjadi, memberi sarana dan skill agar mencapai perubahan

    secara efektif.

  • 34

    Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

    ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial, konsep ini mencerminkan

    paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered,

    participatory, empowering, and sustainable" (Chambers dalam Kartasamita,

    1997: 6). Upaya memberdayakan masyarakat, Kartasamita (1997: 13)

    mengemukakan pemikirannya bahwa dalam kerangka memberdayakan

    masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi, yakni:

    (a) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).

    (b) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).

    (c) peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti; modal, teknologi, informasi,

    lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini

    menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar, baik fisik seperti;

    irigasi, jalan, dan listrik, ataupun social

    e. Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat

    Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada manusia

    (people centered development) melandasi wawasan pengelolaan sumber

    daya lokal, yang merupakan mekanisme perencanaan yang menekankan

    pada teknologi pembelajaran sosial dan strategi perumusan program. Tujuan

    yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

    dalam mengaktualisasikan dirinya.

    Dalam hal ini, Moelyarto (1999:37-38) mengemukakan ciri-ciri

    pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis masyarakat,

    meliputi :

  • 35

    a) Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi masyarakat setempat dibuat ditingkat lokal, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang diakui

    peranannya sebagai partisipan dalam proses pengambilan keputusan.

    b) Fokus utama pengelolaan sumber daya lokal adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskia dalam mengarahkan aset-asset yang ada

    dalam masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.

    c) Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui makna pilihan individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan

    yang dengan sentralistik.

    d) Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi- organisasi yang otonom dan mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan

    balik pelaksanaan untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi.

    e) Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan organisasi lokal yang otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok

    penerima manfaat, pemerintah lokal, lokal dan sebagainya, yang menjadi

    dasar bagi semua kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat

    pengawasan dan penguasaan masyarakat atas berbagai sumber yang ada,

    serta kemampuan masyarakat untuk mengelola sumber daya setempat.

    Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberdayaan

    masyarakat terletak pada proses pengambilan keputusan sendiri untuk

    mengembangkan pilihan-pilihan adaptasi terhadap perubahan lingkungan

    dan sosial. Pemahaman mengenai proses adaptasi masyarakat terhadap

    lingkungannya merupakan informasi penting dalam pembangunan yang

    berorientasi pada manusia, yang melandasi wawasan pengelolaan sumber

    daya local.

    f. Proses Pemberdayaan Masyarakat

    Proses pemberdayaan dalam pembangunan menurut Soetomo

    (2013:88) dilaksanakan melalui proses yang terarah dan terus menerus

    dilaksanakan agar tercipta kemandirian masyarakatnya. Unsur utama

    pemberdayaan masyarakat adalah pemberian kewenangan dan

    pengembangan kapasitas masyarakat. Kedua unsur itu tidak dapat

    dipisahkan, oleh karena itu apabila masyarakat telah memperoleh

  • 36

    kewenangan tetapi tidak atau belum memperoleh kapasitas untuk

    menjalankan kewenangannya tersebut maka hasi ahasilnya kurang optimal.

    Proses pemberdayaan menekankan rangkaian kegiatan dalam

    pemberdayaan dapat berjalan dengan baik hingga proses tesebut mencapai

    arah dan tujuannya. Tjokrowinoto (2001:23) menyatakan bahwasanya

    meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat merupakan suatu proses

    pemberdayaan, namun dalam implementasinya tidak semua yang

    direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam pelaksanaanya. Tak jarang

    ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang melakukan penolakan

    terhadap “pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul.

    Proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses, pendapat

    ini dikemukakan oleh kartasamita (1996:23), yaitu : pertama, menciptakan

    suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

    (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi

    yang dapat dikembangkan.Artinya tidak ada sumber daya manusia atau

    masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini pemberdayaan adalah

    membangun daya, kekuatan atau kemampuan dengan mendorong dan

    membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta mampu

    mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat

    sehingga diperlukan langkah yang lebih positi, selain dari iklim atau

    suasana.Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam

    proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,

    oleh karena itu kurangnya berdayanya dalam menghadapi yang lebih kuat.

  • 37

    Proses pemberdayaan yang dikemukakan Pranarka dan Vidhyandika

    (1996:45) mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan

    yang menekankan pada proses memberikan dan mengalihkan sebagian

    kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu

    lebih berdaya. Hal ini dapat disebut kecenderungan primer. Sedangkan

    kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan proses

    menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai

    kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan

    hidupnya melalui proses dialog.

    5. Pemberdayaan Ekonomi Mayarakat

    a. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

    Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat

    secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi

    dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk

    menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap

    empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi,

    akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.

    Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya

    masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu

    sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian dapat

    dipahami bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan satu upaya

    untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan

    ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

  • 38

    kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan

    nasional.

    Konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model

    pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat

    mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut :

    (a) Bahwa proses pemusatan kekuasan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor produksi

    (b) Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat yang pengusaha pinggiran

    (c) Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk

    memperkuat dan legitimasi

    (d) Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu

    masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi

    adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang

    dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka

    harus dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang

    dikuasai

    b. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

    Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan

    yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah dengan

    memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan

    melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan.

    Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola

    dananya sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak amil

    zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan

    pemberdayaan masyarakat.

    Perlu difikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran

    pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk

  • 39

    membangun, dengan ini good governance yang telah dielu-elukan sebagai

    suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tatanan

    pemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan.

    Hutama (2000:1-2) menjelak