Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

8
SKALA PSIKOLOGI SEBAGAI ALAT UKUR Hasan kawaguchi 08.58 Konstruksi Alat Ukur Guna mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan terpecaya. Pada pendekatan penelitian kuantitatif, hasil penelitian hanya akan dapat diinterprestasikan dengan tepat bila kesimpulannya didasarkan pada data yang diperoleh lewat suatu proses pengukuran yang selain tinggi validitas dan realiabilitasnya, juga objektif. Pengukuran dapat didefinisikan sebagai proses kuantifikasi suatu atribut. Pengukuran yang diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan secara sistematik. Berbagai alat ukur telah berhasil diciptakan untuk melakukan pengukuran atribut dalam bidang fisik seperti berat badan, kecepatan kendaraan, luas bidang datar, suhu udara, dan semacamnya yang segi validitasnya hampir semua dapat diterima secara universal. Kuantifikasi berat badan dengan mudah dilakukan dengan bantuan alat timbangan badan dan kuantifikasi kecepatan laju kendaraan dilakukan dengan bantuan speedometer sehingga angka berat badan 65 kg atau angka laju kendaraan 110 km perjam memberikan gambaran yang mudah dimengerti oleh hampir semua orang. Validitas, reliabilitas, dan objektivitas hasil pengukuran di bidang fisik tidak banyak lagi menjadi sumber kekhawatiran dan tidak banyak lagi dipertanyakan orang. Nomor Cetak : 12

description

menjelaskan tentang bagamaimana menyusun skala psikologi sebagai alat ukur yang baik

Transcript of Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

Page 1: Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

SKALA PSIKOLOGI SEBAGAI ALAT UKUR

Hasan kawaguchi

08.58

Konstruksi Alat Ukur

Guna mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan

prosedur pengumpulan data yang akurat dan terpecaya. Pada pendekatan penelitian

kuantitatif, hasil penelitian hanya akan dapat diinterprestasikan dengan tepat bila

kesimpulannya didasarkan pada data yang diperoleh lewat suatu proses pengukuran yang

selain tinggi validitas dan realiabilitasnya, juga objektif.

Pengukuran dapat didefinisikan sebagai proses kuantifikasi suatu atribut. Pengukuran yang

diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan secara sistematik. Berbagai

alat ukur telah berhasil diciptakan untuk melakukan pengukuran atribut dalam bidang fisik

seperti berat badan, kecepatan kendaraan, luas bidang datar, suhu udara, dan semacamnya

yang segi validitasnya hampir semua dapat diterima secara universal. Kuantifikasi berat badan

dengan mudah dilakukan dengan bantuan alat timbangan badan dan kuantifikasi kecepatan

laju kendaraan dilakukan dengan bantuan speedometer sehingga angka berat badan 65 kg atau

angka laju kendaraan 110 km perjam memberikan gambaran yang mudah dimengerti oleh

hampir semua orang. Validitas, reliabilitas, dan objektivitas hasil pengukuran di bidang fisik

tidak banyak lagi menjadi sumber kekhawatiran dan tidak banyak lagi dipertanyakan orang.

Apalagi untuk menjaga akurasi hasil pengukuran fisik, bidang psikologi masih berada dalam

taraf perkembangan yang mungkin tidak akan pernah mendekati kesempurnaan. Beberapa tes

dan skala psikologi yang standar (standard measures) dan yang telah terstandarkan

(standardized measures) kualitasnya belum dapat dikatakan optimal. Berbagai kemajuan pesat

di bidang teori pengukuran psikologi (psikometri) justru menyingkap sisi lemah dari banyak

tes dan skala psikologi yang sudah ada dan sudah lama digunakan. Untunglah, di sisi lain

kemajuan teori pengukuranpun telah membuka peluang lebih besar bagi kita untuk

mengingkatkan usaha mencapai keberhasilan yang optimal dalam penyusunan dan

pengembangan alat – alat ukur psikologi yang lebih berkualitas.

Nomor Cetak : 12

Page 2: Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

Dibandingkan pengukuran atribut fisik, pengukuran atribut – atribut psikologi jauh lebih

sukar dan bahkan mungkin tidak akan pernah dapat dilakukan dengan tingkat validitas,

reliabilitas, dan objektivitas yang sangat tinggi. Hal ini antara lain dikarenakan:

Atribut psikologi bersifat latent, yang eksistensinya ada secara konseptual. Artinya, objek

pengukuran psikologi merupakan konstrak yang tidak dapat teramati secara langsung

melainkan hanya dapat diungkap secara tidak langsung melalui banyak indicator keperilakuan

yang operasional. Merumuskan indicator keperilakuan secara tepat bukanlah hal yang mudah

untuk dilakukan.

Aitem – aitem dalam skala psikologi ditulis berdasarkan indikator keperilakuan yang

jumlahnya pasti terbatas. Keterbatasan itu dapat mengakibatkan hasil pengukuran psikologi

menjadi tidak cukup komprehensif sedangkan bagian dari indicator keperilakuan yang

terbatas itu pun sangat mungkin pula masih tumpang tindih dengan indicator keperilakuan

dari atribut psikologi yang lain.

Respon yang diberikan subyek terhadap stimulus dalam skala psikologi sedikit banyak

dipengaruhi oleh variable – variable yang tida relevan seperti suasana hati subyek, gangguan

kondisi dan situasi di sekitar, dan semacamnya.

Atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi. Banyak yang

mudah beribah sejalan dengan waktu dan situasi.

Interpretasi terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normative. Dalam

istilah pengukuran, dikatakan bahwa pada pengukuran psikologi terdapat lebih banyak sumber

eror.

Berbagai keterbatasan dalam bidang pengukuran psikologi inilah yang menjadi prosedur

konstruksi skala – skala psikologi lebih rumit dan harus dilakukan dengan penuh perencanaan

dan sistematik sehingga sumber eror yang mungkin ada dapat ditekan sesedikit mungkin.

Permasalahan validitas pengukuran sudah harus diperhitungkan dan diusahakan untuk dicapai

sejak dari langkah yang paling awal sampai pada langkah konstruksi yang terakhir dan

sesudahnya.

Sumber: PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGI. Edisi 2. Saifuddin Azwar. (Hal 1 – 2)

Nomor Cetak : 12

Page 3: Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

Materi dipertemuan ke 5 ini dibawakan oleh Ibu Lola dengan penampilan yang cantik dan

feminim siang itu. Ibu Lola mengenakan baju terusan berwarna hijau dengan model rajut yang

kelihatannya halus dipadankan dengan jaket jeans. Lho kok jadi observasi dosen sih?!

haduh…focus focus..fokus!

Okeh lanjut ke pembahasan. Pertemuan kali ini Bu Lola kasih pembahasan mengenai

‘Penyusunan Skala Psikologi’ yang akan kita ulas sedikit dalam review kali ini. Kenapa

sedikit? Karena setengah pertemuan kemarin diisi oleh diskusi per group dari tugas yang

diberikan oleh Pak Seta. Berikut ulasannya……………………………

Sesi pertama bu Lola memberikan slide mengenai Tes Psikologi yang menurut Cronbach

dibagi menjadi 2 :

v Tes performansi maksimum : performansi kinerja terbaik oleh individu

v Tes performansi tipikal : mengungkapkan sifat-sifat kepribadian, sehingga tersamar dan

terstruktur.

Hal inilah yang diukur dengan psikologi. Pengukuran sendiri adalah proses kuantifikasi

atribut dan dapat menghasilkan data yang valid dan dilakukan secara sistematik.

Selanjutnya, dalam pembuatan alat ukur beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

v Indikator – indicator perilaku

v Perilaku yang tampak

Jangan sesekali membuat pernyataan dalam pengukuran “ factor-faktor yang mempengaruhi”

kata Bu Lola. Ketika sedang membahas skala yang digunakan untuk pengukuran bu Lola

memberikan perbedaan bentuk skala Likert : (SS) Sangat Setuju (S) Setuju (N) Netral (TS)

Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju dan skala Thurstone : 1 2 3 4 5 sd 10 (untuk

pernyataan sangat setuju sd sangat tidak setuju).

Kemudian Bu Lola juga menjelaskan mengenai kelemahan dari skala Psikologi, yaitu :

Nomor Cetak : 12

Page 4: Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

v Atribut psikologi bersifat latent dan tidak mempunyai eksistensi riil

v Atribut – atribut skala psikologi ditulis berdasarkan indicator perilaku yang jumlahnya

terbatas

v Respon yang diberikan subjek terhadap stimulus skala psikologi dipengaruhi oleh variable

yang tidak relevan seperti mood atau suasana yang tidak kondusif dalam pengisian questioner

atau angket.

v Atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi

v Intepretasi terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normative

Objek pengukuran dapat berupa atribut fisik atau psikologi. Karakteristik skala sebagai alat

ukur dijelasan oleh Bu Lola adalah sbb :

v Stimulus berupa pernyataan yang tidak langsung mengungkapkan indicator perilaku yang

hendak diukur

v Skala psikologi selalu terdiri dari 2 item

v Respon subjek diklasifikasikan sebagai jawaban ‘benar’ atau ‘salah’.

Pernyataan diatas merupakan cirri pengukuran terhadap performansi tipikal.

Ditengah pembahasan bu Lola juga mengingatkan kembali pada mahasiswa untuk tugas

pembuatan alat ukur yang diberikan oleh Pak Seta. Tugas tersebut dikumpulkan berupa

proposal pada UTS dan berupa laporan hasil pada saat UAS. Pada tugas pembuatan alat ukur

tersebut bu Lola memberikan masukan pada saat angket yang dibuat perlu di uji coba

kevaliditasannya. Salah satu uji coba tersebut adalah dengan proses Elisitasi yakni proses

wawancara yang dilakukan sebelum penyebaran angket. Proses ini diperlukan untuk

mengetahui apakah fenomena yang akan diukur benar-benar merupakan fenomena yang

terjadi pada suatu populasi tertentu. Maka dari itu diperlukan proses tersebut agar teruji

kevaliditasannya.

Back to the topic, berkutnya bu Lola memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara

angket dengan skala dalam pengukuran. Perbedaan tersebut adalah sbb :

Nomor Cetak : 12

Page 5: Silabus Konstruksi Alat Ukur Psi

No AngketSkala

1 Data yang diungkapkan berupa fakta Data yang diungkapkan berupa konstruk atau

konsep psikologis

2 Pertanyaan dalam angket bersifat langsung mengarah kepada informasi mengenai data

yang hendak diungkap. Data tersebut berupa opini atau fakta yang menyangkut diri responden

Pertanyaan dalam skala bersifat tidak langsung dan untuk memancing jawaban yang

merupakan proyeksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari

3 Responden tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang

dikehendaki oleh pertanyaan tersebutSekalipun responden memahami isi pertanyaan dalam

skala, namun responden tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan

apa yang sesungguhnua diungkap oleh pertanyaan tersebut.

4 Jawaban terhadap angket tak daoat diberi skor (dalam arti kualitas/kuantitas)

melainkan diberi angka coding atau klasifikasi jawaban Jawaban terhadap item diberi skor

melalui proses penskalaan

5 Satu angket dapat mengungkapkan informasi mengenai banyak hal (banyak variable)

Satu skala hanya mengungkapkan atribut tunggal (satu variable / undimensional)

6 Data yang diperolah dengan angket tidak perlu diuji validitas dan reliabilitasnya secara

psikometris Data yang diperoleh dengan skala perlu divalidasi secara psikometris. Karena

isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala lebih terbuka terhadap

error

7 Validitas dan reliabilitas angket tergantung pada kejujuran responden dalam menjawab

pertanyaan Validitas dan reliabilitas skala tergantung pada kejelasan konsep atribut yang

hendak diukur dan operasionalisasinya.

Nomor Cetak : 12