Psi Ko Metri

51
Daftar Isi BAB I Pendahuluan 2 I.1 Latar Belakang 2 I.2 Tujuan Penulisan 3 BAB II Tinjauan Pustaka 4 II.1 Psikometri 4 II.1.A Pengukuran Psikis dalam Psikiatri 4 II.1.B Kedudukan Psikometri dalam Psikiatri 8 II.1.C Aspek-aspek Psikiatri dan Biometri 11 II.1.D Kuantifikasi dalam Psikiatri 11 II.2 Instrumen 12 II.2.A Pengertian 12 II.2.B Bentuk-bentuk Instrumen 12 II.2.C Tipe Skala Pengukuran 15 II.2.D Pembakuan Instrumen 18 II.3 Pengembangan Instrumen 18 II.4 Karakteristik Tes yang Baik 28 BAB III Kesimpulan 34 Daftar Pustaka 35

Transcript of Psi Ko Metri

Page 1: Psi Ko Metri

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan 2

I1 Latar Belakang 2

I2 Tujuan Penulisan 3

BAB II Tinjauan Pustaka 4

II1 Psikometri 4

II1A Pengukuran Psikis dalam Psikiatri 4

II1B Kedudukan Psikometri dalam Psikiatri 8

II1C Aspek-aspek Psikiatri dan Biometri 11

II1D Kuantifikasi dalam Psikiatri 11

II2 Instrumen 12

II2A Pengertian 12

II2B Bentuk-bentuk Instrumen 12

II2C Tipe Skala Pengukuran 15

II2D Pembakuan Instrumen 18

II3 Pengembangan Instrumen 18

II4 Karakteristik Tes yang Baik 28

BAB III Kesimpulan 34

Daftar Pustaka 35

BAB I

PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

Manusia terdiri dari tiga demensi yaitu spiritual psikis dan raga Dimensi

spiritual adalah hubungan manusia denganYang Maha Kuasa dan Maha Pencipta

menurut burkhardt (1993) spiritual meliputi beberapa aspek yaitu berhubungan

dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidak pastian dalam kehidupan

menemukan arti dan tujuan hidup menyadari kemampuan untuk menggunakan

sumber dan kekuatan dalam diri sendiri mempunyai perasaan keterikatan dengan

diri sendiri dan dengan yang Maha Tinggi Dimensi mengenai perilaku dan fungsi

mentalmanusia secara ilmiah Dimensi jasmani atau tubuh adalah tubuh atau

badan manusia Dimensi jasmania dapat diukur melalaui alat timbangan untuk

mengukur berat badan tensi meter untuk menilai tekanan darah Sedangkan

dimensi psikis sulit atau tidak bias diukur oleh karena itu diciptakan psikometri

Psikometri sendiri adalah proses untuk pengukuran psikologi Toeri psikometri

adalah metodelogi tentang pengembangan dan penggunaan pengukuran pada

semua aspek psikologi Oleh karena peulis merasa penting untuk membahas

pengembangan instrument psikometri dalam bidang psikiatri

I2 TUJUAN PENELITIAN

1 Tujuan Umum

Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui mengenai

pengembangan instrument dalam bidang psikometri

2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui

- Psikometri

- instrumen

- Langkah-langkah menyusun instrument

- Tipe skala pengukuran

2

- Pembakuan instrument

- Pengembangan instrumen

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 PSIKOMETRI

II1A PENGUKURAN DIMENSI PSIKIS DALAM PSIKIATRI

pengukuran psikis merupakan pengukuran dengan obyek psikis tertentu

Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau

psychological traits yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku Perilaku

sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut yang dapat diobservasi

Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi Oleh karena itu

dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang

diukur Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat

dibutuhkan psychological attributes traits yang disebut konstruk (construct)

Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha

membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku Indikator dari suatu konstruk

psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian teori

observasi wawancara elisitasi [terutama untuk konstruk sikap] lalu dinyatakan

dalam definisi operasional Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes

Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang

dimiliki individu secara sistematis dan terstandar

A Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum alat untuk mengetahui kandungan-

kandungan tanah Dalam bahasa perancis tes adalah alat untuk membedakan antara

emas dan perak Dalam Psikologi tes dapat berfungsi sebagai prosedur dan alat

Tes disebut prosedur yang sistematik karena

item disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu

administrasi dan skoring harus jelas dan spesifik

4

tiap individu yang terkena harus diperlakukan sama dan sebanding

kondisinya

Tes disebut mengukur sampel perilaku karena

berapapun banyaknya aitem tetap mengukur sampel perilaku Anggapan

semakin banyak semakin baik salah jika hanya berupa duplikasi

kelayakan sesuatu tergantung pada apakah suatu aitem mewakili secara

representatif kawasan yang hendak diukur

B Jenis Tes

1 Tes performansi maksimal

apa yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik subjek melakukannya

lebih pada kemampuan dan prestasi

bisa ditingkatkan dengan latihan

ada batasannya Misalkan UMPTN TOELF ulangan harian dll

2 Tes performansi tipikal

kecenderungan yang dilakukan subjek dalam situasi tertentu atau bagaimana

subjek bereaksi terhadap kondisi tertentu

diungkap berkaitan dengan pengalaman hidupnya

tidak ada benar salah

keluar sesuai dengan tipikal seseorang

stimulus kabur ambigu tidak jelas sehingga merupakan proyeksi pengalaman

kehidupan

Misalkan tes kepribadian minat sikap dll

C Karakteristik Pengukuran Psikologis

1 Indirect

dilakukan secara tidak langsung

harus diberikan stimulus agar menghasilkan respon yang merupakan

representasi dari atribut yang diukur

5

pada pengukuran atribut tertentu dilakukan dengan melihat keterkaitan

fungsinya

2 Tidak ada satuan ukuran

instrumen bound hasil pengukuran harus dikaitkan dengan latnya

person bound hasil pengukuran berlaku hanya pada individu tertentu Misal

EPPS bersifat ipsaptive = komposisi need hanya dapat dibandingkan dalam

diri 1 orang

3 Deskriptif

hasilnya disajikan dalam bentuk psikogram

4 Selalu mengandung kemungkinan adanya ldquoerrorrdquo

selalu mengandung error tetapi bisa diminimalkan karena hanya sampai

bentuk data interval dan individu yang satu berbeda dengan individu yang

lain

harus diikutsertakan validitas dan reliabilitas

5 Multi approach

tidak ada pendekatan tunggal karena atribut yang sama dapat diambil

konsep yang berbeda

D Macam-Macam Alat Pengukuran

1 Skala

1048716 Suatu seri progresif nilai atau besaran sesuai dengan gejala yang dapat

dikuantifikasikan

1048716 Seri progresif bergerak dari yang rendah ke yang tinggi atau sebaliknya dari

yang tinggi ke yang rendah

Sangat sering ndash tidak pernah

Sangat setuju ndash sangat tidak setuju

Hampir selalu ndash tidak pernah

Sesuai ndash sangat tidak sesuai

1048716 Ordinalnya 3 5 7 11 dan yang paling sering biasanya 7

2 Inventory

6

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 2: Psi Ko Metri

BAB I

PENDAHULUAN

I1 Latar Belakang

Manusia terdiri dari tiga demensi yaitu spiritual psikis dan raga Dimensi

spiritual adalah hubungan manusia denganYang Maha Kuasa dan Maha Pencipta

menurut burkhardt (1993) spiritual meliputi beberapa aspek yaitu berhubungan

dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidak pastian dalam kehidupan

menemukan arti dan tujuan hidup menyadari kemampuan untuk menggunakan

sumber dan kekuatan dalam diri sendiri mempunyai perasaan keterikatan dengan

diri sendiri dan dengan yang Maha Tinggi Dimensi mengenai perilaku dan fungsi

mentalmanusia secara ilmiah Dimensi jasmani atau tubuh adalah tubuh atau

badan manusia Dimensi jasmania dapat diukur melalaui alat timbangan untuk

mengukur berat badan tensi meter untuk menilai tekanan darah Sedangkan

dimensi psikis sulit atau tidak bias diukur oleh karena itu diciptakan psikometri

Psikometri sendiri adalah proses untuk pengukuran psikologi Toeri psikometri

adalah metodelogi tentang pengembangan dan penggunaan pengukuran pada

semua aspek psikologi Oleh karena peulis merasa penting untuk membahas

pengembangan instrument psikometri dalam bidang psikiatri

I2 TUJUAN PENELITIAN

1 Tujuan Umum

Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui mengenai

pengembangan instrument dalam bidang psikometri

2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui

- Psikometri

- instrumen

- Langkah-langkah menyusun instrument

- Tipe skala pengukuran

2

- Pembakuan instrument

- Pengembangan instrumen

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 PSIKOMETRI

II1A PENGUKURAN DIMENSI PSIKIS DALAM PSIKIATRI

pengukuran psikis merupakan pengukuran dengan obyek psikis tertentu

Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau

psychological traits yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku Perilaku

sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut yang dapat diobservasi

Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi Oleh karena itu

dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang

diukur Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat

dibutuhkan psychological attributes traits yang disebut konstruk (construct)

Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha

membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku Indikator dari suatu konstruk

psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian teori

observasi wawancara elisitasi [terutama untuk konstruk sikap] lalu dinyatakan

dalam definisi operasional Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes

Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang

dimiliki individu secara sistematis dan terstandar

A Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum alat untuk mengetahui kandungan-

kandungan tanah Dalam bahasa perancis tes adalah alat untuk membedakan antara

emas dan perak Dalam Psikologi tes dapat berfungsi sebagai prosedur dan alat

Tes disebut prosedur yang sistematik karena

item disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu

administrasi dan skoring harus jelas dan spesifik

4

tiap individu yang terkena harus diperlakukan sama dan sebanding

kondisinya

Tes disebut mengukur sampel perilaku karena

berapapun banyaknya aitem tetap mengukur sampel perilaku Anggapan

semakin banyak semakin baik salah jika hanya berupa duplikasi

kelayakan sesuatu tergantung pada apakah suatu aitem mewakili secara

representatif kawasan yang hendak diukur

B Jenis Tes

1 Tes performansi maksimal

apa yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik subjek melakukannya

lebih pada kemampuan dan prestasi

bisa ditingkatkan dengan latihan

ada batasannya Misalkan UMPTN TOELF ulangan harian dll

2 Tes performansi tipikal

kecenderungan yang dilakukan subjek dalam situasi tertentu atau bagaimana

subjek bereaksi terhadap kondisi tertentu

diungkap berkaitan dengan pengalaman hidupnya

tidak ada benar salah

keluar sesuai dengan tipikal seseorang

stimulus kabur ambigu tidak jelas sehingga merupakan proyeksi pengalaman

kehidupan

Misalkan tes kepribadian minat sikap dll

C Karakteristik Pengukuran Psikologis

1 Indirect

dilakukan secara tidak langsung

harus diberikan stimulus agar menghasilkan respon yang merupakan

representasi dari atribut yang diukur

5

pada pengukuran atribut tertentu dilakukan dengan melihat keterkaitan

fungsinya

2 Tidak ada satuan ukuran

instrumen bound hasil pengukuran harus dikaitkan dengan latnya

person bound hasil pengukuran berlaku hanya pada individu tertentu Misal

EPPS bersifat ipsaptive = komposisi need hanya dapat dibandingkan dalam

diri 1 orang

3 Deskriptif

hasilnya disajikan dalam bentuk psikogram

4 Selalu mengandung kemungkinan adanya ldquoerrorrdquo

selalu mengandung error tetapi bisa diminimalkan karena hanya sampai

bentuk data interval dan individu yang satu berbeda dengan individu yang

lain

harus diikutsertakan validitas dan reliabilitas

5 Multi approach

tidak ada pendekatan tunggal karena atribut yang sama dapat diambil

konsep yang berbeda

D Macam-Macam Alat Pengukuran

1 Skala

1048716 Suatu seri progresif nilai atau besaran sesuai dengan gejala yang dapat

dikuantifikasikan

1048716 Seri progresif bergerak dari yang rendah ke yang tinggi atau sebaliknya dari

yang tinggi ke yang rendah

Sangat sering ndash tidak pernah

Sangat setuju ndash sangat tidak setuju

Hampir selalu ndash tidak pernah

Sesuai ndash sangat tidak sesuai

1048716 Ordinalnya 3 5 7 11 dan yang paling sering biasanya 7

2 Inventory

6

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 3: Psi Ko Metri

- Pembakuan instrument

- Pengembangan instrumen

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 PSIKOMETRI

II1A PENGUKURAN DIMENSI PSIKIS DALAM PSIKIATRI

pengukuran psikis merupakan pengukuran dengan obyek psikis tertentu

Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau

psychological traits yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku Perilaku

sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut yang dapat diobservasi

Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi Oleh karena itu

dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang

diukur Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat

dibutuhkan psychological attributes traits yang disebut konstruk (construct)

Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha

membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku Indikator dari suatu konstruk

psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian teori

observasi wawancara elisitasi [terutama untuk konstruk sikap] lalu dinyatakan

dalam definisi operasional Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes

Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang

dimiliki individu secara sistematis dan terstandar

A Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum alat untuk mengetahui kandungan-

kandungan tanah Dalam bahasa perancis tes adalah alat untuk membedakan antara

emas dan perak Dalam Psikologi tes dapat berfungsi sebagai prosedur dan alat

Tes disebut prosedur yang sistematik karena

item disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu

administrasi dan skoring harus jelas dan spesifik

4

tiap individu yang terkena harus diperlakukan sama dan sebanding

kondisinya

Tes disebut mengukur sampel perilaku karena

berapapun banyaknya aitem tetap mengukur sampel perilaku Anggapan

semakin banyak semakin baik salah jika hanya berupa duplikasi

kelayakan sesuatu tergantung pada apakah suatu aitem mewakili secara

representatif kawasan yang hendak diukur

B Jenis Tes

1 Tes performansi maksimal

apa yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik subjek melakukannya

lebih pada kemampuan dan prestasi

bisa ditingkatkan dengan latihan

ada batasannya Misalkan UMPTN TOELF ulangan harian dll

2 Tes performansi tipikal

kecenderungan yang dilakukan subjek dalam situasi tertentu atau bagaimana

subjek bereaksi terhadap kondisi tertentu

diungkap berkaitan dengan pengalaman hidupnya

tidak ada benar salah

keluar sesuai dengan tipikal seseorang

stimulus kabur ambigu tidak jelas sehingga merupakan proyeksi pengalaman

kehidupan

Misalkan tes kepribadian minat sikap dll

C Karakteristik Pengukuran Psikologis

1 Indirect

dilakukan secara tidak langsung

harus diberikan stimulus agar menghasilkan respon yang merupakan

representasi dari atribut yang diukur

5

pada pengukuran atribut tertentu dilakukan dengan melihat keterkaitan

fungsinya

2 Tidak ada satuan ukuran

instrumen bound hasil pengukuran harus dikaitkan dengan latnya

person bound hasil pengukuran berlaku hanya pada individu tertentu Misal

EPPS bersifat ipsaptive = komposisi need hanya dapat dibandingkan dalam

diri 1 orang

3 Deskriptif

hasilnya disajikan dalam bentuk psikogram

4 Selalu mengandung kemungkinan adanya ldquoerrorrdquo

selalu mengandung error tetapi bisa diminimalkan karena hanya sampai

bentuk data interval dan individu yang satu berbeda dengan individu yang

lain

harus diikutsertakan validitas dan reliabilitas

5 Multi approach

tidak ada pendekatan tunggal karena atribut yang sama dapat diambil

konsep yang berbeda

D Macam-Macam Alat Pengukuran

1 Skala

1048716 Suatu seri progresif nilai atau besaran sesuai dengan gejala yang dapat

dikuantifikasikan

1048716 Seri progresif bergerak dari yang rendah ke yang tinggi atau sebaliknya dari

yang tinggi ke yang rendah

Sangat sering ndash tidak pernah

Sangat setuju ndash sangat tidak setuju

Hampir selalu ndash tidak pernah

Sesuai ndash sangat tidak sesuai

1048716 Ordinalnya 3 5 7 11 dan yang paling sering biasanya 7

2 Inventory

6

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 4: Psi Ko Metri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II1 PSIKOMETRI

II1A PENGUKURAN DIMENSI PSIKIS DALAM PSIKIATRI

pengukuran psikis merupakan pengukuran dengan obyek psikis tertentu

Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau

psychological traits yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku Perilaku

sendiri merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut yang dapat diobservasi

Namun tidak semua hal yang psikologis dapat diobservasi Oleh karena itu

dibutuhkan indikator-indikator yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang

diukur Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat

dibutuhkan psychological attributes traits yang disebut konstruk (construct)

Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha

membangun teori untuk menjelaskan tingkah laku Indikator dari suatu konstruk

psikologis diperoleh melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian teori

observasi wawancara elisitasi [terutama untuk konstruk sikap] lalu dinyatakan

dalam definisi operasional Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes

Tes adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang

dimiliki individu secara sistematis dan terstandar

A Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin testum alat untuk mengetahui kandungan-

kandungan tanah Dalam bahasa perancis tes adalah alat untuk membedakan antara

emas dan perak Dalam Psikologi tes dapat berfungsi sebagai prosedur dan alat

Tes disebut prosedur yang sistematik karena

item disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu

administrasi dan skoring harus jelas dan spesifik

4

tiap individu yang terkena harus diperlakukan sama dan sebanding

kondisinya

Tes disebut mengukur sampel perilaku karena

berapapun banyaknya aitem tetap mengukur sampel perilaku Anggapan

semakin banyak semakin baik salah jika hanya berupa duplikasi

kelayakan sesuatu tergantung pada apakah suatu aitem mewakili secara

representatif kawasan yang hendak diukur

B Jenis Tes

1 Tes performansi maksimal

apa yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik subjek melakukannya

lebih pada kemampuan dan prestasi

bisa ditingkatkan dengan latihan

ada batasannya Misalkan UMPTN TOELF ulangan harian dll

2 Tes performansi tipikal

kecenderungan yang dilakukan subjek dalam situasi tertentu atau bagaimana

subjek bereaksi terhadap kondisi tertentu

diungkap berkaitan dengan pengalaman hidupnya

tidak ada benar salah

keluar sesuai dengan tipikal seseorang

stimulus kabur ambigu tidak jelas sehingga merupakan proyeksi pengalaman

kehidupan

Misalkan tes kepribadian minat sikap dll

C Karakteristik Pengukuran Psikologis

1 Indirect

dilakukan secara tidak langsung

harus diberikan stimulus agar menghasilkan respon yang merupakan

representasi dari atribut yang diukur

5

pada pengukuran atribut tertentu dilakukan dengan melihat keterkaitan

fungsinya

2 Tidak ada satuan ukuran

instrumen bound hasil pengukuran harus dikaitkan dengan latnya

person bound hasil pengukuran berlaku hanya pada individu tertentu Misal

EPPS bersifat ipsaptive = komposisi need hanya dapat dibandingkan dalam

diri 1 orang

3 Deskriptif

hasilnya disajikan dalam bentuk psikogram

4 Selalu mengandung kemungkinan adanya ldquoerrorrdquo

selalu mengandung error tetapi bisa diminimalkan karena hanya sampai

bentuk data interval dan individu yang satu berbeda dengan individu yang

lain

harus diikutsertakan validitas dan reliabilitas

5 Multi approach

tidak ada pendekatan tunggal karena atribut yang sama dapat diambil

konsep yang berbeda

D Macam-Macam Alat Pengukuran

1 Skala

1048716 Suatu seri progresif nilai atau besaran sesuai dengan gejala yang dapat

dikuantifikasikan

1048716 Seri progresif bergerak dari yang rendah ke yang tinggi atau sebaliknya dari

yang tinggi ke yang rendah

Sangat sering ndash tidak pernah

Sangat setuju ndash sangat tidak setuju

Hampir selalu ndash tidak pernah

Sesuai ndash sangat tidak sesuai

1048716 Ordinalnya 3 5 7 11 dan yang paling sering biasanya 7

2 Inventory

6

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 5: Psi Ko Metri

tiap individu yang terkena harus diperlakukan sama dan sebanding

kondisinya

Tes disebut mengukur sampel perilaku karena

berapapun banyaknya aitem tetap mengukur sampel perilaku Anggapan

semakin banyak semakin baik salah jika hanya berupa duplikasi

kelayakan sesuatu tergantung pada apakah suatu aitem mewakili secara

representatif kawasan yang hendak diukur

B Jenis Tes

1 Tes performansi maksimal

apa yang dapat dilakukan oleh subjek dan seberapa baik subjek melakukannya

lebih pada kemampuan dan prestasi

bisa ditingkatkan dengan latihan

ada batasannya Misalkan UMPTN TOELF ulangan harian dll

2 Tes performansi tipikal

kecenderungan yang dilakukan subjek dalam situasi tertentu atau bagaimana

subjek bereaksi terhadap kondisi tertentu

diungkap berkaitan dengan pengalaman hidupnya

tidak ada benar salah

keluar sesuai dengan tipikal seseorang

stimulus kabur ambigu tidak jelas sehingga merupakan proyeksi pengalaman

kehidupan

Misalkan tes kepribadian minat sikap dll

C Karakteristik Pengukuran Psikologis

1 Indirect

dilakukan secara tidak langsung

harus diberikan stimulus agar menghasilkan respon yang merupakan

representasi dari atribut yang diukur

5

pada pengukuran atribut tertentu dilakukan dengan melihat keterkaitan

fungsinya

2 Tidak ada satuan ukuran

instrumen bound hasil pengukuran harus dikaitkan dengan latnya

person bound hasil pengukuran berlaku hanya pada individu tertentu Misal

EPPS bersifat ipsaptive = komposisi need hanya dapat dibandingkan dalam

diri 1 orang

3 Deskriptif

hasilnya disajikan dalam bentuk psikogram

4 Selalu mengandung kemungkinan adanya ldquoerrorrdquo

selalu mengandung error tetapi bisa diminimalkan karena hanya sampai

bentuk data interval dan individu yang satu berbeda dengan individu yang

lain

harus diikutsertakan validitas dan reliabilitas

5 Multi approach

tidak ada pendekatan tunggal karena atribut yang sama dapat diambil

konsep yang berbeda

D Macam-Macam Alat Pengukuran

1 Skala

1048716 Suatu seri progresif nilai atau besaran sesuai dengan gejala yang dapat

dikuantifikasikan

1048716 Seri progresif bergerak dari yang rendah ke yang tinggi atau sebaliknya dari

yang tinggi ke yang rendah

Sangat sering ndash tidak pernah

Sangat setuju ndash sangat tidak setuju

Hampir selalu ndash tidak pernah

Sesuai ndash sangat tidak sesuai

1048716 Ordinalnya 3 5 7 11 dan yang paling sering biasanya 7

2 Inventory

6

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 6: Psi Ko Metri

pada pengukuran atribut tertentu dilakukan dengan melihat keterkaitan

fungsinya

2 Tidak ada satuan ukuran

instrumen bound hasil pengukuran harus dikaitkan dengan latnya

person bound hasil pengukuran berlaku hanya pada individu tertentu Misal

EPPS bersifat ipsaptive = komposisi need hanya dapat dibandingkan dalam

diri 1 orang

3 Deskriptif

hasilnya disajikan dalam bentuk psikogram

4 Selalu mengandung kemungkinan adanya ldquoerrorrdquo

selalu mengandung error tetapi bisa diminimalkan karena hanya sampai

bentuk data interval dan individu yang satu berbeda dengan individu yang

lain

harus diikutsertakan validitas dan reliabilitas

5 Multi approach

tidak ada pendekatan tunggal karena atribut yang sama dapat diambil

konsep yang berbeda

D Macam-Macam Alat Pengukuran

1 Skala

1048716 Suatu seri progresif nilai atau besaran sesuai dengan gejala yang dapat

dikuantifikasikan

1048716 Seri progresif bergerak dari yang rendah ke yang tinggi atau sebaliknya dari

yang tinggi ke yang rendah

Sangat sering ndash tidak pernah

Sangat setuju ndash sangat tidak setuju

Hampir selalu ndash tidak pernah

Sesuai ndash sangat tidak sesuai

1048716 Ordinalnya 3 5 7 11 dan yang paling sering biasanya 7

2 Inventory

6

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 7: Psi Ko Metri

1048716 Adalah suatu instrumen untuk mengungkap ada tidaknya suatu perilaku

tertentu interest sikap dsb

1048716 Biasanya berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab

1048716 Pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan sesuatu yang sudah ada dalam

diri subjek keinginan-keinginan subjek akan terungkap

Misal - aku berharap aku bisa mengubah hellip

- yang terbaik pilihan sekolah adalah hellip

- aku betul-betul tidak suka pada hellip dll

3 Rating

Adalah pemberian skorranking pada individu atau gejaladata tertentu

Rating biasanya dikaitkan dengan skala

Yang penting pada rating adalah adanya rater yang bertugas untuk memberi

skor atau ranking pada gejala tertentusubjek (biasanya 3)

Biasanya dibuat dalam bentuk check list

4 Questionaire

Adalah suatu set pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu topik tertentu yang harus

dijawab oleh subjek

Untuk mengukur interest personality problem dan opinions dan merekam info

biografis Misal kita menyuruh subjek untuk memilih (berilah tanda ceklis )

Jenis kelamin laki-laki

perempuan

II 1 B Kedudukan Psikometri Dalam Psikiatri

7

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 8: Psi Ko Metri

Psikometri mempengaruhi perkembangan dari psikodiagnosa dimana psikodiagnosa

itu sendiri adalah studi ilmiah tetntang berbagai metode untuk membuat diagnose

psikologis dalam tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat

mengenali dan mengobati panyakit psikit secara tepat

II1C Aspek-aspek Psikologi dan Biometri terdiri dari

A Aspek Biometri

Pemeriksaan Antropometri

Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan

bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-

norma untuk jenis kelaminusia berat badan suku bangsa dll Antropometri

dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat

ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak Ketepatan dan

ketelitian pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar

Kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil

pengamatan Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut

A Pengukuran Berat Badan

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara

berkala

BPengukuran Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring Pengukuran

dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala Jika pengukuran dilakukan

saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus sehingga tumit bokong dan

bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical sedangkan liang telinga

dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal

CPengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun Pada anak lebih

dari 3 tahun bukan merupakan pemeriksan yang rutin Pita ukur diletakkan pada

oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela

8

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 9: Psi Ko Metri

D Pengukuran Lingkar Dada

Dilakukan dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae

EPengukuran Lingkar Perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk

bidang yang tegak lurus pada poros tubuh

Pengukuran Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah

Diukur dengan menggunakan tensimeter Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan

darah Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik mengacu pada tekanan di

dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh

Angka yang lebih rendah adalah tekanan diastolik mengacu pada tekanan di dalam

arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah Baik tekanan sistolik dan

diastolik dicatat sebagai ldquomm Hgrdquo (milimeter air raksa)

Suhu tubuh

Pengukurannya dengan menggunakan alat ukur thermometer Hasil pengukurannya

dinyatakan dalam oC

Denyut Nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa kali jantung berdetak per

menit Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi

juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

Pernapasan

Menilai frekuensi irama kedalaman dan tipe atau pola

pernapasan Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil

napas per menit

9

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 10: Psi Ko Metri

B Aspek Psikologi

1 Bakat

Bakat menurut bahasa (etimologis) adalah kelebihan keunggulan alamiah yang

melekat pada diri seseorang dan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang

lain Sedangkan menurut istilah adalah kemampuan khusus yang dimiliki orang -

orang tertentu

2 Berpikir

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan

menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran Setiap hari dalam

kehidupan kita akan berpikir sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah maka

kita akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan

pikiran memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan

memecahkannya

3 Minat

Minat merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai kekuatan pembelajaran yang

menjadi daya penggerak seeorang dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketetapan

dan cenderung menetap dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman

belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang

suka dan gembira

4 Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dittandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mr Donald 1950)

5 Sikap

Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

10

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 11: Psi Ko Metri

Eagly amp Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses proses kognitif

afektif dan perilaku Sebagai hasil evaluasi sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif afektif

(emosi) maupun perilaku (Katz amp Stoland 1959 Triandis 1971)

Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang

dilakukan individu Oleh karena itu mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif yaitu

1 Faktor-faktor Genetik dan fisiologik

2 Pengalaman Personal

3 Pengaruh orang tua

4 Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

5 Media massa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

middot Pengalaman pribadi

middot Kebudayaan

middot Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

middot Media massa

middot Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama

middot Faktor Emosional

II1D Tes kualitatif yang dapat dikuantifikasikan (Kuantifikasi dalam

Psikiatri)

Tidak semua tes kualitatif bisa dikuantifikasikan

Semuanya harus sesuai dengan kaidah ilmiah valid dan reliable

Jika syarat terpenuhi data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif yang

sepadan caranya dengan membuat indeks

11

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 12: Psi Ko Metri

1 Merumuskan definisidimensi

2 Merumuskan indikator untuk tiap dimensi

3 Memberi bobot bagi tiap indikator

4 Merumuskan skala untuk tiap indikator

II2 INSTRUMEN

II2A Pengertian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data pennelitian dengan cara pengukuran Ada juga yang menyatakan

bahwa instrumen penelitian merupakn pedoman tertulis mengenai wawancara atau

pengamatan daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapat informasi dari

responden

II2B Bentuk-bentuk instrumen

a Instrumen Tes

a1 pengertian tes

Tes merupakan alat ukur untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk

mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek Tes dapat diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes Tes dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif

a2 Tes Objektif

Tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar

jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama Skor tes ditentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh peserta tes Dengan kata lain tes objektif adalah tes yang

perkusornya bersifat objektif

Kelebihan tes objektif

12

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 13: Psi Ko Metri

- Lebih representatif mewakili isi dan luasnya bahan

- Lebih mudah dan cepat dalam proses pemeriksaan

- Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain

- Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektifitas

Kelemahan tes objektif

- memerlukan persiapan yang lebih sulit dibandingkan tes esai karena

aitem tes banyak dan harus harus diteliti terlebih dulu

- butir-butir soal hanya mengungkap ingatan dan sulit untuk mengukur

kemampuan berfikir secara kreatif

- terdapar aspek untung-untungan dalam menjawab soal

- Kerja sama antar responden dalam manjawab soal lebih terbuka

secara umum terdapat tiga tes objektifitas yaitu

a Benar salah

Merupakan tes yang butir soalnya memiliki alternatif jawaban berupa benar

atau salah Peserta tes diminta untuk menandai salah satu jawaban benar atau

salah dengan memberi tanda silang atau melingkari

b Menjodohkan

Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok Kelompok pertama sebelah

kiri merupakan pertanyaan dan kelompok kedua sebelah kanan merupakan

jawaban Tugas peserta adalah mencari dan mencocokan jawaban-jawaban

sehingga sesuai dengan pertanyaan

c Pilihan ganda

Merupakan tes dimana butir soal memmiliki alternatif pertanyaan lebih dari

satu Pada umumnya alaternatif jawaban terdiri dari 3- 5 jawaban Butir

jawaban tidak boleh terlalu banyak karena dapat membingungkan responden

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikembangkan beberapa modifikasi menjadi lima bentuk

yaitu

a Pilihan ganda biasa

13

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 14: Psi Ko Metri

b Pilihan ganda analisis hubungan antara hal

Terdiri dari dua peryataan keduanya dihubungkan dengan sebab jadi dapat

diperoleh jawaban peryataan pertama benar peryataan kedua benar peryataan

pertama dan kedua benar namun tidak berhubungan peryataan pertama dan

kedua benar dan terdapat hubungan

c Pilihan ganda analisis kasus

Peserta pada suatu kasus dalam bentuk cerita Peserta tes diajukan beberapa

pertanyaan Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan

d Pilihan ganda kompleks

Bentuk pilihan ganda struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan

namun bedanya jawaban yang benar dapat lebih dari satu mungkin 234

e Pilihan ganda yang menggunakan diagram grafik tabel atau gambar

Bentuk soal tes ini mirip dengan analisis kasus baik struktur maupun pola

pertanyaannya Bedanya dalam pertanyaan ini bukan dalam bentuk cerita atau

peristiwa tetapi kasus tersebut dalam bentuk tabel atau gambar grafik

diagram

a3 Tes Subjektif

merupakan tes yang perkusornya dipengaruhi oleh korektor Jawaban yang

sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh korektor yang berlainan Tes subjektif

pada umumnya soal berbentuk uraian

kelebihan tes uraian

- dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks

- meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar

- mudah disiapkan dan disusun

- tidak banyak kesempatan untung-untungan dalam menjawab

soal

- mendorong responden untuk berani mengungkapkan pendapat

serta menyusun dalam kalimat yang bagus

14

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 15: Psi Ko Metri

- memberikan kesempatan responden untuk mengutarakan

maksud dengan gaya bahasa dan cara sendiri

kelemahan tes uraian

- reabilitas tes rendah

- membutuhkan waktu yang lama dalam mengkoreksi lembar

jawaban

- jawaban terkadang disertai dengan bualan

- kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal

yang paling utama untuk membedakan perestasi belajar antar

responden

b Instrumen Non tes

Instrumen non tes pada umumnya berupa angket panduan

wawancara dan panduan observasi instrumen non tes dapat disusun

dalam bentuk ceklis sehingga responden interviewer maupun observer

tinggal memberi tanda ceklis pada kolom yang tersedia dengan keadaan

yang sebenarnya baik keadaan responden maupun objek yang diamati

b1 Skala pengukuran

Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat

maka setiap instrumen harus memiliki skala Untuk mengukur fenomena

sosial para peneliti sering mengunakan skala sikap skala lanjutan

Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial Dalam penelitian

fenomena sosial ditetapkan oleh peneliti Skala sikap biasanya

menggunakan angket dalam pengumpulan data Ada tiga bentuk skala

yang biasa digunakan oleh peneliti yaitu

15

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 16: Psi Ko Metri

1 Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan

seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap mulai

dari sangat negatif sampai sangat positif Contoh a sering (SR) b

kadang-kadang (KD) tidak pernah (TP)

2 Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek

secara berurutan Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya

tentang peryataan itu (setuju tidak setuju) Bila iya setuju dengan

pertanyaan pada nomor urut tertentu maka diasumsikan ia juga setuju

dengan pertanyaan sebelumnya dan tidak setuju dengan pertanyaan

sesudahnya Pada skala guttman hanya terdapat dua intervai yaitu

benar atau salah

b2 langkah-langkah menyusun instrumen

Ada beberapa langkah yang harus ditempu peneliti dalam menyusun

instrumen penelitian non tes yaitu

- Menetapkan variabel yang akan diteliti

- Merumuskan definisi konseptual

- Menyusun definisi operasional

- Menyusun kisi-kisi instrumen

- Menyusun butir-butir instrumen

1 Tipe skala pengukuran

a Skala Nominal

Merupakan jenis data yang paling sederhana yang disusun hanya untuk

memberi simbollabel dari suatu kategori

16

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 17: Psi Ko Metri

Ciri tidak mempunyai arti secara matematik tidak dapat diopersikan

secara matematik angka yang tertera hanya label tidak ada pecahan

tidak mempunyai ukuran baru posisi setara

Contoh

Jenis kelamin 1 = Pria 2 = Wanita

b Skala Ordinal

Skala Ordinal adalah data yang didasarkan pada ranking (diurutkan

tetapi jaraknya belum tentu sama) dari jenjang yang lebih tinggi sampai

yang terendah atau sebaliknya

Contoh

a Status sosial 1 = Kaya 2 = Sederhana 3 = Miskin

c Skala Interval

Skala Interval adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari

pengukuran dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui

namun tidak mempunyai nilai nol mutlak

Contoh

a Temperatur suatu ruangan (Celcius air membeku = 0oC dan

mendidih = 100oC Fahrenhiet 32oC sd 212oC)

d Skala Ratio

Skala Rasio adalah data yang pengukuran yang diperoleh dari pengukuran

dimana jarak antara dua titik pada skala telah diketahui dan mempunyai

nilai nol mutlak

Contoh

a Umur tinggi berat badan manusia

17

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 18: Psi Ko Metri

2 Pembakuan instrumen

a variabel faktual

merupakan variabel yang terdapat didalam faktanya Contohnya anatara

lain jenis kelamin agama pendidikan usia asal sekolah status

perkawinan dll Karena bersifat faktual maka jika terdapat kesalahan

makan kesalahan bukan pada instrumen tetapi pada responden misalnya

jawaban yang tidak jujur Tidak perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitas

b variabel konseptual

merupakan variabel yang tidak tampak dalam fakta namun tersembunyi

dalam konsep Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator

yang nampak Contohnya adalah prestasi belajar minat kecrdasan bakat

kinerja konsep diri dll Maka keakuratan data dari variabel konsep

terganntung dari keakuratan indikator dari konsep-konsep yang

dikembangkan oleh peneliti

II5 Pengembangan Instrumen

1Menyusun Spesifikasi Tes

aMenentukan Tujuan Tes

Merupakan self-evident bahwa tujuan menentukan instrument yang dikembangkan untuk mencapainya Oleh karena itu tujuan ini perlu dirumuskan dengan jelas sejak awal Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostic akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi Tes untuk seleksi yang ketat tidak sama dengan tes untuk seleksi yang longgar Test untuk menentukan kedudukan relative masing-masing peserta test akan menuntut karakteristik yang khas pula (Suryabrata 2005)

bMenyusun Kisi-Kisi Instrumen

Fungsi Kisi-Kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan test dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut dapat

18

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 19: Psi Ko Metri

menjadi petunjuk yang efektif bagi sipenyusun tes terlebih-lebih bagi perakit soal Didalam kisi-kisi ini dirumuskan tujuan-tujuan khusus yang dijabarkan dari tujuan-tujuan umum yang telah dirumuskan (Suryabrata 2005)

Kisi-kisi test adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan soal-soal tes Setiap daerah dalam kisi-kisi tersebut harus mempunyai sampel yang representative agi populasinya Suatu cara yang lazim ditempuh untuk mencapai tujuan ini sesuai dengan kisi-kisi tes adalah menganalisis isi test dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi perilaku yang mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan tersebut (Suryabrata 2005)

Dua Aspek isi Tes

Istilah isi tes mencakup dua hal yaitu hal yang akan diukur dan perilaku yang akan diukur Kedua hal tersebut harus dirumuskan secara jelas (Suryabrata 2005)

Klasifikasi Dua Jalan

Suatu cara yang biasa ditempuh untuk secara serempak menyajikan dua dimensi yaitu dimensi isi pengetahuan dan dimensi perilaku adalah menyajikan keduanya dalam klasifikasi dua arah(dua jalan)satu arah menunjukkan klasifikasi isi pengetahuan arah yang lain menunjukkan klasifikasi perilaku (Suryabrata 2005)

2Menulis Soal Instrumen

Adalah suatu hal yang lazim bahwa tes psikologis itu terdiri dari sejumlah soal yang dirakit menurut sistem tertentu Oleh karena itu kegiatan operasional dalam menerjemahkan spesifikasi tes yang pertama-tama adalah penulisan soal Tiap soal dalam tes akan menghasilkan unit informasi tertentu mengenai orang yang akan mengerjakan tes Keseluruhan tes yang terdiri dari sejumlah soal yang tersusun menurut sistem tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang lebih baik dari jumlah informasiyang dihasilkan oleh soal-soalnya oleh karena itu tes yang baik haruslah terdiri dari soal-soal yang ditulis dengan baik

Uraian ini selanjutnya akan berkenaan dengan tes objektif yang biasa digunakan dalam apa yang disebut paper-and-pencil test Namun pokok-pokok pikiran yang terkandung dialamnya mungkin juga berlaku untuk tes jenis lain

Penuliasan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi Kemampuan menulis soal lebih merupakan kiatseni daripada ilmu walaupun tak dapat dipungkiri pengetahuan dalam hal teknis dalam penulisan soal akan meningkatkan kemampuan menulis soal Kemampuan menulis soal menuntut kombinasi berbagai kemampuan

19

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 20: Psi Ko Metri

khusus yang hanya dapat dikembangkan secara lambat laun melalui latihan dan pengalaman dengan selalu mengingat rambu-rambu tentang penulisan soal tersebut

a Menulis Soal-Soal yang baik

Telah disebutkan bahwa kemampuan menulis soal menuntut kombinasi kemampuan-kemampuan khusus Untuk dapat menulis soal yang baik kemampuan-kemampuan khusus tersebut harus dikembangkan sesuai dengan taraf-taraf yang memadai Kemampuan-kemampuan khusus tersebut secara garis besar adalah

1Penguasaan akan mata pengetahuan yang dites

2Kesadaran akan tata nilai yang mendasari pendidikan tersebut

3 Pemahaman akan karakteristik individu-individu yang akan dites

4Kemampuan membahasakan gagasan

5Penguasaan akan teknik penulisan soal

6Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam menulis soal

(Suryabrata 2005)

b Pustaka Mengenai Penulisan Soal

Karena alasan yang tidak jelas sampai tahun 1950an buku-buku tentang testing dan evaluasi sedikit sekali memuat uraian tentang penulisan soal Sejak pertengahan tahun 1950-anpara penulis makin menyadari perlunya memasukkan uraian mengenai penulisan soal itu Uraian dalam hal ini pada umumnya memuat aturan-aturan atau pedoman tentang menulis soal yang baik itu serta contoh-contohnya Hal yang perlu dicatat juga adalah bahwa hanya sedikit uraian yang melaporkan hasil penelitian mengenai hal ini

c Gagasan-Gagasan untuk Soal-Soal Tes

Sifat Gagasan-Gagasan Soal

Setiap soal tes berawal dari gagasan-gagasan dalam benak sipenulis soal Memproduksi dan memilih gagasan-gagasan yang menjadi dasar soal merupakan hal yang paling sukar yang dihadapi oleh penulis soal Rancangan tes pada umumnya memberi petunjuk garis besar tentang daerah-daerah yang harus dili[ut dalam tes serta

20

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 21: Psi Ko Metri

tekanan relatifnya namun pada umumnya rancangan itu tidak menjelaskan isi dan tjuan masing-masing soal (Suryabrata 2005)

Jika dinyatakan secara formal gagasam soal tes itu akan berupa pernyataan yang mengidentifikasikan pengetahuanpemahamankemampuan atau karakteristik kelompok yang dites Gagasan soal dapat berupa

1Pengetahuan mengenai langkah-langkah dalam penyusunan tes objektif

2Pemahaman akan air pasang dengan posisi bulan

3 kemampuan melakukan analisis regresi

4kemampuan untuk menyimpulkan arti suatu kata berdasarkan konteksnya

Sumber-Sumber gagasan Soal

Untuk memproduksi-gagasan soal tidak ada proses yang otomatis Gagasan-gagasan itu harus diketemukan dalam hal ini inspirasi sangat penting artinya Kesukaran untuk mendapatkan gagasan-gagasan soal tergantung pada ciri-ciri soal yang diinginkan untuk dipenuhi Jika tujuan tes itu hanya menentukan apakah kelompok yang dites telah memiliki informasi tertentu penulis soal cukup membaca sumber-sumber yang memuat informasi tertentu dan mendasarkan soal-soalnya pada pernyataan-pernyataan yang tertulis disana Sederhananya proses macam inilah kiranya yang menjadi sebab mengapa tes hasil pendidikan itu sebagian besar berupa soal-soal mengenai informasi (pengetahuan) Jika usaha yang bersungguh-sungguh dilakukan untuk menguji jenjang kemampuan yang lebih tinggi (pemahamanpenerapan analisis sintetsis dan evaluasi) tugas mendapatkan gagasan itu jauh lebih sukar Dalam hal ini sipenulis soal harus memahami bidang yang diujikan dan berusaha mendapat situasi-situasi yang sesuai dan baru (agar gagasan soalnya tidak selalu sama) (Suryabrata 2005)

Pemilihan Gagasan-Gagasan Soal

Proses pemilihan gagasan soal berlangsung bersamaan waktunya dengan mendapatkan gagasan tersebut Kemampuan dan ketrampilan dalam menulis soal tidak hanya bergantung pada kemampuan mendapatkan soal tetapi juga kemampuan dalam membeda-bedakan dalam memilihnya Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih gagasan itu adalah layak tidaknya penting tidaknya serta kemungkinan daya diskriminasinya (Suryabrata 2005)

Selanjutnya gagasan soal harus dipilih berdasarkan atas pentingnya Terakhir dalam pemilihan gagasan soal adalah perlu dipertimbangkan kemungkinan soal yang

21

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 22: Psi Ko Metri

akan ditulis itu membedakan antara mereka yang paham dan mampu dari mereka yang kurang mampu dan kurang paham

(Suryabrata 2005)

Bentuk-bentuk (format) soal dan penerapannya

Bentuk atau format soal tes objektif ditentukan oleh pengaturan kata frase kalimat dan lambing yang merupakan unsur-unsur soal itu berdasar atas petunjuk bagaimana tes itu harus dijawab dan bagaimana cara menuliskan jawabannya Cara pengaturan itu telah melahirkan belasan variasi bentuk soal namun dalam penulisan ini hanya bentuk-bentuk yang umum saja yang disajikan oleh karena problem-problem dan penyelesaian yang terjadi pada bentuk yang lebih umum itu secara mutatis mutandis juga berlaku pada bentuk yang khusus (Suryabrata 2005)

Salah satu hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus mensuplai jawaban dan soal yang dalam menjawabnya pengambil tes harus memilih diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan Contoh soal tipe suplai adalah soal jawaban singkat sedangkan contoh soal tipe seleksi adalah soal-soal pilihan ganda benar salah dan soal menjodohkan Penulis soal harus benar-benar akrab dengan bentuk ini agar tidak terjadi pencampuradukkan (Suryabrata 2005)

Pedoman Penulisan Soal-Soal Tes Objektif

Pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam penulisan soal serta latihan menulis soal dengan menggunakan rambu-rambu yang telah diakui baik para ahli tentulah meningkatkan kemampuan mnulis soalberikut ini beberapa pedoman untuk dapat menghasilkan soal-soal yang memenuhi syarat

1 Nyatakan soal sejelas mungkin2 Pilihlah kata-kata yang mempunyai arti tepat3 Hindarkan penggunaan kata-kata yang kompleks atau janggal4 Hindari memasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya5 Rumuskanlah soal setepat mungkin6 Sesuaikan taraf kesulitan soal dengan kelompok dan tujuan yang

dimaksudkan7 Hindari isyarat kearah jawaban benar yang tidak perlu

(Suryabrata 2005)

22

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 23: Psi Ko Metri

3 Menelaah Soal

Setelah soal-soal selesai ditulis maka soal-soal tersebut harus diuji kualitasnya secara teoritis Pengujian soal secara teoritis ini secara tkenis disebut penelaaahan soal Untuk menelaah soal diperlukan tiga kemampuan yaitu

1 Keahlian dalam bidang studi yang diuji2 Keahlian dalam bidang pengukuran3 Keahlian dalam pembahasan gagasan

Untuk dua keahlian yang pertama jelas ada program pendidikan formal yang menyiapkannya sedangkan untuk keahlian yang terakhir tidak (Suryabrata 2005)

Pada organisasi testing yang benar biasanya untuk keperluan penelaahan soal itu dibentuk panel yang anggota-anggotanya secara keseluruhan memiliki tiga keahliankemampuan tersebut diatas Seringpula terjadi untuk sesuatu bidang keahlian dalam suatu panel anggitanya lebih dari satu orang

Penelaahan soal adalah evaluasi terhadap soal-soal yang telah ditulis berdasarkan pendapat profesional Evaluasi itu dilihat dari tiga arah

dari segi bidang studi yang diuji

1 Dari segi format dan pertimbangan teknis penulisan soal2 Dari segi penerjemahan gagasan kedalam bahasa (pemahaman gagasan)

Penelaahan dari segi bidang studi pertama-tama akan mengkaji kesesuaian kumpulan soal yang akan diuji itu dengan spesifikasi tes Penlaahan ini menurut kematangan dan kemendalaman penguasaan materi bidang studi serta kejelian melihat kesesuaian cakupan antara kumpulan soal dengan spesifikasi tes kejelasan akan konsep dasar proses fundamental saling hubungan antara fakta dan kejdian Validitas isi suatu tes akan tergantung kepada hasil penelaahan soal ini (Suryabrata 2005)

Penelaahan soal dari segi pengukuran mengkaji soal-soaldari sisi format dan pertimbangan-pertimbangan teknis dalam penulisan soal yang lain Kalau penelaahan soal dari segi bidang studiakan menentukan validitas isi suatu tes maka penelaahan dari segi pengukuran ini akan menentukan kualitas soal dan kualitas tes (Suryabrata 2005)

Kejelasan rumusan gagasan dalam bahasa adalah kriteria yang digunakan untuk menelaah soal dari segi pembahasan gagasan (Suryabrata 2005)

23

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 24: Psi Ko Metri

4Melakukan Uji Coba tes

Setelah sejumlah besar soal dikaji dan ditelaah maka langkah selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui uji coba sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilih soal-soal terbaik untuk disusun menjadi sebuah tes sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan Seperti telah disebutkan tujuan pengembangan tes itu dapat berupa menyusun suatu tes dengan suatu macam soal guna mengukur suatu ranah utama saja atau dapat pula menyusun suatu tes yang dimaksudkan untuk mengungkapakan beberapa daerah pengetahuan atau perilaku

aUji Coba Butir-Butir Soal

Kegiatan uji coba dan kegiatan yang mengikutinya ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu siklus Mungkin perlu dilakukan uji coba yang kedua guna menyempurnakan hasil uji coba yang pertama dan selanjutnya sampai semua persyaratan yang telah dirancangkan dalam spesifikasi terpenuhi (Suryabrata 2005)

bTujuan Uji Coba

Secara garis besar tujuan uji coba itu dapat dinyatakan sebagai berikut

1 Untuk mengidentifikasikan taraf kesukaran soal sehingga seleksi soal dapat dilakukan sesuai dengan tujuan tes bentuk akhir

2 Untuk mengidentifikasi daya pembeda soal3 Untuk menentukan berapa banyak soal untuk masing-masing bagian tesuntuk

keseluruhan tes bentuk akhir4 Untuk menentukan alokasi waktu yang paling banyak5 Untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk bagi pengambil tes

maupun bagi pengawas kelemahan dalam contoh soal format dan yang sejenisnya

6 Untuk menemukan hubungan antar soal guna menghindari tumpang tindih atau bias yang terlalu banyak dalam pemilihan soal dan dalam pengelompokkkan soal kedalam sub tes atau bagian tes

(Suryabrata 2005)

aPra-Uji Coba

pra uji caba adalah penerapan (administrasi) soal-soal yang telah selesai ditelaah kepada sampel calon pengambil tes yang jumlahnya yang relative tidak besar Langkah ini pada umumnya sangat informal sifatnya dan melibatkan sekitar 50

24

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 25: Psi Ko Metri

hingga 100 pengambil tes Dalam pra uji ini sering kali dilakukan analisis soal secara lengkap Fungsi utamanya adalah semacam penjajagan si pembuat tes ingin mendapatkan feeling mengenai bagaimana tes yang secara teori telah baik itu kalau diterapkan dilapangan Karena sifatnya yang informal maka seringkali orang menganggap bahwa langkah ini tidak perlu dilakukan Apabila pola kebijakan ini yang ditempuh maka soal yang disediakan harus lebih banyak (Suryabrata 2005)

bUji Coba

Kompilasi soal-soal yang telah direvisi sebagai hasil pra-uji coba itu merupakanperangkat tes bentuk awal yang siap untuk diuji cobakan Hasil uji coba itu nantinya akan dianalisis direvisi dan dikompilasikan menjadi perangkat tes bentuk akhir yang siap diadministrasikan untuk tujuan-tujuan pembakuan penyusunan norma dan yang sejenisnya Dalam uji coba ada dua hal pokok yaitu subjek yang terlibat dalam uji coba harus representative bagi kelompok yang akan dikenai tes yang akan disusun dan soal-soal yang diuji cobakan harus representative bagi kelompok soal-soal yang mungkin disusun untuk mengukur hal yang dimaksudkan

1Sampling

Secara idealsetiap subjek yang terlibat dalam uji coba harus dipilih secara rambang dari populasi Akan tetapi prosedur yang demikian tidak praktis Oleh karena itu pada umumnya orang menggunakan cara pengambilan sampel cluster sampling Keseluruhan sampel soal yang diujicobakan mungkin dibagi-bagi kedalam perangkat tes atau form dan masing-masing form diteskan kepada sampel yang berbeda yang ditarik dalam populasi yang sama (Suryabrata 2005)

2Kondisi Testing

Petunjuk untuk para pengambil tes dan pengawas perlu ditelaah dan direvisi berdasar atas data yang diperoleh dari uji coba Dalam perencanaan harus telah ditentukan apakah upaya-upaya perlu dilakukan agar diperoleh laporan lengkap dari penyelenggara uji coba mengenaikesukaran-kesukaran serta masalah yang timbul dilapangan Setidaknya sejumlah pengambil tes perlu diwawancarai atau diminta memberikan komentar atau masukkan tertulis mengenai soal-soal atau petunuk dalam tes yang diuji cobakan itu (Suryabrata 2005)

3Jaminan Penguji cobaan

Agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai masing-masing soal adalah penting kalau semua atau hamper semua subjek dalam uji coba ini mencoba

25

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 26: Psi Ko Metri

mengerjakan semua soal Prosedur yang terbaik dalam tes adalah menyediakan waktu tes yang cukup longgar Hasil penelitian Adkins (1946) dan Malenkopf (1950) menunjukkan bahwa waktu pengerjaan tes yang sempit serta penempatan soal-soal dalam tes dapat mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap estimasi atau parameter soal bagi soal-soal yang ditempatkan pada bagian akhir tes (Suryabrata 2005)

4Jaminan Soal lebih

5Pengorganisasian soal-soal kedalam subtes

5 Menganalisis Butir Soal Tes

Salah satu tujuan utama analisis soal tes adalah untuk mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal antara mereka yang tinggi kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria mereka yang rendah kemampuannya Dalam memilih kriteria yang akan digunakan orang menginginkan adanya ukuran yang baik untuk kemampuan dan ketrampilan yang akan diukur oleh tes yang sedang dikembangkan Secara ideal seharusnya kriteria itu lepas dari butir-butir soal yang diujikan Akan tetapi dalam kenyataan kriteria yang lepas dari butir-butir soal yang sedang diuji itu sangat sulit didapatkan karena itu biasanya orang menggunakan skor total pada tes yang sedang diuji sebagai kriteria Alasan digunakan skor total adalah kekaburan masing-masing butir soal akan dikompensasikan oleh soal-soal yang baik yang jumlahnya lebih banyak dan skor total adalah hasil pengukuran bersama oleh semua butir-butir soal Dengan cara ini soal-soal lemah akan disisihkan dan tes bentuk akhir akan benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang sedang diuji itu

6Memperbaiki Tes

Yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butri soal adalah

1 Perhatikan tingkat kesukaran butir soal

2 Perhatikan daya beda butir soal

Sudah barang tentu untuk mengetahui apakah hasil perbaikan butir soal tersebut

memberikan hasil yang lebih baik atau tidak baru diketahui jika sudah diujikan

Dari hasil analisis dengan mudah akan memperoleh informasi yang jelas mengenai

kualitas instrumen Seperti validitas dan reliabilitas tes serta kualitas butir per butir

dari instrumen tersebut

Penyebab butir soal kurang baik antara lain

1 Penggunaan bahasa kurang komunikatif

26

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 27: Psi Ko Metri

2 Kalimat bersifat ambigu

3 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari indikator

4 Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (sifat) yang akan diukur

7 Perakitan Soal

Dalam penelaahan soal setelah ditelaah soal-soal dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu soal-soal yang dianggap baik karena itu diterima soal-soal yang jelas-jelas tidak baik karena itu ditolak dan soal-soal yang kurang baik setelah direvisi lalu dapat diterima Soal-soal yang diterima langsung maupun diterima dengan revisi itu merupakan kumpulan soal-soal yang untuk dapat digunakan perlu ditata dengan cara tertentu

aPengelompokkan berdasarkan isi

Kalau perangkat tes ini terdiri dari beberapa bagian maka langkah pertama dalam perakitan tes itu adalah mengumpulkan butir-butir soal yang mengukur bagian yang sama kedalam saru kelompok

bPengelompokkan Berdasarkan Format

Kalau tes menggunakan lebih dari satu tipe soal maka soal-soal yang sama tipenya dalam kelompok soal berdasar bagian tes dikelompokkan jadi satu

cPengaturan Berdasarkan taraf Kesukaran

Berdasar atas pertimbangan psikologis soal-soal harus disusun mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar sampai yang tersukar Dalam perakitan soal ini hal yang selalu harus ialah bahwa respon terhadap butir-nutir soal satu sama lain harus pilah tidak saling mempengaruhi Hasil perakitan soal ini adalah tes yang secara teori baik dan siap diuji cobakan untuk mengetahui apakah tes yang secara teori baik itu secara empiris juga baik

8Melaksanakan Tes

Dalam penyelenggaraan suatu tes pada hakekatnya dilakukan pembandingan antara pengambil tes satu sama lain dalam hal yang dimaksudkan untuk diukur oleh tes yang bersangkutan Oleh karenanya segala upaya perlu dilakukan agar perbedaan atau persamaan yang tampil dalam hasil testing semata-mata bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur dan tidak dari sumber-sumber atau faktor lain Untuk mencapai keadaan yang demikian itu maka tes dan kondisi penyelengaraan tes perlu dilakukan Pembakuan tes menyangkut (a) naham tesnya seperti kertas yang

27

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 28: Psi Ko Metri

digunakan untuk mencetak tes huruf yang digunakan gambar-gambar serta tabel kualitas cetakan dan (b) isi tesnya seperti petunjuk pengerjaan tes waktu yang disediakan untuk mengerjakan tespembakuan kondisi penyelenggraan tes meliputi pembakuan kondisi ruangan kondisi fasilitas tulis menulis prosedur penyelenggaraan tes penjelasan sebelum tes dimulai pengawasan selama tes berlangsung dan pengakhiran penyelenggaraan tes

9Menafsirkan Hasil Tes

Persyaratan pertama untuk menerjemahkan skor ke dalam hal yang bermakna adalah mendefinisikannya kedalam skala tertentu yang disebut penskalaan Selanjutnya karena skor tes itu walaupun telah dinyatakan dalam skala tertentu-mempunyai makna terbatas dan para pemakai tes perlu menginterpretasikannya agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka perlu disusun semacam pegangan untuk interpretasi itu Rujukan interpretasi yang paling banyak digunakan adalah norma Proses pengembangan norma disebut penormaan tesTerakhir karena berbagai pertimbangan yang mungkin perlu disusun beberapa perangkat atau cara untuk mempertahankan atau melestarikan sistem skala yang telah ditetapkan Dengan cara ini hasil-hasil tes yang berasal dari perangkat yang berbeda dan ditempuh dalam waktu yang berlainan dapat diinterpretasikan dengan cara sama (Suryabrata 2005)

II6 Karakteristik Tes yang Baik

1Validitas

Didalam bidang psikiatri kata validitas digunakan sekurang-kurangnya dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian (research validity) validitas (item validity) validitas alat ukur atau test

Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan alat ukurnya Untuk mengkaji validitas alat ukur yaitu sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah yaitu dari arah sisi yang diukur dari arah rekaan teoritis atribut yang diukur dan dari arah kriteria alat ukur Oleh karena itu dalam sumber studi mengenai validitas tes itu menjadi tiga macam yaitu

28

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 29: Psi Ko Metri

Validitas tes

1 Validitas isi2 Validitas construct

Validitas berdasarkan kriteria

aValiditas Isi (Content validity)

validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasar derajat representatifnya isi tes itu bagi isi hal yang akan diukur validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional dalamproses telaah soal Dengan menggunakan spesifikasi tes yang telah dikembangkan orang melakukan analisis logic untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representative) bagi apa yang dimaksudkan untuk diukur Jadi dilihat dari kacamata validitas isi tes kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis

bValiditas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)

Validitas konstruksi teoritis membicarakan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut Validasi berdasarkan konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris Sampai sekarang ini ada dua metode validitas yang telah diakui yaitu (1) analisis factordan (2) sifat jamak-metode jamak

1Validasi Alat Ukur dengan Analisis Faktor

Dasar pemikiran analisis factor untuk validasi ini adalah walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnyanamun perilaku yang sangat beragam didasari oleh sejumlah terbatas factor saja Dan dengan analisis factor dapat diketemukan (didefinisikan) factor-faktor yang mendasari perilaku yang beragam itu pola pemikiran ini pada dasarnya sama dengan pola pemikiran yang digunakan untuk menyusun konstruksi teoritis untuk suatu atribut Misalnya potensi akademik orang tampilannya dapat beragam sekali seperti misalnya berpikir cepat tepat kaya akan kosakata berpikir logis berpikir sistematis berpikir analitis cepat menangkap persoalandan sebagainya

29

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 30: Psi Ko Metri

2 Validasi Alat Ukur dengan Cara Konvergen atau Diskriminan

Dalam bidang pengukuran psikologis validasi konvergen dan diskriminan ini boleh dikatakan sebagai hal yang baru Metode ini baru diperkenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan Fiske (1960) Dasar pikirannya dalah sebagai berikut sesuatu tes harus berkorelasi tinggi dengan variable-variabel yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel lain yang secara teori tidak berkorelasi Hal yang pertama disebut validasi konvergen sedangkan hal yang kedua disebut validasi diskriminan Untuk keperluan ini Campbell dan Fiske (1959) mengusulkan digunakan matriks sifat jamak-metode jamak (multitrait-multimethode)

Secara teknis penerapan metode ini adlah sebagai berikut Pada suatu kesempatan dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode Kemudian dicari interkorelasi antara hal-hal berikut ini

a Sifat sama diukur dengan alat sama (monotrait-monomethode)b Sifat sama diukur dengan alat berbeda (monotrait-heteromethode)c Sifat berbeda diukur dengan alat sama (heterotrait-monomethode)d Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethode)

Secara teori koefisien korelasi untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain yang koefisien korelasinya tinggi adalah (a) karena unsur konvergensinya paling tinggi kemudian dibawahnya (b) dibawahnya lagi (c) dan yang terendah adalah (d) karena unsur diskriminannya paling besar Namun didalam prakteknya hal yang dicapai tidak semulus gambaran di atas itu sehingga pendapat profesional si penyusun instrument memegang peranan sangat penting

cValidasi Berdasarkan Kriteria

Dalam validitas berdasar kriteria validitas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan kriteria Yang dijadikan kriteria itu biasanya adalah hasil pengukuran atribut yang sama dengan alat lain yang diakui (dianggap) merupakan alat ukur yang baik (memenuhi persyaratan akademik dan profesional tertentu) Misalnya orang yang menyusun tes intelegensi mungkin menggunakan hasil pengukuran dengan tes Wechsler atau tes Stanforrd ndashBinet sebagai kriteria

Didalam kepustakaan pengukuran psikologis orang biasa menggadakan pembedaan validitas berdasarkan kriteria ini menjadi dua macam berdasar atas kapan kriteria itu dapat dimanfaatkan Jika kriteria itu sekarang atau dalam waktu dekat

30

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 31: Psi Ko Metri

dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity) dan jika kriteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif

2Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggidisebut sebagai pengukuran yang reliable Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah Dalam hal ini relative sama berarti tetap adanya toleransi rterhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliable

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap samaNamun penggunaannya masing-masing perlu diperhatikan Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement) Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subjek yang sama Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda

Estimasi reliabilitas

Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat ditentukan secara pasti melainkan hanya dapat diestimasi Ada tiga pendekatan dalam mengestimasi alat ukur

a Pendekatan Tes Ulang (test-retest)

Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda

b Pendekatan Bentuk Paralel

Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun

31

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 32: Psi Ko Metri

kuantitasnya Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar Sebenarnya dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik tidak benar-benar paralel secara empirik Untuk membuat dua tes menjadi paralel penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama Secara empirik kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal tidaklah dapat dilakukan

c Pendekatan Konsistensi Internal

Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration) Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat

dihindariPendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri Untuk itu setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek tes dibagi menjadi beberapa belahan Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi analisis varians antarbelahan analisis varians perbedaan skor dan lain-lainnya

3Objektivitas Tes

Sebuah tes dikatakan objektif apabila dilaksanakan dengan tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya terutama terkait dengan skoring yang dilakukan dengan kata lain dapat diartikan bahwa objektivitas terkait dengan tingkat kesesuaian antar penilai

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada system scoring sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu bentuk tes dan penilai

1 Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri Dengan demikian maka

32

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 33: Psi Ko Metri

hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang Untuk menghindari masuknya unsure subjektivitas dari penilai maka system skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain dengan membuat pedoman scoring terlebih dahulu

2 Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas antara lain kesan penilai terhadap siswa tulisan bahasa waktu mengadakan penilaian kelelahan dan sebagainya Untuk menghindari atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman Pedoman yang dimaksud terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas

4Praktikabilitas

Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis mudah pengadministrasiannya Tes yang praktis adalah tes yang

1) Mudah di laksanakan artinya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa

2) Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu di lengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya Untuk soal bentuk objektif pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika dimkerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban

3) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan oleh orang lain

5Ekonomis

Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama

33

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 34: Psi Ko Metri

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dimensi psikis manusia merupakan suatu dimensi yang tidak bias diukur secara pasti

oleh karena itu diciptakan lah suatu metode ukur yang disebut psikometri Dimana

psikometri merupakan suatu alat ukur untuk mengukur aspek psikis manusia

Dibuatlah soal yang berupa pertanyan ataupun pernyataan yang menunjukan hal-hal

yang dianggap menuju pada suatu aspek psikis baik berupa gangguan psikis

kepribadian maupun fungsi kognitif seseorang Dalam menyusun soal-soal harus

melewati beberapa tahap pengembangan instrument penelitian

34

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35

Page 35: Psi Ko Metri

Daftar Pustaka

Suryabrata Sumadi 2005 Pengembangan Alat Ukur Psikologis Penerbit Andi Yogyakarta

Widoyoko Eko Putro 2012 Teknik penyusunan instrument penelitian Pustaka pelajar Yogyakarta

Anastasi Anne amp Susana Urbina 2007 Tes Psikologi edisi ketujuhIndeks Jakarta

35