SGD4.docx

6
1. TUMOR ANUS Pemeriksaan fisik: pemeriksaan visual anal dan DRE atau pemeriksaan tubuh rutin seperti : pemeriksaan faeces, pemeriksaan anus, colonoscopy pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan endoskopi anal: sebelum melakukan pemeriksaan endoskopi anal lakukan terlebih dahulu pemeriksaan visul dan DRE, dokter melumuri pelumas pada anoscopy kemudian dengan lembut dimasukkan ke dalam anal dan rektum, dengan begitu dapat memeriksa bagian dalam anal apakah ada benjolan. Pemeriksaan PET/CT : dengan melakukan pemeriksaan PET/CT dapat diketahui stadium dari kanker anal tersebut dan juga dapat diketahui apakah ada fenomena metastase kelenjar getah bening sampai ke organ lainnya. Biopsi : Dokter menggunakan jarum, pisau kecil atau pinset untuk mengambil satu piece tumor kemudian dengan menggunakan mikroskop ahli patologi memeriksa apakah terdapat indikasi kanker. Biopsi terdiri dari : biopsi aspirasi jarum halus dan biopsi sentinel kelanjar getah bening. 2. FISTULA ANI Pemeriksaan fisik: Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening. Pemeriksaan penunjang:

Transcript of SGD4.docx

1. TUMOR ANUSPemeriksaan fisik: pemeriksaan visual anal dan DRE atau pemeriksaan tubuh rutin seperti : pemeriksaan faeces, pemeriksaan anus, colonoscopypemeriksaan penunjang: Pemeriksaan endoskopi anal:sebelum melakukan pemeriksaan endoskopi anal lakukan terlebih dahulu pemeriksaan visul dan DRE, dokter melumuri pelumas pada anoscopy kemudian dengan lembut dimasukkan ke dalam anal dan rektum, dengan begitu dapat memeriksa bagian dalam anal apakah ada benjolan. Pemeriksaan PET/CT :dengan melakukan pemeriksaan PET/CT dapat diketahui stadium dari kanker anal tersebut dan juga dapat diketahui apakah ada fenomena metastase kelenjar getah bening sampai ke organ lainnya. Biopsi :Dokter menggunakan jarum, pisau kecil atau pinset untuk mengambil satu piece tumor kemudian dengan menggunakan mikroskop ahli patologi memeriksa apakah terdapat indikasi kanker. Biopsi terdiri dari : biopsi aspirasi jarum halus dan biopsi sentinel kelanjar getah bening.

2. FISTULA ANIPemeriksaan fisik: Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening.

Pemeriksaan penunjang: Fistulografi, yaitu memasukkan alat ke dalam lubang/fistel untuk mengetahui keadaan luka. Pemeriksaan harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk menentukan adanya penyakit di rektum seperti karsinoma atau proktitis tbc, amuba, atau morbus Crohn. Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula. Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter. MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki rekurensi. CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal. Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus. Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.

3. HEMOROIDPemeriksaan fisik:Inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. Pemeriksaan proktosigmoidoskopiProktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.Pemeriksaan darah, urin, feses sebagaimeriksaan penunjang

4. POLIP RECTIPemeriksaan fisik: Perlu diperhatikan ha-hal seperti gizi,anemia, tonjolan di abdomen, nyeri tekan, kelenjar limfe yang membesar, pembesaran hati. Palpasi rektum atau vagina dilakukan pada pasien dengan pendarahan ataupun simptom lainnya. Pada tingkat pertumbuhan lanjut, palpasi dinding abdomen kadang-kadang teraba massa didaerah kolon kanan dan kiri. Palpasi rektum merupakan sarana diagnostik sederhana namun mempunyai nilai tinggi dalam diagnosis kanker di rektum kira-kira 50% kanker kolorektal ditemukan dengan ujung jari.Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan Hb, darah, elektrolit dan feses, merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemi kemungkinan ditemukan karena perdarahan kecil. Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionic Antigen) merupakan pertanda (marker) serum terhadapadanya kanker kolorektal. Pemeriksaan CEA sangat bermanfaat, selain untuk diagnosis juga untuk memantau hasil pengobatan untuk mendateksi kemungkinan reccurent (penyakit kambuh). Pemeriksaan RadiologiPada pemeriksaan fluoroskopi kantras berium enema besar dapat dilihat peristaltik yang kaku dan dinding tidak teratur. Kelainan tampak sepeti massa polipoid, akan tetapi sulit menentukan lesi jinak atau maligna.

5. COLITIS ULCERATIFPemeriksaan fisik: pada pemeriksaan fisik , periksalah kekauan dari otot-otot abdominal kemudian perhatikan, Apakah pasien demam dan dehirasi jika ya, kemungkinan pasien mengalami gejala awal ulkus. Pemeriksaan feses (berdarah, lender dan nanah)

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan PenunjangTidak ada pemeriksaan atau test khas. Pada rektosigmoidoskopi akan tampak gambaran radang, dan pemeriksaan laboratorium di dapat adanya anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah. Pemeriksaan pencitraan kolon dapat terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan radiologi dengan barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon yang lebih proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut, karena dapat mempercepat terjadinya megakolontoksik dan perforasi. Kolonoskopi dan biopsi dapat seringkali membantu membedakan kolitis ulseratif dan kolitis granulomatosa. Biopsi mukosa untuk tingkat berat ringannya kelainan, menyingkirkan adanya lesi lain dan deteksi terhadap karsinoma, menilai hasil pengobatan serta dalam rangka penelitian terhadap penyakit ini. Kolonoskopi dilakukan dengan hati- hati karena dinding kolon sangat tipis.