EMULSI (1).docx

50

Click here to load reader

Transcript of EMULSI (1).docx

Page 1: EMULSI (1).docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri

dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya.

Sistem ini basanya distabilkan dengan emulgator. Emulsi merupakan sdiaan yang

mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana

cairan yang terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.

Sediaan emulsi selain dikenal sebagai sediaan cair, juga dapat berupa

sediaan setengah padat. Penggunaan sediaan ini pada saat ini makin populer

karena dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Metode yang dapat digunakan untuk

menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-

Lipophilic Balance)

Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB dengan

harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh karena itu sering digunakan

emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan harga HLB tinggi.

Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan dengan membuat suatu

emulsi parafin dengan menggunakan kombinasi emulgator dan akan dicari pada

Page 2: EMULSI (1).docx

kombinasi emulgator dengan perbandingan berapa emulsi parafin yang dibuat

lebih stabil.

B. Maksud percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

hal-hal yang mempengaruhi pembuatan emulsi dan kestabilannya.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam

pembuatan emulsi.

2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.

3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

D. Prinsip percobaan

Penentuan kestabilan suatu emulsi dengan beberapa variasi HLB butuh yang

didasarkan pada parameter fisisnya yaitu perubahan volume dan pemisahan fase

dalam jangka waktu tertentu.

Page 3: EMULSI (1).docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan

obat, terdipersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau

surfaktan yang cocok.( Effendi, 2004).

Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom akasia,

tragakan, sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa kolesterol, surfaktan,

atau emulgator lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat

ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan, tilosa, natrium

karboksimetilselulosa. (Effendi, 2004).

Dalam hal emulsi, dua cairan yang tidak saling tercampur, biasanya minyak

dan air akan bertemu membentuk suatu antarmuka. Molekul-molekul cairan pada

antarmuka udara-cairan mengalami suatu ketidakseimbangan gaya, karena gaya

tarik menarik antara molekul-molekul cairan dan molekul udara lebih lemah dari

pada gaya tarik menarik antara molekul-molekul cairan, sehingga lebih sedikit

molekul-molekul udara terdapat pada antarmuka yang ikut ambil bagian dalam

interaksi dengan molekul-molekul fase cair. Jadi tegangan muka suatu cairan

biasanya lebih tinggi dari pada tegangan muka suatu cairan dengan cairan lainnya

(Jenkins, 1957).

Page 4: EMULSI (1).docx

Emulgator adalah bahan aktif pada permukaan yang menurunkan tegangan

antarmka pada minyak dan air dimana ia mengelilingi tetesan terdispersi dalam

lapisan kuat mencegah pemisahan dan fase disperse (Parrot, 1971).

Sedangkan surfaktan adalah suatu pengemusi zat pembasah, detergen atau

zat penstabil yang bisa diramalkan dari pengetahuan kesetimbangan(Martin,

1993).

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam

fasa air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan

faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak

digunakan adalah zat aktif permukaan atau surfaktan. Mekanisme kerja

emulgator ini adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta

membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi (Anief, 1993).

Adapun pembagian emulgator berdasarkan sifat kimianya, emulgator

terdiri atas gugus polar dan nonpolar. Apabila surfaktan dimasukkan kedalam

sistem yang terdir dari air dan minyak maka gugus polar akan terarah pada fase

air sedangkan nonpolar terarah pada fase minyak. Surfaktan yang mempunyai

gugus pular lebih kuat cenderung membentuk emulsi minyak dalam air.

Page 5: EMULSI (1).docx

Sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat cenderung membentuk emulsi air

dalam minyak.Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu (Parrot,1970):

1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan

emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi

molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs

kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini

menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi

bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh

sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang

mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan

multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid

hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan

tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan

membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan

ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat

optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal

Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang

khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia

tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi

Page 6: EMULSI (1).docx

kristal cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase

emulsi.

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari

dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai

globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa

emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat digunakan untuk pemakaian

dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang

berbeda.

Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dsapat pula terjadi emulsi

dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis

emulsi air-minyak-air atau sebaliknya. ( Effendi, 2004).

Ciri kestabilan emulsi secara fisik (Martin, 1993) :

a. Tidak adanya penggabungan fase dalam

Beberapa penelitian mendefisinisikan kestabilan suatu emulsi

hanya dalam hal terbentuknya penimbunan dari fase dalamdan

pemisahanya dari produk.

b. Tidak adanya Creaming

Creaming yang diaktifkan oleh flokulasi dan konsentrasi bola-bola dalam yang

merupakan sistem dinamis yang dihasilkan menggambarkan tahap-tahap potensial

terhadap terjadinya penggabungan fase dalam yang sempurna. Memberikan

penampilan, bau, warna dan sifat-sifat fisika lainnya yang baik

dimana penampil dari suatu emulsi juga dipengaruhi.

Page 7: EMULSI (1).docx

Ciri-ciri ketidakstabilan emulsi secara fisika (Martin, 1993) :

a. Flokulasi dan creaming

Diatasi dengan menambahkan zat pengental seperti metil selulosa, trangalanth

atau natrium alginat.

Meningkatkan kerapatn fase minyak dengan menambahkan zat-zat yang larut

dalam minyak, seperti bromonaftalen,bromiferm dan karbon tetra.

b. Penggabungan dan pemecahan

Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat

membentuk kembali suatu campuran yang homogen dari suatu emulsi yang

membentuk krim denganpengocokan, karena bola-bola minyak masih dikellilingi

oleh suatu laposan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi pemecahan,

pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola tersebut dalam

suatu bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel

tersebut telah di rusak dan minyak cenderung untuk bergabung. Jadi, yang

berperan penting yaitu kestabilan emulsi yang dibuat agar menjadi efektif, suatu

lapisan pengemulsi harus kuat dan elastis dan harus terbentuk dengan cepa selama

proses, pengemulsian. Suatu zat pengemulsi/ kombinasi zat pengemlsi yang

mengakibatkan penurunan tegangan antarmuka awal ntuk menghasilkan bola-bola

kecil yang sama dan terbentuk dengan cepat sehingga mengemulsi bola-bola

tersebut untuk tidak berkumpulkembali selama pembuatan. Lapisan tersebut

kemudian perlahan-lahan meningkat kekuatannya setelah suatu periode beberapa

hari atau beberapa minggu.

Page 8: EMULSI (1).docx

c. Berbagai jenis perubahan

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan kestabilan yaitu :

analisis frekuensi dan emulsi dari waktu kewaktu dengan main lamanya periode

tersebut untuk emulsi yang pecah dengan cepat menggunakan penyelidikan

mikroskopik.

d. Pengubahan fase

Mencampur suatu zat pengemlsi (o/w) dengan minyak kemudian

menambahkan sejumlah kecil air. Karena volume air sedikit dibandingkan dengan

volume minyak, air didispersikan dalam minyak dengan pengocokan walaupun

pengemulsinya lebih suka membentuk sistem minak dengan air.Kegunaan

kombinasi emulgator digunakan agar dapat diperoleh harga HLB yang sama

dengan harga HLB butuh minyak dan antara permukaan yang terbentuk lebih

stabil karena terbentuknya yang lebih rapat pada permukaan globul. Menurut

teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu menampilakn kedua

tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan (antar permukaan)

dan bertindak sebagai

penghalang bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada

antarmuka atau lebih tepat pada permukaan tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat

pengemulsi memudahkan

pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme (Martin,1990) :

1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis.

Page 9: EMULSI (1).docx

2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas mekanik untuk

penggabungan.

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati

partikel(1).

HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. HLB butuh adalah

HLB yang dibutuhkan untuk mengemulsi minyak tertentu dalam air. Daftar di bawah

ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe system:

Nilai HLB Tipe system

3-6 A/M emulgator

7-9 Zat pembasah (wetting agent)

8-18 M/A emulgator

13-15 Zat pembersih (detergen)

15-18 Zat penambah pelarutan (soubilizer)

Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan

tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil (Anief,2005).

Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan

eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat

yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase (Anief, 2005) :

a. Fase I

Page 10: EMULSI (1).docx

Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran

surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran Span 20 dan Tween

20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira-kira.

Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi

atau menambah emulgator.

b. Fase II

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang diperoleh

dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang terbaik maka diperoleh

nilai HLB yang ideal.

c. Fase III

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan menggunakan

bermacam-macam surfaktan atau campuran surfaktan.dari emulsi yang paling

baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana yang paling baik (ideal).

Penggolongan system hidrofil-Lipofil Griffin merancaang suatu skala dan

berbagai angka untuk dipakai sebagai suatu aturan keseimbangan hidrofil-lipofilik

(HLB) dari zat-zat aktif permukaan. Dengan bantuan system angka ini afdalah

mungkin untuk membentuk suatu jarak HLB untuk efisiensi optimum (terbaik) dari

masing-masing golongan surfaktan. Makin tinggi HLB suatu zat makin hidrofilik zat

tersebut (Martin, 1993).

HLB dari sejumlah ester alcohol polihidrat dari asam lemak seperti gliseril

monoktearat bias diperkirakan dengan menggunakan rumus.

Page 11: EMULSI (1).docx

HLB = 20 ( I -SA

)

Dimana S adalah bilangan penyabunan dari ester dan A bilangan asam dari

asam lemak. HLB dari polioksietilena sorbitan secara laurat (tween 20) untuk

mana S=45,5 dan A=276, adalah

HLB = 20 ( I – 45,5276

) = 16,7

Davies telah menghitung nilai HLB untuk zat aktif permukaan dengan

mmecah berbagai molekul surfaktan kedalam gugus-gugus penyusunnya yang

masing-masing diberi suatu gugus. Penjumlahan dari aangka –angka gugus untuk

suatu surfaktan tertentu memungkinkan perhitungan nilai HLB nya menurut

persamaan berikut (Martin, 1993):

HLB = ∑ (angka-angka gugus hidrofilik)

∑ (angka-angka gugus lipofilik) +7

Nilai HLB bersifat adiktif, sehingga nilai HLB campuran dari fraksi agen

aktif permukaan dari total permukaan bahan aktif. Nilai HLB dari campuran

jumlah aqua dari polisorbat 80 dan 80 adalah isorbat monoaleat

(15,0 x ½) + (4,3 x ½) = 9,65

Page 12: EMULSI (1).docx

Sebagian besar aktif permukaan menghasilkan busa ketika bercampur

dengan udara. Busa umumnya berupa gangguan dan menghindari bahan aktif

permukaan HLB dari 1 sampai 3 dalam antifoaming dan dapat digunakan untuk

menghancurkan busa yang diinginkan(Parrot, 1971).

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang

mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai

tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan yang penting

dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan

bentuk yang cocok untuk beberapa bahan yang berminyak yang tidak diinginkan

oleh pasien. (Jenkins, 1957).

B. Uraian Bahan

1. Air suling (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai fase air

2. Parafin Cair (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : Parafin cair

Page 13: EMULSI (1).docx

Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak

berwarna, hmpir tidak berbau, hampir tidak

mempunyai rasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)

P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai sampel

3. Span 80 (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : SORBITAN MONOOLEAT

Nama lain : Sorbitan atau span 80

Rm : C3O6H27Cl17

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik

dari asam lemak.

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan

dapat bercampur dengan alcohol sedikit larut dalam

mnyak biji kapas.

Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

4. Tween 80 (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : POLYSOBARTUM 80

Nama lain : Polisorbat 80, tween

Page 14: EMULSI (1).docx

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna , hampir

tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol (95%)Pdalam etil

asetat P dan dalam methanol P,sukar larut dalam

parafin cair P dan dalam biji kapas P

Kegunaan : Sebagai emulgator fase air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

C. Prosedur kerja:

a. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar

R/ minyak 2 %

Emulgator 3 %

Air ad 100 %

Buatlah satu seri emulsi dengan nilai HLB butuh masing-masing

5,6,7,8,9,10,11,dan 12:

Prosedur kerja:

1. Hitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk setiap nilai

HLB butuh

2. Timbang masing-masing bahan yang diperlukan

3. Campurkan minyak dengan span, campurkan air dengan tween,

panaskan keduanya diatas tangas air bersuhu 600 c

4. Tambahkan campuran minyak kedalam campuran air dan segera

diaduk menggunakan pengaduk elektrik selama lima menit

Page 15: EMULSI (1).docx

5. Masukan emulsi kedalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai

nilai HLB masing-masing

6. Tinggi emulsi dalam tabung diusahakan sama dan catat waktu mulai

memasukan emulsi ke dalam tabung

7. Amati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 6 hari. Bila

terjadi kriming, ukur tinggi emulsi yang membentuk krem

8. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relative paling stabil

b. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB sempit

Dari hasil percobaan pada diatas diperoleh nilai HLB butuh berdasar atas

emulsi yang tampak relative paling stabil, misalnya nilai HLB butuhnya 9,

untuk memperoleh nilai HLB butuh yang lebih akurat, perlu dibuat satu

seri emulsi lagi dengan nilai HLB 8 sampai 10 dengan jarak HLB masing-

masing 0,25. Prosedur kerjanya sama dengan percobaan diatas.

Page 16: EMULSI (1).docx

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

A.1 Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini

yaitu: Batang pengaduk, Botol semprot, Cawan porselen, Gelas arloji,

Gelas kimia 50 ml, Gelas erlenmeyer 25 ml, Magnetik stirer, Pipet

skala, Pipet tetes, Sendok tanduk, Timbangan analitik, dan

Termometer.

A.2 Bahan yang digunakan

Adapun bahan-bahan yang akan digunakan pada praktikum

kali ini yaitu: Air suling, Aluminium foil, Parafin cair, Span 80.

Tween 80.

B. Prosedur Kerja

a. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak lebar

1. Dihitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk HLB butuh 5,

6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12.

2. Ditimbang masing-masing bahan berupa tween 80, span 80, dan

paraffin cair.

3. Dicampurkan minyak dengan span 80 dalam labu erlenmeyer.

4. Dicampurkan air dengan tween 80 dalam labu erlenmeyer.

5. Dipanaskan diatas stirrer hingga suhu 60o C.

Page 17: EMULSI (1).docx

6. Ditambahkan campuran minyak ke dalam campuran air dan segera

diaduk menggunakan batang pengaduk kemudian dipindahkan ke

dalam labu ukur lalu ditutup dengan menggunakan aluminium foil.

7. Diberi etiket sesuai dengan HLB.

8. Diamati volume kriming selama 6 hari pengamatan.

b. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak sempit

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh nilai HLB butuh yang paling

stabil, yaitu nilai HLB butuh 11. Untuk memperoleh nilai HLB butuh yang

lebih akurat dibuat satu seri emulsi lagi dengan nilai HLB 10 sampai 12

dengan jarak HLB masing – masing 0,25, dimana cara kerjanya yaitu :

Dihitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk HLB butuh

10,50 , 10,75 , 11 , 11,25 , 11,50 , 11,75 , 12.Ditimbang masing-masing

bahan berupa tween 80, span 80, dan paraffin cair.Dicampurkan minyak

dengan span 80 dalam labu erlenmeyer.Dicampurkan air dengan tween 80

dalam labu erlenmeyer.Dipanaskan diatas stirrer hingga suhu 60o

C.Ditambahkan campuran minyak ke dalam campuran air dan segera diaduk

menggunakan mixer kemudian dipindahkan ke dalam gelas ukur lalu

ditutup dengan menggunakan aluminiumfoil. Diberi etiket sesuai dengan

HLB ,lalu diamati volume kriming selama beberapa hari

Page 18: EMULSI (1).docx

BAB IV

HASIL PENGMATAN

A. Data Pengamatan

Hari HLB

HL

B 6

HLB

7

HLB

8

HL

B 9

HLB

10

HLB

11

HLB

12

1. 6 5 - - - 5 4,0

2. 5,7 5,1 7,4 7,2 - 4,2 3,7

3. 5,5 5 7 7 - 4 3,7

4. 5,5 5 7 6,8 - 4 3,5

Perhitungan :

Dik:

Paraffin = 2 %

Emulgator = 3 % = 3% x 100 = 3 g

Air = 100 %

Tween 80 ( HLB 15 )

Span 80 ( HLB 4,3 )

Page 19: EMULSI (1).docx

Untuk HLB Butuh 6

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 6

15a + 12,9 – 4,3a = 18

15a – 4,3a = 18 – 12,9

10,7a = 5,1

a = 0,477

tween 80 = 0,477 g

span 80 = 3 – 0,477 = 2,523 g

Untuk HLB Butuh 7

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 7

15a + 12,9 – 4,3a = 21

15a – 4,3a = 21 – 12,9

10,7a = 8,1

a = 0,757

tween 80 = 0,757 g

span 80 = 3 – 0,757 = 2,243 g

Untuk HLB Butuh 8

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 8

15a + 12,9 – 4,3a = 24

15a – 4,3a = 24 – 12,9

10,7a = 11,1

a = 1,037

Page 20: EMULSI (1).docx

tween 80 = 1,037 g

span 80 = 3 – 1,037 = 1,963 g

Untuk HLB Butuh 9

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 9

15a + 12,9 – 4,3a = 27

15a – 4,3a = 27 – 12,9

10,7a = 14,1

a = 1,317

tween 80 = 1,317 g

span 80 = 3 – 1,317 = 1,683 g

Untuk HLB Butuh 10

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 10

15a + 12,9 – 4,3a = 30

15a – 4,3a = 30 – 12,9

10,7a = 17,1

a = 1,598

tween 80 = 1,598 g

span 80 = 3 – 1,598 = 1,402 g

Untuk HLB Butuh 11

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 11

15a + 12,9 – 4,3a = 33

15a – 4,3a = 33 – 12,9

Page 21: EMULSI (1).docx

10,7a = 20,1

a = 1,878

tween 80 = 1,878 g

span 80 = 3 – 1,878 = 1,122 g

Untuk HLB Butuh 12

(a x 15) + [ (3-a) x 4,3 ] = 3 x 12

15a + 12,9 – 4,3a = 36

15a – 4,3a = 36 – 12,9

10,7a = 23,1

a = 2,158

tween 80 = 2,158 g

span 80 = 3 – 2,158 = 0,842 g

Page 22: EMULSI (1).docx

B. Pembahasan

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika

dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur atau campuran

yang kuat dari dua cairan yang esensial yang tidak tercampurkan. Emulsi

terdiri dari fase minyak dan fase air. Dalam percobaan ini yang menjadi fase

minyak adalah parafin cair, emulgator fase minyak span 80, sedangkan fase

air adalah air dan tween 80. Span ditambahkan ke parafin cair karena bersifat

hidrofil.

Dalam pembuatan suatu emulsi digunakan suatu emulgator atau

surfaktan yang bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka air dan

minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi. Pada

percobaan ini digunakan dua surfaktan yang dikombinasikan dengan tujuan

untuk memperoleh HLB surfaktan yang persis sama dengan HLB minyak

yang dibutuhkan.

Page 23: EMULSI (1).docx

Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulasi untuk

mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka

waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj

fase terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ) hal ini menyebabkan

pemisahan dari kedua fase emulsi. Emulgator adalah bahan aktif pada

permukaan yang menurunkan tegangan antarmka pada minyak dan air dimana

ia mengelilingi tetesan terdispersi dalam lapisan kuat mencegah pemisahan

dan fase disperse, sedangkan surfaktan adalah suatu pengemusi zat pembasah,

detergen atau zat penstabil yang bisa diramalkan dari pengetahuan

kesetimbangan.

Dalam percobaan ini digunakan dua jenis emulgator , yaitu tipe air

(Tween 80) dan tipe minyak (span 80). Dimana Pada percobaan ini yang

bertindak sebagai fase minyak digunakan parafin cair 20% yang dicampur

dengan span 80, sedangkan sebagai fase air adalah air suling yang dicampur

dengan tween 80.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan yaitu :

1. Teknik pembuatan

2. Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar

mempengaruhi kestabilan emulsi.

3. Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka

partikel-partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel yang

lebih besar sehingga emulsi akan pecah.

Page 24: EMULSI (1).docx

4. Penyimpanan

Dalam percobaan ini tipe emulsi yang dibuat adalah tipe emulsi O/W

atau emulsi minyak dalam air karena fase minyak terdispersi dalam fase air.

Pengamatan emulsi untuk HLB lebar dan HLB sempit dilakukan selama

beberapa hari tujuannya untuk melihat volume kriming dari HLB tersebut.

Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress

coindition) perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi

dimana terjadi penurunan suhu secara drastis, kondisi ini akan lebih

mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.

Sebelum dilakukan pencampuran, terlebih dahulu masing-masing

emulgator yang telah dicampur ke dalam fasanya (parafin cair yang dicampur

dengan span 80, sedangkan air suling yang dicampur dengan tween 80),

dipanaskan hingga suhu 60o C, kemudian dilakukan pengocokan secara

berseling dengan menggunakan alat yaitu mixer, dimana pengocokan

dilakukan selama 5 menit dan istirahat selama 2 menit, yang dilakukan

sebanyak 3 kali. Pengocokan dilakukan untuk memberikan kesempatan pada

minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat

membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi. Selain itu agar

emulsi lebih cepat homogen, dan untuk mencegah terjadinya emulsi yang

tidak stabil. Dimana pengocokan secara kontinu akan mengganggu

pembentukan tetesan, jadi waktu juga berpengaruh dalam pembuatan emulsi,

dimana untuk mendapatkan emulsi yang stabil sebaiknya dilakukan secara

Page 25: EMULSI (1).docx

berseling, sehingga kecepatan dua cairan, yang tidak tercampur/teremulsi

secara sempurna dengan waktu yang berseling.

Untuk membantu memecah fase dalam (minyak) menjadi tetesan-

tetesan digunakan alat pengaduk yang mekanik yaitu mixser. Adapun

mekanismenya adalah setelah terjadi perceraian awal tetesan-tetesan, tetesan

berikutnya akan mendapatkan kekuatan tambahan karena turbulensi (arah

mixer yang berputar secara tyrbulen) menyebabkan deformasi tetesan-tetesan

tersebut menjadi tetesan yang lebih kecil sehingga emulsi yang terjadi

nantinya akan lebih homogen. Dalam hal ini yang harus dihindari adalah

terbentuknya busa, yang disebabkan oleh surfaktan yang larut dalam air.

Karenanya untuk memperkecil terbentuknya busa emulsifikasi harus

dilaksanakan dalam sistem tertutup.

Setelah dilakukan pengocokan dua fase yang tidak bercampur ini,

hasilnya disimpan dalam gelas ukur dan diamati selama 6 hari berturut-turut

dari segi penampakan fisik dari emulsi, baik itu dari perubahan volume,

perubahan warna maupun terjadinya pemisahan fase terdispersi dan fase

pendispersi. Dimana gejala-gejala fisik tersebut menunjukkan ketidakstabilan

emulsi yang dibuat.

Pada percobaan ini jumlah emulgator yang digunakan untuk tiap-tiap

HLB butuh yaitu :

HLB butuh 6 menggunakan tween 80 sebesar 0,477 g dan span 80

sebanyak 2,523 g

Page 26: EMULSI (1).docx

HLB butuh 7 menggunakan tween 80 sebanyak  0,757 g dan span 80

sebanyak 2,243 g

HLB butuh 8 menggunakan tween 80 sebanyak  1,037 g dan span 80

sebanyak 1,963 g

HLB butuh 9 menggunakan tween 80 sebanyak  1,317 g dan span 80

sebanyak 1,683 g

HLB butuh 10 menggunakan tween 80 sebanyak  1,598 g dan span 80

sebanyak 1,402 g

HLB butuh 11 menggunakan tween 80 sebanyak  1,878 g dan span 80

sebanyak 1,122 g

HLB butuh 12 menggunakan tween 80 sebanyak  2,158 g dan span 80

sebanyak 0,842 g

Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini

adalah terjadinya :

a. Flokulasi dan Creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yangdisebabkan oleh

adanya energi permukaan bebas saja

b. Koalesen dan demulsifikasi

Fenomena ini tejadi bukan semata-mata karena energi bebas permukaan

tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan.

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa PADA HARI

PERTAMA hlb 6, 7, 11, dan 12 sudah mengalami creaming, pada hari ke dua

Page 27: EMULSI (1).docx

HLB 8 dan 9 juga mengalami creaming. Sedangkan HLB 10 tidak mengalami

creaming yang artinya stabil. Karena mendapatkan hasil emulsi yang stabil

maka percobaan dilanjutkan untuk mencari HLB sempit yaitu 9,5, 10, dan

10,5. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pada HLB mana suatu emulsi dapat

stabil. Setelah praktikum diperoleh hasil pada hari pertama semua emulsi baik

pada HLB 9,5, 10, dan 10,5 telah mengalami creaming yang artinya tidak

stabil. Hal ini menunjukkan tidak adanya kesesuaian antara percobaan

pertama dan kedua.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi

di antaranya :

- Suhu pemanasan tidak konstan

- Perbedaan intensitas pengadukan

- Pencampuran kurang merata

- Kekompakan dan elastisitas fillm yang melindungi zat terdispersi

Adapun manfaat emulsi dalam bidang farmasi yaitu memiliki

beberapa keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau

yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar

misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.

Page 28: EMULSI (1).docx

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa :

a) Jumlah emulgator yang dibutuhkan untuk tiap harga HLB butuh adalah:

HLB Tween 80(g)

Span 80(g)

6

7

8

9

10

11

12

0,477

0,757

1,037

1,317

1,598

1,122

2,158

2,523

2,243

1,963

1,683

1,402

1,878

0,842

b) Ketidak stabilan suatu emulsi dapat di tandai dengan adanya creaming.

B. Saran

Sebaiknya alat yang akan digunakan dalam praktikum diperbanyak agar

praktikan dapat lebih teratur dalam melakukan pengamatan di laboratorium.

Page 29: EMULSI (1).docx

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., (1993), “Ilmu Meracik Obat”, UGM Press, Yogyakarta, 129,130.

Ansel, Howard C., (1985), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press,

Jakarta, 376.

Ditjen POM, (1995), “ Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Effendi, M. Idris, (2004), “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi-UH, Makassar, 30.

Jenkins, G., et. all., (1957), “Scoville’s : The Art of Compounding”, McGraw Hill Book Company, London, 314.

Martin, Alfred. 1993. “Farmasi Fisika II”. Universitas Indonesia : Jakarta

Parrot, Eugene L. 1971. “Pharmaceutical Technology”. Burgess Publishing Company : Lowa

Page 30: EMULSI (1).docx

SKEMA KERJA

A. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak lebar

Hitung jumlah Tween dan Span HLB butuh 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

Timbang Tween, Span dan Paraffin cair

Timbang bahan tween, span dan paraffin cair

Campurkan minyak dengan span dalam Erlenmeyer

Campurkan air dengan tween dalam labu Erlenmeyer

Panaskan diatas stirrer hingga suhu 60o

Campurkan minyak ke campuran air dan aduk segera dengan batang

pengaduk

Pindahkan ke dalam labu ukur dan ditutup aluminium foil

Beri etiket

Page 31: EMULSI (1).docx

Amati volume kraming selama 6 hari

B. Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak sempit

Hitungn jumlah tween dan span untuk HLB butuh 9,5, 10 dan 10,5

Timbang masing-masing tween, span dan paraffin cair

Campurkan minyak dengan span dalam Erlenmeyer 1

Campurkan air dengan tween dalam Erlenmeyer 2

Dipanakan dalam stirrer

Tambahkan campuran minyak ke dalam campuran air dan aduk segera

Pindahkan ke dalam labu ukur dan tutup dengan aluminium foil

Beri etiket

Amati volume kriming selama hari pengamatan

Page 32: EMULSI (1).docx

LAMPIRAN