SGB
-
Upload
gusnella-iswardhani -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of SGB
Laporan Kasus
GUILLAIN-BARRE SYNDROME
Disusun Oleh :
Helda Sasti Dian Pertiwi, S.Ked
Pembimbing :
dr. Yusril, Sp. S
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF (NEUROLOGI)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi Kasus
GUILLAIN-BARRE SYNDROME
Disusun Oleh :
Helda Sasti Dian Pertiwi, S.Ked
Pembimbing :
dr. Yusril, Sp. S
Telah diterima sebagai salah satu syarat kepaniteraan klinik senior periode 06 Mei
– 15 Juni 2015 di Bagian Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi) Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.
Palembang, Juni 2015
Pembimbing
dr. Yusril, Sp.S
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Guillain-barre syndrome”. Laporan ini merupakan
salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Neurologi RSMH
Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yusril, Sp.S selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi
manfaat bagi yang membacanya.
Palembang, Juni 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
LAPORAN KASUS........................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 17
ANALISIS KASUS............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33
4
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Ks
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : seberang ulu 1, Palembang
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 28 may 2015
No. RM/Register : 707946/RI15014197
II.ANAMNESIS
Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan merasa
kesemutan di kedua ekstremitas.
± 6 hari sebelum masuk rumah sakit os pergi keluar kota, di perjalanan pulang
os mengeluh kedua tungkai dan lengan terasa lemah dan kesemutan, nyeri
punggung ada, demam tidak ada, susah menelan ada,sesak nafas tidak ada,
sakit kepala tidak ada,mual/muntah tidak ada, kejang tidak ada, mulut mengot
tidak ada,BAB dan BAK masih normal. Os tidak berobat.
± 10 hari sebelum masuk rumah sakit os mengeluh kedua tungkai dengan
lengan terasa kesemutan, awalnya terjadi pada kedua tungkai lalu kemudian
menjalar ke kedua lengan .
± 9 hari sebelum masuk rumah sakit os tiba jatuh saat senam. Os mengatakan
tiba- tiba kaki os merasa lemah dan semakin kesemutan. Demam tidak ada,
susah menelan ada,sesak nafas tidak ada, sakit kepala tidak ada,mual/muntah
tidak ada, kejang tidak ada, mulut mengot tidak ada,BAB dan BAK masih
normal.
5
Riwayat penyakit:
- Kencing manis : disangkal
- Hipertensi : disangkal
- Penyakit jantung : disangkal
Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya
III. PEMERIKSAAN
Status Internus
Kesadaran : GCS = 15 (E4M6V5)
Suhu Badan : 36,4º C
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Tekanan Darah : 170/100 mmHg
Jantung : HR = 82 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising
usus normal
Anggota Gerak : Lihat status neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : ada
Perhatian : ada Kontak Psikik : ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : Normochepali Deformitas : (-)
Ukuran : normal Fraktur : (-)
Simetris : simetris Nyeri fraktur : (-)
Hematom : (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
6
Tumor : (-) Pulsasi : (-)
LEHER
Sikap : lurus Deformitas : (-)
Torticolis : (-) Tumor : (-)
Kaku kuduk: (-) Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman
Anosmia
Hiposmia
Parosmia
Tidak ada kelainan
-
-
-
Tidak ada kelainan
-
-
-
N. O ptiku s Kanan Kiri
Visus
Campus visi
Anopsia
Hemianopsia
Fundus Oculi
- Papil edema
- Papil atrofi
- Perdarahan retina
6/6
V.O.D
-
-
-
-
-
6/6
V.O.S
-
-
-
-
-
N. Occulomotorius, Trochlearis, & Abducens Kanan Kiri
Diplopia
Celah mata
Ptosis
-
-
-
-
-
-
7
Sikap bola mata
- Strabismus
(-)
- Exophtalmus
(-)
- Enophtalmus
(-)
- Deviation conjugae
Gerakan bola mata
Pupil
- Bentuk
- Diameter
- Isokor/anisokor
- Midriasis/miosis
- Refleks cahaya
Langsung
Konsensuil
Akomodasi
- Argyl Robertson
-
-
-
-
Baik ke segala
arah
Bulat
3 mm
Isokor
-
+
+
+
-
-
-
-
-
Baik ke segala
arah
Bulat
3 mm
Isokor
-
+
+
+
-
N. Trigeminus Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit
- Trismus
- Refleks kornea
Sensorik
- Dahi
- Pipi
- Dagu
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
8
N. Fasialis Kanan Kiri
Motorik
- Mengerutkan dahi
- Menutup mata
- Menunjukkan gigi
- Lipatan nasolabialis
- Bentuk muka
Sensorik
- 2/3 depan lidah
- Otonom
Salivasi
Lakrimasi
Chvostek’s sign
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
-
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelianan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
-
N . Cochlearis Kanan Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
Tidak ada kelainan
-
-
-
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman
Anosmia
Hiposmia
Parosmia
Tidak ada kelainan
-
-
-
Tidak ada kelainan
-
-
-
N. Vestibularis Kanan Kiri
Nistagmus
Vertigo
-
-
-
-
9
N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri
Arcus pharingeus
Uvula
Gangguan menelan
Suara serak/sengau
Denyut jantung
Refleks
- Muntah
- Batuk
- Okulokardiak
- Sinus karotikus
Sensorik
- 1/3 belakang lidah
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
-
-
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
N. Accessoriu s Kanan Kiri
Mengangkat bahu
Memutar kepala
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
N. Hypoglossus Kanan Kiri
Menjulurkan lidah
Fasikulasi
Atrofi papil
Disatria
-
-
-
-
MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
kurang
4
Menurun
kurang
4
Menurun
10
-
Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
- Biceps
- Triceps
- Radius
- Ulnaris
Refleks patologis
- Hoffman Tromner
- Leri
- Meyer
Trofi
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
-
-
-
-
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
-
-
-
-
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
- Paha
- Kaki
Refleks fisiologis
- KPR
- APR
Refleks patologis
- Babinsky
- Chaddock
- Oppenheim
- Gordon
- Schaeffer
- Rossolimo
Kurang
4
Menurun
-
-
Menurun
Menurun
-
-
-
-
-
-
Kurang
4
Menurun
-
-
Menurun
Menurun
-
-
-
-
-
-
Refleks kulit perut
- Atas Menurun
11
- Tengah Menurun
- Bawah Menurun
Refleks cremaster Menurun
Trofik Menurun
SENSORIK : hipestesi pola sarung tangan+ kaos kaki
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : tidak ada kelainan
Defekasi : tidak ada kelainan
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : (-)
Lordosis : (-)
Gibbus : (-)
Deformitas : (-)
Tumor : (-)
Meningocele : (-)
Hematoma : (-)
Nyeri ketok : (-)
GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kaku kuduk : (-)
Kerniq : (+)
Lasseque : (+)
Brudzinsky
- Neck : (-)
- Cheek : (-)
- Symphisis : (-)
- Leg I : (-)
- Leg II : (-)
12
GAIT DAN KESEIMBANGAN
Gait Keseimbangan dan Koordinasi
Ataxia : tidak ada kelainan Romberg : tidak ada kelainan
Hemiplegic : tidak ada kelainan Dysmetri : tidak ada kelainan
Scissor : tidak ada kelainan - jari-jari : tidak ada kelainan
Propulsion : (+) - jari hidung : tidak ada kelainan
Histeric : tidak ada kelainan - tumit-tumit : tidak ada kelainan
Limping : tidak ada kelainan Rebound phenomen : tidak ada kelainan
Steppage : tidak ada kelainan Dysdiadochokinesis : tidak ada kelainan
Astasia-Abasia : tidak ada kelainan Trunk Ataxia : tidak ada kelainan
Limb Ataxia : tidak ada kelainan
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetosis : (-)
Ballismus : (-)
Dystoni : (-)
Myocloni : (-)
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Apraksia : (-)
Agrafia : (-)
Alexia : (-)
Afasia nominal : (-)
LABORATORIUM
Diperiksa tanggal 29 may 2015
DARAH
Hb : 12,6 g/dl Total Kolesterol : 205 mg/dl
13
Eritrosit : 4,69x106/mm3 Kolesterol HDL : 56 mg/dl
Leukosit : 7.0x103 /mm3 Kolesterol LDL : 148 mg/dl
Diff Count : 0/1/63/27/9 Ureum : 24 mg/dl
Trombosit : 189x103/µL Uric Acid : 4,30 mg/dl
Hematokrit : 39 vol% kreatinin : 0,73 mg/dl
BSS : 69
SGOT : 15 U/L
SGPT : 6 U/L
ELEKTROLIT
Kalsium : 9.2 mg/dl
Natrium : 133 mEq/L
Kalium : 4.4 mEq/L
Klorida : 94 mmol/L
URINE
Warna : tidak diperiksa Sedimen :
Reaksi : tidak diperiksa - Eritrosit : tidak diperiksa
Protein : tidak diperiksa - Leukosit : tidak diperiksa
Reduksi : tidak diperiksa - Thorak : tidak diperiksa
Urobilin : tIdak diperiksa - Sel Epitel : tidak diperiksa
Bilirubin : tidak diperiksa - Bakteri : tidak diperiksa
FESES
Konsistensi : tidak diperiksa Eritrosit : tidak diperiksa
Lendir : tidak diperiksa Leukosit : tidak diperiksa
Darah : tidak diperiksa Telur cacing : tidak diperiksa
Amuba coli/ : tidak diperiksa
Histolitika : tidak diperiksa
LIQUOR CEREBROSPINALIS
Warna : tidak diperiksa Protein : tidak diperiksa
Kejernihan : tidak diperiksa Glukosa : tidak diperiksa
Tekanan : tidak diperiksa NaCl : tidak diperiksa
14
Sel : tidak diperiksa Queckensted : tidak diperiksa
Nonne : tidak diperiksa Celloidal : tidak diperiksa
Pandy : tidak diperiksa Culture : tidak diperiksa
PEMERIKSAAN KHUSUS
Lumbal pucture : belum ada
E NM G : pemeriksaan lengan kanan dan kiri/; n. Medianus dan N. Ulnaris bilateral, KHS
motorik dan amplitudo menurun, DL memanjang SNAP (-) bilateral
Pemeriksaan tungkai kanan dan tungkai kiri: n. Tibialis, bilateral, KHS motorik dan
amplitudi menurun, DL memanjang. N.poreneus sinistra KHS sensorik dan amplitudo
menurun dan N. Peroneus dextra SNAP (-). N. Sural bilateral SNAP (-)
Hasil: sesuai dengan poli neuropati axonal demielinating sensorik dan motorik (GBS)
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Guillain barre syndrome
2. Miasthenia gravis
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Tetraparese flaksid
Hipestesi pola sarung tangan + kaos kaki
Diagnosis Topik : Myelin
Diagnosis Etiologi : Guillain barre syndrome
VI. PENATALAKSANAAN
A. Norfarmakologis
- Edukasi
1. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit yang dideritanya
2. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
keteraturan minum obat dan kontrol teratur
15
B. Pengobatan/ tindakan
- MRS
- Mecobalamin 3x 1000 mcg (2 cap)
- Fores 2x1 tab
- Omeprazole 1x 20 mg
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 DEFINISI
Guillain Barre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan
tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri
dengankarekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang
sifatnyaprogresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris,
otonom,maupun susunan saraf pusat. SGB merupakan Polineuropati akut, bersifat
simetris dan ascenden, yang,biasanya terjadi 1 – 3 minggu dan kadang sampai 8
minggu setelah suatu infeksi akut.
SGB merupakan Polineuropati pasca infeksi yang menyebabkan terjadinya
demielinisasi saraf motorik kadang juga mengenai saraf sensorik.
SGB adalah polineuropati yang menyeluruh, dapat berlangsung akut atau
subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi
SGB mempunyai banyak sinonim, antara lain :
Polineuritis akut pasca infeksi
Polineuritis akut toksik
Polineuritis febril
Poliradikulopati,dan
Acute Ascending Paralysis
2.3 EPIDEMIOLOGI
Sepuluh studi melaporkan kejadian pada anak-anak (0-15tahun), dan
menemukankejadian tahunan menjadi antara 0,34, dan 1.34/100 000. Kebanyakan
penelitian menyelidiki populasi di Eropa dan Amerika Utara dan melaporkan
angka kejadian serupa tahunan , yaitu antara 0,84 dan 1.91/100, 000. Rata-rata
pertahun 1-3/100.000 populasi dan perempuan lebih sering terkena daripada laki-
laki dengan perbandingan rasio perempuan : laki-laki = 1,5 : 1 untuk semua usia.
Penurunan insiden selama waktu antara tahun 1980-an dan 1990-an ditemukan.
Sampai dengan70% dari kasus Sindroma Guillain Barre disebabkan oleh infeksi
17
anteseden. Inflamasi akut demielinasi poliradikuloneuropati (AIDP) adalah bentuk
paling umum di negara-negara barat dan berkontribusi 85% sampai
90% kasus. Kondisi ini terjadi pada semua umur, meskipun jarang pada masa
bayi. Usia termuda dan tertua dilaporkan adalah, masing masing 2 bulan dan 95
tahun. Usia rata onset adalah sekitar 40 tahun, dengan kemungkinan dominasi
laki-laki.
Sindroma Guillain Barre adalah penyebab paling umum dari accute
flaccid paralysis pada anak - anak. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) sering
didapatkan di daerah Jepang dan Cina, terutama pada orang muda.
Hal ini terjadi lebih sering selama musim panas, sporadis AMAN seluruh dunia
mempengaruh 10% sampai 20% pasien dengan Sindroma Guillain Barre .
2.4 KLASIFIKASI
1. Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)
Sering muncul cepat dan mengalami paralisis yang berat dengan perbaikan
yang lambat dan buruk. Seperti tipe AMAN yang berhubungan dengan infeksi
saluran cerna C jejuni. Patologi yang ditemukan adalah degenerasi akson dari
serabut saraf sensorik dan motorik yang berat dengan sedikir demielinisasi.
2. Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN)
Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer antibody
gangliosid meningkat (seperti, GM1, GD1a, GD1b). Penderita tipe ini memiliki
gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe demielinisasi dengan
asending dan paralysis simetris. AMAN dibedakan dengan hasil studi
elektrodiagnostik dimana didapatkan adanya aksonopati motorik. Pada biopsy
menunjukkan degenerasi ‘wallerian like’ tanpa inflamasi limfositik. Perbaikannya
cepat, disabilitas yang dialami penderita selama lebih kurang 1 tahun.
3. Miller Fisher Syndrome
Variasi dari SGB yang umum dan merupakan 5 % dari semua kasus SGB.
Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia. Ataksia terlihat
pada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang meliputi ekstremitas.
18
Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna terjadi dalam hitungan
minggu atau bulan
4. Chronic Inflammatory Demyelinative Polyneuropathy (CIDP)
CIDP memiliki gambaran klinik seperti AIDP, tetapi perkembangan gejala
neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih
dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal.
5. Acute pandysautonomia
Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang terjadi.
Disfungsi dari sistem simpatis dan parasimparis yang berat mengakibatkan
terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih dan saluran cerna, anhidrosis,
penurunan salvias dan lakrimasi dan abnormalitas dari pupil.
2.5 ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab belum pernah ditemukan pada penderita dan bukan
merupakan penyakit yang menular juga tidak diturunkan secara herediter.
Penyakit ini merupakan proses autoimun. Tetapi sekitar setengah dari seluruh
kasus terjadi setelah penyakit infeksi virus atau bakteri seperti dibawah ini :
Infeksi virus : Citomegalovirus (CMV), Ebstein Barr Virus (EBV),
enterovirus, Human Immunodefficiency Virus (HIV).
Infeksi bakteri : Campilobacter Jejuni, Mycoplasma Pneumonie.
Pascah pembedahan dan Vaksinasi.
50% dari seluruh kasus terjadi sekitar 1-3 minggu setelah terjadi penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Infeksi Saluran Pencernaan.
19
2.6 PATOLOGI
Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakan
saraf tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan
pertama berupa edema yang terjadi pada hari ketiga atau keempat, kemudian
timbul pembengkakan dan iregularitas selubung mielin pada hari kelima, terlihat
beberapa limfosit pada hari kesembilan dan makrofag pada hari kesebelas,
poliferasi sel schwan pada hari ketigabelas. Perubahan pada mielin, akson, dan
selubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari keenampuluh
enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur. Kerusakan mielin disebabkan
makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung mielin dari
sel schwan dan akson.
20
Myelinated nervein healthy individual
Myelin sheath
Damage tomyelin sheath
(demyelination)
Nerve axon
Damaged (demyelinated) nervein individual
with Guillain-Barré syndrome
2.7 PATOGENESIS
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui
dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang
terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi. Bukti-bukti bahwa
imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada
sindroma ini adalah:
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell mediated
immunity) terhadap agen infeksius pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada
pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demielinisasi saraf tepi
Proses demielinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya.
Pada SGB, gangliosid merupakan target dari antibodi. Ikatan antibodi dalam
sistem imun tubuh mengaktivasi terjadinya kerusakan pada myelin. Alasan
mengapa komponen normal dari serabut mielin ini menjadi target dari sistem
imun belum diketahui, tetapi infeksi oleh virus dan bakteri diduga sebagai
penyebab adanya respon dari antibodi sistem imun tubuh. Hal ini didapatkan dari
adanya lapisan lipopolisakarida yang mirip dengan gangliosid dari tubuh manusia.
Campylobacter jejuni, bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya diare,
mengandung protein membran yang merupakan tiruan dari gangliosid GM1. Pada
kasus infeksi oleh Campylobacter jejuni, kerusakan terutama terjadi pada
degenerasi akson. Perubahan pada akson ini menyebabkan adanya cross-reacting
antibodi ke bentuk gangliosid GM1 untuk merespon adanya epitop yang sama.
Berdasarkan adanya sinyal infeksi yang menginisisasi imunitas humoral maka sel-
T merespon dengan adanya infiltrasi limfosit ke spinal dan saraf perifer.
Terbentuk makrofag di daerah kerusakan dan menyebabkan adanya proses
demielinisasi dan hambatan penghantaran impuls saraf.
21
22
23
2.8 GEJALA KLINIS
1. Kelemahan
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan
simetris secara natural. Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan
sebelum tungkai atas. Otot- otot proksimal mungkin terlibat lebih awal daripada
yang lebih distal. Tubuh, bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga.
Kelemahan otot pernapasan dengan sesak napas mungkin ditemukan, berkembang
secara akut dan berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Keparahan
dapat berkisar dari kelemahan ringan sampai tetraplegia dengan kegagalan
ventilasi.
2. Keterlibatan saraf kranial
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan SGB. Saraf
kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin
termasuk sebagai berikut; wajah droop (bisa menampakkan palsy Bell), Diplopias,
Dysarthria, Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan pada pupil. Kelemahan
wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dan tungkai yang terkena.
Varian Miller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtipe ini dimulai dengan
defisit saraf kranial.
3. Perubahan Sensorik
Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam kebanyakan kasus, kehilangan
sensori cenderung minimal dan variabel. Kebanyakan pasien mengeluh parestesia,
mati rasa, atau perubahan sensorik serupa. Gejala sensorik sering mendahului
kelemahan. Parestesia umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, berproses
menuju ke atas tetapi umumnya tidak melebar keluar pergelangan tangan atau
pergelangan kaki. Kehilangan getaran, proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal
dapat hadir.
4. Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan SGB, 89% pasien
melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa waktu selama
perjalanannya. Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung,
pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini
24
sering digambarkan sebagai sakit atau berdenyut. Gejala dysesthetic diamati ada
dalam sekitar 50% dari pasien selama perjalanan penyakit mereka. Dysesthesias
sering digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau sensasi shocklike dan
sering lebih umum di ekstremitas bawah daripada di ekstremitas atas.
Dysesthesias dapat bertahan tanpa batas waktu pada 5-10%pasien. Sindrom nyeri
lainnya yang biasa dialami oleh sebagian pasien dengan SGB adalah sebagai
berikut; Myalgic, nyeri visceral, dan rasa sakit yang terkait dengan kondisi
imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus dekubitus).
5. Perubahan otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis
dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom
dapat mencakup sebagai berikut; Takikardia, Bradikardia, Facial flushing,
Hipertensi paroksimal, Hipotensi ortostatik. Retensi urin karena gangguan sfingter
urin, karena paresis lambung dan dismotilitas usus dapat ditemukan.
6. Pernapasan
Empat puluh persen pasien SGB cenderung memiliki kelemahan
pernafasan atau orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah
sebagai berikut; Dispnea saat aktivitas, Sesak napas, Kesulitan menelan, Bicara
cadel. Kegagalan ventilasi yang memerlukan dukungan pernapasan biasa terjadi
pada hingga sepertiga dari pasien di beberapa waktu selama perjalanan penyakit
mereka.
Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:
- Protein CSS meningkat setelah gejala 1 minggu atau terjadi
peningkatan pada LP serial;
- jumlah sel CSS < 10 MN/mm3; Varian ( tidak ada peningkatan protein
CSS setelah 1 minggu gejala dan Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3 ).
Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnose adalah perlambatan
konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan hantar kurang
60% dari normal.
25
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan LCS
Dari pemeriksaan LCS didapatkan adanya kenaikan kadar protein ( 1 – 1,5
g/dl) tanpa diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini oleh Guillain (1961)
disebut sebagai disosiasi albumin sitologis. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
pada 48 jam pertama penyakit tidak memberikan hasil apapun juga. Kenaikan
kadar protein biasanya terjadi pada minggu pertama atau kedua. Kebanyakan
pemeriksaan LCS pada pasien akan menunjukkan jumlah sel yang kurang dari
10/mm3 (albuminocytologic dissociation).
2. Pemeriksaan EMG
Gambaran EMG pada awal penyakit masih dalam batas normal, kelumpuhan
terjadi pada minggu pertama dan puncaknya pada akhir minggu kedua dan
pada akhir minggu ke tiga mulai menunjukkan adanya perbaikan.
3. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira-
kira pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan memperlihatkan
gambaran cauda equina yang bertambah besar.
2.10 TERAPI
Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan
terutama secara simptomatis. Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi
gejala, mengobati komplikasi, mempercepat penyembuhan dan memperbaiki
prognosisnya. Penderita pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk
terus dilakukan observasi tanda-tanda vital. Penderita dengan gejala berat harus
segera di rawat di rumah sakit untuk memdapatkan bantuan pernafasan,
pengobatan dan fisioterapi. Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan
adalah :
1. Sistem pernapasan
Gagal nafas merupakan penyebab utama kematian pada penderita SGB.
Pengobatan lebih ditujukan pada tindakan suportif dan fisioterapi. Bila perlu
26
dilakukan tindakan trakeostomi, penggunaan alat Bantu pernapasan (ventilator)
bila vital capacity turun dibawah 50%.
2. Fisioterapi
Fisioterapi dada secara teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps
paru. Gerakan pasif pada kaki yang lumpuh mencegah kekakuan sendi. Segera
setelah penyembuhan mulai (fase rekonvalesen), maka fisioterapi aktif dimulai
untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot.
3. Imunoterapi
Tujuan pengobatan SGB ini untuk mengurangi beratnya penyakit dan
mempercepat kesembuhan ditunjukan melalui system imunitas.
a. Plasma exchange therapy (PE)
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor
autoantibodi yang beredar. Pemakaian plasmaparesis pada SGB memperlihatkan
hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu
nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Waktu yang
paling efektif untuk melakukan PE adalah dalam 2 minggu setelah munculnya
gejala. Jumlah plasma yang dikeluarkan per exchange adalah 40-50 ml/kg dalam
waktu 7-10 hari dilakukan empat sampai lima kali exchange.
b. Imunoglobulin IV
Intravenous inffusion of human Immunoglobulin (IVIg) dapat
menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi auto
antibodi tersebut. Pengobatan dengan gamma globulin intravena lebih
menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi
lebih ringan. Pemberian IVIg ini dilakukan dalam 2 minggu setelah gejala muncul
dengan dosis 0,4 g / kgBB /hari selama 5 hari.
c. Kortikosteroid
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid
tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
27
2.11 DIAGNOSIS BANDING
Poliomielitis
Pada poliomyelitis ditemukan kelumpuhan disertai demam, tidak ditemukan
gangguan sensorik, kelumpuhan yang tidak simetris, dan Cairan cerebrospinal
pada fase awal tidak normal dan didapatkan peningkatan jumlah sel.
Myositis Akut
Pada miositis akut ditemukan kelumpuhan akut biasanya proksimal,
didapatkan kenaikan kadar CK (Creatine Kinase), dan pada Cairan
serebrospinal normal.
Myastenia gravis (didapatkan infiltrate pada motor end plate, lelumpuhan
tidak bersifat ascending)
CIPD (Chronic Inflammatory Demyelinating Polyradical Neuropathy)
didapatkan progresifitas penyakit lebih lama dan lambat. Juga ditemukan
adanya kekambuhan kelumpuhan atau pada akhir minggu keempat tidak ada
perbaikan.
2.12 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau
cairan ke dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko terjadinya infeksi,
trombosis vena dalam, paralisis permanen pada bagian tubuh tertentu, dan
kontraktur pada sendi.
2.13 PROGNOSIS
Pada umumnya penderita mempunyai prognosis yang baik, tetapi pada
sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. Penderita
SGB dapat sembuh sempurna (75-90%) atau sembuh dengan gejala sisa berupa
dropfoot atau tremor postural (25-36%). Penyembuhan dapat memakan waktu
beberapa minggu sampai beberapa tahun.
28
BAB III
ANALISIS KASUS
Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH dikarenakan merasa
kesemutan di kedua ekstremitas. ± 6 hari sebelum masuk rumah sakit os pergi
keluar kota, di perjalanan pulang os mengeluh kedua tungkai dan lengan terasa
lemah dan kesemutan, kemudian os merasa nyeri punggung, nyeri tersebut di
rasakan apabila duduk tegak tanpa bersandar, demam tidak ada, os juga
merasakan susah menelan,BAB dan BAK masih normal. Os tidak berobat, os
hanya membeli obat untuk penghilang rasa sakit. ± 10 hari sebelum masuk
rumah sakit os mengeluh kedua tungkai dengan lengan terasa kesemutan,
awalnya terjadi pada kedua tungkai lalu kemudian menjalar ke kedua lengan . ±
9 hari sebelum masuk rumah sakit os tiba jatuh saat senam. Os mengatakan
tiba- tiba kaki os merasa lemah dan semakin kesemutan. Demam tidak ada,
susah menelan ada,sesak nafas tidak ada, sakit kepala tidak ada,mual/muntah
tidak ada, kejang tidak ada, mulut mengot tidak ada,BAB dan BAK masih
normal.
Riwayat darah tinggi ada. Riwayat kencing manis tidak ada. Riwayat
penyakit jantung tidak ada. Riwayat kelemahan anggota gerak tidak ada.
Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada fungsi saraf motorik didapatkan
gerakan pada lengan kanan dan kiri serta tungkai kanan serta tungkai kanan
dan kiri kurang, kekuatan lengan, tungkai kanan dan kiri 4 tonus pada kedua
lengan dan tungkai mengalami penurunan refleks fisiologis lengan, tungkai
kanan dan kiri menurun. Pada pemeriksaan funsi saraf sensorik didapatkan
hipertesi pola sarung tangan + kaos kaki
KLASIFIKASI
1. Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)
Sering muncul cepat dan mengalami paralisis yang berat dengan perbaikan
yang lambat dan buruk. Seperti tipe AMAN yang berhubungan dengan infeksi
29
saluran cerna C jejuni. Patologi yang ditemukan adalah degenerasi akson dari
serabut saraf sensorik dan motorik yang berat dengan sedikir demielinisasi.
2. Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN)
Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer antibody
gangliosid meningkat (seperti, GM1, GD1a, GD1b). Penderita tipe ini memiliki
gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe demielinisasi dengan
asending dan paralysis simetris. AMAN dibedakan dengan hasil studi
elektrodiagnostik dimana didapatkan adanya aksonopati motorik. Pada biopsy
menunjukkan degenerasi ‘wallerian like’ tanpa inflamasi limfositik. Perbaikannya
cepat, disabilitas yang dialami penderita selama lebih kurang 1 tahun.
3. Miller Fisher Syndrome
Variasi dari SGB yang umum dan merupakan 5 % dari semua kasus SGB.
Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia. Ataksia terlihat
pada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang meliputi ekstremitas.
Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna terjadi dalam hitungan
minggu atau bulan
4. Chronic Inflammatory Demyelinative Polyneuropathy (CIDP)
CIDP memiliki gambaran klinik seperti AIDP, tetapi perkembangan gejala
neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih
dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal.
5. Acute pandysautonomia
Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang terjadi.
Disfungsi dari sistem simpatis dan parasimparis yang berat mengakibatkan
terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih dan saluran cerna, anhidrosis,
penurunan salvias dan lakrimasi dan abnormalitas dari pupil.
Gejala klinis yang timbul pada pasien Guillain barre syndrome
Kelemahan
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan
simetris secara natural. Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan
sebelum tungkai atas. Otot- otot proksimal mungkin terlibat lebih awal daripada
yang lebih distal. Tubuh, bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga.
30
Kelemahan otot pernapasan dengan sesak napas mungkin ditemukan, berkembang
secara akut dan berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Keparahan
dapat berkisar dari kelemahan ringan sampai tetraplegia dengan kegagalan
ventilasi.
Keterlibatan saraf kranial
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan SGB. Saraf
kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin
termasuk sebagai berikut; wajah droop (bisa menampakkan palsy Bell), Diplopias,
Dysarthria, Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan pada pupil. Kelemahan
wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dan tungkai yang terkena.
Varian Miller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtipe ini dimulai dengan
defisit saraf kranial.
Perubahan Sensorik
Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam kebanyakan kasus, kehilangan
sensori cenderung minimal dan variabel. Kebanyakan pasien mengeluh parestesia,
mati rasa, atau perubahan sensorik serupa. Gejala sensorik sering mendahului
kelemahan. Parestesia umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, berproses
menuju ke atas tetapi umumnya tidak melebar keluar pergelangan tangan atau
pergelangan kaki. Kehilangan getaran, proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal
dapat hadir.
Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan SGB, 89% pasien
melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa waktu selama
perjalanannya. Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung,
pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini
sering digambarkan sebagai sakit atau berdenyut. Gejala dysesthetic diamati ada
dalam sekitar 50% dari pasien selama perjalanan penyakit mereka. Dysesthesias
sering digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau sensasi shocklike dan
sering lebih umum di ekstremitas bawah daripada di ekstremitas atas.
Dysesthesias dapat bertahan tanpa batas waktu pada 5-10%pasien. Sindrom nyeri
lainnya yang biasa dialami oleh sebagian pasien dengan SGB adalah sebagai
31
berikut; Myalgic, nyeri visceral, dan rasa sakit yang terkait dengan kondisi
imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus dekubitus).
Perubahan otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis
dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom
dapat mencakup sebagai berikut; Takikardia, Bradikardia, Facial flushing,
Hipertensi paroksimal, Hipotensi ortostatik. Retensi urin karena gangguan sfingter
urin, karena paresis lambung dan dismotilitas usus dapat ditemukan.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Guillain-Barré Syndrome. Available
from:http://www.medicinenet.com/guillainbarre_syndrome/article.htm.
2. Overview of Guillain-Barre Syndrome. http:// www.mayoclinic.com
/health/guillain-barre- syndrome /DS00413/ DSECTION.
3. Munandar A. Laporan Kasus Sindroma Guillan-Barre dan Tifus
abdominalis.Unit Neurologi RS Husada Jakarta. Available from : URL :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14SindormGuillainBarre93.pdf/
14SindromGuillainBarre93.html.
4. Newswanger Dana L., Warren Charles R., Guillain-Barre Syndrome,
http://www.americanfamilyphysician.com.
5. Japardi I. Sindroma Guillan-Barre. FK USU Bagian Bedah. Available from :
URL : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi46.pdf.
6. Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. Sindroma Guillain-Barre : Neurologi
Klinis Dasar, Cetakan ke 8. Dian Rakyat, Jakarta, 2000.
33