BAB V PEMAHAMAN KOSAKATA DAN STRUKTUR INTRINSIK...
Transcript of BAB V PEMAHAMAN KOSAKATA DAN STRUKTUR INTRINSIK...
114
114
BAB V
PEMAHAMAN KOSAKATA DAN STRUKTUR INTRINSIK
NOVEL SGB DAN HYD OLEH SISWA SMPN 3 KARANG TENGAH
5.1 Pembahasan
Setelah peneliti menganalisis data secara mendetil, ternyata antara novel
SGB dan HYD dilihat dari segi konvensi struktur atau unsur intrinsiknya banyak
sekali persamaannya tetapi ada juga sedikit perbedaannya.
A. Alur
Alur novel SGB dan HYD mengilustrasikan cerita itu diawali dengan tahap
perkenalan, konflik, klimak dan penyelesaian, yaitu pada novel SGB ada variasi
flash back, artinya di tengah-tengah cerita pengarang mengupas masa yang lalu
yang menimpa para pelaku utama cerita, sedangkan pada novel HYD hal itu tidak
terjadi.
B. Tokoh
Tokoh utama pada novel SGB adalah Sukreni, I Gde Swamba, Men
Negara, I Made Tusan. I Made Aseman dan tokoh utama HYD adalah Aku; Sidik,
Wija, Dati, Nardi, dan Mas Jat,. Tokoh Sukreni dan I Gde Swamba memiliki
karakter yang sama, yaitu mereka baik, jujur, dan bijaksana. Perbedaannya terletak
dalam hal kekayaaanya. Mereka saling jatuh cinta, namun sayang kekayaan dan
115
115
orang tualah yang menghalangi mereka untuk bersatu. Mereka masing-masing
menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Tokoh-tokoh pada HYD walaupun
tidak eksplisit diceritakan oleh pengarang, mereka juga sama-sama berkarakter
baik. Hanya pebedaanya adalah tokoh Aku dalam HYD bersifat plintat-plintut
(plin plan) menerima pria bekas kekasihnya dulu.
C. Latar
Latar yang terjadi pada novel SGB di derah Bali, sedangkan HYD terjadi di
daerah Jakarta, Bandung, dan Bali.
D. Tema
Tema dalam novel SGB menceritakan adat istitiadat yang
mempermasalahkan hukum karma; dan sama-sama dalam bercinta sedangkan
HYD mempermasalahkan kepimplanan seorang wanita yang telah besuami yang
bermain skandal dengan mantan pacarnya dulu. Jadi kesimpulannya adalah antara
teks novel SGB dan HYD memiliki perbedaan konvensi stuktur atau unsur
intrinsik dengan novel HYD, hal itu terlihat jelas dari deskripsi di atas.
E. Model Pengajaran Apresiasi Sastra
1). Bahan/Materi
Materi utama pengajaran sastra adalah karya sastra. Jika ada materi lain itu
hanya bersifat penunjang saja. Biasanya materi pelajaran telah tercantum dalam
kurikulum. Akan tetapi hakikat kurikulum adalah kumpulan topik yang dikuasai
116
116
siswa. Karya sastra yang akan dijadikan bahan harus dipilih. Menurut Hill
(1996:56) ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih karya sastra
untuk bahan pelajaran, yaitu (1) kebutuhan dan kemampuan siswa, (2) tingkat
linguistik siswa, dan (3) latar belakang informasi yang akan diperoleh siswa.
Menurut Mackward (1981: 34) karya sastra yang akan dijadikan bahan kajian
haruslah kontemporer artinya harus ditulis dalam kosakata moderen, dan karya itu
adalah karya yang besar.
2). Peranan Guru dan Siswa
Peranan utama guru adalah sebagai fasilitator, yaitu memberikan fasilitas
kepada para siswa sehingga mereka dapat belajar dengan maksimal. Guru harus
dapat menciptakan iklim psikologis yang kondusif sehingga siswa mempunyai
kemerdekaan untuk mengembangkan kreativitasnya. Di samping itu, guru harus
dapat berperan sebagai pemicu untuk mengeluarkan respon-respon siswa sehingga
mereka mau dan mampu memberikan tanggapan yang khas pribadi masing-
masing, karena hal itu perlu dalam mengembangkan kreativitasnya.
Guru tidak bertindak sebagai hakim yang menentukan benar salahnya siswa. Guru
hanyalah menampung dan menemukan persamaan-persamaan yang ada di antara
berbagai tanggapan siswa.
Selain itu, guru harus mampu memanfaatkan gaya belajar siswa. Setiap
siswa mempunyai gaya dan strategi belajar masing-masing. Ada yang suka dengan
bahan tertulis, ada pula yang suka dengan bahan yang dapat didengar.
117
117
Memerdekakan siswa sesuai dengan gayanya masing-masing sangat membantu
pencapaian tujuan.
Peranan yang lebih dominan tentulah dari siswa itu sendiri. Tugas mereka
adalah membaca karya sastra. Setelah membaca karya sastra para siswa dituntut
untuk menjawab soal-soal sebagai alat ukur sampai sejauh mana kosakata dikuasai
mereka.
3. Tipe-Tipe Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Interaktif-kreatif-presiatif merupakan kata kunci yang harus diperhatikan
dalam pengajaran sastra secara baik. Untuk merealisasikan kata-kata kunci itu,
beberapa tipe KBM berikut ini dapat dilaksanakan:
(1) Membaca kedua novel, yaitu novel SGB dan HYD baik secara
perorangan maupun kelompok. Pembacaan yang baik memerlukan
pemahaman. Untuk itu, diperlukan penguasaan suasana secara baik dan
kondusif;
(2) Menjawab pertanyaan pilihan ganda (multiple choice) untuk
mengukur kosakata yang dikuasai oleh para siswa.
(3) Memberi makna karya sastra. Siswa diminta memberikan makna
karya sastra itu sendiri bagi dirinya maupun orang lain
118
118
4. Prosedur
Tahap-tahap kegiatan di dalam kelas atau yang dikenal dengan bentuk
pengajaran yang dijadikan dalam model PBM ini terbagi ke dalam tiga bagian.
Yaitu (1) orientasi, (2) latihan, dan (3) umpan balik (Roijakers, 1988: 35).
Tahap orientasi adalah tahap penyajian isi ilmu dan cara penalaran dalam
ilmu itu. Pada tahap ini diperkenalkan struktur bahan pelajaran. Kepada para
siswa diinformasikan tentang tujuan yang ingin dicapai dan apa saja yang akan
mereka lakukan.
Tahap latihan adalah tahap penerapan. Para siswa baik secara perorangan
maupun kelompok membaca bahan karya sastra, menghayati, menganalisis dan
meresponnya.
Tahap umpan balik adalah tahap penyampaian respon yang dilakukan pada
tahap latihan dengan tujuan untuk mengukur sampai sejauh mana keberhasilan
PBM itu berjalan secara efektif atau sebaliknya.
Tahap yang paling akhir adalah siswa diberikan evaluasi dengan jenis tes
pilihan ganda. Tes ini dibuat yang ada kaitanya dengan kosakata yang peneliti
lakukan. Berikut ini diberikan sebuah model pengembangan bahan pengajaran
kosakata dalam apresiasi sastra.
Pokok Bahasa : Mengapresiasi cuplikan novel SGB dan HYD
Waktu : 2 x 45 menit
Bahan : Disajikan dua cuplikan novel yaitu novel SGB dan HYD
119
119
Tahap-tahap penyajian pelajaran
1. Tahap Orientasi
Guru menyajikan hal-hal yang bersifat teknis/teori yang dibutuhkan para siswa
untuk mengapresiasi kedua novel SGB dan HYD di atas. Selain itu guru juga
dapat menjelaskan bagaimana perbedaan dunia sastra dengan dunia yang
lainya.
2. Tahap Latihan
Kepada para siswa dihadapkan bahan yang telah disiapkan. Mereka diminta
mengerjakan tugas sesuai dengan bahan itu. Hasil pekerjaan dituliskan karena
pada saat umpan balik akan dibacakan di depan kelas. Peranan guru dalam
tahapan ini adalah mendampingi siswa kalau-kalau mereka membutuhkan
bantuan tentang istilah-istilah kata yang bermakna sulit atau hal-hal yang
lainya yang membutuhkan pertolongan guru.
3. Umpan Balik
Para siswa diminta menyajikan hasil pekerjaanya dan guru mengarahkan hasil
pekerjaan mereka.
Bahan untuk latihan. Kerjakan Soal Pilihan Ganda ini baik-baik!
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang paling benar! (terlampir)
120
120
5.2 Pemahaman Kosakata Unsur Intrinsik Novel SGB dan HYD yang dicapai
Siswa SMPN 3 Karang Tengah dalam PBM
Pelaksanaan uji coba PBM sastra bidang kosakata melibatkan beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut.
(1) Menjelaskan tujuan pelajaran terlebih dahulu agar para siswa beroleh
gambaran tentang tujuan yang akan dicapainya.
(2) Mengadakan pretes dengan tujuan untuk mengetahui tingkat perbandingan
keberhasilan KBM pada saat uji coba.
(3) Yang terakhir adalah melakukan postes dengan tujuan untuk mengetahui
keberhasilan PBM.
Adapun hasil evaluasi yang peneliti lakukan dalam uji coba PBM
melibatkan hasil analisis pretes dan postes dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Mengelompokan nilai, baik pretes maupun postes dalam bentuk tabel
distribusi. Tujuanya untuk mengetahui sampai sejauh mana taraf
perkembangan kemampuan siswa dalam mengikuti PBM tersebut.
b. Mencari nilai rata-rata dari kedua jenis tes tersebut. Tujuanya adalah untuk
membandingkan hasil rata-ratanya sehingga dapat diketahui berhasil
tidaknya PBM yang telah dilakukan tersebut.
121
121
c. Mencari standar deviasi kuadrat dari nilai tersebut. Tujuanya adalah untuk
menganalis hasil-hasil nilai dari pretes maupun postes, sehingga akhirnya
dapat diketahui dan dikelompokan dalam tahapan batas nilai yang telah
ditentukan.
d. Mencari pengelompokan nilai dalam persentase yang dicapai siswa
pada kedua tes tersebut. Tujuanya untuk mengetahui persentase siswa
apakah mereka masuk ke dalam kelompok nilai atas, nilai sedang, ataupun
nilai bawah.
Kemudian, tanda-tanda yang digunakan peneliti dalam perhitungan nilai
sebagai berikut.
1) M = Mean (Nilai Rata-rata);
2) X = Tanda Pretes;
3) Y = Tanda Postes;
4) SD2
= Tanda Standar Deviasi dalam Kuadrat (R.S Mahmudin,
1985:145).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat deskripsi berikut ini.
122
122
Tabel 1.
Hasil Penilaian Tes Awal (Pretes) dan Analisis
Kosakata serta Unsur-Unsur Intrinsik
No Nama Kosakata Tema Alur Latar Tokoh Pretes
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
(2)
Asep Hilmanudin
Astani Wulandari
B u l d a n i
Cucun Sunayah
Deti Suherlan
D e d i
Dian Herdiansyah
Diki Erianto
Euis Rohayati
E n c e p
E p a
Endang Permana
Elin Linda
Ferri Ferdiana
H a m d a n
Hendri Sukmana
Indra Lesmana
Ineu Kartineu
Irvan Kustiandi
Rene Hervina
M i f t a h
N u r d i n
Pipin Rusyandi
Resna Widya Sari
Rinawati
R o h a e t i
R o h a y a t i
R o h a n a h
Rizki Alfarizki
Robbi Setiawan
R u s l a n
S u h e n d a r
Siti Rohayati
S o l e h
Sinta Susilawati
Yayan Sopiandi
(3)
4
7,5
5
7,5
7
7
7,5
4,5
7,5
7,5
8,5
6,5
2
8,5
5
8,5
9,5
5,5
9
6
8,5
8,5
8,5
9
6,5
9,5
4
9
8,5
2
6
7,5
6
6
3
7,5
(4)
2
4
2,5
4
3
3
4,5
3
4
3,5
5
3,5
2
4,5
3
5
8,5
3
7,5
4
6
7,5
7,5
7,5
4,5
8,5
3
8,5
6
2
2,5
4
3
2,5
2
4,5
(5)
2
6
2,5
6
6
6
6
2,5
6
6
7,5
6
2
6
3,5
7,5
8,5
6
8,5
6,5
8,5
8,5
8,5
8,5
6
8,5
2,5
8,5
8,5
2
3,5
6,5
4
6
2
6
(6)
2,5
6
3
6
6
6
7,5
3,5
6
6
7,5
6
2
7,5
4,5
7,5
8,5
6
8,5
7
7,5
7,5
8,5
8,5
6
8,5
3,5
8,5
7,5
2
4
7,5
3
6
2
6
(7)
3
6,5
5
6,5
6,5
6,5
7
5
7
6,5
7,5
6,5
2
7,5
5
8,5
9
5
9
7
7,5
8,5
9
8,5
7
9
4
9,5
7,5
2
5
7,0
5,5
6,5
4
5,5
(8)
2
4
3
4
3,5
3,5
4,5
3
4,5
3,5
5
3,5
2
5
3,5
5
7
3
6
4
5
6
6
6
4,5
7
3
7
6
2
3
4,5
3
3
2
4,5
123
123
(1)
37
38
39
40
(2)
Yono Wahyono
Yandi Supyan
Yusuf Supriatna
Y o y o
(3)
5
4,5
5
7,5
(4)
4
3
3,5
3
(5)
6
6
6,5
6
(6)
6
6
7
6
(7)
6,5
5,5
6,5
6,5
(8)
4
3,5
4
4
124
124
Tabel 2.
Hasil Penilaian Tes Akhir (Postes) Dan Analisis
Kosakata Serta Unsur-Unsur Intrinsik
No Nama Kosakata Tema Alur Latar Tokoh Postes
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
(2)
Asep Hilmanudin
Astani Wulandari
B u l d a n i
Cucun Sunayah
Deti Suherlan
D e d i
Dian Herdiansyah
Diki Erianto
Euis Rohayati
E n c e p
E p a
Endang Permana
Elin Linda
Ferri Ferdiana
H a m d a n
Hendri Sukmana
Indra Lesmana
Ineu Kartineu
Irvan Kustiandi
Rene Hervina
M i f t a h
N u r d i n
Pipin Rusyandi
Resna Widya Sari
Rinawati
R o h a e t i
R o h a y a t i
R o h a n a h
Rizki Alfarizki
Robbi Setiawan
R u s l a n
S u h e n d a r
Siti Rohayati
S o l e h
Sinta Susilawati
Yayan Sopiandi
(3)
5,0
6
6,5
7,5
7
7,5
7
7,5
7,7
7
8
8
5,0
8
8,5
90
90
8,5
8,5
8,5
90
8
8,5
6,5
7
9,5
9,5
8
8,5
6,5
6
8
9
6,5
6
9
(4)
3,5
6,5
6
7,5
6
7,5
6
6,5
6
6
7
8,0
9,0
8,0
7,5
8,0
8,5
6,5
7
7
8,5
7
7,5
7,5
6,5
9,0
9,0
8,5
8,5
4,0
6,5
6,5
8,5
8,5
6
8,5
(5)
6
7
6,5
7,5
6,5
7,5
6,5
7
7
7
7
8
9,5
8,5
8
8,5
9,0
7,5
7,5
7,5
9,0
7,5
8
8
7
9,0
8,5
9,0
8,5
6
6
6
8,5
8,5
6
8,5
(6)
6
7,5
6,5
8
6
7
6
7,5
7,5
7,5
7,5
8,5
8
8
8,5
8
9
8,5
8
7,5
9,5
7,5
8,5
8,5
6
9,5
9,5
9,0
8,5
6,5
6,5
7
8,5
9
6,5
9
(7)
4
7,5
6
7,5
6
8
6
7,5
7,5
7,5
7,5
8
8,5
8,5
8
9
9,5
8
8,5
8
9,5
8
8
8,5
6
9,5
8
9,5
8
6
6
7,5
8,5
7
4
8,5
(8)
5
6,5
5
7
6
7
6
6,5
6
6
8
8
9
7
9
8
9
6,5
7
6,5
8,5
7
7
7
6,5
9
9
7
8
6
6,5
6,5
8,5
8,5
7
8,5
125
125
(1)
37
38
39
40
(2)
Yono Wahyono
Yandi Supyan
Yusuf Supriatna
Y o y o
(3)
7,5
8
7,5
7,5
(4)
8,5
8,5
7
8,5
(5)
7
8
8
8
(6)
7,5
6
7,5
7,5
(7)
6,5
6
7
7
(8)
7
8
6,5
8
126
126
A. Analisis Hasil pretes
Tabel 3
Skor yang Diperoleh Siswa Dalam Pretes, yaitu:
2 4 3 4 3.5 3.5 4.5 3 4.5 3.5
5 3.5 2 5 3.5 5 7 3 6 4
5 6 6 6 4.5 7 3 7 6 2
3 4.5 3 3 2 4.5 4 3.5 4 4
Skor tersebut, peneliti masukan ke dalam bentuk tabel distribusi, yaitu
sebagai berikut.
Tabel 4
Distribusi Hasil Pretes Para Siswa Kelas II
Xi Xi2
F F.Xi F.Xi2
7 49 3 21 147
6 36 5 30 180
5 25 4 20 100
4.5 20.25 5 22.5 101.25
4 16 6 24 96
3.5 12.25 6 21 63
3 9 7 21 63
2 4 4 8 16
40 167,5 776,75
127
127
B. Analisis Hasil Postes
Tabel 5.
Skor yang Diperoleh Siswa Dalam Postes, yaitu:
5 6.5 5 7 6 7 6 6.5 6 6
8 8 9 7 9 8 9 6.5 7 6.5
8.5 7 7 7 6.5 9 9 7 8 6
6.5 6.5 8.5 8.5 7 8.5 7 8 6.5 8
Skor tersebut, peneliti masukan ke dalam bentuk tabel distribusi, yaitu
sebagai berikut.
Tabel 6.
Distribusi Hasil Postest Para Siswa Kelas 2A
Yi Yi2
F F.Yi F. Yi2
9 81 5 45 405
8.5 72.25 4 34 285
8 64 6 48 384
7 49 10 70 490
6.5 42,25 8 52 338
6 36 5 30 180
5 25 2 10 50
40 289 2132
128
128
(1) Nilai rata-rata pretes
MX = FXI
N
= 167,5
40
= 4.19
(2) Standar deviasi pretes
SD = 1 FX2 _
( FX)2
N N
= 1 776,75 - (167,5)2
40 40
= 1 776,75 - 701, 41
40
= 1,88
= 1,37
129
129
(3) Nilai rata-rata Postes
MY = FYi
N
= 289
40
= 7,23
(4) Standar deviasi postes
SD = 1 FYi2 _
( FYi)2
N N
1 2132 - (289)2
= 40 40
= 1 2132 – 2088,03
40
= 43,97
40
= 1,1
= 1,05
130
130
Setelah data itu dianalisis, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kemampuan para siswa dalam menyerap Pengajaran Sastra Khususnya Bahasa
dalam Kosakata (PSBKK), baik pretes maupun postes dapat dikelompokan ke
dalam tiga kategori, yaitu kategori atas, sedang, dan bawah.
Adapun rincianya sebagai berikut.
A. Kemampuan Para Siswa dalam Menyerap PSBKK dengan menggunakan
Pretes adalah sebagai berikut.
(1) Kategori atas, batas nilainya adalah 4,19 + 1,37 = 5, 56
(2) Kategori sedang, batas nilainya adalah (2,82 sampai dengan 5,56);
(3) Kategori bawah, batas nilainya adalah (4,19 – 1,37) = 2,82 ke bawah.
B. Kemampuan Para Siswa dalam Menyerap PSBKK dengan Menggunakan
Postes adalah sebagai berikut
(1) Kategori atas, batas nilainya adalah 7,23 + 1, 05 = 8,28
(2) Kategori sedang, batas nilainya adalah 6,18 sampai dengan 8,28
(3) Kategori bawah, batas nilainya adalah 7,23 – 1,05 = 6, 18
Dengan diketahuinya batas nilai dari setiap kategori tersebut, maka
kemampuan para siswa SMP N 3 Karang Tengah Cianjur pada waktu mengikuti
pretes dan postes dalam melaksanakan PSBKK adalah sebagai berikut.
Pretes
a. Siswa yang termasuk ke dalam kategori atas sebanyak 8 orang (20 %);
b. Siswa yang termasuk ke dalam kategori sedang sebanyak 28 orang (70%);
c. Siswa yang termasuk ke dalam kategori bawah sebanyak 4 orang (10%).
131
131
Postes
a. Siswa yang termasuk ke dalam kategori atas sebanyak 9 orang (22,5%);
b. Siswa yang termasuk ke dalam kategori sedang sebanyak 24 orang (60 %);
c. Siswa yang termasuk ke dalam kategori bawah sebanyak 7 orang (17,5%).
Untuk lebih jelasnya mengenai pengkategorian baik pretes maupun postes
dan persentase dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.
Daftar Pengelompokan Nilai Pretes dan Postes
No
Tingkat
Persentase Kelompok Nilai
Pretes Persentase Postes Persentase
1 Atas 8 siswa 20 9 siswa 22,5
2 Sedang 28 siswa 70 27 siswa 60
3 Bawah 6 siswa 12 7 siswa 17,5
Dari tabel di atas, peneliti dapat menyimpulkan keduia tes tersebut, yaitu:
(1) Tingkat nilai kategori atas naik dari asalnya 8 orang (20 %) pada tingkat
pretes menjadi 9 orang (22,5 %) pada tingkat postes. Tetapi rentang
skornya berubah dari 5,56 ke atas menjadi 8,28 ke atas. Jadi, secara tidak
langsung adanya peningkatan yang besar pada postes.
(2) Tingkat nilai kategori sedang berkurang 4 orang dari 28 siswa (70 %)
menjadi 24 siswa (60 %). Rentang skornya pun berubah dari 2,82 – 5,56
pada tingkat pretes menjadi 6,18 – 8, 28 pada tingkat postes.
132
132
(3) Tingkat nilai kategori bawah naik 3 orang dari 4 siswa (10%) menjadi 7
siswa (17,5 %). Rentang skor nya pun berubah dari 2,82 ke bawah pada
tingkat pretes menjadi 6, 18 ke bawah pada tingkat postes.
5.3 Analisis Sulit Mudahnya Kosakata antara Novel SGB dengan Novel HYD
5.3.1 Kosakata yang sulit pada Novel SGB
Setelah para siswa SMP N 3 Karang Tengah Cianjur diberikan tes, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa mereka menghadapi kesulitan dalam
memahami teks novel SGB dalam bahasanya (kosakata), diantaranya sebagai
berikut.
Kedai, ghalib, berseling, mak, kelian, sanghiang, bayuan, bersanteng.
5.3.2 Kosakata yang Mudah pada novel SGB
Kosakata-kosakata yang relatif mudah dipahami oleh para siswa smpn 3
Karang Tengah cianjur diantaranya adalah sebagai berikut.
Berkelok-kelok, senda gurau, hamba, melunakan, geram, aib, ratu, merampas,
memikat, merajuk, gaduh, Emak, hati cinta, bersembunyi- sembunyi, gerobak,
kodrat, menyesakan, iba hati, hancur luluh, jijik, tamasya, maklum, hina, murka,
bersimpuh, budi pekerti, tergesa-gesa, lumbung, suram.
5.3.3 Kosakata Yang Sulit pada Novel HYD
Kosakata yang relatif sulit pada teks novel HYD oleh para siswa SMP N 3
Karang Tengah Cianjur diantaranya adalah sebagai berikut.
Mencukil-cukil, bangsal, terhempas, selintas-selintas, terpahat, terkoyak.
133
133
5.3.4 Kosakata yang Mudah pada Novel HYD
Kosakata yang relatif mudah pada teks novel HYD oleh para siswa SMP N
3 Karang Tengah Cianjur diantaranya adalah sebagai berikut.
Kebuntuan, terpaku, mencekam, terkutuk, mencukil-cukil, kaku, selintas-
selintas, beku, berkejap, berseling, menyahut, kepincangan, berpapasan, tertegun,
menyisih, bangsal, terpahat, menyeluruhi, gelar.
5.4 Pembahasan Pemahaman Siswa SMPN 3 Karang Tengah Terhadap
Unsur-unsur Novel SGB dan HYD
Data pemahaman siswa terhadap unsur-unsuir novel SGB dan HYD
dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu (a) pemahaman terhadap tema, (b)
pemahaman terhadap alur, (c) pemahaman terhadap latar, dan (d) pemahaman
terhadap penokohan.
5.4.1 Pembahasan dan Analisis Data Pemahaman terhadap Tema
Tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam pretes terhadap tema ini
dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang
dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 - 100 dengan kriteria baik
sekali adalah 20 % dari 40 responden yaitu sebanyak 8 orang. Sedangkan kriteria
baik sekali adalah 10 % (4 responden). Siswa yang memperoleh skor 60 – 74
dengan kriteria cukup sebanyak 5% (3 responden). Dan siswa yang memperoleh
skor antara 0-59 dengan kriteria yang kurang adalah 65% (26 responden). Jadi,
rentang skor siswa tentang pemahaman tema adalah 0-100. Jika rentangan skor itu
dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor tersebut berada pada
kriteria kurang, cukup, baik, dan baik sekali.
134
134
Sedangkan tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam postes terhadap
tema ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian
yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 – 100 dengan
kriteria baik sekali adalah 40% dari 40 responden yaitu sebanyak 16 orang.
Sedangkan kriteria baik adalah 20% (8 responden). Siswa yang memperoleh skor
60 – 74 dengan kriteria cukup sebanyak 35% (14 responden). Dan siswa yang
memperoleh skor kurang 0-59 sebanyak 5% (2 responden).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan pemahaman
dalam postes terhadap tema jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas pretes.
Terbukti dengan selisih skor yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
berikut ini.
Tabel 8.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Tema pada Pretes
Kriteria skor Frekuensi Persentase
Baik sekali 85 - 100 8 20
Baik 75 - 84 4 10
Cukup 60 - 74 2 5
Kurang 0 - 59 26 65
Jumlah 40 100
135
135
Tabel 9.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Tema pada Postes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik sekali 85 - 100 16 40
Baik 75 - 84 8 20
Cukup 60 - 74 14 35
Kurang 0 - 59 2 5
Jumlah 40 100
5.4.2 Pembahasan dan Analisis Data Pemahaman terhadap alur
Tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam pretes terhadap alur ini
dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang
dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 - 100 dengan kriteria baik
sekali adalah 30 % dari 40 (responden). Sedangkan utuk kriteria baik adalah 5%
(2 responden). Siswa yang memperoleh skor 60 – 74 dengan kriteria cukup
sebanyak 40% (16 responden). Dan siswa yang memperoleh skor 0 – 59 dengan
kriteria kurang sebanyak 25% (10 responden).
Jadi, rentangan skor siswa tentang pemahaman alur adalah 0 - 100 jika
rentangan skor itu dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor
tersebut berada pada kriteria kurang, cukup, baik, dan baik sekali.
Sedangkan tingkat pemahaman siswa dalam postes terhadap alur ini dapat
diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang dilakukan,
136
136
maka siswa yang memperoleh antara 85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah
25% (14 responden). Sedangkan untuk kriteria baik adalah 30% (12 responden).
Siswa yang memperoleh skor 60-74 dengan kriteria cukup sebanyak 35% (14
responden). Jadi rentangan skor siswa tentang pemahaman alur adalah 0 – 100.
Jika rentangan skor itu dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor
tersebut berada pada kriteria baik sekali, baik, dan cukup.
Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini. Tabel 10.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Alur pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 12 30
Baik 75 – 84 2 5
Cukup 60 - 74 20 40
Kurang 0 - 59 10 25
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi pretes
lebih banyak menumpuk pada kriteria cukup dan kurang, yaitu masing-masing
40% sedangkan untuk kriteria baik 0% dan baik sekali 20%.
Dengan demikian, rata-rata rentangan skor pemahaman siswa terhadap alur
adalah 56. Rata-rata sebesar itu mengindikasikan bahwa secara umum
pemahaman siswa terhadap alur berada pada kriteria kurang, karena rentangan
skor untuk ini adalah 0 – 59.
137
137
Tabel 11.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Alur pada Postes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 14 35
Baik 75 – 84 12 30
Cukup 60 - 74 14 35
Kurang 0 - 59
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi postes
terhadap pemahaman alur lebih menumpuk pada kriteria cukup, baik, dan baik
sekali, yaitu 35%, 30%, 35%, sedangkan untuk kriteria kurang hanya 0%.
Rata-rata rentangan skor pemahaman siswa terhadap alur adalah 73. Rata-
rata skor itu mengindikasikan secara umum pemahaman siswa terhadap alur
berada pada kriteria baik, karena rentangan skor untuk kriteria ini adalah 75 – 84.
Jadi kesimpulanya adalah pemahaman siswa terhadap alur dengan
menggunakan teknik pemaknaan lebih baik jika dibandingkan dengan teknik
tanpa pemaknaan.
5.4.3 Pembahasan dan Analisis Data Pemahaman terhadap Latar
Tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam pretes terhadap latar ini
dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang
dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 - 100 dengan kriteria baik
sekali adalah 15% ( 6 (responden) . Sedangkan utuk kriteria baik adalah 20% (8
138
138
responden). Siswa yang memperoleh skor 60 – 74 dengan kriteria cukup
sebanyak 40% ( 16 responden). Dan Siswa yang yang memperoleh skor 0 – 59
dengan kriteria kurang sebanyak 25% (10 responden).
Jadi, rentangan skor siswa tentang pemahaman latar adalah 0 - 100 .Jika
rentangan skor itu dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor
tersebut berada pada kriteria kurang, cukup, baik, dan baik sekali.
Sedangkan tingkat pemahaman siswa dalam postes terhadap latar ini dapat
diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang dilakukan,
maka siswa yang memperoleh antara 85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah
35% (14 responden). Sedangkan untuk kriteria baik adalah 40% (16 responden).
Siswa yang memperoleh skor 60-74 dengan kriteria cukup sebanyak 25% (25
responden). Jadi rentangan skor siswa tentang pemahaman latar adalah 0 – 100.
Jika rentangan skor itu dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor
tersebut berada pada kriteria baik sekali, baik, dan cukup.
Tabel 12.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Latar pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 6 15
Baik 75 – 84 8 20
Cukup 60 - 74 16 40
Kurang 0 - 59 10 25
Jumlah 40 100
139
139
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi pada pretes
lebih banyak menumpuk pada kriteria cukup dan kurang, yaitu masing-masing
40% dan 25%, sedangkan untuk kriteria baik 15% dan baik sekali 20%.
Dengan demikian, rata-rata rentangan skor pemahaman siswa terhadap
latar adalah 60. Rata-rata sebesar itu mengindikasikan bahwa secara umum
pemahaman siswa terhadap latar berada pada kriteria cukup, karena rentangan
skor untuk ini adalah 60 – 74.
Tabel 13.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Latar pada Postes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 14 35
Baik 75 – 84 16 40
Cukup 60 - 74 10 25
Kurang 0 - 59
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria cukup, baik, dan sangat baik, yaitu masing-
masing 40% 30%, dan 30%, sedangkan untuk kriteria kurang adalah 0%
Dengan demikian, rata-rata skor pemahaman siswa dalam postes terhadap
latar adalah 75. Rata-rata skor sebesar itu mengindikasikan bahwa secara umum
140
140
pemahaman siswa terhadap latar berada pada kriteria kurang, karena rentangan
skor untuk ini adalah 75 – 84.
Jadi kesimpulanya, tingkat pemahaman siswa terhadap latar jauh lebih baik
bila menggunakan teknik pemaknaan. Terbukti dengan selisih skor yang cukup
signifikan antara pretes dan postes.
5.4.4 Pembahasan dan Analisis Data Pemahaman terhadap Penokohan
Tingkat kemampuan pemahaman siswa pada pretes terhadap penokohan
ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang
dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 – 100 dengan kriteria
baik sekali adalah 20% ( 8 responden). Sedangkan utuk kriteria baik adalah 10%
( 4 responden). Siswa yang memperoleh skor 60 – 74 dengan kriteria cukup
sebanyak 40% ( 16 responden). Dan siswa yang memperoleh skor antara 0 – 59
dengan kriteria kurang adalah 30% (12 responden). Jadi, rentangan skor siswa
tentang pemahaman penokohan adalah 0 - 100. Jika rentangan skor itu
dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor tersebut berada pada
kriteria kurang, cukup, baik, dan baik sekali.
Sedangkan tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam postes terhadap
penokohan ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan
penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh antara 85 – 100 dengan
kriteria baik sekali adalah 30% (12 responden). Sedangkan untuk kriteria baik
adalah 40% (16 responden). Siswa yang memperoleh skor 60 - 74 dengan kriteria
cukup sebanyak 25% (10 responden). Dan siswa yang memperoleh skor antara 0 –
59 dengan kriteria kurang 5% (10 responden). Jadi rentangan skor siswa tentang
141
141
pemahaman penokohan adalah 0 – 100. Jika rentangan skor itu dikonversikan
dengan pedoman penilaian, maka skor-skor tersebut berada pada kriteria cukup,
baik, dan baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Sedangkan Tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam postes terhadap
penokohan ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan
penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 – 100
dengan kriteria baik sekali adalah 30% (12 responden) . Siswa yang memperoleh
skor 60 – 74 dengan kriteria cukup adalah 25% ( 10 responden). Sedangkan utuk
kriteria baik adalah 40% (16 responden). Siswa yang memperoleh skor 0- 59
dengan kriteria kurang sebanyak 5% ( 2 responden).
Jadi, rentangan skor siswa tentang pemahaman penokohan adalah 0-100.
Jika rentangan skor itu dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor-skor
tersebut berada pada kriteria kurang, cukup, baik, dan baik sekali.
Sedangkan tingkat pemahaman siswa dalam postes terhadap penokohan ini
dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang
dilakukan, maka siswa yang memperoleh antara 85 – 100 dengan kriteria baik
sekali adalah 30% (12 responden). Sedangkan untuk kriteria baik adalah 40% (16
responden). Siswa yang memperoleh skor 60-74 dengan kriteria cukup sebanyak
25% (10 responden). Dan siswa yang memperoleh skor antara 0- 59 dengan
kriteria kurang adalah 5% (2 responden). Jadi rentangan skor siswa tentang
pemahaman penokohan adalah 0 – 100. Jika rentangan skor itu dikonversikan
142
142
dengan pedoman penilaian, maka skor-skor tersebut berada pada kriteria baik
sekali, baik, dan cukup.
Tabel 14.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Penokohan pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 8 20
Baik 75 – 84 4 10
Cukup 60 - 74 16 40
Kurang 0 - 59 12 30
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria kurang, cukup, dan baik sekali, yaitu 40%
sedangkan untuk kriteria baik adalah 10%
Rata-rata skor pemahaman kelas siswa dalam postes terhadap penokohan
adalah 62. Rata-rata skor sebesar itu mengindikasikan bahwa secara umum
pemahaman siswa terhadap penokohan berada pada kriteria cukup, karena
rentangan skor untuk ini adalah 60 – 74.
143
143
Tabel 15.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Penokohan pada Postes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 12 30
Baik 75 – 84 16 40
Cukup 60 - 74 10 25
Kurang 0 - 59 2 5
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria kurang, cukup, dan baik sekali, yaitu masing-
masing 30%, 40%, 25%.
Rata-rata skor pemahaman siswa dalam postes terhadap penokohan adalah
77. Rata-rata skor sebesar itu mengindikasikan bahwa secara umum pemahaman
siswa terhadap penokohan berada pada kriteria baik, karena rentangan skor untuk
ini adalah 75 – 84.
Jadi kesimpulanya, tingkat pemahaman siswa terhadap penokohan jauh
lebih baik bila menggunakan teknik pemaknaan. Terbukti dengan selisih skor
yang cukup signifikan antara pretes dan postes.
144
144
5.5 Pemaknaan Satu Bagian Novel Novel SGB dan Novel HYD
5.5.1 Pemaknaan Satu Bagian Novel SGB
Sebelum memaknakan teks novel SGB terlebih dahulu peneliti akan
membatasi istilah makna menurut versi KBBI (1997:859) makna adalah pengertian
yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan; menerangkan arti (maksud) suatu
kata dan sebagainya.
Yang akan diberi makna oleh peneliti pada teks novel SGB adalah bagian
tujuh dengan topik Mata- Mata Gelap Mata.
Mata- Mata Gelap Mata
Beberapa bulan lalu. Kehidupan orang di Bingin Banjah masih sebagai
biasa, tiada berubah. Kedua kedai di situ tetap bersaingan juga, bahkan lebih keras
lagi persainganya. I Made Aseman tiada pernah lagio masuk ke kedai Men
Negara, sejak terjadi perbuatan keji di situ, apalagi karena I Gusti Made Tusan
sejak itu pun tidak menampakkan diri lagi. Entah apa yang terjadi atas diri I Gusti
Made Tusan, maka ia tak datang-datang lagi ke kedai kecil itu. Ke desa Bingin
Banjah pun sudah jarang benar ia datang, seolah-olah desa itu sudah aman benar.
Tukang-tukang panjat kelapa masih tetap makan tengah hari di kedai Men
Negara, demikian juga I Mujana dengan kawannya. Tetapi Ida Gde tidak tampak-
tampak lagi.
Pada suatu tengah hari kedai Men Negara penuh sesak dengan orang
berbelanja. Tukang-tukang panjat itu telah berani jua duduk di kursi, tidak lagi di
belakang rumah di bawah lumbung sebagai dulu.
“Mereka harus belajar kesopanan,” kata Men Negara dalam hatinya.
145
145
Lama sudah I Gusti Made Tusan tak kelihatan duduk di kedai itu. Maka
mereka itu pun beranilah memasuki bilik kedai yang bersih dan teratur itu.
“Bagaimana juapun ramainya kita makan minum di sini, tidak juga senang
hati rasanya, sebab Ida Gde tidak hadir,” kata I Mujana kepada I Kantor.
“Bukankah demikian?”
“Benar,”kata kawannya itu, dua bulan lebih sudah ia tidak tampak-tampak,
apakah kabarnya? Masih di Banyuwangikah ia?”
“Tidak, ia tidak di Banyuwangi lagi. Aku ada menerima surat daripadanya;
isinya mengabarkan, bahwa ia telah berangkat ke Manggis, karena diminta orang
dari sana.”
“Bagaimana hal gadis itu?” bisik I Kantor sambil mendekatkan dirinya
kepada I Mujana.
“Entahlah, aku tak tahu. Sampai hari mengerjakan mayat bapak I Nyoman
Raka, Luh Sukreni belum bersua lagi dan tak terdengar-dengar kabarnya.”
“Kasihan, di mana gerangan gadis yang malang itu?” kata I Kantor sambil
minum.
“Lebih kasihan lagi Ida Gde. Aku dengar kabar Luh Sukreni sudah
dimintanya akan jadi istrinya, dan mereka akan dikawinkan setelah selesai upacara
pembakaran mayat itu. Tiba-tiba ia hilang. Kasihan, sampai hati orang itu
merusakkan dia dengan buas,” bisik I Mujana sambil makan.
“Karena itukah maka Ida Gde tidak suka lagi kemari?”
“Benar sekali terkamu. Ya, karena itulah. Jika ia kemari, terharulah hatinya
melihat kedai ini. Engkau tahu, beberapa hari yang lalu aku menerima surat
146
146
daripadanya; ia melarang aku dan engkau makan di kedai ini. Tetapi, supaya
jangan tampak perubahan, aku hendak berbuat perlahan-lahan. Siapa tahu, jika kita
pindah makan dengan tergesa-gesa dari sini, tak baik jadinya pada diri kita kelak,”
bisik I Mujana.
“Benar katamu itu, Mujana. Tetapi tidakkah ia hendak berbalik lagi
kembali?” bisik I Kantor sambil memandangi nasinya dengan tajam, seolah-olah
nasi sudah bercampur racun.
“Entah. Hanya aku tahu bahwa ia sudah mohon pekerjaan kepada
pemerintah. Sudah tentu permintaannya itu diluluskan dengan mudah, karena ia
ada bersurat ijazah sekolah menengah,” jawab I Mujana sambil menyuap.
5.5.2 Pemaknaan Satu Bagian Novel HYD
Bagian Kedua
Dalam bagian ini diceritakan sang tokoh aku sedang jatuh cinta lagi kepada
pria lain yang bernama Sidik. Sidik merupakan pria idamannya, sehingga sering
dia membayangkan dan selalu mengingatnya.
Apakah sebenarnya yang telah kuberikan kepada Wija suamiku? Laki-laki
itu mengecap hidup dengan perempuan yang memberinya keperawanan dan
kesetiaan. Aku tidak mau dan tidak bisa menyalahkan diri mengapa kadang-
kadang mengkhianatinya dengan pemikiran-pemikiran cinta kepada orang lain.
Aku hanya mempunyai rasa wajib sebagai istri. Dan aku hanya mempunyai
bayangan ketakutan yang memburu setiap detik rasa sadarku. Setiap suamiku
pamit, menciumku, seakan-akan itu adalah pamit terakhir yang akan dibawanya
sampai ke puing pesawat terbangnya. Setiap suamiku melambai dan tersenyum
147
147
kepadaku dan kepada anak-anakku, aku dibayangi pertanyaan yang sangat
menyakitkan hati: tidak akan kembalikah dia?
Aku mengenalnya dalam suatu pameran model pesawat yang diadakan oleh
pandu-pandu udara. Dengan rombongan reguku aku selalu berusaha untuk tidak
melewatkan kesempatan-kesempatan seperti itu. Aku tidak pernah mengetahui
namanya hingga beberapa minggu kemudian. Setelah lulus sekolah lanjutan atas ia
meninggalkan kota kelahiranku dan tak pernah terdengar kabarnya. Aku
melupakan wajah dan namanya, seperti juga aku dengan mudah melupakan nama-
nama dan wajah saudara dan kawan-kawanku lainnya.
Suatu malam aku dipaksa seorang teman untuk menghadiri sebuah pesta.
Aku sebetulnya tidak menyukainya, lebih suka tinggal di rumah, membaca atau
mendengarkan radio. Aku duduk di tempat yang agak kegelapan memandang ke
tempat mereka yang lagi berdansa. Kemudian kurasa ada seseorang yang selalu
memandangiku. Tetapi aku tidak menoleh. Kuanggap kurang sopan memandang
betul-betul seseorang yang sedang berdansa dengan pasangannya. Dan aku
mencoba memikirkan sesuatu yang bisa membikinku sibuk sendiri. Tapi aku
menjadi gelisah. Akhirnya aku menoleh. Seorang yang tinggi agak kurus
menatapku. Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum. Aku membalasnya dengan
sikap yang sama. Aku tidak tahu siapa dia.
“Kau di sini?” Aku tertegak memandangnya.
“Ya,” kemudian jawabku dengan tergagap.
Laki-laki itu masih tersenyum memandangku.
“Sekolah atau bekerja?”
148
148
“Ya,” dan aku berpikir keras siapa dia.
Dia tertawa. Matanya sayup dan lembut seperti memandang kepada anak-
anak. Aku terkejut, kemudian ikut tertawa, dengan kesadaran yang belum pasti.
“Jadi sekolah ya, bekerja ya.” “Kurang lebih begitulah.”
Dia duduk. Sebentar kami diam. Aku tetap bertanya-tanya sendiri di mana aku
pernah melihat muka seperti itu. Siapa dia? “Bagaimana ibu? Masih membatik?
Dan kakak?” Aku diam sebentar. “Ibu meninggal kira-kira dua tahun yang lalu.”
Dia nampak terkejut. “Aku belum menengoknya lagi,” ia seperti berbicara kepada
dirinya sendiri. Kemudian kembali memandangku lebih teliti dan sungguh-
sungguh.
5.6 Data dan Analisis Data Hasil Belajar Novel SGB dan HYD dengan
Menggunakan Teknik Pemaknaan (Kelompok Postes) dan Tanpa Teknik
Pemaknaan (Kelompok pretes)
5.6.1 Pengantar
Pada bagian ini akan disajikan deskripsi data, analisis data, dan kesimpulan
hasil analisis data. Sistem penganalisisan dilakukan dengan data kemampuan
memahami kosa kata.
Kemampuan memahami kosakata meliputi kemapuan memahami
kosakata lepas konteks yang terdiri dari (kosakata umum, kosakata daerah, dan
kosakata istilah).
149
149
Sebagai kriteria penilaianya, peneliti menentukan batas atau kriterianya
dalam bentuk persentase sebagai berikut. Jika responden atau siswa mendapat skor
85 – 100, dapat dikategorikan ke dalam kategori baik sekali. Jika siswa mendapat
skor 75 – 84, maka ia dikelompokan ke dalam kategori baik, dan jika siswa
tersebut mendapat skor 60 – 74, maka kemampuan mereka dapat dikategorikan
cukup. Sedangkan siswa yang mendapat skor 0 – 59, maka kemampuan mereka
dikategorikan kurang.
Setelah data-data itu diolah berdasarkan persentase, kemudian baru
diperbandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan tersebut.
5.6.2 Deskripsi dan Analisis Data
Data yang ingin dideskripsikan dan dianalisis, yaitu data kemampuan
memahami bahasa yang terdiri dari kemampuan memahami kosakata. Data
tentang kosakata yang meliputi kosakata lepas konteks (kosakata umum, kosakata
daerah, dan kosakata istilah).
5.6.2.1. Deskripsi dan Analisis Data Pemahaman kosakata
Pemahaman siswa terhadap bahasa yang terdapat dalam teks novel SGB
dan HYD akan mengkaji kemampuan pemahaman, yaitu pemahaman terhadap
kosakata yang terdapat dalam teks novel SGB dan HYD (masing-masing satu
episode Mata-mata Gelap dan episode dua). Untuk mengetahui kemampuan
pemahaman siswa terhadap kosakata, maka kosakata tersebut diujikan dalam dua
versi, yaitu (1) kosakata lepas konteks yang dinamakan juga dengan kosakata
berdiri sendiri dan (2) kosakata dalam konteks atau kosakata yang berada dalam
kalimat. Sedangkan masing-masing kosakata itu baik kosakata lepas konteks
150
150
maupun kosakata dalam konteks masing-masing dikelompokan menjadi tiga
kelompok (kosakata umum, kosakata daerah, dan kosakata istilah).
5.6. 2.1.1 Analisis Pemahaman Kosakata (Lepas Konteks)
Kosakata lepas konteks yaitu kosakata yang berdiri sendiri. Dari kosakata
ini peneliti ingin mendapatkan gambaran tentang kemampuan siswa dalam
memahami arti kosakata umum, kosakata yang berasal dari bahasa daerah, dan
kosakata istilah yang terdapat dalam teks novel SGB dan HYD. Peneliti ingin
mengetahui kosakata mana yang paling dominan dipahami artinya oleh siswa.
Selanjutnya, ingin diketahui juga manakah yang lebih baik pemahaman siswa
terhadap kosakata lepas konteks dengan pemahaman siswa terhadap kosakata
dalam konteks.
5.6.2.1.1.1 Analisis Data Pemahaman terhadap Kosakata Umum
Tingkat kemampuan pemahaman siswa “pada pretes” terhadap kosakata
umum (lepas konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa.
Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara
85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 30% dari 40 responden atau siswa
yaitu sebanyak 12 orang. Sedangkan kriteria baik adalah 20% (8 orang). Siswa
yang memperoleh skor 60 – 74 dengan kriteria cukup 20% (8 orang). Sedangkan
siswa yang memperoleh skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang adalah 30% (12
orang).
Jadi, rentang skor siswa siswa tentang pemahaman kosakata umum (lepas
konteks) adalah 30 – 100. Jika rancangan skor itu dikonversikan dengan pedoman
penilaian, maka skor – skor tersebut berada pada kriteria kurang, sukup, baik dan
151
151
baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 16.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Umum
(Lepas Konteks) pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 12 30
Baik 75 – 84 8 20
Cukup 60 - 74 8 20
Kurang 0 - 59 12 30
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria baik sekali dan kurang, yaitu masing-masing
30% sedangkan untuk kriteria cukup masing – masing 20%.
Rata-rata skor pemahaman siswa pada pretes terhadap kosakata umum
(lepas konteks) adalah 66. Rata-rata skor sebesar itu mengindikasikan bahwa
secara umum pemahaman siswa terhadap kosakata umum (lepas konteks) berada
pada kriteria cukup, karena rentangan skor untuk ini adalah 60 – 74.
Walaupun pemahaman siswa terhadap kosakata umum (lepas konteks)
tersebut sudah dapat dikatakan cukup, tapi dari hasil deskripsi data terlihat bahwa
masih ada beberapa kosakata umum yang tidak dipahami siswa, diantarannya
152
152
adalah kata kedai, mak, kelian, bayuan Kosakata-kosakata tersebut jarang
digunakan siswa dalam kehidupan sehari- hari sehingga membuat mereka bingung
untuk memahaminya.
Sedangkan untuk postes tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap
kosakata umum (lepas konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa.
Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara
85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 40% (16 responden). Sedangkan
kriteria baik adalah 30% (12 responden). Siswa yang memperoleh kriteria cukup
adalah 25% (10 responden). Siswa yang memperoleh skor antara 0 – 59 dengan
kriteria kurang adalah 5% (2 responden).
Jadi rentang skor siswa terhadap pemahaman kosakata umum (lepas konteks)
adalah 40 – 100. Jika rentang skor itu dikonvesrikan denagan pedoman
penilaianm, maka skor-skor itu tersebut berada pada kriteria kurang, cukup, baik,
dan baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria dapat dilihat pada tabel
dibawah ini. Tabel 17.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Umum
(Lepas Konteks) pada Postes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 16 40
Baik 75 – 84 12 30
Cukup 60 - 74 10 25
Kurang 0 - 59 2 5
Jumlah 40 100
153
153
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria baik dan baik sekali, yaitu masing-masing 30%
dan40%, sedangkan untuk kriteria cukup adalah 25%.
Kesimpulanya, dengan teknik pemaknaan para siswa dengan mudah
memahami teks novel SGB dan HYD karena bahasa serta kosakatanya sudah
diubah ke dalam Bahasa Indonesia baku.
5.6.2.1.1.2 Analisis Data Pemahaman terhadap Kosakata yang Berasal dari
Bahasa Daerah (Lepas Konteks) pada pretes
Tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal
dari Bahasa Daerah (lepas konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap
siswa. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor
antara 85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 10% dari 40 responden atau
siswa yaitu sebanyak 4 orang. Sedangkan kriteria baik adalah 15% (6 orang).
Siswa yang memperoleh skor 60 – 74 dengan kriteria cukup 25% (10 orang).
Sedangkan siswa yang memperoleh skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang
adalah 50% (20 orang).
Jadi, rentang skor siswa siswa tentang pemahaman kosakata yang berasal
dari bahasa daerah (lepas konteks) adalah 30 - 87. Jika rancangan skor itu
dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor – skor tersebut berada pada
kriteria kurang, sukup, baik dan baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap
kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
154
154
Tabel 18.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata yang Berasal
dari Bahasa Daerah (Lepas Konteks) pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 4 10
Baik 75 – 84 6 15
Cukup 60 - 74 10 25
Kurang 0 - 59 20 50
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria kurang dan cukup, yaitu masing-masing 50% dan
25%, sedangkan untuk kriteria baik dan baik sekali adalah 15% dan 10%.
Rata-rata skor pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal dari
bahasa Daerah (lepas konteks) adalah 53. Rata-rata skor sebesar itu
mengindikasikan bahwa secara umum pemahaman siswa terhadap kosakata yang
berasal dari daerah (lepas konteks) berada pada kriteria kurang. Penyebab
pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal dari bahasa daerah (lepas
konteks) kurang karena ada beberapa buah kosakata tersebut tidak dapat dipahami
oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena kosakata tersebut jarang digunakan
dalam percakapan sehari-hari, sehingga para siswa agak sulit mengartikannya.
Kosakata tersebut adalah Kelian, bayuan, sanghiang, Widi.
155
155
Sedangkan kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal
dari bahasa daerah dengan “postes” ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap
siswa. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor
antara 85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 45% (18 responden). Sedangkan
kriteria baik adalah 30% (12 responden). Siswa yang memperoleh kriteria cukup
adalah 20% (8 responden). Siswa yang memperoleh skor antara 0 – 59 dengan
kriteria kurang adalah 5% (2 responden).
Jadi rentang skor siswa terhadap pemahaman kosakata yang berasal dari
bahasa daerah (lepas konteks) adalah 58 – 90. Jika rentang skor itu dikonversikan
dengan pedoman penilaian, maka skor-skor itu tersebut berada pada kriteria
kurang, cukup, baik, dan baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 19.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Yang Berasal
dari bahasa Daerah (Lepas Konteks) pada Postes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 18 45
Baik 75 – 84 12 30
Cukup 60 - 74 8 20
Kurang 0 - 59 2 5
Jumlah 40 100
156
156
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria baik sekali, baik, dan cukup, yaitu masing-
masing 45%, 30%, dan 20%.
Rata-rata skor pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal dari
bahasa daerah (lepas konteks) adalah 80. Rata-rata skor itu mengindikasikan
bahwa secara umum pemahaman para siswa terhadap kosakata yang berasal dari
bahasa daerah (lepas konteks) berada pada kriteria baik, karena rentangan skor itu
75 – 84. Penyebab pemahaman siswa lebih baik terhadap kosakata yang berasal
dari bahasa daerah adalah teks novel tersebut disadur ke dalam Bahasa Indonesia
yang baku.
5.6.2.1.1.3 Analisis Data Pemahaman terhadap Kosakata Istilah
Tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata istilah (lepas
konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian
yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 – 100 dengan
kriteria baik sekali adalah 15% dari 40 responden atau siswa yaitu sebanyak 6
orang. Sedangkan kriteria baik adalah 10% (4 orang). Siswa yang memperoleh
skor 60 – 74 dengan kriteria cukup 60% (24 orang). Sedangkan siswa yang
memperoleh skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang adalah 15% (6 orang).
Jadi, rentang skor siswa siswa tentang pemahaman kosakata istilah (lepas
konteks) adalah 45 – 88. Jika rentang skor itu dikonversikan dengan pedoman
penilaian, maka skor – skor tersebut berada pada kriteria kurang, sukup, baik dan
baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
157
157
Tabel 20.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Istilah
(Lepas Konteks) pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 6 15
Baik 75 – 84 4 10
Cukup 60 - 74 24 60
Kurang 0 - 59 6 15
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria cukup, yaitu 60%, sedangkan untuk kriteria baik
sekali, baik dan kurang adalah 15%, 10%, dan 15%.
Rata-rata skor pemahaman siswa terhadap kosakata istilah (lepas konteks)
adalah 66. Rata- rata skor tersebut mengindikasikan bahwa secara umum
pemahaman terhadap kosakata istilah (lepas konteks) berada pada kriteria cukup,
karena rentang untuk kriteria skor ini adalah 60 – 74. Walaupun pemahaman siswa
terhadap kosakata istilah sudah dapat dikatakan cukup, namun dari hasil deskripsi
data terlihat masih ada kosakata istilah yang tidak dapat dipahami oleh setiap
siswa, diantaranya kata karma, rimba, perkara.
158
158
Sedangkan dengan teknik pemaknaan (Postes) istilah kata yang sulit tidak
dihadapi oleh siswa karena karena teks tersebut sudah diubah oleh peneliti ke
dalam bahasa baku, bahasa yang lebih mudah dipahami oleh para siswa.
5.6.2.1.2 Analisis Pemahaman Kosakata (dalam konteks)
Yang dimaksud dengan kosakata dalam konteks adalah kosakata yang
berada dalam konteks atau kalimat. Dari hasil karangan siswa, peneliti ingin
mengetahui gambaran tentang kemampuan siswa dalam memahami arti kata-kata
yang telah dimasukkan dalam kalimat. Hal ini dilakukan mengingat pemahaman
seseorang terhadap sebuah kata itu kadang kala sukar sekali bila tidak berada
dalam konteks, tetapi setelah kata itu dimasukan ke dalam konteks barulah jelas
maknanya.
5.6.2.1.2.1 Analisis Data Pemahaman terhadap Kosakata Umum (dalam
konteks) pada Pretes
Tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata umum (dalam
konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian
yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 – 100 dengan
kriteria baik sekali adalah 40% dari 40 responden atau siswa yaitu sebanyak 16
orang. Sedangkan kriteria baik adalah 30% (12 orang). Siswa yang memperoleh
skor 60 – 74 dengan kriteria cukup 10% (4 orang). Sedangkan siswa yang
memperoleh skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang adalah 20% (8 orang).
Jadi, rentang skor siswa siswa tentang pemahaman kosakata umum (dalam
konteks) adalah 34 – 87. Jika rentang skor itu dikonversikan dengan pedoman
159
159
penilaian, maka skor – skor tersebut berada pada kriteria kurang, cukup, baik dan
baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini. Tabel 21.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Umum
(dalam Konteks) Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 16 40
Baik 75 – 84 12 30
Cukup 60 - 74 4 10
Kurang 0 - 59 8 20
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria baik sekali dan baik, yaitu masing-masing 40%
dan 30% sedangkan untuk kriteria cukup dan kurang adalah 10% dan 20%.
Rata-rata skor pemahaman siswa terhadap kosakata umum (dalam
konteks) adalah 73. Rata- rata skor tersebut mengindikasikan bahwa secara umum
pemahaman terhadap kosakata umum (dalam konteks) berada pada kriteria cukup,
karena rentang untuk kriteria skor ini adalah 60 – 74. Walaupun pemahaman siswa
terhadap kosakata umum sudah dapat dikatakan cukup, namun dari hasil deskripsi
data terlihat masih ada kosakata umum yang tidak dapat dipahami oleh setiap
siswa, diantaranya kata menunggui, menuangkan, selalang,membenarkan.
160
160
Sedangkan tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata
umum (dalam konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa.
Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara
85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 60% (24 responden). Sedangkan untuk
kriteria baik adalah 30% (12 responden). Dan kriteria cukup adalah 10% (4
responden). Jadi rentang skor siswa tentang pemahaman kosakata umum (dalam
konteks) adalah 75 – 84 dengan menggunakan teknik penyaduran adalah
berkategori baik.
5.6.2.1.2.2 Analisis Data Pemahaman terhadap Kosakata yang Berasal dari
Bahasa Daerah Pada Pretes
Tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal
dari Bahasa Daerah (dalam konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap
siswa. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor
antara 85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 15% dari 40 responden atau
siswa yaitu sebanyak 6 orang. Sedangkan kriteria baik adalah 45% (18 orang).
Siswa yang memperoleh skor 60 – 74 dengan kriteria cukup 15% (6 orang).
Sedangkan siswa yang memperoleh skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang
adalah 25% (10 orang).
Jadi, rentang skor siswa siswa tentang pemahaman kosakata yang berasal
dari bahasa daerah (dalam konteks) adalah 53 - 90. Jika rentang skor itu
dikonversikan dengan pedoman penilaian, maka skor – skor tersebut berada pada
kriteria kurang, sukup, baik dan baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap
kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
161
161
Tabel 22.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata yang Berasal
dari Bahasa Daerah (dalam Konteks) pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 6 15
Baik 75 – 84 18 45
Cukup 60 - 74 6 15
Kurang 0 - 59 10 25
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria baik yaitu sebesar 45%, sedangkan untuk kriteria
baik sekali dan cukup masing-masing 15%.
Rata-rata skor pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal dari
bahasa Daerah (dalam konteks) adalah 70. Rata-rata skor sebesar itu
mengindikasikan bahwa secara umum pemahaman siswa terhadap kosakata yang
berasal dari daerah (lepas konteks) berada pada kriteria cukup. Penyebab
pemahaman siswa terhadap kosakata yang berasal dari bahasa daerah (dalam
konteks) kurang karena ada beberapa buah kosakata tersebut tidak dapat dipahami
oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena kosakata tersebut jarang digunakan
dalam percakapan sehari-hari, sehingga para siswa agak suli mengartikanya.
Kosakata tersebut adalah Kelian, bayuan, sanghiang, Widi, selalang.
162
162
Sedangkan kemampuan pemahaman kelas eksperimen siswa terhadap
kosakata yang berasal dari bahasa daerah (dalam konteks) ini dapat diketahui dari
jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang
memperoleh skor antara 85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 50% (20
responden). Sedangkan kriteria baik adalah 40% (16 responden). Siswa yang
memperoleh kriteria cukup adalah 10% (4 responden). Siswa yang memperoleh
skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang adalah 0% (0 responden).
Jadi rentang skor siswa terhadap pemahaman kosakata yang berasal dari
daerah (dalam konteks) adalah 65 – 94. Jika rentang skor itu dikonversikan
dengan pedoman penilaian, maka skor-skor itu tersebut berada pada kriteria cukup,
baik, dan baik sekali. Jadi pemahaman siswa akan jauh lebih baik terhadap teks
novel jika cerita tersebut mengalami penyaduran. Karena bahasanya relatif sudah
baku dan dikenal mereka.
5.6.2.1.2.3 Analisis Data Pemahaman terhadap Kosakata Istilah (dalam
konteks) Pada Pretes
Tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kosakata istilah (dalam
konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa. Berdasarkan penilaian
yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara 85 – 100 dengan
kriteria baik sekali adalah 10% dari 40 responden atau siswa yaitu sebanyak 4
orang. Sedangkan kriteria baik adalah 40% (16 orang). Siswa yang memperoleh
skor 60 – 74 dengan kriteria cukup 40% (16 orang). Sedangkan siswa yang
memperoleh skor antara 0 – 59 dengan kriteria kurang adalah 10% (4 orang).
163
163
Jadi, rentang skor siswa siswa tentang pemahaman kosakata istilah (dalam
konteks) adalah 52 – 85. Jika rancangan skor itu dikonversikan dengan pedoman
penilaian, maka skor – skor tersebut berada pada kriteria kurang, sukup, baik dan
baik sekali. Sebaran frekuensi untuk setiap kriteria tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 23.
Sebaran Frekuensi Pemahaman Siswa terhadap Kosakata Istilah
(dalam Konteks) pada Pretes
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Baik Sekali 85 - 100 4 10
Baik 75 – 84 16 40
Cukup 60 - 74 16 40
Kurang 0 - 59 4 10
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, terlihat dengan jelas bahwa sebaran frekuensi lebih
banyak menumpuk pada kriteria baik dan cukup yaitu 40% sedangkan untuk
kriteria baik sekali dan kurang masing-masing 10% .
Rata-rata skor pemahaman siswa terhadap kosakata istilah (dalam
konteks) adalah 70. Rata- rata skor tersebut mengindikasikan bahwa secara umum
pemahaman terhadap kosakata istilah (dalam konteks) berada pada kriteria cukup,
karena rentang untuk kriteria skor ini adalah 60 – 74. Walaupun pemahaman siswa
terhadap kosakata istilah sudah dapat dikatakan cukup, namun dari hasil deskripsi
164
164
data terlihat masih ada kosakata istilah yang tidak dapat dipahami oleh setiap
siswa, diantaranya kata karma, rimba, perkara
Jadi, bila dilihat secara keseluruhan, kemampuan siswa dalam memahami
kosakata dalam konteks yang terdiri dari pemahaman siswa terhadap kosakata
umum, kosakata daerah, kosakata istilah yang terdapat dalam teks novel SGB dan
HYD, maka skor rata-rata tersebut adalah 70. Rata-rata tersebut mengindikasikan
bahwa secara umum pemahaman siswa terhadap kosakata dalam konteks pada
kriteria cukup, karena rentang skor untuk kriteria ini adalah 60-74.
Sedangkan tingkat kemampuan pemahaman siswa dalam postes terhadap
kosakata istilah (dalam konteks) ini dapat diketahui dari jumlah skor setiap siswa.
Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka siswa yang memperoleh skor antara
85 – 100 dengan kriteria baik sekali adalah 50% (20 responden). Sedangkan
kriteria baik adalah 40% (16 responden). Siswa yang memperoleh kriteria cukup
adalah 10% (4 responden).
Jadi rentang skor siswa terhadap pemahaman kosakata istilah (dalam
konteks) adalah 60 - 100. Jika rentang skor itu dikonversikan dengan pedoman
penilaian, maka skor-skor itu tersebut berada pada kriteria cukup, baik, dan baik
sekali. Jadi pemahaman siswa akan jauh lebih baik terhadap teks novel jika cerita
tersebut mengalami penyaduran.
Kesimpulanya, ternyata dengan teknik pemaknaan pemahaman siswa
dalam postes terhadap cerita jauh lebih baik dibandingkan dengan teknik tanpa
pemaknaan karena kosakata-kosakata tersebut sudah mengalami perubahan
sehingga memungkinkan anak lebih maksimal memahaminya.