Seuramoe PRIORITA S - prioritaspendidikan.org · SES euramoe PRIORITAS 2 Edisi : 1/2012 Edisi VIII...
Transcript of Seuramoe PRIORITA S - prioritaspendidikan.org · SES euramoe PRIORITAS 2 Edisi : 1/2012 Edisi VIII...
Seuramoe PRIORITAS Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Newsletter SEURAMOE PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS di Provinsi Aceh sebagai media penyebarluasan informasi dan inovasi serta praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami : www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah.
USAID PRIORITAS : Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students
elapan sekolah pilihan yang telah menerapkan praktik yang baik dalam Dpembelajaran dan manajemen dari Kabupaten Aceh Jaya dan Bener Meriah melakukan kunjungan belajar ke 4 sekolah binaan USAID PRIORITAS di Kota
Cimahi dan Kab. Bandung Barat. Sebanyak 44 guru, kepala sekolah, komite sekolah yang didampinggi oleh dinas pendidikan dan Kemenag telah mendapatkan gambaran praktik yang baik hasil pelaksanaan pembelajaran dan manajemen di sekolah yang mereka kunjungi. Sekolah itu juga telah menerapkan budaya baca dan proses implementasi kurikulum 2013. Pengelolaan sekolah tampak partisipatif, transparan, dan akuntabel. Keterlibatan orang tua, masyarakat, dan pihak lain juga tampak dalam upaya meningkatkan kerja sama dengan masyarakat. Bupati Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman yang berkesempatan memberikan motivasi kepada para peserta pada pembukaan kunjungan tersebut (2/9) mengingatkan besarnya manfaat kunjungan yang dilakukan para peserta. “Manfaatkan belanja pendidikan, belanja pengalaman dan ilmu pengetahuan dari sekolah di sini untuk dibawa pulang ke daerah kita,” kata bupati yang didampingi kepala dinas pendidikan dan olahraga serta kepala Kantor Kemenag Aceh Jaya. “Jangan terlalu banyak belanja material. Belanja ilmu pengetahuan lebih penting karena tidak semua pendidik mendapat kesempatan seperti ini, apalagi di tengah keterbatasan APBD di daerah kita. Jadi, janganlah kita sia-siakan anggaran yang telah disediakan oleh USAID PRIORITAS tanpa menghasilkan perubahan di daerah kita,” harap bupati. Yusnizar dari Komite MIN Sukadamai Bener Meriah mengaku mendapat pengalaman baru dalam meningkatkan partisipasi orang tua, masyarakat, dan pihak lain di madrasah. “Pelajaran ini menjadi bekal kami untuk meningkatkan kerja sama dengan
“Kita akan perkuat MGMP dan KKG untuk mendorong percepatan peningkatan mutu pendidikan dan implementasi Kurikulum 2013” (Disampaikan saat membuka Pelatihan untuk Pelatih Modul II USAID PRIORITAS
USAID PRIORITAS:
Edisi VIII / Juni - September 2014
Delapan Sekolah Kunjung Belajar ke Jawa Barat
Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru,
Tenaga Kependidikan, dan Siswa
jenjang SMP/MTs di Banda Aceh) (Sumber: http://acehprov.go.id)
Kadisdik Aceh: Perkuat MGMP dan KKG
Keterangan gambar: Peserta kunjungan belajar memperhatikan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa MTsN Sukasari Kota Cimahi, Jawa Barat.
Drs. Anas M. Adam M.Pd
Foto
: Teu
ku M
eldi /
Kom
unik
asi
Kunjungi kami di:
www.prioritaspendidikan.org
Foto
: Teu
ku M
eldi /
Kom
unik
asi
Drs. Ibnu Sa’adan M.Pd
“Melalui MGMP dan KKG kita membina ukhwah keakraban antar guru, antar kepala yang akan berdampak kepada keakraban guru/kepala dengan siswa” (Disampaikan saat mengunjungi Pelatihan untuk Pelatih Modul II USAID
PRIORITAS di Banda Aceh) (Sumber: http://atjehlink.com)
Kakanwil Kemenag Aceh: Bina Ukhwah Melalui MGMP dan KKG
Rektor Unigha: Dosen Perlu Paham Kurikulum 2013
“Sebagai lembaga penghasil guru, maka LPTK dan seluruh dosennya perlu diberi pemahaman dan pelatihan tentang Kurikulum 2013” (Disampaikan oleh Rektor Universitas Jabal Gafur Pidie, Aceh, saat pertemuan
Universitas Konsorsia USAID PRIORITAS di Banda Aceh) (sumber: www.atjehpost.co)
Prof. Dr. Bansu I. Ansari, M.Pd.
Foto
: htt
p://
ww
w.u
nigh
a.ac
.id
Foto: Teuku Meldi / Komunikasi
SE Seuramoe PRIORITAS
2
Edisi : 1/2012
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe Utama
masyarakat di luar sekolah,” ujar Yusnizar. Hal senada dikatakan Fauzi, guru SDN 4 Calang Aceh Jaya. Dia mengaku mendapatkan pelajaran berharga mengenai proses pembelajaran aktif. “Cara belajar siswa, cara guru mengelola pembelajaran di kelas, cara guru membimbing siswa inklusi, pendekatan guru dengan muridnya yang penuh kasih sayang, semua menjadi pelajaran berharga bagi kami dalam kunjungan ini,” kata Fauzi. MI Asih Putra dan MTsN Sukasari di Kota Cimahi serta SDN 2 Rajamandala dan SMPN 1 Cihampelas di Kabupaten Bandung Barat menjadi tempat kunjungan para peserta. Diharapkan delapan sekolah dari Aceh tersebut dapat menjadi pusat layanan pengembangan professional dan menjadi pusat kunjungan sekolah lainnya di Aceh.
Daud Pakeh (Kakan Kemenag Aceh Jaya): Konsepnya Sederhana
esar sekali manfaat kunjungan belajar ini. Sederhana memang, kadang-kadang yang belum pernah terpikirkan oleh Bkami dan itu ditemukan oleh para guru dan kepala sekolah kami di sini. Misalnya, saat saya kunjungi SDN 2 Raja Mandala di Kab. Bandung Barat, di Aceh Jaya kami baru mengembangkan komite sekolah, tetapi di sekolah yang kami
kunjungi sudah ada paguyuban kelas. Paguyuban kelas sangat banyak membantu sekolah dan berdampak langsung kepada siswa sehingga mereka lebih cepat berkembang dan merasa nyaman di dalam kelas. Misalnya, menyediakan air minum di setiap kelas buat siswa. Di Aceh Jaya ini bisa kami terapkan, bukan hanya untuk sekolah binaan USAID PRIORITAS saja, tapi model ini bisa kita kembangkan ke sekolah lainnya. Konsepnya sederhana tapi belum terpikirkan.
.Kunjungan belajar ini sangat bermanfaat karena selama ini standar pendidikan di Aceh masih dirasakan kurang bila berbanding dengan standar pendidikan di Pulau Jawa. Karena itu, kunjungan belajar ini merupakan salah satu solusi bagi guru dan kepala
sekolah untuk melihat secara utuh sistem pembelajaran dan manajemen sekolah yang mereka kunjungi sehingga dapat diterapkan sekembalinya dari kunjungan belajar ini.
M. Yusuf (Kadisdikpora Aceh Jaya): Melihat secara Utuh
tetapi Belum Terpikirkan
1
234
5 6
Foto: Teuku Meldi / Komunikasi
Seorang peserta memperhatikan pembelajaran aktif di salah satu sekolah yang dikunjungi (1), Presentasi kelompok sekolah berbagi hasil kunjungan belajar (2), Kakan Kemenag Aceh Jaya dan Kasi Madrasah Bener Meriah diwawancarai oleh siswa MI Asih Putra Cimahi (3), Bupati Aceh Jaya (4), Peserta mengunjungi dan berdiskusi di salah satu kelas (5), Kadisdik Aceh Jaya berdiskusi di sekolah yang dikunjunginya (6)
3
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe UtamaSeuramoe PRIORITAS
epala Pusat Penjamin Mutu KPendidikan Badan PSDMPK
Kemdikbud RI, Dr. Ir. Bastari, M.A.,
mengapresiasi perubahan yang dilakukan
oleh sekolah saat kegiatan Unjuk Karya
Praktik yang Baik Bidang Pendidikan di
Provinsi Aceh (18/6), “Saya tadi keliling
stan dan berdialog dengan para siswa
serta guru, saya dapati anak kelas 4 SD
dengan sangat cerdas menjelaskan proses
kopi sehingga menjadi media
pembelajaran. Juga ada seorang siswa yang
melakukan perhitungan tebakan tanggal
lahir dengan angka-angka.Jika seperti ini
generasi kita maka tidaklah mustahil akan
muncul generasi-generasi emas di tahun
2045 nanti,” kata Dr. Bastari. Kepala PMP
berharap program ini dapat diimbas ke
sekolah-sekolah lainnya, “Khusus di Aceh
untuk pendidikan dasar tercatat 3.384 SD
dan 988 SMP belum termasuk MI dan
MTs, kita cukup bangga walaupun hanya
beberapa sekolah yang unjuk karya pada
hari ini. Tantangannya bagaimana kita
mengimbaskan kepada sekolah lain. Jika
kita lihat hari ini, saya yakin anak-anak
Aceh akan lebih dulu meningkat
standarnya sebelum tahun 2045
berbanding daerah yang tidak
memperoleh program ini,” jelasnya.
Sementara itu, wakil gubernur
Aceh dalam sambutannya yang dibacakan
oleh kepala dinas pendidikan
mengharapkan temuan dan praktik yang
baik dapat didiseminasikan ke sekolah-
sekolah lainnya, “Kami sangat
mengharapkan pemerintah
kabupaten/kota dapat mendiseminasikan
praktik baik yang telah dikembangkan
oleh USAID PRIORITAS ke sekolah-
sekolah atau kecamatan lainnya, kita tidak
dapat terus-menerus mengharapkan
bantuan sebaiknya kita menggunakan dana
kita sendiri untuk meningkatkan mutu
pendidikan,” kata wakil gubernur.
Kegiatan yang dihadiri oleh
pemangku kepentingan pendidikan tingkat
provinsi, kabupaten mitra kohor 1 dan
kabupaten DBE tersebut menampilkan 8
stan sekolah mitra PRIORITAS, 2 stan
sekolah DBE dan 2 stan LPTK. Seramai
222 peserta tersebut menampilkan
perubahan di sekolah, terutama dengan
pemaparan testimoni dan penampilan
demo media pembelajaran dari masing-
masing sekolah. “Unjuk karya ini
memberikan informasi kepada kita bahwa
proses penjaminan mutu secara internal
sudah dibekali sejak awal disekolah
tersebut. Dari rasa diberi tahu, sekarang
Kepala Pusat PMP Kemdikbud Apresiasi Perubahan di Sekolah
nomor dua di Bener Meriah tersebut.
Bukan tanpa alasan Wabup mengunjungi
empat sekolah yang telah menerapkan
praktik yang baik secara utuh tersebut.
Sebagai perwakilan kabupaten pada
tingkat provinsi, diharapkan sekolah-
sekolah itu dapat menampilkan yang
terbaik. “Sebagai perwakilan kabupaten
pada tingkat provinsi, kita harapkan empat
sekolah ini dapat menyajikan yang terbaik
dari sekolahnya terutama dalam bidang
pembelajaran yang telah mereka
kembangkan sehingga mereka dianggap
layak mewakili kabupaten ini dan sekaligus
saya memberi motivasi dengan
mendatangi sekolah satu per satu,” jelas
Wabup.
I sela-sela kesibukannya, Wakil DBupati Bener Meriah Rusli M.
Saleh secara langsung
mengunjungi sekolah yang sedang
mempersiapkan bahan-bahan yang akan
dibawa saat Unjuk Karya Tingkat Provinsi
di Banda Aceh. Empat sekolah yang
terpilih mewakili Kab. Bener Meriah
tersebut dikejutkan dengan kunjungan
beliau secara tiba-tiba. Misalnya, saat
mengunjungi MTsN Janarata (9/6), beliau
secara spontan menguji pemahaman guru
terhadap bahan-bahan yang akan
dipajangkan saat unjuk karya. “Sejajar titik
dengan sejajar garis apa bedanya?” tanya
Wabup saat melihat salah satu pajangan
yang sedang dipersiapkan, dengan sedikit
gugup guru menjawab pertanyaan orang
Wakil Bupati Bener Meriah Lihat Persiapan Sekolah
para siswa mencoba mencari tahu dan
ingin tahu, memang ini adalah tugas berat
bagi pendidik. Intinya, siapa pun adalah
guru, siapa pun adalah siswa dan
dimanapun adalah kelas, ini sudah kita
buktikan pada hari ini,” kata Dr. Ir. Bastari,
MA.
Foto
: Teu
ku M
eldi/
Kom
unik
asi
Kepala Pusat PMP-PSDMPK Kemdikbud RI, Dr. Ir. Bastari, M.A, memperhatikan penggunaan media
pembelajaran sederhana oleh siswa (atas). 2 siswa simulasi penggunaan media pembelajaran (bawah)
Foto
: Mut
hmai
nnah
/ D
C B
ener
Mer
iah
Wakil Bupati Bener Meriah mengunjungi SDN 2 Lampahan (atas) dan MTsN Janarata (bawah)
4
Seuramoe Provinsi
Edisi VIII / Juni - September 2014
Kohor 1 Tuntaskan Pelatihan untuk Pelatih Modul 2
Seuramoe PRIORITAS
Kadisdik dan Kakanwil Kemenag Aceh: Aktifkan MGMP di daerah
epala Dinas Pendidikan Anas M. KAdam dan Kakanwil Kemenag
Aceh Ibnu Sa'adan sepakat
peningkatan mutu pendidikan harus
dimulai dari unit-unit pelatihan sekolah
seperti MGMP (musyawarah guru mata
pelajaran) untuk tingkat SMP/MTs dan
KKG (kelompok kerja guru) untuk tingkat
SD/MI. “Kita akan perkuat MGMP dan
KKG untuk mendorong percepatan
peningkatan mutu pendidikan dan
implementasi kurikulum 2013,” kata Anas
saat membuka pelatihan untuk pelatih
modul 2 (8/6). Kadisdik menegaskan
bahwa pemerintah Aceh akan membantu
biaya untuk menghidupkan kembali
MGMP. “Provinsi sudah mengalokasikan
sejumlah dana untuk mengaktifkan
kembali MGMP. Tetapi, bagaimanapun
mutu pendidikan bukan hanya tanggung
jawab provinsi, kabupaten/kota juga harus
mendukungnya dan yang menjadi kunci
suksesnya adalah para guru, kepala
sekolah, dan pengawas,” jelas Anas.
Senada dengan Kadisdik, Kakanwil
Kemenag Aceh mengharapkan dari
KKG/MGMP guru dapat meningkatkan
keakraban sesama guru dan kepala
madrasah/sekolah yang akan berdampak
kepada siswa. “Melalui MGMP dan KKG,
kita membina ukhuwah keakraban
antarguru, antarkepala yang akan
berdampak kepada keakraban guru/kepala
dengan siswa,” jelas Ibnu Sa'adan. “Hal ini
merupakan salah satu tanggung jawab
moral guru sehingga guru bisa menjadi
tempat curahan hati bagi siapa saja
terutama bagi siswanya,” tambahnya.
ebanyak 137 fasilitator daerah (50
Sfasda jenjang SD/MI dan 75 fasda
jenjang SMP/MTs) telah
menyelesaikan pelatihan untuk pelatih
modul 2 selama Agustus dan September.
Para fasda dari 2 kabupaten mitra kohor 1
dan 3 kabupaten mitra DBE tersebut
telah mampu dan siap melaksanakan
pelatihan pembelajaran dan manajemen
tingkat sekolah dan diseminasi di
kabupatennya. Salah seorang peserta dari
Bener Meriah, Hasan Basri, menyatakan
pentingnya segera mengadakan pelatihan
tingkat sekolah. “Modul 2 ini penting bagi
sekolah untuk lebih memahami kurikulum
2013, khususnya pendekatan saintifik dan
penilaian autentik, yang ditunggu-tunggu
oleh para guru,” kata guru matematika
dari SDN 2 Lampahan Bener Meriah itu.
Pada pelatihan tingkat SMP/MTs, 5
orang widyaiswara dari LPMP Aceh dan 7
dosen dari LPTK ikut sebagai peserta
aktif. Salah seorang widyaiswara, Rita
Purnama Sari, menyampaikan apresiasinya
setelah mengikuti pelatihan. “Pelatihannya
sangat menyenangkan, bahkan terkadang
waktunya terasa begitu singkat. Materi
yang disampaikan sangat baik untuk
pembelajaran orang dewasa, misalnya
bekerja sama, tidak menggurui, dan
menemukan jawaban sendiri,” jelasnya.
Ada hal yang menarik dari
pelatihan jenjang SD/MI. Secara
mengejutkan, salah seorang anggota
DPRD Aceh yang baru saja terpilih,
Bardan Sahidi, mengunjungi peserta untuk
melihat proses pelatihan sekaligus
memberikan motivasi kepada para fasda.
“Bapak dan Ibu fasda adalah motor
penggerak bagi kemajuan pendidikan di
Aceh. Kami berharap dari ilmu yang fasda
miliki saat ini dapat memberikan semangat
bagi sekolah-sekolah di kabupaten untuk
maju secara bersama,” harapnya. .
Peserta ToT menunjukkan hasil karya kelompok (kiri atas), Berkunjung melihat hasil karya kelompok lainnya (kiri tengah), Menunjukkan hasil karya (kiri bawah), Kelompk pelatihan (kanan atas)
Foto
: Teu
ku M
eldi /
Kom
unik
asi
Foto
: Teu
ku M
eldi/
Kom
unik
asi
Foto atas: Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Anas M Adam dan (bawah) Kakanwil Kemenag Aceh,
Ibnu Sa’adan saat memberikan pengarahan pada Pelatihan untuk Pelatih Modul II USAID PRIORITAS
di Banda Aceh
XX
XxxxxXxxxx
5
Edisi : 1/2012 SE
Seuramoe Kabupaten
Edisi VIII / Juni - September 2014
elatihan tingkat sekolah janjang PSMP/MTs dan SD/MI untuk
modul 2 di Kab. Aceh Jaya telah
berlangsung sepanjang September
2014. Diawali dengan pelatihan jenjang
SMP/MTs (10-17/9) yang melibatkan
46 guru, seorang kepala sekolah, dan
seorang pengawas. Kegiatan yang
berlangsung di aula SMPN 1 Calang
untuk kelompok I dan di aula MTSN
Guru Bimbingan Khusus di Pidie Perdalam Teknik Inklusif
Seuramoe PRIORITAS
Panga untuk kelompok 2 tersebut
berjalan dengan baik. Sementara itu,
pelatihan untuk jenjang SD/MI
kelompok 1 dilaksanakan di Calang
(26-29/9). Kegiatan tersebut diikuti 48
guru dan seorang kepsek. Kegiatan ini
diawali dengan mengkaji ulang
penerapan PAKEM di sekolah,
dilanjutkan mengelola pembelajaran
secara efektif, memahami kurikulum
inas Pendidikan Kabupaten DPidie bersama USAID
PRIORITAS melatih 100
orang Guru Bimbingan Khusus (GBK)
yang mewakili 90 sekolah inklusif di
kabupaten Pidie (81 SD dan 9 SMP)
mendapatkan pendalaman ilmu dan
teknik khusus dalam melayani Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) secara
maksimal dalam proses pembelajaran
di sekolah mereka.
Dalam sambutannya kabid
Dikdas H. Ruslan, S.Pd menegaskan
bahwa dalam dunia pendidikan
terutama Kurikulum 2013 tidak
membedakan kondisi fisik anak untuk
memperoleh pendidikan yang layak,”
kurikulum 2013 mengedepankan sikap
dan moral anak didik, tidak
membedakan kondisi fisik anak.
Kurikulum ini memberikan kebebasan
dan menghargai perbedaan,” katanya.
Sementara itu seorang guru dari SDN
Cot Glumpang menyatakan pentingnya
pendidikan inklusif bagi masyarakat
yang memiliki anak ABK, “Pendidikan
inklusif merupakan harapan masyarakat
agar ABK dapat bersekolah di sekolah
regular, manfaatnya dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat luas
khususnya bagi mereka yang
mempunyai anak cacat. setelah
mengikuti pelatihan ini, sekolah dapat
menyelenggarakan pendidikan inklusif
di sekolah agar ABK tidak lagi berdiam
diri di rumah,” jelas Tarmizi
Selama 3 hari para peserta
memperoleh berbagai materi
pelatihan seperti: Landasan Hukum
Pendidikan Inklusif, Konsep Pendidikan
Inklusif, Melayani Perbedaan Individu
dalam Pembelajaran, Gender di
Sekolah, Profil Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus (ABK),
Manajemen Kelas Inklusif, dan Sistim
Pembelajaran ABK. Selain itu, peserta
juga akan diajak untuk mengunjungi
salahsatu sekolah inklusif selama
setengah hari pada hari kedua untuk
mendapatkan gambaran praktik yang
baik pelaksanaan sekolah inklusif di
Pidie. Spesialis Gender USAID
PRIORITAS, Wiwit Sri Arianti
berharap dukungan penuh dari dinas
pendidikan untuk sekolah
penyelenggara inklusif, “Kita berharap
Dinas Pendidikan dapat mendampingi
GBK agar mereka tetap semangat
meningkatkan kapasitasnya dan bagi
sekolah yang memiliki banyak ABK
dapat dikeluarkan SK Sekolah
Penyelenggara Inklusif agar sekolah
memperoleh dana grant dari
kemdikbud untuk pengembangan
sekolahnya,” harap Wiwit.
2013, dan melayani perbedaan individu
dalam pembelajaran. Selanjutnya
adalah pertanyaan tingkat tinggi,
penilaian autentik, gender dalam
pendidikan, dan literasi lintas
kurikulum. Peserta di dua jenjang
tersebut pada hari ketiga pelatihan
melakukan praktik langsung
pembelajaran di sekolah-sekolah yang
telah terpilih di Aceh Jaya.
Pelatihan Tingkat Sekolah Modul 2 di Aceh Jaya
Foto: GBK sedang membimbing peserta didik berkebutuhan khusus di salah satu sekolah di Pidie
Foto dari kiri: Peserta pelatihan melakukan
praktik langsung di sekolah. Kakan Kemenag
Aceh Jaya memberikan arahan kepada para
peserta. Sudut pajangan hasil karya sekolah dan
kelompok pelatihan
Foto
: Mas
hadi/
DC
Pid
ie
Foto: Sri Wahyuni/ DC Aceh Jaya
6
SE Edisi : 1/2012
Seuramoe Kabupaten
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe PRIORITAS
Pelatihan 15 SDMI di Abdyaebanyak 15 SD/MI di Kab. Aceh
SBarat Daya (Abdya) menutup
serangkaian pelatihan tingkat
sekolah untuk kohor 2 di Provinsi Aceh
yang telah dilaksanakan sejak awal Mei
2014. Kepala Kantor Kementerian Agama
Kab Abdya Drs. Arijal (4/6) mengharapkan
pelatihan tersebut dapat merubah cara
berpikir guru, terutama dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
“Kami berharap, dengan pelatihan ini para
guru mampu mengubah cara berpikir
dalam melaksanakan proses belajar
mengajar di sekolah. Dengan begitu,
pembelajaran di dalam kelas berlangsung
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
sehingga kita mendapatkan hasil belajar
siswa yang lebih baik,” harapnya.
Sementara itu, Koodinator
Provinsi USAID PRIORITAS Aceh Ridwan
Ibrahim berharap pelatihan tersebut dapat
meningkatkan kualitas pendidik pada
sekolah di kabupaten tersebut. “Kami
berharap dengan adanya pelatihan ini, para
pendidik memperoleh ilmu yang
bermanfaat yang akan diterapkan di
sekolah masing-masing,” ujarnya.
Keseluruhan kegiatan pelatihan tersebut
akan dipandu oleh fasilitator daerah
(fasda). Mereka terdiri atas guru, kepala
sekolah, dan pengawas pilihan dari
Kabupaten Abdya dan telah mengikuti
tahapan pelatihan tingkat provinsi
sehingga telah dianggap mampu melatih
serta menyebarluaskan praktik yang baik
kepada sekolah-sekolah lainnya di Abdya.
Pendampingan Kohor 2 Tuntaselama bulan Agustus hingga
SSeptember 2014, 117 fasilitator
daerah (fasda) dari 4 kabupaten
kohor 2 (Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh
Tamiang, dan Aceh Barat Daya) telah
menyelesaikan pendampingan di 97
sekolah mitra USAID PRIORITAS (32
SMP/MTs dan 65 SD/MI). Pendampingan
yang melibatkan 836 guru dan kepsek
tersebut (445 orang jenjang SMP/MTs dan
391 orang jenjang SD/MI) tersebut
dilakukan untuk membantu para guru dan
kepsek dalam mengimplementasikan hasil
pelatihan tingkat sekolah yang telah
diikutinya.
Selain tingkat kabupaten,
pendampingan dilakukan pula pada
sekolah mitra LPTK oleh 17 fasda LPTK
(dosen) di 12 SD/MI dan 6 SMP/MTs yang
melibatkan 150 orang guru. Pendampingan
dilakukan sebanyak 2 kali untuk
pembelajaran dan 3 kali untuk Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam kegiatan ini, fasda
mengunjungi sekolah untuk berdiskusi
dengan guru atau kepsek yang akan
didampingi tentang kendala dalam
pembelajaran atau manajemen. Kemudian,
secara bersama mereka mengidentifikasi
masalah yang dihadapai guru/kepsek
dalam menerapkan hasil pelatihan dan
membantu menyelesaikannya, membantu
guru dalam penyiapan pembelajaran dan
media pembelajaran, serta melakukan
pengelolaan kelas dan pemanfaatan
sumber belajar. Selain itu, mereka
membantu guru dalam pelaksanaan
pembelajaran CTL/PAKEM di kelas dan
memantapkan pengetahuan serta
kemampuan guru dalam penyusun RPP,
lembar kerja siswa, dan lembar evaluasi
siswa. Sementara kepsek lebih difokuskan
pada pengelolaan manajemen sekolah dan
keterlibatan peran serta masyarakat
terhadap sekolah. Untuk penyebaran
informasi kepada guru secara keseluruhan,
refleksi pendampingan dilakukan dalam
forum KKG/MGMP.
Foto
: Yu
sriz
al/
DC
Abd
ya
Keseriusan peserta (atas) dan praktik mengajar (bawah)
Foto dari atas: Pendampingan oleh Fasda pada salah satu sekolah mitra di Pidie Jaya; Pendampingan oleh dosen LPTK di sekolah mitra LPTK’ Pendampingan
penyusunan RPP di Aceh Tamiang dan pendampingan pembelajaran di sekolah mitra Kab
Aceh Utara
Foto
: Mas
hadi.
Rah
mi J
afar
, Cut
Rah
maw
ati/
USA
ID P
RIO
RIT
AS
Ace
h
7
Edisi 1 / 2012
Seuramoe LPTK
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe PRIORITAS
Universitas Jabal Gafur Menjadi Mitra Konsorsia
emasuki tahun ketiga Mprogram USAID PRIORITAS,
Universitas Jabal Ghafur
(Unigha) Kab. Pidie secara resmi
bergabung menjadi salah satu LPTK
mitra konsorsia. Pada pertemuan
pertama bersama universitas mitra
konsorsia lainnya (11/8) Rektor
Unigha Prof. Dr. Bansu I Ansari, M. Pd
bersama wakil rektor 4, dekan FKIP,
dan para wakil dekan FKIP
menyampaikan rasa terima kasihnya
atas ikut bergabungnya Unigha
bersama universitas lainnya. “Kami
berterima kasih kepada USAID yang
telah menyetujui universitas kami
menjadi salah satu mitra konsorsia,”
katanya. “Kami masih perlu banyak
pembenahan, terutama peningkatan
kapasitas SDM para dosen FKIP.
Karena itu, kami mengajukan diri
untuk menjadi bagian dari keluarga
besar universitas konsorsia USAID
PRIORITAS,” jelas rektor Unigha.
Dinas Pendidikan Aceh dan LPTK Bahas Kurikulum 2013ebanyak 20 peserta dari 4 LPTK
S(lembaga pendidikan tenaga
kependidikan) konsorsia USAID
PRIORITAS yang terdiri atas para
rektor dan dekan melakukan
pertemuan konsorsia untuk berbagi
pengalaman dalam pelaksanaan
perkuliahan yang dikaitkan dengan
pelaksanaan kurikulum 2013 (K13)
bersama Dinas Pendidikan Aceh (11/8).
Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan
yang menjadi pembicara pada kegiatan
tersebut menjelaskan bahwa K13
bukan sesuatu yang baru. “Kurikulum
2013 adalah penyempurnaan
kurikulum 2004 dan KTSP 2006,” kata
Muchlisanur. Dindik sendiri sudah
melatih 2.880 guru pada tingkat SMP
dan 2.440 guru tingkat SMA/SMK.
Untuk tingkat SD, telah dilatih 20.000
guru oleh LPMP Aceh. Guru yang telah
dilatih adalah guru yang sudah
mengajar di sekolah. “Kami
membutuhkan dukungan LPTK untuk
menyinergikan antara sekolah dan
LPTK sebagai pencetak calon guru,”
tukas Nailul Authar, Kabid Pendidikan
Menengah Dindik Aceh.
Sementara itu, Rektor
Universitas Muhammadiyah Aceh Drs.
Muharrir Asari, M.Ag mengapresiasi
pertemuan konsorsia tersebut.
Menurut dia, penting untuk
mengetahui apa yang terjadi saat ini di
sekolah guna meningkatkan calon guru
yang masih belajar di bangku
perkuliahan. “Pertemuan dengan dindik
membicarakan tentang K13 yang
penting untuk mengetahui kondisi
terkini tentang pembelajaran di
sekolah. LPTK sebagai lembaga
pencetak guru diharapkan tidak
tertinggal dengan yang telah berjalan
di sekolah,” katanya di sela-sela acara.
Rektor Universitas Jabal Ghafur Aceh
Prof. Dr. Bansu I Ansari, M.Pd
sependapat dengan rektor Unmuha.
Menurut dia, implementasi K13 harus
diketahui secara menyeluruh oleh
dosen LPTK agar LPTK tidak
disalahkan setelah mencetak guru.
“Seluruh dosen perlu diberi
pemahaman dan pelatihan tentang
K13. Jangan nanti setelah guru
dihasilkan oleh LPTK tidak mampu
mengimplementasikan K13 di sekolah
sehingga LPTK disalahkan,” katanya.
Wakil dekan FKIP juga
berkesempatan memaparkan tentang
K13 dan penerapannya di LPTK. Dalam
sesi diskusi, dinas pendidikan berharap
LPTK dapat mendorong guru pre-
service (mahasiswa) untuk dapat
mengajar menggunakan pendekatan
pembelajaran aktif yang sejalan dengan
penerapan K13 terutama saat
mahasiswa PPL. Diskusi dilanjutkan
dengan berbagi pengalaman dalam
proses belajar mengajar masing-masing
LPTK dalam menerapkan
pembelajaran aktif. Sebagian besar
LPTK merasa masih membutuhkan
peningkatan kemampuan dosen dalam
bekerja ilmiah dan penilaian autentik.
(Pertemuan LPTK Konsorsia USAID PRIORITAS)
Foto
: Teu
ku M
eldi/
Kom
unik
asi
Foto
: Teu
ku M
eldi/
Kom
unik
asi
Foto kiri atas: wakil dekan 1 FKIP Unsyiah, Dr. M. Hasan, M.Si. kanan atas: Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan Aceh, Dra. Muchlisanur.
Tengah: Pendampingan oleh dosen UIN Ar Raniry di sekolah mitra MTsN Model Banda
Aceh. Bawah: Pendampingan oleh dosen FKIP Unsyiah di sekolah mitra LPTK SMP 8
Darussalam, Banda Aceh
Kunjungi forum fasilitator USAID PRIORITAS di laman Facebook:
Jajaran Rektorat Universitas Jabal Ghafur Pidie, saat mengikuti pertemuan Universitas Konsorsia
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe PRIORITAS Seuramoe Praktik yang Baik
8
Mengabungkan Observasi dan Gambar untuk Menulis Ragam Paragraf (Pembelajaran di LPTK)
ntuk menumbuhkan minat
Umenulis di LPTK, Drs. Teuku
Alamsyah, M.Pd., salah seorang
staf pengajar bahasa Indonesia di FKIP
Universitas Syiah Kuala, mencoba
menggali potensi menulis
mahasiswanya menggunakan
pembelajaran aktif. “Langkah awal
setelah membuka kuliah, dosen dan
mahasiswa akan berubah peran
menjadi guru dan murid. Hal ini dapat
membiasakan mahasiswa menerapkan
pembelajaran aktif saat menjadi
pendidik karena mereka sudah
merasakan langsung manfaatnya,” jelas
Pak Alamsyah, panggilan akrab beliau.
Setelah berubah peran dan
siswa duduk berkelompok, guru
menjelaskan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran. Kemudian siswa
diminta menceritakan pengalaman
mereka saat kali pertama menjadi
siswa. Dari cerita tersebut, siswa
mengemukakan kalimat utama dalam
paragraf pada siswa lainnya.
Selanjutnya, siswa diberi waktu selama
10 menit untuk mengamati objek di
luar kelas (berobservasi).
Sekembalinya ke dalam kelas, guru
membagikan kertas warna dan pensil
warna serta meminta siswa untuk
mengambarkan hasil amatan
(observasi) mereka selama 15 menit.
Dengan berkeliling kelas, dari satu
kelompok ke kelompok lainnya guru
memperhatikan karya siswa. Setelah
mengambar, masing-masing siswa
dalam kelompok dibagikan kembali
kertas warna. Lantas guru meminta
siswa untuk menulis hasil gambarnya
menjadi tulisan menggunakan paragraf
deskriptif selama 20 menit. Selanjutnya
masing-masing kelompok memperoleh
kertas plano dan menempelkan hasil
tulisan di bawah gambar pada kertas
plano. Plano dipajangkan dan siswa
diberi kesempatan untuk
mengomentari hasil tulisan kelompok
lainnya sesuai dengan tujuan
pembelajaran (termasuk penggunaan
EYD, kesesuaian gambar hasil
observasi dengan tulisan).
Setelah proses pembelajaran
selesai, Pak Alamsyah mengajak
meninggalkan posisi guru dan murid
untuk memberikan penguatan tentang
ragam paragraf dan menutup
perkuliahan. Mahasiswa mengapresiasi
bentuk perkuliahan yang dilakukan
dengan cukup postif. “Kami semakin
mengenal model-model pembelajaran.
Model ini dapat langsung kami rasakan
manfaatnya sehingga saat menjadi guru
nanti kami bisa menerapkannya kepada
anak didik,” kata Husni, mahasiswa asal
Pulau Semeulue, Aceh.
- Standar Kompetensi: Menulis ragam
paragraf
- Kompetensi Dasar: Menulis paragraf
berdasar hasil observasi (Paragraf
Deskripsi)
Tujuan Pembelajaran:
1. Mengaplikasi hasil pengamatan
(observasi) dalam bentuk gambar
2. Mengabungkan gambar hasil
observasi menjadi paragraf deskripsi
3. Menyunting paragraf
Proses perkuliahan yang diawali dengan pengamatan lingkungan
sekitar; mengambarkan hasil pengamatan; menulis paragraf; menempelkannya pada kertas
plano secara berkelompok; memajangkannya dan menjelaskan
hasil amatan berdasarkan mata kuliah yang berlangsung.
Foto: Teuku Meldi/ Komunikasi
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe PRIORITAS
9
Seuramoe Praktik yang Baik
Mewujudkan RTL Pelatihan dengan Kebun Bawang
epetak lahan kosong yang saya
Smiliki di dekat sekolah ternyata
dapat memberikan manfaat bagi
sekolah. Selama ini memang lahan
tersebut tidak produktif dan
terbiarkan begitu saja. Setelah
mengikuti pelatihan MBS USAID
PRIORITAS, muncul ide saya untuk
memanfaatkan lahan tersebut untuk
kebutuhan sekolah yang semakin
meningkat dengan diterapkannya
pembelajaran aktif. Memang selama ini
banyak orang beranggapan bahwa
semua biaya untuk kebutuhan
penunjang pembelajaran harus berasal
dari dana sekolah. Saya coba
menunjukkan bahwa masyarakat juga
dapat melakukan atau mendukung
pembelajaran secara bersama.
Ide yang tercetus saat
membuat RTL Pelatihan MBS itu saya
wujudkan bersama komite sekolah
dengan mengundang para wali murid
untuk untuk menyampaikan program
tersebut. Komite bersama para wali
murid pun bersepakat untuk menanam
bawang pada lahan kosong seluas 5 x
12 meter itu. Wali murid menyediakan
bibit bawang dan pupuk kandang,
sedangkan proses penanaman serta
perawatannya dilakukan secara
bersama.
Proses penanaman diawali
dengan pengolahan dan pemupukan
awal serta membuat bedeng
(tumpukan tanah berbentuk jalur)
seluas 1x10 meter sebanyak 3 bedeng.
Proses tersebut dilakukan secara
bersama selama 1 minggu setelah jam
sekolah usai. Proses dilanjutkan
dengan penanaman bibit bawang oleh
wali murid sebanyak 5 kg. Setelah
bawang ditanam, proses penyiraman
dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Untuk kegiatan ini wali murid dan
masyarakat melakukannya secara
bergiliran. Setelah bawang berumur 1
bulan, dilakukan proses pemupukan
kembali dengan pupuk kandang yang
diteruskan dengan pencabutan rumput
liar di sekitar tanaman bawang. Pada
bulan ketiga, bawang sudah dapat
dipanen, kemudian dilakukan
penjemuran dan siap dijual. Bawang
dijual kepada masyarakat, guru, wali
murid dengan penghasilan sebesar Rp
450.000. Uang hasil penjualan tersebut
kami gunakan untuk membeli
peralatan ATK untuk mendukung
proses pembelajaran di kelas.
Dampaknya, kami melihat
orang tua siswa merasa senang
dilibatkan dalam proses pembelajaran
di sekolah dan dapat menepis
anggapan bahwa biaya untuk proses
pembelajaran tidak hanya bersumber
dari sekolah, tetapi juga dapat
disediakan secara bersama oleh
masyarakat, wali murid, dan komite.
Salah seorang orang tua murid
menyatakan rasa bangganya ikut serta
dalam proses ini. “Kami sangat senang
bisa membantu pembiayaan untuk
proses belajar mengajar anak-anak
kami di sekolah. Mungkin kalau diminta
sumbangan dana, kami memiliki
keterbatasan. Hanya sumbangan tenaga
yang bisa kami berikan untuk
menunjang proses pembelajaran anak-
anak kami. Kami juga senang jika dapat
dilibatkan secara langsung kedalam
program-program yang ada di
sekolah,” kata Ernawati, orang tua Elvi
Fazlina, siswa kelas 4.
(Pemberdayaan lahan oleh Kepsek bersama komite di SDN 12 Teunom Kab. Aceh Jaya)
Wardiatikepala SDN 12
Teunom, Aceh Jaya
Komite, wali murid dan sekolah bersama-sama menanam dan mengelola kebun bawang untuk mendukung proses pembelajaran, bahkan siswa ikut serta dalam melakukan pembibitan bawang tersebut.
Foto: Sri Wahyuni/ DC Aceh Jaya
Kunjungi kami di:www.prioritaspendidikan.org
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe PRIORITAS SEURAMOE BELAJAR
10
elajaran IPA atau sains terkadang Pkurang disenangi siswa jika
hanya menggunakan metode
ceramah dan hafalan.Pembelajaran
yang terpusat pada guru tersebut
tentu membuat siswa jenuh. Karena
itu, sekembali dari pelatihan USAID
PRIORITAS, saya menggunakan media
pembelajaran dengan memanfaatkan
permainan ular tangga. Tujuannya,
memberikan pemahaman kepada siswa
tentang bahan kimia yang terkandung
dalam zat adiktif dan psikotropika
dalam pembelajaran IPA/sains untuk
siswa kelas VIII di SMPN 1 Sampoinit,
Kabupaten Aceh Jaya.
Langkah-langkah pembelajaran
kontekstual tersebut sebagai berikut.
Pertama, siswa membentuk kelompok
kecil menjadi 3 atau 4 kelompok.
Kedua, setiap kelompok diberikan
peran berbeda. Misalnya, kelompok A
yang memainkan dadu dan menjawab
pertanyaan, sedangkan kelompok B
yang membacakan soal pertanyaan.
Kelompok C bertugas memegang
kunci jawaban dan kelompok D
memegang kartu sanksi jika peserta
tidak dapat menjawab pertanyaan.
Ketiga, kelompok A bermain dengan
melemparkan dadu dan menjalankan
sesuai dengan angka yang tertera
dalam permainan ular tangga. Keempat,
setelah mendapatkan angka, kelompok
B membacakan soal yang sesuai
dengan angka pada kotak ular tangga.
Kelima, kelompok C mendengar
jawaban dari kelompok A. Jika
kelompok A tidak dapat menjawab
atau salah menjawabnya, kelompok D
memberikan kartu sanksi kepada
kelompok A. Demikian seterusnya
hingga permainan pembelajaran ini
selesai setelah kelompok lainnya
mendapatkan kesempatan yang sama
(durasi disesuaikan dengan jam
pelajaran).
Semua soal yang dibacakan
disesuaikan dengan tujuan
pembelajarannya, yaitu pengenalan zat-
zat adiktif dan psikotropika. Setiap
kelompok mencari sendiri pertanyaan
dan memberikan kunci jawaban kepada
satu kelompok lainnya. Sementara dua
kelompok lainnya adalah kelompok
bermain ular tangga untuk
mendapatkan pertanyaan dan
kelompok pemberi sanksi jika
pertanyaan salah atau tak terjawab.
Kelompok yang lebih banyak
menjawab pertanyaan akan diberi
penghargaan.
Selain berkelompok, permainan
ini dapat dilakukan hanya dengan
empat atau lima siswa. Yang terpenting,
di akhir permainan siswa harus dapat
menyimpulkan dan menjelaskan cara
menghindarkan diri dari zat adiktif dan
psikotropika.
Salah seorang siswa saya
merasa lebih memahami metode
pembelajaran seperti ini.
”Pembelajaran yang disertai dengan
Mengenal Zat Adiktif dan Psikotropika lewat Permainan Ular Tangga
Lia Susanti, S.PdGuru IPA SMPN 1 Sampoinit, Kab. Aceh Jaya
permainan ular tangga ini membuat
saya lebih mudah memahami pelajaran
dan mengambil kesimpulannya.
Kelompok kami pun mendapatkan
bintang terbanyak karena mampu
menjawab pertanyaan kelompok lain,”
kata Yudi Permadani, siswa kelas VIII.
Murid lainnya, Rahma Fitria,
menyatakan kegembiraan sekaligus
kesedihannya. ”Pembelajaran seperti
ini sangat menyenangkan. Tetapi, di
permainan ini kelompok kami sedikit
sedih karena mendapatkan beberapa
sanksi. Salah satunya harus
menyanyikan lagu wajib nasional
karena tak dapat menjawab pertanyaan
kelompok lain,” tuturnya.
Foto: Sri Wahyuni/ DC Aceh Jaya
Media pembelajaran IPS “Ular Tangga” dan siswa memperagakan pembelajaran untuk mengetahui zat adiktif dan psikotropika.
Edisi VIII / Juni - September 2014
Seuramoe PRIORITAS SEURAMOE ACEH
11
Hasil Monitoring Cohort-1 AcehTahun 2012-2013
onitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS Mterhadap guru memperlihatkan praktik yang baik dalam mengajar dan
menilai, pada tahun 2012 sebelum dilakukannya pelatihan dan
penampingan didapati sejumlah 14,30%, setelah dilakukan pembinaan pada tahun
2013 praktik yang baik dalam mengajar dan menilai meningkat menjadi 42.90%.
Sebaliknya terjadi pada sekolah pembanding, pada tahun 2012 sebesar 42,90%
dan pada tahun 2013 menjadi 14,30%.
onitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap guru semua mata Mpelajaran mendukung pengembangan dan penguatan kemampuan baca
murid, pada tahun 2012 sebelum dilakukannya pelatihan dan
penampingan didapati hanya 2,40% guru mendukung pemgembangan dan
penguatan kemampuan membaca murid, setelah dilakukan pembinaan pada tahun
2013 terjadi peningkatan sebesar 42.90%. Sebaliknya terjadi pada sekolah
pembanding, pada tahun 2012 sebesar 23,80% dan pada tahun 2013 menurun
menjadi 21,40%.
Indikator penilai terhadap guru memperlihatkan praktik yang baik dalam mengajar dan menilai yaitu Prosentase guru yang
melakukan sekurang-kurangnya 8 kegiatan berikut ini: 1) Menggunakan beberapa cara secara bergantian dalam bekerja dengan
murid: kadang-kadang dengan seluruh kelas, dengan kelompok, murid secara berpasangan atau secara individu. 2) Guru
mengajukan pertanyaan tipe non hapalan dan memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab. 3) Guru menggunakan
pendekatan yang beragam dalam mengajar (selain ceramah dan menggunakan buku teks semata) seperti memberikan tugas
yang dapat dikerjakan secara bebas. 4) Menggunakan alat pembelajaran yang bervariasi dan murah selain buku teks dan papan
tulis. 5) Guru berkeliling kelas, mengamati dan membantu murid dalam menyelesaikan tugas. 6) Mengatur ruang kelas (misalnya
dalam bentuk U atau kelompok kecil) untuk memperlancar pembelajaran yang interaktif (PAIKEM). 7) Hasil karya murid
dipajang di dalam/di luar kelas untuk mendorong murid saling belajar dari satu sama lain. 8) Guru mengumpulkan data tentang
keberhasilan murid.
asil monitoring dan evaluasi lainnya terhadap murid memperlihatkan Hprilaku belajar yang positif, pada tahun 2012 sebelum dilakukannya
pelatihan dan pendampingan didapati hanya 11,90% murid
memperlihatkan perilaku belajar yang positif, setelah dilakukan pembinaan pada
tahun 2013 terjadi peningkatan pada prilaku murid sebanyak 58,90% menjadi
69%. Hasil monitoring dan evaluasi yang sama pada sekolah pembandingpada
sekolah pembanding, pada tahun 2012 perilaku belajar yang positif pada murid
sebesar 26,20% dan terjadi peningkatan pula sebesar 7,1% pada tahun 2013
menjadi 33,30%.
Indikator penilaian terhadap guru semua mata pelajaran mendukung pengembangan dan penguatan kemampuan baca murid,
yaitu persentase guru pada umumnya (kecuali guru kelas awal dan guru bah Indonesia) mengembangkan ketrampilan murid
dalam membaca dengan sekurang-kurangnya dua strategi berikut: 1) Memberi kesempatan kepada murid untuk membaca pada
saat pembelajaran berlangsung secara mandiri, berpasangan atau berkelompok; 2) Memberikan bahan bacaan selain buku teks
kepada murid untuk dibaca; 3) Memeriksa pemahaman murid tentang apa yang mereka baca; dan 4) Mendiskusikan kata atau
konsep baru dalam teks untuk membangun pengenalan kata dan kosa kata.
Indikator penilaian terhadap murid memperlihatkan prilaku belajar yang positif, yaitu prosentase kelas dimana 80% murid
terlibat secara aktif dalam mengerjakan tugas (tidak mudah terganggu) dan murid memperlihatkan sedikitnya empat kegiatan
berikut: 1) Sebagian besar murid mengetahui apa yang dipelajarinya dan mengapa hal itu dipelajari; 2) Memperlihatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah; 3) Apa yang mereka lakukan adalah hasil pikirannya sendiri (ditulis dengan kata-kata
mereka sendiri); 4) Mereka mengungkap perasaannya ketika pelajaran berlangsung atau mengajukan pertanyaan; 5) Sebagian
besar ikut serta dalam kegiatan bersama seperti pada saat melakukan eksperimen (uji-coba) atau diskusi.
14.30%
42.90%42.90%
14.30%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
Mitra Pembanding
Guru memperlihatkan praktek yang baik dalam mengajar dan menilai
2012 2013
2.40%
23.80%
42.90%
21.40%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
Mitra Pembanding
Guru semua mata pelajaran mendukung pengembangan dan penguatan kemampuan baca murid
2012 2013
11.90%
26.20%
69.00%
33.30%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Mitra Pembanding
Murid memperlihatkan perilaku belajar yang positif
2012 2013
12
Edisi VIII / Juni - September 2014
Kabupaten Kohor 2 Ikuti Lokakarya 2 PPG
Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi: Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl. Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: [email protected]
diajukan kepada bapak bupati, apalagi
ini menyangkut ketetapan bersama
lima menteri,” katanya.
Kelebihan dan kekurangan
guru masih menjadi permasalahan
utama. Karena itu, analisis ini sangat
diperlukan untuk melihat
penyebarluasan guru di kabupaten.
Salah seorang tim dari Kemenag Aceh
Tamiang, Irwansyah, menyatakan
analisis PPG akan selesai tepat waktu.
“Kami optimistis dengan dua kali
pendampingan lagi kita dapat
menyajikan analisis PPG ini, terutama
untuk pemerataan guru pada
madrasah yang ada di Aceh Tamiang,”
katanya.
provider) yang berasal dari perguruan
tinggi di Aceh. Kepala DInas Pendidikan
Aceh Barat Daya Yusnaidi
mengharapkan dari analisis PPG di
kabupatennya dapat segera terwujud
dokumen resmi. “Tim kami akan segera
mewujudkan dokumen PPG agar dapat
kita uji saat konsultasi publik dan
okakarya 2 Penetapan Kebijakan LPPG Kab. Kohor 2 (19-21/9) yang
diikuti oleh dinas pendidikan,
Kemenag, dan BKD/BKPP telah
menghasilkan analisis PPG yang
berkaitan dengan pengambilan
kebijakan. Pada kegiatan tersebut juga
dilatih calon fasilitator (service
Unsyiah dan UIN Ar Raniry Gelar Pertemuan dengan Sekolah Mitra
Seuramoe PRIORITAS Edisi VIII / Juni - September 2014
ebanyak 18 sekolah mitra LPTK bertemu dengan sekolah mitranya
Sdi Banda Aceh. Mitra FKIP Unsyiah itu terdiri atas 6 SD dan 3 SMP.
Kegiatan ini dihadiri 31 peserta dari unsur kepala sekolah, guru,
pengawas dan dinas pendidikan, serta dekan FKIP yang menjadi
pembicara utama (12/8). Mitra FITK UIN Ar Raniry dihadiri pula oleh 6
MI dan 3 MTs mitra atau sejumlah 29 orang unsur pendidik bersama
jajaran dekan FITK UIN Ar Raniry (22/8).
Kegiatan ini dihelat untuk memperkuat hubungan antara LPTK
dan sekolah laboratorium/mitranya, mendiskusikan hasil pendampingan,
berbagi praktik yang baik di antara sekolah mitra, dan mengembangkan
rencana kegiatan yang akan datang secara bersama. Dekan FKIP Dr.
Djufri, M.Pd mengajak sekolah mitra secara bersama mendidik calon-
calon guru pada saat PPL di sekolah mitra. ”Kualitas praktik pengajaran
yang dilakukan oleh mahasiswa PPL sangat tergantung pada kualitas
sekolah tempat mereka PPL. Guru pamong adalah kunci utama untuk
membantu mahasiswa saat PPL. Karena itu, dosen pembimbing kami
arahkan untuk selalu berkolaborasi dengan guru pamong dalam
mengawasi mahasiswa PPL agar mereka berkualitas,” jelasnya. Ia juga
berharap mahasiswa tidak hanya terhenti ke sekolah saat PPL selesai
dilakukan. “Bagi mahasiswa FKIP ke sekolah merupakan kewajiban. Kami
arahkan mereka untuk lebih sering mengunjungi sekolah-sekolah dan
mengamati proses pembelajaran di sekolah sehingga bukan hanya saat
PPL saja mereka turun ke sekolah,” tegasnya.
Kegiatan pertemuan tersebut telah menghasilkan beberapa
rekomendasi. Di antaranya, pengawas dosen (dosen pembimbing) harus
memiliki kolaborasi dengan guru pengawas untuk mengawasi siswa PPL
agar memiliki kualitas yang baik dari PPL. Guru pre-service (mahasiswa)
harus sering mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengamati
pembelajaran di sekolah dan sekolah mitra siap untuk menerimanya.
Untuk meningkatkan penelitian dosen, dosen harus bekerja sama dengan
guru di sekolah. Selain itu, guru menyarankan fasilitator LPTK melakukan
pemodelan di kelas sekolah lab/mitra saat pendampingan.
3 Kabupaten DBE Siap Lanjutkan Diseminasi
abupaten Pidie, Bireuen, dan Aceh KTengah menyatakan kesiapan untuk
mengalokasikan dana APBK untuk
penyebarluasan praktik yang baik ke sekolah-
sekolah lainnya di kabupaten tersebut. Hal
ini dikemukakan saat rapat kaji ulang dan
perencanaan kabupaten selama bulan
Agustus.
Pada kegiatan tersebut juga
dilakukan penyinergian program dinas
pendidikan dengan program USAID
PRIORITAS dalam pelaksanaan tahun
anggaran 2014. Misalnya, di Kabupaten Pidie
program yang akan disinergikan adalah
pelatihan/pemantapan guru SMP mapel
matematika, bahasa Inggris, IPA, dan IPS,
sedangkan di Kab. Bireuen program yang
disinergikan adalah pelatihan penyusunan
perangkat pembelajaran serta
pengintegrasian K13, metodologi dan
strategi pembelajaran.
Kepala Dinas Pendidikan Bireuen
Nasrul Yuna mengharapkan adanya
perubahan cara mengajar guru guru,.
“Dengan adanya pelatihan bersama USAID
PRIORITAS kami, mengharapkan adanya
nuansa yang berbeda dalam pelaksanaan
pelatihan guru. Jangan hanya mendengarkan
ceramah, tapi kita harapkan guru akan lebih
produktif sehingga hasil pelatihan bisa
dijadikan sebagai salah satu cara menuju
perubahan terutama cara mengajar guru,”
harapnya.
Kadis Pendidikan Abdya dan tim PPG (kiri). Diskusi tim PPG dari 4 kabupaten mitra kohor 2 (tengah dan kanan)
Foto
: Teu
ku M
eldi /
Kom
unik
asi