Januari - Maret Seuramoe PRIO RITAS fileawal ini kita bebaskan dari beban mengajar di sekolah,”...

12
Seuramoe PRIORITAS upati Aceh Utara, H Muhammad B Thaib terlihat sangat serius memperhatikan dua siswa yang sedang membuat rangkaian listrik untuk energi alternatif berbahan jeruk lemon. Sesekali bupati menanyakan bahan dan fungsi rangkaian yang dijawab dengan lancar oleh siswa MIN Pantonlabu tersebut. Demonstrasi tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan unjuk karya praktik yang baik dalam bidang pendidikan oleh sekolah mitra USAID PRIORITAS di Aceh Utara (18/3). Kegiatan ini dihadiri seluruh unsur muspika dan pemangku kepentingan pendidikan kabupaten tersebut. Bupati menegaskan, dalam dua tahun di akhir masa kepemimpinannya, pihaknya akan fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Aceh Utara. “Untuk sementara, kita tidak akan fokus kepada bangunan fisik dan jalan yang mulus di Aceh Utara, tetapi peningkatan SDM. Insya Allah dengan SDM yang baik, ke depan Unjuk Karya Praktik yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Aceh Utara akan damai, aman, dan sejahtera,” tegasnya. Dalam kesempatan tersebut, Cek Mad - panggilan akrab bupati- menyaksikan unjuk karya 25 sekolah dan demonstrasi penggunaan media pembelajaran murah hasil karya siswa dan guru dari SDN 5 Seunuddon, MIN Pantonlabu, dan SMPN 3 Tanah Jambo Aye. Para siswa memperagakan kamera lubang jarum yang menggunakan kardus bekas, sistem pernapasan manusia menggunakan botol air dan balon, serta sumber energi menggunakan jeruk nipis. Berkaitan dengan 30 fasilitator yang telah dilatih USAID PRIORITAS, bupati berencana membentuk satu wadah bagi fasilitator untuk menyebarluaskan praktik yang baik kepada guru-guru lainnya. Ia berharap, di antara total jumlah guru di Aceh Utara sebanyak 6.330 guru PNS dan 10.600 lebih guru non-PNS, mereka dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk Keterangan gambar: 6. Bupati Aceh Utara memperhatikan demo energi menggunakan jeruk nipis oleh Siswa MIN Pantonlabu (Showcase/Unjuk Karya di Aceh Utara 18.3.15) Kunjungi kami di: www.prioritaspendidikan.org Bersambungan ke Hal. 2 Daftar Isi: Bupati Aceh Utara: Realisasikan Pemerataan Guru Halaman. 3 ..................................................................... Universitas Konsorsia Diskusi Kurikulum Baru Pendidikan Tinggi Halaman. 4 ...................................................................... FKIP Unsyiah dan USAID PRIORITAS Latih 598 Mahasiswa PPL Halaman. 5 ...................................................................... 5 Menit Sarapan Membaca Sebelum Pembelajaran dan Tulisan Praktik yang Baik lainnya Halaman. 6 - 10 ...................................................................... Pelatihan Tingkat Sekolah Mendorong Perubahan Halaman. 10 ...................................................................... Bupati Aceh Tengah: Guru Pencetak Generasi yang Kreati Halaman. 11 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik Edisi X Januari - Maret 2015 USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Transcript of Januari - Maret Seuramoe PRIO RITAS fileawal ini kita bebaskan dari beban mengajar di sekolah,”...

Seuramoe PRIORITAS

upati Aceh Utara, H Muhammad BThaib terlihat sangat serius memperhatikan dua siswa yang

sedang membuat rangkaian listrik untuk energi alternatif berbahan jeruk lemon. Sesekali bupati menanyakan bahan dan fungsi rangkaian yang dijawab dengan lancar oleh siswa MIN Pantonlabu tersebut. Demonstrasi tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan unjuk karya praktik yang baik dalam bidang pendidikan oleh sekolah mitra USAID PRIORITAS di Aceh Utara (18/3). Kegiatan ini dihadiri seluruh unsur muspika dan pemangku kepentingan pendidikan kabupaten tersebut.

Bupati menegaskan, dalam dua tahun di akhir masa kepemimpinannya, pihaknya akan fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Aceh Utara. “Untuk sementara, kita tidak akan fokus kepada bangunan fisik dan jalan yang mulus di Aceh Utara, tetapi peningkatan SDM. Insya Allah dengan SDM yang baik, ke depan

Unjuk Karya Praktik yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Aceh Utara akan damai, aman, dan sejahtera,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Cek Mad -panggilan akrab bupati- menyaksikan unjuk karya 25 sekolah dan demonstrasi penggunaan media pembelajaran murah hasil karya siswa dan guru dari SDN 5 Seunuddon, MIN Pantonlabu, dan SMPN 3 Tanah Jambo Aye. Para siswa memperagakan kamera lubang jarum yang menggunakan kardus bekas, sistem pernapasan manusia menggunakan botol air dan balon, serta sumber energi menggunakan jeruk nipis.

Berkaitan dengan 30 fasilitator yang telah dilatih USAID PRIORITAS, bupati berencana membentuk satu wadah bagi fasilitator untuk menyebarluaskan praktik yang baik kepada guru-guru lainnya. Ia berharap, di antara total jumlah guru di Aceh Utara sebanyak 6.330 guru PNS dan 10.600 lebih guru non-PNS, mereka dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk

Keterangan gambar: 6. Bupati Aceh Utara memperhatikan demo energi menggunakan jeruk nipis oleh Siswa MIN Pantonlabu (Showcase/Unjuk Karya di Aceh Utara 18.3.15)

Kunjungi kami di:www.prioritaspendidikan.org

Bersambungan ke Hal. 2

Daftar Isi:

Bupati Aceh Utara: Realisasikan Pemerataan Guru

Halaman. 3.....................................................................Universitas Konsorsia Diskusi Kurikulum Baru Pendidikan Tinggi

Halaman. 4......................................................................FKIP Unsyiah dan USAID PRIORITAS Latih 598 Mahasiswa PPL

Halaman. 5......................................................................5 Menit Sarapan Membaca Sebelum Pembelajaran dan Tulisan Praktik yang Baik lainnya

Halaman. 6 - 10......................................................................Pelatihan Tingkat Sekolah Mendorong Perubahan

Halaman. 10......................................................................Bupati Aceh Tengah: Guru Pencetak Generasi yang KreatiHalaman. 11

Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

Edisi X

Januari - Maret 2015

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

SE

2

Edisi X / Januari - Maret 2015

Seuramoe Utama

peningkatan kapasitas diri dalam mengajar. “Melatih enam ribu lebih guru PNS saja tentu tidak mudah, apalagi melatih guru honor. Oleh sebab itu, ini menjadi tanggung jawab fasilitator dalam menularkan ilmu kepada guru lainnya agar jumlah fasilitator bertambah banyak. Jika perlu, 30 fasilitator awal ini kita bebaskan dari beban mengajar di sekolah,” jelas Cek Mad.

Pidie JayaDi Pidie Jaya, kegiatan serupa dibuka oleh Wakil Bupati, Said Mulyadi. Wabup juga mengapresiasi perubahan pembelajaran yang dilakukan oleh 24 sekolah di kabupatennya. “Hal ini membuktikan bahwa kita telah menyiapkan anak-anak untuk menghadapi globalisasi dengan pendidikan yang bemutu,” tegasnya. Ia menegaskan bahwa mutu pendidikan harus ditingkatkan seiring dengan perkembangan global sehingga anak-anak Pidie Jaya tidak tersisih dalam persaingan. “Di sisi lain, kita juga harus menimbang mutu pendidikan dalam keragaman dan kearifan lokal sehingga anak-anak kita dapat hidup di buminya sendiri,” jelas Said Mulyadi di Lapangan Meurah Miduen Setia, Meureudu (25/3).

Dalam kesempatan tersebut, Wabup menyaksikan demonstrasi penggunaan media pembelajaran hasil karya siswa dan guru MIN Meugit, yaitu pembelajaran IPA cahaya merambat lurus. Ada pula hasil karya SMPN 1 Meureudu dalam pembelajaran bahasa Inggris, yaitu up down simple past tense, SDN Simpang Tiga mendemokan pembelajaran matematika yaitu perkalian menggunakan teknik anyaman dan MTsN Bandar Dua dengan demo pembelajaran IPA tentang pengujian vitamin c pada minuman siap jadi. Menariknya pada sesi terakhir, salah seorang siswa inklusif dari SDN Teupin Pukat membacakan puisi hasil karyanya .

Aceh Tamiang Sebanyak 25 sekolah mitra turut serta pada kegiatan unjuk karya di kabupaten tersebut (12/3). Ikhwanuddin, kepala Dinas Pendidikan, menjelaskan bahwa unjuk karya praktik yang baik tersebut adalah sesuatu yang dapat menjelaskan kiprah sekolah mitra USAID PRIORITAS selama ini, . “Unjuk karya ini memperlihatkan bagaimana sekolah yang dibina selama ini oleh USAID PRIORITAS telah melakukan perubahan dalam pembelajaran dan manajemen. Kegiatan ini telah memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk menunjukan kreativitas mereka selama ini,” katanya.

Seuramoe PRIORITAS

Sambungan dari Hal. 1

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesian’s Teachers, Administrator’s and Student

“Kita juga akan mengimbaskan pelatihan-pelatihan ini kepada sekolah yang bukan binaan, . Kami akan berupaya untuk mencari solusi pendanaannya,” sebut Ikhwanuddin. Pelaksanaan nanti akan memanfaatkan fasilitator daerah (fasda) yang telah mendapat pelatihan. "Kita akan memanfaatkan tenaga yang sudah terlatih yang merupakan putra daerah kita sendiri," katanya.

Kegiatan unjuk karya di tiga kabupaten tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. Yang menarik, bukan hanya stan sekolah mitra yang ikut serta dalam kegiatan di tiga kabupaten tersebut, dinas pendidikan dan kantor kementerian agama kabupaten juga ikut menampilkan karyanya terbaiknya.*

“Keikutsertaan dinas pendidikan dan kemenag membuka stan serta kehadiran perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan R.I dan Kementerian Agama R.I. memberikan pesan dukungan yang cukup besar terhadap program ini ”

Ridwan Ibrahim, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Aceh

USAID PRIORITAS/ Toman Gultom

Wabup Pidie Jaya memberikan soal berhitung dan pemecahannya menggunakan teknik anyaman oleh siswa SDN Simpang Tiga (atas). Siswa MIN Bandar Mahligei memperagakan media pembelajaran pendeteksi banjir di stan mereka (bawah).

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Naskah, Lay Out dan Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi: Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl. Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: [email protected]. Sumbangan Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

Seuramoe Kabupaten (Khusus PPG)

3

abupaten Aceh Utara kekurangan Kguru kelas (PNS) jenjang SD sebanyak 619 orang. Di antaranya,

174 guru pendidikan agama Islam (PAI) dan 179 guru penjas. Penyebaran guru tingkat SD di Aceh Utara memang belum merata. Masih ada 58 SD yang kelebihan guru kelas dan 233 SD lainnya kekurangan guru kelas. Hal tersebut disampaikan oleh tim analisis penataan dan pemerataan guru Kabupaten Aceh Utara di hadapan Bupati Aceh Utara H Muhammad Thaib dan stakeholder pendidikan saat konsultasi publik pemetaan dan pemerataan guru (11/2) di aula bupati Aceh Utara. Bupati menyatakan segera bertindak berdasar

hasil tersebut. “Pemerataan guru ini sangat berpengaruh pada peningkatan mutu pendidikan,” tegasnya.

Sementara itu, jenjang SMP mengalami kekurangan guru mapel (PNS) sebanyak 460 orang, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, IPS, seni budaya, penjas, TIK, mulok, dan bimbingan konseling dengan jumlah yang bervariasi. Berkaitan dengan pemenuhan kewajiban guru PNS untuk memenuhi jam wajib mengajar, dipastikan semua guru di sekolah yang mengalami kelebihan guru akan kekurangan jam. Konsekuensinya, akan ditunda pembayaran tunjangan sertifikasi.

Foto: Mashadi / DC Pidie

Foto: Muthmainnah / DC Bener Meriah

Edisi X / Januari - Maret 2015

Bupati Aceh Utara: Realisasikan Pemerataan Guru

Bupati Aceh Utara, H. Muhammad Thaib

Bupati Aceh Tamiang: Perlu Pemerataan Guru

upati Aceh Tamiang Hamdan Sati Bmenyatakan segera menindaklanjuti hasil PPG (pemetaan dan

pemerataan guru) di kabupatennya. Tujuannya adalah meningkatkan layanan pendidikan yang adil dan merata. “Agar program tersebut terwujud, sangat dibutuhkan dukungan semua pihak dalam

rangka implementasi Peraturan Bersama Lima Menteri tentang Pemerataan Guru,” ujar Hamdan yang akan mengeluarkan peraturan sebagai pendukung kebijakan.

Pernyataan bupati itu bukan tanpa alasan. Dari hasil konsultasi publik di Aceh Tamiang (4/3) terungkap bahwa di Kabupaten Aceh Tamiang terjadi kekurangan guru kelas (PNS) di jenjang SD sebanyak 420 orang, guru pendidikan agama Islam (PAI) 47 orang, dan guru penjas 122 orang. Penyebaran guru pada tingkat SD di Aceh Tamiang memang belum merata. Masih ada 12 SD yang mengalami kelebihan guru kelas, sedangkan 131 SD lainnya kekurangan guru kelas.

Sementara itu, jenjang SMP mengalami

kekurangan guru mapel (PNS) sebanyak 164 orang pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, IPS, seni budaya, penjas, TIK, mulok, dan bimbingan konseling dengan jumlah yang bervariasi. Kegiatan yang turut dihadiri oleh asisten 2 bupati, kepala dinas pendidikan, kepala Kantor Kemenag, BPKP, dan unsur lainnya seperti kepala sekolah dan guru itu merekomendasikan beberapa hal. Di antaranya, pemerataan guru kelas untuk tingkat SD melalui mutasi guru dari sekolah yang kelebihan guru kelas ke sekolah yang kekurangan guru kelas, rekrutmen/pengangkatan guru kelas baru sesuai kebutuhan, serta pemerataan guru PAI untuk tingkat SD melalui mutasi guru dari sekolah yang kelebihan guru ke sekolah yang kekurangan guru.*

Sekda Abdya: Jangan Ragu Realisasikan Pemerataan Guru elum lagi digelar konsultasi publik, BKabupaten Aceh Barat Daya selangkah lebih dulu menerbitkan

peraturan bupati untuk melaksanakan penataan dan pemerataan guru (PPG) di kabupaten tersebut. Karena itu, ajang konsultasi pun menjadi gelaran mempertegas Perbup tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS Nomor 22/2014 tersebut. “Kadis Pendidikan harus melaksanakan pemerataan guru sesuai data yang realistis dan kebutuhan sekolah sesuai perbup. Kadis menjalankan tugas tersebut sesuai aturan main, tak perlu ragu dan khawatir dalam menjalankannya,” tegas Drs Ramli Bahar, Sekda Abdya, dalam konsultasi publik pada 18 Maret lalu di Abdya.

Ramli juga menginstruksikan agar pemerataan guru dilakukan segera dalam rangka peningkatan layanan pendidikan, terutama proses pembelajaran dan peningkatan mutu.

Ia memaparkan, kabupaten ini kekurangan 95 guru kelas (PNS), 20 guru pendidikan agama Islam (PAI), dan 46 guru penjas. Tetapi, jika dilihat dari penyebaran guru pada jenjang SD, masih ada sekaolah yang kelebihan guru kelas, guru PAI, dan guru penjas. Pada jenjang SMP terjadi kekurangan guru mapel (PNS) sebanyak 106 orang. Bila dilihat jumlah guru PNS yang tersedia, terjadi kelebihan guru mapel PAI, guru PKn, dan guru IPA. Sementara guru mapel lainnya mengalami

kekurangan guru dengan jumlah yang bervariasi. Di sisi lain, penyebaran guru sebagian besar belum merata.*

PPG: A.Tamiang

Bupati Aceh Tamiang, Hamdan Sati

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Humas Pemkab Tamiang

Seuramoe PRIORITAS

Sekda Abdya, Ramli Bahar

Seuramoe LPTK

4

Foto: Sri Wahyuni / DC Aceh Jaya

Edisi X / Januari - Maret 2015

Dosen dan Guru

osen LPTK dan guru ternyata Ddapat berkolaborasi untuk melakukan penelitian secara

bersama dalam penelitian tindakan kelas yang melibatkan delapan dosen FKIP Universitas Syiah Kuala dan FITK UIN Ar-Raniry serta delapan guru sekolah lab/mitra LPTK. Objek penelitian adalah isu pembelajaran di sekolah lab./mitra LPTK yang terkait dengan Literasi SD/MI, Literasi SMP/MTs, Matematika SMP/MTs, dan IPA SD/MI.

Kegiatan yang dilaksanakan tiga kali pertemuan selama Januari hingga Maret tersebut telah menghasilkan penelitian bersama tentang literasi tingkat SD/MI berjudul ”Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SD Negeri 54 Kota Banda Aceh Melalui penggunaan Media Big Book”, penelitian literasi tingkat SMP/MTs yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMPN 8 Kota Banda Aceh Melalui Metode SQ3R”, penelitian matematika tingkat SMP/MTs dengan judul ”Penerapan PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah di Kelas IX SMPN 8 Banda Aceh”, serta penelitian IPA tingkat SD/MI yang berjudul ”Peningkatan Keterampilan Proses Sains Pembelajaran Melalui Penerapan Investigasi Kelompok Siswa Kelas VI MIN Rukoh Kota Banda Aceh”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mitra LPTK.*

Meskipun demikian, sebagian besar di antara mereka masih harus terus meningkatkan kemampuan dosennya, terutama dalam penulisan karya ilmiah.*

Lakukan Penelitian Bersama

Dosen Mendampingi Sekolah Lab/Mitra LPTKulai bulan Februari sebanyak 28 dosen LPTK mitra Mmendampingi 18 sekolah lab/mitra LPTK dan melibatkan 228 kepsek, komite, dan guru hingga

akhir semester tahun ini. Dosen yang menjadi fasilitator pendamping untuk pembelajaran/pedagogi dan MBS tersebut akan mendampingi satu sekolah untuk 12 pertemuan.

Pendampingan yang dilakukan oleh para dosen pun mendapat apresiasi dari sekolah. Salah seorang guru sekolah mitra LPTK, Erna Wirda dari SDN 1 Banda Aceh, mengungkapkan manfaat pendampingan di sekolahnya. “Dengan adanya pendampingan dosen, kami dapat saling bertukar pikiran untuk memberikan yang terbaik bagi siswa. Kami berharap LPTK dapat melanjutkan program pendampingan dan pembinaan seperti ini setelah selesainya program USAID PRIORITAS nanti, sehingga guru-guru bisa lebih profesional dalam mengajar,” harapnya. Senada dengan itu, Kepala SDN 1 Banda Aceh, Rosmawati MS menilai positif upaya LPTK tersebut. ”Nilai plus bagi kami dengan keterlibatan LPTK di sekolah secara langsung, ialah ilmu yang ada di LPTK dapat diteruskan kepada kami di sekolah,” kata Rosmawati.*

ebanyak 22 orang pimpinan universitas/LPTK Smitra dan konsorsia dari Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, Universitas Almuslim,

Universitas Muhammadiyah, Universitas Jabal Ghafur, dan Universitas Serambi Mekkah membahas dan berbagi pengalaman tentang kurikulum baru di pendidikan tinggi. Pembicaranya pembantu rektor 1 Unsyiah, Dr Hizir Sofyan, dekan FKIP Unsyiah, Dr Djufri dan dekan FTK UIN Ar Raniry, Dr Mujibur-rahman di Banda Aceh (16/3).

Hasilnya, kurikulum baru pada pendidikan tinggi di Indonesia harus berada dalam KKNI (kerangka kualifikasi nasional indonesia). Bagi LPTK, kurikulum dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, mahasiswa belajar selama 8 semester pada bagian pedagogi dan isi. Mahasiswa harus melakukan magang untuk mengamati mengajar belajar di sekolah setidaknya tiga kali selama tahapan tersebut. Magang pertama bertujuan membangun dan memperkuat fondasi pendidik, identitas pendidikan, dan kompetensi akademik. Magang kedua membangun pendidikan kompetensi akademik dan hubungannya dengan bidang kompetensi akademik studi dan membangun kemampuan awal calon guru untuk mengembangkan alat pembelajaran. Magang ketiga bertujuan memberikan pengalaman awal kepada calon guru dalam melaksanakan penguasaan pendidikan dan akademik, bidang akademik keahlian melalui pengajaran dipandu oleh guru wali (dapat menjadi asisten guru) yang bukan PPL. Tahap selanjutnya adalah PPG dan PPL dalam satu tahun.

Universitas mitra dan konsorsium tersebut juga berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar di universitas mereka. Kebanyakan telah menerapkan pembelajaran aktif/kontekstual.

Pendidikan Tinggi

Dosen LPTK FKIP Unsyiah mendampingi salah seorang guru yang sedang mengajar di SMPN 8 Banda Aceh

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORIAS/ Teuku Meldi

Universitas Konsorsia Diskusi Kurikulum Baru

Pembantu Rektor 1 Unsyiah, Dr Hizir Sofyan

Seuramoe PRIORITAS

XX

XxxxxXxxxx

SE

Seuramoe Provinsi dan LPTK

5

Diseminasi

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh

Edisi X / Januari - Maret 2015

ersama dengan USAID BPRIORITAS, LPTK Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh

melatih 598 mahasiswa yang akan melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di sekolah mitra LPTK. Pelatihan yang dipandu dosen fasilitator LPTK dan dosen pilihan yang pernah mengikuti pelatihan Modul 1 dan Modul 2 itu berlangsung di FKIP Unsyiah.

Kegiatan tersebut memberikan bekal awal bagi mahasiswa sebelum mereka memperoleh pengalaman di sekolah. ”Pelatihan ini sangat berguna bagi kami untuk mendapatkan informasi metode pembelajaran yang saat ini berkembang di sekolah,” kata Siti, salah seorang mahasiswa PPL. Mereka berasal dari 13 program studi. Sebagian besar berasal dari PGSD, yakni 143 mahasiswa.

Pelatihan dalam dua gelombang tersebut masing-masing berlangsung tiga hari (2-4/3 dan 5-7/3). Mahasiswa dibekali materi-materi pilihan dari Modul 1 dan Modul 2 yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. Di antaranya, cara merancang pembelajaran yang efektif, persiapan dan praktik mengajar, rencana tindak lanjut pembelajaran, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, serta literasi.

Sebelumnya, Kepala Micro Teaching FKIP Unsyiah, Asyiah, menyatakan dukungannya untuk meningkatkan kapasitas mahasiswanya. ”Bagi mahasiswa, kegiatan ini sangat penting. Sebelum memperoleh pengalaman, mereka sudah punya gambaran dan persiapan yang akan dilakukan di sekolah. Perubahan pembelajaran yang

FKIP Unsyiah dan USAID PRIORITAS Latih 598 Mahasiswa PPL

saat ini terjadi di sekolah harus dipahami secara menyeluruh oleh mahasiswa yang akan PPL,” kata Asyiah. “Setelah mengikuti pelatihan bersama USAID PRIORITAS, mereka diikutsertakan dalam kelas micro teaching,” jelasnya lagi.*

ebanyak 115 fasilitator daerah S(fasda) kohor 2 dari Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Utara, Pidie

Jaya dan Abdya yang terdiri atas 60 fasda SMP/MTs (5-13/1) dan 55 fasda SD/MI (11-17/1) menyelesaikan pelatihan untuk pelatih Modul 2 di

120 Fasilitator Dilatih Pembelajaran dan ManajemenToT Modul 2 Kohor 2

Banda Aceh. Dalam kegiatan tersebut, mereka dilatih tentang pembelajaran PAKEM/kontekstual, penilaian autentik, budaya baca, perbedaan individu, menghargai gender, dan manajemen berbasis sekolah.

Salah seorang peserta dari Aceh Tamiang mengungkapkan besarnya manfaat yang didapatkan selama pelatihan. Salah satunya adalah menghargai gender yang selama ini pikir hanya persoalan jenis kelamin, ternyata berbeda dengan pemahaman kita selama ini. “Pelatihan ini telah membuka wawasan dan pemahaman kami dan kami siap berbagi ilmu ini kepada guru lainnya saat pelatihan tingkat sekolah nanti,” kata Kurnia Rahmihanum, fasda yang juga seorang guru di SMPN 4 Percontohan.*

“Pelatihan ini telah membuka wawasan dan pemahaman kami dan kami siap berbagi ilmu ini kepada guru lainnyasaat pelatihan tingkat sekolah nanti”

Kurnia Rahmihanum - Fasda Aceh Tamiang

Mahasiswa PPL FKIP Unsyiah Melakukan Pelatihan Pembelajaran Aktif

Pelatihan Fasda SD/MI (kiri); Fasda SMP/MTs Praktik Pembelajaran di SMP Pekan Bada (kanan)

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/ Rahmi Jafar

Seuramoe PRIORITAS

Edisi 1 / 2012

Seuramoe LPTK dan Praktik yang Baik

6

Praktik yang baik

Edisi X / Januari - Maret 2015

SAID PRIORITAS Aceh Ubersama LPTK dan sekolah mitranya telah mengembangkan

buku sumber atau materi ajar sains untuk mengajarkan mahasiswa (calon guru SD/MI). Buku sumber ini difokuskan pada cara mengajar kompetensi sains di sekolah dasar sehingga dapat memperkuat pemahaman tentang isi dan pengembangan konsep, termasuk metode bekerja ilmiah.

Pengembangan buku sumber ini dilaksanakan dalam 3 tahapan. Sebanyak

Pengembangan Buku Sumber untuk Dosen LPTK 12 peserta yang terdiri atas dosen dan guru mitra LPTK tersebut dibantu oleh narasumber dari Universitas Negeri Yogyakarta. Hasilnya, peserta telah mengembangkan Unit 1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar; Unit 2. Usaha dan Energi; Unit 4. Keajaiban Listrik Dan Magnet; Unit 7. Menoropong Alam Semesta.

Buku sumber/materi ajar ini nantinya diharapkan dapat menginspirasi dosen, memperkaya dan memperluas konten perkuliahan di LPTK.*

“Materi ajar dapat menginspirasi dosen dalam mengajar secara aktif dan kontekstual”

Dr. Ismail - Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS

ebelum mulai jam pembelajaran Ssetiap hari, siswa MIN Mesjid Raya, Banda Aceh, menikmati sarapan

membaca terlebih dahulu selama lima menit. Budaya baca yang sudah berlangsung selama 1 tahun ini semakin digemari oleh siswa dan menjadi kebiasaan bagi mereka setiap pagi. “Setiap pagi sebelum mulai belajar, kami membaca selama lima menit dan menulis kembali apa yang dibaca,” kata Siti Fahyumi Zaiba, siswi kelas 1.

Ismaidar, guru kelas VI, menjelaskan bahwa budaya tersebut terus meningkat. “Setiap hari setelah masuk kelas dan membaca doa bersama, siswa diajak keluar oleh guru untuk membaca dan mengambil buku di rak-rak yang

5 Menit Sarapan Membaca sebelum Pembelajaran terletak di depan kelas. Mereka memilih buku yang mereka sukai dari pustaka kelas mereka sendiri,” jelasnya. "Setelah membaca selama 5 menit, siswa kembali ke dalam kelas untuk menulis apa yang mereka baca,” lanjut Ismaidar. Namun, saat ini membaca buku di pustaka kelas menjadi kebiasaan siswa. “Setiap hari mereka membaca. Bahkan, mereka mengambil waktu luang di sela jam pembelajaran atau saat jam istirahat. Mereka membaca buku yang sesuai keinginan mereka, terutama buku cerita anak,” katanya.

Dampaknya terhadap pembelajaran pun sangat baik. “Ketika menulis, siswa memiliki kosa kata yang lebih banyak.Ini terlihat saat mengarang. Siswa menghasilkan tulisan yang beraneka ragam dengan kosa kata yang lebih bagus dari sebelumnya,” kata Ismaidar. “Setiap bulan petugas pustaka akan mengganti buku,” katanya menjelaskan hal terkait sirkulasi buku.

Dengan adanya sudut baca di setiap kelas, siswa bebas memilih buku yang disukai. Mereka langsung duduk di depan kelas atau di bawah pohon halaman sekolah yang asri. “Kini suasana istirahat berganti dengan budaya baca,” tegas Ismaidar.

“Kami bangga dan bersyukur dengan adanya program budaya membaca di sekolah ini,” kata Azhari, orang tua Wirza Amalia, siswa kelas 2. “Dengan keterbatasan dana untuk membeli buku, bagi orang tua ini merupakan satu sarana yang baik. Anak saya lebih sering membaca sekarang di rumah,” katanya bangga.*

“Kami bangga dan bersyukur dengan adanya program membaca di sekolah”

Azhari - Orang tua murid MIN Mesjid Raya

MIN Mesjid Raya, Banda Aceh

Setiap pagi dan setiap jam istirahat, siswa memanfaatkan pustaka kelas (di setiap teras kelas) untuk membaca.

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USA

ID P

RIO

RIT

AS/

Teuku M

eld

i

Seuramoe PRIORITAS

SE

7

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh

Foto: Mashadi / DC Pidie

Edisi X / Januari - Maret 2015

Seuramoe Praktik yang Baik

SDN 2 Lampahan Bener Meriah

Depo Isi Ulang, Sumber Belajar Penjernihan Airagi itu siswa kelas V SDN 2 PLampahan, Bener Meriah, berjalan kaki menuju sebuah depo air yang

berjarak sekitar 100 meter dari sekolah. Setiap siswa memegang peralatan menulis yang telah mereka siapkan di sekolah. Setelah mendapatkan menjelasan dari Ibu Suryani tentang penjernihan air dan manfaat air bersih bagi kehidupan dalam pembelajaran sains, siswa diajak langsung bereksplorasi tentang proses terjadinya daur air. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang proses ini, pemilik depo air mineral isi ulang menjadi narasumber bagi siswa tentang proses daur air sehingga dapat dikonsumsi.

Di depo isi ulang, secara leluasa siswa menanyakan tentang penyaringan dan penjernihan air hingga dapat dikonsumsi. “Pak, apa gunanya alat penyaringan yang banyak ini dan sumber airnya dari mana?” tanya Daus sambil memperhatikan 12 buah tabung penyaringan. Siswa lain pun tak mau kalah bertanya. “Proses apa lagi setelah disaring pada 12 tabung agar dapat diminum, Pak?” tanya Jihan. Pemilik depo menjelaskan proses penjernihan sehingga aman untuk dikonsumsi sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa. Setelah mendapatkan informasi tentang penjernihan air, siswa kembali ke sekolah untuk melanjutkan pembelajaran.

Setelah membentuk kelompok, siswa menjelaskan hasil kunjungan mereka. Selanjutnya kelompok diberi kesempatan untuk melakukan proses daur air. “Bahan yang kami siapkan untuk praktik daur air ini adalah botol bekas air mineral sebagi tabung, spons, ijuk, serabut kelapa, arang, dan batu kerikil sebagai material penyaringan,” jelas Ibu Suryani. Proses pembuatan penyaringan sangat sederhana. Setelah memotong botol air mineral, siswa memasukkan secara berurutan spons, ijuk, arang, sabut kelapa, dan kerikil secukupnya. “Siswa menuangkan air kotor secara berulang-ulang hingga mendapatkan air yang jernih,” jelas Ibu Suryani.

‘Kini kami dapat membedakan daur ulang yang sederhana yang kami lakukan dengan yang modern seperti di depo tadi,” kata Jihan. Ternyata ada pesan lain yang ingin disampaikan oleh Ibu Suryani selain pemenuhan pembelajaran sains. “Dengan melakukan

percobaan ini, saya ingin menyampaikan pesan kepada siswa bahwa ilmu yang mereka dapatkan ini dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Misalnya, karena tempat tinggal kami sering terjadi hujan hingga mengakibatkan air keruh, siswa bisa berinovasi menjernihkan air mandi,” jelasnya.

Pembelajaran ini tidak hanya menimbulkan rasa cinta terhadap lingkungan, tetapi juga hemat dalam memanfaatkan air.*

“Kami menjadi lebih paham tentang daur ulang air sederhana dan penjernihan moderen yang dilakukan di depo isi ulang “

Jihan - Siswa SDN 2 Lampahan

Siswa SDN 2 Lampahan diperkenalkan media penyulingan air sederhana oleh guru mereka.

Siswa melakukan kunjungan dan menggali informasi

penyulingan air di depo air isi ulang yang berdekatan dengan

sekolah mereka

Siswa melakukan penjernihan air sederhana dengan media pembelajaran yang mereka rangkai sendiri.

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Seuramoe PRIORITAS

Seuramoe Praktik yang Baik

8

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh

Edisi X / Januari - Maret 2015

plikasi Segitiga Pascal yang AAsyik (Sicantik) yang didemonstrasikan saat

kegiatan unjuk karya di Kabupaten Aceh Tamiang mendapat sambutan yang luar biasa. Dengan mudah dua siswa SMPN 4 Percontohan memperagakan media pembelajaran Sicantik dari submateri perpangkatan bentuk aljabar tersebut menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Apalagi rumpun materi aljabar merupakan materi yang cenderung abstrak pada pembelajaran matematika.

Proses pembuatan Sicantik ini kami lakukan bersama-sama siswa di kelas. Bahan dasarnya stirofom ataupun kardus bekas untuk membuat segitiganya. Gunakan karton untuk menuliskan angka-angka yang akan menjadi bagian isi pada segitiga tersebut. Karton ini dipotong kecil-kecil yang dapat dibentuk bervariasi seperti berbentuk bulat, bunga atau segitiga kecil sehingga Sicantik terlihat lebih menarik. Karton dipotong sebanyak minimal 21 buah jika kita ingin membuat Sicantik minimal untuk berpangkat 5.

Langkah selanjutnya, tancapkan karton-karton kecil tadi yang sudah bertuliskan angka-angka 1, angka 1 dan 1 (1,1), angka 1,2,1, angka 1,3,3,1, angka 1,4,6,4,1, angka 1,5,10,10, 5,1 menggunakan pentul kertas pada stirofom yang telah kita bentuk menjadi sebuah segitiga (lihat gambar), maka Sicantik siap untuk dimainkan. Cara bermainnya, kita akan menyelesaikan soal pada perpangkatan bentuk aljabar: (a + b)3(a+b)3 =. Karena perpangkatan yang akan diselesaikan adalah pangkat 3, maka angka yang digunakan adalah baris ke-4, yaitu angka 1,3,3,1. Karena ada 4 angka yang pada baris keempat, maka jumlah sukuyang harus kita tuliskan sebanyak 4 suku, yaitu (a)(b) + (a)(b) + (a)(b) + (a)(b). Selanjutnya, tancapkan angka 1,3,3,1 yang ada pada segitiga tersebut menjadi koefisien pada setiap suku tersebut, yakni 1(a)(b) + 3(a)(b) + 3(a)(b) + 1(a)(b).

Kemudian kita tuliskan pangkat 3 untuk setiap variabel, dimulai dari variabel a pada suku pertama dan diteruskan hingga ke suku kedua.

Namun, besar pangkatnya berkurang satu hingga suku ke empat menjadi pangkat nol, yakni 1(a)3(b) + 3(a)2(b) + 3(a)1(b) + 1(a)0(b). Begitu juga untuk variabel b, namun menuliskan pangkat 3 tersebut dimulai dari suku keempat, yaitu 1(a)3(b)0 + 3(a)2(b)1 + 3(a)1(b)2 + 1(a)0(b)3 . Akhirnya, kitadapat mengalikan setiap variabel pada masing-masing suku dan memperoleh hasilnya a3+ 3a2b + 3ab2 + b3.

Hasilnya, siswa lebih tertarik dengan menggunakan Sicantik. “Setelah kami menggunakan sicantik dalam perpangkat bentuk aljabar, kami sudah tidak kebingungan lagi menyelesaikan soalsoal perpangkatan bentuk aljabar. Ini sangat menyenangkan,” kata Inda Muchairani, salah seorang siswa.*

SMPN 4 Percontohan Karang Baru, Aceh Tamiang

Sicantik dari Aceh Tamiang

Oleh Kurnia Rahmihanum MPd, Guru SMPN 4 Percontohan Karang Baru, Aceh Tamiang

Proses merangkai “Sicantik” yang dilakukan

sendiri oleh siswa SMPN 4 Percontohan Aceh Tamiang

(atas). Dua orang siswa didampingi guru

mendemonstrasikan penggunaan media

pembelajaran “Sicantik” pada kegiatan Unjuk Karya

Praktik yang Baik di Aceh Tamiang (bawah).

Seorang siswa sedang menjelaskan penggunaan

media pembelajaran matematika “Sicantik”

kepada pengunjung Unjuk Karya Praktik yang Baik di

Aceh Tamiang.

Foto: Kurnia Rahmihanum

USAID PRIORITAS/ Toman Gultom

USAID PRIORITAS/ Toman Gultom

Seuramoe PRIORITAS

Seuramoe Praktik yang Baik

9 Edisi X / Januari - Maret 2015

SMPN 1 Sampoiniet,Aceh Jaya

Alat Mini Deteksi Dini Tsunami eristiwa tsunami di akhir 2004 Ptidak mungkin terlupakan begitu saja oleh masyarakat Aceh.

Ratusan ribu jiwa menjadi korban keganasan gelombang laut yang datang setengah jam setelah gempa berkekuatan 9,3 skala Richter mengentak tanah Aceh. Kearifan lokal menyikapi siaga bencana pun mulai dilakukan. Salah satunya adalah media pembelajaran yang kami beri nama “Alat Mini Deteksi Dini Tsunami” yang berguna sebagai pendeteksi dini sebelum datangnya gelombang tsunami ke darat.

Alat ini diharapkan dapat menginformasikan tanggap bencana tsunami melalui peringatan dini. Apalagi, tsunami pernah memorakporandakan Kabupaten Aceh Jaya dan SMPN 1 Sampoiniet. Alat deteksi ini juga sebagai media pembelajaran IPS yang unik dan sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas lingkungan sekitar.

Ide awal pembuatan alat ini tercetus saat akan berlangsungnya unjuk karya USAID PRIORITAS. Sebagai fasilitator daerah yang saat itu bertugas mendampingi SMPN 1 Sampoiniet, kami termotivasi untuk menampilkan sesuatu yang beda. Peralatan ini juga membiasakan siswa lebih kreatif dalam merancang media pembelajaran sendiri dan dapat membuktikan bahwa siswa di kabupaten dapat menciptakan media pembelajaran yang menarik dan unik.

Saya dan Bapak Mahyuddin mendampingi 8 siswa SMPN 1 Sampoiniet kelas VIII untuk merancang dan membuat peralatan ini. Selama 10 hari proses pembuatannya dan diuji coba berkali-kali, akhirnya alat ini dapat digunakan. Bahan yang digunakan sebagiannya adalah barang bekas seperti alarm mobil dc 12 Volt, pipa paralon 3 inci 1 meter, 60 cm benang nilon, baterai kering 12 Volt, 1,5 meter kayu ring 5x5, botol air mineral ukuran 800 ml, klep, saklar mini, dan keran tiga perempat. Teknik merakitnya, terlebih dahulu kami membuat kaki tiang penyangga dari kayu, kemudian siapkan potongan kayu dengan ukuran panjang 1 meter dan rangkaikan secara silang. Tiang kayu untuk penyangga disiapkan dengan ukuran tinggi yang sesuai. Langkah selanjutnya adalah memasang rangkaian listrik dengan menghubungkan saklar jepit ke baterai 12 Volt. Selanjutnya hubungkan kabel ke alarm. Karena alat ini hanya untuk media pembelajaran IPS dan simulasi

kesiagaan bencana, untuk keamanan dan menghindari setrum dipasang tombol on/off.

Selanjutnya, pada saklar jepit kita gunakan isolator dari fiber plastik berukuran 20 x 2 cm yang akan berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Kemudian ikatkan benang nilon untuk pelampung yang terbuat dari botol air mineral. Terakhir, pasang pipa paralon 3 inci sepanjang 1 meter dengan posisi tegak sembari memasang penutup di bagian bawah, kemudian lubangi pipa di bagian bawah untuk pemasangan stop keran yang berfungsi membuang air.

Sistem kerja peralatan ini sangat sederhana. Pertama, sambungkan isolator di saklar jepit dan pelampung ke dalam pipa paralon yang telah diisi air. Kedua, putar stop keran agar air yang ada dalam pipa bisa keluar (air akan surut melewati ambang batas setelah gempa). Ketika air turun, akan menarik pelampung ke bawah melalui benang yang sudah terpasang pada pelampung sehingga pelampung akan menarik isolator yang akan membuat alarm tsunami akan berbunyi.

Dampak media pembelajaran ini sangat dirasakan, terutama oleh masyarakat yang tidak mengetahui tanda-tanda tsunami, terutama tanpa adanya peringantan dini. Manfaat lainnya, siswa memahami teknik merakit media sederhana menjadi alarm tanggap bencana. Mereka menjadi peduli dengan lingkungan dan kreatif memanfaatkan bahan bekas menjadi media pembelajaran. Hal lainnya, manfaat dapat dirasakan karena siswa telah memahami sistem kerja alarm tsunami dan memahami pentingnya peringatan dini bencana. Di sisi lain, mereka juga dapat membangun kerja sama tim, bereksperimen secara komparatif saat mengerjakan media, dan siswa menemukan hasil eksperimen sendiri sehingga pemahaman terhadap materi jadi lebih baik.*

Oleh Rahmad Hastiono SPd Guru SMP Negeri Setia Bakti Aceh Jaya/Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS Kab. Aceh

Proses merangkai pendeteksi dini tsunami yang dilakukan oleh siswa SMPN 1 Sampoiniet (atas dan tengah). Bupati Aceh Jaya menguji media pembelajaran pendeteksi dini tsunami di Calang beberapa waktu lalu (bawah)

USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni

Foto: Rahmad Hastiono

Foto: Rahmad Hastiono

Seuramoe PRIORITAS

Seuramoe Praktik yang Baik

10

Praktik yang baik

Foto: Teuku Meldi / Com. Aceh

Edisi X / Januari - Maret 2015

MIN Sukadamai, Kabupaten Bener

Memecahkan Pecahan dengan Buah Semangka

embelajaran matematika bagi Psebagian besar siswa merupakan hal yang kurang menarik, apalagi

jika mengutak-atik angka menjadi sebuah bilangan pecahan. Hal tersebut tidak terjadi di MIN Sukadamai, Kabupaten Bener Meriah. Bagi mereka, belajar bilangan pecahan merupakan suatu hal yang menyenangkan.

elatihan Modul II tingkat sekolah Pkohor 2 mulai digelar. Tercatat pelatihan pembelajaran Modul 2

untuk SD/MI di Aceh Utara, Pidie Jaya dan Aceh Barat Daya melibatkan 336 guru, kepala sekolah, dan pengawas. Pelatihan pembelajaran Modul 2 jenjang SMP/MTs di Aceh Barat Daya dan Aceh Tamiang melibatkan unsur yang sama sebanyak 243 peserta.

Di Aceh Barat Daya, saat membuka kegiatan pelatihan, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Gusvizarni berharap adanya perubahan dalam cara berpikir guru, ‘Pembelajaran di kelas bisa berlangsung aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih baik,” harapnya. “Dengan adanya pelatihan ini, kami harapkan para guru dapat menularkan praktik yang baik ini

sekembalinya ke sekolah nanti kepada guru-guru lainnya,” kata Gusvizarni.

Selama 4 hari para peserta mendapatkan materi pembelajaran, termasuk praktik langsung yang dilakukan di sekolah. Keseluruhan

USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi

Siswa MIN Sukadamai Bener Meriah bekerjasama mencari nilai pecahan dengan menggunakan semangka

Seuramoe PRIORITAS

pembelajaran dan penggunaan buah semangka sebagai medianya. Siswa pun diberi kesempatan awal untuk memotong semangka sesuai dengan pecahan yang ditentukan Ibu Sudarni. Setiap kelompok lantas menunjukkan hasilnya kepada kelompok lainnya.

Pada sesi kedua, kelompok diberi kebebasan untuk memotong semangka sesuai pecahan yang mereka inginkan. Setiap belahan buah semangka yang mereka potong digambarkan di kertas yang telah dibagikan beserta nilai pecahannya. Pada sesi ini, setiap kelompok diberikan tugas untuk menjelaskan nilai pecahan yang mereka bentuk kepada kelompok lainnya.

Sesi ketiga hampir sama dengan sesi sebelumnya. Siswa mengutak-atik ketas berwarna yang telah dibagikan menjadi sebuah pecahan. Dengan menggunakan kertas berwarna, nilai pecahan lebih beragam karena lebih mudah membentuk bidang dan lingkaran yang selanjutnya mereka tempelkan pada lembar kerjanya. “Kami cepat memahami pecahan dengan belajar seperti ini. Bahkan, besaran pecahan dapat langsung kami pahami.” jelas Rahmad. Di akhir sesi, semua kelompok menempelkan lembar kerjanya di papan pajangan yang telah tersedia di dalam kelas.*

Buktinya, pagi itu Ibu Sudarni membawa beberapa semangka ke dalam kelas. “Awalnya kami heran, kok guru kami membawa buah semangka, bukannya pagi ini belajar matematika?” kenang Awi, murid kelas VI. Setelah membagikan semangka per kelompok dan menempelkan karton bergambar semangka dan angka pecahan di papan, Ibu Sudarni mulai menjelaskan tujuan

kegiatan pelatihan tersebut dipandu oleh fasilitator daerah (fasda) yang telah mengikuti tahapan pelatihan tingkat provinsi. Karena itu, mereka telah dianggap mampu melatih serta menyebarluaskan praktik yang baik kepada sekolah-sekolah lainnya.*

USAID PRIORITAS/ Rahmi Jafar

Presentasi antar kelompok kecil pada Pelatihan

Tingkat Sekolah jenjang SMP/MTs di Aceh Tamiang.

Pelatihan Tingkat Sekolah Mendorong Perubahan

Seuramoe Praktik yang Baik

11

Dukungan Stakeholder

Edisi X / Januari - Maret 2015

abup Bener Meriah Drs WRusli M. Saleh terlihat memasuki salah satu ruang

kelas sekolah binaan USAID PRIORITAS di kabupatennya. “Mana bahan yang akan dibawa untuk unjuk karya?” tanyanya. Spontan kepala sekolah dan guru memperlihatkan salah satu media pembelajaran yang akan dibawa oleh sekolah untuk unjuk karya tingkat Provinsi. Dengan sedikit gugup, guru menjawab pertanyaan orang nomor dua di Bener Meriah tersebut.

Begitulah spontanitas Wabup dalam mendukung program USAID PRIORITAS di daerahnya. Disela-sela kesibukannya, beliau sering mengunjungi sekolah mitra untuk melihat perubahan di sekolah. Tak jarang kunjungan beliau secara spontan mengejutkan sekolah. Secara spontan pula, Wabup menguji pemahaman guru terhadap pembelajaran. Tak jarang beliau disebut dengan wabupnya USAID PRIORITAS. Bukan hanya mengunjungi sekolah, beliau pun kerap hadir dalam pelatihan tingkat sekolah, baik membuka kegiatan maupun mengunjungi pelatihan secara mendadak untuk berdialog dengan peserta dan melihat metode pelatihannya. “Pendekatan pemerintah

Rusli M. Saleh, Wabupnya USAID PRIORITAS

daerah terhadap program pendidikan adalah mewujudkan manusia berkualitas. Karena itu, bantuan dari USAID PRIORITAS harus kami dukung karena sangat sejalan dengan tujuan kami, ” kata Rusli.

Wabup melalui dinas pendidikan juga akan melakukan penilaian kinerja kepala sekolah, guru, dan pengawas yang sudah dua tahun dibina USAID PRIORITAS. “Kami akan membentuk tim untuk melakukan monitoring dan evaluasi sekolah mitra USAID PRIORITAS. Tujuannya, mengetahui sejauh mana keseriusan sekolah memanfaatkan program ini,” kata Wabup saat membuka pelatihan Modul 2 tingkat sekolah beberapa waktu lalu. Sebelumnya, di hadapan tim monev kohor 1 tahap 2, ia juga mengutarakan maksudnya untuk melihat keseriusan sekolah melaksanakan program USAID PRIORITAS. ”Kami tidak akan segan-segan memberikan sanksi kepada sekolah yang tidak berkomitmen terhadap program ini. Bahkan, jika perlu, kami hentikan bantuan fasilitasi kepada sekolah tersebut,” tegasnya.

”Dukungan Pak Rusli sangat berarti untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya. Contohnya, saat

penyelesaian peraturan bupati tentang pemetaan dan pemerataan guru, Pak Wabup langsung turun tangan bekerja bersama stakeholder lainnya untuk menyegerakan terbitnya perbup.*

Bupati Aceh Tengah: Guru Pencetak Generasi yang KreatifPelatihan Tk Sekolah

upati Aceh Tengah Ir Nasaruddin BMM saat membuka pelatihan pembelajaran tingkat sekolah

jenjang SMP/MTs (7/1) menyampaikan bahwa dalam era globalisasi dengan keterbukaan teknologi informasi, guru merupakan pembimbing bagi siswa agar tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. ”Keterbukaan informasi menyebabkan siswa lebih awal mengetahui dan memahami informasi, tapi mereka masih memerlukan bimbingan agar efek

keterbukaan informasi menjadi positif. Guru juga harus memahami potensi dan daya pikir siswa agar dapat mengarahkannya untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik pada jenjang yang lebih tinggi,” kata bupati.

Nasaruddin menambahkan, pelatihan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan begitu, ketika kembali ke sekolah, para guru dapat menghasilkan pembaruan. ”Dengan begitu, kita dapat menciptakan generasi yang lebih kreatif dari sebelumnya,” jelasnya. Untuk menyebarluaskan pelatihan tersebut, Pemda Aceh Tengah telah menganggarkan dana diseminasi Rp 200 juta agar tidak hanya sekolah mitra USAID PRIORITAS yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan, tetapi sekolah lainnya akan memperoleh perlakuan yang sama.

Para guru merasakan pentingnya pelatihan untuk meningkatkan kapasitas

mereka. ”Pelatihan ini membuat kami lebih kreatif. Dengan metode kontekstual ini, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan siswa lebih aktif. Kami memperoleh ilmu tentang metode pembelajaran kontekstual yang sangat berguna untuk implementasi di sekolah,” kata Zahara SPd, guru SMPN 13 Takengon.

Dalam kegiatan yang diikuti delapan SMP/MTs tersebut, para pesertanya berjumlah 15 guru dari setiap sekolah yang terbagi pada guru 5 mata pelajaran (mapel), yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, IPS, dan IPA. Mereka mendapatkan materi tentang cara mengelola pembelajaran yang efektif dan praktik langsung di sekolah selama satu hari. Selain guru, pelatihan ini diikuti oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan pengawas sekolah.*

Foto: Humas Pemkab Bener Meriah

Wakil Bupati Bener Meriah, Rusli M Saleh

Bupati Aceh Tengah, H. Nasaruddin

USA

ID P

RIO

RITA

S/

Teuk

u M

eldi

Seuramoe PRIORITAS

“Beliau juga sering mengajak kami untuk melakukan kunjungan ke sekolah dan turut serta dalam rapat-rapat berhubungan dengan program”

Mutmainnah - Koordinator USAID PRIORITAS Kab. Bener Meriah.

3 Kabupaten DBE Siap Lanjutkan Diseminasi

Seuramoe Aceh

12 Edisi X / Januari - Maret 2015

Dalam 3 Bulan Rp 427.542.000 Didiseminasikan untuk PelatihanDiseminasi

euramoe Prioritas mencatat, Rp. S427.542.000 telah didiseminasikan oleh pemerintah kabupaten dan

LPTK selama bulan Januari hingga Maret 2015 untuk pelatihan praktik yang baik Modul 1 dan Modul 2 jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Untuk mendukung penyebarluasan praktik yang baik tersebut kepada sekolah non-mitra, USAID PRIORITAS menyediakan tenaga pelatih (fasda) yang dibiayai oleh USAID PRIORITAS dan biaya lainnya dibebankan kepada pemerintah daerah/LPTK/sekolah.

Diseminasi Modul 1 dan 2 jenjang SMP/MTs di Kabupaten Bireuen (21–23/3) melibatkan guru mapel IPA, matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia dari wilayah Gandapura dan Peusangan sebanyak 102 orang. Sumber

dana APBK Rp 58.907.000. Diseminasi Modul 1 jenjang SMP juga dilakukan di Kabupaten Pidie Jaya (8–14/3) dengan melibatkan 100 guru dengan dana bersumber dari APBK Rp 150 juta. Di Pidie Jaya juga digelar diseminasi Modul I jenjang SD (9-13/3) untuk guru mapel IPS, IPA, matematika, dan bahasa Indonesia sebanyak 100 orang. Sumber dana pelatihan ini dari APBK sebanyak Rp 150 juta.

Diseminasi Modul 1 dan 2 juga dilakukan di FKIP Universitas Syiah Kuala (2–7/2) kepada mahasiswa yang akan melakukan PPL pada jenjang SMP dan SD (PGSD). Sumber dana dari LPTK dan mahasiswa sebesar Rp 45 juta. Di FTK UIN Ar Raniry, diseminasi Modul I (7–9/3) diikuti oleh 63 dosen yang belum mendapatkan pelatihan praktik yang baik. Dana kegiatan ini bersumber dari FTK sebesar Rp 23.635.000.*

USAID PRIORITAS/Mashadi

Guru, peserta pelatihan di Pidie Jaya menjelaskan hasil kerja kelompok pada kelompok lain (atas), Peserta melakukan kunjung karya untuk melihat dan memberi komentar atas hasil kerja kelompok lainnya(kiri)

Dokumentasi

Demonstrasi siswa SMP 3 Tanah Jambo Aye dengan media pembelajaran IPA “Kamera Lubang Jarum” hasil karyanya yang diuji coba oleh Bupati Aceh Utara. (Unjuk Karya di Aceh Utara, 18/3)

Peserta Pelatihan Tingkat Sekolah jenjag SD/MI di Abdya juga menerapkan pelatihan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga mereka terbiasa sekembalinya ke sekolah (3/3)

Wabup Pidie Jaya memperhatikan media pembelajaran sederhana Telesko karya siswa di Pidie Jaya (Unjuk Karya di Pidie Jaya 23/3)

Lesehan membaca pada Unjuk Karya di Aceh Tamiang diminati oleh para siswa, lesehan ini membangkitkan budaya baca bagi siswa. (12/3)

Guru, peserta Pelatihan Tingkat Sekolah jenjang SMP/MTs di Aceh Tengah membantu siswa memajangkan karyanya saat pelatihan di sekolah.

USAID PRIORITAS/ Yusrizal

USAID PRIORITAS/Toman Gultom

USAID PRIORITAS/Teuku Meldi

USAID PRIORITAS/Muthmainnah

USAID PRIORITAS/Toman Gultom

USAID PRIORITAS/Mashadi

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

Seuramoe PRIORITAS