SENTUHAN PENDIDIKAN BERCITARASA · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DESAIN...
Transcript of SENTUHAN PENDIDIKAN BERCITARASA · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DESAIN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESAIN INTERIOR NURUL HUDA ISLAMIC CENTER DENGAN
SENTUHAN PENDIDIKAN BERCITARASA PEMBELAJARAN
di UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh:
ANIK WIDYANINGSIH
C 0806003
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Konsep Perencanaan dan Perancangan Interior
Nurul Huda Islamic Center Dengan Sentuhan Pendidikan Bercitarasa pembalajaran
di Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mulyadi, SSn, M.Ds Ambar Mulyono, SSn, M.T
NIP. 19730702 200212 1 001 NIP. 19740611 200801 1 015
Mengetahui
Koordinator Tugas Akhir
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn
NIP. 19621221 199201 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
Pada hari Kamis, 29 Juli 2010
Penguji :
1. Ketua Sidang
Lu’lu’ Purwaningrum, SSn, MT
NIP. 19770612 20012 2 003 ( ............................... )
2. Sekretaris Sidang
Drs. Soepono Sasongko, M.Sn
NIP. 19570319 198903 1001 ( ............................... )
3. Pembimbing I
Mulyadi, SSn, M.Ds
NIP. 19730702 200212 1 001 (............................... )
4. Pembimbing II
Ambar Mulyono, SSn, M.T
NIP. 19740611 200801 1 015 ( ............................... )
Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Sudarno, M.A
NIP. 19621221 199201 1001 NIP. 19530314 198506 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Anik Widyaningsih
NIM : C0806003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul
“Desain Interior Nurul Huda Islamic Center Dengan Sentuhan Pendidikan Bercitaasa
Pembelajaran di Universitas Sebelas Maret Surakarta” adalah benar-benar karya
sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya,
dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam
Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akrir dan gelar yang
diperoleh.
Surakarta, 29 Juli 2010
Yang membuat pernyataan,
Anik Widyaningsih
NIM. C 0806003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“…berdoalah kepada-KU, niscaya akan AKU perkenankan bagimu…”
(QS. Al-Ghofir : 60)
“ Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik,
Tuhan pasti kan menunjukan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hambanya yang sabar dan tak kenal putus asa. ”
(Jangan Menyerah, D’Masiv)
“ Jika ingin mewujudkan mimpimu mintalah kepada Allah disertai ibadah dan doa,
kemudian tekunlah pada niatmu seraya berikhtiar di jalan-Nya, insyaallah akan dibukakan jalan oleh-Nya
dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. “ (Penulis)
“ Kesuksesan adalah sebuah proses panjang yang memerlukan perjuangan dan pengorbanan. “ (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini merupakan hasil perjuangan panjang yang melelahkan, teriring oleh
kesabaran, ketekunan serta doa dan wujud kasih sayang yang tak terkira, karya ini
saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT
2. Ayah dan Bunda tercinta, Walidi dan Sri Wahyuni. Ini untukmu Ayah…Ibu…
3. Adikku Bondan Wahyu Tirtono beserta keluarga besarku.
4. Sahabat, kawan tercinta beserta almamaterku. Semoga dari sinilah awal
keberhasilanku.
5. Keluarga kecilku bersama suami pilihan Allah kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan
dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Desain
Interior Nurul Huda Islamic Center Dengan Sentuhan Pendidikan Bercitarasa
Pembelajaran di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh
penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk
mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT karena limpahan rahmat, nikmat dan Hidayahnya-Nya penyusunan
TA ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Ayah Bunda tercinta, yang telah sabar membimbing Anik hingga detik ini, terima
kasih atas semua kasih sayang, perhatian, doa, dukungan penuh (materi dan
spiritual), semangat serta nasehatnya tanpa kalian Anik “rapuh”. Love u so much.
3. Adikku Bondan Wahyu Tirtono bandel, perhatian, canda dan tawamu
meramaikan hidupku, terimakasih kau telah menjadi “ojek” setiaku.
4. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa.
5. Pembimbing Tugas Akhir Mulyadi, SSn, M.Ds bersama Ambar Mulyono, SSn,
M.T, terima kasih atas waktu, bantuan ide, dan pinjaman buku-buku referensi,
motivasi. Pak Mul….terimakasih atas usulan materi TA-nya. Semoga desain
Nurul Huda Isamic Center ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terimakasih
juga atas nasehat dan doanya.
6. Iik Endang S.W, SSn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir. Lu’lu’
Purwaningrum, SSn, MT beserta Drs. Soepono Sasongko, M.Sn selaku dosen
penguji TA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Hafiq Wijanarko, inspirator dan motivatorku, terimakasih telah mengajariku
tentang banyak hal; agama, kehidupan, perjuangan juga cinta. Terima kasih juga
telah menemani kemanapun Anik survey. “rencanaNYA lebih sempurna dan lebih
indah kanda…”
8. Kartika Chandra Dewi Pertiwi yang tidak bosan-bosannya memboncengkan Anik
dari awal masuk kuliah hingga sekarang juga menjadi teman curhat yang baik.
“Bantuan, semangat dan dukungan yang kau beri begitu tulus kurasakan cecep…,
hanya Allah yang mampu membalasnya”
9. Ani Kurnia Ningrum sahabat sejak SMPku dulu yang selalu setia mendengarkan
keluh kesahku. “Kita tercipta karenaNYA, dan akan kembali kepadaNYA, Anik
yakin kamu pasti bisa menatap dunia walau tanpa ibu disisimu”.
10. Nur Hidayati yang setia menemaniku saat-saat sulit waktu KP, karena hanya kita
berdua yang “terbuang” dari kumpulannya.
11. Sahabat-sahabatku Cecep, Nur, Putu, Inung, Hesti yang selalu memberikan
dukungan dan semangat yang luar biasa, terima kasih juga telah membantuku di
saat – saat pembuatan maket bersama Putri, Fahmi, Maya dan Adek. Semua
interior angkatan ’06 Hafidh, Pram, mas Didik, Harun, Muhib, Rosi, Ari, Rini,
Mbak nita, Mbak Nanik, Arkhi, Ginar terimakasih buat persahabatan dan
bantuannya selama ini.
12. Semua anak-anak Interior UNS. Terus semangat dan terus berjuang, karena hidup
di interior memang penuh perjuangan hehehe…..
13. Wahid terimakasih untuk service dan pinjaman printernya, Ulik dan Rifki yang
telah rela menjadi guide saat keliling Bandung. Esti, Hanif, Ica, Tegar, Dita,
Santi, Dinar kalian memberi warna dalam hidupku. I love u all
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga Allah
SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat
menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Surakarta, 29 Juli 2010
Penulis,
Anik Widyaningsih
C 0806003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DESAIN INTERIOR NURUL HUDA ISLAMIC CENTER DENGAN
SENTUHAN PENDIDIKAN BERCITARASA BEMBELAJARAN
DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
ABSTRAK
Widyaningsih, Anik. C0806003 2010. Desain Interior Nurul Huda Islamic Center
Dengan Sentuhan Pendidikan Bercitarasa Pembelajaran di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perencanaan Tugas Akhir ini ditujukan untuk membuat perencanaan dan
perancangan Islamic Center Nurul Huda yang berada di kawasan pendidikan yaitu
Universitas Sebelas Maret Surakara, oleh karenanya konsep desainnya diwujudkan
dengan pendekatan pendidikan, sehingga Islamic Center Nurul Huda dirancang dengan
menggabungkan fungsi religi dan edukasi
Desain Interior Nurul Huda Islamic Center dengan Sentuhan Pendidikan
Bercitarasa Pembelajaran di Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dibatasi pada elemen
interior terutama pada segi penataan ruang dan memusatkan perencanaan dan
perancangan pada penempatan lay out, furniture dan mempertimbangkan pemilihan
warna yang berkaitan dengan sesain islami dan sesuai dengan fungsi bangunan
Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana menyelesaikan
perencanaan kegiatan, fasilitas, dan pola tata ruang yang baik, menyelesaikan penataan
interior ruang yang sesuai konsep dan tema dengan aspek bagaimana menghadirkan
suasana dan penataan interior Nurul Huda Islamic Center yang representative dalam
menyuguhkan dunia religi dan edukasi dalam lingkungan akademika kepada semua
civitas kampus dan masyarakat sekitar.
Tujuan dari karya ini adalah menyelesaikan perencanaan kegiatan, fasilitas, dan
pola tata ruang yang baik, menyelesaikan penataan interior ruang yang sesuai konsep dan
tema dengan aspek bagaimana menghadirkan suasana dan penataan interior Nurul Huda
Islamic Center yang representative dalam menyuguhkan dunia religi dan edukasi dalam
lingkungan akademika kepada semua civitas kampus dan masyarakat sekitar.
Perancangan Desain Interior Nurul Huda Islamic Center ini bermanfaat bagi
seluruh civitas kampus dan masyarakat sekitar untuk dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang religi dan edukasi serta sebagai sarana silaturahmi sesama muslim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ....................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xiii
DAFTAR SKEMA .................................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................... xvi
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 1
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
D. Tujuan ................................................................................................................................... 5
E. Manfaat .................................................................................................................................. 5
F. Konsep Dan Tema Perancangan ............................................................................................ 5
G. Sasaran Perancangan ............................................................................................................. 6
H. Sistematika Penulisan ........................................................................................................... 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
I. Metodologi .............................................................................................................................. 7
BAB II. KAJIAN LITERATUR ............................................................................................... 11
A. Kajian Teori ........................................................................................................................ 11
1. Kajian Tentang Islam ...................................................................................................... 11
2. Kajian Tentang Arsitektur Islam ..................................................................................... 14
3. Kajian Tentang Masjid .................................................................................................... 31
B. Pendekatan Desain .............................................................................................................. 72
1. Pengertian Judul Proyek ................................................................................................. 72
2. Pola Pikir Desain ............................................................................................................. 74
3. Konsep ............................................................................................................................ 76
4. Tema ............................................................................................................................... 80
BAB III. STUDI LAPANGAN ................................................................................................... 81
A. Masjid Kampus UGM .......................................................................................................... 81
B. Islamic Center Semarang (Masjid Ajung Jawa Tengah) ...................................................... 86
C. Masjid Kampus ITB ............................................................................................................. 92
BAB VI. PROGRAMING ........................................................................................................ 100
A. Definisi Proyek .................................................................................................................. 100
B. Asumsi Lokasi .................................................................................................................... 101
C. Status Kelembagaan ........................................................................................................... 101
D. Struktur Organisasi ............................................................................................................ 102
E. Program Kegiatan ............................................................................................................... 102
F. Alur Kegiatan...................................................................................................................... 103
G. Program Ruang .................................................................................................................. 107
H. Besaran Ruang ................................................................................................................... 108
I. Pembentuk Ruang ............................................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
J. Sistem Interior ..................................................................................................................... 117
K. Sistem Keamanan .............................................................................................................. 124
L. Sistem Organisasi Ruang ................................................................................................... 128
M. Sistem Sirkulasi ................................................................................................................ 130
N. Zoning & Grouping ........................................................................................................... 132
O. Pola Hubungan Antar Ruang ............................................................................................ 137
BAB V. KONSEP DESAIN ...................................................................................................... 139
A. Ide Gagasan ........................................................................................................................ 139
B. Tema ................................................................................................................................... 139
C. Suasana Ruang ................................................................................................................... 139
D. Pola Penaaan Ruang ........................................................................................................... 140
E. Pembentuk Ruang ............................................................................................................... 142
F. Pengisi Ruang ..................................................................................................................... 144
G. Sistem Interior .................................................................................................................... 144
H. Sistem Keamanan ............................................................................................................... 145
VI. PENUTUP .......................................................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1. Khath Mashq ......................................................................................................................... 28
2.2. Khath Square Kufic ............................................................................................................... 29
2.3. Khath Eastern Kufic .............................................................................................................. 29
2.4. Khath Thuluth ....................................................................................................................... 29
2.5. Khath Nashhi ........................................................................................................................ 29
2.6. Khath Muhaqqaq ................................................................................................................... 30
2.7. Khath Rihani ......................................................................................................................... 30
2.8. Khath Taliq ........................................................................................................................... 30
2.9. Zoning Ruang Sholat ............................................................................................................. 30
2.10. Pola Hiasan Arabic .............................................................................................................. 40
2.11. Penerapan Hiasan Arabic ..................................................................................................... 40
2.12. Pola Octagon ....................................................................................................................... 41
2.13. Pola Bintang ........................................................................................................................ 41
2.14. Pola Hias Geometri .............................................................................................................. 41
2.15. Penerapan Bentuk Geometri Pada Mimbar ......................................................................... 41
2.16. Penerapan Bentuk Geometri Pada Plafon ........................................................................... 41
2.17. Perpaduan Pola Hias Kaligrafi Dengan Bentuk Geometri .................................................. 42
2.18. Pantulan Cahaya Yang Berkesan Mewah ........................................................................... 43
2.19. Pengaruh Kebisingaan Lantai Terhadap Sumber Suara ...................................................... 45
2.20. Pemanfaatan Dinding Belakang dan Samping Secara Akustik ........................................... 47
2.21. Pemantulan Ceiling Secara Akustik .................................................................................... 47
2.22. Sudut Datang Cahaya Terhadap Panggung ......................................................................... 50
2.23. System Penghawaan ............................................................................................................ 53
2.24. Kurfa System Karakteristik Frekuensi ................................................................................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
2.25. Kurfa Penundaan Pemantulan pada 50Hz Untuk Berbagai Volume Ruang ....................... 60
2.26. Kurfa Pemanjangan Bunyi Pada Tingkat Suara .................................................................. 61
2.27. Penundaan Waktu Pada Bunyi PAntul Memperkuat Bunyi Langsung .............................. 62
2.29. Cacat-cacat Akustik Dalam Auditorium ............................................................................. 63
2.30. Gaung Pada PErmukaan Pemantulan Bunyi Yang Tidak Sejajar ....................................... 64
2.31. Dinding Belakang Pemantul Bunyi .................................................................................... 64
2.32. Desain Dinding Isolasi Suara .............................................................................................. 64
2.33. Penataan Lay Out Tipe Proscenium Theaters ..................................................................... 67
2.34. Penataan Lay Out Tipe Arena Theaters .............................................................................. 67
2.35. Penataan Lay Out Tipe Open Thurs Theaters .................................................................... 68
2.36. Penataan Kursi ................................................................................................................... 69
2.37. Tipe Sirkulasi ..................................................................................................................... 71
2.38. Komponen Pendidikan ....................................................................................................... 80
3.1. Masjid Kampus UGM .......................................................................................................... 81
3.2. Interior Masjid Kampus UGM ............................................................................................. 86
3.3. Masjid Agung Jawa Tengah ................................................................................................. 87
3.4. Masjid Agung Jawa Tengah ................................................................................................. 87
3.6. Kantor Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah ..................................................................... 91
3.7. Lobby Masjid Agung Jawa Tengah ..................................................................................... 91
3.8. Interior Masjid Kampus ITB ................................................................................................. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR SKEMA
4.1. Aktivitas Sholat Wajib ........................................................................................................ 103
4.2. Aktivtas Peserta Mabit ........................................................................................................ 103
4.3. Aktivitas Rapat / Kajian ...................................................................................................... 104
4.4. Aktivitas Belajar / Bimbingan / TPA ................................................................................... 104
4.5. Aktivitas Pengunjung Perpustakaan .................................................................................. 104
4.6. Aktivitas Petugas Perpustakaan ......................................................................................... 105
4.7. Aktivitas Pengurus Masjid ................................................................................................. 105
4.8. Aktivitas Penyumbang Dana .............................................................................................. 105
4.9. Aktivtas Pengunjung Kafetaria ........................................................................................... 106
4.10. Aktivitas Petugas Kafetaria .............................................................................................. 106
4.11. Aktivitas Pengunjung Minimarket .................................................................................... 106
4.5. Aktivitas Petugas Minimarket ............................................................................................ 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR BAGAN
3.1. Struktur Organisasi LDK Masjid Kampus UGM ................................................................ 83
3.2. Struktur Organisasi Masjid Agung Jawa Tengah ................................................................ 88
4.1. Struktur Organisasi Manajeman Masjid ............................................................................ 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Universitas Sebelas Maret berdiri sejak 11 Maret 1976, yang awalnya
merupakan gabungan dari 5 perguruan tinggi yang ada di Surakarta.
Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu tujuan
yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta.
Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk
memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik (tahap pertama)
dimulai pada tahun 1980 berakhir tahun 1985. Pembangunan fisik kampus
yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan perkembangan di sektor yang
lain. Tahun 1986, dilakukan peletakan dasar-dasar percepatan pertumbuhan,
Pada masa ini, perubahan telah terjadi, seperti perkembangan yang cukup
bagus dalam bidang akademik dan jumlah staf, juga dalam penguatan
infrastruktur kampus.
Sekarang ini, UNS Solo merupakan universitas muda dengan pertumbuhan
yang luar biasa. Torehan-torehan sejarah yang lebih mengesankan lainnya
terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan universitas ini. Saat ini
UNS telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu universitas
terpandang di Indonesia. Di masa mendatang, UNS diharapkan mampu
berkembang sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, baik di tingkat nasion, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
di tingkat internasional yang mampu berkiprah sebagai perguruan tinggi
otonom dan berkelas dunia (world class university). Upaya untuk
mengembangkan UNS menjadi universitas unggul di tingkat internasional dan
maju di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni seperti yang
diamanatkan dalam Visi dan Misi Universitas Sebelas Maret (UNS),
mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar, terutama dalam
membangun komitmen bersama yakni mengedepankan kualitas, profesional,
efektif dan efisien.
Selain itu, guna menunjang iklim akademik bagi seluruh sivitas
akademika, UNS menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan baik
tenaga pengajar maupun mahasiswanya, diantaranya adalah fasilitas
kemahasiswaan antara lain adalah sarana olahraga dan kesenian, Asrama
Mahasiswa, serta Sekretariat UKM. UNS juga memiliki Student Center yang
dapat difungsikan sebagai tepat kegiatan akademik seperti seminar, workshop,
ataupun pertemuan dengan skala peserta yang besar maupun melaksanakan
kegiatan keolahragaan seperti Tae Kwon Do, Jiu Jit Su, Karate, Pencak Silat,
dll. Untuk gedung pertemuan, secara khusus UNS memiliki Auditorium
dengan fasilitas yang lebih dari memenuhi syarat untuk kegiatan baik
akademik maupun kegiatan entertaintment seperti pentas seni ataupun konser
musik. Sebagai bentuk perhatiah UNS pada kesehatan, UNS mendirikan
sebuah fasilitas kesehatan dengan nama Medical Centre. Dalam hal sarana
ibadah UNS memiliki sebuah gereja untuk umat kristiani, untuk umat Hindu
ada Pura, serta 1 buah Vihara untuk pemeluk agama Budha. Kemudian UNS
juga memiliki Masjid Nurul Huda untuk beribadah umat islam. Masjid ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
merupakan satu-satunya masjid terbesar yang berada di lingkungan kampus
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Masjid kampus UNS atau yang lebih dikenal dengan Masjid Nurul
Huda UNS sejak pertama diresmikan penggunaannya pada tanggal 22 Oktober
1982 telah menjadi pusat kegiatan keislaman dan mempunyai kontribusi yang
sangat besar terhadap perkembangan dakwah islam. Selain fungsinya sebagai
sarana tempat ibadah ( sholat ), masjid Nurul Huda Juga berfungsi sebagai
sarana menanamkan nilai – nilai islam kepada civitas muslim UNS, khususnya
mahasiswa muslim dan berpengaruh sangat signifikan terhadap proses
pembentukan moral. Dimasjid Nurul Huda inilah berbagai kegiatan pelatihan
dan kajian keislaman dilakukan, dan secara masif berlangsung juga kegiatan
pendampingan mata kuliah agama islam ( aistensi agama islam ) selama satu
semester penuh yang diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa baru UNS setiap
tahunnya. Dari kegiatan masjid Nurul Huda UNS inilah telah banyak
dilahirkan sarjana – sarjana muslim yang berkomitmen tinggi pada nilai moral
dan berkemampuan melakukan perubahan masyarakat.
Seiring perkembangan waktu, jumlah civitas muslim ( dosen,
karyawan dan mahasiswa ) di UNS dari tahun ketahun semakin meningkat.
Saat ini dikampus terdapat sekitar 27.000 mahasiswa dan 3000-an pegawai
dan dosen. (Panitia renovasi. Proposal renovasi Masjid Nurul Huda UNS).
Untuk merespon antusiasme jamaah yang sedemikian tinggi terhadap aktivitas
spiritual yang diselenggarakan di Masjid Nurul Huda, melimpahnya jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
jamaah menjadikan masjid kampus menjadi terasa sempit ( tidak memadai )
dan kurang nyaman sebagai sarana ibadah.
Disamping itu saat ini telah terjadi berbagai kerusakan fisik bangunan
masjid karena termakan usia. Banyak sekali atap yang bocor, kondisi eternit
banyak yang jebol. Berbagai upaya pemeliharaan dan perbaikan pun
dilaksanakan. Sejak pertama kali berdiri, masjid Nurul Huda UNS telah
mengalami 3 ( tiga ) kali perbaikan, yaitu penambahan dinding kaca pada sisi
utara, selatan dan timur lantai satu ( dilakukan sekitar tahun 1987- 1988 )
kemudian penggantian atap dari seng diganti dengan genting ( dilakukan
medio ’90-an ) dan yang ketiga adalah perbaikan lantai 1 serambi masjid pada
tahun 2002 yaitu dari tegel diganti dengan keramik.
Karena perbaikan selama ini hanya bersifat tambal sulam, maka
timbullah ide atau gagasan untuk segera dilakukan renovasi secara total masjid
Nurul Huda UNS, yang diharapkan akan sangat berpengaruh terhadap
penambahan daya tampung masjid dan terciptanya kondusivitas masjid
sebagai pusat beribadah sekaligus pusat pendidikan agama islam yang
nantinya akan melahirkan civitas-civitas muslim yang berdedikasi dan
kompeten.
B. BATASAN MASALAH
1. Pembahasan diutamakan dalam lingkup disiplin interior
2. Fasilitas utamanya adalah bangunan masjid, fasilitas pendukungnya adalah
bangunan serba guna.
3. Perencanaan lokasi berada di lingkungan kampus UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior masjid di lingkungan
pendidikan?
2. Bagaimana merencanakan dan merancang interior Nurul Huda Islamic
Center yang berfungsi sebagai sarana beribadah sekaligus sebagai sarana
pendidikan?
D. TUJUAN
1. Merencanakan dan merancang interior masjid kampus sebagai masjid
pendidikan.
2. Merencanakan dan merancang interior Nurul Huda Islamic Center sebagai
sarana beribadah sekaligus sebagai sarana belajar.
E. MANFAAT
Nurul Huda Islamic Center menjadi sebuah sarana beribadah sekaligus
sarana pendidikan di lingkungan kampus yang mampu dijadikan wadah untuk
mempertebal iman dan taqwa, menimba ilmu dunia dan akherat, pusat syiar
agama Islam, serta dapat mempererat tali silaturahmi sesasa muslim.
F. KONSEP DAN TEMA PERANCANGAN
Sesuai dengan judul proyek “Nurul Huda Islamic Center dengan
Sentuhan Pendidikan Bercitarasa Pembelajaran”, maka konsep yang
dihadirkan adalah pendidikan, sedangkan tema yang dipakai adalah modern
fungsional. Konsep pendidikan ini diaplikasikan ke dalam hadirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perpustakaan yang berada di area serambi masjid dan bersifat tebuka, selain
itu di salah satu dinding serambi masjidnya ada relief yang menggambarkan
tentang perkembangan masjid yang ada di nusantara. Kata-kata bijak yang
bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist juga hadir sebagai elemen estetis
Nurul Huda Islamic Center ini.
Tema modern fungsional hadir dalam suasana ruangnya, clean look,
bentuk geometris yang tegas, serta bentuk-bentuk furniture yang simple.
G. SASARAN PERANCANGAN
1. Sasaran Pengunjung
- Seluruh civitas Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
- Masyarakat sekitar.
2. Sasaran Desain
- Menitik beratkan pada bangunan utama (masjid)
- Penciptaan suasana yang sesuai dengan tema perancangan.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I. (PENDAHULUAN)
Terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran serta metodologi yang berisi tentang metode dan sistematika
pembahasan. Sebagai awal dari perencanaan dan perancangan Nurul Huda
Islamic Center di Surakarta.
BAB II. TINJAUAN TEORI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Membahas tentang kajian teoritis mengenai perancangan Nurul Huda Islamic
Center. Agar data-data yang penulis sajikan dapat dipertanggungjawabkan
kevalitan datanya, dan dipakai sebagai bahan acuan standart-standart yang
ditetapkan pada perancangan Islamic Center.
BAB. III (STUDI LAPANGAN)
Berisikan lokasi-lokasi yang penulis observasi sebagai pembanding dan atau
sebagai bahan pembelajaran tentang hal apa saja yang dibutuhkan untuk
merancang sebuah Islamic Center yang tepat, agar penulis mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai Islamic Center, dan sesuai dengan nilai-nilai
yang ada.
BAB. IV (KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN)
Berupa konsep perancangan Nurul Huda Islamic Center secara terperinci
dengan memberikan alternative-alternatif desain sampai didapatkan desain
yang sesuai dengan konsep perancangan.
BAB. V (KESIMPULAN)
Merupakan kesimpulan dari proses analisis konsep perencanaan dan
perancangan Nurul Huda Islamic Center.
I. METODOLOGI
Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penulisan perencanaan
dan perancangan kali ini dapat penulis jabarkan secara singkat seperti dibawah
ini:
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis memilih lokasi-lokasi Islamic Center dan fasilitas
pendukungnya yang berada khususnya di Pulau Jawa, dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perhitungan efisiensi waktu dan biaya, karena tidak memerlukan biaya dan
waktu yang khusus untuk datang kesana, lokasinya pun mudah
diketemukan, karena terletak di kota-kota besar, yang telah lebih dahulu
terkenal di media, baik televisi, koran serta internet. Serta dengan
pertimbangan Islamic Center yang telah penulis ketahui mempunyai data
yang cukup lengkap sebagai pembanding agar perencanaan dan
perancangan kali ini mendapatkan batasan-batasan yang jelas.
Dengan data-data yang telah penulis peroleh, akan mempermudah
penulis dalam mempertimbangkan aspek dah hal-hal apa yang boleh ada
dan yang tidak boleh, serta yang pantas dan yang tidak. Dan apa saja yang
idealnya dibutuhkan didalam Isalmic Center, dalam hal ini juga berfungsi
sebagai pedoman perancangan.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam perencanaan kali ini adalah data
sekunder, yang diperoleh dari narasumber dari awal berdiri bahkan sejarah
berdirinya tempat tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
suatu organisasi / perusahaan dalam bentuk yag sudah jadi dan berupa
publikasi.
Sumber data dalam penelitian kali ini penulis peroleh dari tempat
dan peristiwa Islamic Center yang penulis teliti, arsip, dokumen, buku,
foto atau sejarah berdirinya Islamic Center yang penulis teliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam perencaan dan perancangan Islamic
Center ini didapatkan dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
a. Observasi langsung
Penulis mengadakan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
dengan memperhatikan segala aspek yang terkait dengan perencanaan
Nurul Huda Islamic Center ini.
b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak /
narasumber yang terkait dengan objek penelitian yang sedang penulis
amati.
c. Pencatatan
Penulis melakukan pencatatan pada data-data yang penting yang
sangat berguna dalam perancangan, yang bersumber dari instansi-
instansi yang terkait, data-data dari internet, maupun data-data dari
buku-buku pustaka.
4. Variabel
Yang menjadi variabel dalam penelitian kali ini adalah:
a. Kebutuhan ruang-ruang yang vital didalam Islamic Center yang akan
menentukan ruang-ruang yang dibutuhkan atau minimal harus ada
didalam perancangan Nurul Huda Islamic Center, agar tidak terjadi
kelalaian atau kekurangan ruang yang sangat dibutuhkan.
b. Fasilitas yang ada didalam Islamic Center, yang akan membuat Nurul
Huda Islamic Center tersebut menjadi tempat yang bertemakan agama,
tetapi tetap menyenangkan untuk berbagai pihak, agar tidak terjadi
kekecewaan dan penyesalan ketika pengunjung melakukan kunjungan
kedalam Islamic Center ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Konsep, tema dan suasana yang diusung oleh masing-masing Islamic
Center, yang dapat dijadikan acuan perencanaan Nurul Huda Islamic
Center.
5. Validitas Data
Guna menjaga dan menjamin data yang penulis perolah saat
melakukan penelitian, penulis dokumentasikan hal-hal yang telah penulis
teliti dan mencari bahan pertimbangan atau bahan dengan konsep dan tema
sejenis.
6. Analisis Data
Dalam penelitian kali ini analisa data yang penulis gunakan adalah
dengan metode analisa interaktif. Aktifitas yang dilakukan dalam bentuk
interaktif pada tiga komponen yang ada; yaitu: reduksi atas, sajian data,
dan penarikan kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. KAJIAN TEORI
1. Kajian Tentang Islam
i. Pengertian Islam
Islam berasal dari kata jadian aslama, kata dasarnya salima.
Aslama : menyerah, taat dan berserah diri pada Allah atau
menganut Islam. Artinya menyerah kepada Allah dan besedia
tunduk kepada segala yang datang dari Allah dan bersedia
berkorban sebagai tanda pengabdian terhadap Allah sebagai
khaliknya. (Gazalba, Sidi Drs: Masjid Pusat Ibadat dan
Kebudayaan Islam, 1989:65)
“Dia itu adalah pelindung kami dan kepadaNYA kami orang-
orang mukmin berserah diri”. (Q.S. Al-Baqaraah : 51)
Salima : selamat, sejahtera, tidak bercela. Artinya islam itu
membawa pemeluknya ke arah keselamatan baik di dunia
maupun di akherat kelak. (Gazalba, Sidi Drs: Masjid Pusat
Ibadat dan Kebudayaan Islam, 1989:65)
“ Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam
silm (kedamaian) seluruhnya dan janganlah kamu turut
angkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang terang
bagimu”. (Q.S. Al-Baqaraah : 208)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
“ Dan kalau mereka telah condong cinta kepada salm
(perdamaian) hendaklah kamu condong (cinta pula)
kepadaNYA”. (Q.S. Al-Anfal : 61)
Islam adalah jalan untuk mencapai ridlo Allah dan keselamatan
dunia akherat dengan menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah
SWT. (Drs. KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman,. Dalam
Fajarsani Retno Palupi. 2009)
Islam adalah agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW,
bepedoman pada kitab suci Al-Quran, yang diturunkan ke dunia
melalui wahyu Allah SWT. (Budiono,MH. Dalam Fajarsani
Retno Palupi. 2009)
“ Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu addin kamu dan
telah kucukupkan nikmatku padamu dan aku berkat islam
menjadi addinmu”. (Q.S. Al-Maidah : 3)
ii. Karakteristik Agama Islam
Karakteristik Agama Islam
Menurut Dr. Yusuf al-Qardhawi, ulama Mesir terkemuka,
dalam bukunya al-Khasha`ish al-Ammah li al-Islam, menjelaskan
karakteristik Islam tersebut sebagai berikut:
(1) Rabbaniyyah (ketuhanan), artinya Islam merupakan agama yang
bersumber dari Allah s.w.t., bukan hasil ciptaan manusia.
(2) Insaniyyah (kemanusiaan), yaitu Islam merupakan satu-satunya
agama yang cocok dengan fitrah manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(3) Syumuliyyah (menyeluruh), artinya Islam merupakan agama
yang mengatur segalaaspek kehidupan manusia, mencakup
akidah (teologi), ibadah, muamalah (hubungan antar sesama
manusia), jinayah (pidana), ahwal syakhshiyyah (perdata), dan
akhlak (moralita).
(4) al-Waqi‟iyyah (real), artinya semua ajaran Islam adalah realistis,
dapat dengan mudah diaflikasikan dalam kehidupan.
(5) al-Wasathiyyah (moderat), yaitu ajarannya sangat memperhatikan
unsur keseimbangan (balance) antara faktor materi atau jasmani
dengan faktor immateri atau rohani.
(6) al-Wudhuh (jelas), artinya Islam memiliki konsep yang jelas
dalam membina umatnya.
(7) al-Jam‟u baina al-Tsabat wa al-Murunnah (integritas antara
permanen dan fleksibel), maksudnya bahwa ajaran Islam
memperhatikan kondisi umat yang berbeda-beda, sehingga
menyatukan dua aspek sekaligus, yaitu antara ajaran yang
permanen dan fleksibel, atau antara azimah (ketetapan awal) dan
rukhshah (keringanan).
Risalah al-Qur‟an yang disebut juga sebagai Risalah Ilahiyah
menjadikan agama Islam sebagai agama fitrah, agama yang
menjunjung tinggi akal pikiran, agama ilmu dan hikmah, agama
kebebasan dan kemerdekaan. Risalah al-Qur‟an begitu penting dalam
membentuk jiwa manusia sehingga menjadi manusia yang
berkebudayaan maju dan memiliki peradaban yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Keberhasilan risalah Islamiyah tersebut ditunjang oleh hakikat
agama itu sendiri dan beberapa faktor lain. (www.info-jic.org. Dalam
Fajasani Retno Palupi. 2009)
2. Kajian Tentang Arsitekur Islam
i. Arsitektur Islam
Arsitektur islam merupakan wujud pepaduan antara
kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang manusia
kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara
manusia, lingkungan dan penciptanya. Arsitektur islam
mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk
dan ornament, serta makna simbolik yang sangat dalam. Arsitektur
Islam merupakan salah satu jaawaban yang dapat membawa pada
perbaikan peradaban. Di dalam arsitektur isam terdapat esensi dan
nlai-nilai islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi
pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam
mengekspresikan esensi tersebut.
Perkembangan arsitektur islam dari abad VII sampai abad XV
meliputi perkembangan strukur, seni dekorasi, ragam hias dan
tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi wilayah yang
sangat luas, diantaranya Eropa, Afrika hingga asia Tenggara.
Karenanya perkembangannya disetiap daerah berbeda dan
mengalami penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat, serta
kondisi geografis. Hal ini tidak lepas dari kondisi alam yang
mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya selalu
berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia.
Oleh karena itu, islam yang turut membentuk peradaban manusia
juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam islam
dimulai dengan dibangunnya ka‟bah oleh Nabi Adam as sebagai
pusat ibadah umat manusia kepada Alah SW (Sooud. Dalam Holly
Idris. 2008). Ka‟bah juga merupakan bangunan yang pertama kai
didirikan di bumi. Tradisi ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim as
bersama putranya, Nabi Ismail as. Mereka berdua memugar kembali
bangunan ka‟bah, setelah itu Nabi Muhammad SAW melanjutkan
misi pembangunan ka‟bah ini sebagai bangunan yang bertujuan
sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT. Dari sinilah budaya
arsiektur dalam islam terus berkembang dan memiliki daya dorong
yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti secara
fungsional dan simbolis.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Ali Imron ayat 96
“ Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
nberibaadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk semua manusia”.
Arsitektur islam mentradisi atau kontiniu secara organisasi
karena islam tidak menganut bentuk (form), islam mengatur perilaku
(behaviour), islam tidak mengatur sevara resmi (cannical rule)
tentang pembuatan bangunan atau hunian, tidak seperti pada agama
lain yang memiliki aturan sisilah pasastra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ii. Pengertian Arsitektur Islam
Adapun beberapa pengertian arsitekur ialam antara lain:
a. Arsitektur islam adalah cara membangun yang Islami sebagaimana
ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat
dan fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter islaminya
dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi. Definisi
ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan,
bukan hanya monument ataupun bangunan religius. (Saoud.
Dalam Holly Idris. 2008)
b. Menurut Sir Banister Fletcher, muslim architecture (atau
menurutnya sama saja dengan Islamic aschitecture) adalah gaya
arsitektur yang digunakan oleh kaum muslim atau disebut
Muhammad architecture karena digunakan oleh para pengikut
nabi Muhammad (Fletcher. Dalam Holly Idris. 2008), Fletcher
kemudian menjelaskan bahwa arsitektu islam cenderung
merupakan prodk agama daripada suatu produk Negara.
c. Arsitektur islam adalah tatanan yang dipengaruhi oleh agama islam
sehingga pada realisasinya dapat dikenali pada bentuk
kongkretnya (real form), orientasi kongkretnya (the real
orientation), uang-uang yang tercipta (the real space), dan
hubungan-hubunganh diantara hal tersebut (the real relaionship),
lingkungan Islamic (Islamic environment) sebagai pengisinya
dibentuk (shaped) oleh pengajaran Al-Quran dan syariah. (Fazlo
R.Khan. dalam Holly Idris. 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
iii. Islamic Center
Bangunan yang mampu menampung berbagai kegiatan dan
memberikan fasilitas yang lengkap dengan menarik perhatian
masyarakat berbagai kalangan dan dari segala usia untuk datang dan
mengetahui segala hal yang berkaitan atau semua ilmu yang
berkaitan dengan agama Islam.
Islamic center, bukan hanya untuk kepentingan keagamaan
saja, tetapi juga dapat berfungsi untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan umum. Dengan fasilitas yang memadahi, para
pengunjung mendapatkan kemudahan-kemudahan yang telah
ditawarkan, sehingga minat pengunjung akan meningkat.
Pengunjung mendapatlan akses yang mudah dalam satu tempat atau
lokasi, selain hal itu, pengunjung juga dapat sembari melakukan
wisata rohani untuk lebih mengenal islam.
iv. Karakter Arsitektur Islam
Ada beberapa hal yang membedakan arsitektur islam dengan
tipe arsitektu lain, misalnya arsitektur barat (western architecture),
karakter ini tidak haus tanda-tanda cisual tetapi berupa hal yang lebih
filosofis.
a. Menurut Fazlu R.Khan, arsitektu islami memiliki karakter:
1. Berdasarkan prinsip-prinsip kehidupan seorang muslim
(acuan Al-Quran dan Al-Hadist), misalnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Lingkungan binaan yang dikreasikan memiliki rasa
kedamaian (peace), keseimbangan (harmony), dan
kesederhanaan (humbleness).
Pada denah dan lay out ada konsep variasi keluaga dan
aturan mengenai wanita di rumah dan juga pada masyarakat
(baca: kawasan). Hal ini menjadi penjajaran mengenai
“public”, “semi privat”, dan “privat” yang spesifik. Laki-
aki tidak bersosialisasi secara langsung secara bersamaan.
Court pada palace kemudian dibuat beberapa, ada yang
khusus untuk perempuan dan ada juga berupa inner court
pada suatu hunian keluatga.
2. Kecenderungan simetris dan sentralis yang diekspresikan
pada denah tampak luar bangunan dan hal dalam (inside
court). Simetri dan centrality adalah usaha untuk mencapai
keseimbangan dan kesatuan dalam ruang (space) pada
arsitektur islam muncul teutama pada bangunan masjid,
istana dan benteng.
3. Penghargaan terhadap air (respect for a limited resource
water). Air pada tempat awal lahirnya islam, Arab adalah
sesuatu yang sangat sulit didapat. Air secara nyata memberi
esensial kehidupan, surga (paradise) diekspresikan kitab suci
memiliki air yang mengalir diantara taman-taman, dan air
adalah materi pembersih fisik (misalnya wudlu). Air secara
khusus ditempatkan pada bagian dalam bangunan atau court
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dalam bangunan. (sensitive ting inside building).
Penghargaan ini dipresentasikan dalam bentuk suara gemricik
air yang mempengaruhi persepsi ruang (trickling sound in a
delicate setting) dan ai pada fountain yang memang didesain
memancur secara keci seperlunya, bukan otlet air yang
memancu secara berlebihan (gushing or spraying.)
4. Meresponm iklim dalam bentuk (form and climate).
5. Koninuitas pada ruang secara verikal unuk kejelasan ruang
pada arah manapun. Hubungan atas bangunan dengan elemen
bagian bawah memiliki area dengan elemen transisi
akibatnya apresiasi elemen ruang apabila dilihat dari bawah
ke atas tidak mengalami suatu perubahan yang tiba-tiba.
6. Arsitektur sebagai sarana kesatuan tanah dengan langit. Hal
ini terekspresikan secara berulang pada detai-detail arsitektur,
misalnya mempengaruhi bagaimana artikulasi pada dinding
yang menyelimuti bangunan terhadap langit. Cara
memahaminya:
Ketika pengama mengamati bangunan arsitektur islami dari
kejauhan akan dirasakan suau rasa jalinan antaa langit
dan bangunan. Langit menjadi suatu bidang datar dengan
bangunan yang dikreasikan linier terputus pada garis atap
Ketika pengamat melihat dinding dan mengamati ujung
atas dinding akan terasa pengaruh langit padanya secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
visual. Langit dan dinding terasa saling memotong pada
ujung atas dinding tersebut.
7. Adaptasi material lokal dan imaji local, hal ini karena
arsitektur tergantung pada material struktur yang tersedia
waktu itu dan batasan kemampuan perancangan ruang. Misal
shelter penting ketika ibadah komunal (missal haji) di mekah
adalah struktur atap tenda, sedang pada tempat yang berbeda
dan pada waktu yang sama di Bangladesh atap menjadi
merupakan potongan pohon. Hal ini menjadi keragaman
arsitektur islam.
8. Façade dengan beberapa langgam yang secara kontiniu dan
atau tradisional digunakan, sehingga ada beberapa elemen
tertentu yang secara kaku dianggab dapat mewakili arsitektur
islam, misalnya bebeapa tipe arsitektur yang khas secara
buruk ditemui terlalu dipaksakan untuk diterapkan pada
façade dan interior
(Fazlu R.Khan. Dalam Holly Idris.2008)
b. Ekspresi perancangan yang islami, menurut Faruqi berkarakter
abstraktif, modular, kombinasi beruntun, peuangan, dinamis dan
berdetail rumit.
1. Abstraktif
Segala yang ada di alam diusahakan direpresentasikan dalam
desain dalam bentuk yang abstrak. Seain itu usaha
pemaknaan secara transcendental makhluk yang keillahian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
adalah terlarang, karena telah berusaha mempresentasikan hal
keillahian dalam bentuk fisik atau harfiah.
2. Struktur yang moduler
Produk diciptakan dari penggabungan modul-modul pada
desain yang bermakna menjadi desain kolektif yang lebih
besar, sehingga dapat dinilai dari cakupan moduar hingga
keseluruhan.
3. Kombinasi beruntun
Modul-modul diatas disusun dengan kombinasi perulangan
tertentu sehingga memiliki makna yang baru yang lebih luas
atau kompleks, namun tanpa menghilangkan makna-makna
unit atau modul penyusunnya. Hal ini tidak memungkinkan
artikulasi modul yang terkecil dengan modul yang lebih
besar, bahkan modul yang sangat kompleks, sehingga
kemungkinan pola dapat tersusun tidak terhingga, sehingga
tidak ada focus yang tunggal atau konklusif, tetapi suatu
desain yang mempunyai focus yang tidak ada habisnya
(menafikan awal dan akhir yang konklusif)
4. Menggunakan perulangan
Keberuntutan diatas disusun berulang, namun sedapat
mungkin perulangan ini tidak mengekangindividualisasi tiap
modul desain, walaupun berulang diusahakan satu modul
tidak mencontoh modul yang lain (ada kontinuitas).
5. Dinamis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Desain harus dapat dinikmati sepanjang zaman. Pada
arsitektur persepsi ini didapat dari pemahaman ketika subjek
melakukan gerakan beruruan melewati ruang, koridor, kubah
dan cabang-cabangnya, bahkan suatu kompleks bangunan
tidak bisa dipahami dari jauh sebagai suatu totalitas melewati
bagian-bagian dan sudut-sudutnya.
6. Kerumitan
Desain yang rumit berusaha meningkatkan kemampuan pola
atau arabesque untuk menarik pemirsanya. Kerumitan inipun
didesain pada kerumitan dan kombinasi, sehingga memiliki
ikonografi pola islam yang tidak terbatas, sehingga tetap
berada pada suatu tatanan garis lurus.
(Al-faruqi, Ismail R. Atlas Budaya Islam. 2003)
v. Ornamentasi dalam Islam
Ornamentasi islam meliputi dekorasi objek portebel yang terbuat dari
bulu domba, kain wall, logam, keramik, kain atau maerial alain dan
dekorasi arsitektural. Terlepas dari material atau teknik yang
digunakan, ornamentasi islam memperlihatkan segi utilitas yang
mencolok dalam fungsi dan artinya, maupun dalam struktur formal
yang menjadi dasarnya.
1. Fungsi Ornamentasi Dalam Islam
Empat fungsi khusus dan penting yang mendefinisikan
keutamaannya, yaitu:
a. Pengikat Tauhid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pola indah yang ditemukan dalam seni islam merupakan
upaya estetis nyata kaum muslim untuk menciptakan produk
seni yang membuat pemandangnya dapat merasakan
transendensi Tuhan.
Ornamentasi merupakan inti dari peningkatan spiritualisasi
kreasi artistic islam dan lingkungan muslim. Dengan
memberikan pola tak terbatas dimana-mana, ornamentasi
dapat menaikkan nilai objek dari bidang kegunaan semata-
mata dan menjadikan ungkapan ideology islam.
b. Transfigurasi Material
Ciri dari seni islam adalah sebagai seni yang menekankan
abstraksi atau denaturalisasi dalam pemilihan dan pemakaian
materi subjeknya. Tujuan estetis seni islam adalah
menjauhkan pemandangnya dari konsentrasi kepada diri,
dunia ini dan berkonsentrasi pada perenungan tentang tauhid,
Tuhan dan alam yang berbeda. Karena itu seniman harus
menggunakan material artistic dengan cara yang khusus dan
konsisten.
Salah satu teknik yang lazim dalam berbagai seni islam
adalah melapisi material dasar dari objek atau bangunan
dengan pelapis dekoratif yang polanya tak terbatas. Ini
selaras dengan tuntutan kebudayaan yang ada terhadap
abstraksi dan denauralisasi dari dunia yang diciptakahn ini.
c. Transfigurasi Struktural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Penekanan pada struktur bangunan actual ditolak, karena itu
akan menekankan factor naturalistic, susunan organisasi
batang dan batu dari objek atau struktur arsitektural. Oleh
karena itu seniman muslim cenderung menyamarkan detail
konstruksi dengan lapisan ornament transfigurasi.
d. Keindahan
Fungsi keempat dari ornamentasi dalam seni islam adalah
seperti tradisi artistic seluruh kebudayaan. Dengan demikian
fngsi ini universal dalam kreasi estetis, yaitu pemakaian
ornament untuk memperindah dan menghias
2. Ciri Ornamentasi Dari Berbagai Wilayah
Wilayah I (Maghrib, Afrika Utara dan Spanyol)
- Jalinan wajik
- Motif tempurung
- Lengkung / teras beratap bercuping
- Lengkung / teras beratap ladam
- Lengkung berjalin
Wilayah II (Afrika Tengah)
- Gaya yang dipengaruhi motif wilayah I
- Benuk geometris garis lurus
- Desain dibuat dengan tangan
Wilayah III (Masyriq)
- Kubah bergalur
- Kubah berpahat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
- Seang seling pita-pita warna
Wilayah IV (Turki)
- Lengkungn segitiga
- Segitiga turki
- Kubah segitiga atau kerucut
Wilayah V (Iaran dan Asia Tengah)
- Gambar modis dari alam (sangat penting)
- Motif lembut
Wilayah VI (Anak Benua India)
- Lengkung / gang beratap bercuping
- Gambar teratai terbalik di sabit kubah
- Naturalisme lebih besar dalam gambar yang dibentuk dari
alam
- Kubah bulat
Wilayah VII (Asia Timur)
- Motif gelombang
- Motif haluan kapal
- Benuk tumbuhan dan hewan yang menakjubkan
- Motif paying
- Motif naga
- Lengkung / gang beratap bercuping
- Kubah bulat
3. Sruktur arabesque
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dalam beberapa mcontoh pola tak terbatas, eniman
nampaknyatelah menggunakan lebih dari satu bentuk dasar
dalam satu desain arabesque. Ada beberapa macam struktu
arabesque, diantaranya:
Struktur multi unit
Struktur munfashilah (terputus) pertama dapat disebut
arabesque multiunit atau ppola tak terbatas. Struktur ini
tersusun dari bagian-bagian atau modul-modul khas yang
digabungkan dengan cara aditif dan repetitive.
Struktur mutadakhilah atau struktur saling berpotongan
Struktur kedua yang lazim dijumpai sebagai prinsip pengatur
dasar dibalik pola ornamentasi islam disebut “saling
berpotongan” atau “ mutadakhilah”.
Pengulangan dan keragaman titik-titik focus juga penting
disini, untuk memberikan kesan suksesi tanpa akhir. Struktur
ini juga merupakan contoh pola tak terbatas, tetapi struktur
ini lebih memberikan ekspresi visual estetis tauhid yang lebih
memperlihatkan kontinuitas daripada pemusatan.
Struktur berjalin
Dari struktur bersambung (mutashilah), yang pertama dan
kurang rumit adalah arabesque “berjalin” dimana suksesi
kaligrafi, daun, bunga, sulur, dan atau bentuk abstrak yang
kelihatannya tak berujung, saling menyusul. Motifnya dapat
dibubuhkan pada tumbuhan merambat atau motif itu sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dapat membeikan “jalan” bagi evolusi berlanjut. Motif ini
tidak memberi peluang untuk awal atau tengah, klimaks atau
kesimpulan untuk pola .
Struktur berkembang
Spesies kedua struktur bersambung, dan bentuk keempat
ornamentasi islam yang lazim dipakai disebut arabesque
mengembang. Karena spesies ini memberikan kesan desain
eksplosif yang senantiasa berkembang.
4. Seni kaligrafi
Kaligrafi (calligraphy) berasal dari perkataan Latin “
Kalios” yang bererti indah dan “graph” yang bererti tulisan atau
aksara. Erti keseluruhan kaligrafi ialah kepandaian menulis atau
tulisan yang menarik. Bahasa Arab menyebutnya khath yang
berarti garis atau tulisan indah. (Samsu Abadi Mamat, dalam seni
khath.com)
Definisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Syeikh
Syamsuddin Al Akfani di dalam kitabnya, Irsyad Al Qashid bab
“ Hashr Al „Ulum” yang dimaksud:
“Khat/kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-
bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara
merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa-
apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya
dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; menggubah
ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
untuk menggubahnya.” (Samsu Abadi Mamat, dalam seni
khath.com)
Wujud seni kaligrafi bermacam-macam, ada yang
berbentuk lengkung, ada pula yang berbentuk geometris. Semua
tergantung dari tujuan dari masing-masing kaligafer dalam
menerapkannya, bentuk ulisan yang sederhana agar mudah
dibaca sebagai media penyampaian firman Allah atau berwujud
lukisan sebuah objek sebagai sebuah seni hias murni. Jenis seni
kaligrafi dinamakan “khath”. Menurut Thackston (Frishman &
Khan, 1994:47) ada berbagai macam khath. Berikut contoh
bacaan Bismillah (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang), dalam berbagai macam Khat, antara lain:
a. Mashq – pertama kali berkembang di Mekah dan Madinah
pada abad pertama era muslim.
Gambar 2.1.
Khath Mashq
Sumber: petra Christian University Library
b. Square Kufic -- berkembang di Kufa pada abad 9, lebih dihias
dan merupakan yang paling berpengaruh dalam seni kaligrafi
islam.
Gambar 22.
Khath Square Kufic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sumber: petra Christian University Library
c. Eastern Kufic – versi yang lebih sulit, berkembang pada akhir
abad ke 10.
Gambar 2.3.
Khath Eastern Kufic
Sumber: petra Christian University Library
d. Thuluth – berkembang pada abad Sembilan, biasa digunakan
untuk prasasti yang bersifat ornamental.
Gambar 2.4.
Khath Thuluth
Sumber: petra Christian University LibraryNaskhi – relative mudah
dibaca dan ditulis, sering kali digunakan untuk naskah Al-
Quran setelah didesain ulang pada abad ke10. Khath ini
merupakan pokok dasar sebuah kaligrafi dan tidak banyak
menampilkan gaya (sederhana). Khath Naskhi sangat tidak
cocok dan tidak sesuai apabila dipergunakan untuk berbagai
macam model seperti mengemas dengan cara menumpuk
huruf satu dengan huruf lainnya.
Gambar 2.5
Khath Naskhi
Sumber: petra Christian University Library
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
e. Muhaqqaq – juga biasa digunakan untuk menulis Al-Quran,
menampilakan garis-garis lengkung dengan alur yang jelas
dari kanan ke kiri.
Gambar 2.6
Khath Muhaqqaq
Sumber: petra Christian University Library
f. Rihani – kombinasi antara Thuluth dan Nskhi, ditulis dengan
pena khusus untuk menampilkan karakteristiknya.
Gambar 2.7
Khath Rihani
Sumber: petra Christian University Library
g. Taliq – tulisan yang “menggantung”, dikembangkan oeh
kaligafer Persia pada abad ke9, selanjutnya masih digunakan
untuk keperluan-keperluan penting meskipun setelah itu
diketemukan banyak variasi seperti Nastaliq yang dikenal
pada abad 15 dan merupakan model tulisan yang sering
digunakan untuk dokumen atau srat menyurat oleh bangsa
Persia.
Gambar 2.8
Khath Taliq
Sumber: petra Christian University Library
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Kajian Tentang Fasilitas Perencanaan dan Perancangan Interior
a. Bangunan Utama (Masjid)
Masjid adalah rumah Allah, seperti makna yang tersirat dalam firman
Allah:
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-NYA di dalamnya, pada waktu
pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan
dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut
kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang”. (Q.S. An-Nuur : 36-37)
Dengan demikian, masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun
agar umat mengingat, mensyukuri dan menyembahNYA dengan baik.
Ibadah terpenting yang dilakukan di masjid adalah shalat yang
merupakan tiang-tiang agama islam dan kewajiban ritual sehari-
harinya, yang memungkinkan seorang muslim berjumpa dengan
Tuhannya lima kali dalam sehari semalam, sehingga bisa dimisalkan
dengan kolam-kolam spiritual yang menjadi tempat pembersihan dari
segala dosa, noda dan bekas-bekas kelengahannya, setiap hari lima
kali. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“ Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bagian permulaan dari malam. Sesungguhnya
poerbuatan-pebuaan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk…” (Q.S. Huud : 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
i. Pengertian masjid
Masjid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi‟il
madinya sajada (ia sudah sujud). Jadi bila dilihat dari segi
harfiah, masjid adalah tempat untuk sujud (sembahyang).
(Mesjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam.1989:118)
Nabi Muhammad berkata, “ seluruh jaga tealha dijadikan
bagiku masjid (tempat sujud)”. (Bukhari 7:1)
Yang maksudnya bahwa sujud kepada Tuhan tidak terikat
pada tempat.
Yang membedakan seluruh bumi sebagai masjid dan gedung
sebagai masjid adalah:
- Seluruh jagad adalah masjid bagi muslim, tempat untuk
sujud kepada Tuhan, tempat untuk memperhambakan diri
pada Tuhan, tempat meluhurkan Tuhan.
Nabi menerangkan, “ bumi ini bagiku suci, bersih dan
boleh dijadikan tempat untuk sembahyang, maka
dimanapun orang berada bolehlah ia sembahyang bika
waktunya telah tiba”. (Hadist Muslim:316)
- Gedung sebagai masjid aadalah tempat atau embaga yang
merupakan benih, yang dalam perkembangannya
melahirkan dunia islam (sebagai pusat ibadat dan
kebudayaan islam).
Masjid secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk
sujud, selanjudnya disini dipakai untuk pengertian sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpualnya kaum
muslim guna mengerjakan shalat.
Masjid dalam pengertian syar‟I adalah tempat yang disediakan
untuk mengerjakan shalat 5 waktu untuk selamanya. Asal kata
masjid adalah setiap tempat dibumi yang digunakan untuk
sujud kepada Allah. Hal ini berdasarkan hadist Jabir ra. Dari
nabi SAW beliau bersabda:
“… dijadikanlah untukku bumi sebagai masjid dan alat
bersuci, maka siapa saja dari umatku yang mendapati waktu
shalat, hendaklah ia mengerjakan shalat (dimana saja mereka
berada). (HR Bukhari-Muslim)
ii. Sejarah dan Penyebaran masjid
Sejarah islam sejajar dengan sejarah masjid. Dalam
pertumbuhan islam, waktu ia meluaskan sayapnya ke segalaa
penjuru angin, tumbuh pula masjid di segala penjuru angin itu.
Setelah jazirah arab berhasil diislamkan, arus islam mengalir ke
urata menggenangi Turki, Irak, Negara-negara Balkan, Rusia dan
Semenanjung Liberia. Ke sebelah barat melewati Mesir, Sudan,
Libia, Aljazair, Maroko dan Sahara. Ke sebelah selatan melewati
Megara-negara yang ada di Afrika tengah dan Afrika selatan
termasuk Madagaskar. Dan ke sebelah timur yang meliputi Iran,
Afganistan, Pakistan, India, Tiongkok, Birma, Muang Thai,
Semenanjung Malaya, Vietnam, Filipina dan Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Di zaman perkembangan islam berkembang pula masjid,
baik dalam jumlah, besarnya, bentuk, rupa maupun dalam cara
pelaksanaan tugas-tugasnya.
Berbeda dari Timur Tengah pembangunan masjid pada
awal kurun islam di Indonesia bukanlah dilakukan oleh jendral-
jendral, karena arus Islam di Indonesia bukan mengaliri saluran
pertikaian politik, tapi saluran perdagangan. Pedagang-pedagang
muslim selain membawa barang dagangannya juga membawa
keyakinan. Tidak ada pemisahan antara akherat dan dunia, agama
dan kebudayaan, antara dagang dan dakwah. Pekerjaan pedagang-
pedagang ini yang sekalian juga mubaligh, dilanjutkan oleh
mubaligh khusus. Di Jawa mereka terkenal dengan sebutan Wali,
kiayi. Di Sumatera dengan panggilan Syekh, Tuanku, Ulama, dan
sebagainya. Pendirian masjid berpangkal dari kegiatan-kegiatan
mubaligh ini.
Masjid adalah lambang islam. Masjid merupakan barometer
atau ukuran dari suasana dan keadaan masyarakat muslim yang
ada di sekitarnya. Maka pembanguan masjid bermakna
pembangunan islam dalam suatu mmmasyarrrakaaat. Keruntuhan
masjid bermakna keruntuhan islam dalam masyarakat.
(Mesjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam.1989:268)
iii. Fungsi masjid
a. fungsi utama masjid aadalah tempat sujud kepada Allah SWT,
tempat shalat, tempat beribadah kepadaNYA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c. Masjid adalah tempat kaum muslimin beriktikaf,
membersihkan diri, menggembleng batin unuk membina
kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin atau
keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan
raga serta keutuhan kepribadian.
d. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna
memecahkan persoalan-pesoalan yang timbul dalam
masyarakat.
e. Masjid merupakan tempat kaum muslimin berkonsultasi,
mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan
pertolongan.
f. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan
kegotongroyangan didalam mewujudkan kesejahteraan
bersama.
g. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk
meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.
h. Masjid merupakan tempat pembinaan dan pengembangan
kader-kader pemimpin umat.
i. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan
membagikannya.
j. Masjid merupakan tempat melaksanakan pengaturan dan
supervise social.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
iv. Dasar Hukum Perancangan Masjid
Al-Quran dan Al-Hadist merupakan pegangan bagi umat
islam salam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
sekecil apapun. Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang
merupakan firman Tuhan yang tertulis dan menjadi pegangan
hidup yang utama. Sedangkan A-Hadist adalah segala ucapan dan
tingkah laku nabi Muhammad SAW yang dijadikan suri tauladan
bagi kehidupan sehari-hari. (Irwin, 1997:262). Jika ketentuan-
ketentuan tentang sesuatu hal tidak diatur dalam Al-Quran dan Al-
Hadist, maka seorang muslim harus melakukan ijtihad yang
berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mendapatkan
sesuatu dengan menggunakan akal sekuat mungkin tetapi idak
bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadist.
Jadi walaupun tidak diatur secara tertulis dalam Al-Quran
dan Al-Hadist mengenai bagaimana seharusnya bentuk suatu
masjid, kaum muslim disarankan melakukan ijtihad dalam
merencanakan ruang masjid. Ini berate merupakan kesempatan
bagi umat islam untuk berpikir, mengambil kepuusan dan
berinovasi dalam mendesain suatu masjid.
Berdasarkan ketiga hukum islam tersebut kita dapat
mengetahui aturan-aturan mendesain ruang masjid dari sejarah
didirikannya bangunan masjid sebagai hasil ijtihad umat islam
pada saat itu. Masjid pertama yang didirikan oleh nabi
Muhammad SAW bernama masjid Quba. Bentuknya sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sederhana, denah segi empat dengan dinding-dinding
disekelilingnya. Meskipun demikian, masjid yang sangat
sederhana tersebut dijadikan orientasi atau pola dasar yang utama
bagi masjid-masjid sesudahnya bahkan hingga saat ini. Pola
masjid tersebut adalah masjid lapangan, yaitu adanya lapangan
sebagai unsur utama di bagian tengah denah yang dikelilingi
dinding sebagai pembaas dengan bagian luar masjid. (Rochym,
1983:26-27).
Lebih lanjut Rochym menjelaskan bahwa disalah satu
bagian dinding masjid tersebut, yaiu dinding pada arah Mekkah,
kota tempat kedudukan Ka‟bah, terdapat sedikit penonjolan dan
agak ditinggikan. Tempat ini biasa dipergunakan oleh nabi
Muhammad SAW unuk menyampaikan dakwah dan memimpin
umat bersembahyang. Dalam perkembangan masjid selanjutnya,
ruangan yang khusus ini berubah bentuk menjadi semacam relung
atau ceruk yang senantiasa menunjukkan arah kiblat (Ka‟bah) dan
kemudian dikenal dengan nama mihrab. Sedangkan didekatnya
yaiu tempat duduk nabi yang merupakan tempat yang ditinggikan
diberi nama mimbar dan senantiasa menjadi tempat yang penting
untuk ditampilkan dengan penuh gaya dan kemewahan hiasan.
Jadi ada beberapa hal pokok dalam merancang masjid yang
tidak boleh dilanggar. Masjid harus menghadap kearah Ka‟bah
(kiblat), posisi imam (pemimpin shalat) berada paling depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemudian diikuti jamaah/makmum. Posisi makmum pria adalah di
depan makmum wanita. (Ashari, 1999:71).
Pembagian tersebut dapat kita lihat pada zooning dibawah
ini:
(arah Ka‟bah)
1
2
3
Gambar 2.9.
Zoning ruang sholat
Sumber: petra Christian University Library
Keterangan:
Zoning 1 yaitu letak dinding mihrab
dan mimbar sebagai tempat imam beradi ketika memimpin
sholat dan berkhotbah, yang juga menunjkkan aah kiblat.
Zoning 2 yaitu area makmum pria
Zoning 3 yaitu area makmum wanita.
Satu hal yang harus diperhatikan yaitu dalam masjid
diharamkan adanya gambar/wujud makhluk hidup (manusia dan
bewan). Hal ini untuk mencagah musyrik atau menyembah selain
Allah SWT. (hasan, 1988:347-363). Oleh karena itu Rochym
(1983:154-155) menerangkan bahwa jalan keluar dari adanya
larangan bagi umat islam untuk memvisualkan makhluk hidup
sebagai motif adalah penggunaan motif geometris, seni kaligrafi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dan sulur-sulur atau stilasi tumbuhan. Motif-motif tersebut
mengakibatkan adanya ciri khas elemen hias pada ruang masjid.
v. Elemen Hias Masjid
Elemen hias merupakan salah satu factor penunjang
setetika. Bila dikaji secara etimologi, elemen berari unsure, bagian
(yang penting, yang dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih
besar. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, 1990:224).
Dalam desain interior, elemen merupakan unsur-unsur yang
membentuk ruang, yaitu unsure geometri berupa itik, garis, bidang
dan voume. (Ching, 1996:11).
Elemen hias islam lebih mengacu pada wujud atau jenis motif
yang dipilih untuk diterapakn dalam interior bangunan khususnya
masjid, sebagai sentuhan akhir yang menunjang estetika dan
tentunya berdasarkan aturan-aturan islam. Diantaranya:
a. Pola hiasan Arabesk
Pola ini muncul sebagai akibat dari sifat agama islam yang
fleksibel terhadap kebudayaan tempat/daerah penyebarannya,
dalam hal ini yaitu kebiasaan orang arab yang senantiasa
memberikan motif hias arabesk pada setiap alat-alat rumah
tangganya untuk menambah estetika. Jadi peran pola hias ini
dalam interior murni hanya sebagai hiasan untuk
memperindah penampilan akhir sebuah bidang dan tidak
mempunyai makna khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 2.10.
Pola hiasan arabik
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.11.
Penerapan hiasan arabik pada bagian atas relung mihrab the great mosque
Sumber: petra Christian University Library
b. Pola geometris
Pola geometris yang sering digunakan yaitu pola octagon dan
delapan sudut atau lebih dikenal dengan pola bintang (sar
shapes). Bintang sebagai lambing ciptaan Tuhan yang sangat
berguna bagi Aktivitas kehidupan manusia (Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, 1989:870). Jadi selain
sebagai symbol surat An-Najm, adanya pola ini juga
merupakan salah satu wujud kekaguman mansia terhadap
ciptaanNYA. Pada lantai pola geometris (persegi panjang)
digunakan sebagai tanda shaf sholat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2.12.
pola octagon
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.13
pola bintang
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.14.
pola hias geometri (modifikasi)
Sumber: petra Christian University Library
Gambar 2.15. Gambar 2.16.
Penerapan bentuk gemetri pada mimbar penerapan benuk geometri pada plafon
Sumber: petra Christian University Library Sumber: petra Christian University Library
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Seni kaligrafi arab
Perwujudan seni kaligrafi merupakan media penyampain
firman Tuhan. Jadi selain sebagai elemen hias yang sangat
tinggi nilainya, penerapannya dalam interior sebaiknya pada
posisi yang mudah dibaca karena menggambarkan bahwa
Tuhan sedang berbicara dengan manusia.
Gambar 2.17
Tampak dinding bagian mihrab dan mimbar dengan perpaduan pola hias kaligrafi-bentuk
geometri
Sumber: petra Christian University Library
d. Pencahayaan
Cahaya merupakan symbol dari adanya Tuhan sebagai
pemberi cahaya/terang bagi umatNYA agar tetap di
jalanNYA, maka interior masjid sebaiknya diberi pencahayaan
yang terang dan mempunyai efek khusus, karena masjid
adalah rumah Allah dan tempat bagi umat islam dalam rangka
mendekatkan diri denganNYA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 2.18.
Interior salah satu masjid di Madinah. Dominasi warna emas dengan pantulan cahaya yang
berkesan mewah
Sumber: petra Christian University Library
b. Bangunan Pendukung (Auditorium/ Gedung Serba Guna)
i. Pengertian Auditorium
Menurut A. Kunti Pratiwi dkk, auditorium adalah ruang yang
digunakan untuk acara pertunjukan atau audiovisual, seperti
theater, konser, pemutaran film dan sebagainya.
Menurut Earnst Neufert, 1980, ruang serbaguna adalah ruang
yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan seperti
pertemuan, jamuan makan, pesta, pameran dan sebagainya. Yang
menjadi pertimbangan dalam desainnya antara lain: jalan masuk
yang terpisah untuk ruang serbaguna yang berukuran luas,
dilengkapi dengan partisi yang moveable, dan didukung dengan
perlengkapan audiovisual.
Menurut WJS Poerwadarminta, ruang pertemuan adalah
ruang tempat berkumpul untuk mendengarkan ceramah,
mengadakan pertunjukan dan sebagainya disekolah, universitas,
atau gedung lain.
ii. Macam auditorium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Auditorium Khusus
Yaitu, ruang peretemuan yang didesain khusus untuk satu jenis
aktivitas seperti drama theater, opera house, concert hall, film
theater, dan musical theater.
2) Auditorium Multifungsi
Yaitu, ruang pertemuan yang dirancang untuk mengekomodasi
dua atau lebih aktivitas dalam satu tempat. (Joseph De Chiara
and Michael J. Crosbine, 1998)
iii. Fungsi Auditorium
1) Sebagai prasarana kegiatan
2) Sebagai tempat mempertunjukkan kegiatan-kegiatan kesenian,
kebudayaan, dan acara lainnya baik bersifat formal maupun
non-formal.
3) Sebagai tempat mempelajari aspek-aspek seni, budaya, sosial
dan aspek yang lainnya.
iv. Aktivitas Auditorium
Aktivitas auditorium terdiri dari :
1) Pihak Penyelenggara
a) Melayani pengunjung (informasi, tiket, menjaga
kebersihan, dan lain-lain)
b) Mengurus administrasi
c) Mengatur teknis seperti perbaikan dan penyimpanan alat-
alat, pengaturan tata lampu dan suara, dan lain-lain.
2) Pihak seniman, pemain, pengisi acara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a) Melakukan persiapan (berhias dang anti kostum)
b) Melakukan koordinasi dan latihan
c) Melaksanakan pentas
3) Pihak pengunjung
a) Membeli tiket
b) Menonton acara
v. Elemen pembentuk ruang
1) Lantai
Menurut Harold Burris Meyer & Edward C. Cole ,
Lantai pada alas ruang auditorium harus tenang dengan alas
karpet atau sejenisnya pada seluruh ruang audience, bunyi
harus ditangkap dan diserap oleh pendengaran, sehingga lantai
tidak menimbulkan bunyi.
Agar semua penonton mendapat pengalaman
audiovisiual yang baik, maka kemiringan lantai landai
membuat bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati
penonton dengan sinar datang miring, seperti gambar dibawah
ini :
Gambar 2.19
Pengaruh kebisingan lantai terhadap dumber suara
Sumber: Leslie L. Doelle&Lea Presetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Dinding
Dinding berfungsi sebagai media pemantul, pengarah
dan penyerap suara. Dengan cara pemilihan bahan dan bentuk
dinding yang mendukung akustik ruang serta penempatan
posisi pada tempat yang tepat maka kondisi mendengar yang
baik akan tercapai.
Dinding bangunan sebagaian besar mampu
mempunyai ketebalan 30 cm. Dinding sebagai pembatas ruang
akustik mempunyai aturan umum yaitu bahan penyerap bunyi
harus dipasang pada permukaan batas auditorium yang
mempunyai kemungkinan besar menghasilkan cacat akustik
seperti gema, gaung, pemantulan berkepanjangan dan
pemusatan bunyi. Lapisan akustik mula-mula di berikan pada
dinding belakang (berlawanan dengan sumber bunyi)
kemudian pada dinding sampai yang paling jauh. Keduanya di
beri lapisan absorpsi suara dan dimanfaatkan untuk
memantulkan suara dari arah horizontal terhadap penonton
yang berada paling jauh dari sumber suara sekalipun. Untuk
menghindari pemusatan bunyi (echo) maka dihindari adanya
cekungan pada dinding bagian belakang (Leslie L. Doelle &
Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009).
Dinding belakang untuk mengarahnkan bunyi pantul
sehingga bias mempeerkuat suara yang ditangkap pendengar
dibagian belakang. Dinding samping untuk mengarahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
bunyi pantul agar merata dan memperkuat bunyi terutama
untuk pendengar di bagian samping, dapat diperjelas dengan
gambar di baeah ini:
Gambar 2.20
Pemanfaatan dinding belakang dan samping secara akustik
Sumber: Lusinda Irene M, dkk, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
3) Langit-langit
Langit-langit membantu dalam penyebaran vertical
suara dan dapat meredamnya, didukung oleh dinding dan
lantai. Pada Auditotium, pemasangan bidang-bidang gema
dapat meningkatkan pemantulan secara langsung. Ceiling
bagian belakang dibentuk melengkung atau miring di beri
penyerap suara untuk mengurangi gema dan menghindari
pemantulan balik (feedback).
Gambar 2.21
Pemantulan ceiling secara akustik
Sumber: Lusinda Irene M, dkk, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Keterangan :
A. Sangat baik, pemantulan tersebar.
B. Tidak sebaik A
C. Sangat dihindari, menyebabkan pemusatan bunyi.
Menurut Harold Burris Meyer & Edward C. Cole,
ketinggian ceiling untuk music antara 1/3 atau 2/3 dari lebar
ruangan. Untuk ruang pertunjukan, dengan lebar 100 feet dan
panjang 150 feet, tinggi langit-langit antara 30-35 feet. Pada
langit-langit stage dibuat labih tinggi dari langit-langit ruang
penonton untuk meletakkan segala perlengkapan panggung
seperti lampu, kabel, tirai, panel-panel dekorasi, dan lan-lain.
vi. Interior sistem
1) Pencahayaan
a) Penerangan Umum
Aspek pencahayaan pada auditorium akan
berpengaruh langsung pada suasana yang tercipta di dalam
ruangan itu. Sehingga pencahayaan sebagai alat bantu
untuk memfoluskan pada kegiatan pertujukan atau stage.
Standart penonton saat melihat pertunjukan akan berada
pada posisi membelakangi arah lampu. Dengan demikian
saat duduk, sorot lampu tidak menyilaukan mata penonton.
Spotlight pada ruang Auditorium harus pada posisi
tersembunyi, dengan bias pencahayaan yang dapat diputar,
akan lebih fleksibel. Posisi lampu pada titik lampu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tepat, sehingga efek pencahayaannya berada pada radius
yang sebenarnya (Majalah Griya Asri, dalam Fajarsani
Retno Palupi. 2009).
Auditorium pada prinsipnya menghindari bukaan
yang berlebihan, pencahayaan buatan pada level 100-200
lux. Ketajaman penglihatan akan bertambah jelas dengan
besarnya perbedaan tingkat luminasi antara obyek dengan
lingkaran sekitar secara langsung. Bisa juga dengan
membuat obyek terang pada background gelap.
Pencahayaan umum untuk kegiatan backstage, kegiatan
Auditorium sebelum dan sesudah pementasan atau saat
pementasan berlangsung, yaitu untuk penerangan sirkulasi
termasuk pintu darurat dan petunjuk toilet. Untuk lampu
dipilih yang sedang atau hangat, minimal sebesar 10 fe
(foot candle) selama istirahat dan 0,1 fe (=0,1 lumen/ft2)
selama pertunjukan berlangsung. Untuk foyer atau loby
minimal 10 fe. Untuk entrance minimal 30 fe (30 lumen/ft2)
= 30 x 10,764 = 322,92 lumen/m2) (Ernst Neufert, 1987,
h.176).
b) Penerangan Khusus
Untuk aktivitas panggung yaitu :
Memperjelas ekspresi atau gerak pemain
Memberi efek untuk menguatkan karakter
Memperjelas bagian-bagian tertentu dari tata panggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Member efek warna sesuai cerita
Membentuk ruang gerak pemain
ntuk stage, pencahayaan tidak boleh menimbulkan
silau bagi penonton atau pemain. Sudut datang vertical 450
dan sinar datang horizontal 600. Iluminasi di atas stage
lebih tinggi dari ruang penonton, supaya perhatiannya
terarah ke stage missal sampai 500 lux (A. Faizin, 1990,
h.120).
Gambar 2.22
Sudut dating cahaya terhadap panggung
Sumber: Fred Lawson, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
c) Sistem Pencahayaan
Menurut J. Pamudji Suptandar penempatan sumber
cahaya pada ruangan terdapat beberapa teknik antara lain
i. Teknik pencahayaan pada dinding terdiri dari ;
- Cove Lighting : pencahayaan distribusi tidak
langsung dengan sumber cahaya yang
ditempatkan pada dinding secara tersembunyi.
- Valances Lighting : pencahayaan distribusi tidak
langsung dengan sumber cahaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ditempatkan di atas jendela untuk direfleksikan
kearah ceiling bawah.
- Wall Lighting : variasi dari valences dengan
penempatan sumber cahaya pada dinding tidak
terikat di atas jendela dan tidak terikat ketinggian
- Accent Lighting : dengan distribusi langsung,
sumber cahaya di tempatkan di dinding.
ii. Menurut M. David Ega, Teknik pencahayaan langit-
langit terdiri dari ;
- Cornices Lighting : pencahayaan distribusi
langsung, dengan sumber cahaya yang
ditempatkan pada langit-langit dan direfleksikan
ke bawah.
- Recessed in Ceiling : pencahayaan distribusi
langsung, dengan sumber cahaya yang
ditempatkan tersembunyi masuk ke langit-langit.
- Attached to ceiling atau surface mounted :
pencahayaan distribusi langsung, sumber cahaya
menempel pada permukaan langit-langit.
- Luminous : pencahayaan distribusi langsung,
dengan penggunaan sheet transparan.
- Soffit : pencahayaan pencahayaan distribusi
langsung, seperti cornices, dengan memakai sheet
transparan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d) Efek Lighting
Merupakan bagian yang sangat penting untuk
memproduksi suatu pertunjukan terdiri dari :
Fire Light, dengan efek sinar seperti nyala api.
Laser, sinar laser dengan berbagai jenis warna dan
model
Car Head Light, berupa motor penggerak lampu yang
sangat penting untuk menentukan posisi lampu.
e) Posisi pencahayaan gantung
Keefektifan pencahayaan tergantung dari banyaknya
peralatan yang dimiliki ruang itu. Kebanyakan Auditorium
menggunakan sistem pemasangan lighting secara
permanen. Pada beberapa lampu, posisi biasanya dipasang
di atas ruang penonton untuk pencahayaan depan (disebut
„Ceiling Coves‟). Terdapat juga posisi lighting
menggunakan “Box Boms‟, yaitu berupa sambungan pipa
yang menyatu dengan proscenium.
Begitu juga dengan pemasangan lighting di atas
panggung yang juga terdiri dari pipa silang, yaitu pipa
pemberat untuk keseimbangan dengan sistem motorized
(yang posisinya dapat disesuaikan). Jarak peralatan
pencahayaan hingga ke panggung rata-rata antara 30-80
kaki, untuk sistem gantung di atas penonton. Sedang yang
di atas panggung antara 20-40 kaki. Untuk peralatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tambahan digunakan uplight di lantai, atau footlight (yang
sekarang lebih jarang digunakan).
2) Penghawaan
a) Terdapat dua jenis sistem pengaliran udara, yaitu :
Sistem mekanis, semisal kipas angin untuk mempercepat
gerakan udara dengan tidak mengurangi derajat
kelembaban udara sekitar.
b) Sistem AC, sistem pengaturan udara dalam ruang secara
teratur dan konstan.
Adanya sirkulasi udara yang lancar memungkinkan
ruangan dalam suhu dan kelembaban yang wajar dan
nyaman.
Gambar 2.23
System penghawaan
Sumber: Fred Lawson, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Keterangan :
A. Ventilasi penghawaan dengan sistem bergerak atas
B. Ventilasi penghawaan dengan sistem bergerak bawah
C. Ventilasi penghawaan dari depan ke belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Penggunaan AC Central menghindari bising yang
ditimbulkan, sehingga tidak melampaui background noise
yang diisyaratkan antara 15-25 db. Macam-macam AC
antara lain :
a) Window unit, yaitu AC untuk ruang-ruang kecil yang
sistem mekanisnya dalam 1 unit kompak.
b) Split unit, penggunaannya untuk 1 atau beberapa ruang,
sedang kelengkapan untuk evaporator terpisah tiap
ruang.
c) Central unit, untuk ruang luas dan perlengkapan
keseluruhan berada di luar ruangan lalu didistribusikan
ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir dengan
aliran diffuser.
(J. Pamudji Suptandar, dalam Fajarsani Retno Palupi)
3) Akustik
a. Sistem Akustik
Adanya luondness yang cukup dalam tiap bagian ruang
pertunjukan terutama di tempat-tempat duduk yang jauh.
Bebas gema, pemantulan berkepanjangan, gaung,
pemusatan bunyi, distorsi, bayangan dan resonansi
ruangan.
Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran
atau pementasan harus dihindari atau dikurangi cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
banyak. (Lusida Irene M.dkk, dalam Fajarsani Retno
Palupi.2009)
b. Sistem penguat bunyi
Mikropon, terdiri dari:
- Hand Mikrophone, yaitu sejanis mik yang dipegang
- Stand Mikrophone, yaitu mik dengan posisi berdiri
di lantai di depan obyek atau pemakai.
- Hidden Mikrophone, yaitu yang letaknya
tersembunyi di belakang obyek.
- Penguat (amplifier)
Untuk memperbesar sinyal listrik yang diteruskan
kepada pengeras suara, selain itu berfungsi pula sebagai :
Pengeras suara (Loudspeaker)
Untuk meneruskan suara kepada pendengar
c. Material akustik
Jenis bahan akustik yang dapat digunakan antara lain :
Akustik bahan berpori, karakteristik akustik dasar
semua bahan berpori, sperti fiber board atau papan
srat, soft board atau plesteran lembut, dan material
wools.
Penyerap panel, berupa panel yang menyerap frekuensi
rendah dengan efisien. Diantara lapisan-lapisan dan
konstruksi dari penyerap panel adalah panel kayu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
hard board. Juga gypsum board, langit-langit plesteran
yang digantung, dan lain-lain.
Helmholtz Resonators (lubang resonansi) : bahan
akustik yang terdiri dari rongga atau lubang bunyi
resonansi.
Penyerap ruang, yaitu bahan akustik yang dapat
diletakkan dan digantung pada langit-langit sebagai
unit sendiri, mudah di pasang dan dipindahkan.
Penyerap variable, terdiri dari bermacam-macam panel
yang dapat digeser, berengsel, dapat dipindahkan dan
diputar konstruksinya.
Jenis material akustik dapat digunakan berbagai media
antara lain :
Material akustik pada dinding, terdiri dari :
- BAD panel : Panel dinding berlapis upholstery yang
bersifat menyerap suara bising, dan memantulakn
suara jernih (diffsorptive).
- Absorbor : Panel dinding yang bersifat menyerap
suara dilapisi upholstery.
- Fluterfree : Material hardwood bersifat
memantulkan suara dengan tingkat frekuensi
penyerapan rendah.
- Diffuser blox : Material board yang menyebarkan,
menyerap, dan mengisolasi suara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
- Biffusor : Panel knock-down (dapat diubah) yang
bersifat menyerap suara.
- Clearsorber Material : Polikarbonat berlubang dan
transparan (transparent microperforated).
(http://www.rpginc.com/products/wallas.com).
Material akustik pada ceiling, terdiri dari :
- BASW Aphon : Papan akustik berpermukaan halus
dan rata.
- Top Akustik : Terbuat dari bahan kayu penyerap
suara, mempunyai permukaan kasar.
- Top Perfo : Pemasangan sistem kayu penyerap
suara dengan desain berlubang.
- FRG Omnifussor : Fiber gypsum beresistensi tinggi
dengan sistem diffuser (penyebar suara) 2 dimensi.
- Opti Curve : Bahan GRG untuk sistem ceiling
dengan figure 1 dimensi.
(http://www.rpginc.com/products/ceiling.htm)
d. Elemen pokok akustik
Terdapat 3 jenis elemen principal dalam sistem akustik,
yaitu :
Microphone : untuk menangkap suara yang di hasilkan
di panggung dan di Auditorum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Loudspeaker lepas, yaitu diposisikan mengelilingi
Auditorium untuk menghasilkan kembali pantulan
suara yang hilang dan pemusatan bunyi (echo).
Peralatan Central , meliputi advance digital processor,
amplifier, dan control panel untuk menyeleksi seting
akustik dan berbagai fungsi lainnya seperti line input
dan line output.
(http://www.rpginc.com/products/siap/)
e. Kriteria akustik
Kebisingan pada lantai
Pada Auditorium, kebisingan pada lantai dapat
ditolerir di bawah level penekanan suara NC25 seperti
kurva di bawah, dimana pada level NC30 merupakan
kebisingan terburuk yang juga masih dapat diterima.
Pengukuran akan kebisingan pada dasar lantai
diperlukan untuk memperoleh suara yang stabil,
namun tidak bias secara efektif menghindari gangguan
suara misalnya bising alat proyektor. Walaupun
nkebisingan itu tidak mungkin terdengar di area
penonton.
Pantulan suara dapat terpecah menjadi dua tipe, yaitu
suara stabil (steady state noise) yang dipengaruhi oleh
sistem peralatan suara. Tipe kedua yaitu suara uang
tidak konstan atau patah (intermittent noise). Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
gambar di bawah ini diperlihatkan karakteristik
frekuensi dari tingkat penekan suara, yaitu kurva NC
yang dipengaruhi oleh kebisingan dari lantai.
Gambar 2.24
Kurfa System karakteristik frekuensi
Sumber: www.cinemaequipmentsales.com, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Perpanjangan bunyi
Struktur akustik tentunta berbeda, yaitu tergantung
apakah Auditorium digunakan untuk pertunjukan
music (konser atau pemutaran cinema). Hal yang
paling jelas terletak pada perpanjangan bunyi
(reverberation), dimana untuk cinema perpanjangan
bunyi harus ditekan serendah mungkin. Sedang untuk
konser bisa ditambahkan, untuk meningkatkan tingkat
kekerasan music, yang membuat suara lebih semarak
dan menyenangkan.
Perpanjangan bunyi yang berlebihan mengakibatkan
menurunnya kejelasan suara. Selain dipengaruhi oleh
bahan-bahan akustik dan besarnya ruang, penundaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pemantulan bunyi dipengaruhi juga oleh panjang
ruangan tersebut, seperti pada gambar dibawah ini.
Penundaan pemantulan bunyi pada 500 Hz untuk
volume ruang yang berbeda-beda.
Gambar 2.25
Penundaan pemantulan bunyi pada 50 Hz untuk berbagai volume ruang
Sumber: www.cinemaequipmentsales.com, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Pemantulan bunyi
Pemantulan bunyi tidak dapat menjamin pencapaian
akustik yang baik. Desain Auditorium yang baik dapat
mencegah resonansi dan pemantulan bunyi. Dari segi
praktikal telah membuktikan bahwa pada bagian depan
dinding loudspeaker haruslah punya tingkat
penyerapan bunyi yang lebih tinggfi pada pemilihan
materialnya.
Secara akustik, material penyerap bunyi dapat
ditambahkan pada sisi Auditorium, namun desain
Auditorium modern yang menggunakan area kaca
yang lebih luas pada dinding ruang control proyeksi,
juga dapat menyebabkan masalah pemantulan bunyi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pemantulan bunyi silang
Peralatan untuk keperluan akustik berhubungan dengan
suar yang memantul pada dinding tepi di bagian depan
Auditorium. Untuk pertunjukan konser, hal ini bias
sangat baik, ditambah dengan kekerasan stereo, yang
membuat music lebih atraktif. Namun untuk
penggunaan dialog pada pemutaran cinema bias
mengakibatkan menurunnya kejelasan suara, dimana
terjadi pemusatan bunyi (echo) dan berulang-ulang.
Untuk solusinya, dinding tepi pada Auditorium
haruslah memakai bahan penyerap suara berkualitas
tinggi. Dan loudspeaker tidak diletakkan sejajar dan
perlu ruang cukup, untuk meminimalisasi sinyal yang
dapat berbenturan dengan dinding tepi agar tidak
terjadi dengungan suara tinggi.
Gambar 2.26
Kurva pemanjangan bunyi pada tingkat suara
Sumber: www.cinemaequipmentsales.com, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 2.27
Penundaan waktu pada bunyi pantul memperkuat bunyi langsung
Sumber:Doelle Leslie L & Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Gambar 2.28
Penundaan waktu pada bunyi pantul memperkuat bunyi langsung
Sumber:Doelle Leslie L & Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Keterangan :
A. Hanya menyediakan pemantulan dengan waktu tunda
singkat yang terbatas.
B. Permukaan langit-langit yang dimiringkan dengan tepat
lebih menyumbang pengadaan pemantulan bunyi yang
berguna, yaitu kekerasan yang cukup.
Gema
Gema tidak boleh dicampur adukkan dengan dengung.
Gema adalah pengulanagn bunyi asli yang jelas an
sangat tidak diinginkan, sedang dengung hanya sampai
batas-batas tertentu, yaitu perluasan atau pemanjangan
bunyi yang menguntungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 2.29
Cacat-cacatakustik dalam auditorium
Sumber:Doelle Leslie L & Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Keterangan :
1. Gema
2. Pemantulan dengan waktu tunda yang panjang
3. Bayang-bayang bunyi
4. Pemusatan bunyi
Gaung
Gaung terdiri dari gema-gema kecil yang
berurutan dengan cepat dan dapat dicatat serta
diamati bila ledakan bunyi singkat, seperti tepukan
Langan atau tembakan, dilakukan diantara
permukaan-permukaan pemantul bunyi yang
sejajar, walaupun kedua pasangan dinding lain
yang berhadapan tidak sejajar. Eliminasi
permukaan pemantulan yang berhadapan dan
saling sejajar adalah salah satu cara untuk
menghindari gaung. Gaung tidak akan terjadi bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sumber bunyi tidak diletakkan diantara permukaan-
permukaan sejajar yang bermasalah.
Gaung juga dapat terjadi antara permukaan-permukaan
pemantul bunyi yang tidak sejajar, bila sumber bunyi
diletakan diantara pennukaan-permukaan, seperti pada
gambar berikut
Gambar 2.30
Gaung pada permukaan pemantulan bunyi yang tidak sejajar
Sumber:Doelle Leslie L & Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Gambar 2.31
Dinding belakanng pemantul bunyi
Sumber:Doelle Leslie L & Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Pemusatan bunyi
Pemusatan bunyi, yang kadang dinyatakan
sebagai titik panas atau hot spots, disebabkan oleh
pemantulan bunyi pada permukaan-permukaan
Sumber: Doelle leslie L & Lea Prasetio, 1986
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
cekung. Intensitas bunyi pada hot spots sangat
tinggi, sehingga terjadi cacat bunyi pada daerah
lain atau titik mati (dead spots), dimana kondisi
mendengar buruk. Adanya titik panas dan titik
mati menyebabkan distribusi energi bunyi yang
tidak merata dalam ruang. Pemilihan dan
pemasangan sistem penguat suara yang cocok
dan tepat dapat mengurangi gejala akustik
gema, pemantulan yang berkepanjangan,
gaung dan pemusatan bunyi yang merusak,
tetapi sistem tersebut tidak akan pernah bisa
mengatasinya dengan sempurna.
f. Pemilihan lokasi akustik
Memilih lokasi yang tenang dapat mengurangi pengeluaran
konstruksi Auditorium untuk menghindari gangguan
kebisingan. Diusahakan agar menghindari hal-hal
berikut ini :
1. Dekat dengan jendela bermaterial kaca
2. Dekat dengan building service seperti toilet, ruang
mechanical electrical, dan ruang peralatan lainnya.
3. Dekat dengan sumber bising lainnya.
g. Detail akustik
Gambar di bawah ini menunjukkan tipe desain
dinding yang diperlukan untuk mencapal isolasi suara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
yang baik, yaitu:
Gambar 2.32
Desain dinding isolasi suara
Sumber:Doelle Leslie L & Lea Prasetio, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
vii. Layout Auditorium
Dalam penyusunan layout Auditorium perlu ditekankan
fungsi dan kebutuhan aktivitas manusta yang mendukung.
Perencanaan layout tidak lepas dari denah atau bentuk
ruang, posisi entrance dan keluar, serta pembagian ruang-
ruang dengan aktivitas lain pula.
1) Stage
a) Harus memenuhi syarat auditif dan visual sesuai
dengan tuntutan pertunjukkan.
b) Persyaratan sudut kemkmatan pandang dengan
memperlebar posisi seats untuk mendukung kejelasan
ekspresi atau gerak pernam.
2) Audience Room
a) Posisi terbaik penonton untuk mellhat ke stage atau
panggung
b) Kejelasan antara baris duduk untuk mempermudah sirkulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c) Jarak jauh penonton dari stage adalah 25 meter.
3) Ruang Pengiring Musik atau Instrumen
Terletak,diantara panggung dan area penonton, bisa
juga dibelakang atau di camping panggung.
4) Backstage
a) Merupakan ruang pendukung pertunjukan
b) Pemanfaatan daerah pandang terbaik secara optimal
Beberapa jenis layout ruang pertunjukan atau auditorium:
Gambar02.33
Penataan Lay out tipe proscenium theaaters
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
Gambar 2.34
Penataan Lay out tipe arena theaaters
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 2.35
Penataan Lay out tipe open thrust theaaters
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
viii. Furniture
Dalam perancangan sebuah ruang Auditorium,
perancangan furniture perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Fungsi dan aktivitas
b. Ketahanan baik konstruksi maupun terhadap temperatur
c. Estetika
Penempatan tempat duduk pada jarak maksimum
penghayatan suara adalah 30m. Lebar jalur atau aisle minimal
1 m dan jarak antara sandaran 0,9 m. jumlah kursi antara dua
jalur adalah 14-22 kursi, sedang antara satu jalur dan
dinding adalah 7-11 kursi.
Kursi ruang penonton sebaiknya didesain permanen
(fixed seating), yang mempunyai sandaran tangan yang
meliputi perlengkapan seperti instalasi kabel,
mikropon, voting s is tem , penyaring udara, lampu
tersembunyi dan meja tulis.
Perlu dipertimbangkan pula mengenai sistem mekanis,
ketahanan upholstery kursi dan resiko kebakaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
keseimbangan penyerapan suara, konstruksi dan
kemudahan dalam membersihkan (Fred Lawson, 2000,
h.7374),
Penataan kursi pada ruang pertunjukkan didasarkan pula
pada titik pandang penonton ke panggung terhadap
penonton di depannya, seperti pada gambar berikut :
Gambar2.36
Penataan kursi
Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero and Martin Zelnik, dalam Fajarsani Retno
Palupi. 2009
ix. Warna
Semua cahaya adalah wama. Mata manusia paling
peka terhadap spektrum cahaya kuning-hijau (sekitar 550
nanometer), daripada cahaya merah atau biru pada susunan
spektrum terakhir. Warna panggung pada produksi cahaya
berwarna menggunakan plastic filter bertemperatur tinggi.
Terdapat banyak 100 warna berbeda yang dihasilkan.
Filter ini telah melewati atau mentransmisi wama asli dan
menyerap menjadi beberapa bagian wama.
Penggunaan Mass filter biasanya tersedia dalam jumlah
warna yang terbatas. Generasi barn glass filter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yaitu~,'dichroic' yang juga digunakan untuk pencahayaan
entertainment. Tidak seperti glass filter biasa yang hanya
menyerap warna namun tidak menyebarkan, maka dichroic
dapat mentransmit warna tertentu dan menyinarkan kembali ke
dalam beberapa. warna (http://www.mts.net/~wiIIIam5/sld/sld-
300.htm)
Sedang berdasar letaknya, wama dibagi menjadi
1) Warna hangat : merah, orange, kuning
2) Warna dingin : hijau, biru, ungu
3) Wama netral : abu-abu, hitam, putih
Menurut John F. Pile dalam bukunya. Color In Interior
Design efek psikologis warna adalah :
1) Merah, terlihat hangat, menggembirakan, dan
memberi semangat
2) Orange, hampir sama dengan merah, dengan intensitas yang
lebih kecil.
3) Kuning, diasosiasikan dengan keceriaan, humor (dalam
pencahayaan besar theater biasanya untuk adegan komedi)
4) Hijau, memberi kesan tenang, damai, dan membangun
5) Biru, memberl kesan tentram, tenang, sejuk dan
diasosiasikan dengan kemuliaan
6) Ungu, warna yang mendekati tegang dan depresi, namun
juga keagungan pada intentitas tertentu
7) Hitam, warna yang sangat kuat, formalitas, dan kehidmatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
x. Sistem sirkulasi Auditorium
Pada area penonton harus jelas, langsung,
mengarah dan terbagi secara merata. Tipe sirkulasi
penonton dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar2.37
Tipe sirkulasi
Sumber: Harold B.Mayer, dalam Fajarsani Retno Palupi. 2009
4) Faktor keamanan
Terhadap Bahaya Kejahatan Manusia
Dilakukan secara langsung oleh satpam dan
pengunaan kamera pengontrol (CCTV) sebagai
pengawasan tidak langsung.
Terbadap Bahaya Kebakaran
Fire Alarm atau alarm kebakaran otomatis berbunyi jika
ada api atau panas mencapai suhu 135-160° C
a) Smoke Detector, merupakan alas deteksi asap
diletakkan pada tempat dan iarak modul tertentu.
Berfungsi bila suhu mencapai 70°C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b) Automatic Sprinkles , pernadam. kebakaran "am
suatu jaringan saluran yang dilengkapt dengan kepala
penyiram.
c) Fire Hydrant , menggunakan daya semprot air
melalui selang sepanjang 30 meter dalam kotak Fire
Extinguisher, pemadam kebakaran portabel berjarak
30 Meter dengan lobar memadai dan konstruksi tahan
api.
B. PENDEKATAN DESAIN
1. Pengertian Judul Proyek
Judul perancangan dan perencanaan yang penulis ambil pada Tugas
Akhir ini adalah “Nurul Huda Islamic Center Dengan Sentuhan
Pendidikan Bercitarasa Pembelajaran”
Desain : 1) Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)
2) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis
perancangan dimanan titik beratnya adalah melihat
sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau
tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana
satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait.
(Desain Interior, 1999 : 12)
Interior : 1) Ruang dalam suatu bangunan, yang mengungkapkan
tata kehidupan manusia melalui media ruang.
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2) Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot
(hiasan, dsb) di ruang dalam gedung. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).
Nurul Huda : Masjid kampus UNS yang berada di Jl.Ir.Sutami No.36
A. Kentingan Surakarta
Islamic : Yang berhubungan dengan agama Islam
Center : Titik tengah atau bagian dari sesuau bangunan atau
tempat untuk kegiatan tertenu. Titik dimana orang-
oarang memusatkan perhatian. (Oxford Learner‟s
Pocket Dictionary)
Sentuhan Pendidikan : Pengalaman hidup yang mentransformasikan nilai
pedagogis untuk mengembangkan holintegrasio
(IQ, EQ, SQ). (Lembaga Pengembangan
Pendidikan UNS)
Citarasa pembelajaran : Suasana pembelajaran yang menumbuhkan
rasa puas, bahagia daan kebanggaan. (Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNS)
“ Desain Interior Nurul Huda Islamic Center dengan Sentuhan Pendidikan
Becitarasa Pembelajaran merupakan rancangan bagian dalam (ruang) dari
sebuah masjid yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai
tempat pembelajaran, khususnya tentang semua hal yang berhubungan
dengan agama Islam”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. Pola Pikir Desain
Untuk menghasilkan desain yang berkualitas, dalam perencanaan dan
perancangannya, harus menentukan dahulu langkah-langkah atau pola
pikir desain, seperti pada bagan dibawa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Bagan 2.1
Perbedaan pendidikan anak dan pendidikan orang dewasa
SumberLembaga Pengembangan dan Pendidikan UNS. 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Konsep
Sesuai dengan judul proyek “Nurul Huda Islamic Center dengan
Sentuhan Pendidikan Bercitarasa Pembelajaran”, maka konsep dasarnya
adalah pendidikan.
a) Pengertian Pendidikan
Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah "Berbagai upaya dan
usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta
didik dan mengatur moral mereka" (Warta Politeknik Negeri
Jakarta, April 2007)
Kamus Besar Bahasa Indonesia : "pendidikann proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang, usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, pembuatan mendidik;"
UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : "Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang".
UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu
pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai
taraf hidup dan kemajuan yang ledih baik. .
John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna
pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan
biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin
pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk
menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan
pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa
dan kelompok dimana dia hidup.
H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi)
dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar
kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar
intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
http://www.scribd.com/doc/7592955/Definisi-Pendidikan
b) Pendidikan orang Dewasa
Yang dimaksud pendidikan disini adalah pendidikan orang
dewasa. Pendidikan oranng dewasa adalah pendidikan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
diorganisasikan isi, tingkatan dan metodenya secara formal maupun
nonformal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan
di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan, memperkaya
pengetahuan, mendapatkan ketrampilan dan membawa perubahan
sikap seseorang sebagai tenaga pembangunan yang mampu
berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, social dan budaya.
(Unesco, dalam Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS. 2006).
Adapun ciri-ciri orang dewasa adalah usia diatas 16 tahun,
sudah dapat mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada oranng lain,
dapat mempertanggungjawabkan terhadap segala tindakannya,
mandiri dan dapat mengambil keputusan sendiri.
Perbedaan pendidikan anak-anak dan pendidikan orang dewasa
yaitu:
Table 2.1
Perbedaan pendidikan anak dan pendidikan orang dewasa
SumberLembaga Pengembangan dan Pendidikan UNS. 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
c) Tujuan Pendidikan
Berkembangnya ptensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (UU No.14
Th.2005 tentang guru dan dosen)
d) Esensi Pendidikan
Pengembangan Multiple Intelligences, meliputi:
- Linguistic : kecerdasan bahasa
- Logical-matematical : kecerdasan hitung-menghitung
- Spatial or visual : kecerdasan mengamati ruang
- Musical : kecerdasan dalam bidang music
- Bodily-kinesthetic : kecerdasan gerak tubuh
- Interpersonal : kecerdasan hubungan pribadi
- Intra personal : kecerdasan pemahaman diri
- Naturalistic : kecerdasan lingkungan
(http://www.minuteman//org//topics/mi/html. dalam Lembaga
Pengembangan dan PEndidikan UNS. 2006)
e) Komponen Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar2.38
Komponen pendidikan
Sumber: Herri Purwanto, dkk. 2010
4. Tema
Tema yang dipakai dalam perencanaan dan perancangan interior Nurul
Huda Islamic Center ini adalah modern fungsional.
Modern dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti terbaru, mutakhir,
sesuai dengan untutan zaman.
Atsitektur Modern fungsional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Simple
b. Clean look
c. Bentuk geometris yang tegas
d. Ringan dan dinamis
e. Form follow funcion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB III
STUDI LAPANGAN
A. Masjid Kampus UGM
1. Arsitektur
Keberadaan masjid kampus UGM memang membanggakan bagi
segenap sivitas akademika UGM. Di samping ukurannya yang tergolong
masjid kampus terbesar di Asia Tenggara, juga karena arsitekturnya yang
indah, perpaduan antara bangunan Jawa dengan Timur Tengah.
Bangunan utama masjid itu berkonsep budaya Jawa, sedang
detailnya diambil dari unsur Timur Tengah. Tinggi struktur mahkotanya
mencapai 32 meter dengan konstruksi bentang 21 meter, dibuat dari
bahan yang transparan agar sinar matahari bisa masuk dan menerangi
ruangan dalam masjid.
Gambar 3.1.
Masjid Kampus UGM
Sumber: Dokumen Pribadi
2. Fasilitas
Di dalam kompleks Masjid Kampus UGM ini terdapat fasilita-fasilitas
yang cukup lengkap, antara lain adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
a. Masjid Utama. Bangunan utama masjid kampus UGM terdiri dari
dua lantai. Lantai bawah untuk jamaah laki-lai dan lantai atas untuk
jamaah perempuan. Di lantai atas juga terdapat toilet beseta ruang
wudunya.
b. Bangunan Serba-guna. Masjid kampus UGM juga mempunyai ruang
serba guna sebagai bangunan pendukung, yang berada di “sayap
kanan” dari bangunan utama yang bisa disewa untuk acara-acara
rapat, kajian, walimahan, dan lain-lain. Berlantai keramik putih,
tanpa adanya tembok, jadi hanya berupa tiang – tiang sebagai
konstruksi utamanya, yang menjadikan bangunan ini telihat lega dan
langsung menghadap ke taman “sayap kanan”
c. Kelompok Bermain dan Taman Kanak – Kanak
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Masjid Kampus
UGM, merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan anak
usia 2 sampai 6 tahun dalam rentang waktu bermain dan belajar dari
jam 08.00 – 13.30 WIB penuh, dengan penerapan perpaduan
kurikulum Depdiknas khas KB -TK Masjid Kampus UGM. KB -TK
Masjid Kampus UGM secara otonom berada di bawah pembinaan
Yayasan Masjid Kampus UGM.
d. Jamaah Shalahuddin. Jamaah Shalahuddin merupakan Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) Universitas Gajah Mada dan merupakan
bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di Universitas ini,
sehingga keberadaannya diakui secara formal. Jamaah Salahuddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
bertugas untuk memakmurkan Masjid Kampus UGM dengan segala
program-progamnya.
Bagan 3.1.
struktur Organisasi LDK Masjid Kampus UGM
Sumber: Dokumen LDK Masjid Kampus UGM
e. Perpustakaan. Shalahuddin Al- Ayyubi adalah nama perpustakaan
ini, berada di bawah naungan yayasan masjid kmpus UGM.
Lokasinya menyatu dengan sekretariat jamaah shalahuddin.
f. Kantor ZIS. Kantor ini berada di komplek “sayap kiri” Masjid
Kampus UGM, yang berbagi tempat dengan ruang pamer
PUSKOM
FSLDIK
KETUA
BIRO KHUSUS
KADERISASI
TIM EKONOMI
TIM FSLK
SEKRETARIS
EKSEKUTIF
MEDIA CENTER JS
BSO DOSHA
DEP. PELAYANAN
& SYIAR
DEP. EKSTERN
DEP. KAJIAN
STRATEGI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
g. Bank Muamalah. Bangunan ini terletak di depan kantor ZIS. Selain
melayani seluruh civitas UGM, bank ini juga melayani untuk
masyarakat umum
h. Ruang Pamer. Ruang pamer masih berbagi tempat dengan kantor
ZIS. Penjualan buku-buku dari berbagai agen menempati ruangan
ini, namun karena tempatnya tidak mencukupi, ada beberapa agen
yang berjualan di selasar.
i. Area Wudu. Area wudhu laki-laki dipisah dengan area wudhu
perempuan. Bagi yang laki- laki disediakan area wudhu diluar
ruangan dan langsung open view.
j. Selasar ada yang beratapkan tumbuhan hijau ada yang polikarbonat
k. Area parkir yang luas dan rindang.
3. Sirkulasi
Sirkulasi di Masjid Kampus UGM ini adalah linear, sirkulasi
semacam ini membatasi pengunjung untuk tetap berada pada “jalur” yang
telah ditetapkan, di dalam Masjid Kampus UGM ini, jalur tersebut
berupa, himbauan atau alur yang telah ditetapkan oleh pengelola. Dan
juga, perbedaan level lantai yang signifikan yang mengarahkan
pengunjung berjalan melalui selasar atau teras yang berada di kedua
“sayap” Masjid.
4. Sistem Keamanan
Sistem keamanan bangunan Masjid Kampus UGM ini, hanya tergantung
kepada kesigapan petugas keamanan atau SATPAM di Masjid tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Karena memang tidak dipergunakan alat elektronik seperti CCTV yang
biasanya dipergunakan pada bangunan-bangunan modern pada saat ini.
Untuk mengatasi bahaya kebakaran, selain Hydrant juga terdapat
springkler-springkler.
5. Warna
Warna Masjid Kampus UGM didominasi dengan warna putih, oranye
(pilar-pilarnya) dan nuansa emas (pada ornamennya). Karena gaya
arsitekturnya perpaduan antara bangunan Jawa dengan Timur Tengah.
6. Tata kondisi
Tata kondisi Masjid Kampus UGM ini dapat penulis jelaskan secara
singkat, sebagai berikut.:
a. Pencahayaan:
Alami pencahayaan Masjid Kampus UGM ini masih bergantung
juga dengan pencahayaan alaminya, yaitu dengan cahaya matahari.
Buatan pencahayaan buatan pada Masjid ini menggunakan
lampu atau penerangan buatan dengan tenaga listrik.
b. Penghawaan :
Alami penghawaan alami masih menggantungkan pada bukaan-
bukaan yang banyak seperti pintu-pintu besar dll.
Buatan penghawaan buatan, menggunakan bantuan Air
Conditioning (AC)
c. Akustik :
Alami bahan-bahan bangunan, sebagai penyerap bunyi yang
alami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Buatan bahan-bahan modern yang sudah mulai hadir dipasaran
misal, pemakaian karpet.
Gambar 3.2
Inerior Masjid Kampus UGM
Sumber: Dokumen Pribadi
Dari data lapangan yang berhasil penulis dapatkan, masjid kampus UGM
merupakan contoh masjid kampus yang mewah secara arsitektural dan
inreriornya. Fungsinya sebagai masjid kampus juga terwadahi dengan baik
melalui fasilitas-fasilitas yang ada di masjid kampus UGM tersebut. Kegiatan-
kegiatan yang terselenggara sangat bermanfaat bagi seuruh sivitas akademika
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
B. Islamic Center di Semarang (Masjid Agung Jawa Tengah)
1. Interior
Tatanan interior Masjid Agung Jawa Tengah ini merupakan perpaduan
antara gaya Jawa yang terlihat dari bentuk Tajugan yang berada dibawah
Kubah Utama, gaya Timur Tengah (Arab Saudi) terlihat pada adanya
kubah dan ke empat minaretnya dan gaya Yunani terlihat pada 25 pilar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
colosium dipadu dengan kaligrafi Arab, ke 25 pilar ini mencerminkan 25
Nabi yang kita kenal dan pada kaligrafinya tertulis dua kalimat Syahadat.
2. Lokasi
Masjid Agung Jawa Tengah ini terletak di Jalan Gajahraya
kelurahan Sambirejo, kecamatan Gayamsari kabupaten Semarang,
dengan luas 10 Ha, dan luas bangunan induk atau bangunan untuk shalat
seluas 7.669 m2.
3. Jam Operasional
Jam operasional Masjid Agung Jawa Tengah:
Jam operasional kantor pukul 09.00-16.00 (hari senin-jumat)
Jam operasional pada hari sabtu 09.00-13.00 (sabtu)
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi menurut SK Gubernur Jawa Tengah nomor
451.2/19/2006 tentang penunjukan kepengurusan Pembina, Dewan
Penasehat, Dewan Pengawas, dan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dapat dilihat melalui Bagan Organisasi Pengelola Masjid Agung Jawa
Tengah seperti dibawah ini:
5. Fasilitas
Fasilitas yang ada pada Masjid Agung Jawa Tengah ini dapat dibilang
cukup lengkap, fasilitasnya antara lain:
a. Masjid
b. Conventional Hall
c. Perpustakaan
Skema 3.2 Struktur Organisasi Masjid Agung Jawa
Tengah, (sumber: dokumen Masjid Agung Jawa Tengah)
KETUA
WK. KETUA
BENDAHARA I
BENDAHARA II
SEKRETARIS I
SEKRETARIS II
BID. KETAKMIRAN
WK. BID I WK BID II
BIDANG
PENGEMBANGAN
USAHA
BENDAHARA I
BENDAHARA II
SEKRETARIS I
SEKRETARIS II
SEKRETARIS BENDAHARA
SUBBID PERIJINAN
SUBBID FASILITAS DANA
SUBBID PERIBADATAN
SUBBID PENDIDIKAN DAN
DAKWAH
SUBBID PENGEMBANGAN
SUBBID KEMASYARAKATAN
SUBBID PERLENGKAPAN
DAN RT
SUBBID HUMAS
SUBBID PHBI
SUBBID UMUM DAN
KEMANAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
d. Hotel
e. Menara pandang
f. Restoran putar
g. Gedung Serba-guna
h. Kantor
i. Tempat parkir yang luas.
j. Museum
6. Sirkulasi
Sirkulasi yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah ini, bersistem
Radial yang membebaskan pengunjungnya untuk memilih kesegala arah.
Sirkulasi ini memiliki keuntungan, membebaskan pengunjung atau tidak
seperti mengarahkan arah gerak pengunjung, tetapi kelemahannnya,
pengunjung jadi tidak terfokus pada bangunan apa terlebih dahulu
dikunjungi/ didatangi.
7. Sistem Keamanan
Sistem keamanan bangunan Islamic Center ini, hanya tergantung
kepada kesigapan petugas keamanan atau SATPAM di Masjid tersebut.
Karena memang tidak dipergunakan alat elektronik seperti CCTV yang
biasanya dipergunakan pada bangunan-bangunan modern pada saat ini.
Untuk mengatasi bahaya kebakaran, selain Hydrant juga terdapat
springkler-springkler, jika terjadi kebakaran, yang diletakkan merata
pada seluruh ruangan. Karena Masjid Agung Jawa Tengah ini, bangunan
publik dan memang bertujuan agar pengunjung merasa sebebas mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
saat berada didalamnya, maka sistem keamanan, lebih ditekankan kepada
keamanan dari bahaya non-crimnal.
8. Mebel
Mebel yang ada pada Masjid Agung ini kesemuannya memikirkan
tentang kenyamanan pengunjung (ergonomis). Dan dengan bentuk-
bentuk yang sudah modern. mebel yang konvensional juga masih
dijumpai pada Bangunan ini. Dan walaupun sudah dirancang sedemikan
mungkin, tetapi masih dijumpai pemakaian mebel yang tidak senada.
Atau menggabungkan segala mebel yang ada. Untuk gedung serba-
gunanya kursi atau mebelnya dipakai, mebel fabrican, atau produk
massal, dengan pertimbangan, praktis dan mudah disimpan atau tidak
memakan space yang terlalu luas.
9. Warna
Untuk pemakaian warna atau aplikasi warna di Masjid Agung ini,
seperti kebanyakan Islamic Center lainnya, warna khas dari agama Islam
yaitu hijau, tetapi untuk mendukung gaya modernnya, juga diaplikasikan
warna-warna alam (coklat). Mengesankan kesejukan, pada orang yang
melihatnya.
10. Tata Kondisi
tata kondisi tidak dapat lepas dari bangunan macam apapun, baik
yang modern ataupun masih tradisional, dan penjabaran interior sistem
Masjid Agung Jawa Tengah ini dapat penulis jelaskan secara singkat,
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a. Pencahayaan:
Alami pencahayaan Masjid Agung ini masih bergantung juga
dengan pencahayaan alaminya, yaitu dengan cahaya matahari.
Buatan pencahayaan buatan pada Masjid ini menggunakan
lampu atau penerangan buatan dengan tenaga listrik.
b. Penghawaan :
Alami penghawaan alami masih menggantungkan pada bukaan-
bukaan yang banyak seperti pintu-pintu besar dll.
Buatan penghawaan buatan, menggunakan bantuan Air
Conditioning (AC)
c. Akustik :
Alami bahan-bahan bangunan, sebagai penyerap bunyi yang
alami
Buatan bahan-bahan modern yang sudah mulai hadir dipasaran
misal, pemakaian karpet, lantai parket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gbr.3.8.
Interior Masjid Agung Jawa Tengah
Sumber: doc.pribadi
Dari hasil studi lapangan yang penulis lakukan, Masjid Agung Jawa
Tengah yang juga merupakan Islamic Center Kota Semarang ini merupakan
tempat ibadah yang sekaligus sebagai tempat wisata rohani dan budaya islam,
serta merupakan bentuk apresiasi kebudayaan islam nusantara. Hal ini dapat
dilihat baik dari segi interior maupun arsitekturanya yang merupakan perpaduan
antaragaya jawa yang terlihat dari bentuk tajugan yang berada di bawah kubah
utama, gaya timur tengah (Arab Saudi) terlihat pada adanya kubah dan keempat
minaretnya, serta gaya Yunani yang terlihat pada 25 pilar colosium dipadu dengan
kaligrafi arab, ke 25 pilar ini mencerminkan 25 nabi yang kita kenal aaaaaaaadan
pada kaligrafinya tertulis dua kalimat syahadat.
C. Masjid Kampus ITB
Masjid Salman merupakan masjid kampus yang menjadi laboratorium
ruhani bagi masyarakat kampus ITB, wadah pembinaan insan,
pengembangan masyarakat, dan pembangunan peradaban yang Islami.
Berbagai rangkaian program dan kegiatan telah diselenggarakan dan
ditujukan untuk setiap kelompok usia, pendidikan, profesi, maupun kegiatan
sosial masyarakat pada umumnya, dengan fokus pembinaan pada penciptaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
kader-kader yang tangguh dan unggul dari mahasiswa ITB khususnya,
maupun masyarakat kota Bandung umumnya hingga kepada Bangsa
Indonesia pada akhirnya.
1. Arsitektur
Masjid Salman ITB yang dibangun pada dekade 1960an
menerapkan konsep pemikiran dua orang dosen ITB, yakni dosen jurusan
Seni Rupa Prof .Sadali dan dosen Arsitektur Numan, sebagai
penghormatan terhadap konsep pemikiran mereka berdua maka nama
mereka diabadikan menjadi nama masjid – Salman yang merupakan
singkatan dari nama Sadali dan Numan. Keunikan wujud arsitektur Masjid
Salman adalah pada atap yang terbuat dari beton berbentuk cekung.
Bentuk atap nampak menyiratkan makna tangan seorang manusia yang
sedang berdoa. Bentuk atap cekung ini diimbangi dengan bentuk menara
yang sederhana, seakan tangan manusia yang menadah ke atas.
Dasar pemikiran masjid ini adalah menerapkan konsep “Vertikal”
Dan “Horisontalisme”. Konsep vertikal merupakan konsekuensi hubungan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan konsep “Horisontal”
merupakan hakikat hubungan antarsesama manusia. Konsep “Vertikal-
Horisontal” ini merupakan hakikat hubungan antarsesama manusia sesuai
dengan ajaran agama. Dasar pemikiran inilah yang menyebabkan wujud
arsitektural Masjid Salman ITB tidak menggunakan kubah, lengkung–
lengkungan dan ornamen. Tetapi pola-pola garis vertikal–horisontal pada
wujud arsitektural masjid. Melalui kesederhanaan wujud arsitektural,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
masjid Salman diungkapkan sebagai makna universal dari tempat ibadah
umat muslim, fungsional dan tidak mengesampingkan kaidah–kaidah
Islam.
Dasar pemikiran “Vertikal-Horisontal” pada masjid Salman
ditampilkan secara tegas melalui kolom-kolom beton yang memikul atap,
serta diimbangi dengan penerapan unsur dekoratif dinding kerawang yang
sekaligus berfungsi untuk meredam sinar matahari secara horisontal. Di
depan serambi atau teras masjid terdapat pelataran yang cukup luas yang
berhubungan dengan undak-undakan teras Masjid. Di ruang utamanya
untuk salat, terdapat mihrab yang dilengkapi mimbar sederhana tanpa
hiasan. Di atas serambi terdapat ruang khusus bagi wanita yang hadir di
masjid tersebut. Masjid ini ditunjang beberapa ruang, seperti ruang
perpustakaan, ruang kuliah dan tempat pendidikan agama. Masjid Salman
juga menyediakan ruang untuk kegiatan jasa, seperti kantin dan toko buku,
untuk kesajahteraan. Menara masjidnya agak terpisah dari bangunan
utama, tetapi tetap menjadi bagian dari kesatuan bangunan masjidnya.
2. Fasilitas
Fisik
a. Perpustakaan
Perpustakaan terletak di Gedung Kayu bagian Timur. Memiliki
lebih dari 5000 buku dan koleksi umum, layanan dibuka dari Senin
sampai Sabtu, dari jam 08.00 sampai 15.00 WIB. Perpustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Salman ITB juga menyediakan digital content berupa ceramah
Salman dari tahun 1970-2005.
b. Pertokoan / kios
Sisi Barat Gedung Sayap Selatan diperuntukkan bagi pertokoan,
yang saat ini disewa oleh toko kerajinan/craft, optikal, konsultan
pendidikan/ training, penerbit, counter es krim, dan counter pulsa.
c. Perkantoran
Gedung Sayap Selatan Salman ITB bagian Selatan diperuntukkan
sebagai area perkantoran, yang saat ini disewa oleh konsultan
arsitektur dan teknik elektro. Gedung perkantoran berlantai empat
ini juga dilengkapi dengan parkir basement dan lift.
d. Kantin
Menyediakan masakan harian biasanya kurang lebih 30 macam
dengan model prasmanan (mengambil sendiri).
e. Minimarket
Mini market Istek salman ITB dikelola oleh Koperasi Istek Salman
ITB. Istek Salman ITB menyediakan berbagai makanan dan
minuman, buku-buku, majalah Islami dan beraneka jenis alat tulis,
kaset dan VCD Islami, serta busana muslim. Mini market buka
setiap hari dari jam 08.00 sampai jam 16.00 WIB dan istirahat
ketika masuk waktu shalat.
f. Ruang serbaguna dan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
YPM Salman ITB mengelola ruang serba guna dengan kapasitas
500 orang yang dapat digunakan untuk seminar, tabligh, dan acara
walimahan. Selain itu terdapat 5 (lima) ruang kelas dengan
kapasitas 30 hingga 50 orang yang dapat disewa oleh pihak-pihak
di luar masjid.
g. Asrama Mahasiswa
Terdapat asrama mahasiswa putra dan putri. Selan sebagai
mahasiswa ITB mereka juga dibina menjadi generasi-generasi
terbaik (kuntum khoiru ummah) para pemimpin rahmatan lil
„alamin yang akan menjadi nafas baru untuk perbaikan Bangsa dan
Negara Indonesia.
Non Fisik
a. Pembinaan Putra Putri Salman
Proses pembinaannya meliputi:
coaching, pembergaulan dengan kalangan dosen ITB yang
duduk dalam kepengurusan YPM Salman ITB dan guna
membentuk mental para penghuni asrama Salman ITB.
Training bahasa Arab dan kuliah tafsir operasional, sebagai
bagian dari proses pembinaan untuk memperluas tsaqofah
Islamiyah seorang aktivis dalam berda‟wah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Physical exercise (pembinaan jasadiyah), untuk membentuk
mental, menjaga kesehatan dan stamina.
Pembinaan keputrian (keakhwatan)
b. KARISMA
Keluarga Remaja Islam Salman (KARISMA) ITB merupakan
lembaga pembinaan remaja dan mahasiswa muslim serta lembaga
pendidikan nonformal, dengan tujuan membentuk generasi
Rabbani yang seimbang Iman, Ilmu, dan Amal serta mampu
menjadi rahmat bagi sekalian alam.
c. Pembinaan anak salman
Pembinaan Anak-anak Salman (PAS) ITB adalah lembaga
pendidikan non formal yang aktivitasnya sangat memperhatikan
perkembangan dunia pendidikan baik kurikulum maupun metode.
Tujuan mendasar dari berdirinya PAS ITB adalah sebagai wadah
bagi mahasiswa muslim untuk dapat beraktivitas dan berdakwah,
memperbaiki dan meningkatkan kualitas ruhiyah, serta tampil
sebagai laboratorium pembinaan anak-anak Islam.
Program Rutin
Memberikan mentoring kepada adik-adik TK dan SD.
Pesantren Kilat tematis yang memiliki kekhasan setiap
tahunnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Jambore Anak Islam
d. PUSTENA
PUSTENA adalah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di
bidang teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna yang dimaksud
adalah teknologi yang mampu berkontribusi dalam memberi solusi
bagi masalah yang ada di masyarakat.
e. Salman films
Salman Films bergerak dalam bidang pendidikan dan produksi film
atau audio visual. Berdiri sejak 24 Maret 2001 sebagai unit
kemahasiswaan di bawah naungan Yayasan Pembina Masjid
Salman Institut Teknologi Bandung.
f. Majelis ta‟lim
Majelis Ta‟lim Salman ITB adalah sebuah unit mahasiswa yang
berada di lingkungan Masjid Salman ITB. Mata‟ didirikan pertama
pada tahun 19 November 1994. Visi Mata‟ adalah Menyebarkan
Fikrah islam yang shahih kepada jamaah salman khusunya dan
masyarakat umum khususnya.
3. Tata Kondisi
a. Pencahayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Masjid Salman ITB ini menggunakan pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami yaiu berasal dari sinar matahari yang masuk
melalui bukaan-bukaan yang sengaja dibuat. Sedangkan pencahayaan
buatan menggunakan lampu sebagai penerangnya.
b. Penghawaan
Penghawaan alami berasal dari pintu, jendela serta dari bukaan-bukaan
yang sengaja dibuat. Penghawaan buatan menggunakan bantuan Air
Condition (AC).
c. Akustik
Masjid Salman ini menggunakan Bahan-bahan yang sebagai penyerap
bunyi seperti kayu dan karpet.
Gbr.3.8.
Masjid Salman ITB
Sumber: doc.pribadi
Dari data yang berhasil didapat oleh penulis, maka dapat disimpulkan bahwa
wujud arsitektur Masjid Salman ini merupakan gambaran dari perwujudan fungsi
masjid yang memiliki kegunaan untuk segala kegiatan, baik berupaya kegiatan
keagamaan maupun kegiatan umat secara umum, yang tercemin dari
pengorganisasian ruangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB IV
PROGRAMING
A. DEFINISI PROYEK
Judul perancangan dan perencanaan yang penulis ambil pada Tugas Akhir ini
adalah “Nurul Huda Islamic Center Dengan Sentuhan Pendidikan Bercitarasa
Pembelajaran”
Desain : 1) Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)
2) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis
perancangan dimanan titik beratnya adalah melihat
sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri
melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah
dengan lainnya saling kait mengkait. (Desain Interior,
1999 : 12)
Interior : 1) Ruang dalam suatu bangunan, yang mengungkapkan
tata kehidupan manusia melalui media ruang.
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197)
2) Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot
(hiasan, dsb) di ruang dalam gedung. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia,1993 : 483).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Nurul Huda : Masjid kampus UNS yang berada di Jl.Ir.Sutami No.36
A. Kentingan Surakarta
Islamic : Yang berhubungan dengan agama Islam
Center : Titik tengah atau bagian dari sesuau bangunan atau
tempat untuk kegiatan tertenu. Titik dimana orang-
oarang memusatkan perhatian. (Oxford Learner’s
Pocket Dictionary)
Sentuhan Pendidikan : Pengalaman hidup yang mentransformasikan nilai
pedagogis untuk mengembangkan holintegrasio (IQ,
EQ, SQ). (Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS)
Citarasa pembelajaran : Suasana pembelajaran yang menumbuhkan rasa puas,
bahagia daan kebanggaan. (Lembaga Pengembangan
Pendidikan UNS)
“ Desain Interior Nurul Huda Islamic Center dengan Sentuhan Pendidikan
Becitarasa Pembelajaran merupakan rancangan bagian dalam (ruang) dari
sebuah masjid yang berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat
pembelajaran, khususnya tentang semua hal yang berhubungan dengan agama
Islam”
B. LOKASI
Nurul Huda Islamic Center berada di lingkungan kampus UNS, tepatnya di
Jl.Ir.Sutami No.36 A. Kentingan Surakarta
C. STATUS KELEMBAGAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Status kelembagaan Nurul Huda Islamic Center ini dimiliki oleh Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dibawah pengawasan Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
D. STRUKTUR ORGANISASI
Skema 4.1
Struktur Organisasi
Sumber: Manajemen Masjid
E. PROGRAM KEGIATAN
1. Sholat
2. Rapat/kajian
3. Belajar/TPA/Bimbingan
4. Kepengurusan masjid
5. Kegiatan makan
6. Kegiatan belanja
PELINDUNG KETUA
WAKIL KETUA
BADAN
SEKRETARIS
WAKIL SEKRETARIS
BENDAHARA
WAKIL BENDAHARA
SEKSI PENDIDIKAN
DAN DAKWAH
SEKSI PEMBANGUNAN
DAN PEMELIHARAAN
SEKSI PERALATAN DAN
PERLENGKAPAN
SEKSI SOSIAL DAN
KEMASYARAKATAN
PEMBANTU UMUM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
F. ALUR KEGIATAN
1. Sholat
Skema 4.2
Aktivitas sholat wajib
Sumber: Observasi
2. Rapat/kajian
Skema 4.3
Aktivitas peserta mabit
Sumber: Observasi
DATANG
PARKIR
PULANG
TOILET
T.WUDLU
SHOLAT PARKIR DZIKIR
BERDOA
NGOBROL
PERPUS
KAFETARIA
MENDENGARKAN
CERAMAH SHOLAT
REGRISTASI
PARKIR
TOILET T. WUDLU
ISTIRAHAT
DZIKIR
REGRISTASI
QIYAMUL LAIL TOILET TIDUR TOILET T. WUDLU
ISTIRAHAT
DZIKIR
BACA AL-
QURAN
BELAJAR
DATANG
SHOLAT SUBUH SHOLAT ISTIRAHAT SURA’
PULANG
PARKIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Skema 4.4
Aktivitas rapat / kajian
Sumber: Observasi
3. Belajar/bimbingan/TPA
Skema 4.5
Aktivitas kegiatan TPA
Sumber: Observasi
Skema 4.6
Aktivitas pengunjung perpustakaan
Sumber: Observasi
MENUNGGU DATANG
PARKIR
TPA
SHOLAT
ISTIRAHAT
JAJAN
PERPUS
TPA PULANG
PARKIR
DATANG
PARKIR
SHOLAT
MENUNGGU
U
RAPAT
PERTEMUAN
KAJIAN
SHOLAT
TOILET
KAFETARIA
NGOBROL
PULANG PARKIR
PARKIR
DATANG
MENITIPKAN
BARANG
MENGAMBIL
BARANG
KATALOK
PETUGAS PERPUS
KOLEKSI
BUKU
MEMBACA
MENCATAT
DISKUSI
PARKIR
PETUGAS
PERPUS
PULANG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Skema 4.7
Aktivitas petugas perpustakaan
Sumber: Observasi
4. Kepengurusan masjid
Skema 4.8
Aktivitas Pengurus Masjid
Sumber: Observasi
Skema 4.9
Aktivitas penyumbang dana
Sumber: Observasi
MENATA&
MEMBERSIHKAN
BUKU
DATANG
PARKIR
BEKERJA
SHOLAT
ISTIRAHAT
MAKAN
MENATA&
MEMBERSIHKAN
BUKU
PULANG
PARKIR
BEKERJA SHOLAT
PULANG
DATANG BEKERJA MENEMUI
CLIENT
SHOLAT
ISTIRAHAT KE
TOILED
DATANG
PARKIR
MENYUMBANG
DANA PULANG
PARKIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
5. Kegiatan makan
Skema 4.10
Aktivitas pengunjung kafetaria
Sumber: Observasi
Skema 4.11
Aktivitas petugas kafetaria
Sumber: Observasi
6. Kegiatan belanja
Skema 4.12
Aktivitas pengunjung minimarket
Sumber: Observasi
DATANG
PARKIR
PESAN
MAKANAN MAKAN
CUCI
TANGAN
BAYAR
CUCI
TANGAN
PULANG
PULANG
DATANG
PARKIR
BERSIH-
BERSIH
PERSIAPAN
MEMASAK
MELAYANI
PEMBELI
MENGANTAR
PESANAN
MELAYANI
PEMBELI
MENGANTAR
PESANAN
BERSIH-
BERSIH
ISTIRAHAT
MAKAN
SHOLAT
BERSIH-
BERSIH
SHOLAT
BERSIH-
BERSIH
MELAYANI
PEMBELI
MENGANTAR
PESANAN
PULANG
PARKIR
DATANG
PARKIR
MEMILIH BARANG
YANG DIBELI BAYAR PULANG
PARKIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Skema 4.13
Aktivitas petugas minimarket
Sumber: Observasi
G. PROGRAM RUANG
a. Kelompok Pengunjung
AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Sholat
Membaca
Menitipkan barang
Belajar/kajian/rapat
Masjid
Inner Courd, serambi
Penitipan barang
Masjid
Serambi masjid
Inner courd
R. takmir
R. UKMI
R. serba guna
R. kajian
DATANG
PARKIR
BERSH-BERSIH
PERSIAPAN
GANTI BAJU
MELAYANI
PEMBELI
ISTIRAHAT
SHOLAT
MAKAN
MENATA BARANG
MELAYANI PEMBELI
SHOLAT
TOILET
KEMBALI
BEKERJA PULANG
PARKIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
TPA
Aktivitas pribadi
Makan
Belanja
Menyumbang dana
R. audio
R. audio visual
R. TPA
Toilet
Kafetaria
Minimarket
R. pengelola
b. Kelompok pengelola
AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG
Pengawasan
Administrasi
Rapat, koordinasi
Penyimpanan Barang
Penyiapan makanan
Aktivitas pribadi
Kantor
Kantor
R. Rapat
R. Gudang
Dapur
Toilet
H. BESARAN RUANG
Zona Ruang Kapasitas Sumber Standart Luas
Privat R. pengelola
R.kerja takmir (2)
R. takmir (2)
R. UKMI (2)
17 org
20 org
2 org
10 org
A
A
A
A
2 m2
2 m2
3 m2
1.5m2
45 m2
48 m2
12 m2
36 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
R. Audio
R. Au-Vis
R. kajian
R. TPA
75 org
42 org
50 org
20
A
A
A
A
1 m2
1.5 m2
1 m2
1 m2
84 m2
80 m2
60 m2
2.4 m2
Public Masjid (2)
Serambi
Inner courd
Kafetaria
Minimarket
R. serba guna
-
-
-
60 org
35 org
200 org
A
A
A
HD
HD
DA
2 m2
1 m2
1 m2
1261 m2
360 m2
48 m2
150 m2
64 m2
260 m2
Service Toilet (4)
Dapur
Gudang
R. karyawan (2)
10 org
3 org
-
-
HD
HD
A
A
2 m2
2.5m2
80 m2
15 m2
16 m2
Keterangan:
A : Analisa
HD : Human Dimention
DA : Data Arsitek
I. PEMBENTUK RUANG
1) Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung
dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai harus
mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang
datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun,
dalam Defi Sri Kartikasari. 2009).
Lantai mempunyai tugas untuk mendukung beban yang datang dari
benda-benda, seperti perabot rumah tangga, manusia dengan segala
aktivitasnya dan kerangka itu harus mampu dan kuat memikul beban mati
atau hidup, lalu lintas manusia dan lain-lain yang menumpangi (Y.B.
Mangun Wijaya, dalam Defi Sri Kartikasari. 2009).
a. Dasar Pertimbangan
i. Mudah dalam perawatan
ii. Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih
tinggi mampu meredam sumber bising seperti bunyi langkah kaki.
iii. Lantai pada ruang yang membutuhkan tingkat ketenangan yang lebih
tinggi sebaiknya tidak menggunakan banyak ruang sehingga tidak
mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamnya
iv. Lantai menjadi petunjuk arah dan mempertegas batas ruang yang
ada.
v. Lantai tidak menghantarkan listrik statis.
b. Analisa Bahan
JENIS BAHAN KRITERIA UMUM
Keramik tile Tahan gores
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tahan lama
Kaya akan bentuk dan corak
Mudah pemasangan, penggantian, dan
perawatan
Batu Coral Natural
Material keras
Mudah Diaplikasikan
Tahan kotor
Pemeliharaan mudah dilakukan dengan air
Granit dan
marmer
Tahan gores
Tahan lama
Material keras
Mudah perawatan
Kuat menahan beban
Permanen
Kaku dan keras
Mahal
Natural
Batu alam Natural
Perawatan mudah
Tahan lama
Parquet Natural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Hangat
Meredam aliran listrik
Kuat menahan beban
Mudah dibersihkan
Perawatan khusus
Tidak tahan gores
( Pamudji Suptandar, dalam Defi Sri Kartikasari. 2009)
2) Dinding
Setelah fungsi dinding tercapai dan untuk menambah keindahan
ruang, dinding dipergunakan sebagai ”point of interest” dari ruang dinding
samping memberi atau menambah keindahan ruang. Dinding juga dapat
merusak suasana ruang, yaitu apabila dalam perencanaannya sangat
dipaksakan, terutama dikarenakan bahwa dinding tersebut telah ada
sebelumnya. Ini terjadi pada renovasi rumah-rumah kuno, dimana dinding
berfungsi struktural. ( Pamudji Suptandar, dalam Defi Sri Kartikasari.
2009)
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau
hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang
dipakai dalam perencanaannya (Djoko Panuwun, dalam Defi Sri
Kartikasari. 2009).
1) Dasar Pertimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
i. Dinding bersifat isolator terhadap radiasi sinar matahari untuk
menjaga temperatur di dalam ruang.
ii. Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun
luar ruangan.
iii. Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu
dengan ruang lainnya.
iv. Dinding merupakan pembatas yang menegaskan fungsi ruang
2) Analisa Bahan
JENIS BAHAN KRITERIA UMUM
Batu Bata Kuat Menahan Beban
Tahan panas dan dingin
Kuat menahan beban
Keras
Murah
Kaca Tahan air
Tembus pandang
Mudah dibersihkan
Murah
Kuat tehadap cuaca
Praktis dan ekonomis
Tidak tahan getaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Kayu Tahan panas dan dingin
Natural
Mudah dibersihkan
Meredam suara
Tidak tahan air
Batu Alam Natural
Menarik
Mudah dibersihkan
Cat Murah
Aneka warna
Menarik
Ketahanan warna, air, cuaca tergantung merek dan
harga.
3) Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :
1. Struktur, misalnya :
a) Bearing wall : dinding yang dibangun untuk menahan
tepi dari tumpukan/ urugan tanah.
b) Load bearing wals : dinding untuk menyokong/ menopang
balok, lantai, atap dan sebagainya.
c) Foundation wall : dinding yang dipakai di bawah lantai,
tingkat dan untuk menopang balok-
balok lantai pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
2. Non struktural, misalnya :
a) Party wall : dinding pemisah antara dua bangunan yang
bersandar pada masing-masing bangunan.
b) Fire wall : dinding yang digunakan sebagai pelindung
dari pancaran kobaran api.
c) Certain or Panels wall : dinding yang digunakan sebagai pengisi
pada suatu konstruksi rangka baja atau
beton.
d) Partition wall : dinding yang digunakan sebagai pemisah
dan pembentuk ruang yang lebih kecil
didalam ruang yang besar.
( Pamudji Suptandar, dalam Defi Sri Kartikasari. 2009)
3) Ceiling
Pengertian istilah ceiling/langit-langit/plafond, berasal dari kata
”ceiling”, yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat sehingga
terbentuk suatu ruang. Secara umum dapat dikatakan : ceiling adalah
sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandangan normal
manusia, berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau atap dan
sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya.
Dengan jarak ketinggian tertentu dalam bangunan, ceiling sebagai elemen
penutup utama pada bidang atas sebagai pembentuk atap bangunan.
(Pamudji Suptandar, dalam Defi Sri Kartikasari. 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian
atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai
bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio
loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John F. Pile, dalam
Defi Sri Kartikasari. 2009).
1) Dasar Pertimbangan
i. Ceiling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical
Electrical)
ii. Ceiling sebagai peredam dan pemantul suara.
iii. Ceiling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya.
iv. Ceiling memiliki ketinggian yang menysuaikan fungsi.
v. Ceiling sebagai pendukung akustik.
2) Analisa Bahan
JENIS
BAHAN KRITERIA UMUM
Gysum board Perawatan mudah
Aplikasi mudah
Banyak Pilihan
Kayu Alami
Perawatan mudah
Banyak variasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Bukan penghantar panas
Kaca Transparan
Modern
Mewah
(Pamudji Suptandar, dalam Defi Sri Kartikasari. 2009)
J. SISTEM INTERIOR
Didalam sebuah karya penciptaan sebuah karya interior maupun
arsitek yang baik, ada baiknya selain memperhatikan keindahan juga
memperhatikan perancangan bangunan yang serba alami. Pencahayaan alami,
ventilasi atau penghawaan alami, dan akustik alami. Akan tetapi, tuntutan
kehidupan modern dan keterbatasan potensi alam telah menuntut manusia
beralih kehal-hal yang serba buatan, baik pencahayaan buatan, ventilasi atau
penghawaan buatan, dan akustik buatan. Tetapi meski semua buatan, tidaklah
keliru jika diterapkan secara benar.
Berikut penataan penataan interior menurut Prasasto Satwiko dalam
bukunya Fisika Bangunan, adalah sebagai berikut:
a. Sistem Penghawaan
Sebagian besar masyarakat Indonesia meyakini bahwa kita beruntung
hidup di Negara tropis lembab yang nyaman. Dengan melimpahnya flora
dan fauna serat masyarakat tidak pernah mengalami musim dingin dan
musim panas seperti didaerah gurun pasir. Tetapi pada kenyataannya
bahwa ventilasi alami sulit diusahakan di iklim lembab seperti di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Indonesia. Suhu diiklim tropis lembab pada umumnya antara 24°-32° C.
Akan tetapi, kelembapan yang tinggi dan kecepatan angin yang amat
rendahlah yang menjadi persoalan. Sebenarnya kita hidup dilingkungan
yang tidak nyaman secara thermal.
Di zaman yang serba bergerak cepat ini, manusia dituntut selalu aktif
dan produktif. Mengingat Negara Indonesia berada pada iklim tropis
lembab yang secara termal kurang nyaman, setiap bangunan perlu
mengunakan mesin penyejuk ruang atau biasa disebut sebagai Air
Conditioner (AC). Mengingat bahwa penghawaan alami tergantung sekali
dengan kualitas udara alami di lingkungan bangunan. Kalau kualitas udara
lingkungan tidak sehat dan nyaman, akan secara langsung berpengaruh
pada ventilasi.
1) Pengkondisian udara
Ventilasi buatan atau penghawaan buatan (Artificial
ventilation/Forced ventilation/Mechanical ventilation) adalah
penghawaan yang melibatkan peralatan mekanik. Penghawaan buatan
sering juga disebut Pengkondisian Udara (Air Conditioning) yaitu
proses perlakuan terhadap udara didalam bangunan yang meliputi
suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, kebersihan, bau, serta
distribusinya untuk menciptakan kenyamanan bagi penghininya.
Dengan demikian, pengkondisian udara tidak hanya berarti
menurunkan suhu (Cooling), tetapi juga menaikkan suhu (Heating).
Di daerah tropis lembab yang suhu rata-ratanya tinggi., pengkondisian
udara (atau penghawaan buatan) diasosiasikan dengan penyejukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
udara oleh mesin penyejuk udara atau mesin pengkondisian udara
yang dikenal luas dengan intilah Air Conditioner (AC). Kipas angin
listrik (electric fan) tidak menurunkan udara, tetapi hanya
menggerakkan udara saja. Kipas angin listrik ada diantara
penghawaan alami dan buatan.
2) Keuntungan penggunaan AC
Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang dengan benar akan
memberikan banyak keuntungan. Yaitu:
a) Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur.
b) Kecepatan dan arah angin mudah diatur.
c) Kelembaban mudah diatur.
d) Kebersihaan udara dapat dijaga.
Karena ruang AC tertutup, maka diperoleh keuntungan sampingan
yaitu kenyamanan akustik dan ketenangan.
a) AC keluaran baru dilengkapi dengan pembangkit ion negatife
(ionizer) yang dapt membunuh bakteri, jamur, dan mengikat biang
bau, serta memberikan efek segar pada udara ruang.
b) Karena ruang tertutup, bau didalam ruang mudah diatur dan
dipertahankan, misalnya dengan wewangian.
b. Sitem Pencahayan
Cahya adalah unsur penting dalam kehidupan ini. Tidak dapat
dibayangkan jika kita hidup tanpa cahaya. Didalam perancangan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
interior, unsur cahaya dianggap hal yang paling penting dalam penggunaan
kebutuhannya. Karena cahaya selain memberi efek terang, juga ditata
dengan baik akan memberikan efek estetik yang akan memberikan
keindahan ruang.
Didalam dunia arsitek dan interior telah mengenal dua macam
sumber pencahayaan, yaitu :
1) Pencahayaan alami (natural light)
Adalah cahaya yang bersumber pada alam dan biasa langsung
diasosiasikan dengan cahaya matahari (daylight). Cahya ini sangat baik
bagi manusia. Karena bila mengasingkan manusia dari cahaya
matahari secara total akan membawa dampak merugikan baik secara
fisik maupun mental (depresi).
Ada beberapa keuntungan dan kerugiannya jika kita menggunakan
sumber cahaya ini yaitu:
a) Cahaya alam murah dan mudah didapat.
b) Memberikan efek sehat bagi tubuh kita baik secara fisik maupun
psikologis.
c) Menghasilkan penampakan obyek yang jelas dan tegas
d) Pencahayaan alami (matahari) mempunyai keterbatasan waktu.
e) Mempunyai tingkat cahaya yang berbeda tergantung dengan
musim.
f) Mengurangi panas berlebih perlu dibutuhkan perangkat
penghalang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2) Pencahayaan buatan (artificial light)
Adalah segala bentuk cahaya yang bersumber pada alat yang
diciptakan oleh manusia seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah,
dan obor. Cahaya buatan sering secara langsung diasosiasikan dengan
cahaya lampu.
Cahaya ini sangat besar artinya ketika malam hari. Karena cahaya ini
dapat menggantikan cahaya matahari ketika malam hari.meski tidak
ekonomis cahaya ini membarikan beberapa keuntungan, yaitu:
a) Penerangan dapat dilakukan sepanjang hari.
b) Memberikan fleksibelitas perencanaan kebutuhan cahaya dalam
ruang.
c) Dapat memberikan efek-efek estetis pada ruang.
Sedang dilihat dari segi pengarahan cahaya, kita mengenal dua
macam arah cahaya yaitu:
1. Pencahayaan langsung (direct lighting)
Yaitu pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung ke bidang
kerja atau obyek.
2. Pencahayaan tak langsung (indirect lighting)
Yaitu pencahayaan dengan cara memantulkan sinar lebih dulu
(misalnya ke langit-langit atau kearh dinding). Pencahayan tak
langsung sangat baur sehingga menimbulkan suasana lembut.
Berdasarkan cakupannya dikenal istilah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
1) Pencahayaan umum (general lighting)
Yaitu pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan
untuk memberikan terang merata, walau mungkin minimal, agar tidak
terlalu gelap.
2) Pencahayaan kerja (task lighting)
Yaitu pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu, biasanya
disesuaikan dengan standart kebutuhan penerangan bagi jenis kerja
bersangkutan.
3) Pencahayaan aksen (accent lighting)
Yaitu pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek tertentu
untuk memperkuat penampilannya (fungsi estetik).
c. Sistem Akustika
Sejak zaman dulu, akustik telah menjadi bagian penting arsitektur
maupun interior. Nenek moyang manusia menjadikan suara bagian penting
dari peradapan dan kebudayaan mereka yang tidak hanya di gunakan
untuk komunikasi saja namun juga untuk kesenangan. Akan tetapi, dalam
perkembangan zaman, manusia membutuhkan akan alat yang dapat
mempermudah mereka memperoleh kualitas dan kuantitas bunyi sesuai
keinginan mereka. Terciptanya alat pengeras suara (loudspeaker) berawal
dari keinginan manusia untuk menciptakan suara yang di inginkan di
tengah kegaduhan didalam ruang.
Akustika sendiri adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki
dan mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian, penerimaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
dan pengaruh bunyi. Sedang bunyi adalah gelombang getaran-gataran
mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh
telinga manusia yang memiliki frekwensi antara 16-20.000 Hz.
Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab
kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan seperti
bsising, gema, gaung dan sebagainya. Penanganan gangguan yang terjadi
dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas akustik yang
sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis yang berhubungan
langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang
berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencakupan
dengan latar belakang suara dan pengadaan suara latar yang sesuai dengan
situasi tertentu (John F. Pile, 1980, hal. 421).
Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi
yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara
agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta
menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang khusus
yang menghendaki sistem akustik spesifik.
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat
3 faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang
berjalan langsung mencapai pendengaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam
pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang
pantul
3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena material
absorbsi
(Prasasto Satwiko, dalam Defi Sri Kartikasari. 2009)
Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu:
a) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan
benda-benda dalam ruang.
b) Konstruksi dan bahan bangunan.
c) Luas dan fungsi ruang.
d) Pengaruh lingkungan.
Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat mengunakan
peredam suara yaitu dengan cara menggunakan perangkat alat untuk
mengurangi arau menghambat getaran suara. Saat ini cara yang paling
efektif atau umum untuk meredam kebisingan adalah dengan mencegat
atau memutus perambatan bunyi. Meskipun demikian baru-baru ini telah
diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi justru dengan
menimbulkan bunyi lain.
K. Sistem Keamanan
Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung menggunakan
sistem sekuriti, CCTV ( Closed Circuit Television ) dan Heavy duty door
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
contact (sensor yang dipasang pada pintu). CCTV (Closed Circuit Television)
adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruang melalui layar
televisi/monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang
dipasang pada setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan
oleh bagian keamanan. Semua kegiatan dapat dimonitor di ruang khusus.
Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa
pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
1) Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah :
a) Sistem pendeteksi awal
- Smoke detektor. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 700C.
- Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada
api atau panas pada suhu 1350C - 160
0C
b) Fire estinguisher
c) Sprinkler
Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar
yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat
melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m. Ada
beberapa cara pemasangan sprinkler seperti dipasang di bawah
plafon atau di pasang pada dinding. Kepala sprinkler yang
dipasang dekat dinding, harus mempunyai jarak tidak boleh lebih
dari 2,25 m dari dinding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
d) Hidrant Kebakaran
Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran
yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air.
Gambar 4.1
Fire estinguisher dan Hidrant kebakaran
(Sumber : www.webdesign.com)
Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang
harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap
kemana-mana diperlukan alat-alat seperti :
a) Fire damper
Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya
asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara
otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa
tersebut.
b) Smoke & heat ventilating
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara
luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat
mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan
terhindar dari asap-asap tersebut.
c) Vent & exhaust
Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi
menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka
pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga, secara otomatis
berfungsi memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada
udara di dalam ruang tangga.
Macam-macam system pemadaman yaitu sebagai berikut:
a) Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda
yang dapat terbakar.
b) Pendinginan, yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang
terbakar.
c) Isolasi atau lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan
kimia CO2.
Blasting affect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan
yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak
2) Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia
Dasar pertimbangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
a) Sistem operasionalnya yang mudah dan memiliki kemampuan
tinggi untuk melindungi bangunan
b) Tidak mengganggu penampilan bangunan
c) Bentuk dan luasan bangunan
d) Jenis sistem yang digunakan :
i. Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan
untuk memantau atau memonitor kegiatan yang sedang
berlangsung dengan menggunakan camera TV sebagai alat
monitoring
ii. Sistem door and exit control merupakan sistem dengan
pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang
datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan
luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat
pendeteksi elektronik.
iii. Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu)
L. SISTEM ORGANISASI RUANG
a. Pertimbangan
Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang sesuai dengan
fungsi Nurul Huda Islamic Center , maka orgaanisasi ruang harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Pengelompokan ruang sesuai dengan pengelompokan kegiatan
pengunjung.
2) Tingkat efisiensi ruang yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
3) Pengaturan tingkat kebisingan untuk menciptakan suasana khitmat.
4) Sirkulasi antar ruang yang nyaman dan terarah.
b. Alternatif pengorganisasian ruang
Organisasi
Ruang
Keuntungan Kerugian
Linier
Mudah menyesuaikan
kondisi
Sirkulasi jelas dan terarah
Pencapaian mudah
Adanya hirarki ruang
Kurang efisien, dan
butuh banyak ruang
Tidak ada orientasi
utama dari semua
ruang
Tidak ada
pengelompokan dan
pemilahan kegiatan
berdasarkan sifat
fungsi kegiatan
Terpusat
Memiliki pusat / orientasi
kegiatan
Bersifat stabil
Pencapaian ke titik ter-
tentu mudah & langsung
Efisiensi tinggi
Arah sirkulasi
terpusat pada satu
titik, sehingga
perhatian ke titik lain
berkurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Radial
Perpaduan antara organi-
sasi linier dan radial
Menghasilkan pola
dinamis
Pencapaian ke titik
tertentu mudah dan
langsung
Arah sirkulasi
terpusat pada satu
titik, sehingga
perhatian ke titik lain
berkurang
Cluster
Dapat menerima ruang –
ruang yang berlainan
bentuknya
Luwes dan dapat mene-
rima pertumbuhan dan
perubahan langsug tanpa
mempengaruhi karakter-
nya
Tidak ada orientasi
utama pada ruang
Kontrol visual kurang
baik
Dari keempat alternatif di atas, penulis menggunakan organisasi
ruang Radial karena organisasi ruang radial bersifat menghasilkan pola
dinamis serta Pencapaian ke titik tertentu mudah dan langsung. Sistem
organisasi ruang radial juga memudahkan pembagian kegiatan, sehingga
organisasi ruang ini sesuai apabila diterapkan dalam mendesain masjid.
M. SISTEM SIRKULASI
Terdapat beberapa jenis sistem sirkulasi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
a. Linier
Semua jalan pada dasarnya adalah linier. Jalan yang lurus dapat
menjadi unsur pengorganisir utama untuk satu deret ruang-ruang. Di
samping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah,
memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop).
b. Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkermbang
dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersarna.
c. Spiral (berputar)
Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menerus,
yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang
berubah
d. Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang Saling
berpotonqan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau
kawasan-kawasan ruang segi empat.
e. Jaringan
Suatu konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang
menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang.
f. Komposit (gabungan)
Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya membuat
kombinasi dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola
adalah pusat kegiatan, jalan masuk ke ruangan atau kamar, serta tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
untuk sirkulasi vertikal berupa tangga-tangga, landaian, danelevator.
Semua bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan jalur
pergerakan melalui bangunan dan menyediakan kesempatan untuk berhenti
sejenak, beristirahat, dan menentukan orientasi. Untuk menghindari
timbulnya orientasi yang Membingungkan, suatu susunan hirarkis di
antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan
skala, bentuk, panjang, serta penempatannya.
Berdasarkan beberapa alternatif dalam sistem sirkulasi di atas, penulis
menggunakan sistem sirkulasi Jaringan karena kebutuhan kegiatan pengguna
bangunan diarahkan melaluli sebuah pola untuk menentukan sirkulasi kegiatan
pengunjung sehingga lebih terarah dan sesuai kebutuhan
N. ZONING DAN GROUPING
Penentuan zonning dan grouping dalam sebuah bangunan disesuaikan
dengan fungsi dan aktivitas manusia yang menggunakan bangunan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Perencanaan yang tepat akan memudahkan dan mendukung aktivitas manusia
di dalamnya.
Dengan pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam beauty spa terbagi
menjadi beberapa zona sebagai berikut :
a. Zona Publik
Merupakan zona yang sangat umum. Setiap orang dapat
menempatinya tanpa syarat atau peraturan yang mengikat. Ruang-ruang
yang terdapat dalam zona publik memiliki akses yang mudah dari luar
bangunan.
b. Zona Semi Publik
Pengelompokan ruang yang memungkinkan terjadinya interaksi
antara pengunjung dengan pengunjung ataupun dengan pengelola.
Keberadaan seseorang di dalam zona ini memerlukan syarat atau peraturan
tertentu demi kelancaran kerja pengelola dan pengelola memiliki kendali
yang lebih terhadap pihak lain.
Ruang-ruang yang termasuk di dalam zona semi publik meliputi
fasilitas-fasilitas publik untuk memenuhi kebutuhan pihak lain yang terikat
dalam pengelolaan
c. Zona Privat
Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh pihak-
pihak tertentu dengan syarat-syarat yang kuat karena besifat pribadi.
Ruang-ruang yang termasuk dalam zona ini tertutup bagi umum untuk
kepentingan Kegiatan yang ada didalamnya..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
d. Zona service
Ruang-ruang penunjang di dalam sebuah bangunan untuk
melangkapi dan mendukung segala kegiatan manusia di dalamnya. Zona
ini digunakan oleh pengelola maupun pihak lain.
1) Alternatif Zoning 1
Gb. 4.2
Alternatif Zoning 1
Zona publik berada ditengah zona yang lainnya, zona publik
memiliki aktifitas yang tinggi. Zona publik dekat dengan zona privat, akan
mempermudah kegiatan yang berlangsung di zona publik. Zona servis
berada didekat ME, dirasa kurang efektif, karena akan mengganggu
sirkulasi zona publik.
2) Alternatif Zoning 2
Gb. 4.3
Alternatif Zoning 2
ME Zona Privat
Zona
Publik
Zona
Service
ME
Zona
Privat
Zona Publik
Zona
Service
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Zona publik berada langsung didepan ME, ini akan
mempermudah pengunjung mencari ruangan yang dimaksudkan.
Zona privat berada agak jauh dari zona publik, hal ini dirasa tepat,
karena kegiatan yang terhubung dari kedua zona tersebut tidak
terlalu sering. Zona servis dekat dengan zona publik dan zona
privat ini akan mempermudah pelayanan di kedua zona tersebut.
a. Grouping
1) Alternatif Grouping 1
Gb. 4.4
Alternatif Grouping 1
2) Alternatif Grouping 2
ME
Zona Privat - R. pengelola - R. karyawan - R. Lazis - R. JM UKMI
Zona Service - KM
- R. Ganti - gudang
- R. Genzet
Zona Publik - R. Serbaguna - Perpustakaan
- Masjid - Kafetaria
ME
Zona Privat - R. pengelola - R. karyawan - R. Lazis - R. JM UKMI
Zona Service - KM
- R. Ganti - gudang
- R. Genzet
Zona Publik - R. Serbaguna - Perpustakaan
- masjid - kafetaria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Gb. 4.5
Alternatif Grouping 2
b. Sirkulasi
1) Alternatif Sirkulasi 1
Gb. 4.6
Alternatif Sirkulasi 1
Analisa:
Alternatif 1 mempergunakan sistem sirkulasi linier,
keuntungan mempergunakan sistem ini adalah pengunjung dapat
urut dalam mengunjungi ruang-ruang yang penting atau yang
utama, kekurangannya adalah, pengunjung tidak dapat bebas dalam
menentukan tujuan utamanya.
2) Alternatif Sirkulasi 2
Gb. 4.7
Alternatif Sirkulasi 2
Analisa:
ME
Zona Privat
Zona
Publik
Zona
Service
Keterangan:
: pola sirkulasi pengunjung
: pola sirkulasi pengelola
: pola sirkulasi karyawan
Keterangan:
: pola sirkulasi pengunjung
: pola sirkulasi pengelola
: pola sirkulasi karyawan
ME
Zona
Privat
Zona Publik
Zona
Service
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Alternatif 2 mempergunakan sistem sirkulasi Radial,
keuntungan mempergunakan sistem sirkulasi semacam ini adalah
penataan ruangnya dapat bebas, sesuai dengan kebutuhan pemakai
ruangan. Sedangkan kerugian pemakaian sistem sirkulasi semacam
ini adalah pengunjung tidak dapat terfokus pada ruang-ruang
utama.
O. POLA HUBUNGAN ANTAR RUANG
Tabel 4.1
Hubungan antar ruang
Keterangan :
O : berhubungan langsung
V : berhubungan tak langsung
-- : tak berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
BAB V
KONSEP DESAIN
A. IDE GAGASAN
Merancang dan merencanakan interior sebuah masjid di lingkungan
akademika. Dalam perancanganya penulis berangkat dari penggabungan
fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah dengan fungsi masjid sebagai
tempat menuntut ilmu dunia dan akherat yang implementasinya hadir
dalam konsep dan tema peancangan.
B. TEMA
Tema yang dihadirkan dalam perencanaan dan perancangan interior Nurul
Huda Islamic Center ini adalah pendidikan. Pendidikan yang dimaksud
disini adalah pendidikan tingkat tinggi (perguruan tinggi).
Pengaplikasiannya dalam desain bisa secara implisit maupun eksplisit.
Pemisahan gander melalui penataan lay out dan pola warna, bentuk
furniture, dan cara pendisplayan di ruangan terbuka dimaksudkan untuk
mengajarkan kejujuran dan keterbukaan. Hal itu merupakan contoh
pengaplikasian tema secara implicit dalam desain Nurul Huda Islamic
Center. Kalau secara eksplisit misalnya hadirnya tuisan-tulisan bahasa
arab, kata-kata bijak, dan juga hadirnya relief tenteng kisah islami di salah
satu dindingnya.
C. SUASANA RUANG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Interior Nurul Huda Islamic Center menampilkan suasana atau atmosfer
Islami yang terwujud dalam elemen desain dan elemen dekoratif berupa
ornament serta pemakaian warna-warna Islami. Nurul Huda Islamic Center
ini tetap mempergunakan desain-desain yang modern fungsional yang
sejalan dengan prinsip “kesederhanaan” yang ada pada ajaran agama
Islam. Warna coklat dan biru yang mendominasi bangunan ini membuat
suasana ruang menjadi nyaman dan teduh. Bangunan nuama (masjid) yang
dibuat tinggi seolah mengingatkan, bawasannya kita manusia hanyalah
makhluk yang sangant kecil dihadapanNYA.
D. POLA PENATAAN RUANG
a. Pertimbangan
Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang sesuai dengan
fungsi Nurul Huda Islamic Center, maka orgaanisasi ruang harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Pengelompokan ruang sesuai dengan pengelompokan kegiatan
pengunjung.
2) Tingkat efisiensi ruang yang cukup.
3) Pengaturan tingkat kebisingan untuk menciptakan suasana
relaksasi.
4) Sirkulasi antar ruang yang nyaman dan terarah.
b. Alternatif pengorganisasian ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Table 5.1
Table pengorganisasian ruang
Sumber: analisa
Organisasi
Ruang
Keuntungan Kerugian
Linier
Mudah menyesuaikan
kondisi
Sirkulasi jelas dan terarah
Pencapaian mudah
Adanya hirarki ruang
Kurang efisien, dan
butuh banyak ruang
Tidak ada orientasi
utama dari semua
ruang
Tidak ada
pengelompokan dan
pemilahan kegiatan
berdasarkan sifat
fungsi kegiatan
Terpusat
Memiliki pusat / orientasi
kegiatan
Bersifat stabil
Pencapaian ke titik ter-
tentu mudah & langsung
Efisiensi tinggi
Arah sirkulasi
terpusat pada satu
titik, sehingga
perhatian ke titik lain
berkurang
Radial
Perpaduan antara organi-
sasi linier dan radial
Menghasilkan pola
dinamis
Pencapaian ke titik
tertentu mudah dan
langsung
Arah sirkulasi
terpusat pada satu
titik, sehingga
perhatian ke titik lain
berkurang
Cluster
Dapat menerima ruang –
ruang yang berlainan
bentuknya
Luwes dan dapat mene-
Tidak ada orientasi
utama pada ruang
Kontrol visual
kurang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Dari keempat alternatif di atas, penulis menggunakan organisasi ruang
Radial karena organisasi ruang radial bersifat menghasilkan pola dinamis
serta Pencapaian ke titik tertentu mudah dan langsung. Sistem organisasi
ruang radial juga memudahkan pembagian kegiatan, sehingga organisasi
ruang ini sesuai apabila diterapkan dalam mendesain Nuul Huda Islamic
Center
E. PEMBENTUK RUANG
1. Lantai
Table 5.2
Table unsure pembenuk ruang (lantai)
Sumber: analisa
Bahan Ruang Analisa Desain
Parquet Masjid, R.Audio, R.Audio Visual,
R.TPA, R.UKMI, Selasar Lt.2,
Stage R.Serba guna
Sifatnya yang hangat,
terkesan alami, meredam
listrik, kuat menahan beban
dirasa cocok diaplikasikan
dalam ruang-ruang tersebut
Granit Serambi masjid Sifatnya yang dingin, sejuk,
tahan lama, tahan gores,
mudah dalam perawatan,
terlihat mewah dirasa cocok
untuk ruang public seperti
serambi masjid ini
Keramik R.takmir, R.Serba guna,
Kafetaria, Minimarket, Gudang,
Dapur, Selasar
Mudah dalam pemasangan,
dan peraawatan, murah,
banyak pilihan warna dan
corak
rima pertumbuhan dan
perubahan langsug tanpa
mempengaruhi karakter-
nya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Tegel Inner courd, toilet Harganya yang murah,
mudah dalam perawatan dan
pemasangan, banyak pilihan
warna dan motif
2. Dinding
Table 5.3
Table unsure pembenuk ruang (dinding)
Sumber: analisa
Bahan Ruang Analisa Desain
Batu bata Semua ruang Kuat menahan beban, tahan
cuaca panas dan dingin,
keras dan juga murah
Batu alam Serambi masjid, mihrab Terlihat natural, dan
menarik
Cat tembok Semua ruang Murah, terdapat beraneka
pilihan warna dan menarik
Wall paper R.Audio, R.Audio Visual,
R.Serba guna
Sifatnya yang meredam
bunyi, banyak pilihan warna
dan motif yang menarik
dirasa cocok untuk
diterapkan dalam ruangan
tersebut
Kaca Kafetaria, minimarket, R.Serba
guna, Hall
Tembus pandang, praktis
dan ekomnomis, tahan
cuaca, mudah dibersihkan
3. Ceiling
Table 5.4
Table unsure pembenuk ruang (ceiling)
Sumber: analisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Bahan Ruang Aanalisa Desain
Kayu Semua ruangan Alami, bukan penghantar
panas, mudah dalam
perawatan
Gypsum board Semua ruangan, kecuali
masjid
Banyak pilihan variasinya,
mudah dalam perawatan,
peredam bunyi
F. PENGISI RUANG
1. Furniture
Furniture modern fungsional memiliki bentuk-bentuk yang ringan,
simpel, bersih dan tanpa ornamen dengan aplikasi material perpaduan
alami ( kayu, rotan, bambu ) dan modern ( stainless, logam, kaca )
sehingga tercipta furniture yang alami namun tetap kekinian (
mengikuti perkembangan ).
2. Bentuk dan Warna
Sesuai dengan konsep dan tema dari perancangan Nurul Huda Islamic
Center yaitu modern fungsional dengan pendekatan pendidikan maka
warna yang digunakan mengacu pada warna-warna alam dan islami (
coklat, hijau, biru), dengan intensitas warna yang soft untuk
menciptakan suasana yang tenang, asri, dan khusuk.
Bentuk yang digunakan memilih bentuk-bentuk yang simpel namun
tetap aman bangi penguna,
G. SISTEM INTERIOR
1. Pencahayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Konsep interior modern fungsional menuntut untuk
memanfaatkan potensi alam tak terbatas, contohnya sinar matahari.
Indonesia adalah negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa,
sehingga mendapatkan sinar matahari lebih kurang 12 jam dalam
sehari. Memanfaatkan sinar matahari semaksimal mungkin di siang
hari akan menghemat energi listrik yang digunakan untuk menyalakan
lampu. Sedangkan untuk malam hari dan saat cuaca tidak mendukung
dibuat Penataan cahaya sesuai kebutuhan kegiatan dalam Nurul Huda
Isamic Center ini. Ruang-ruang yang ada sengaja di desain agar
langsung ke luar bangunan sehingga pemaksimalan cahaya matahari
dapat dilakukan dengan merancang bukaan baik berupa pintu kaca,
jendela, kisi-kisi sebagi sarana pemaksimalan pencahyaan alami.
2. Penghawaan
Meskipun Konsep modern fungsional mengedepankan alam
namun untuk memenuhi kenyamanan pengguna maka penggunaan
penghawaan alami hanya dapat diterapkan di beberapa ruang saja
sedangkan untuk ruang- ruang yang lain menggunakan penghawaan
buatan berupa AC. Namun desain keseluruhan ruangan di desain agar
memungkinkan menggunakan penghawaan alami jika dikehendaki.
Sehingga dapat dikatakan desain fleksibel.
3. Akustik
Akustik yang digunakan dalam perancangan interior Nurul
Huda slamic Center ini menggunakan pemanfaatan karakter bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
dinding dan lantai, misalnya dari gypsum board, wall paper, dan juga
kayu
H. SISTEM KEAMANAN
1) Dari Ancaman Kebakaran
Suatu perancangan yang baik tentunya memperhatikan masalah
keamanan dari segi fisik bangunan dan terutama yang menyangkut
kenyamanan pengunjung dari hal-hal yang mengganggu serta
membahayakan jiwa seseorang. Maka diperlukan sarana peralatan
yang berhubungan dengan keamanan yang dapat diletakkan paada titik
utilitas bangunan.
Peralatan tersebut dapat berupa :
a) Fire estinguisher. Alat pemadam kebakaran portabel dengan
jarakjauh antara unit 20 - 25 m2.
b) Smoke detector. Alat yang bekerja bila suhu mencapai 70 o
C.
c) Fire alarm sistem. Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api
atau panas pada suhu 135 o
C - 160 o
C. Pemasangan pada tempat
yang tepat sehingga dapat terdengar apabila terindikasi adanya
bahaya kebakaran.
d) Spinkler, suatu jaringan saluran yang dilengkapi dengan kepala
penyiram. Setipa spinkler dapat melayani luas area 10 – 20 m
dengan ketinggian ruang 3m
e) Hidran kebakaran. Sistem ini menggunakan daya semprot air
melalui selang sepanjang 30m, apasitas 400L/menit. Peletakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
pada satu unit untuk 1000m2, letak kotak hidran 75 cm dari
permukaan lantai.
2) Dari ancaman kejahatan manusia
i. Sistem CCTV (Close Circuit Television), adalah yang digunakan
untuk memantau atau memonitor kegiatan yang sedang
berlangsung dengan menggunakan camera TV sebagai alat
monitoring
ii. Sistem door and exit control merupakan sistem dengan
pemakaian pintu sebagai alat untuk mengatasi bahaya yang
datang dari luar bangunan. Pintu-pintu yang berhubungan dengan
luar bangunan diberi dan diawasi oleh seperangkat alat
pendeteksi elektronik.
iii. Heavy duty door contact (sensor yang dipasang pada pintu)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
BAB V1
PENUTUP
Dari perancangan interior Nurul Huda Islamic Center dengan Sentuham
Pendidikan Bercitarasa Pembelajaran diperoleh kesimpulan, antara lain :
1. Masjid pendidikan yang berada di lingkungan akademika, yaitu Universitas
Sebelas Maret Surakarta, tepatnya di Jl.Ir Sutami no.36A kentingan
Surakarta.
2. Tujuan perancangan interior Nurul Huda Islamic Center ini antara lain:
- Menyediakan tempat ibadah yang representative bagi mahasiswa,
dosen , karyawan dan masyarakat sekitar UNS.
- Sebagai pusat syiar agama Islam di UNS.
- Menyediakan tempat ibadah yang multifungsi, yaitu selain sebagai
tempat melakukan ibadah sholat, juga bisa berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan aktivitas sosial keagamaan, berdiskusi tentang
berbagai permasalahan umat, tempat menuntut ilmu agama, serta
berbagai aktivitas keagamaan lainnya.
- Meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan pembinaan mental mahasiswa,
dosen, karyawan dan masyarakat sekitar UNS.
3. Status kelembagaan Nurul Huda Islamic Center ini dimiliki oleh Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dibawah pengawasan Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Organisasi Ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Memiliki fasilitas ruang berupa :
a. Masjid
Sebagai bangunan utama yang difungsikan unruk beribadah. Terdiri dari
dua lantai. Lantai pertama difungsikan untuk tempat sholat laki-laki,
sedangkan lantai atas diperunukkan bagi kaum awanita malaksanakan
sholat
b. Serambi masjid
Antara serambi dan ruang ibadah utama di pisahkan dengan ketinggian
lantai. Di seambi inlah zona ibadah dan zona pendidikan digabung.
Berbagai macam koleksi buku tentang agama islam tertata rapi di salah
satu sisi serambi dan juga di kolom-kolom serambi, bahkan tersapat
relief di salah satu sisi dinding serambi.
c. Ruang Serba Guna
Ruang serba guna ini berkapasias 200 kursi, memikili fungsi sebagai
empat pertemuan, mengadakan seminar, atau talk show tentang
keagamaan, dan sifanya dapat disewa oleh institusi sesuai izin.
d. Ruang Kajian
e. Ruang Takmir
f. Ruang Pengelola
g. Ruang TPA
h. Ruang Audio
i. Ruang Audio Visual
j. Minimarket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
k. Kafetaria
l. Lavatory
m. Gudang
n. Inner coord
5. Ide Gagasan
Merancang dan merencanakan interior sebuah masjid di lingkungan
akademika. Dalam perancanganya penulis berangkat dari penggabungan
fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah dengan fungsi masjid sebagai
tempat menuntut ilmu dunia dan akherat yang implementasinya hadir dalam
konsep dan tema peancangan.
6. Tema yang Diterapkan
Tema yang dihadirkan dalam perencanaan dan perancangan interior Nurul
Huda Islamic Center ini adalah pendidikan. Pendidikan yang dimaksud disini
adalah pendidikan tingkat tinggi (perguruan tinggi). Pengaplikasiannya dalam
desain bisa secara implisit maupun eksplisit. Pemisahan gander melalui
penataan lay out dan pola warna, bentuk furniture, dan cara pendisplayan di
ruangan terbuka dimaksudkan untuk mengajarkan kejujuran dan keterbukaan.
Hal itu merupakan contoh pengaplikasian tema secara implicit dalam desain
Nurul Huda Islamic Center. Kalau secara eksplisit misalnya hadirnya tuisan-
tulisan bahasa arab, kata-kata bijak, dan juga hadirnya relief tenteng kisah
islami di salah satu dindingnya.
7. Elemen Interior
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Penerapan pada elemen interiornya terdiri dari pemilihan bahan lantai yang
sesuai dengan fungsi ruang, sehingga mampu memberikan rasa nyaman pada
para pengguna Nurul Huda Islamic Center.
Mayoritas ruangan menggunakan gypsum board dan juga kayu sebagai bahan
ceilingnya, selain memperhitungkan nilai esetis dari bahan tersebut, gypsum
board dan juga kayu juga bisa berfungsi sebagai bahan akusik ruangan.
Furniture didesain denganb mempertimbangkan segi fungsi, bentuk dan
bahan, yang kesemuanya itu merujuk kepada pertimbangan keamanan, dan
kenyamanan pengguna Hurul Huda Islamic Center.
Penerapan warna-warna Islamic dan natural hadir pada pola lantai, dinding,
ceiling juga pada elemen dekorasinya, diantaranya wana biru, hujau, coklat,
abu-abu, hitam dan putih
8. Interior Sistem
Penerapan interior system yang terdiri dari penghawaan berupa penggunaan
bukaan-bukaan dan juga AC. Akustik dengan menggunakan wallpaper dan
wallboard pada dinding, gypsum board dan lumbersering pada ceiling
sebagai bahan penyerap suara.
9. System Keamanan.
Penerapan sistem keamanan terdiri dari pemasangan automatic smoke
alarm, springkler dan fire extinguisher. Pintu darurat dibuat dekat dengan
ruangan-ruangan yang mempunyai aktivitas padat. Penggunaan staf keamanan
dan pos keamanan pada setiap jalur keluar dan masuk pengunjung, serta
pemasangan CCTV (Closed Circuit Television) pada ruang-ruang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
membutuhkan penanganan khusus seperti pada masjid, ruang serbaguna,
serambi masjid, dll.
Perencanaan dan perancangan Nurul Huda Islamic Center di Universitas
Sebelas Maret Surakarta ini diharapkan dapat membantu terwujudnya kesatuan
antara ibadah dan pendidikan yang tercipta di lingkungan pendidikan ini, yang
didapatkan dengan memusatkan segala kegiatan yang berhubungan dengan agama
Islam dalam suatu lokasi. Sehingga masyarakat lebih mudah dalam mendapatkan
informasi dan ilmu pengetahuan tentang agama Islam yang hakiki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
DAFTAR PUSTAKA
Sumalyo,Yulianto. 2006. Arsitektur Masjid Dan Monumen Sejarah Muslim.
Yogyakarta: Gadjah Mada University perss
Forum ilmiah festifal istiqlal II. 1995. Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa.jaklarta:
yayasan festifal istiqlal
Gazalba, Drs.Sidi. 1989. Masjid Pusat Ibadat dan kebudayaan Islam. Jakarta:
pustaka Al-Husna
Al-faruqi,ismail. 2003. Atlas Budaya Islam. Jakarta: mizan
D’avennes, Prisse. 2001. Arabic Art. Paris: L’Aventurine
Ayub, Drs. E. Moh. 1996. Manajemen Masjid. Jakarta : Gema Insani
Al-Quran
Al-Hadist
Neufert, Eenst. 1996. Data Arsitek Jilid 1 ed; 3. Jakarta : Erlangga
Neufert, Eenst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 ed; 33. Jakarta : Erlangga
www.wikipedia.com
www.seni kaligrafi.com