universitas diponegoro hubungan pola aktivitas penghuni terhadap ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KEPUASAN PENGHUNI ... fileperpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KEPUASAN PENGHUNI ... fileperpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA SEMANGGI
KOTA SURAKARTA
Renny Waskita Asri
D0108098
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA SEMANGGI
KOTA SURAKARTA
Renny Waskita Asri
D0108098
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :
“Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.”
Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian dan belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain.
Saya bersedia menerima akibat dicabutnya gelar kesarjanaan apabila ternyata di
kemudian hari terdapat bukti yang kuat bahwa karya tersebut ternyata bukan karya
yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, Januari 2013
(Renny Waskita Asri)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(Q.S. Al Baqarah : 286)
“Orang yang menyerah adalah orang tak tahu seberapa dekat dirinya dengan titik
kemenangan saat dia memutuskan untuk menyerah.”
(Thomas Alfa Edison)
“Konsentrasikan seluruh pikiran anda pada pekerjaan yang anda lakukan. Sinar
matahari tak akan membakar sesuatu jika tidak fokus.”
(Alexander Graham Bell)
“Kesuksesan tidak diukur dari apa yang telah anda selesaikan, namun melalui
perlawanan yang telah anda hadapi, dan keberanian anda mempertahankan
perjuangan melawan rintangan yang sangat besar.”
(Orison Sweet Marden)
“Life is not about who you are. Life is about your choice. If you’ve choosed, just go
on. Don’t be scared. Hurt will let you know anything may not be done twice.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku atas doa, kasih sayang, nasihat, dukungan, dan
serta pelajaran hidup yang tiada ternilai.
Adikku tercinta atas keceriaan dan semangat yang tak pernah padam.
Keluarga besarku yang selalu menyayangi dan mendoakanku.
Almamaterku AN B 2008, FISIP, UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan dan berkat yang
diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan skipsi yang berjudul “Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan
memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Program Studi
Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.
Dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan
dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Drs, Sudarto, M.Si selaku Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan,
arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Ali, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang
telah diberikan selama ini.
4. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi dan karyawan FISIP UNS yang telah
mendukung dan membantu penulis selama perkuliahan selama ini.
6. Toto Jayanto, SH, M.Hum selaku Kepala UPTD Rumah Sewa dan seluruh staf
UPTD Rumah Sewa yang telah memberi bantuan, informasi, dan semua hal yang
penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta selaku responden penelitian yang
telah memberikan waktu serta pendapat selama proses penelitian dilakukan.
8. Mulyadi, BA dan Tarni, SE orang tua tercinta yang telah memberikan doa, kasih
sayang, dukungan, dan motivasi yang tak ternilai harganya. Terima kasih Bapak
Ibu.
9. Ardian Benny Waskita, adik tercinta atas semangat yang diberikan.
10. Keluarga besar Parto Dikromo dan Karso Wiyono atas doa dan dukungannya
kepada penulis.
11. Teman-teman terbaik Rizqi Luthfiana, Vina Andriyani, Cherelia Dinar dan Rizka
Ayu, terima kasih telah memberi banyak inspirasi. Mari berjuang di pilihan
hidup kita masing-masing kawan. Suatu saat kita akan berkumpul kembali
membawa kemenangan yang kita impikan.
12. Sahabat-sahabatku tersayang Anindar Gita, Yostine Uthami, Eva Yulia, Lora
Mira Zika, Dwi Surya, Andhy Eko dan Mayang Djatu atas keceriaan dan canda
tawa yang kita bagi bersama. Terima kasih atas waktu, doa, bantuan dan
dukungan dalam pengerjaan skripsi ini.
13. Rekan-rekan AN B 2008 yang banyak berbagi pemikiran dan pembelajaran.
Maju terus teman. Sukses selalu.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam
skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... .............. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv
ABSTRAK ..................................................................................................................... xvi
ABSTRACT ................................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Balakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ................................ 6
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 6
1. Kepuasan Penghuni .................................................................................. 6
2. Kualitas Bangunan dan Air Bersih ........................................................... 14
B. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 25
C. Definisi Konseptual ....................................................................................... 26
D. Definisi Operasional ..................................................................................... 27
E. Hipotesis ........................................................................................................ 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 31
A. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 31
B. Jenis Penelitian .............................................................................................. 31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 32
D. Sumber Data Penelitian ................................................................................. 34
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 35
F. Skala Pengukuran .......................................................................................... 36
G. Uji Validitas Instrumen ................................................................................. 37
H. Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 41
I. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................... 46
B. Karakteristik Responden ............................................................................... 58
C. Analisis Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta .............. 61
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 107
A. Kesimpulan ................................................................................................... 107
B. Saran .............................................................................................................. 107
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 109
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Laporan Keluhan Penghuni Rusunawa Semanggi ....................................... 4
Tabel 2.1 : Tabel Operasional Variabel ......................................................................... 28
Tabel 3.1 : Pengujian Validitas Lingkungan Rusunawa………………………………. 38
Tabel 3.2 : Pengujian Validitas Lingkungan Rusunawa setelah pernyataan nomor 6
dibuang ……………………………………………………………………. 39
Tabel 3.3 : Pengujian Validitas Persyaratan Keselamatan Bangunan………………… 40
Tabel 3.4 : Pengujian Validitas Persyaratan Kesehatan Bangunan………………… .... 40
Tabel 3.5 : Pengujian Validitas Ketersediaan Air Bersih………………… ................... 41
Tabel 3.6 : Pengujian Reliabilitas………………… ....................................................... 42
Tabel 4.1 : Data Rusunawa Semanggi………………… ................................................ 49
Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………………… ...... 58
Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………………… ..................... 58
Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……………… 59
Tabel 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan………………… .... 60
Tabel 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan……………… . 60
Tabel 4.7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menempati Rusun………… . 61
Tabel 4.8 : Nilai Indikator Lingkungan Rusunawa………… ......................................... 62
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Butir Lokasi Rusunawa Semanggi………… .............. 63
Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa Ke Sekolah………… ............ 64
Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Ibadah………… ............ 65
Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Rumah Sakit/ Puskesmas. 66
Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Pasar………… ................. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.14 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Bermain………… ......... 68
Tabel 4.15 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Ruang Untuk Olahraga……… ... 69
Tabel 4.16 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Pemakaman Umum…… 70
Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Kantor Pemerintahan…… 71
Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jalan Penghubung ke Jalan
Raya………… ........................................................................................... 72
Tabel 4.19 : Distribusi Frekuensi Butir Fungsi Saluran Air di Rusunawa………… ..... 73
Tabel 4.20 : Distribusi Frekuensi Butir Kelancaran Saluran Pembuangan
Limbah………… ....................................................................................... 74
Tabel 4.21 : Distribusi Frekuensi Butir Ketercukupan Tempat Pembuangan………… 75
Tabel 4.22 : Distribusi Frekuensi Butir Kesesuaian Kebutuhan Pasokan
Listrik………… ......................................................................................... 76
Tabel 4.23 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jaringan Telepon………… ........ 77
Tabel 4.24 : Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jaringan Gas………… ............... 78
Tabel 4.25 : Distribusi Frekuensi Butir Ukuran Per Unit………… ............................... 79
Tabel 4.26 : Distribusi Frekuensi Butir Tata Letak Antar Ruangan Per Unit………… . 80
Tabel 4.27 : Distribusi Frekuensi Butir Sekat Antar Ruangan Per Unit………… ......... 81
Tabel 4.28 : Nilai Indikator Persyaratan Keselamatan Bangunan………… .................. 82
Tabel 4.29 : Distribusi Frekuensi Butir Struktur Bangunan Rusunawa………… .......... 83
Tabel 4.30 : Distribusi Frekuensi Butir Struktur Atas Bangunan Berkontruksi Baja
dan Beton………… ................................................................................... 84
Tabel 4.31 : Distribusi Frekuensi Butir Pondasi Struktur Bawah Bangunan………… . 85
Tabel 4.32 : Distribusi Frekuensi Butir Sistem Deteksi Terhadap Kebakaran………… 86
Tabel 4.33 : Distribusi Frekuensi Butir Alat Pemadam Kebakaran Darurat………… .. 87
Tabel 4.34 : Distribusi Frekuensi Butir Instalasi Proteksi Petir………… ...................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.35 : Distribusi Frekuensi Butir Pemasangan Instalasi Listrik………… ............ 89
Tabel 4.36 : Distribusi Frekuensi Butir Keberadaan Meteran Listrik Pada Setiap
Unit………… ............................................................................................ 90
Tabel 4.37 : Nilai Indikator Persyaratan Kesehatan Bangunan………… ...................... 91
Tabel 4.38 : Distribusi Frekuensi Butir Sistem Pencahayaan………… ......................... 92
Tabel 4.39 : Distribusi Frekuensi Butir Sistem Pertukaran Udara………… .................. 93
Tabel 4.40 : Distribusi Frekuensi Butir Jendela/Ventilasi Untuk Pertukaran
Udara………… .......................................................................................... 94
Tabel 4.41 : Distribusi Frekuensi Butir Perolehan Sumber Air Minum yang
Digunakan di Rusunawa………… ............................................................ 95
Tabel 4.42 : Distribusi Frekuensi Butir Persyaratan Kesehatan Sumber Air Minum
yang Digunakan………… ......................................................................... 96
Tabel 4.43 : Distribusi Frekuensi Butir Saluran Pembuangan Air Limbah………… .... 97
Tabel 4.44 : Distribusi Frekuensi Butir Pembuangan Air Hujan Melalui Parit/Gorong-
Gorong………… ....................................................................................... 98
Tabel 4.45 : Distribusi Frekuensi Butir Tempat Penampungan Sampah Masing-
Masing Blok………… ............................................................................... 99
Tabel 4.46 : Distribusi Frekuensi Butir Pemakaian Bahan Bangunan yang
Digunakan………… .................................................................................. 100
Tabel 4.47 : Distribusi Frekuensi Butir Penggunaan Bahan Bangunan Ramah
Lingkungan………… ................................................................................ 101
Tabel 4.48 : Nilai Indikator Ketersediaan Air Bersih………… ..................................... 102
Tabel 4.49 : Distribusi Frekuensi Butir Kelayakan Sumber Air Sumur di
Rusunawa………… ................................................................................... 103
Tabel 4.50 : Distribusi Frekuensi Butir Kebersihan Sumber Air Sumur
Rusunawa………… ................................................................................... 104
Tabel 4.51 : Tingkat Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta………… .................................................................................... 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.52 : Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai X²………… .................................... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta ................................................................................................... 26
Gambar 4.1 : Peta Lokasi Rusunawa Semanggi ............................................................. 47
Gambar 4.2 : Rusunawa Semanggi ................................................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Renny Waskita Asri. D0108098. Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2013. 110 halaman.
Pembangunan rumah susun merupakan salah satu solusi kebutuhan
perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Rusunawa
Semanggi merupakan salah satu rusunawa yang dibangun di Kota Surakarta dan
menjadi proyek percontohan bagi pembangunan rusunawa yang lain, meski masih
terdapat beberapa keluhan dari penghuni rusunawa diantaranya bangunan banyak
yang bocor dan air yang tidak layak konsumsi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta yang menempati setiap unit
rusunawa sebesar 196 unit. Jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan
tingkat kepercayaan 90% yaitu sebanyak 66 responden. Pengambilan sampel
dilakukan secara simpel random sampling. Hasil uji coba instrumen menunjukkan
bahwa instrument digunakan valid dengan koefisien korelasi 0,361 dan reliabel
dengan nilai alpha 0,361.
Analisis kepuasan dilakukan melalui nilai rataan dan nilai modus dan mengukur
kepuasan penghuni dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada perbedaan kepuasan penghuni
Rusunawa Semanggi. Ada penghuni yang merasa puas dengan kondisi Rusunawa
Semanggi tetapi ada pula yang merasa kurang puas dan tidak puas. Penghuni yang
merasa kurang puas dan tidak puas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adanya fasilitas pendukung yang belum tersedia dan kondisi air yang tidak bersih dan
tidak layak konsumsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Renny Waskita Asri. D0108098. The Residents’ Satisfaction Rusunawa
Semanggi of Surakarta City. Thesis. Administration Science Department. Social
and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2013. 110
pages.
Multi-storied house development is one of solutions to the housing demand
intended to the low-income society. Rusunawa Semanggi (Semanggi Multistoried
House) is one of rusunawas built in Surakarta City and becomes modeling project for
other rusunawa construction, despite some grievances from the residents of rusunawa
such as leaked building and not feasible to consume-water. This research was
conducted to find out the extent to which the residents are satisfied in Rusunawa
Semanggi of Surakarta City.
This study was a quantitative research. The population of research was the
residents of Rusunawa Semanggi of Surakarta City occupying every unit of rusunawa
consisting of 196 units. The sample was taken using confidence level of 90%,
consisting of 66 respondents. The sampling technique used was simple random
sampling. The result of instrument tryout showed that the instrument used was valid
with correlation coefficient of 0.361 and reliable with alpha value of 0.361.
The gratification analysis was conducted using a descriptive analysis using
mean and mode values and meansure residents’ satisfaction using chi square test. The
results of this study indicate that there are differences in overall occupant satisfaction
of Rusunawa Semanggi. There are residents who are satisfied with the condition of
Rusunawa Semanggi but others feel less satisfied and dissatisfied. Residents who feel
less satisfied and dissatisfied due to several factors, including the supporting facilities
are not yet available and the water is not clean and not worthy of consumption.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain makanan
dan pakaian. Rumah digunakan sebagai tempat berteduh, berlindung dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga dalam suatu tatanan kehidupan.
Rumah juga berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang dimana
pembentukan karakter seseorang ini pada akhirnya akan menjadi identitas bangsa.
Rumah atau disebut tempat tinggal merupakan hak bagi setiap warga
Negara, sebagaimana diatur dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
layanan kesehatan.”
Lebih lanjut dijelaskan dengan ketentuan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman pada Pasal
5 Ayat 1 yang bunyinya : “Setiap warga Negara mempunyai hak untuk
menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.”
Untuk memenuhi hak setiap warga negara akan perumahan, pemerintah
berusaha mewujudkan rumah bagi masyarakat terutama perumahan yang dapat
terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun, permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang timbul disini pemerintah selalu dihadapkan pada permasalahan keterbatasan
luas tanah yang tersedia untuk pembangunan terutama di daerah perkotaan yang
berpenduduk padat. Untuk mengatasinya, pemerintah berusaha untuk membangun
rumah susun. Pemerintah membangun rumah susun untuk kalangan masyarakat
berpenghasilan rendah tetapi layak huni.
Pembangunan rusun diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2011
tentang Rumah Susun (Rusun) disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 1 bahwa : “Rusun
adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama.”
Rumah susun (rusun) memiliki dua tipe. Pertama, rumah susun dengan
sistem sewa dan sistem kepemilikan. Akan tetapi, rumah susun yang dibangun di
Kota Surakarta lebih dominan pada rumah susun dengan sistem sewa atau
rusunawa (rumah susun sederhana sewa).
Selama kurang lebih satu dekade ini, pemerintah Kota Surakarta telah
banyak melakukan pembangunan rumah susun, terutama rumah susun dengan
sistem sewa. Rusunawa yang telah dibangun di Kota Surakarta diantaranya
Rusunawa Begalon I dan II, Rusunawa Semanggi, Rusunawa Kerkop dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rusunawa Jurug. Selain itu, menurut keterangan pihak UPTD Rumah Sewa
pemerintah akan terus melakukan pembangunan rumah susun karena tingginya
permintaan masyarakat akan keberadaan rusunawa. Hal ini terlihat dari
banyaknya daftar tunggu (waiting list) masyarakat yang ingin menjadi menempati
rumah susun. Tak bisa dipungkiri, keberadaan rusunawa bagi masyarakat yang
tak memiliki tempat tinggal dinilai meringankan beban mereka dalam kebutuhan
perumahan yang layak. Masyarakat menilai menyewa di rusunawa jauh lebih
murah daripada menyewa rumah di luar lingkungan rusunawa. Sehingga
rusunawa yang telah dibangun dan sudah ditempati seperti Rusunawa Begalon I
& II dan Rusunawa Semanggi selalu terisi penuh.
Namun demikian, pembangunan rumah susun sebagai salah satu solusi
tempat hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah bukanlah tanpa
permasalahan. Permasalahan yang sering muncul dalam pembangunan rusun
yakni pembangunan yang cenderung mengabaikan kualitas. Rusunawa memang
diperuntukkan untuk masyarakat kecil yang memiliki penghasilan rendah. Namun
dalam pembangunannya diharapkan rumah susun ini memiliki kualitas yang baik.
Rumah susun dengan kualitas baik disamping memberikan kepuasan bagi
penghuninya juga merupakan aset jangka panjang. Hal ini dikarenakan
pembangunan rumah susun diambil dari dana APBN maupun APBD dengan
jumlah yang tidak sedikit. Untuk itu, pemerintah mengharapkan adanya
kerjasama dari berbagai pihak seperti perusahaan rekanan diharapkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembangunanannya memberikan kualitas bangunan yang baik. Begitu pula
setelah masa penyerahan dan pemeliharaan diharapkan pemerintah daerah
ataupun SKPD yang terkait dibantu dengan penghuni rusun bersama-sama ikut
dalam memelihara rumah susun. Selain itu, faktor penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam sebuah rusunawa yakni kelengkapan fasilitas pendukung
bangunan rusunawa itu sendiri.
Permasalahan ini juga yang dialami penghuni Rusunawa Semanggi, salah
satu rusunawa yang telah dihuni selama kurang lebih tiga tahun. Dalam
pengelolaannya rusunawa ini masih ditemui adanya keluhan yang disampaikan
oleh para penghuninya. Berikut disajikan data keluhan penghuni Rusunawa
Semanggi yang disampaikan kepada pihak pengelola yakni UPTD Rumah Sewa.
Tabel 1.1
Laporan Keluhan Penghuni Rusunawa Semanggi
No. Keluhan yang disampaikan
1. Bangunan banyak yang bocor
2. Air yang tidak layak konsumsi
Sumber: data lapangan
Melihat permasalahan tersebut di atas membuat penulis merasa tertarik
untuk meneliti tentang kepuasan penghuni rusunawa, terutama kepuasan
penghuni Rusunawa Semanggi. Hal ini dikarenakan Rusunawa Semanggi sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dijadikan proyek percontohan bagi pembangunan rusunawa lainnya tetapi masih
ditemui beberapa permasalahan yang dialami oleh penghuni.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. “Bagaimana kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional yaitu untuk mengetahui kepuasan penghuni Rusunawa
Semanggi Kota Surakarta.
2. Tujuan Individual yaitu untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah keilmuan untuk para pembaca khususnya dan masyarakat pada
umumnya terkait dengan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta.
2. Manfaat Praktis yaitu dapat memberikan masukan terhadap pemerintah atau
institusi mitra terkait dengan kepuasan penghuni rusunawa agar di kemudian
hari dalam membangun rusunawa lebih diperhatikan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Kepuasan Penghuni
Tujuan utama pelayanan publik adalah memenuhi kebutuhan warga
pengguna agar dapat memperoleh pelayanan yang diinginkan dan
memuaskan. Karena itu, penyedia layanan harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan dan keinginan warga pengguna, kemudian memberikan pelayanan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga negara tersebut (Agus
Dwiyanto, 2006:152).
Seiring dengan perkembangan jaman pemerintah dituntut untuk
menerapkan pelayanan prima. Dalam bukunya Sedarmayanti (2009:249)
mendefinisikan pelayanan prima adalah
“pelayanan yang diberikan kepada pelanggan (masyarakat) minimal
sesuai dengan standar pelayanan (cepat, tepat, akurat, murah, ramah).
Dalam sektor publik, pelayanan dikatakan prima apabila sebagai
berikut:
1. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan/ pengguna jasa.
2. Pelayanan prima bila ada standar pelayanan.
3. Pelayanan prima melebihi standar, atau sama dengan standar. Bila belum
ada standar, pelayanan yang terbaik dapat diberikan, pelayanan yang
mendekati apa yang dianggap pelayanan standar, dan pelayanan yang
dilakukan secara maksimal.
4. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan
masyarakat internal (SESPANAS LAN, 1998).”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya dalam melaksanakan pelayanan prima dibutuhkan suatu
strategi untuk mendukung pelayanan prima tersebut. Strategi pelayanan prima
yang mengacu pada kepuasan/keinginan pelanggan dapat ditempuh melalui:
1. Implementasi visi misi pelayanan pada semua tingkat yang terkait dengan
pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat (pelanggan).
2. Hakikat pelayanan prima disepakati untuk dilaksanakan oleh aparatur
yang memberi pelayanan.
3. Dalam pelaksanaan pelayanan prima, didukung sistem dan lingkungan
yang dapat memotivasi anggota organisasi untuk melaksanakan pelayanan
prima.
4. Pelaksanaan pelayanan prima aparatur pemerintah, didukung sumber daya
manusia, dana dan teknologi canggih tepat guna.
5. Pelayanan prima dapat berhasil guna, apabila organisasi menerbitkan
standar pelayanan prima yang dapat dijadikan pedoman dalam melayani
dan panduan bagi pelanggan yang memerlukan jasa pelayanan
(Sedarmayanti, 2009:250).
Dengan adanya pelayanan prima dimana pemberi pelayanan dituntut
memberikan pelayanan minimal sesuai standar pelayanan yang ada,
diharapkan kebutuhan dan keinginan serta aspirasi masyarakat dapat tercapai
sehingga akhirnya berujung pada kepuasan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pernyataan lebih tegas diungkapkan oleh Ratminto dan Atik Septi
Winarsih (2010:28) yang mengungkapkan bahwa dalam tingkat kepuasan
masyarakat, ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh
tingkat kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai
apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang
dibutuhkan dan diharapkan. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan tingkat
kepuasan masyarakat, Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004
mengamanatkan agar setiap penyelenggara pelayanan secara berkala
melakukan survey indeks kepuasan masyarakat.
Dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra (2005:195) menyebutkan
kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup
baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa
diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu
memadai”. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000) mendeskripsikan
kepuasan sebagai “the good feeling that you have when you achieved
something or when something that you wanted to happen does happen”; “the
act of fulfilling a need or desire”; dan “an acceptable way of dealing with a
complaint, a debt, an injury, etc.” Sekilas definisi-definisi ini kelihatan sangat
sederhana, namun begitu dikaitkan dengan konteks manajemen dan perilaku
konsumen, istilah ini menjadi begitu kompleks. Bahkan, Richard L. Oliver
(1997) dalam bukunya yang berjudul “Satisfaction: A Behavioral Perspective
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
on the Customer” menyatakan bahwa semua orang paham apa itu kepuasan,
tetapi begitu diminta mendefinisikannya, kelihatannya tak seorangpun tahu.
Selanjutnya dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2010:220)
menuliskan Kebijakan Pengembangan Indeks Kepuasan Masyarakat.
Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan indeks kepuasan masyarakat
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan diatur dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/ 25/ M.PAN/ 2/ 2004
Tanggal 24 Februari 2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor KEP/ 25/ M.PAN/ 2/ 2004 Tanggal 24 Februari 2004 Tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah disebutkan bahwa kepuasan pelayanan adalah hasil
pendapat dan penilaian masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang diberikan
oleh aparatur penyelenggara pelayanan publik.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
masyarakat adalah hasil penilaian pengguna pelayanan/ masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah penyelenggara pelayanan.
Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kepuasan masyarakat akan
pelayanan terjadi apabila pelayanan yang diberikan oleh aparatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penyelenggara pelayanan sudah sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan
aspirasi.
Hal ini berlaku pula dalam pelayanan di bidang perumahan.
Pemenuhan pelayanan kebutuhan dan keinginan masyarakat akan perumahan
pada akhirnya akan berujung pada kepuasan masyarakat atau lebih dikenal
dengan kepuasan penduduk/penghuni. Pengertian kepuasan
penduduk/penghuni disampaikan oleh beberapa ahli dalam jurnal Social
Indicators Research; Residential Satisfaction in Public Core Housing in
Abeokuta, Ogun State, Nigeria; 2012, yang mengemukakan bahwa:
“….In housing research, satisfaction studies have been referred to as
housing satisfaction (Kaitilla 1993; Karna et al. 2009; Jiboye 2010),
occupants‟ satisfaction (Fatoye and Odusami 2009), residents‟ satisfaction
(Ukoha and Beamish 1997) or residential satisfaction (Galster 1987; Salleh
2008; Mohit et al. 2010; Mohit and Nazyddah 2011). Kaitilla (1993), Hashim
(2003) and Lee and Park (2010) specifically noted that residential satisfaction
is an individual‟s satisfaction with both the house as a distinct physical
product and the environment or neighbourhood; noting that residential
satisfaction encompasses both housing and neighbourhood satisfaction. To
this end, residential satisfaction as used in this study encompasses occupants‟
satisfaction with housing units, neighbourhood and associated services.”
(Beberapa ahli tersebut memberikan definisi, dalam penelitian
perumahan, studi kepuasan telah disebut sebagai kepuasan perumahan
(Kaitilla 1993; Karna et al 2009; Jiboye 2010), kepuasan penghuni (Fatoye
dan Odusami 2009), kepuasan penduduk (Ukoha dan Beamish 1997) atau
kepuasan kediaman (Galster 1987; Salleh 2008; Mohit et al 2010;. Mohit dan
Nazyddah 2011). Kaitilla (1993), Hashim (2003) dan Lee dan Park (2010)
secara khusus mencatat bahwa kepuasan perumahan adalah kepuasan individu
dengan keduanya yaitu rumah sebagai produk fisik yang jelas dan lingkungan
atau lingkungan sekitar; mencatat bahwa kepuasan perumahan meliputi
keduanya baik kepuasan perumahan dan lingkungan. Untuk tujuan ini,
kepuasan perumahan seperti yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
kepuasan penghuni dengan unit perumahan, lingkungan sekitar dan terkait
jasa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain memberikan beberapa definisi, beberapa ahli tersebut juga
mengemukakan tentang pendekatan tentang studi kepuasan
perumahan/penghuni yaitu:
“….It has also been observed that studies on residential satisfaction
have been approached from two basic empirical perspectives. First is the
purposive approach, which views residential satisfaction as a measure of the
extent to which the residential environment enhances or inhibits the goal of
the users (Fatoye 2009). According to Amole (2009), the purposive approach
places emphasis on goals or related activities, and helps researchers to
understand the degree to which various facets and roles of individuals
contribute to their satisfaction. The implication of this is that this approach
helps to explain the degree to which an individual‟s housing conditions have
influence on the attainment of his or her personal goals and aspirations. The
second is the aspiration-gap approach. This approach draws a comparison
between what users have and what they are expected to have (Djebarni and
Al-Abed 2000; Amole 2009). Specifically, Galster (1987) noted that the
aspiration-gap approach is very important in comparing individuals‟
previous and current housing with their desired housing situations.
Consequently, most theories of residential satisfaction are based on the notion
that residential satisfaction measures the difference between household‟s
actual and desired residential situations (Galster and Hesser 1981; Mohit et
al. 2010).”
(Ini juga telah diamati bahwa studi tentang kepuasan perumahan telah
didekati dari dua perspektif dasar empiris. Pertama adalah pendekatan tujuan,
yang memandang kepuasan perumahan sebagai ukuran sejauh mana
lingkungan perumahan meningkatkan atau menghambat tujuan dari pengguna
(Fatoye 2009). Menurut Amole (2009), tempat penekanan pendekatan tujuan
yaitu pada tujuan atau kegiatan yang berhubungan, dan membantu peneliti
untuk memahami sejauh mana berbagai aspek dan peran individu
berkontribusi untuk kepuasan mereka. Implikasi dari pendekatan ini adalah
bahwa pendekatan ini membantu menjelaskan sejauh kondisi perumahan
individu berpengaruh terhadap pencapaiannya tujuan pribadi dan aspirasi.
Yang kedua adalah pendekatan aspirasi-kesenjangan. Pendekatan ini menarik
sebuah perbandingan antara apa pengguna memiliki dan apa yang mereka
harapkan untuk dimiliki (Djebarni dan Al-Abed 2000; Amole 2009). Secara
khusus, Galster (1987) mencatat bahwa pendekatan aspirasi-gap sangat
penting dalam membandingkan individu sebelumnya dan perumahan sekarang
dengan situasi perumahan yang mereka inginkan. Akibatnya, sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
teori-teori kepuasan perumahan didasarkan pada pemikiran bahwa
pengukuran kepuasan perumahan berbeda antara rumah tangga sebenarnya
dan situasi perumahan yang diinginkan (Galster dan Hesser 1981; Mohit dkk.
2010)).
Lebih lanjut lagi, masih di jurnal yang sama dikemukakan tentang
aspek-aspek kepuasan perumahan yaitu:
“….Varady and Carrozza (2000) also conceived of residential
satisfaction as comprising four different aspects of satisfactions; namely,
satisfaction with dwelling units; satisfaction with services provided;
satisfaction with the whole housing package (dwelling and service inclusive)
and satisfaction with the neighbourhood or environment. Most recently, Lee
and Park (2010) viewed residential satisfaction as comprising mainly
perception of housing and neighbourhood satisfaction, while Mohit and
Nazyddah (2011) based their measurement of residential satisfaction on two
housing components: dwelling unit features and housing unit support services
as well as three non-housing components: public facilities; social
environment and neighbourhood facilities.”
(Varady dan Carrozza (2000) juga memahami kepuasan perumahan
terdiri dari empat aspek kepuasan yang berbeda, yaitu kepuasan dengan unit
hunian; kepuasan dengan layanan disediakan; kepuasan dengan paket
perumahan keseluruhan (hunian dan layanan inklusif) dan kepuasan dengan
lingkungan sekitar atau lingkungan. Baru-baru ini, Lee dan Park (2010)
melihat kepuasan perumahan terdiri dari persepsi perumahan utama dan
kepuasan lingkungan sekitar, sementara Mohit dan Nazyddah (2011)
mendasarkan pengukuran kepuasan perumahan mereka pada dua komponen
perumahan: fitur unit hunian dan unit perumahan pendukung pelayanan
sebaik tiga komponen non-perumahan: publik fasilitas, lingkungan sosial dan
fasilitas lingkungan).
Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh ahli pada jurnal di
atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan perumahan atau kepuasan penghuni
adalah kepuasan seseorang terhadap kondisi rumah secara keselurahan seperti
kondisi fisik perumahan, kondisi lingkungan, dan pelayanan perumahan yang
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pernyataan tersebut ditegaskan lagi dalam Jurnal Social Indicators
Research; Housing Satisfaction Related to Health and Importance of Services
in Urban Slums: Evidence from Dhaka, Bangladesh; 2012; dimana Badan
Dunia WHO mengungkapkan:
“….In the most recent report on environmental burden of disease in
relation to inadequate housing (2011) World Health Organization (WHO)
defines housing through four interrelated dimensions: the physical structure
of the dwelling, the home including psychosocial, economic and cultural
attributes of the household, the neighbourhood infrastructure and the
community environment. In its initiative „Healthy housing‟ WHO outlines the
negative health impact of certain housing conditions (e.g. injuries, indoor air
quality, pests etc.) and the particular vulnerability of different population
groups (poor, children, sick or disabled, housewives) spending most of the
time in their home setting and thus being exposed to negative impacts.”
(Laporan terbaru pada pokok penyakit lingkungan dalam kaitannya
dengan perumahan yang tidak memadai (2011) Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mendefinisikan perumahan melalui empat dimensi yang saling terkait:
struktur fisik tempat tinggal, rumah termasuk psikososial, ekonomi dan atribut
budaya rumah tangga, infrastruktur lingkungan sekitar dan lingkungan
masyarakat. Dalam inisiatif 'perumahan sehat' WHO menguraikan dampak
negatif kesehatan dari kondisi perumahan tertentu (misalnya cedera, kualitas
udara dalam ruangan, hama dll) dan kerentanan tertentu dari kelompok
populasi yang berbeda (miskin, anak-anak, sakit atau cacat, ibu rumah tangga)
menghabiskan sebagian besar waktu dalam pengaturan rumah mereka dan
sehingga tidak terkena dampak negatif).
Sehingga dapat diketahui bahwa kepuasan perumahan juga berkaitan
dengan kesehatan dan kesejahteraan umum seperti yang Thomson et al.
ungkapkan masih dalam jurnal yang sama sebagai berikut:
“….Increased housing satisfaction following housing improvements
has been strongly linked to improvements in mental health as well as in
physical health and general well-being (Thomson et al. 2001).”
(Peningkatan kepuasan perumahan mengikuti perbaikan perumahan
telah sangat terkait dengan peningkatan kesehatan mental serta kesehatan fisik
dan kesejahteraan umum (Thomson et al. 2001)).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lebih lanjut lagi ditunjukkan dalam pernyataan berikut:
“It has been shown that poor quality housing may have a range of
negative impacts on human health, such as increased frequency of infectious
diseases, poor mental health, respiratory infections, chronic diseases, injuries
etc. (Krieger and Higgins 2002; WHO 2008, 2011; Howden-Chapman
2004).”
(Telah ditunjukkan bahwa perumahan berkualitas rendah mungkin
memiliki berbagai dampak negatif terhadap kesehatan manusia, seperti
peningkatan frekuensi penyakit infeksi, kesehatan lemah mental, infeksi
pernafasan, penyakit kronis, cedera dll (Krieger dan Higgins 2002; WHO
2008, 2011; Howden-Chapman 2004)).
Dengan demikian, dari berbagai pernyataan-pernyataan di atas, dapat
dilihat bahwa kepuasan perumahan/kepuasan penghuni merupakan sesuatu
yang kompleks. Kepuasan perumahan/penghuni tidak hanya berdasarkan
kondisi fisik perumahan saja, tetapi juga menyangkut kesehatan dan
kesejahteraan sosial. Kondisi fisik perumahan meliputi unit hunian dan
lingkungan sekitar. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa kondisi perumahan
yang memadai akan membawa dampak yang baik bagi kesehatan baik fisik
maupun mental serta pada kesejahteraan umum.
2. Kualitas Bangunan dan Air Bersih
2.1. Kualitas Bangunan
Pembangunan rumah Susun diatur dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Rusun) menggantikan UU No. 16
Tahun 1985 disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 1 bahwa : “Rusun adalah
bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama.”
Dalam Pasal 35 UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun diatur
tentang persyaratan teknis pembangunan rumah susun terdiri atas:
a. Tata bangunan yang meliputi persyaratan peruntukan lokasi serta
intensitas dan arsitektur bangunan; dan
b. Keandalan bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
Penjelasan mengenai Pasal 35 adalah sebagai berikut:
a. Yang dimaksud dengan “peruntukan lokasi” adalah ketentuan tentang
jenis fungsi atau kombinasi fungsi bangunan rumah susun yang boleh
dibangun pada lokasi atau kawasan tertentu. Yang dimaksud dengan
“intensitas bangunan” adalah ketentuan teknis tentang kepadatan dan
ketinggian bangunan rumah susun yang dipersyaratkan pada lokasi
atau kawasan tertentu yang meliputi koefisien dasar bangunan,
koefisien lantai bangunan, dan jumlah lantai bangunan.
b. Yang dimaksud dengan “persyaratan keselamatan” adalah kemampuan
bangunan rumah susun untuk mendukung beban muatan serta untuk
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Persyaratan kesehatan” meliputi sistem penghawaan, pencahayaan,
sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan. “Persyaratan kenyamanan”
meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi
udara dalam ruang, pandangan, serta terhadap pengaruh tingkat
getaran dan tingkat kebisingan. “Persyaratan kemudahan” meliputi
kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan rumah susun
serta sarana dan prasarana dalam pemanfaatan bangunan rumah susun.
Di samping itu, dijelaskan juga dalam UU No. 20 Tahun 2011
tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan rumah susun
diatur dalam Pasal 40 yang menyebutkan pelaku pembangunan wajib
melengkapi lingkungan rumah susun dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum.
Lebih lanjut lagi, dalam Pasal 40 dijelaskan sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan “lingkungan rumah susun” adalah sebidang
tanah dengan batas-batas yang jelas yang di atasnya dibangun rumah
susun, termasuk prasarana, sarana, dan utilitas umum yang secara
keseluruhan merupakan kesatuan tempat permukiman.
Yang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar tertentu untuk
kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meliputi jaringan jalan, drainase, sanitasi, air bersih, dan tempat
sampah.
Yang dimaksud dengan “sarana” adalah fasilitas dalam lingkungan
hunian rumah susun yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi meliputi sarana sosial ekonomi (pendidikan, kesehatan,
peribadatan dan perniagaan) dan sarana umum (ruang terbuka hijau,
tempat rekreasi, sarana olahraga, tempat pemakaman umum, sarana
pemerintahan, dan lain-lain).
Yang dimaksud dengan “utilitas umum” adalah kelengkapan
penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian rumah susun yang
mencakup jaringan listrik, jaringan telepon, dan jaringan gas.
Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi di dalam lampiran dijelaskan ada beberapa
ketentuan teknis keandalan bangunan. Ketentuan teknis keandalan
bangunan tersebut antara lain:
1. Persyaratan keselamatan
a. Persyaratan struktur bangunan gedung
Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, strukturnya harus
direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan stabil dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
keselamatan (safety), serta memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
Di dalam persyaratan struktur bangunan gedung, diatur
pula struktur atas bangunan rusuna tingkat tinggi yakni konstruksi
beton dan baja. Sedangkan struktur bawah bangunan rusuna
tingkat tinggi yakni pondasi langsung dan pondasi dalam serta
basemen dengam menggunakan standar teknis dan pedoman teknis
tertentu.
b. Persyaratan kemampuan bangunan rusuna bertingkat tinggi
terhadap bahaya kebakaran
Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan
sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif. Pada sistem
proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi: persyaratan
kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, tipe
konstruksi yang diwajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan,
dan perlindungan pada bukaan (fire stop). Pada sistem proteksi
aktif yang perlu diperhatikan meliputi: Sistem Pemadam
Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran box maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hidran pilar/halaman; Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran; Sistem
Pengendalian Asap Kebakaran; dan Pusat Pengendali Kebakaran.
c. Persyaratan kemampuan bangunan rusuna bertingkat tinggi
terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan
Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dilengkapi
dengan proteksi terhadap petir, dalam upaya untuk mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan oleh petir terhadap
bangunan gedung yang diproteksi, termasuk di dalamnya manusia
serta perlengkapan bangunan lainnya. Persyaratan proteksi petir
harus memperhatikan sebagai berikut: Perencanaan sistem proteksi
petir; Instalasi Proteksi Petir; dan Pemeriksaan dan Pemeliharaan.
Sistem kelistrikan dalam rusuna bertingkat tinggi harus
memenuhi Persyaratan sistem kelistrikan yang meliputi sumber
daya listrik, panel hubung bagi, jaringan distribusi listrik,
perlengkapan serta instalasi listrik untuk memenuhi kebutuhannya.
Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan: Perencanaan
instalasi listrik; Jaringan distribusi listrik; Beban listrik; Sumber
daya listrik; Transformator distribusi; Pemeriksaan dan pengujian;
dan Pemeliharaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Persyaratan kesehatan bangunan gedung
a. Persyaratan sistem penghawaan
Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai
bukaan permanane, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
b. Persyaratan sistem pencahayaan
Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai
bukaan untuk pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan
dengan fungsi bangunan hunian dan fungsi masing-masing ruang
di dalamnya.
c. Persyaratan sistem air minum dan sanitasi
Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem
distribusi, dan penampungannya. Sumber air minum dapat
diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air
lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman
dan standar teknisyang berlaku.
Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang
dibutuhkan. Sedangkan sistem penyaluran air hujan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian
permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan
jaringan drainase lingkungan/kota.
Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam
bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada
masing-masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang
diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran
dan sampah. Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam
bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
d. Persyaratan penggunaan bahan bangunan
Bahan bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digunakan
harus aman bagi kesehatan penghuni dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan bangunan
yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan harus:
menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi pengguna
bangunan gedung lain, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya;
menghindari timbulnya efek peningkatan temperature lingkungan
di sekitarnya; mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi
energi; dan menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Persyaratan kesehatan perumahan menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan meliputi :
1. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara,
kebisingan dan getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan
prasarana lingkungan, binatang penular penyakit dan penghijauan.
2. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan
penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi,
binatang penular penyakit, air, makanan, limbah, dan kepadatan
hunian ruang tidur.
2.2. Air Bersih
Air merupakan kebutuhan vital manusia. Untuk menjaga
keterlangsungannya, maka air perlu dikelola. Menurut UU No.7 Tahun
2004 disebutkan air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun
di bawah permukaan tanah,termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Dalam bangunan rusunawa, kesediaan air bersih masuk ke dalam
Pasal 40 tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan rumah
susun. Dimana yang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan
dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman meliputi jaringan jalan, drainase, sanitasi, air bersih, dan tempat
sampah.
Dalam Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat
dan Pengaturan Kualitas Air mendefinisikan air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Namun, seiring
dengan perkembangan waktu, Permenkes ini tidak lagi digunakan dan
diganti dengan Permenkes Nomor 907 Tahun 2002 kemudian diganti lagi
dengan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum. Sehingga Permenkes yang digunakan adalah Permenkes
yang baru tentang kualitas air minum karena Permenkes yang lama sudah
tidak digunakan lagi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
menyebutkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi
persyaratan fisika, mikrobilogis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat
dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib
merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
oleh seluruh penyelenggara air minum. Pemerintah daerah dapat
menetapkan parameter tambahan sesuai dengan kondisi kualitas
lingkungan daerah masing-masing dengan mengacu pada parameter
tambahan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini.
Persyaratan kualitas air minum dilihat dari parameter wajib yaitu
sebagai berikut:
a. Parameter mikrobiologis, yaitu tidak mengandung bakteri E.coli dan
total bakteri koliform.
b. Parameter an-organik, yaitu dilihat dari kandungan arsen, florida, total
kromium, kadmium, nitrat, nitrit, sianida, selenium yang kadar
maksimumnya diatur sesuai dengan Permenkes No. 492/2010.
c. Parameter fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
Tingkat kekeruhan, total zat padat terlarut dan suhu yang kadar
maksimumnya diatur sesuai dengan Permenkes No. 492/2010.
d. Parameter kimiawi, yaitu meliputi aluminium, besi, kesadahan,
khlorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, amonia yang kadar
maksimumnya diatur sesuai dengan Permenkes No. 492/2010.
Selain itu, dalam Permen PU No. 05/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat
Tinggi disebutkan setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
menyediakan sistem air minum yang memenuhi ketentuan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem
distribusi, dan penampungannya.
2. Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan
dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan
sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku.
3. Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
4. Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan
sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
5. Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelaikan fungsi
bangunan gedung.
6. Persyaratan plambing dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
mengikuti: kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan
Permenkes 907/2002 yang diganti dengan Permenkes 492/2010,
sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman Plambing; dan
SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini menjelaskan tentang alur penelitian
yang dimulai dari permasalahan keluhan penghuni rusunawa yang disampaikan
kepada instansi terkait sampai pada pengukuran tingkat kepuasan penghuni
terhadap atribut-atribut kepuasan penghuni rusunawa. Kepuasan penghuni
rusunawa dilakukan dengan menilai indikator-indikator yang mempengaruhi
kepuasan penghuni. Pada penelitian ini atribut-atribut yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan penghuni rusunawa meliputi lingkungan rusunawa,
persyaratan keselamatan bangunan rusunawa, persyaratan kesehatan bangunan
rusunawa dan air bersih. Di bawah ini gambar kerangka pemikiran kepuasan
penghuni rusunawa.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta
Kepuasan penghuni
2. Persyaratan Keselamatan
Bangunan
1. Lingkungan Rusunawa
3. Persyaratan Kesehatan
Bangunan
4. Air Bersih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Definisi Konseptual
Definisi konseptual perlu dibuat agar antara penulis dan pembaca ada
persamaan pengertian tentang arti istilah yang dipakai. Definisi konseptual yang
dipakai adalah kepuasan penghuni. Kepuasan penghuni/kepuasan perumahan
merupakan suatu penilaian individu terhadap aspek-aspek kepuasan. Kepuasan
penghuni terhadap aspek-aspek kepuasan tidaklah sama antara satu dengan yang
lainnya. Aspek-aspek kepuasan penghuni dapat beraneka ragam, seperti misalnya
kepuasan perumahan/penghuni tidak hanya berdasarkan kondisi fisik perumahan
saja, Kondisi fisik perumahan ini meliputi unit hunian dan lingkungan sekitar.
Selain itu, kepuasan penghuni/perumahan juga menyangkut masalah kesehatan
perumahan dan kesejahteraan umum.
Dilihat dari banyaknya aspek-aspek penentu kepuasan penghuni di atas,
dalam penelitian ini dibatasi kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi yang
dibangun pada tahun 2008 ini hanya didasarkan pada atribut-atribut seperti
berikut:
1. Lingkungan rumah susun
2. Persyaratan keselamatan bangunan
3. Persyaratan kesehatan bangunan
4. Air bersih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Definisi Operasional
Setelah mendefinisikan konsep, peneliti mendefinisikan secara
operasional terhadap konsep yang dipakai. Definisi konsep perlu diturunkan
derajatnya menjadi indikator dari gejala yang sedang diukur. Selanjutnya secara
lebih jelas, definisi operasional dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tabel Operasional Variabel
Konsep Variabel Indikator
KEPUASAN
PENGHUNI
1. Lingkungan Rusunawa a. Sarana, meliputi sarana sosial
ekonomi (pendidikan,
kesehatan, peribadatan dan
perniagaan) dan sarana umum
(ruang terbuka hijau, tempat
rekreasi, sarana olahraga,
tempat pemakaman umum,
sarana pemerintahan, dan lain-
lain).
b. Prasarana, meliputi jalan,
drainase, sanitasi, air bersih, dan
tempat sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Utilitas umum, meliputi
mencakup jaringan listrik,
jaringan telepon, dan jaringan
gas.
2. Persyaratan Keselamatan
Bangunan a. Persyaratan struktur bangunan
gedung
b. Persyaratan kemampuan
bangunan rusuna bertingkat
tinggi terhadap bahaya
kebakaran
c. Persyaratan kemampuan
bangunan rusuna bertingkat
tinggi terhadap bahaya petir dan
bahaya kelistrikan
3. Persyaratan Kesehatan
Bangunan a. Persyaratan sistem penghawaan
b. Persyaratan sistem pencahayaan
c. Persyaratan sistem air minum
dan sanitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Persyaratan penggunaan bahan
bangunan
4. Air Bersih a. kualitas kebersihan sumber air
di rusunawa (air sumur)
b. kelayakan sumber air tersebut
untuk dikonsumsi.
E. Hipotesis:
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada perbedaan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta.
H1: Ada perbedaan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
Semanggi yang terletak di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota
Surakarta dengan fokus penelitian pada kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi.
Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) Semanggi merupakan salah satu rumah susun yang dibangun oleh
pemerintah dengan menggunakan dana APBN dan APBD di atas tanah milik
Pemkot Solo. Selain itu, Rusunawa Semanggi juga dijadikan proyek percontohan
bagi pembangunan rusunawa selanjutnya meski ia bukanlah rusunawa yang
pertama dibangun di Kota Surakarta.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angka dan analisis
menggunakan statistik (Sugiyono, 2010:7). Pada penelitian ini peneliti mencoba
meneliti tentang kepuasan penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
Semanggi Rusunawa Semanggi tersebut yang disajikan dalam bentuk data-data
kuantitatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2010:80). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-
benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain (Kountour, 2004:137).
Pengertian populasi juga diungkapkan oleh Y. Slamet (2006:40) yang
menerangkan bahwa populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis
yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu. Populasi dalam penelitian ini
adalah penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta yang menempati setiap
unit rusunawa sebesar 196 KK.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:81). Selain itu, Kountour (2004:137) juga
menyebutkan sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak
bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi
karena terlalu banyak. Apa yang bisa kita lakukan adalah mengambil
beberapa representatif dari suatu populasi kemudian diteliti. Representatif
dari populasi ini yang dimaksud dengan sampel. Sampel dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah sebagian dari penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta yang
menempati setiap unit rusunawa.
Husein Umar (2004:107) untuk menentukan berapa minimal sampel
yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat menggunakan rumus
Slovin:
21 Ne
Nn
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolerir.
Untuk menerapkan rumus tersebut, apabila digunakan kelonggaran
ketidaktelitian sebesar 10 % dengan ukuran populasi sebesar 196 KK, maka
jumlah sampel yang didapat adalah sebagai berikut:
21 Ne
Nn
21,01961
196
n
= 66,22
= 66 (dibulatkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Teknik sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling.
Pengambilan anggota sampel dari populasi diberlakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2006:82).
Dengan demikian dalam penelitian ini, setiap penghuni Rusunawa Semanggi
memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
D. Sumber Data Penelitian
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,
misalnya individu atau perseorangan, seperti: hasil wawancara, pengisian
kuisioner, atau bukti transaksi, seperti tanda bukti pembelian barang dan
karcis parkir. Data ini merupakan data mentah yang kelak akan diproses
untuk tujuan-tujuan tertentu, sesuai kebutuhan. Data primer dalam penelitian
ini diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada penghuni Rusunawa
Semanggi Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut.
Data sekunder di satu sisi merupakan informasi juga karena merupakan hasil
pengolahan data primer dan sudah lebih informatif (Umar, 2004:64). Data
sekunder berasal dari UPTD Rumah Sewa, yaitu data/dokumen yang lebih
bersifat sebagai data pendukung data primer dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:
1. Kuisioner (angket)
Teknik pengumpula data dengan menggunakan kuisioner erat sekali
dengan kegiatan survey. Kuisioner adalah seperangkat daftar pertanyaan
tertentu yang disusun secara sistematis dan lengkap. Jawaban-jawaban
terhadap pertanyaan dapat pula sudah digolongkan menurut kategori-kategori
tertentu secara sistematis sehingga memungkinkan perbandingan secara
kuantitatif. Namun, dapat pula pertanyaan itu diberi jawaban terbuka yang
nantinya akan diklasifikasikan juga (Slamet, 2006:94).
Kuisioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang
keadaan yang dialami oleh responden (penghuni Rusunawa Semanggi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam
angket tersebut.
2. Wawancara
Teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh
informasi melalui kegiatan interaksi social antara peneliti dengan yang
diteliti. Dalam interaksi social itu peneliti berusaha mengungkapkan gejala
yang sedang diteliti melalui kegiatan tanya jawab (Slamet, 2006:101). Dalam
penelitian ini, wawancara digunakan untuk deskripsi lokasi penelitian dan
hal-hal yang berhubungan dengan Rusunawa Semanggi ini.
3. Telaah dokumen
Merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk menelaah dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Telaah
dokumen ini digunakan untuk menyusun latar belakang masalah dan
deskripsi lokasi penelitian.
F. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif (Sugiyono, 2010:92-93). Jenis skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala interval. Skala interval ini seperti skala ordinal tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jarak antardata harus memiliki interval yang relative sama, serta angka nol yang
tidak mutlak, maksudnya angka nol hanya perjanjian belaka, bukan yang
sebenarnya.
Sedangkan skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variable penelitian. Dengan skala Likert, maka
variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2010:93).
Penggunaan skala Likert dalam penelitian ini mempunyai jawaban yang
bergradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
G. Uji Validitas Instrumen
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Validitas alat ukur dapat dilakukan dengan cara menghitung
korelasi masing-masing item pernyataan dengan skor total dari jawaban
responden terhadap kuisioner. Suatu pernyataan dinyatakan valid apabila angka
korelasi yang diperoleh melebihi angka kritik tabel korelasi nilai – r (Singarimbun
& Effendi, 1989 : 139). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan Correlation Product Moment dengan mengaplikasikannya
menggunakan SPSS 16.. Pada penelitian ini, jumlah pernyataan yang digunakan
sebanyak 40 pernyataan. Pernyataan tersebut dinyatakan valid apabila nilai
korelasi yang diperoleh melebihi nilai korelasi tabel pada taraf signifikan 0,05.
Nilai korelasi tabel pada taraf signifikan 0,05 tersebut yaitu 0,361. Hasil
pengujian validitas yang diperoleh dari kuisioner adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Rusunawa
Tabel 3.1
Pengujian Validitas Lingkungan Rusunawa
Pernyataan r hitung Nilai Korelasi Tabel Keterangan
1 0,575 0,361 Valid
2 0,492 0,361 Valid
3 0,457 0,361 Valid
4 0,423 0,361 Valid
5 0,461 0,361 Valid
6 0,030 0,361 Tidak Valid
7 0,408 0,361 Valid
8 0,423 0,361 Valid
9 0,362 0,361 Valid
10 0,532 0,361 Valid
11 0,386 0,361 Valid
12 0,567 0,361 Valid
13 0,449 0,361 Valid
14 0,594 0,361 Valid
15 0,453 0,361 Valid
16 0,576 0,361 Valid
17 0,690 0,361 Valid
18 0,533 0,361 Valid
19 0,505 0,361 Valid
20 0,403 0,361 Valid
Sumber: diolah dari data penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel di atas merupakan hasil pengolahan kuisioner yang
menunjukkan bahwa suatu pernyataan dinyatakan valid apabila nilai koefisien
korelasi hitung lebih besar daripada nilai tabel pada taraf signifikan 0,05 yaitu
sebesar 0,361. Semua item pernyataan di atas dinyatakan valid kecuali pada
pernyataan nomor 6. Pernyataan nomor 6 tersebut tidak valid karena nilai
koefisien korelasi hitungnya lebih kecil daripada nilai korelasi pada tabel
(lebih kecil daripada 0,361). Sehingga apabila pernyataan nomor 6 dibuang,
maka didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pengujian Validitas Lingkungan Rusunawa setelah pernyataan
nomor 6 dibuang
Pernyataan r hitung Nilai Korelasi Tabel Keterangan
1 0,566 0,361 Valid
2 0,491 0,361 Valid
3 0, 459 0,361 Valid
4 0,428 0,361 Valid
5 0,472 0,361 Valid
7 0,389 0,361 Valid
8 0,403 0,361 Valid
9 0,380 0,361 Valid
10 0,534 0,361 Valid
11 0,404 0,361 Valid
12 0,577 0,361 Valid
13 0,466 0,361 Valid
14 0,600 0,361 Valid
15 0,448 0,361 Valid
16 0,584 0,361 Valid
17 0,690 0,361 Valid
18 0,541 0,361 Valid
19 0,496 0,361 Valid
20 0,400 0,361 Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: diolah dari data penelitian
2. Persyaratan Keselamatan Bangunan
Tabel 3.3
Pengujian Validitas Persyaratan Keselamatan Bangunan
Pernyataan r hitung Nilai Korelasi Tabel Keterangan
1 0,535 0,361 Valid
2 0,519 0,361 Valid
3 0,527 0,361 Valid
4 0,644 0,361 Valid
5 0,586 0,361 Valid
6 0,392 0,361 Valid
7 0,519 0,361 Valid
8 0,493 0,361 Valid
Sumber: diolah dari data penelitian
Tabel di atas merupakan hasil pengolahan kuisioner yang
menunjukkan bahwa suatu pernyataan dinyatakan valid apabila nilai koefisien
korelasi hitung lebih besar daripada nilai tabel pada taraf signifikan 0,05 yaitu
sebesar 0,361. Semua item pernyataan di atas dinyatakan valid.
3. Persyaratan Kesehatan Bangunan
Tabel 3.4
Pengujian Validitas Persyaratan Kesehatan Bangunan
Pernyataan r hitung Nilai Korelasi Tabel Keterangan
1 0,427 0,361 Valid
2 0,439 0,361 Valid
3 0,588 0,361 Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 0,754 0,361 Valid
5 0,566 0,361 Valid
6 0,547 0,361 Valid
7 0,649 0,361 Valid
8 0,566 0,361 Valid
9 0,387 0,361 Valid
10 0,534 0,361 Valid
Sumber: diolah dari data penelitian
Tabel di atas merupakan hasil pengolahan kuisioner yang
menunjukkan bahwa suatu pernyataan dinyatakan valid apabila nilai koefisien
korelasi hitung lebih besar daripada nilai tabel pada taraf signifikan 0,05 yaitu
sebesar 0,361. Semua item pernyataan di atas dinyatakan valid.
4. Ketersediaan Air Bersih
Tabel 3.5
Pengujian Validitas Ketersediaan Air Bersih
Pernyataan r hitung Nilai Korelasi Tabel Keterangan
1 0,644 0,361 Valid
2 0,644 0,361 Valid
Sumber: diolah dari data penelitian
Tabel di atas merupakan hasil pengolahan kuisioner yang
menunjukkan bahwa suatu pernyataan dinyatakan valid apabila nilai koefisien
korelasi hitung lebih besar daripada nilai tabel pada taraf signifikan 0,05 yaitu
sebesar 0,361. Semua item pernyataan di atas dinyatakan valid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Dengan begitu, dapat reliabilitas menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengukur
reliabilitas digunakan teknik Alpha Cronbach, mengaplikasikan menggunakan
SPSS 16. Suatu pernyataan dinyatakan reliabel apabila angka korelasi yang
diperoleh melebihi angka kritik tabel korelasi nilai – r. Pernyataan tersebut
dinyatakan reliable apabila nilai korelasi yang diperoleh melebihi nilai korelasi
tabel pada taraf signifikan 0,05. Nilai korelasi tabel pada taraf signifikan 0,05
tersebut yaitu 0, 361.
Dalam penelitian ini, pernyataan nomor 6 tidak diikutkan dalam uji
reliabilitas karena dalam uji validitas, pernyataan nomor 6 dinyatakan tidak valid
sehingga pernyataan tersebut harus dibuang. Hasil pengujian reliabilitas yang
diperoleh dari kuisioner adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Pengujian Reliabilitas
Variabel
Alpha
Cronbach
Nilai Korelasi
Tabel Keterangan
Lingkungan Rusunawa 0,872 0,361 Reliabel
Persyaratan Keselamatan
Bangunan 0,810 0,361 Reliabel
Persyaratan Kesehatan Bangunan 0,838 0,361 Reliabel
Ketersediaan Air Bersih 0,774 0,361 Reliabel
Sumber: diolah dari data penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada tabel di atas menunjukkan hasil pengujian reliabilitas terhadap
kuisioner. Berdasarkan hasil pengujian di atas, semua variabel dalam kuisioner
dinyatakan bahwa semuanya reliabel. Ini terlihat dari nilai Alpha Cronbach yang
lebih besar daripada nilai koefisien tabel pada taraf signifikan 0.05 yaitu sebesar
0,361.
I. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis data melalui ukuran central tendency. Ukuran central tendency
juga dikenal dengan ukuran rata-rata, sehingga dalam penelitian ini analisis
deskriptif dilakukan melalui perhitungan nilai rata-rata dan modus. Selain itu,
untuk mengetahui tingkat kepuasan penghuni rusuawa Semanggi digunakan uji
chi square.
Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan, yaitu mengecek identitas responden (penghuni Rusunawa)
dan isian data.
2. Tahap skoring, yaitu pemberian skor terhadap jawaban responden untuk
memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Pada penelitian ini, digunakan
skala Likert yang dimodifikasi untuk menentukan skor. Setiap pernyataan
diberikan pilihan jawaban yang sesuai dengan redaksi pernyataan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis memberikan 5 alternatif jawaban dari yang paling negatif, netral,
sampai yang paling positif. Masing-masing jawaban diberikan skor 1-5.
Misalkan, dalam kuisioner ada sebuah pernyataan nilai-nilainya adalah:
Sangat tidak baik : 1
Tidak baik : 2
Netral : 3
Baik : 4
Sangat baik : 5
3. Tahap Perhitungan dan Analisis
a. Pada tahap ini dicari nilai sikap masing-masing penghuni Rusunawa
Semanggi terhadap masing-masing butir/item. Sesuai dengan rumus
rerataan, maka masing-masing jawaban dari setiap butir dikalikan dengan
jawabannya. Semua hasilnya dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah
responden.
n
NjXNiNs
)(
Dimana:
Ns : nilai sikap penghuni Rusunawa Semanggi
Nj : jumlah jawaban penghuni Rusunawa dari setiap butir
Ni : nilai masing-masing penghuni Rusunawa dari setiap butir
n : jumlah penghuni Rusunawa yang menjawab pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tahap berikutnya, dicari nilai sikap penghuni Rusunawa Semanggi
terhadap indikator.
a
NsIndikatorNilai
Dimana:
Nilai Indikator : nilai sikap responden terhadap indikator
a : jumlah butir yang membentuk suatu indikator
c. Tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Setelah nilai masing-masing butir
diperoleh, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai standar berikut:
1,00 ≤ nilai indikator ≤ 2,50 : penghuni memiliki sikap negatif terhadap
indikator tersebut.
2,51 ≤ nilai indikator ≤ 3,50 : penghuni memiliki sikap netral terhadap
indikator tersebut.
3,51 ≤ nilai indikator ≤ 5,00 : penghuni memiliki sikap positif terhadap
indikator tersebut. (Freddy Rangkuti, 2006:95).
d. Selain menggunakan nilai rata-rata, pengukuran kepuasan penghuni juga
diukur melalui modus. Modus adalah nilai dari butir/item yang memiliki
frekuensi tertinggi. Dalam penelitian ini, modus setiap butir/item dapat
diketahui dari jumlah frekuensi tertingginya.
e. Selanjutnya untuk mengetahui kepuasan penghuni rusunawa Semanggi
secara keseluruhan digunakan uji chi square untuk satu kelompok (Slamet,
1993:35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pada dasarnya pembangunan Rusunawa Semanggi merupakan salah satu
program pembangunan rusun yang memiliki tujuan:
1. Memberikan solusi atas kebutuhan perumahan sederhana dan sehat.
2. Menyediakan rumah sederhana dan sehat untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) di Kota Surakarta.
3. Diperuntukkan untuk penataan wilayah kumuh di Kota Surakarta sehingga
tempat-tempat kumuh di Kota Surakarta bisa berkurang.
4. Meminimalkan hunian tak berijin di bantaran sungai, sepanjang rel kereta api
dan tempat-tempat terlarang tainnya.
Rumah Susun Sederhana Sewa Semanggi atau yang lebih dikenal dengan
Rusunawa Semanggi merupakan salah satu rusunawa yang terletak di Kota
Surakarta. Rusunawa Semanggi yang dibangun pada tahun 2008 ini terletak di
Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasarkliwon, Kota Surakarta dan dihuni pada
tahun 2010. Sumber dana pembangunan rusunawa ini berasal dari APBN dan
APBD. Dana APBN yakni melalui Kementerian Pekerjaan Umum sedangkan
dana APBD berasal dari APBD Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.1
Peta Lokasi Rusunawa Semanggi
Sumber: UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.2
Rusunawa Semanggi
Sumber: UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta
Rusunawa Semanggi dibangun di atas tanah milik Pemerintah Kota
Surakarta dengan luas 8.000 m². Bangunan rusunawa Semanggi ini terdiri dari
dua bangunan kembar (twin block), masing-masing blok terdiri dari 5 lantai
dengan ketentuan sebagai berikut:
Lantai dasar terdiri dari 2 satuan unit rusun (untuk difabel)
Lantai 1 terdiri dari 24 satuan unit rusun
Lantai 2 terdiri dari 24 satuan unit rusun
Lantai 3 terdiri dari 24 satuan unit rusun
Lantai 4 terdiri dari 24 satuan unit rusun
Sehingga total ada 192 satuan unit rusun dan 4 satuan unit rusun khusus untuk
difabel dengan luas masing-masing satuan unit rusun yaitu 24 m².
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1
Data Rusunawa Semanggi
Sumber: UPTD Rumah Sewa Kota Surakarta
No. Data Rusunawa Semanggi
1. Dibangun oleh : KemenPU
2. Luas : 8.000 m²
3. Sumber Dana : APBN dan APBD
4. DIPA : Ta. 2008 No. 0624/033-05.0/-/2007
5. No. IMB : No. 601/0992/P-02/IMB/XII/2009
6. Type : Type -24 / 2 Blok
7. Jumlah Lantai : 5 Lantai
8. Jumlah Unit : 192 Unit/ 24 m2
9. Jumlah Difabel : 4 Unit/ 24 m2
10. Lokasi : Kel. Semanggi Kec. Pasar Kliwon Kota
Surakarta
11. Pemilik Tanah : Pemkot Surakarta
12. Sertifikat Hak : Pakai HP.36, luas : 13.365 M2
13. Tanggal Penerbitan : 29-7-2005 No. 11.02.03.02.4.00036
14. Dihuni : Th. 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fasilitas Rusunawa Semanggi
Rusunawa Semanggi mempunyai fasilitas-fasilitas seperti berikut:
Satuan unit rusun memiliki luas 24 m².
Satuan unit rusun memiliki ruang tamu, kamar mandi/wc, dan dapur, dan
tempat menjemur pakaian.
Setiap blok memiliki tempat parkir.
Mempunyai ruang pertemuan dan mushola.
Dilengkapi dengan listrik dan air bersih.
Tarif Sewa Rusunawa Semanggi
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Retribusi Daerah, tarif sewa di Rusunawa Semanggi memiliki tarif yang berbeda-
beda yaitu sebagai berikut:
Lantai Dasar/difabel : 100.000/ bulan
Lantai 1 : 100.000/ bulan
Lantai 2 : 90.000/ bulan
Lantai 3 : 80.000/ bulan
Lantai 4 : 70.000/ bulan
Sedangkan besarnya biaya listrik dan air dibebankan kepada penyewa, tergantung
pada masing-masing pemakaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Syarat-Syarat Penyewa
Syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila menyewa Rusunawa Semanggi
adalah sebagai berikut:
Ber-KTP Surakarta
Sudah menikah
Belum mempunyai rumah
Berpenghasilan antara Rp. 750.000 s/d Rp. 2.500.000 setiap bulannya.
Pengelolaan Rusunawa Semanggi
Pengelolaan Rusunawa Semanggi dilaksanakan oleh UPTD Rumah Sewa
Kota Surakarta yang berada di bawah naungan Dinas Pekerjaan Umum.
Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008, UPTD Rumah
Sewa memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Tugas pokok UPTD Rumah Sewa yaitu melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis penunjang dinas di bidang
penanganan kegiatan teknis di rumah sewa sesuai dengan kebijakan teknis
yang ditetapkan kepala dinas.
b. Fungsi UPTD Rumah Sewa yaitu sebagai berikut:
Penyusunan rencana teknis operasional di bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pelaksanaan kebijakan teknis operasional di bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa.
Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang penanganan kegiatan teknis di
rumah sewa
Pengelolaan ketatausahaan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepala dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Dasar Hukum Pengelolaan Rusunawa
Dasar hukum pengelolaan rusunawa yang dilakukan oleh UPTD Rumah
Sewa yaitu sebagai berikut:
PERDA Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kota Surakarta.
PERDA Nomor 8 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008 tentang Penjabaran
Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 20-0 Tahun 2009 tentang Pedoman
Uraian Tugas Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan
Umum.
Pola Pengelolaan Rusunawa
Pola pengelolaan rusunawa baik rusunawa Semanggi ataupun rusunawa
lainnya yaitu:
Berkontribusi pada Pemkot Surakarta yaitu sebagai penyumbang PAD.
Mandiri dalam operasional
Hak dan Kewajiban Pengelola
UPTD Rumah Sewa selaku pengelola Rusunawa Semanggi ataupun
rusunawa lainnya memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:
a. Hak Pengelola
Menarik uang sewa, rekening air, listrik dan beaya-beaya lain yang
ditetapkan pengelola.
Mengenakan sanksi atas pelanggaran penghunian oleh penyewa.
Melaksanakan penertiban penghuni.
Melaksanakan pemutusan sewa apabila penyewa melalaikan
kewajibannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kewajiban Pengelola
Menyediakan fasilitas listrik, air bersih di setiap Satuan Unit Rusunawa.
Melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan secara teratur terhadap
seluruh elemen dan komponen sarana Rusunawa sesuai dengan standar
kesehatan dan keamanan.
Mewujudkan lingkungan yang bersih dan teratur serta lestari.
Menjaga keamanan lingkungan bekerjasama dengan penyewa dan aparat
keamanan.
Memberikan informasi kepada penyewa atas kebijakan-kebijakan
pengelola yang akan ditetapkan.
Memberikan pemberitahuan kepada Penyewa atas kegiatan-kegiatan
berkaitan dengan pemeliharaan dan atau perbaikan Rusunawa.
Hak dan Kewajiban Penyewa
Selain pengelola, setiap penyewa rusunawa memiliki hak dan kewajiban
sebagai berikut:
a. Hak Penyewa
Menempati Satuan Unit Rusunawa untuk keperluan tempat tinggal.
Menggunakan fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam lingkungan
Rusunawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mengajukan keberatan atas pelayanan yang kurang baik oleh Pengelola
Rusunawa.
Mendapatkan penjelasan, pelatihan dan bimbingan tentang pencegahan,
pengamanan dan penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.
Memanfaatkan bagian bersama.
Memanfaatkan benda bersama.
Memanfaatkan tanah bersama yang didasarkan atas luas sarana Rusunawa.
b. Kewajiban Penyewa
Membayar sewa dan segala beaya yang ditetapkan pengelola.
Membayar pemakaian listrik dan air bersih
Membuang sampah di tempat yang telah ditentukan/ disediakan dengan
menggunakan pembungkus secara rapi dan teratur tidak berserakan.
Memelihara sarana Rusunawa yang disewa dengan sebaik-baiknya.
Mematuhi ketentuan tata tertib tinggal di sarana Rusunawa yang
ditetapkan oleh pengelola dan yang ditetapkan secara bersama antara
pengelola dan penyewa.
Mengikuti kegiatan yang dilakukan warga Rusunawa.
Larangan Bagi Penyewa
Selain memilik hak dan kewajiban, penyewa rusunawa juga memiliki
larangan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Bidang Administrasi
Tidak Menempati SUR yang disewa
Menyewakan/ memindahtangankan sarana Rusunawa kepada pihak lain
Menyewa lebih dari satu Satuan Unit Rusunawa.
Dilarang menggunakan Satuan Unit Rusunawa sebagai tempat usaha.
b. Fasilitas Rusunawa
Dilarang melakukan tindakan merusak atau melakukan tindakan yang
dapat menimbulkan pencemaran terhadap fasilitas bersama yang ada di
lingkungan Rusunawa.
Dilarang memasang tambahan instalasi listrik atau air, menggali jalan,
taman dan lain-lain tanpa seijin pengelola.
Dilarang memasang alat pendingin (AC) tanpa ijin pengelola.
Dilarang merusak instalasi listrik, air, lampu taman dan lampu
penerangan di komplek Rusunawa.
Dilarang memasang antene rig, radio cb maupun alat komunikasi radio
lainnya selain yang disediakan oleh pengelola.
c. Konstruksi Bangunan Rusunawa
Penyewa dilarang melakukan perubahan atau perombakan bangunan
Rusunawa dalam bentuk apapun tanpa persetujuan tertulis dari
pengelola.
Penyewa dilarang membuat bangunan tambahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyewa dilarang memaku atau melubangi dinding.
Penyewa dilarang membongkar langit-langit dan menyimpan barang-
barang di langit-langit.
Penyewa dilarang membawa, meletakkan, menaruh benda/ barang yang
beratnya melampaui batas kekuatan/ daya dukung lantai yang
ditentukan.
d. Ketertiban
Penyewa dilarang memelihara binatang peliharaan kecuali ikan hias di
dalam akuarium.
Penyewa dilarang membuang benda/ sampah dari atas ke bawah.
Penyewa dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan suara bising/
keras, bau menyengat dan lainnya.
Penyewa dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengganggu
keamanan, ketertiban dan kesusilaan. Perbuatan tersebut antara lain
berjudi, menjual/ memakai Narkoba, minuman keras, berbuat maksiat
dan lain sebagainya.
Penyewa dilarang menyimpan, meletakkan barang/ benda di koridor,
tangga atau tempat yang dapat mengganggu/ menghalangi kepentingan
bersama.
Penyewa dilarang menjemur pakaian selain di tempat yang telah
disediakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini karakteristik responden dideskripsikan berdasarkan
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, jumlah penghasilan dan
lama menempati rusun. Responden dalam penelitian ini adalah penghuni
Rusunawa Semanggi yang berjumlah 66 orang.
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)
Laki-laki 30 45,45 %
Perempuan 36 54,55 %
Jumlah 66 100 %
Sumber: diolah dari data penelitian
Hasil pengelompokan responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel
di atas menunjukkan bahwa responden yang terlibat dalam survey lebih
banyak berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 66 responden, 36 orang
(54,55%) diantaranya adalah perempuan, sedangkan sebanyak 30 orang
berjenis kelamin laki-laki (45,45%).
2. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi (orang) Persentase ( % )
20 tahun 4 6,06 %
21-30 tahun 19 28,79 %
31-40 tahun 19 28,79 %
41-50 tahun 15 22,73 %
>50 tahun 9 13,63 %
Jumlah 66 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan hasil pengelompokan responden pada tabel di atas,
terlihat bahwa usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun lebih mendominasi dengan
jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 19 orang (28,79 %).
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi (orang) Persentase ( % )
SD 7 10,60 %
SMP 16 24,24 %
SMA 38 57,58 %
Akademi 3 4,55 %
Sarjana 0 0 %
Tidak lulus SD 2 3,03 %
Jumlah 66 100 %
Sumber: diolah dari data penelitian
Hasil pengelompokan responden di atas berdasarkan pada tingkat
pendidikan terakhir, menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
didominasi oleh lulusan SMA yaitu sebanyak 38 orang (57,58%), kemudian
diikuti lulusan SMP sebanyak 16 orang (24,24%), lulusan SD sebanyak 7
orang (10,60%), dan lulusan akademi sebanyak 3 orang (4,55%). Selain itu,
terdapat pula responden yang tidak lulus SD sebanyak 2 orang (3,03%), dan
tidak ada responden yang lulus sarjana (0 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi (orang) Persentase ( % )
Buruh 18 27,27 %
Wiraswasta 20 30,30 %
Pegawai Negeri 2 3,03 %
Pegawai Swasta 9 13,64 %
Ibu Rumah Tangga 17 25,76 %
Jumlah 66 100 %
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan pada jenis pekerjaannya, dapat dilihat bahwa responden
didominasi oleh wiraswasta sebanyak 20 orang (30,30%), kemudian diikuti
oleh buruh sebanyak 18 orang (27,27%) dan ibu rumah tangga 17 orang
(25,76%), pegawai swasta 9 orang (13,64%) dan pegawai negeri 2 orang
(3,03%).
5. Karakteristik responden berdasarkan jumlah penghasilan
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan
Jumlah Penghasilan Frekuensi (orang) Persentase ( % )
≤ Rp 500.000 5 7,58 %
Rp 600.000 – Rp 1.000.000 36 54,55 %
Rp 1.100.000 – Rp 1.500.000 13 19,7 %
Rp 1.600.000 – Rp 2.000.000 3 4,54 %
>Rp 2.000.000 3 4,54 %
Tidak diisi 6 9.09 %
Jumlah 66 100 %
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan hasil pengelompokan responden pada tabel di atas,
terlihat bahwa responden dengan jumlah penghasilan antara Rp 600.000- Rp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1.000.000 lebih mendominasi dengan jumlah responden sebanyak 36 orang
(54,55%).
6. Karakteristik responden berdasarkan lama menempati rusun
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menempati Rusun
Lama Menempati Rusun Frekuensi (orang) Persentase ( % )
≤ 6 bulan 10 15,15 %
7-12 bulan 3 4,54 %
13-18 bulan 4 6,06 %
19-24 bulan 9 13,64 %
>24 bulan 40 60,61 %
Jumlah 66 100 %
Sumber: diolah dari data penelitian
Hasil pengelompokan responden pada tabel di atas berdasarkan pada
lama menempati rusun dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden
menempati rusun selama lebih dari 24 bulan atau lebih dari dua tahun, yakni
sebesar 40 responden (60,61%).
C. Analisis Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta
Analisis kepuasan penghuni ini dilakukan dengan menggunakan nilai rata-
rata (rataan) dan nilai modus. Setiap butir/item pernyataan dianalisis
menggunakan nilai sikap rata-rata dan nilai modus, berikutnya dari nilai sikap
setiap item tersebut dihitung nilai sikap untuk setiap indikator. Selanjutnya, untuk
mengetahui tingkat kepuasan penghuni rusunawa Semanggi Kota Surakarta
secara keseluruhan menggunakan uji chi square.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Analisis Deskripsi Indikator Lingkungan Rusunawa
Tabel 4.8
Nilai Indikator Lingkungan Rusunawa
No. Butir Pernyataan Penilaian
1 Lokasi rusunawa 3,50
2 Jarak rusunawa ke sekolah 3,87
3 Ketersediaan tempat ibadah 4,12
4 Jarak rusunawa ke rumah sakit/puskesmas 4,11
5 Jarak rusunawa ke pasar 3,80
6 Ketersediaan tempat bermain 3,54
7 Ketersediaan ruang untuk olahraga 2,42
8 Ketersediaan tempat pemakaman umum 2,15
9 Jarak rusunawa ke kantor pemerintahan 3,92
10 Ketersediaan jalan penghubung ke jalan raya 4,02
11 Fungsi saluran air di rusunawa 3,64
12 Kelancaran saluran pembuangan limbah 3,80
13 Ketercukupan tempat pembuangan 3,88
14 Kesesuaian kebutuhan pasokan listrik 3,89
15 Ketersediaan jaringan telepon 3,51
16 Ketersediaan jaringan gas 3,53
17 Ukuran per unit 3,01
18 Tata letak antar ruangan per unit 3,76
19 Sekat antar ruangan per unit 4,00
Jumlah 68,47
= 3,60
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator lingkungan rusunawa adalah 3,60. Apabila rata- penilaian
tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka termasuk dalam
kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni terhadap indikator
lingkungan Rusunawa Semanggi ini positif (penghuni merasa puas terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lingkungan rusunawa yang ada). Untuk lebih jelas, akan disajikan lebih rinci
setiap butir pernyataan di bawah ini.
a. Lokasi Rusunawa
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Butir Lokasi Rusunawa Semanggi
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Strategis 0 1 0
Tidak Strategis 5 2 10
Netral 29 3 87
Strategis 26 4 104
Sangat Strategis 6 5 30
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 231
Penilaian Lokasi
Rusunawa =
3,50
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap lokasi rusunawa adalah 3,50. Apabila rata-rata
penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori netral. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap lokasi Rusunawa Semanggi ini netral. Hal itu juga didukung dari
jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) lokasi rusunawa yakni pada
pilihan jawaban netral sebanyak 29 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Jarak Rusunawa Ke Sekolah
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa Ke Sekolah
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Terjangkau 0 1 0
Tidak Terjangkau 2 2 4
Netral 4 3 12
Terjangkau 55 4 220
Sangat Terjangkau 4 5 20
Tidak Menjawab 1 0 0
Jumlah 66 256
Penilaian Jarak
Rusunawa ke
Sekolah = 3,87
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap jarak rusunawa ke sekolah adalah 3,87. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap jarak rusunawa ke sekolah ini positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni jarak
rusunawa ke sekolah itu terjangkau sebanyak 55 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Ketersediaan Tempat Ibadah
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Ibadah
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 0 1 0
Tidak Tersedia 0 2 0
Netral 6 3 18
Tersedia 46 4 184
Sangat Tersedia 14 5 70
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 272
Penilaian
Ketersediaan
Tempat Ibadah
= 4,12
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan tempat ibadah adalah 4,12. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan tempat ibadah ini positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tersedianya
tempat ibadah sebanyak 46 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Jarak Rusunawa ke Rumah Sakit/ Puskesmas
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Rumah Sakit/ Puskesmas
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Terjangkau 0 1 0
Tidak Terjangkau 2 2 4
Netral 1 3 3
Terjangkau 51 4 204
Sangat Terjangkau 12 5 60
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 271
Penilaian Jarak
Rusunawa ke
Rumah Sakit/
Puskesmas = 4,11
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap jarak rusunawa ke rumah sakit/puskesmas adalah 4,11.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap jarak rusunawa ke rumah sakit/puskesmas
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni jarak rusunawa ke rumah sakit/puskesmas itu terjangkau sebanyak
51 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Jarak Rusunawa ke Pasar
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Pasar
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Terjangkau 0 1 0
Tidak Terjangkau 5 2 10
Netral 11 3 33
Terjangkau 42 4 168
Sangat Terjangkau 8 5 40
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 251
Penilaian Jarak
Rusunawa ke Pasar
= 3,80
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap jarak rusunawa ke pasar adalah 3,80. Apabila rata-rata
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap jarak rusunawa ke pasar positif. Hal itu juga didukung
dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni jarak rusunawa ke
pasar itu terjangkau sebanyak 42 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Ketersediaan Tempat Bermain
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Bermain
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 1 1 1
Tidak Tersedia 14 2 28
Netral 7 3 21
Tersedia 36 4 144
Sangat Tersedia 8 5 40
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 234
Penilaian Ketersediaan
Tempat Bermain = 3,54
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan tempat bermain adalah 3,54. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan tempat bermain positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tersedia
tempat untuk bermain sebanyak 36 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Ketersediaan Ruang Untuk Olahraga
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Ruang Untuk Olahraga
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 8 1 8
Tidak Tersedia 37 2 74
Netral 6 3 18
Tersedia 15 4 60
Sangat Tersedia 0 5 0
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 160
Penilaian
Ketersediaan Ruang
Untuk Olahraga =
2,42
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan ruang untuk olahraga adalah 2,42. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori negatif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan ruang untuk olahraga negatif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tidak tersedia
ruang untuk olahraga sebanyak 37 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Ketersediaan Tempat Pemakaman Umum
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Tempat Pemakaman Umum
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 11 1 11
Tidak Tersedia 37 2 74
Netral 12 3 36
Tersedia 4 4 16
Sangat Tersedia 1 5 5
Tidak Menjawab 1 0 0
Jumlah 66 142
Penilaian
Ketersediaan Tempat
Pemakaman Umum
= 2,15
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan tempat pemakaman umum adalah 2,15.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori negatif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap ketersediaan tempat pemakaman umum
negatif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai
modus) yakni tidak tersedia tempat pemakaman umum sebanyak 37 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Jarak Rusunawa ke Kantor Pemerintahan
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi Butir Jarak Rusunawa ke Kantor Pemerintahan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Terjangkau 0 1 0
Tidak Terjangkau 1 2 2
Netral 9 3 27
Terjangkau 45 4 180
Sangat Terjangkau 10 5 50
Tidak Menjawab 1 0 0
Jumlah 66 259
Penilaian Jarak
Rusunawa ke
Kantor
Pemerintahan = 3,92
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap jarak rusunawa ke kantor pemerintahan adalah 3,92.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap jarak rusunawa ke kantor pemerintahan
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni jarak rusunawa ke kantor pemerintahan terjangkau sebanyak 45
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j. Ketersediaan Jalan Penghubung ke Jalan Raya
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jalan Penghubung ke Jalan Raya
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 0 1 0
Tidak Tersedia 0 2 0
Netral 6 3 18
Tersedia 47 4 188
Sangat Tersedia 13 5 65
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 271
Penilaian
Ketersediaan
Jalan
Penghubung ke
Jalan Raya=
4,02
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan jalan penghubung ke jalan raya adalah
4,02. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai
standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap ketersediaan jalan penghubung ke jalan raya
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni adanya/tersedianya jalan penghubung ke jalan raya terjangkau
sebanyak 47 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
k. Fungsi Saluran Air di Rusunawa
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi Butir Fungsi Saluran Air di Rusunawa
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 1 1 1
Tidak Baik 10 2 20
Netral 5 3 15
Baik 46 4 184
Sangat Baik 4 5 20
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 240
Penilaian
Fungsi Saluran
Air di
Rusunawa =
3,64
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap fungsi saluran air di rusunawa adalah 3,64. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap fungsi saluran air di rusunawa positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni fungsi
saluran air di rusunawa berjalan baik sebanyak 46 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l. Kelancaran Saluran Pembuangan Limbah
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Butir Kelancaran Saluran Pembuangan Limbah
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Lancar 1 1 1
Tidak Lancar 3 2 6
Netral 5 3 15
Lancar 56 4 224
Sangat Lancar 1 5 5
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 251
Penilaian Kelancaran
Saluran Pembuangan
Limbah= 3,80
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap kelancaran saluran pembuangan limbah adalah 3,80.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap kelancaran saluran pembuangan limbah
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni saluran pembuangan limbah berjalan lancar sebanyak 56 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
m. Ketercukupan Tempat Pembuangan
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Butir Ketercukupan Tempat Pembuangan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Mencukupi 0 1 0
Tidak Mencukupi 2 2 4
Netral 10 3 30
Mencukupi 48 4 192
Sangat Mencukupi 6 5 30
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 256
Penilaian
Ketercukupan
Tempat Pembuangan
= 3,88
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketercukupan tempat pembuangan adalah 3,88. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketercukupan tempat pembuangan positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tempat
pembuangan yang tersedia di rusunawa dinilai mencukupi sebanyak 48
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
n. Kesesuaian Kebutuhan Pasokan Listrik
Tabel 4.22
Distribusi Frekuensi Butir Kesesuaian Kebutuhan Pasokan Listrik
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Sesuai 1 1 1
Tidak Sesuai 6 2 12
Netral 3 3 9
Sesuai 45 4 180
Sangat Sesuai 11 5 55
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 257
Penilaian
Kesesuaian
Kebutuhan
Pasokan Listrik =
3,89
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap kesesuaian kebutuhan pasokan listrik adalah 3,89.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap kesesuaian kebutuhan pasokan listrik positif.
Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni
kebutuhan pasokan listrik dinilai sesuai sebanyak 45 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
o. Ketersediaan Jaringan Telepon
Tabel 4.23
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jaringan Telepon
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 1 1 1
Tidak tersedia 8 2 16
Netral 15 3 45
Tersedia 40 4 160
Sangat Tersedia 2 5 10
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 232
Penilaian Ketersediaan
Jaringan Telepon = 3,51
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan jaringan telepon adalah 3,51. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan jaringan telepon positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni jaringan
telepon dinilai tersedia sebanyak 40 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
p. Ketersediaan Jaringan Gas
Tabel 4.24
Distribusi Frekuensi Butir Ketersediaan Jaringan Gas
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 2 1 2
Tidak Tersedia 2 2 4
Netral 15 3 45
Tersedia 38 4 152
Sangat Tersedia 6 5 30
Tidak Menjawab 3 0 0
Jumlah 66 233
Penilaian
Ketersediaan
Jaringan Gas = 3,53
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ketersediaan jaringan gas adalah 3,53. Apabila rata-rata
penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap ketersediaan jaringan gas positif. Hal itu juga didukung dari
jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni jaringan gas dinilai tersedia
sebanyak 38 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
q. Ukuran Per Unit
Tabel 4.25
Distribusi Frekuensi Butir Ukuran Per Unit
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Luas 0 1 0
Tidak Luas 11 2 22
Netral 43 3 129
Luas 12 4 48
Sangat Luas 0 5 0
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 199
Penilaian Ukuran Per
Unit = 3,01
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap ukuran per unit adalah 3,01. Apabila rata-rata penilaian
tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka termasuk
dalam kategori netral. Artinya, rata-rata penilaian penghuni terhadap
ukuran per unit netral. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi
tertinggi (nilai modus) ukuran per unit yakni pada pilihan jawaban netral
sebanyak 43 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
r. Tata Letak Antar Ruangan Per Unit
Tabel 4.26
Distribusi Frekuensi Butir Tata Letak Antar Ruangan Per Unit
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Rapi 0 1 0
Tidak Rapi 3 2 6
Netral 15 3 45
Rapi 43 4 172
Sangat Rapi 5 5 25
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 248
Penilaian Tata Letak
Antar Ruangan Per
Unit = 3,76
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap tata letak antar ruangan per unit adalah 3,76. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap tata letak antar ruangan per unit positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tata letak
antar ruangan per unit dinilai rapi sebanyak 43 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
s. Sekat Antar Ruangan Per Unit
Tabel 4.27
Distribusi Frekuensi Butir Sekat Antar Ruangan Per Unit
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 0 1 0
Tidak Baik 4 2 8
Netral 4 3 12
Baik 46 4 184
Sangat Baik 12 5 60
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 264
Penilaian Sekat Antar
Ruangan Per Unit = 4,00
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap sekat antar ruangan per unit adalah 4,00. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap sekat antar ruangan per unit positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni sekat antar
ruangan per unit dinilai baik sebanyak 46 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Analisis Deskripsi Indikator Persyaratan Keselamatan Bangunan
Tabel 4.28
Nilai Indikator Persyaratan Keselamatan Bangunan
No. Butir Pernyataan Penilaian
1 Struktur bangunan rusunawa 3,51
2 Struktur atas bangunan berkontruksi baja dan beton 3,58
3 Pondasi struktur bawah bangunan 3,70
4 Sistem deteksi terhadap kebakaran 3,65
5 Alat pemadam kebakaran darurat 3,64
6 Instalasi proteksi petir 3,80
7 Pemasangan instalasi listrik 3,89
8 Keberadaan meteran listrik pada setiap unit 3,86
Jumlah 29,63
= 3,70
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator persyaratan keselamatan bangunan adalah 3,70. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator persyaratan keselamatan bangunan Rusunawa Semanggi
ini positif (penghuni merasa puas terhadap persyaratan keselamatan bangunan
Rusunawa Semanggi). Untuk lebih jelas, akan disajikan lebih rinci setiap butir
pernyataan di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Struktur Bangunan Rusunawa
Tabel 4.29
Distribusi Frekuensi Butir Struktur Bangunan Rusunawa
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Kuat 0 1 0
Tidak Kuat 8 2 16
Netral 18 3 54
Kuat 38 4 152
Sangat Kuat 2 5 10
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 232
Penilaian Struktur
Bangunan Rusunawa =
3,51
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap struktur bangunan rusunawa adalah 3,51. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap struktur bangunan rusunawa positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni struktur
bangunan rusunawa dinilai kuat sebanyak 38 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Struktur Atas Bangunan Berkontruksi Baja dan Beton
Tabel 4.30
Distribusi Frekuensi Butir Struktur Atas Bangunan Berkontruksi Baja dan
Beton
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 2 1 2
Tidak Baik 5 2 10
Netral 15 3 45
Baik 41 4 164
Sangat Baik 3 5 15
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 236
Penilaian Struktur
Atas Bangunan
Berkontruksi Baja dan
Beton = 3,58
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap struktur atas bangunan berkontruksi baja dan beton
adalah 3,58. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan
nilai standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya,
rata-rata penilaian penghuni terhadap struktur atas bangunan berkontruksi
baja dan beton positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi
tertinggi (nilai modus) yakni struktur atas bangunan berkontruksi baja dan
beton dinilai baik sebanyak 41 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pondasi Struktur Bawah Bangunan
Tabel 4.31
Distribusi Frekuensi Butir Pondasi Struktur Bawah Bangunan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 1 1 1
Tidak Baik 6 2 12
Netral 10 3 30
Baik 44 4 176
Sangat Baik 5 5 25
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 244
Penilaian Pondasi Struktur
Bawah Bangunan = 3,70
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap pondasi struktur bawah bangunan adalah 3,70. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap pondasi struktur bawah bangunan positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni pondasi
struktur bawah bangunan dinilai baik sebanyak 44 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Sistem Deteksi Terhadap Kebakaran
Tabel 4.32
Distribusi Frekuensi Butir Sistem Deteksi Terhadap Kebakaran
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 0 1 0
Tidak Tersedia 8 2 16
Netral 9 3 27
Tersedia 47 4 188
Sangat Tersedia 2 5 10
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 241
Penilaian Sistem
Deteksi Terhadap
Kebakaran = 3,65
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap sistem deteksi terhadap kebakaran adalah 3,65. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap sistem deteksi terhadap kebakaran positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tersedianya
sistem deteksi terhadap kebakaran sebanyak 47 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Alat Pemadam Kebakaran Darurat
Tabel 4.33
Distribusi Frekuensi Butir Alat Pemadam Kebakaran Darurat
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 1 1 1
Tidak Tersedia 8 2 16
Netral 7 3 21
Tersedia 48 4 192
Sangat Tersedia 2 5 10
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 240
Penilaian Alat
Pemadam Kebakaran
Darurat = 3,64
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap alat pemadam kebakaran darurat adalah 3,64. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap alat pemadam kebakaran darurat positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tersedianya
alat pemadam kebakaran darurat sebanyak 48 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Instalasi Proteksi Petir
Tabel 4.34
Distribusi Frekuensi Butir Instalasi Proteksi Petir
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Tersedia 0 1 0
Tidak Tersedia 5 2 10
Netral 11 3 33
Tersedia 42 4 168
Sangat Tersedia 8 5 40
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 251
Penilaian Instalasi
Proteksi Petir = 3,80
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap instalasi proteksi petir adalah 3,80. Apabila rata-rata
penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap instalasi proteksi petir positif. Hal itu juga didukung dari jumlah
frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni tersedianya instalasi proteksi petir
sebanyak 42 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Pemasangan Instalasi Listrik
Tabel 4.35
Distribusi Frekuensi Butir Pemasangan Instalasi Listrik
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 0 1 0
Tidak Baik 5 2 10
Netral 5 3 15
Baik 48 4 192
Sangat Baik 8 5 40
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 257
Penilaian Pemasangan
Instalasi Listrik = 3,89
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap pemasangan instalasi listrik adalah 3,89. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap pemasangan instalasi listrik positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni pemasangan
instalasi listrik dinilai baik sebanyak 48 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Keberadaan Meteran Listrik Pada Setiap Unit
Tabel 4.36
Distribusi Frekuensi Butir Keberadaan Meteran Listrik Pada Setiap Unit
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 0 1 0
Tidak Baik 3 2 6
Netral 10 3 30
Baik 46 4 184
Sangat Baik 7 5 35
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 255
Penilaian Keberadaan
Meteran Listrik Pada
Setiap Unit = 3,86
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap keberadaan meteran listrik pada setiap unit adalah 3,86.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap keberadaan meteran listrik pada setiap unit
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni keberadaan meteran listrik pada setiap unit dinilai baik sebanyak 46
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Analisis Deskripsi Indikator Persyaratan Kesehatan Bangunan
Tabel 4.37
Nilai Indikator Persyaratan Kesehatan Bangunan
No. Butir Pernyataan Penilaian
1 Sistem pencahayaan 4,06
2 Sistem pertukaran udara 3,97
3 Jendela/ventilasi untuk pertukaran udara 4,14
4
Perolehan sumber air minum yang digunakan di
rusunawa 3,59
5
Persyaratan kesehatan sumber air minum yang
digunakan 3,53
6 Saluran pembuangan air limbah 3,59
7 Pembuangan air hujan melalui parit/gorong-gorong 3,56
8 Tempat penampungan sampah masing-masing blok 3,82
9 Pemakaian bahan bangunan yang digunakan 3,53
10 Penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan 3,56
Jumlah 37,35
= 3,73
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator persyaratan kesehatan bangunan adalah 3,73. Apabila rata-
rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator persyaratan kesehatan bangunan Rusunawa Semanggi ini
positif (penghuni merasa puas terhadap persyaratan kesehatan bangunan
Rusunawa Semanggi). Untuk lebih jelas, akan disajikan lebih rinci setiap butir
pernyataan di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Sistem Pencahayaan
Tabel 4.38
Distribusi Frekuensi Butir Sistem Pencahayaan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak
Terang 0 1 0
Tidak Terang 1 2 2
Netral 6 3 18
Terang 47 4 188
Sangat Terang 12 5 60
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 268
Penilaian Sistem
Pencahayaan = 4,06
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap sistem pencahayaan adalah 4,06. Apabila rata-rata
penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap sistem pencahayaan positif. Hal itu juga didukung dari jumlah
frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni sistem pencahayaan dinilai terang
sebanyak 47 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Sistem Pertukaran Udara
Tabel 4.39
Distribusi Frekuensi Butir Sistem Pertukaran Udara
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 0 1 0
Tidak Baik 4 2 8
Netral 4 3 12
Baik 48 4 192
Sangat Baik 10 5 50
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 262
Pencahayaan Sistem
Pertukaran Udara = 3,97
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap sistem pertukaran udara adalah 3,97. Apabila rata-rata
penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap sistem pertukaran udara positif. Hal itu juga didukung dari
jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni sistem pertukaran udara
dinilai baik sebanyak 48 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Jendela/Ventilasi Untuk Pertukaran Udara
Tabel 4.40
Distribusi Frekuensi Butir Jendela/Ventilasi Untuk Pertukaran Udara
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 0 1 0
Tidak Baik 0 2 0
Netral 4 3 12
Baik 49 4 196
Sangat Baik 13 5 65
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 273
Penilaian Jendela/
Ventilasi Untuk
Pertukaran Udara = 4,14
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap jendela/ventilasi untuk pertukaran udara adalah 4,14.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap jendela/ventilasi untuk pertukaran udara
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni jendela/ventilasi untuk pertukaran udara dinilai baik sebanyak 49
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Perolehan Sumber Air Minum yang Digunakan di Rusunawa
Tabel 4.41
Distribusi Frekuensi Butir Perolehan Sumber Air Minum yang Digunakan
di Rusunawa
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Mudah Diperoleh 1 1 1
Tidak Mudah Diperoleh 7 2 14
Netral 12 3 36
Mudah Diperoleh 44 4 176
Sangat Mudah Diperoleh 2 5 10
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 237
Penilaian
Perolehan
Sumber Air
Minum Yang
Digunakan = 3,59
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap perolehan sumber air minum yang digunakan di
rusunawa adalah 3,59. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan
dengan nilai standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif.
Artinya, rata-rata penilaian penghuni terhadap perolehan sumber air
minum yang digunakan di rusunawa positif. Hal itu juga didukung dari
jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni perolehan sumber air
minum yang digunakan di rusunawa dinilai mudah diperoleh sebanyak 44
orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Persyaratan Kesehatan Sumber Air Minum yang Digunakan
Tabel 4.42
Distribusi Frekuensi Butir Persyaratan Kesehatan Sumber Air Minum
yang Digunakan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Memenuhi 2 1 2
Tidak Memenuhi 8 2 16
Netral 10 3 30
Memenuhi 45 4 180
Sangat Memenuhi 1 5 5
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 233
Penilaian
Persyaratan
Kesehatan
Sumber Air
Minum Yang
Digunakan =
3,53
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap persyaratan kesehatan sumber air minum yang
digunakan adalah 3,53. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita
bandingkan dengan nilai standar yang ada maka termasuk dalam kategori
positif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni terhadap persyaratan
kesehatan sumber air minum yang digunakan positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni persyaratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesehatan sumber air minum yang digunakan dinilai memenuhi sebanyak
45 orang.
f. Saluran Pembuangan Air Limbah
Tabel 4.43
Distribusi Frekuensi Butir Saluran Pembuangan Air Limbah
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 1 1 1
Tidak Baik 8 2 16
Netral 11 3 33
Baik 43 4 172
Sangat Baik 3 5 15
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 237
Penilaian Saluran
Pembuangan Air Limbah
= 3,59
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap saluran pembuangan air limbah adalah 3,59. Apabila
rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada
maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata penilaian
penghuni terhadap saluran pembuangan air limbah positif. Hal itu juga
didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus) yakni saluran
pembuangan air limbah dinilai berfungsi dengan baik sebanyak 43 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Pembuangan Air Hujan Melalui Parit/Gorong-Gorong
Tabel 4.44
Distribusi Frekuensi Butir Pembuangan Air Hujan Melalui Parit/Gorong-
Gorong
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Baik 0 1 0
Tidak Baik 11 2 22
Netral 10 3 30
Baik 42 4 168
Sangat Baik 3 5 15
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 235
Penilaian Pembuangan
Air Hujan Melalui Parit/
Gorong - Gorong = 3,56
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap pembuangan air hujan melalui parit/gorong-gorong
adalah 3,56. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan
nilai standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya,
rata-rata penilaian penghuni terhadap pembuangan air hujan melalui
parit/gorong-gorong positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi
tertinggi (nilai modus) yakni pembuangan air hujan melalui parit/gorong-
gorong dinilai baik sebanyak 42 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Tempat Penampungan Sampah Masing-Masing Blok
Tabel 4.45
Distribusi Frekuensi Butir Tempat Penampungan Sampah Masing-Masing
Blok
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Sesuai 0 1 0
Tidak Sesuai 3 2 6
Netral 12 3 36
Sesuai 45 4 180
Sangat Sesuai 6 5 30
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 252
Penilaian Tempat
Penampungan Sampah
Masing - Masing Blok=
3,82
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap tempat penampungan sampah masing-masing blok
adalah 3,82. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan
nilai standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya,
rata-rata penilaian penghuni terhadap tempat penampungan sampah
masing-masing blok positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi
tertinggi (nilai modus) yakni tempat penampungan sampah masing-
masing blok dinilai sesuai sebanyak 45 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Pemakaian Bahan Bangunan yang Digunakan
Tabel 4.46
Distribusi Frekuensi Butir Pemakaian Bahan Bangunan yang Digunakan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Aman 0 1 0
Tidak Aman 9 2 18
Netral 14 3 42
Aman 42 4 168
Sangat Aman 1 5 5
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 233
Penilaian Pemakaian
Bahan Bangunan yang
Digunakan = 3,53
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap pemakaian bahan bangunan yang digunakan adalah
3,53. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai
standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap pemakaian bahan bangunan yang digunakan
positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai modus)
yakni pemakaian bahan bangunan yang digunakan dinilai aman sebanyak
42 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j. Penggunaan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Tabel 4.47
Distribusi Frekuensi Butir Penggunaan Bahan Bangunan Ramah
Lingkungan
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Ramah
Lingkungan 0 1 0
Tidak Ramah Lingkungan 1 2 2
Netral 29 3 87
Ramah Lingkungan 34 4 136
Sangat Ramah Lingkungan 2 5 10
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 235
Penilaian
Penggunaan
Bahan
Bangunan
Ramah
Lingkungan =
3,56
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan adalah
3,56. Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai
standar yang ada maka termasuk dalam kategori positif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap penggunaan bahan bangunan ramah
lingkungan positif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi
(nilai modus) yakni penggunaan bahan bangunan dinilai ramah
lingkungan sebanyak 34 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Analisis Deskripsi Indikator Ketersediaan Air Bersih
Tabel 4.48
Nilai Indikator Ketersediaan Air Bersih
No. Butir Pernyataan Penilaian
1 Kelayakan sumber air sumur di rusunawa 1,91
2 Kebersihan sumber air sumur rusunawa 2,18
Jumlah 4,09
= 2,04
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator ketersediaan air bersih adalah 2,04. Apabila rata-rata
penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar yang ada maka
termasuk dalam kategori negatif. Artinya, rata-rata penilaian penghuni
terhadap indikator indikator ketersediaan air bersih Rusunawa Semanggi ini
negatif (penghuni merasa tidak puas terhadap ketersediaan air bersih
Rusunawa Semanggi). Untuk lebih jelas, akan disajikan lebih rinci setiap butir
pernyataan di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Kelayakan Sumber Air Sumur di Rusunawa
Tabel 4.49
Distribusi Frekuensi Butir Kelayakan Sumber Air Sumur di Rusunawa
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Layak Konsumsi 20 1 20
Tidak Layak Konsumsi 38 2 76
Netral 2 3 6
Layak Konsumsi 6 4 24
Sangat Layak Konsumsi 0 5 0
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 126
Penilaian
Kelayakan
Sumber Air
Sumur di
Rusunawa =
1,91
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap kelayakan sumber air sumur di rusunawa adalah 1,91.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori negatif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap kelayakan sumber air sumur di rusunawa
negatif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai
modus) yakni sumber air sumur di rusunawa dinilai tidak layak konsumsi
sebanyak 38 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kebersihan Sumber Air Sumur Rusunawa
Tabel 4.50
Distribusi Frekuensi Butir Kebersihan Sumber Air Sumur Rusunawa
Pilihan Jawaban Frekuensi Skor Sigma (Nj x Ni)
Sangat Tidak Bersih 14 1 14
Tidak Bersih 34 2 68
Netral 10 3 30
Bersih 8 4 32
Sangat Bersih 0 5 0
Tidak Menjawab 0 0 0
Jumlah 66 144
Penilaia kebersihan Sumber
Air Sumur Rusunawa = 2,18
Sumber: diolah dari data penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui rata-rata penilaian
penghuni terhadap kebersihan sumber air sumur di rusunawa adalah 2,18.
Apabila rata-rata penilaian tersebut kita bandingkan dengan nilai standar
yang ada maka termasuk dalam kategori negatif. Artinya, rata-rata
penilaian penghuni terhadap kebersihan sumber air sumur di rusunawa
negatif. Hal itu juga didukung dari jumlah frekuensi tertinggi (nilai
modus) yakni sumber air sumur di rusunawa dinilai tidak bersih sebanyak
34 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Analisis Kepuasan Penghuni
Untuk mengetahui kepuasan penghuni secara keseluruhan dapat dilakukan
dengan menggunakan uji chi square. Pada penelitian ini, uji chi square digunakan
untuk mengetahui kepuasan penghuni rusunawa Semanggi terhadap atribut-
atribut penentu kepuasan yaitu lingkungan rusunawa, persyaratan keselamatan
bangunan, persyaratan kesehatan bangunan dan air bersih di Rusunawa
Semanggi. Setelah dilakukan penilaian terhadap atribut-atribut penentu kepuasan
tersebut, hasil penilaian tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok tingkat
kepuasan yaitu tidak puas, kurang puas dan puas. Berikut disajikan tingkat
kepuasan penghuni rusunawa Semanggi Kota Surakarta
Tabel 4.51
Tingkat Kepuasan Penghuni Rusunawa Semanggi Kota Surakarta
Variabel Tingkat Kepuasan
Jumlah Tidak Puas Kurang Puas Puas
Lingkungan Rusunawa 3 42 21 66
Persyaratan Kesehatan Bangunan 4 18 44 66
Persyaratan Keselamatan
Bangunan 7 2 57 66
Air Bersih 21 27 18 66
Jumlah 35 89 140 264
Setelah mengetahui kepuasan penghuni rusunawa, langkah berikutnya
adalah menguji hipotesis dengan cara menghitung nilai X² yang diperoleh untuk
dicocokkan dengan nilai X² yang ada pada tabel. Untuk memudahkan
memperoleh nilai X² disusun tabel kerja sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. 52
Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai X²
Tingkat Kepuasan
Tidak Puas 35 88 53 31,92
Kurang Puas 89 88 1 0,01
Puas 140 88 52 30,73
Dalam tabel di atas diketahui nilai Hi (frekuensi yang diharapkan untuk
masing-masing kategori) sebesar 88. Nilai ini diperoleh dari mengisi masing-
masing sel sebanyak: sehingga diperoleh = 88.
Sedangkan nilai df (degree of freedom) diperoleh dari:
df = (b-1) (k-1)
= (3-1) (2-1)
= 2.1
df = 2
Dengan tabel kerja di atas diperoleh nilai X² sebesar 62,66. Sedangkan
nilai tabel kritis chi square menunjukkan dengan df= 2 pada taraf signifikan 5%
X² sebesar 5,991. Dengan demikian X² hitung > X² tabel sehingga pada penelitian
ini Ho ditolak atau ada perbedaan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Secara keseluruhan ada perbedaan kepuasan penghuni Rusunawa Semanggi Kota
Surakarta. Perbedaan kepuasan penghuni rusunawa ini dikelompokkan menjadi
tiga tingkatan yaitu penghuni yang merasa tidak puas, kurang puas dan puas. Ini
menunjukkan bahwa kepuasan penghuni rusunawa Semanggi Kota Surakarta
belum sama antar penghuni yang satu dengan penghuni yang lain. Ada beberapa
penghuni yang sudah puas dengan kondisi Rusunawa Semanggi tetapi ada juga
penghuni yang merasa kurang bahkan tidak puas terhadap kondisi Rusunawa
Semanggi. Ketidakpuasan atau kekurangpuasan penghuni rusunawa Semanggi
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya beberapa fasilitas pendukung
yang dinilai masih belum tersedia di Rusunawa Semanggi Kota Surakarta atau
mungkin kondisi air di Rusunawa Semanggi yang dinilai tidak bersih dan tidak
layak konsumsi.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis mencoba
memberikan beberapa rekomendasi/saran yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Diharapkan kepada pemerintah melalui instansi yang bertugas mengelola
rusunawa Semanggi untuk menyediakan fasilitas pendukung yang belum
tersedia di Rusunawa Semanggi.
2. Diharapkan pemerintah melalui instansi pengelola Rusunawa Semanggi untuk
melakukan kerjasama dengan pihak PDAM dalam memenuhi kebutuhan air
bersih di Rusunawa Semanggi.
C. Keterbatasan Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penelitian ini sudah mengikuti
prosedur penelitian yang ada. Namun, masih ada beberapa kekurangan dan
keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Secara teoritis, teori pengukuran kepuasan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori kepuasan secara umum.
2. Secara metodologis, pengambilan sampel menggunakan metode acak (simple
random sampling) mengakibatkan ada beberapa penghuni yang tidak terpilih
menjadi anggota sampel.