SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

10
SENTHONG, Vol. 1, No.2, Juli 2018 213 PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT KONSERVASI RAWA PENING DI KABUPATEN SEMARANG Lois, Suparno, Kusumaningdyah Nurul Handayani Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Rawa Pening memiliki beberapa fasilitas yang sudah terbangun berupa kawasan warung apung untuk memancing, bertani ikan, mencari enceng gondok, dan istirahat. Akan tetapi, fasilitas tersebut masih tidak belum memadai, tertata rapi, dan dicemari banyak sampah. Selain itu, ruang penelitian dan edukasi/pelatihan belum dibangun. Kawasan konservasi perairan dikelompokkan menjadi tiga yaitu zona inti (penelitian dan edukasi/pelatihan), pemanfaatan sumber daya, serta pengelolaan. Perancangan pusat konservasi Rawa Pening dihasilkan melalui metode penelitian deskriptif korelasi, yang menekankan pada pencarian data dan hubungan terhadap variabel lain (kajian teori). Penerapan ekologi diwujudkan dalam pengolahan lansekap kawasan dengan pola keanekaragaman hayati dan perbaikan model ekosistem perairan; desain elemen bangunan menggunakan prinsip sistem kenyamanan ruang dan bahan baku ekologis (lokal dan tahan lama); sistem utilitas menggunakan energi lokal, perubahan energi alternatif menjadi air bersih dan listrik, serta daur ulang air. Hasil desain pusat konservasi yang ekologis adalah pengolahan lansekap (taman ekologis dan vegetasi filtrasi, tempat pemancingan, karamba, dermaga, kolam laboratorium); tata massa bangunan menyesuaikan arah angin rawa dan memberi bukaan; tampilan bangunan berbentuk organik; material lokal digunakan (bambu, kayu sengon, enceng gondok, dan alang-alang); struktur apung dan pondasi tiang pancang cerucuk; sistem utilitas menggunakan mesin filtrasi air rawa, biofilter anaerob aerob, dan biogas (enceng gondok dan sampah organik). Kata kunci: ekologi arsitektur, pusat konservasi, Rawa Pening 1. PENDAHULUAN Rawa Pening termasuk kategori danau di Indonesia yang memiliki kondisi kritis. Danau tersebut terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Fungsi utama Rawa Pening sebagai sumber PLTA, irigasi, dan pengendali banjir. Namun, sisa penebangan hutan di bukit, air limbah industri, dan pestisida pada sawah pasang surut di tepi rawa mengakibatkan pertumbuhan vegetasi air di Rawa Pening. Populasi vegetasi terbanyak di Rawa Pening adalah enceng gondok (Eichornia crassipes). Dampak persebaran enceng gondok yang menutupi sebagian besar permukaan perairan adalah pendangkalan, penurunan kualitas air danau, dan penurunan produktivitas perikanan. Upaya penanganan kerusakan ekosistem Rawa Pening perlu dilakukan (“Langkah Nyata Gerakan Penyelamatan Danau Rawa Pening,” 2011). Banyak peneliti telah mengamati keadaan Rawa Pening. Hasil pengamatan mereka dapat digunakan sebagai perumusan kebijakan, pengelolaan, dan konservasi danau. Akan tetapi, fasilitas penelitian dan edukasi masih belum dibangun. Sementara itu, masyarakat lokal yang hidup di sekitar rawa adalah pihak yang sudah berpengalaman dalam memanfaatkan sumber daya alam di Rawa Pening. Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat lokal adalah menangkap dan budidaya ikan, mencari enceng gondok sebagai bahan kerajinan, usaha warung apung, dan jasa perahu. Keadaan bangunan yang mewadahi kegiatan masyarakat lokal kurang teratur dan memadai. Masyarakat lokal akan berperan langsung dalam konservasi Rawa Pening secara berkelanjutan. Pemerintah juga mendukung perancangan pusat konservasi Rawa Pening yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER30/MEN/2012 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan (Menteri Kelautan dan Perikanan

Transcript of SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Page 1: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

SENTHONG,Vol.1,No.2,Juli2018

213

PENERAPANEKOLOGIDALAMPERANCANGANPUSATKONSERVASIRAWAPENINGDIKABUPATENSEMARANG

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayaniProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakarta

[email protected]

AbstrakRawaPeningmemilikibeberapafasilitasyangsudahterbangunberupakawasanwarungapunguntuk

memancing, bertani ikan,mencari enceng gondok, dan istirahat. Akan tetapi, fasilitas tersebutmasih tidakbelummemadai,tertatarapi,dandicemaribanyaksampah.Selainitu,ruangpenelitiandanedukasi/pelatihanbelum dibangun. Kawasan konservasi perairan dikelompokkan menjadi tiga yaitu zona inti (penelitian danedukasi/pelatihan), pemanfaatan sumber daya, serta pengelolaan. Perancangan pusat konservasi RawaPeningdihasilkanmelaluimetodepenelitiandeskriptif korelasi, yangmenekankanpadapencariandatadanhubungan terhadap variabel lain (kajian teori). Penerapan ekologi diwujudkan dalam pengolahan lansekapkawasan dengan pola keanekaragaman hayati dan perbaikan model ekosistem perairan; desain elemenbangunanmenggunakanprinsipsistemkenyamananruangdanbahanbakuekologis(lokaldantahanlama);sistemutilitasmenggunakanenergilokal,perubahanenergialternatifmenjadiairbersihdanlistrik,sertadaurulang air. Hasil desain pusat konservasi yang ekologis adalah pengolahan lansekap (taman ekologis danvegetasi filtrasi, tempat pemancingan, karamba, dermaga, kolam laboratorium); tata massa bangunanmenyesuaikanarahangin rawadanmemberibukaan; tampilanbangunanberbentukorganik;material lokaldigunakan(bambu,kayusengon,encenggondok,danalang-alang);strukturapungdanpondasitiangpancangcerucuk; sistem utilitas menggunakan mesin filtrasi air rawa, biofilter anaerob aerob, dan biogas (encenggondokdansampahorganik).

Katakunci:ekologiarsitektur,pusatkonservasi,RawaPening

1.PENDAHULUAN

RawaPeningtermasukkategoridanaudiIndonesiayangmemilikikondisikritis.Danautersebutterletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Fungsi utama Rawa Pening sebagai sumber PLTA,irigasi, dan pengendali banjir. Namun, sisa penebangan hutan di bukit, air limbah industri, danpestisidapadasawahpasangsurutdi tepi rawamengakibatkanpertumbuhanvegetasiairdiRawaPening. Populasi vegetasi terbanyak di Rawa Pening adalah enceng gondok (Eichornia crassipes).Dampak persebaran enceng gondok yang menutupi sebagian besar permukaan perairan adalahpendangkalan, penurunan kualitas air danau, dan penurunan produktivitas perikanan. Upayapenanganan kerusakan ekosistem Rawa Pening perlu dilakukan (“Langkah Nyata GerakanPenyelamatanDanauRawaPening,”2011).

Banyak peneliti telah mengamati keadaan Rawa Pening. Hasil pengamatan mereka dapatdigunakan sebagaiperumusankebijakan,pengelolaan,dankonservasidanau.Akan tetapi, fasilitaspenelitiandanedukasimasihbelumdibangun.Sementaraitu,masyarakatlokalyanghidupdisekitarrawa adalah pihak yang sudah berpengalaman dalammemanfaatkan sumber daya alam di RawaPening.Beberapakegiatanyangbiasadilakukanmasyarakat lokaladalahmenangkapdanbudidayaikan, mencari enceng gondok sebagai bahan kerajinan, usaha warung apung, dan jasa perahu.Keadaan bangunan yang mewadahi kegiatan masyarakat lokal kurang teratur dan memadai.Masyarakat lokal akan berperan langsung dalam konservasi Rawa Pening secara berkelanjutan.Pemerintah juga mendukung perancangan pusat konservasi Rawa Pening yang diatur dalamPeraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER30/MEN/2012 tentangRencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan (Menteri Kelautan dan Perikanan

Page 2: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

214

Republik Indonesia, 2010).Oleh karena itu, pusat konservasi RawaPening perlu dibangundenganpembagian tiga zona utama yang saling berintegrasi yaitu zona inti edukasi/pelatihan, zonapemanfaatansumberdaya,danzonapengelola.

Zona penelitian dan edukasi/pelatihan disediakan untuk mewadahi kegiatan penelitian yangdilakukanolehmahasiswa,dosen,danpeneliti lain.Akantetapi,fasilitasyangmendukungkegiatantersebutbelumtersedia.DalamrangkakonservasialamdiDanauRawaPening,perancanganwadahpenelitian dengan penyediaan ruang laboratorium, penyimpanan dokumen-dokumen mengenaiDanau Rawa Pening, dan pemberian edukasi / pelatihan perlu dibangun. Melalui perancangantempat edukasi dan penelitian, pemanfaatan sumber daya alam, perbaikan, dan konservasilingkunganperairandapatdilakukansecarabijaksana.Olehkarenaitu,zonapenelitianmenjadizonautama. Zona pemanfaatan sumber daya telah diwadahi secara sederhana oleh masyarakat lokal.Sebagianbesarwarungapungmenyediakanmakananbagiparapemancing/pengunjung.Pengelolawarung apung juga memiliki karamba-karamba sebagai tempat beternak ikan di danau. Untukmenunjang kedua area di atas, zona ini akan membantu manajemen konservasi danau. Banyakperahu tersedia untuk disewakan. Zona tersebut akan dirancang dengan perbaikan tata letakbangunandanpengembanganlansekapperairan.Sedangkanzonapengelolamerupakanzonayangmewadahi kegiatan para pengelola sebagai pengendali operasional kawasan konservasi supayaterorganisirlebihbaik.

Pendekatan yang sesuai untuk perancangan pusat konservasi Rawa Pening adalah ekologi.Ekologi dalam arsitektur adalah pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhankehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya. Perencanaanarsitekturekologisdipengaruhiolehkeadaanlingkunganalamdanaktivitasmasyarakatsekitaruntukmenjaga lingkungannya (Frick & Suskiyatno, 2007). Desain bangunan yang ekologis akanmenyesuaikan karakter fisik kawasan warung yang telah dibangun dan ikut membantu dalampemecahanpermasalahan-permasalahanlingkungansetempat.TerdapattigakonseputamaekologiarsitekturdalamperancanganpusatkonservasiRawaPening.Pertama,pengolahanlansekapdaratandanperairandenganmeresponipotensi-potensialamdisekitarnya.Kedua,desainelemenbangunan(struktur,material, tatamassadan tampilanbangunan) yangmeresponi iklim,berasaldaridaerahsetempat dan tahan lama, serta pemilihan sistem utilitas dengan penggunaan energi lokal yangdapatdiperbaharuidandihilangkandaurulang.

Prinsipekologiyangdigunakandalammengolah lansekapadalahmeniruekosistemalamyangmencirikan pola keanekaragaman hayati dan memperbaiki ekosistem perairan yang rusak.Perancangan lansekap yang ekologis akan memperhatikan program kegiatan masyarakat lokal.Sementara itu,dasardesainelemenbangunanadalahpenggunaanbahanekologisestetikabentuklokal/tradisionaldankenyamananruangyangmeresponiiklim(Shu-Yang,Freedman,&Cote,2004).Penggunaan bahan baku ekologis berasal dari sumber alam lokal, mengutamakan penggunaanbahan yang dapat diperbaharui, dan struktur yang memiliki daya tahan terhadap lingkungansetempat/perairan rawa. Perancangan sistem utilitas bangunan menggunakan prinsip ekologimengenai sistem perubahan energi untuk dimanfaatkan (Mitsch, 2004). Sistem tersebutmenggunakan energi lokal yang dapat diperbaharui untuk dijadikan sebagai sumber energialternatif.Pemakaianenergialternatifdapatmemaksimalkanrestorasiekologidanmengoptimalkanpotensialam.Selain itu,perubahanenergidalamsistemutilitasbangunanyangekologisbertujuanuntuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang energi. Prinsip-prinsip ekologitersebut akan membentuk bangunan yang ramah lingkungan dan meningkatkan pengembanganupayakonservasiperairansecaraberkelanjutan.

MelaluipenerapanekologidalamperencanaandanperancanganpusatkonservasiRawaPening,konsep desain yang berintegrasi dengan masyarakat lokal dan kondisi lingkungan perairan dapattercapai. Konsep tersebut memberikan ide perancangan arsitektural dalam program pemerintahtentang pembangunan kawasan konservasi Rawa Pening. Ruang lingkup perancangan pusatkonservasiRawaPeningdibatasidenganbidangarsitekturdanpenerapankajianekologi.

Page 3: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

215

2.METODEPENELITIAN

Perancangan pusat konservasi Rawa Pening dihasilkan melalui metode penelitian deskriptifkorelasiyaitumengumpulkandatasecaraaktualdanmenghubungkankepadakajianteori(Sudjana,Nana,& Ibrahim,2007).Pengumpulandatadilakukandenganpencariandata lapangan (observasi,wawancara, dokumentasi) dan literatur (teori pendekatan ekologi dalam perancangan arsitektur).Kemudian data diolah melalui analisis arsitektur dengan menghubungkan pendekatan ekologi.Beberapa tahap yang dilakukan adalah perumusan masalah dan tujuan, studi literatur, studilapangan,analisisarsitektur,perencanandanperancangan(lihatGambar1).

Teori-teoriekologiyangdipilihdalamperancanganpusatkonservasiRawaPeningberdasarkantiga permasalahan utama yaitu pengolahan lansekap, desain elemen bangunan (bentuk, struktur,material), dan sistem utilitas berkelanjutan. Prinsip ekologi yang digunakan untuk pengolahanlansekapadalahmenirukeanekaragamandanmemperbaikiekosistem.Kemudiananalisisarsitekturmenghasilkanpengolahanlansekapdenganbiodiversitas,rehabililtas,danpemetaanpotensisekitarsite.Prinsipekologiyangdigunakanuntukdesainelemenbangunanadalahbentuklokaldanorganik,strukturtahanterhadapkondisirawadaniklim,sertapemilihanmateriallokal.Prinsiptersebutakanmengacu kepada analisis tata massa, tampilan, struktur, dan material bangunan. Prinsip terakhiryangdigunakanuntukmenyelsaikanpermasalahansistemutilitasberkelanjutanadalahpenggunaanenergiterbarukan/potensialamdansistemdaurulangenergi.Pemanfaatanpotensi-potensisekitarsitesebagaikuncipenentuansistemutilitasairdanlistrikyangpeduliterhadapkonservasiperairan.

Tahapperumusanmasalahyangdipengaruhiolehfaktorpendukung,potensilingkungan,sertalatar belakang. Tahap kedua adalah studi literatur mempelajari kajian teori sebagai dasar studilapangandananalisisarsitektur.Data-datayangdibutuhkandiperolehmelaluibuku,jurnal,e-book,laporanpenelitian,danundang-undang.Tahapstudilapanganadalahmelakukanobservasi(aktivitasyangakandiwadahidankondisilingkungan),wawancara(masyarakatlokalyangmengelolasumberdaya, paguyuban/komunitas setempat, pemerintah daerah/pusat), dokumentasi (pengambilangambardanvideo).Tahapselanjutnyaadalahanalisisarsitekturdenganpendekatanekologi(kajianteori). Pada tahap tersebut hubungan antara pendekatan dan data lapangan akan diolahmenjadikonsepperencanaandanperancangan.

LATARBELAKANG:fasilitaspenelitian&edukasibelumdibangun,masalahlingkunganencenggondok

TUJUAN PerancanganPusatKonservasiRawaPening

POTENSI:sumberdayaalam&masyarakatFAKTORPENDUKUNGpemerintah&penelitian

Gambar1SkemaMetodePenelitianDeskriptifKorelasipadaPerancanganPusatKonservasiRawaPening

denganPendekatanEkologi

PERUMUSANMASALAHDANTUJUAN

PENGOLAHANLANSEKAP SISTEMUTILITASBERKELANJUTANELEMENBANGUNAN(STRUKTUR,TAMPILAN,TATAMASSAMATERIAL)

KONSERVASIDANAU PERATURANPEMERINTAHSTUDILITERATUR

MENIRUKEANEKARAGAMAN&

MEMPERBAIKIEKOSISTEMMENGGUNAKANENERGITERBARUKAN/POTENSIALAM&SISTEMDAURULANG

ENERGI

PENDEKATANEKOLOGIBENTUK:LOKAL&ORGANIK,STRUKTURTAHAN

TERHADAPKONDISIRAWA&IKLIM,MATERIALLOKAL

OBSERVASI.DOKUMENTASIDANPEMETAANKONDISISITE(WARUNGAPUNGDANLANSEKAP)

WAWANCARAMASYARAKATPaguyubanPemancing/WarungApung

STUDILAPANGAN

ANALISISARSITEKTUR

AnalisisUtilitasAirBersihdanKotorAnalisistatamasa&TampilanBangunanAnalisisStrukturDaratandanPerairanRawa

Analisislansekapperairandandaratan(biodiversitasdanrehabilitasi).Pemetaan

potensisekitarsite

AnalisisMaterialBangunanLokalAnalisisUtilitasListrik

Page 4: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

216

3.HASILDANPEMBAHASAN

Lokasi perancangan pusat konservasi Rawa Pening berada di sekitar kawasanwarung apung,Asinan,KabupatenSemarang.TerdapatbanyakpotensialamRawaPeningyangtelahdikembangkanmasyarakat lokal.DiatasperairanRawaPeningterdapat jaringkaramba/branjang,encenggondok,dankawasanwarungapung(tempatpemancingan).Lansekapdaratandanperairandibatasijalurrelkereta api yang ada di tepi daratan. Daratan sekitar tepi rawa terdapat vegetasi lokal dan sawahpasang surut. Potensi-potensi tersebutmenjadi modal penting dalam pengolahan lansekap pusatkonservasiRawaPeningyangekologis.Akan tetapi, fasilitasyangsudah terbangunkurang teratur,misalnya, massa bangunan yang kurang tertata, pencemaran sampah warung apung dan kerang,sertapopulasiencenggondokyangsemakinmenyebarluas.

Prinsip ekologi pertamadalampengolahan lansekap kawasan adalahmeniru ekosistem alamiyang dicirikan dalam pola keanekaragaman hayati. Kekayaan lansekap yang telah menjadi dasarpertimbangan perancangan pusat konservasi yang peduli terhadap lingkungan semula. Ekosistemtersebutharustetapmenjadibagiandalamperancangan.Prinsipkeduapengolahan lansekapyaitumelindungilingkungandenganmemperbaikimodelekosistemperairanyangrusak.Prinsiptersebutakanmenyelesaikanpermasalahan lansekapmengenai penataan lansekap kawasanwarung apungdanperancanganlansekaptambahanuntukmendukungkonservasidanau.

Terdapat dua bagian pengolahan lansekap yaitu daratan dan perairan (lihat Gambar 2). Relkereta api tetap dipertahankan sebagai jalur kereta wisata sesuai Peraturan Daerah KabupatenSemarangNomor6 tahun2011 tentangRencanaTataRuangWilayahKabupatenSemarang tahun2011-2031 (Pemerintah Kabupaten Semarang, 2011) dan penambahan halte kereta. Lansekapperairan berupa karamba, warung apung, area pemancingan, dan dermaga perahu yang ditataulang. Vegetasi lokal yang digunakan dalam perancangan pusat konservasi, memiliki fungsipenyaringan(pohonsengonuntukfiltrasitanahdariairrawayangmengandungnitrogendanpohonmahoni untuk filtrasi polusi udara bagi pemukiman penduduk di sekitarnya). Enceng gondokdiposisikanpadabagianbaratkolamlaboratoriumdandisekitartempatuntukmemancingsebagaifiltrasi air rawa dan tempat berlindung ikan. Taman ekologis dirancang sebagai lahanmultikulturuntuk menyeimbangkan kandungan tanah yang kurang akibat penggunaan lahan sawah pasangsurut (monokultur). Pembuatan kolam laboratorium diletakkan di sebelah barat karena air rawabergerak dari barat. Kolam tersebut berada di dekat daratan untuk pengelompokan zona intidaratan.Karambadantempatpemancingandiletakkandibagianselatansebagaitempatmasyarakatlokaldalammengelolalansekapperairandenganpemandanganyangmenarikuntukwisata.

Gambar2

PengolahanLansekapPusatKonservasiRawaPeningdenganPendekatanEkologi

Page 5: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

217

Rawa Pening memiliki perairan pasang surut dengan bangunan warung apung yang sudahdibangunmasyarakat setempat. Pondasi batu kali juga telah dibangun sebagai konstruksi jalur relkeretawisataditepirawa.Kondisitanahdidaratantermasuktanahrawayanglembab,subur,dantidak keras. Pemandangan yang dapat dilihat di sekitar site adalah sawah pasang surut, perairanRawaPening,danpegununganyangmembentangdariselatanhinggabaratlaut.

Beberapaprinsipekologisyangakanditerapkanpadatatamassadantampilanbangunanyaitubentukbangunanlokal/tradisionalatauorganikyangadadisekitarsitedankenyamananruangyangmeresponikondisilingkungan(arahangin,pemandangan,utilitas,kegiatanpengguna).Penggunaanbahan baku ekologis berasal dari sumber alam lokal danmengutamakan penggunaan bahan yangdapat diperbaharui. Struktur bangunan harus memiliki daya tahan terhadap lingkungansetempat/perairanrawa.a. TataMassaBangunandalamKawasan

Pola tata massa dalam perancangan pusat konservasi Rawa Pening dibentuk melaluibeberapa tahap yaitu kondisi site dengan komponen di sekitarnya, penempatan massabangunan, dan orientasi kawasan (lihat Gambar 3).Massa dipecahmenjadi beberapa bagiankarena menyesuaikan lansekap perairan dan pemukiman masyarakat yang tidak memilikibentuk massa masif dan bertingkat. Pada bagian barat daya memiliki potensi pemandangandanau dan pegunungan. Sistem sanitasi berada di bagian tengah untuk efisiensi pemipaan.Sistem filtrasi air bersih berada di bagian barat untukmengambil air rawa yang akan diolahmenjadiairtoiletdanairsiramtanaman.Ruangfiltrasiairbersihberadadisebelahbaratuntukmengambilairrawasebagaibahanbakuyanglebihberkualitas.Kafetariaberadadidekattamanekologis untuk mendapatkan pemandangan menarik. Lobi dan ruang pengelola berada dibagiantengahuntukmempermudahnavigasipengunjungjikamencariinformasi.

Gambar3DiagramPerancanganPusatKonservasiRawaPeningdenganPendekatanEkologi

Page 6: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

218

Ruangmekanikal elektrikal, bahan bakar perahu, dan pupuk berada di bagian timur karenaberhubungan dengan teknologi biogas (enceng gondok dan sampah organik). Enceng gondokdikumpulkandaridermagaperahu.Ruangkelasdanlaboratorium(daratan)beradadiantarasistemfiltrasiairbersihdankotoruntukmemberikanjarakruangfiltrasiairbersih(sebelahbarat)danairkotor (sebelah timur). Sedangkan laboratorium dan kelas perairan berada di bagian tengah dandekatdaratan sehinggaproses kegiatanpenelitiandanedukasi/pelatihan terpusat ataumenyatudenganbagiandaratan.Dermagaperahuberadadisebelahtimurkawasanuntukmempermudahhubungan dengan klante/jembatan biru dan aksesibilitas masyarakat yang membawa hasiltangkapanmenujutempatparkir.Sedangkankaramba,pemancingan,danwarungapungberadadibagianselatanuntukmendapatkanpemandanganyang indah (sekaligusmenjadi tempatwisata).Warung apung dan tempat pemancingan berada di bagian tengah untuk menampung kegiatanmasyarakatlokaldanpengunjung.Massadiputarsebesar450kearahbaratuntukmempermudahpergerakanangindaridanaumenujudaratan.Pemutaranmassabangunandilakukanpadabagiandaratandansebagianperairan.

Keseluruhanmassatertatarapididalamsatukawasan(lihatGambar4).Kawasantersebutterbagimenjadiyaituzonapenelitiandanedukasi/pelatihan(bagianbarat),zonapemanfaatansumberdaya (bagianselatan),danzonapengelola (bagian tengahdantimur).Zonapenelitiansebagai zona utama yang terdiri atas daratan dan perairan. Zona pengelola/servis berada disebelahtimursehinggamemudahkanmanajemenkeduazonalain.Zonapengelolaterdiriatastigamassa utama.Massa bagian tengah pada zona pengelola berupa ruang lobi, ruang staff,dan ruang pengajar sebagai pengelola utama. Sementara itu, zona servis berkaitan denganutilitaspengolahanair kotordanbiogas enceng gondok.Pada zona servis, peletakan lavatorydan dapur berdampingan dengan ruang pengolahan air limbah di tengah sehinggamemudahkan proses pengolahan air kotor. Sedangkan pengolahan biogas berada di sebelahtimur yang berhubungan dengan dermaga enceng gondok pada zona pemanfaatan sumberdaya. Hasil olahan biogas disimpan pada ruangan berbeda tetapi masih satu massa sepertiruang pupuk, ruang bahan bakar perahu, dan ruang panel listrik. Zona pemanfaatan sumberdayaberkaitandenganpenyediaan ruangmasyarakat lokaluntukpekerjaannyasepertipetaniikan di karamba, warung apung, mencari enceng gondok dan ikan. Selain itu, zona tersebutmemberikan daya tarik khusus pada kawasan (ruang wisata memancing, kuliner, danmenjelajahrawadenganperahu)bagiparapengunjung. Gambar4

PerspektifAtasdanPotonganKawasanPusatKonservasiRawaPening

Page 7: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

219

b.StrukturdantampilanmassabangunanPemilihan struktur bangunan disesuaikan dengan lingkungan perairan dan daratan tepi

rawa.Strukturbangunanterdiridaritigabagianyaitubagianatas,tengah,danbawah.Strukturatas menggunakan kuda-kuda dari kayu/bambu. Struktur tersebut merupakan struktursederhana,tahanlama,dansesuaidenganidentitaslokal(bangunan/pemukimanmasyarakatdisekitarsite).Struktur tengahmenggunakankolombeton.Struktur tersebutmemilikikekuatantinggi dan mudah ditemukan di sekitar daerah. Struktur bawah di daratan menggunakanpondasi tiang pancang cerucuk bambu karena mampu bertahan di tanah rawa dibandingstruktur lain. Selain itu, struktur tersebutmemiliki kemudahan dalam pemasangan dan tidakterlalu mengganggu penduduk sekitar dibanding struktur lain. Sedangkan struktur bawah diperairan menggunakan Foam EPS (Expanded Polystryrene). Struktur apung digunakan untukmengikuti ketinggian pasang surut air rawa. Material tersebut telah banyak digunakan diIndonesia sebagai teknologi struktur apung yang ramah lingkungan, tahan lama, danmudahdalam pemasangan. Sementara itu, struktur tambahan terdapat pada perancangan jembatandan dak apung menggunakan kayu. Jembatan layang yang didesain berguna sebagaipenghubungsitedaratandanperairanyangdibatasiolehrelkeretaapiwisata(lihatGambar5).

Pemilihan tampilan bangunan menggunakan bentuk organik yang berasal dari padi disekitarsitedenganbentuklengkung.Kemudianbeberapavariasibentuklengkungdanmateriallokal dirancang untuk dinding bangunan. Setiap massa bangunan dalam kawasan pusatkonservasimempunyai tujuan tertentu.Massa yangmenyediakan ruang biofilter, dapur, danlavatorymemilikilebarselasar2,5meteruntuksirkulasipelajar/masyarakatyangdilatih.Massayang mewadahi proses pembentukan biogas dibuat dengan sedikit bukaan/tertutup. Bentukcafetariadidesaindengandindingterbukakarenaberadaditepirawa/dekattamanekologisdandapat memberikan view pegunungan di bagian selatan. Massa bangunan laboratorium danpengelola menggunakan struktur panggung untuk memberikan penghawaan bawah. Bukaandiarahkankearahselatan.Bagianatasbeberapamassa(lobidanlaboratiorium)diberibukaanuntuk penghawaan ruang yang menghadap utara (kurang mendapat angin saat siang hari).Sedangkanmassabangunankelasbesar/aulamenggunakanataptajuk.Kapasitasnyayangbesar(200 orang)membuat ruang tersebutmemerlukan penghawaan tambahan di bagian tengah.Jembatanberbentuktektonikdenganketinggian4meteryangterbuatdarikayusehinggadapatdigunakansebagaijalurkeretaapidanjalurperahu.Bagianujungjembatan(didaratan)diberitangga spiral. Sedangkan pada sisi lain jembatan dibuat ramp menuju ke site perairan (lihatGambar6).

c. MaterialbangunanMaterialyangdipilihmenekankanpadatahanlama,hemat,danbahanbakulokal.Material

dindingdanrangkaatapyangdipilihsebagaidindingadalahbambu,kayu,dananyamanencenggondok.Material-materialtersebutadalahmaterialalamyangmudahditemukandisekitarsitemudahdiperbaharui.Padabagianatapbangunan,materialyangdigunakanadalahalang-alang.Alang-alang mencirikan tradisional dan menyejukkan ruang dengan teknologi yang dapatmembuatbahantersebut lebih tahanterhadapserangga,panasmatahari,danairhujan (lihatGambar6).

Gambar5

StrukturAtas,Tengah,danBawahpadaPusatKonservasiRawaPening

Page 8: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

220

PotensialamRawaPeningterkenaldenganpertumbuhanencenggondokyangterusmeledak.Encenggondoktelahdikelolamenjadipupukdanbahanbakukerajinan.Namun,populasitumbuhantersebutmasihdapatdigunakanmenjadiproduklain,sepertiteknologibiogasencenggondok.Selainitu, cahaya matahari bersinar cukup banyak di daerah tropis. Potensi tersebut dapat dijadikansebagai sumber listrik alternatif melalui solar system. Air rawa yang telah dimanfaatkan sebagaipembangkitlistrikdapatdijadikansumberairbersihyangharusdifiltrasiterlebihdahulu.

Perancangan sistem utilitas bangunan menggunakan prinsip ekologi mengenai sistemperubahanenergiyangdimanfaatkandanpenghematansumberdayauntukmengurangikerusakanekosistem. Selain itu, pemanfaatan energi dengan bahan baku lokal dan penggunaan sistem daurulang energi menjadi dasar perancangan utilitas pusat konservasi Rawa Pening. Prinsip-prinsiptersebutakanmembantusistempengelolaanbangunansecaraberkelanjutan(lihatGambar7).a. SistemPengolahanAirKotordanAirBersih

Sistemfiltrasiairbersihmenggunakanmesinfiltrasiairyangdapatdiminum.Akantetapi,bahan baku air rawa akan dijadikan air toilet, dapur, dan laboratorium. Air rawa dipompamenuju ruang filtrasi. Kemudian air dimasukan ke dalam rangkaianmesin filtrasi yang dapatmenyaring zat besi, mangan, zat organik, deterjen, bau, senyawa phenol, dan logam berat.Selain bahan baku air rawa, sumber air dari PDAM tetap digunakan untuk mencukupikebutuhanairbersihkawasanpusatkonservasiRawaPening.

Sistem filtrasi air kotor memakai biofilter anaerob aerob. Tujuan sistem ini adalahmencegah pencemaran langsung yang terjadi dan penggunaan air yang bisa didaur ulangkembali.Keunggulansisteminiadalahbiayaoperasionalyangmurah,pengelolaanyangmudah,tidakmemerlukan lahan yang luas, dapatmenurunkan senyawanitrogendan fosfor sehinggatidakmembuateutrofikasiataupencemaranperairan.Air limbahblackwater (dari toilet)dangrey water (dari cucian dan wastafel) serta air hujan (dialirkan menuju bak kontrol terlebih

Gambar6Massa-MassaBangunanpadaPusatKonservasiRawaPening

Page 9: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

221

dahulu)dimasukkankedalamtangkipengolahan.Prosesbiofilterterdiridariduayaituanaerobdan aerob. Pada proses anaerob polutan organik yang berada di dalam air limbah, teruraimenjadi beberapa gas tetapimasih ada kandungan amoniak dan gas hidrogen sulfida. Untukmembuat air tersebut menjadi layak kembali digunakan, air diproses kembali menggunakanbiofilter aerob.Melalui tahap tersebut, polutanorganik yangmasih ada akan teruraimenjadigas karbondioksida, nitrat, sulfat, dan air.Hasil filtrasi air limbahdapat dijadikan sebagai airsiramtanaman.

b. SistemPerubahanEnergiListrikSelainmenggunakanPLN, sumber energi listrik alternatifmenggunakan enceng gondok

dantenagasurya.Keduapotensitersebutdipilihkarenamudahdidapatdandapatdiperbaharui(lihatGambar6).Sampahorganikdanencenggondokdimanfaatkansebagaibahanbakubiogas.Enceng gondok dapat dimanfaatkanmenjadi sumber listrik melalui pengembangan teknologibiogas. Sampah organik juga ditambahkan sebagai bahan baku biogas. Mesin biogas dapatmengubah enceng gondok dan sampah organik menjadi pupuk, energi mekanik, dan energipanas. Kemudian energi mekanik akan digerakkan oleh generator untuk menghasilkan listrikAC/DC.SedangkanenergipanasdapatdijadikanLPGdanbahanbakarperahu.

Cahayamatahariyangbersinarmenujukearahbaratsaatsiangharidapatmempengaruhipeletakkan posisi solar panel di sebelah barat. Solar panel berada di atas beberapa massabangunan (daratan). Kemudian panel tersebut disambungkan ke controller, baterai, inverter.Listrikyangdihasilkanakandigabungkandenganlistrikdaribiogas(encenggondokdansampahorganik)sertajaringanPLN.

Teknologi nirkabel juga dipilih denganmemanfaatkan koneksi bluetooth dan gelombangradio.Keunggulanperangkatnirkabeladalahkemudahanpemasangan instalasi,hematenergi,danbiayapemeliharaanbangunan.Penggunaanwirelesscctvuntuksistemkeamanankawasandanwirelessspeakeruntukmemberikaninformasimaupunhiburanmusikdiseluruhkawasan.

Gambar7SistemUtilitasAirdanListrikdalamPerancanganPusatKonservasiRawaPening

Page 10: SENTH PENERAPAN EKOLOGI DALAM PERANCANGAN PUSAT …

Lois,Suparno,KusumaningdyahNurulHandayani/JurnalSENTHONG2018

222

4.KESIMPULAN

PenerapanekologiyangdigunakandalamperancanganpusatkonservasiRawaPeningyaitu:a. Pengolahan lansekap kawasan dengan pola keanekaragaman hayati dan perbaikan model

ekosistem perairan. Penataan lansekap perairan yang lebih rapi untuk zona pemanfaatansumber daya dan perancangan ruang penelitian/edukasi. Taman ekologis di tepi rawaditambahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (lahan sawah pasang surut). Vegetasi lokaldimanfaatkansebagaikomponenbangunan(materialdinding)danfiltrasitanahsertaudara.

b. Desain elemen bangunan menggunakan prinsip sistem kenyamanan ruang dan bahan bakuekologis (lokal dan tahan lama). Tata massa bangunan menyesuaikan arah angin rawa (dariselatan) dan memberi bukaan (bagian utara) untuk kenyamanan ruang secara maksimal.Tampilan bangunan berbentuk organik dari padi di sekitar site. Material lokal (bambu, kayusengon, enceng gondok, dan alang-alang) digunakan pada tampilan bangunan. Strukturbangunan yang dipilih adalah tahan lama terhadap kondisi di sekitar danau. Pondasi daratmenggunakan tiang pancang cerucuk bambu. Pondasi perairan menggunakan Foam EPS(ExpandedPolystyrene).Strukturkolommenggunakanbeton.Strukturatapmenggunakankayu.

c. Sistemutilitas (airdan listrik)menggunakanenergi lokal,perubahanenergi alternatifmenjadiair bersih dan listrik, serta mendaur ulang air kotor. Sistem air bersih memanfaatkan mesinfiltrasiairrawamenjadiairtoilet,cuci,danlaboratorium.Sistemsanitasimenggunakanbiofilteranaerob aerob untuk mengolah grey water menjadi air siram tanaman. Sedangkan sumberlistrik alternatifmemanfaatkan solar system dan enceng gondok yang diolahmenjadi biogas.Biogasencenggondokjugadapatdijadikanpupuk,bahanbakarperahu,danLPG.

Kelebihanpenelitianpenerapanekologidalamperancanganpusat konservasiRawaPeningadalah melestarikan keanekaragaman hayati lingkungan (konservasi) dan memperbaiki kerusakanekositemsekitar,memanfaatkanbahanlokalsebagaimaterialdinding,menggunakanstrukturyangtahanlamaterhadapdaerahrawa,sertasistempengelolaanbangunanmenggunakanpotensialamlokal sebagai sumber energi alternatif berkelanjutan. Untuk mengembangkan hasil perancanganpusatkonservasiRawaPeningadalahpenelitian lanjutanmengenaiteknologismartbuildingsystemyangramahlingkunganuntukmempermudahsistempemeliharaandalamkawasan.

REFERENSI

Frick,H.,&Mulyani,T.H.(2006).ArsitekturEkologis.Yogyakarta:Kanisius.

Frick,H.,&Suskiyatno,F.B.(2007).Dasar-DasarArsitekturEkologis.Yogyakarta:Kanisius.

Langkah Nyata Gerakan Penyelamatan Danau Rawa Pening. (2011). Retrieved fromhttps://menyelamatkandanaulimboto.files.wordpress.com/.../pengantar-materi-kndi-ii_...

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kelautan danPerikanan Republik Indonesia Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Rencana Pengelolaan danZonasi Kawasan Konservasi Perairan, 14 p. Retrieved fromhttp://www.bphn.go.id/data/documents/10pm030.pdf

Mitsch,W.J.(2004).EcologicalEngineeringandEcosystemRestorationandHistory,definitions,andprinciples.OhioUSA.

Pemerintah Kabupaten Semarang. (2011). Peraturan Daerah Kabupaten Semarang No. 6 Tahun2011.

Sastrodihardjo,S.(1996).LimnologiBagian1AspekFisikadanKimia.

Shu-Yang, F., Freedman, B., & Cote, R. (2004). Principles and practice of ecological design.EnvironmentalReviews,12(2),97–112.https://doi.org/10.1139/a04-005

Sudjana, Nana, & Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.