SENIN, 2 MEI 2011 Obama Desak Beratnya India Perusahaan ... · Program bernama Skema Penjaminan...

1
IRANA SHALINDRA A PA benar pemba- ngunan infrastruk- tur adalah jurus paling jitu dalam menyerap tenaga kerja sekali- gus mengurangi kemiskinan? Tengok pengalaman India. Dalam artikel Wall Street Jour- nal, akhir pekan lalu, mega- proyek infrastruktur yang di- galang India dilaporkan gagal mengangkat kesejahteraan kaum miskin di ‘Negeri Sungai Gangga’. Program bernama Skema Penjaminan Ketenagakerjaan Perdesaan Nasional Mahatma Gandhi tersebut ternyata sarat dengan korupsi. Bahkan, sejak digulirkan pada 2006 dengan biaya US$9 miliar, proyek- proyek infrastruktur yang tun- tas tidak sampai separuh. Para pekerja melapor bahwa mereka kerap tidak menerima upah penuh. Bahkan, tidak sedikit yang terpaksa menyuap untuk memperoleh kerja. Kon- disi itu diperburuk dengan jenis pekerjaan yang terbukti tidak menambah skill pekerja. Di Nakrasar, Rajasthan, mi- salnya, ada 19 proyek penam- pungan air hujan dan peng- airan yang tidak kunjung ram- pung setelah berjalan setahun dengan dana US$77 ribu. Tidak ada jalan besar yang terbangun. Tidak ada perumahan, sekolah, rumah sakit, atau infrastruktur baru apa pun di dusun-dusun Nakrasar yang berdebu. Seorang petani kapas se- tempat, Gopal Ram Jat, 40, me- ngatakan hanya menghasilkan tambahan US$200 per tahun melalui proyek-proyek itu. Sekadar cukup membeli tam- bahan makanan bagi keluarga- nya. Tidak lebih. Kondisi perdesaan miskin di India sangat kontras dengan citra negara itu sebagai kekua- tan ekonomi baru dunia yang berasas liberal. Band-Aid Dalam skema pembangunan perdesaan Gandhi, pekerja tidak diperbolehkan memakai mesin. Untuk menggali, mi- salnya, mereka harus meng- gunakan sekop atau cangkul. Idenya adalah untuk mencip- takan lapangan kerja seba- nyak mungkin bagi pekerja minim keahlian. Namun pada praktiknya, itu tidak memberi pekerja keahlian baru. “Ini bertolak belakang ka- rena tidak ada solusi jangka panjang untuk menghapus kemiskinan,” ujar Gurcharan Das, tokoh yang kerap menu- lis mengenai perkembangan ekonomi India. “Ini sekadar solusi ‘Band- Aid’ (merek plester),” imbuh- nya. Niten Chandra, pejabat se- nior di Kementerian Perdesaan India, menyalahkan peme- rintah federal yang seharus- nya bertanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan audit. Mereka dinilainya gagal menjalankan tugas lantaran banyak proyek tidak selesai dan aksi korupsi. Di Jaipur, misalnya, ditemu- kan banyak warga desa yang berpengaruh mengklaim upah tanpa muncul di lokasi kerja. Atau, mengklaim upah untuk jam kerja yang tidak benar. Para ekonom menilai, India gagal mengatasi kemiskinan di perdesaan. Itu tentu mengan- cam perekonomian nasional mengingat dua pertiga 1,2 mi- liar penduduk India menetap di perdesaan. Selama ini, India bergantung pada industri di kota-kota be- sar sebagai penyokong utama pertumbuhan ekonomi. Na- mun, negara tersebut mulai kekurangan tenaga terampil, dan para petani di perdesaan tidak dapat memenuhi kebu- tuhan tenaga kerja yang diper- lukan. (*/E-2) [email protected] 15 SENIN, 2 MEI 2011 DI tengah membubungnya harga bensin di ‘Negeri Pa- man Sam’, Presiden AS Ba- rack Obama menilai perusa- haan-perusahaan migas telah mengeruk keuntungan dari kondisi tersebut. Oleh karena itu, ia mendesak Kongres mengakhiri keringan- an pajak senilai US$4 miliar yang dinikmati perusahaan migas setiap tahunnya. “Keringanan pajak ini tidak benar,” ujar Obama dalam si- aran radio dan rilis resmi pada situsnya, seperti dilansir AP, akhir pekan lalu. “Hal itu bu- kan kebijakan yang cerdas dan kita harus mengakhirinya,” imbuh dia. Obama sendiri telah berde- bat dengan kubu Republik di Kongres mengenai melam- bungnya harga bensin yang kini mencapai US$4 per galon di beberapa wilayah AS. Harga tersebut US$1 lebih mahal jika dibandingkan dengan harga setahun lalu. Kenaikan harga bensin dini- lai telah menghambat per- tumbuhan ekonomi AS dan ujung-ujungnya mengurangi dukungan publik terhadap Obama. Ekonomi AS tumbuh 1,8% pada triwulan I 2011 jika dibandingkan dengan tri- wulan serupa di 2010. Laju tersebut melambat dari per- tumbuhan 3,1% pada triwulan sebelumnya. Tingginya harga bensin, cuaca buruk, dan pemotongan anggaran pemerintah ditud- ing menjadi penyebab hal tersebut. Adapun Exxon Mobile Corp, pekan lalu, melaporkan prot hingga U$11 miliar pada tri- wulan I 2011 dan mengatakan hal itu bukan disebabkan ke- naikan harga minyak dunia. Untuk periode serupa, banyak perusahaan migas lain diketa- hui juga meraup keuntungan besar. Ketua Senat Harry Leid me- ngatakan pihaknya akan segera mempertimbangkan proposal pemerintahan Obama. Dalam proposal itu, Obama menya- takan subsidi yang selama ini dinikmati perusahaan mi- gas akan dialihkan ke dalam investasi penelitian sumber energi baru. Ia juga menolak ide untuk memotong belanja bagi pro- gram pengembangan energi ramah lingkungan. “Investasi pada energi ber- sih hari ini adalah investasi untuk esok yang lebih baik,” ujarnya. Obama juga meminta De- partemen Kehakiman untuk menyelidiki kemungkinan adanya tindakan penetapan harga (price xing). Lebih lanjut, Obama te- rus mendesak negara-negara produsen minyak yang ter- gabung dalam OPEC, seperti Arab Saudi, untuk menggenjot produksi. (*/E-3) Obama Desak Hapus Insentif Perusahaan Migas Beratnya India Menghela Kemiskinan Investasi pada energi bersih hari ini adalah investasi untuk esok yang lebih baik.” Barack Obama Presiden AS Indonesia perlu berkaca dari India. Tanpa pengawasan ketat, megaproyek pembangunan gagal mengangkat kesejahteraan. E KONOMI GLOBAL AP

Transcript of SENIN, 2 MEI 2011 Obama Desak Beratnya India Perusahaan ... · Program bernama Skema Penjaminan...

Page 1: SENIN, 2 MEI 2011 Obama Desak Beratnya India Perusahaan ... · Program bernama Skema Penjaminan Ketenagakerjaan Perdesaan Nasional Mahatma Gandhi tersebut ternyata sarat dengan korupsi.

IRANA SHALINDRA

APA benar pemba-ngunan infrastruk-tur adalah jurus paling jitu dalam

menyerap tenaga kerja sekali-gus mengurangi kemiskinan?

Tengok pengalaman India. Dalam artikel Wall Street Jour-nal, akhir pekan lalu, mega-proyek infrastruktur yang di-galang India dilaporkan gagal mengangkat kesejahteraan kaum miskin di ‘Negeri Sungai Gangga’.

Program bernama Skema Penjaminan Ketenagakerjaan Perdesaan Nasional Mahatma Gandhi tersebut ternyata sarat dengan korupsi. Bahkan, sejak digulirkan pada 2006 dengan biaya US$9 miliar, proyek-proyek infrastruktur yang tun-tas tidak sampai separuh.

Para pekerja melapor bahwa mereka kerap tidak menerima upah penuh. Bahkan, tidak sedikit yang terpaksa menyuap untuk memperoleh kerja. Kon-disi itu diperburuk dengan jenis pekerjaan yang terbukti tidak menambah skill pekerja.

Di Nakrasar, Rajasthan, mi-salnya, ada 19 proyek penam-pungan air hujan dan peng-airan yang tidak kunjung ram-pung setelah berjalan setahun dengan dana US$77 ribu. Tidak ada jalan besar yang terbangun. Tidak ada perumahan, sekolah,

rumah sakit, atau infrastruktur baru apa pun di dusun-dusun Nakrasar yang berdebu.

Seorang petani kapas se-tempat, Gopal Ram Jat, 40, me-ngatakan hanya menghasilkan tambahan US$200 per tahun melalui proyek-proyek itu. Sekadar cukup membeli tam-bahan makanan bagi keluarga-nya. Tidak lebih.

Kondisi perdesaan miskin di India sangat kontras dengan citra negara itu sebagai kekua-tan ekonomi baru dunia yang berasas liberal.

Band-AidDalam skema pem ba ngunan

perdesaan Gandhi, pekerja tidak diperbolehkan memakai mesin. Untuk menggali, mi-salnya, mereka harus meng-gunakan sekop atau cangkul. Idenya adalah untuk mencip-takan lapangan kerja seba-nyak mungkin bagi pekerja minim keahlian. Namun pada praktiknya, itu tidak memberi pekerja keahlian baru.

“Ini bertolak belakang ka-rena tidak ada solusi jangka panjang untuk menghapus kemiskinan,” ujar Gurcharan Das, tokoh yang kerap menu-lis mengenai perkembangan ekonomi India.

“Ini sekadar solusi ‘Ba nd -

Aid’ (merek plester),” imbuh-nya.

Niten Chandra, pejabat se-nior di Kementerian Perdesaan India, menyalahkan peme-rintah federal yang seharus-nya bertanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan audit.

Mereka dinilainya gagal menjalankan tugas lantaran banyak proyek tidak selesai dan aksi korupsi.

Di Jaipur, misalnya, ditemu-kan banyak warga desa yang berpengaruh mengklaim upah tanpa muncul di lokasi kerja.Atau, mengklaim upah untuk jam kerja yang tidak benar.

Para ekonom menilai, India gagal mengatasi kemiskinan di perdesaan. Itu tentu mengan-cam perekonomian nasional mengingat dua pertiga 1,2 mi-liar penduduk India menetap di perdesaan.

Selama ini, India bergantung pada industri di kota-kota be-sar sebagai penyokong utama pertumbuhan ekonomi. Na-mun, negara tersebut mulai kekurangan tenaga terampil, dan para petani di perdesaan tidak dapat memenuhi kebu-tuhan tenaga kerja yang diper-lukan. (*/E-2)

[email protected]

15SENIN, 2 MEI 2011

DI tengah membubungnya harga bensin di ‘Negeri Pa-man Sam’, Presiden AS Ba-rack Obama menilai perusa-haan-perusahaan migas telah mengeruk keuntungan dari kondisi tersebut.

Oleh karena itu, ia mendesak Kongres mengakhiri keringan-an pajak senilai US$4 miliar yang dinikmati perusahaan migas setiap tahunnya.

“Keringanan pajak ini tidak benar,” ujar Obama dalam si-aran radio dan rilis resmi pada situsnya, seperti dilansir AP, akhir pekan lalu. “Hal itu bu-kan kebijakan yang cerdas dan kita harus mengakhirinya,” imbuh dia.

Obama sendiri telah berde-bat dengan kubu Republik di Kongres mengenai melam-bungnya harga bensin yang kini mencapai US$4 per galon di beberapa wilayah AS. Harga tersebut US$1 lebih mahal jika dibandingkan dengan harga setahun lalu.

Kenaikan harga bensin dini-lai telah menghambat per-tumbuhan ekonomi AS dan ujung-ujungnya mengurangi

dukungan publik terhadap Obama.

Ekonomi AS tumbuh 1,8% pada triwulan I 2011 jika dibandingkan dengan tri-wulan serupa di 2010. Laju tersebut melambat dari per-tumbuhan 3,1% pada triwulan sebelumnya.

Tingginya harga bensin, cuaca buruk, dan pemotongan anggaran pemerintah ditud-ing menjadi penyebab hal tersebut.

Adapun Exxon Mobile Corp, pekan lalu, melaporkan profi t hingga U$11 miliar pada tri-wulan I 2011 dan mengatakan hal itu bukan disebabkan ke-naikan harga minyak dunia. Untuk periode serupa, banyak perusahaan migas lain diketa-hui juga meraup keuntungan besar.

Ketua Senat Harry Leid me-ngatakan pihaknya akan segera mempertimbangkan proposal pemerintahan Obama. Dalam proposal itu, Obama menya-takan subsidi yang selama ini dinikmati perusahaan mi-gas akan dialihkan ke dalam investasi penelitian sumber energi baru.

Ia juga menolak ide untuk memotong belanja bagi pro-gram pengembangan energi ramah lingkungan.

“Investasi pada energi ber-sih hari ini adalah investasi untuk esok yang lebih baik,” ujarnya.

Obama juga meminta De-partemen Kehakiman untuk menyelidiki kemungkinan adanya tindakan penetapan harga (price fi xing).

Lebih lanjut, Obama te-rus mendesak negara-negara produsen minyak yang ter-gabung dalam OPEC, seperti Arab Saudi, untuk menggenjot produksi. (*/E-3)

Obama Desak Hapus Insentif

Perusahaan Migas

Beratnya India Menghela Kemiskinan

Investasi pada energi bersih hari

ini adalah investasi untuk esok yang lebih baik.”

Barack ObamaPresiden AS

Indonesia perlu berkaca dari India. Tanpa pengawasan ketat, megaproyek pembangunan gagal mengangkat kesejahteraan.

EKONOMI GLOBAL

AP