Seminar Wound revisi

64

Transcript of Seminar Wound revisi

Page 1: Seminar Wound revisi
Page 2: Seminar Wound revisi
Page 3: Seminar Wound revisi
Page 4: Seminar Wound revisi

Dr. HERRY SETYA YUDHA

UTAMA,SpB, FInaCS, MHKes, ICS

- LAHIR DI SUMEDANG 6 NOV 1962 . SD S/D SMA DI SUMEDANG 

- LULUS FK UNPAD TH 87

- KA PUSKESMAS LINGE,BINTANG,BUKIT, ACEH TENGAH TH 87-90 

- ASISTEN AHLI BEDAH RS HASAN SADIKIN TH 90-95

- SPESIALIS BEDAH UNPAD/RSHS TH 95

- KA BAG/SMF BEDAH RS ARJAWINANGUN CIREBON S/D-SEKARANG 

- DIREKTUR MEDIS RS AL ISLAM BANDUNG PERIODE 2000-2003 DAN 2003-2006

- SEKRETARIS I PERSI JABAR 2001-2004

Page 5: Seminar Wound revisi

- WAKIL KETUA MUKISI JABAR 2002-2005

- HUMAS IKABI JABAR S/D SEKARANG

- TIM PEMBINA /SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT DI DINKES JABAR S/D SEKARANG

- KOMISI ETIKA DAN HUKUM IDI CAB CIREBON S/D SEKARANG

- LULUS MAGISTER HUKUM KESEHATAN Soegija pranata 2007

- TIM MEDIASI PERKARA PERDATA PENGADILAN NEGERI BANDUNG / SALAH SEORANG PENDIRI BANDUNG MEDIATION CENTER (BMC)

- DOSEN MAGISTER HUKUM KESEHATAN FAKULTAS HUKUM UNSWAGATI CIREBON

Page 6: Seminar Wound revisi

- KETUA P3D (KEPANITRAAN PENDIDIKAN DOKTER, PEMBIMBING, PENGUJI FK YARSI DI RSUD ARJAWINANGUN)

- ANGGOTA DEPARTEMEN PEMBELAAN ANGGOTA IKATAN SARJANA HUKUM INDONESIA (ISHI) CABANG CIREBON

- DOSEN TAMU DI STIKES CIREBON DAN FK UNSWAGATI CIREBON

- KETUA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) KOMISARIAT WILAYAH III CIREBON

- MEMBER : INTERNATIONAL COLEGE SURGEON ( ICS)

- KELUARGA : DRG . SUSILAWATI , MM (ISTRI), ARIDHA DAN AURIELLIO MUH ATHALLAH (ANAK) 

Page 7: Seminar Wound revisi
Page 8: Seminar Wound revisi
Page 9: Seminar Wound revisi
Page 10: Seminar Wound revisi

Ketika luka timbul, beberapa efek akan

muncul :

Page 11: Seminar Wound revisi

 JENIS JENIS LUKA

Berdasarkan tingkat kontaminasi1. Clean Wounds (Luka bersih)

2. Clean-contamined Wounds

3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching

Erithema)

2. Stadium II : Luka “Partial Thickness”

3. Stadium III : Luka “Full Thickness”

4. Stadium IV : Luka “Full Thickness”

Page 12: Seminar Wound revisi

Berdasarkan tingkat kontaminasi :

1. Clean Wounds (Luka bersih) : yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) : merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

Page 13: Seminar Wound revisi

3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) : termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi) : yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

Page 14: Seminar Wound revisi

Berdasarkan kedalaman dan

luasnya luka1. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-

Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

2. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Page 15: Seminar Wound revisi

3. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

4. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Page 16: Seminar Wound revisi
Page 17: Seminar Wound revisi

Jenis luka berdasarkan waktu penyembuhan

luka

Page 18: Seminar Wound revisi

1. Luka akut

yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Page 19: Seminar Wound revisi

2. Luka kronis

yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen

Page 20: Seminar Wound revisi

MEKANISME TERJADINYA LUKA

1. Luka insisi (Incised Wound)

Page 21: Seminar Wound revisi

2. Luka memar (Contusion Wound)

3. Luka lecet (Abraded Wound)

4. Luka tusuk (Punctured Wound)

5. Luka gores (Lacerated Wound)

Page 22: Seminar Wound revisi

6. Luka tembus (Penetrating Wound )

7.  Luka bakar (Combustio)

Korban Luka bakar

Page 23: Seminar Wound revisi
Page 24: Seminar Wound revisi
Page 25: Seminar Wound revisi

1. Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi akibat pembedahan.

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam

Page 26: Seminar Wound revisi

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

7. Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.

Page 27: Seminar Wound revisi

Penyembuhan luka yang dapat dibagi

dalam tiga fase yaitu

Page 28: Seminar Wound revisi
Page 29: Seminar Wound revisi
Page 30: Seminar Wound revisi
Page 31: Seminar Wound revisi
Page 32: Seminar Wound revisi
Page 33: Seminar Wound revisi

Lamanya penyembuhan:

1. Hemostatis : Perkiraan menit sampai beberapa jam

2. Inflamasi : Hitungan jam sampai dengan beberapa hari

3. Proliferasi: 4 s/d 14 hari

4. Remodeling: minggu sampai dengan beberapa bulan

Page 34: Seminar Wound revisi

PERANAN GROWTH FACTOR

- Growth factor dan sitokin adalah produk polipeptida pada luka dan juga jaringan normal yang menstimulasi migrasi dan proliferasi seluler.

- Mereka sering dinamakan untuk sel yang dari tempat mereka dihasilkan (contoh: platelet-derived growth factor, PDGF) atau untuk fungsi awal mereka ditemukan (contoh: fibroblast growth factor, FGF)

Page 35: Seminar Wound revisi

- Growth factor dapat bersifat sebagai:- Autokrin (dimana GF berperan pada sel yang

menghasilkannya)- Parakrin (dengan dilepaskan ke lingkungan

ekstra seluler, yang berperan segera pada sel sebelahnya)

- Endokrin (yang memberikan efek ketempat yang jauh dimana GF diekskresikan dan dibawa ketempat efektor oleh aliran darah).

Page 36: Seminar Wound revisi

KLASIFIKASI PENYEMBUHAN

1. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem): Luka akan terisi jaringan granulasi dan

kemudian ditutup jaringan epitel. Proses ini biasanya makan waktu cukup lama

dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.

Page 37: Seminar Wound revisi

2. Penyembuhan primer (sanatio per primam

intentionem):

Terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan.

Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada

luka yang terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas.

Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya, sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit.

Page 38: Seminar Wound revisi

Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh

secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda. Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan penyembuhan primer.

penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

Page 39: Seminar Wound revisi

Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.

Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.

Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.

Page 40: Seminar Wound revisi

Faktor terjadinya

Dehiscence dan Eviscerasi

kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.

Page 41: Seminar Wound revisi

Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka.

Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

Page 42: Seminar Wound revisi
Page 43: Seminar Wound revisi

Komplikasi Lanjut

Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur.

Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.

Page 44: Seminar Wound revisi

Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri.

Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.

Page 45: Seminar Wound revisi

Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut.

Page 46: Seminar Wound revisi

Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan).

Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.

Page 47: Seminar Wound revisi

Simple Vertical

Interrupted Matress Horizontal

Sub Cuticuller ( burried)

Suturing

Simple

Continous Locking

Sub Cuticuller (burried)

Page 48: Seminar Wound revisi
Page 49: Seminar Wound revisi
Page 50: Seminar Wound revisi
Page 51: Seminar Wound revisi
Page 52: Seminar Wound revisi

Interlocking stitch, knotted at each end

Two strands knotted ay each end and knotted in the middle

Page 53: Seminar Wound revisi

Looped suture tied to itself

Page 54: Seminar Wound revisi

Simple interrupted

Interrupted Vertical mattress

Page 55: Seminar Wound revisi

Interrupted horizontal mattress

Purse-string sutures

Page 56: Seminar Wound revisi

Burried SuturesInterrupted Technique

Subcuticular Sutures

Page 57: Seminar Wound revisi

Retention Sutures

Burried Coaptation

Page 58: Seminar Wound revisi
Page 59: Seminar Wound revisi
Page 60: Seminar Wound revisi
Page 61: Seminar Wound revisi

PUSTAKA

1 Brigham –narin : the Gale Encyclopedia of Surgery and medical tests , Gale Cengage Learning, Detroit, 2009.

2 EC Elison, R Zollinger : Atlas of Surgical Operations, ninth edition, Mc Graw Hill’s medical, New York , 2011.

3 R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, 2009

4 Grabb and smith’s , Plastic Surgery , 6 th ed . wolter’s Kluwer, Philadelphia,2007.

5 J Tjandra,Gordon. Textbook of Surgery . 3 ed. Blackwell Publishing.2006

6 Lowry SF, Learning Surgery, Springer,2005

Page 62: Seminar Wound revisi

7 Schwartz’s, ,Principles of Surgery : nineth edition,Mc Graw-Hill’s, 2010.

8 sabiston DC : BukuAjar Bedah, Bagian 2, EGC, 1994

9 Suwardi, Dasar dasar Ilmu Bedah: penyembuhan luka,2OO9

10 Wiesel , Delahay,Essentials of orthopedic Surgery, 4 ed, springer,2007

11 Herry setya yudha utama, Wound Healing : www.herryyudha.com

Page 63: Seminar Wound revisi
Page 64: Seminar Wound revisi