Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

download Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

of 26

Transcript of Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    1/26

    1

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    2/26

    2

    Dipublikasikan pertama kali pada 2 Rabiuts Tsani 1429 H / 8 April 2008 MSekelumit Catatan Untuk Abduh Zulfidar Akaha

    Disusun oleh Abu Amr Ahmad AlfianCopyright www.merekaadalahteroris.com

    . artikel didownload dari[www.merekaadalahteroris.com/catatanabduh.pdf ]

    Diperbolehkan mendownloadartikel ini dan menyebarkannya,selama tidak mengubah isi dan maknanya, serta bukan untuk

    tujuan komersial

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    3/26

    3

    Pengantar

    Alhamdulillh, Shawalat dan salam kepada Nabi Muhammad , keluarga, dan para shahabat.Dengan hidayah dan taufiq dari Allah serta kemudahan dari-Nya, saya bisa menyajikan tulisan inikepada para pembaca sekalian. Tulisan ini saya maksudkan untuk memberikan sedikit catatan ringankepada penulis buku Belajar dari Akhlaq Ustadz Salafi. Semoga bisa menjadi bahan perhatian dankoreksi. Tulisan ini saya buat secara berseri dan dipublikasikan melalu www.merekaadalahteroris.com.

    Sebelumnya, sebagai seorang manusia biasa, pasti tidak lepas dari salah dan luput. Karena itu,saya mohon jika dalam tulisan ini terdapat kesalahan ketik, salah dalam menukil, menyebut alamatinternet atau alamatnya ternyata sudah mati, dan kesalahan-kesalahan manusiawi lainnya. termasuksaya mohon ma'af juga apabila terdapat penggunaan kata-kata yang kurang tepat atau menyinggungperasaan. Mohon saran dan kritiknya yang membangun.

    Sekali lagi, semoga tulisan ini bermanfaat.

    Cara Abduh Zulfidar Akaha

    Mengabaikan Kemanusiaan Seorang Manusia

    Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Tidak ada yang sempurna. Mengingat hal ini,dalam pengantar bukunyaMereka Adalah Teroris! Al-Ustadz Luqman mengatakan :

    "Penulis menyadari, bahwa apa yang tersajikan di hadapan pembaca kali ini, masih belum sempurna, ataubahkan jauh dari sempurna. Karena itu kami pun mohon maaf yang sebesar-sebesarnya kepada segenappembaca sekalian. Segala kritik dan saran yang ilmiah dan membangun akan kami terima dengan lapangdada." [MATcet-I/hal. 9]

    Demikian juga dalam pengantar bukunya Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij beliaujuga mengatakan :

    "Kami menyadari bahwa tulisan kami ini jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dan kealpaan disana sini. Kami mengakui berbagai kekurangan dan kealpaan tersebut. Kami telah berupaya semaksimalmungkin untuk tepat dan tidak terjadi kesalahan, termasuk dalam masalah pengetikan dan penukilan. Namunlayaknya manusia biasa, tentu tak akan luput dari kekurangan. Tidak ada yang bisa kami janjikan, kecualikami telah berusaha untuk lebih objektif, sportif, dan proporsional. Semoga Allah membantu kamimewujudkannya.Maka dalam kesempatan ini, tak lupa kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pembacaatas berbagai kekurangan dan kealpaan tersebut. Sekaligus kami sangat menanti adanya saran dan kritikyang membangun berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dalam bimbingan pemahaman Salaful Ummah.[MDMTKhal. 15]

    Namun Abduh Zulfidar Akaha memiliki cara tersendiri dalam mengabaikan kemanusiaanseorang manusia. Sebut saja misalnya, pada STSK hal. 96 catatan kaki no. 171 ketika Abduhmembenahi kesalahan ketik yang terdapat pada buku MAT, yaitu tertulis : Yusuf Qardhawi. Dengansangat kasar dan tidak sopan serta bernada mengejek bahkan mengandung tuduhan, saudara Abduhmengatakan :

    "Demikian tertulis di buku aslinya. Menyebut nama orang yang dikritik saja salah, bagaimana mungkinmembaca bukunya?"[STSKhal. 96; catatan kaki no. 171]

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    4/26

    4

    Kesalahan ketik merupakan kesalahan yang bersifat sangat manusiawi. Tapi kenapa AbduhZulfidar tidak bisa sopan ketika mengkritiknya? Bahkan ungkapannya sangat kasar dan bernadamengejek. Lebih dari itu, Abduh ZA sama sekali tidak menghargai upaya perbaikan dari Al-UstadzLuqman. Kesalahan tersebut terdapat pada MAT cetakan I hal. 174 catatan kaki no. 102, dan telahdibenahi pada cetakan II, yaitu pada hal. 183 catatan kaki no. 102. Mungkin saja saudara Abduh ZAtidak mengetahui adanya pembenahan dari Al-Ustadz Luqman. Jika ini yang terjadi, menunjukkan

    bahwa saudara Abduh ZA tidak (atau belum) membaca buku MATyang dia bantah secara sempurnadan penuh kehati-hatian. Atau bisa jadi saudara Abduh ZA sudah mengetahui pembenahan tersebut,tapi apa yang mendorong dia untuk mengabaikannya? Wallahu a'lam.

    Bahkan Abduh Zulfidar Akaha punya cara tersendiri untuk menuduh orang lain berdusta.Sungguh sangat aneh ketika kesalahan kecilkalau memang itu dianggap sebagai kesalahan 1) - yangditulis oleh Al-Ustadz Luqman dalam salah satu catatan kaki 2) bukuMAT:" . Hadits ini adalah hadits yang shahih, dishahihkan para ulama besar dari kalangan ahlul hadits AhlusSunnah Wal Jamaah. Di antaranya: At Tirmidzi, Al Hakim, Adz Dzahabi, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah,Asy Syathibi dalamAl Ithisham, Ibnu Taimiyyah dalam Majmu Al Fatawa, Ibnu Hibban dalamshahihnya,Ibnu Katsir dalam tafsirnya, . ."

    Ternyata "kesalahan" tersebut dikritisi oleh Abduh Zulfidar Akaha dengan sangat kasar dan sangattidak sopan serta sangat tidak santun, yaitu dalam satu judul tersendiri :

    "Catatan Ketujuh: Kedustaan-kedustaan Al-Ustadz Luqman" [STSKhal. 137]

    Yang kemudian digebersecara berentet dalam sub-sub judul :

    Kedustaan Pertama; Kedustaan Atas Nama Imam At Tirmidzi [STSKhal. 137-141]Kedustaan Kedua; Kedustaan Atas Nama Imam Asy-Syathibi [STSKhal. 141-143]Kedustaan Ketiga; Kedustaan Atas Nama Imam Ibnu Katsir [STSKhal. 143-144]

    Perhatikan, dengan mudahnya dia menuduh orang lain berdusta. Ini jelas-jelas sangat kasar, sangattidak sopan, dan sangat tidak santun. Walaupun dibumbui dengan ucapan :

    Sesungguhnya subjudul ini terasa berat diucapkan. Bagaimanapun juga sangat tidak enak mengatakanseorang ustadz berdusta."[STSK, hal. 137]

    Namun pada akhirnya Abduh ZA pun menegaskan :

    "Karena Al Ustadz Luqman terbiasa berbohong dalam bukunya tersebut, ."[STSK, hal. 158, cetak tebal dari kami]]

    Padahal Al-Ustadz Luqman ketika menuliskan catatan kaki tersebut -bahwa hadits iftirqul ummahdishahihkan oleh para 'ulama besar ahlus sunnah, di antaranya oleh At-Tirmidzi, Asy-Sythibi, danIbnu Katsr- merupakan kesimpulan atas kajian beliau tentang para 'ulama yang menshahihkan haditstersebut, dan beliau tidak sembarangan dalam hal ini. Beliau memiliki hujjah dan landasan ilmiah

    dalam pernyataan beliau tersebut. Alhamdulillh semuanya telah diterangkan secara ilmiah danmemuaskan oleh Al-Ustadz Luqman dalam MDMTK, sekaligus keterangan tersebut membuktikanbahwa Abduh Zulfidar Akaha-lah yang berdusta dalam hal ini.

    Kalaupun seandainya kita terima bahwa Al-Ustadz Luqman salah dalam hal ini, pantaskah AbduhZA kemudian menvonis Al-Ustadz Luqman berdusta? Pantaskah "kesalahan kecil" semacam inidinyatakan sebagai dusta? Kenapa Abduh tidak memposisikannya sebagai sebuah kesalahanmanusiawi? Kenapa Abduh dengan entengnya mengabaikan kemanusian seorang manusia? KenapaAbduh tidak bisa sopan dan tidak bisa santun dalam kritikannya terhadap Al-Ustadz Luqman?

    1Dan itu bukan kesalahan. Karena itu merupakan pernyataan yang ilmiah dan ada sandaran serta rujukannya.2 Ya hanya dari satu catatan kaki dalam MAT, tapi bisa dibuat sedemikian rupa oleh Abduh ZA menjadimasalah besar di STSK!

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    5/26

    5

    Padahal dia sendiri dalam STSK sangat getol menyuarakan keharusan santun dan sopan dalammengkritik. Lihat ucapannya,

    Al Ustadz Luqman bin Muhammad Baabduh hafizhahullah juga menggunakan kata-kata tidak santun dalambukunya. Hal ini benar-benar tidak sesuai dengan syariat dan tidak selayaknya dilakukan oleh seorangmuslim, apalagi seorang ulama.[STSK, hal. 48. cetak tebal dari saya]

    Untuk itu, sebagai saudara sesama muslim, adalah kewajiban kita semua untuk saling mengingatkan danmenasehati satu sama lain dalam kebenaran dan kesabaran, yang tentu saja dengan cara yang baik dansantun. Bukan dengan cara mencari-cari dan mengoleksi kesalahan orang atau ulama yang tidak disukaiuntuk kemudian disebar-luaskan [STSK, hal. xxiii. Cetak tebal dari saya]

    Sekali lagi ini kalau kita terima bahwa itu sebagai kesalahan, sungguh tidak pantas dan tidak benarjika Abduh ZA menyatakannya sebagai kedustaan. Lalu bagaimana jika ternyata itu bukan merupakankesalahan? Maka tentu lebih-lebih lagi.

    Jadi menurut Abduh ZA, satu kesalahan kecil berarti telah jatuh vonis dusta.

    Kemudian, lebih terasa aneh lagi ketika Al-Ustadz Luqman menukil surat keterangan resmi dariHai`ah Kibril 'Ulam` --dengan menyebutkan sumber penukilannya secara jelas-- juga tidak dipercayadan divonis telah berdusta, dan dibahas dalam STSKdengan sub judul :

    Kedustaan Keempat; Kedustaan Atas Nama Syaikh Bin Baz (dan Hayah Kibar Al- Ulama)[STSK, hal. 144-159]

    Alhamdulillh permasalahan ini pun telah dijawab dan dijelaskan oleh AL-Ustadz Luqman dengansangat memuaskan dalamMDMTK.

    Kalau sebelumnya satu "kesalahan kecil" 3) divonis dusta, maka kali ini sesuatu yang ada buktinyadivonis dusta pula. Yaitu ketika Al-Ustadz Luqman menukil dari satu sumber :

    "Sudah menjadi kesepakatan umat Islam bahwa berita dari orang kafir itu tertolak." [MAT, hal. 192,388/cet.I]

    Pernyataan yang beliau nukil dari Madrikun Nazharhal. 331 ini, malah divonis dusta oleh saudaraAbduh dengan menyatakan :

    Kedustaan Kelima; Kedustaan Atas Nama Kesepakatan Umat Islam[STSK, hal. 144-159]

    Lalu Abduh juga mengatakan :

    "Masih belum cukup berdusta dengan mengatasnamakan para ulama besar Ahlu Sunnah wal Jama'ah, kaliini Al Ustadz Luqman mencoba mengelabuhi pembaca dengan mengatasnamakan kesepakatan umatIslam.[STSK, hal. 159. cetak tebal dari kami]

    Perhatikan kata-kata yang kami beri cetak tebal. Betapa kasarnya kata-kata yang digunakan olehAbduh Zulfidar ini. Dengan emosi ia menegaskan bahwa Al-Ustadz Luqman berdusta. Berdustaartinya berbohong, dan ini harus dengan bukti. Alhamdulillh tidak ada bukti bahwa Al-UstadzLuqman berdusta atas nama para 'ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Bahkan justru sebaliknya terbuktibahwa Abduh Zulfidar - lah yang berdusta. Silakan bacaMDMTKhal. 276-351.

    Kemudian dengan emosi yang makin tidak terkendali, Abduh menuduh Al-Ustadz Luqmanmengelabuhi pembaca. Mengelabuhi artinya menipu. Orang menipu pasti disertai dengan niat, yakniniat untuk memperdaya orang lain dengan tipuannya. Dari mana Abduh Zulfidar ini tahu bahwa Al-Ustadz Luqman berniat menipu? Apakah Abduh sudah membelah dada beliau? Sungguh tidak pernahada akhlaq yang demikian pada diri Al-Ustadz Luqman, tidak dalam buku MAT tidak pula dalam

    3Sekali lagi kalau itu kita terima dikatakan sebagai kesalahan. Namun nyatanya itu bukan kesalahan.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    6/26

    6

    kehidupan sehari-hari. Jelas-jelas Al-Ustadz Luqman mengatakan dalam Muqaddimah terhadap bukuMAT:"Maka dalam rangka untuk memberikan nasehat dan peringatan kepada umat dari bahaya latenpenyimpangan dan penyesatan aqidah dan manhaj, bahaya laten aliran-aliran sesat dan menyesatkan,demikian juga nasehat dan peringatan kepada umat dari bahaya dan kejahatan tokoh-tokoh kebatilan,maka kami terpanggil untuk menulis bantahan terhadap Imam Samudra." [MAT, cet. I/hal. 57]

    Al-Ustadz Luqman yang dengan niat tulus hendak memberikan nasehat dan peringatan kepadaumat, malah dituduh mengelabui para pembaca oleh Abduh Zulfidar. Biarlah Allah yang membalastuduhan keji Abduh Zulfidar yang menyatakan diri sebagai seorang Salafi ini.

    Begitu pula dalam bukunya kali ini Belajar Dari Akhlaq Ustadz Salafi, Abduh ZA juga punya caratersendiri dalam mengabaikan kemanusiaan seorang manusia, bahkan kesalahan tersebut dia gunakanuntuk menjatuhkan kredibilitas atau keadilan (kejujuran) orang lain.

    Sebagai contoh : dalam catatan kaki no. 569 hal. 214 Abduh ZA mengatakan :

    "Demikian tertulis dalam MDMTK, "kaset rekaman no. 850." Namun, sebetulnya dalam buku Syaikh Rabi' binHadi Al-Madkhali yang berjudul Manhaj Ahli As-Sunnati wa Al-Jama'ah fi Naqdi Ar-Rijal wa Al-Kutub wa Ath-

    Thawa`if, disebutkan nomor 855 (855).4)

    Bukan nomor 850. Akan tetapi, apabila Al Ustadz Luqman menukilnyadari internet, memang di sana tertulis nomor 850. Padahal pada halaman sebelumnya, Al Ustadz Luqmanmenyebutkan sumber nukilannya -seolah-olah- langsung dari buku Syaikh Rabi' tersebut.

    5)Dan, dalam Daftar

    Pustaka MDMTK pun juga disebutkan buku ini sebagai salah satu referensi yang beliau pakai, tepatnya padanomor 124. Idealnya, jika memang Al Ustadz Luqman benar-benar memiliki atau menggunakan langsung bukuSyaikh Rabi' yang beliau sebutkan sebagai referensi tersebut, beliau tentu akan menyebutkan nomor 855.

    6)

    Sekadar catatan kecil saja, sebetulnya perkataan Syaikh Al-Albani yang dinukil oleh Syaikh Rabi' ini terdapatpersis di bawah perkataan Syaikh Bin Baz.

    7)Jadi, jika seseorang memiliki atau menggunakan buku ini sebagai

    referensi, dia tidak perlu repot-repot membuka internet untuk mencari perkataan Syaikh Al-Albani ini.8)

    Dan satucatatan lagi, perkataan Al Ustadz Luqman berikut, "Ditranskrip dari salah satu pelajaran Asy-Syaikh bin Bazrahimahullah, yang beliau sampaikan pada musim panas tahun 1413 H di kota Ath-Tha`if selepas shalat Shubuh,"juga terdapat dalam internet pada satu halaman yang sama.

    9)Dan (lagi), sekiranya pembaca ingin memiliki kaset

    rekaman Silsilatul Huda wan Nur-nya Syaikh Al-Albani dari nomor 1 hingga 901, silakan buka

    http://www.alalbany.net. Khusus untuk kaset rekaman nomor 850 dan 855, klikhttp://www.alalbany.net/lbany_tapes_hoda_noor_05.php.

    10)Alhamdulillah, kami memiliki buku Manhaj Ahli As-

    4 Aneh saudara Abduh ini, ada apa dia menghubungkannya dengan buku Asy-Syaikh Rabi' ini? Al-Ustadz

    Luqman tidak merujuk kepada kitab tersebut ketika menyebutkan transkrip tanya jawab bersama Asy-SyaikhAl-Albni. Jelas-jelas sumber rujukan yang beliau sebutkan adalah Aqwl Ulamis Sunnah fi ManhajilMuwzantdi http://www.sahab.org/books/book.php?id=366&query=, bukan dari buku Asy-Syaikh Rab'.5Yang dimaksud saudara Abduh pada halaman sebelumnya adalah pada MDMTKhal. 136. Di situ, tepatnyapada catatan kaki no. 82, Al-Ustadz Luqman menyebutkan sumber rujukannya : "Lihat Manhaju AhlisSunnati wal Jamah f Naqdir Rijl wal Kutub wath Thawif, karya Asy-Syaikh Rabhafizhahullh hal.9." Namun Subhnallh, ternyata saudara Abduh ini menganggap (menuduh?) Al-Ustadz Luqman tidak

    menukil langsung dari buku Asy-Syaikh Rabi' tersebut.6Perhatikan kalimat ini, saudara Abduh terus membuat opini bahwa Al-Ustadz Luqman tidak menukil langsungdari kitab karya Asy-Syaikh Rabi' tersebut.7 Saya heran dengan saudara Abduh ZA ini. Untuk memastikan saya pun meminjam kitab Manhaju Ahlis

    Sunnati wal Jamah fi Naqdir Rijl wal Kutub wath Thawif, cetakan yang dipakai oleh Al-UstadzLuqman, yaitu terbitan Pustaka Drul Manr, cetakan ke-2, tahun 1413 H/1993 M. Ternyata pada bukucetakan tersebut, transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni tersebut tidak ada.8Alhamdulillh Al-Ustadz Luqman benar-benar memiliki kitab tersebut. Namun transkrip tanya jawab bersamaAsy-Syaikh Al-Albni tidak ada di situ. Alhamdulillh untuk membuka internet juga tidak perlu repot-repot,karena bisa dilakukan dengan mudah.9 Betul saudara Abduh, bagus atas informasinya. Mestinya kalau mau lebih fair lagi, informasinya andalengkapi juga wahai Abduh, bahwa pada sumber di internet yang dijadikan rujukan oleh Al-Ustadz Luqmanjuga disebutkan fatwa para 'ulama lainnya yang menyebutkan batilnya manhaj Al-Muwzanah.10 Bagus atas informasinya. Pembaca sekalian, ini merupakan informasi yang bermanfaat. Namun kalau

    dipikir, aneh juga saudara Abduh ini, mencari link internet rekaman/kaset Silsilatul Huda wan Nur-nya Asy-Syaikh Al-Albani bisa bahkan bersemangat menginformasikannya kepada para pembaca. Namun mencari

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    7/26

    7

    Sunnati wa Al-Jama'ah fi Naqdi Ar-Rijal wa Al-Kutub wa Ath-Thawa`if-nya Syaikh Rabi' dan kaset Silsilah Al-Hudawa An-Nurnya Syaikh Al-Albani yang disebutkan Al Ustadz Luqman. Sumber dari internet pun kami juga ada,meskipun berbeda dengan yang disebutkan oleh Al Ustadz Luqman."[BAUShal. 214 catatan kaki no. 569]

    Pembaca yang budiman, demikian kalimat-kalimat 'halus' saudara Abduh Zulfidar Akaha dalammenjatuhkan pihak lain. Hanya dengan sebab permasalahan sepele, dia bisa mengemasnya sedemikian

    rupa sehingga kredibilitas pihak lain jatuh karenanya.Perhatikan ucapan Abduh :

    "Demikian tertulis dalam MDMTK, "kaset rekaman no. 850." Namun, sebetulnya dalam buku Syaikh Rabi' binHadi Al-Madkhali yang berjudul Manhaj Ahli As-Sunnati wa Al-Jama'ah fi Naqdi Ar-Rijal wa Al-Kutub wa Ath-Thawa`if, disebutkan nomor 855 (855). Bukan nomor 850. Akan tetapi, apabila Al Ustadz Luqman menukilnya dariinternet, memang di sana tertulis nomor 850.

    Permasalahan yang diungkit sesungguhnya adalah, ketika Al-Ustadz Luqman dalam MDMTK hal.137-139 menyebutkan terjemah transkrip tanya-jawab antara Asy-Syaikh Al-Albni dengan seorangpenanya dari kaset Silsilatul Hud wan Nr. Di situ ada dua tanya jawab dari dua kaset Silsilatul Hudwan Nryang berbeda :

    Tanya jawab pertama, Al-Ustadz Luqman menyebutkan dari kaset Silsilatul Hud wan Nrno. 850. Tanya jawab kedua, Al-Ustadz Luqman menyebutkan dari kaset Silsilatul Hud wan Nr yangberjudulMan Hmilu Ryatil Jarhi wat Ta'dl fil 'Ashril Hdhir(artinya : Siapa Pembawa Bendera Al-Jarhu wat Ta'dl Pada Masa Ini).

    Kemudian untuk kedua tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni tersebut, pada MDMTKhal.139 Al-Ustadz Luqman menyebutkan sumber rujukannya yaitu :Aqwal Ulamais Sunnah fi Manhajil

    Muwazanat11)di http://www.sahab.org/books/book.php?id=366&query=

    Pembaca yang budiman, jelas-jelas Al-Ustadz Luqman menyebutkan sumbernya dari internet. Adaapa saudara Abduh ZA menghubungkannya dengan kitab Manhaj Ahlis Sunnah wal Jam'ah f NaqdirRijl wal Kutub wath Thaw`ifkarya Asy-Syaikh Rab'? 12)Jelas-jelas Al-Ustadz Luqman tidak merujuk ke

    kitab tersebut dalam menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni. Demikian juga Al-Ustadz Luqman menyebutkan nomor kasetnya 850. Buat apa menyinggung-nyinggung kesalahannomor menjadi 855? Kalau mau tahu orang kurang kerjaan, ya saudara Abduh ini orangnya. 13)

    Kemudian saudara Abduh mengatakan :

    Padahal pada halaman sebelumnya, Al Ustadz Luqman menyebutkan sumber nukilannya -seolah-olah- langsungdari buku Syaikh Rabi' tersebut

    Halaman sebelumnya yang dimaksud adalah MDMTKhal. 136, ketika dalam catatan kaki no. 82 Al-Ustadz Luqman menyebutkan :

    "Ditranskrip dari kaset salah satu pelajaran Asy-Syaikh bin Baz v, yang beliau sampaikan pada musim panastahun 1413 H di kota Ath-Thaif selepas shalat Shubuh. Lihat Manhaju Ahlis Sunnati wal Jamaah fi Naqdir

    Rijal wal Kutub wath Thawaif, karya Asy-Syaikh Rabi hal. 9."

    Semula saya agak ndak nyambung, kenapa tiba-tiba saudara Abduh pindah ke halaman sebelumnya,apa kaitannya dengan penukilan transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni? Setelah saya

    bukti/data ucapan klarifikasi Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbd dia tidak bisa, bahkan berani meragukanvaliditas datanya. Sungguh-sungguh aneh, .11

    Arti judul tersebut : Penjelasan Para 'Ulama Sunnah tentang Manhaj Muwazanah.12

    Atau mungkin karena ada kebencian tersendiri yang sudah sangat mendarah daging pada diri saudaraAbduh terhadap Asy-Syaikh Rab'. Sehingga dia selalu berusaha mencari celah untuk bisa menyinggung beliauuntuk kemudian menjatuhkan beliau.13 Mungkin sebagian pembaca merasa kalimat ini kurang sopan. Mohon ma'af sebelumnya. Namun perludiketahui, istilah "kurang kerjaan" merupakan istilah yang dipakai saudara Abduh ZA dalam buku BAUS.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    8/26

    8

    pahami baik-baik, rupanya di sini juga Abduh ZA hendak memberikan tuduhan berikutnya.Penjelasannya sebagai berikut :

    PadaMDMTKhal. 135-136, Al-Ustadz Luqman menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh BinBz seputar batilnya manhaj Al-Muwzanah. Catatan kaki no. 82 pada halaman 136 bukuMDMTKitudimaksudkan sebagai sumber rujukannya. Tanya jawab tersebut berasal dari salah satu pelajaran Asy-Syaikh bin Bzv, yang beliau sampaikan pada musim panas tahun 1413 H di kota Ath-Thif selepas

    shalat Shubuh. Tentu saja Al-Ustadz Luqman tidak ikut langsung dalam pelajaran tersebut. Namunbeliau mendapatkan informasinya dari kitab Asy-Syaikh Rab' Manhaju Ahlis Sunnati wal Jamah fNaqdir Rijl wal Kutub wath Thawif, karena itu beliau mengatakan :

    "Lihat Manhaju Ahlis Sunnati wal Jamaah fi Naqdir Rijal wal Kutub wath Thawaif, karya Asy-Syaikh Rabihal. 9."

    Berarti beliau merujuk pada kitab tersebut atau menjadikan kitab tersebut sebagai rujukan. Ataudengan bahasa yang lebih jelas, merujuk langsung kepada kitab tersebut. Namun, Subhanallh, hal iniditanggapi dengan penuh kecurigaan oleh saudara Abduh ZA. Apa kata Abduh,

    Al Ustadz Luqman menyebutkan sumber nukilannya -seolah-olah- langsung dari buku Syaikh Rabi' tersebut.

    Jadi saudara Abduh ZA tidak percaya kalau Al-Ustadz Luqman merujuk langsung dari buku Asy-

    Syaikh Rabi' tersebut. Dia malah curiga, kalau-kalau Al-Ustadz Luqman merujuk dari sumber lainnamun mengesankan merujuk langsung kepada kitab tersebut, sehingga dia mengatakan " -seolah-olah- langsung dari buku Syaikh Rabi' tersebut " Subhnallh, begini rupanya cara Abduh ZA dalammenuduh dan menjatuhkan pihak lain.

    Kemudian saudara Abduh melanjutkan,

    Dan, dalam Daftar Pustaka MDMTK pun juga disebutkan buku ini sebagai salah satu referensi yang beliau pakai,tepatnya pada nomor 124. Idealnya, jika memang Al Ustadz Luqman benar-benar memiliki atau menggunakanlangsung buku Syaikh Rabi' yang beliau sebutkan sebagai referensi tersebut, beliau tentu akan menyebutkannomor 855

    Saudara Abduh ZA masih tidak percaya kalau Al-Ustadz Luqman benar-benar memiliki danmenggunakan langsung buku Asy-Syaikh Rabi' sebagai rujukan. Namun perlu diperhatikan, itu adalah

    ketika menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Bin Bzv. Adapun ketika menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni?, Al-Ustadz Luqman memang tidak merujuk kepada kitab Manhaju Ahlis Sunnati wal Jamah f Naqdir Rijl wal Kutub wath Thawif karya Asy-Syaikh Rab'hafizhahullh tersebut. Ini perlu diperhatikan baik-baik. Terkhusus oleh saudara Abduh ZA. Sehinggasaudara Abduh ZA pun jangan memaksa Al-Ustadz Luqman untuk juga menyebutkan nomor kaset855.

    Saudara Abduh ZA melanjutkan,Sekadar catatan kecil saja, sebetulnya perkataan Syaikh Al-Albani yang dinukil oleh Syaikh Rabi' ini terdapatpersis di bawah perkataan Syaikh Bin Baz. Jadi, jika seseorang memiliki atau menggunakan buku ini sebagaireferensi, dia tidak perlu repot-repot membuka internet untuk mencari perkataan Syaikh Al-Albani ini.

    Sekadar catatan pula buat saudara Abduh ZA, bahwa kitab Manhaju Ahlis Sunnati wal Jamah fNaqdir Rijl wal Kutub wath Thaw`if pada cetakan yang dijadikan rujukan oleh Al-Ustadz Luqman,yaitu terbitan Pustaka Drul Manr, cetakan ke-2, tahun 1413 H/1993 M, transkrip tanya jawabbersama Asy-Syaikh Al-Albni tersebut tidak ada. NamunAlhamdulillh, fatwa Asy-Syaikh Al-Albnitentang batilnya manhaj Al-Muwzanah masih bisa didapati, dan itu sangat banyak dan mudahdidapati di internet, baik berupa suara maupun sudah dalam bentuk transkrip langsung. Alhamdulillhuntuk membuka internet tidak repot. Semuanya serba mudah. Di antara link internet yangmenampilkan fatwa-fatwa para 'ulama ahlus sunnah tentang batilnya manhaj al-muwzanah dengantampilan yang rapi dan bagus, adalah link yang disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman, yaituhttp://www.sahab.org/books/book.php?id=366&query=.

    Ucapan saudara Abduh ZA : " Jadi, jika seseorang memiliki atau menggunakan buku ini sebagai referensi " mengandung tuduhan bahwa Al-Ustadz Luqman tidak memiliki atau tidak menggunakan buku Manhaju Ahlis Sunnati wal Jamah f Naqdir Rijl wal Kutub wath Thawif karya Asy-Syaikh Rab'

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    9/26

    9

    hafizhahullh. Jadi saudara Abduh ZA tidak percaya kalau beliau benar-benar memiliki danmenggunakannya sebagai referensi, sekaligus ini merupakan tuduhan atas kejujuran beliau. Luarbiasa, sangat lihai dan piawai saudara Abduh ini mengemas kata-kata. Dari masalah kecil dansepele, ia bisa menggunakannya sebagai alat untuk menjatuhkan orang lain. Biar Allah saja yangmembalas tuduhan keji saudara Abduh ZA tersebut.

    Dan satu catatan lagi, perkataan Al Ustadz Luqman berikut, "Ditranskrip dari salah satu pelajaran Asy-Syaikh bin

    Baz rahimahullah, " juga terdapat dalam internet pada satu halaman yang sama. Memang betul saudara Abduh ZA. Lalu jika demikian adanya memangnya kenapa? Apa tidak

    boleh kalau Al-Ustadz Luqman ketika menampilkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Bin Bz v,beliau menyebutkan sumbernya dari bukunya Asy-Syaikh Rab', kemudian ketika menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni, beliau menyebutkan rujukannya dari internet. Apakah tidakboleh cara yang demikian? Bagaimana beliau akan menyebutkan sumber rujukan dari bukunya Asy-

    Syaikh Rabi' untuk tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni ? sementara tanya jawab tersebutmemang tidak ada pada kitab cetakan yang beliau punya?

    Satu hal yang menarik di sini, pada MDMTK setelah menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Bin Bz dan Asy-Syaikh Al-Albni tentang batilnya manhajAl-Muwzanah, Al-Ustadz Luqman juga menyebutkan tanya jawab bersama Asy-Syaikh Shlih Al-Fauzn. Beliau menyebutkan sumberrujukannya dari kitabAl-Ajwibatul Mufdah an Asilatil Manhijil Jaddah. Tanya jawab ini pun jugadisebutkan dalam sumber yang sama di internet. 14) Aneh bin ajaib masalah ini tidak disentuh atautidak dikomentari oleh saudara Abduh ZA. 15) Tidak seperti dua tanya jawab sebelumnya, saudaraAbduh ZA turut usil mengomentari dengan komentar yang mengada-ada. Ya, beginilah orang kurangkerjaan.

    Kemudian, sebagai informasi tambahan yang bermanfaat, bahwa sumber internet yang disebutkanoleh Al-Ustadz Luqman adalahAqwl Ulamis Sunnah fi Manhajil Muwzant, artinya: Penjelasan

    Para 'Ulama Sunnah tentang Manhaj Muwazanah . Di situ dimuat fatwa-fatwa para 'ulama ahlussunnah wal jama'ah masa ini tentang batilnya manhajAl-Muwzanah. Para 'ulama tersebut adalah :

    1. Samhatusy Syaikh Al-'Allmah 'Abdul 'Azz bin Bzv

    2. Fadhlatusy Syaikh Al-'Allmah Muhammad Nshiruddn Al-Albniv

    3. Fadhlatusy SyaikhAl-'Allmah Muhammad bin Shlih Al-'Utsaimnv.4. Fadhlatusy SyaikhAl-'Allmah Shlih bin Fauzn Al-Fauzn hafizhahullh5. Fadhlatusy SyaikhAl-'Allmah Shlih bin Muhammad Al-Luhaidn hafizhahullh6. Fadhlatusy SyaikhAl-'Allmah 'Abdul Muhsin Al-'Abbd hafizhahullh

    Kemudian Abduh mengakhiri komentarnya pada catatan kaki no. 569 ini dengan ucapannya :

    Alhamdulillah, kami memiliki buku Manhaj Ahli As-Sunnati wa Al-Jama'ah fi Naqdi Ar-Rijal wa Al-Kutub wa Ath-Thawa`if-nya Syaikh Rabi' dan kaset Silsilah Al-Huda wa An-Nurnya Syaikh Al-Albani yang disebutkan Al UstadzLuqman. Sumber dari internet pun kami juga ada, meskipun berbeda dengan yang disebutkan oleh AlUstadz Luqman."

    Perhatikan kalimat yang saya beri cetak tebal. Mungkin pembaca akan bertanya kenapa sumberinternet yang ada pada saudara Abduh ZA berbeda dengan yang disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman.Hal ini diterangkan oleh Abduh sendiri pada halaman setelahnya :

    "Selanjutnya, beliau menutup nukilan dari Syaikh Al-Albani ini dengan menyebut sumbernya,"http://www.sahab.org/books/book.php?id=366&query=." Akan tetapi, situs yang disebutkan oleh Al UstadzLuqman ini tidak bisa dibuka. Begitu pula ketika kami klik http://www.sahab.org/books/book.php?id=366&query,dengan menghilangkan tanda " = " tetap saja tidak bisa dibuka.

    14Yaitu sumber link internet yang disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman dalam MDMTK15 Sebenarnya ada komentar dari saudara Abduh ZA. orang kurang kerjaan seperti Abduh ini tentu risihrasanya kalau melewatkan begitu saja ketika ada kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain melaluikomentar-komentarnya yang tajam tapi mengada-ada. Komentar tersebut adalah berkenaan nama penulis Al-

    Ajwibatul Mufdah an Asilatil Manhijil Jaddah yang dianggap salah oleh saudara Abduh. Padahal tidak adayang salah. Tapi biasalah, Abduh , kurang kerjaan.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    10/26

    10

    Namun demikian, ini hanya soal teknis saja. Bisa jadi dulu situs tersebut bisa dibuka, tetapi sekarang kebetulansudah tidak bisa dibuka lagi. Meskipun Al Ustadz Luqman mempermasalahkan bahkan mendustakan kamihanya karena ada situs yang kami tampilkan dalam STSK tidak bisa dibuka, namun kami tidak inginmengikuti jejak beliau dalam hal ini. Yang jelas, bagi pembaca yang ingin membaca langsung fatwa Syaikh Al-Albani tentang manhaj al-muwazanah, silakan klik: http://www.geocities.com/zin200/sq4/html,http://www.alsonan.net/vb/archive/index.php/t-366.html, atau http://www.al-borhan.com/vb/showthread.php?t=289."[BAUS, hal. 215 cetak tebal dari kami]

    Jadi sumber internet yang berbeda dengan yang disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman itu ada tiga : http://www.geocities.com/zin200/sq4/html, http://www.alsonan.net/vb/archive/index.php/t-366.html, http://www.al-borhan.com/vb/showthread.php?t=289.

    Bagus, cukup hebat dan cerdas saudara Abduh ini, ketika link internet yang disebutkan oleh Al-UstadzLuqman tidak bisa dibuka, saudara Abduh ZA bisa mendapatkan 3 link alternatif yang memuat datayang sama. Tapi sayang, kehebatan dan kecerdasan saudara Abduh ZA itu hilang entah kemana ketikasumber data klarifikasi Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbd tentang kitab Rifqan-nya tidak bisadibuka, yaitu link http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=658 . Kebetulan link tersebuttidak bisa dibuka lagi. Saudara Abduh ZA kehilangan jejak dan kesulitan melacak data tersebut.

    Namun sayang, pada saat yang bersamaan dia kehilangan kehebatan dan kecerdasannya. Sehinggabegitu link tersebut tidak bisa dibuka, dia tidak lagi mengatakan : "Namun demikian, ini hanya soal teknissaja. Bisa jadi dulu situs tersebut bisa dibuka, tetapi sekarang kebetulan sudah tidak bisa dibuka lagi"Namun buru-buru dia mengatakan :

    "Mohon maaf sebelumnya, karena terus terang kami meragukan validitas data dan kebenaran apa yangdikatakan Al Ustadz Luqman berkaitan dengan klarifikasi Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullahtentangkitab Rifqan-nya."[BAUS, hal. 315, cetak tebal dari saya]

    Berikutnya dia juga mengatakan :

    "Sangat sulit untuk disimpulkan bahwa Syaikh Al-Abbad mengatakan seperti yang dikatakan Al Ustadz Luqman.Jadi, mohon maaf jika kami meragukan kebenaran informasi atau klaim sepihak dari Al Ustadz Luqman ini.

    [BAUS, hal. 315, cetak tebal dari saya]

    Kemudian, ucapan Abduh berikutnya :

    "Meskipun Al Ustadz Luqman mempermasalahkan bahkan mendustakan kami hanya karena ada situsyang kami tampilkan dalam STSK tidak bisa dibuka,"

    Saya bertanya kepada anda wahai saudara Abduh ZA, di mana Al-Ustadz Luqman mendustakan andahanya karena situs yang anda tampilkan dalam STSK tidak bisa dibuka? Betapa anda sudahmenggebu-gebu hendak menjatuhkan kredibilitas Al-Ustadz Luqman. Apakah demikian memang caraanda menjatuhkan pihak lain? Ini merupakan tuduhan keji. Sungguh kasar dan tidak beretika caraanda ini.

    Ucapan Abduh tersebut disusul dengan kalimat berikutnya :" namun kami tidak ingin mengikuti jejak beliau dalam hal ini."

    Setelah berhasil menjelekkan Al-Ustadz Luqman, bahwa beliau mendustakan dirinya hanya karenaada situs yang tidak bisa dibuka, Abduh mengucapkan kata-kata tersebut. Sekali lagi sungguh kasardan tidak beretika cara saudara Abduh ini.

    Setelah "sukses" menjatuhkan kredibilitas Al-Ustadz Luqman dengan cara-caranya yang 'halus',maka giliran berikutnya saudara Abduh ZA hendak menjatuhkan keadilan (kejujuran?) seorang'ulama. Tepat pada catatan kaki berikutnya, yaitu catatan kaki no. 570 hal. 214 saudara Abduh ZAkembali mengucapkan kata-kata 'halusnya' :

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    11/26

    11

    "Sekadar catatan kecil saja, sebetulnya kata-kata atau kalimat yang dilewati oleh Al Ustadz Luqman tidak terlalupanjang. Tidak begitu masalah apakah mau diterjemahkan atau tidak.

    16)Akan tetapi ada yang ditutup-tutupi di

    sini (dalam sumber aslinya) oleh Syaikh Rabi'.17 )

    Sebab, orang yang bertanya tersebut tidak disebutkanidentitasnya. Sehingga, bagi yang tidak mendengar langsung kaset Silsilah Al-Huda wa An-Nur, dia akan bingungmemenggal kalimatnya.

    18)Karena di dalam buku Syaikh Rabi' tersebut tidak dibedakan antara pertanyaan si

    penanya dan jawaban Asy-Syaikh Al-Albani khusus dalam paragraf yang tidak diterjemahkan oleh Al UstadzLuqman ini. Dan, memang akan lebih selamat jika kata-kata atau kalimat tersebut tidak usah diterjemahkan.Sebab, jika si penerjemah langsung menerjemahkan dari buku Syaikh Rabi' tanpa mendengarkan kasetnya,

    maka dia akan melakukan kesalahan, karena kata-kata yang jatuh setelah kalimat, "Segala bentuk kebaikan adapada sikap mengikuti jejak salaf, apakah dahulu generasi salaf mempraktekkan kaidah ini?" ini adalah perkataansi penanya, tanpa ada tanda pemisah apa pun dari Syaikh Rabi'. Sekadar informasi saja, yang bertanya kepadaSyaikh Al-Albani dalam kaset tersebut adalah Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri Al-Ma'ribi, salah seorang murid Syaikh Al-Albani. Abul Hasan ini memang dikenal sebagai salah satu tokoh yangdiserang habis-habisan oleh Syaikh Rabi'.

    19)Tak kurang dari sembilan buku Syaikh Rabi' khusus membantah

    Syaikh Abul Hasan Al-Mishri ini. .20)

    Jadi, sepertinya ada sikap tidak adil (tidak jujur?) di sini pada diri Syaikh Rabi', dimana beliau hanyamenukil perkataan Abul Hasan saja tanpa menyebutkan siapa yang mengatakannya.

    21)Mungkin, ini termasuk

    salah satu praktik dari manhaj 'al-jarh wa at-ta'dilversi beliau. Wallahu a'lam.[BAUScatatan kaki no. 570, hal. 214-215. cetak tebal dari kami]

    Sayang saudara Abduh ZA tidak menyebutkan buku Asy-Syaikh Rab' yang mana yang ia

    maksudkan. Perhatikan ucapannya,Karena di dalam buku Syaikh Rabi' tersebut tidak dibedakan antara pertanyaan si penanya dan jawaban Asy-Syaikh Al-Albani khusus dalam paragraf yang tidak diterjemahkan oleh Al Ustadz Luqman ini

    Setahu saya, kitab Asy-Syaikh Rab' yang menyebutkan transkrip tanya jawab bersama Asy-SyaikhAl-Albni seperti yang disebutkan oleh Al-Ustadz dalam MDMTK hal. 137 adalah kitab An-Nashrul'Azz 'ala Ar-Raddil Wajz.

    Adapun kitab Asy-Syaikh Rab' yang berjudul Manhaj Ahlis Sunnah f Naqdir Rijl wal Kutub wathThaw'ifterbitan Drul Manr cetakan ke-2 tahun 1413 H / 1993 M, transkrip tanya jawab tersebuttidak ada. Adapun kitab Manhaj Ahlis Sunnah f Naqdir Rijl wal Kutub wath Thaw'if terbitan lain yangada pada saya, yaitu terbitan Drul Minhj - Mesir, transkrip tersebut memang ada, yaitu pada bagianmuqaddimah muqaddimah cetakan kedua, namun tidak seperti yang digambarkan oleh saudaraAbduh ZA : " tidak dibedakan antara pertanyaan si penanya dan jawaban Asy-Syaikh Al-Albani khusus

    16Dengan Abduh mengomentari hal ini, sebenarnya secara sadar atau tidak sadar dia telah menjadikan hal ini

    sebagai masalah. Walaupun dia mengatakan : "Tidak begitu masalah apakah mau diterjemahkan atau tidak."Sebenarnya kalau Abduh jujur dalam ucapannya ini, dia tidak perlu menuliskan catatan kaki ini. Bukankahtidak masalah, lalu buat apa dikomentari? Tapi lihatlah kalimat berikutnya dari saudara Abduh ini. Begitupanjangnya catatan kaki no. 570. Berujung pada kesimpulan : ", sepertinya ada sikap tidak adil (tidakjujur?) di sini pada diri Syaikh Rabi', ."Inilah yang dinamakan trik, dan karena pandai memutarbalikkan kata-kata maka disebut dengan licik. Ma'afini bukan bermaksud berkata kasar. Tapi itulah sesungguhnya cara Abduh, ya cara dan perbuatan Abduh

    itulah sesungguhnya yang kasar.17 Abduh ZA mulai beralih kepada Asy-Syaikh Rabi' untuk menuduh beliau. Kata-kata yang digunakan punsangat kasar dan tidak sopan. Dari mana Abduh ZA ini tahu ada yang ditutup-tutupi oleh Asy-Syaikh Rabi'?apakah dia pernah membelah dari beliau? Atau bertanya langsung kepada beliau?18

    Sebenarnya kalimat ini tidak nyambung dengan kalimat sebelumnya. Apa hubungannya antara tidak

    disebutkan identitas sang penanya dengan bingung memenggal kalimatnya.19Perhatikan pemilihan kata saudara Abduh ini. Dia menyebutkan bahwa Asy-Syaikh Rabi' menyerang habis-

    habisan. Dengan demikian terkesan bahwa Asy-Syaikh Rabi' suka menjatuhkan pihak lain. Padahal yangdilakukan oleh beliau terhadap Abul Hasan adalah bantahan ilmiah, disebabkan adanya penyimpangan-penyimpangan yang ditampakkan oleh Asy-Syaikh Abul Hasan sendiri. Penyimpangan-penyimpangan tersebuttidak boleh dibiarkan. Apalagi seorang 'ulama yang bertanggung jawab terhadap agama dan umat, tidak akanbisa tinggal diam terhadap berbagai penyimpangan agama yang terjadi. Bantahan-bantahan ilmiah itu adalahsebagai nasehat, terhadap Abul Hasan secara khusus, kemudian terhadap umat.20Kemudian Abduh menyebutkan sembilan judul tersebut.21Demikian cara Abduh menjatuhkan keadilan orang lain, dalam hal ini seorang 'ulama, yaitu Asy-SyaikhRabi'.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    12/26

    12

    dalam paragraf yang tidak diterjemahkan oleh Al Ustadz Luqman ini ". Dalam kitab tersebut dibedakandengan jelas antara pertanyaan si penanya dan jawaban Asy-Syaikh Al-Albni.

    Kembali kepada kitabAn-Nashrul 'Azz 'ala Ar-Raddil Wajz, perlu diketahui bahwa transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni tentang kebatilan manhajAl-Muwzanah sesungguhnya telahdibawakan oleh Asy-Syaikh Rab' hafizhahullh dalam kitab beliau tersebutpada halaman 96, 22 dengancara transkrip yang jelas dan rapi, serta beliau memisahkan dengan jelas antara ucapan sang penanya

    dengan jawaban Asy-Syaikh Al-Albniv

    . Untuk lebih jelasnya kami nukilkan transkrip tersebutlangsung dari buku Asy-Syaikh Rab tersebut :

    : )(

    /"

    . : /!

    /

    !

    / . . .

    .

    . . .

    22An-Nashrul 'Azz 'ala Ar-Raddil Wajzoleh Asy-Syaikh Rab' Al-Madkhali hafizhahullh/penerbit Maktabah Al-Ghurab` Al-Atsariyyah/cetakan ke-2/tahun 1418 H - 1997 M.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    13/26

    13

    /

    /

    ! : /

    !

    /.

    . )/(

    Artinya :(Asy-Syaikh Rab' berkata) : Asy-Syaikh Muhammad Nshiruddn Al-Albni ditanya, maka beliaumenjawab dengan jawaban yang mendukung manhaj ini. Bagaimana tidak, sementara beliauberjalan di atasnya (manhaj ini) dalam setiap karya tulis beliau. Simak jawaban beliau dalam kasetno. 850, 23) berikut teks penjelasan beliau :Pertanyaan : "Pada hakekatnya wahai syaikh kami, teman-teman kita atau para pemuda tersebut telahmengumpulkan berbagai permasalahan yang banyak, di antaranya adalah ucapan mereka (parapenganut paham al-muwzanah) bahwa suatu keharusan bagi barangsiapa yang hendak berbicaratentang seorang ahlul bid'ah yang telah nampak kebid'ahannya serta serangannya terhadap sunnah,

    atau seseorang yang belum sampai pada tingkat tersebut (kebid'ahannya) tetapi dia telah jatuh padakesalahan dalam permasalahan-permasalahan yang ada kaitannya dengan manhaj ahlus sunnah wal jama'ah, maka tidak boleh seorang pun berbicara tentangnya kecuali apabila menyebutkan jugakebaikan-kebaikan orang (yang dikritik) tersebut. sebuah cara yang mereka sebut dengan kaidah al-muwzanah antara kebaikan dan kejelekan, dan telah ditulis kitab-kitab/karya-karya yang berbicaratentang permasalahan ini oleh pihak-pihak yang berpendapat dengan ra'yu (logika) bahwa suatukeharusan dalam manhaj generasi awal dalam mengkritik untuk menyebutkan kebaikan dan kejelekan.Apakah kaidah ini diterapkan secara mutlak atau di sana ada beberapa keadaan yang tidak bolehditerapkan kaidah ini secara mutlak. Kami menginginkan dalam permasalahan ini jawaban yang rinci.Brakallhu fkum (semoga Allah memberimu barakah)?"Jawab : "Rinciannya adalah : Semua kebaikan terletak pada (sikap) mengikuti manhaj salaf.

    Apakah dahulu (generasi) salaf melakukan hal itu?!"Pertanyaan 24) : "Mereka berdalil --semoga Allah menjagamu wahai syaikh kami-- dengan beberapapoin, contohnya perkataan a`immah tentang Syi'ah, bahwa si fulan seorang yang tsiqah dalam hal hadits(tapi) dia seorang penganut paham Rfidhah yang jahat. Mereka berdalil dengan beberapa poin ini dan

    23Perhatikan nomor kaset yang beliau sebutkan, nomor 850, bukan 855.

    24Bagian inilah sesungguhnya yang dipermasalahkan oleh saudara Abduh ZA dengan ucapannya,

    Karena di dalam buku Syaikh Rabi' tersebut tidak dibedakan antara pertanyaan si penanya dan jawaban Asy-Syaikh Al-Albani khusus dalam paragraf yang tidak diterjemahkan oleh Al Ustadz Luqman ini

    Pembaca bisa membuktikan sendiri apakah ucapan saudara Abduh tersebut benar atau salah. Perhatikan, Asy-

    Syaikh Rab' hafizhahullh memberikan pemisah dan tanda yang jelas dalam memisahkan jawaban Asy-SyaikhAl-Albni dengan kalimat berikutnya yang merupakan ucapan sang penanya.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    14/26

    14

    hendak membuat sebuah kaidah secara menyeluruh di atasnya, tanpa memandang kepada beribu-ribupernyataan yang isinya (si fulan) kadzdzb (pendusta), matrk (ditinggalkan), khabts (jahat)?" 25( dst) 26)

    Adapun pada kitab Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama'h f Naqdir Rijl wal Kutub wath Thaw'ifyangmemuat transkrip tersebut, yaitu yang ada pada saya terbitan Drul Minhj - Mesir, bagian yang

    dipermasalahkan saudara Abduh ZA tersebut juga tertulis dengan rapi dan jelas, sebagai berikut :. : /

    - -

    !

    Perhatikan, dalam transkrip di atas bisa dibedakan dengan jelas, mana ucapan penanya, dan mana

    jawaban Asy-Syaikh Al-Albniv.

    Dari keterangan dan penukilan yang saya tampilkan di atas, ada beberapa hal yang bisa dipetik, antaralain :1. Asy-Syaikh Rab' menyebutkan nomor kasetnya dengan tepat, yaitu no. 850.2. Ini merupakan penukilan Asy-Syaikh Rab' yang terdapat di tengah-tengah kitab beliau dengan ada

    pendahuluan dari beliau sendiri, sekaligus peletakan nomor kaset yang tepat dari beliau, danternyata tepat. Demikian juga dengan tanda pemisah yang jelas antara ucapan sang penanyadengan jawaban Asy-Syaikh Al-Albniv. Ternyata tidak seperti yang dituduhkan oleh saudaraAbduh dalam ucapannya :

    "ini adalah perkataan si penanya, tanpa ada pemisah apa pun dari Syaikh Rabi'."

    3. Adapun transkrip yang ada dalam kitab Manhaj Ahlis Sunnah wal Jam'ah f Naqdir Rijl wal Kutubwath Thaw`ifterdapat pada bagian muqaddimah kitab tersebut, tertulis dengan rapi dan jelas pula,terbedakan dengan jelas mana ucapan penanya, dan mana jawaban Asy-Syaikh Al-Albni

    .v Itupun tidak pada semua cetakan. Terbukti pada cetakan ke-2 terbitan Drul Manr, transkriptanya jawab tersebut tidak ada.

    Kalau pun kita terima bahwa terdapat kesalahan sebagaimana yang disebutkan oleh saudaraAbduh ZA, " tidak dibedakan antara pertanyaan si penanya dan jawaban Asy-Syaikh Al-Albani khususdalam paragraf yang tidak diterjemahkan oleh Al Ustadz Luqman ini ", maka perlu diingat bahwatranskrip tersebut terdapat pada bagian muqaddimah kitab tersebut, itupun tidak pada semuacetakan. Sehingga ada kemungkinan bahwa transkrip tersebut bukan Asy-Syaikh Rab' sendiri yangmeletakkannya. Atau bisa jadi memang Asy-Syaikh Rab' sendiri yang meletakkannya, namunterjadi beberapa kesalahan ketik dari pihak pengetik, atau kemungkinan-kemungkinan lainnyayang bersifat manusiawi. Namun sayangnya saudara Abduh ZA telah mengabaikan kemanusianseorang manusia, suatu sikap yang ia tuduhkan kepada pihak lain.

    Kemudian, coba lihat tanggapan sinis saudara Abduh ZA :"Akan tetapi ada yang ditutup-tutupi di sini (dalam sumber aslinya) oleh Syaikh Rabi'."

    Kenapa? Dijelaskan oleh Abduh ZA :

    25 Pertanyaan ini dan pertanyaan sebelumnya, sengaja tidak diterjemahkan oleh Al-Ustadz Luqman dalam

    MDMTK, semata-mata karena hendak menyingkat. Sebenarnya pertanyaan ini isinya justru mendukungbeliau. Karena dengan pertanyaan ini semakin menegaskan akan kebatilan manhaj al-muwzanah.26Ma'af, bagian selanjutnya sengaja tidak saya terjemahkan. Karena yang terkait langsung dengan masalahyang diungkit oleh saudara Abduh ZA sudah bisa terjawab dengan cukup jelas sampai di sini.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    15/26

    15

    Sebab, orang yang bertanya tersebut tidak disebutkan identitasnya.

    Apa yang ditutupi-tutupi itu? Sayang saudara Abduh ZA tidak menjelaskannya.Perhatikan, tidak disebutkan nama sang penanya oleh Asy-Syaikh Rab' dalam transkripnya

    ditanggapi dengan sinis dan penuh kecurigaan oleh saudara Abduh ZA serta dengan ucapan yangsangat kasar, tidak santun, dan sangat tidak sopan. Tidak disebutkan nama penanya di sini sebenarnyatidak jadi masalah, karena tidak ada pihak yang dirugikan dalam hal ini dan tidak mengurangi sedikit

    pun esensi makna yang dibahas. Kalau pun itu dianggap sebagai suatu kesalahan, maka inilah yangdinamakan dengan kesalahan yang bersifat manusiawi. Namun kesalahan manusiawi tersebutdinyatakan oleh saudara Abduh "ada yang ditutup-tutupi". Apakah Abduh ZA pernah membelahdada Asy-Syaikh Rabi' sehingga ia bisa tahu bahwa dengan tidak disebutkan nama penanya di sinibeliau hendak menutup-nutupi sesuatu? Atau apakah Abduh ZA pernah bertemu dan berwawancaralangsung dengan beliau menanyakan masalah ini?

    Sekaligus ucapan Abduh ZA ini juga mengandung tuduhan kepada Asy-Syaikh Rab'! Subhnallhsatu kesalahan manusiawi dijadikan sarana oleh Abduh untuk menuduh kejujuran orang lain?! Bahkandalam hal ini tuduhan atas kejujuran seorang 'ulama sunnah. Biarlah Allah yang membalas tuduhankeji dari saudara Abduh ZA yang mengaku salafi ini.

    Saudara Abduh ZA juga mengatakan :

    "Sehingga, bagi yang tidak mendengar langsung kaset Silsilah Al-Huda wa An-Nur, dia akan bingung memenggalkalimatnya. . Dan, memang akan lebih selamat jika kata-kata atau kalimat tersebut tidak usah diterjemahkan.Sebab, jika si penerjemah langsung menerjemahkan dari buku Syaikh Rabi' tanpa mendengarkan kasetnya,maka dia akan melakukan kesalahan ."

    Pembaca yang budiman, sebenarnya tidak ada masalah di sini. Dalam MDMTKbagian yangdiungkit oleh saudara Abduh di sini memang sengaja tidak dinukil dan diterjemahkan oleh Al-UstadzLuqman. Untuk itu, beliau memberikan keterangan dalam catatan kaki no. 83 dengan mengatakan :"Bagian ini sengaja tidak kami terjemahkan untuk meringkas. Bagi yang ingin melihatnya secara lengkapnya,dapat dilihat pada sumber rujukan aslinya. [MDMTK, hal. 137; catatan kaki no. 83]."

    Jadi beliau sengaja tidak menerjemahkannya semata-mata karena ingin meringkas. Bukankarena bingung memenggal kalimatnya, seperti tuduhan saudara Abduh ZA. Alhamdulillh dalam

    sumber yang dijadikan rujukan oleh Al-Ustadz Luqman 27) tertulis dengan sangat rapi dan jelas.Terpisah secara jelas siapa yang bertanya dan siapa yang ditanya, yaitu tertulis sebagai berikut :

    :: :

    Perhatikan jawaban Asy-Syaikh Al-Albni dibedakan dengan kalimat [ (artinya = maka Asy-Syaikh Al-Albni menjawab ) ], sedangkan ucapan penanya dibedakan dengan

    kalimat : [ (artinya : Kemudian sang penanya berkata : ) ]Kalau pun seandainya tidak ada pemisah, misalnya tertulis :

    27 Perlu diingat, bahwa ketika menukil transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni dari sumber di

    internet, yaitu Aqwal Ulamais Sunnah fi Manhajil Muwazanatdihttp://www.sahab.org/books/book.php?id=366&query=, bukan buku Asy-Syaikh Rab'.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    16/26

    16

    (28 : :

    29)

    :

    Tetap bisa dipahami bahwa kalimat : ( artinya :Mereka berdalil --semoga Allah menjagamu wahai syaikh kami-- dengan beberapa poin .) dst,merupakan ucapan/pertanyaan sang penanya. Sebab kalau kita perhatikan, jelas konteks kalimattersebut adalah sedang mengajak bicara Asy-Syaikh Al-Albni.Berarti bisa dipahami itu merupakanucapan sang penanya. Orang yang membaca ini --tidak perlu mendengar kasetnya secara langsung--akan paham bahwa itu merupakan perkataan sang penanya.

    Kalau mau proporsional, kenapa saudara Abduh ZA mempersoalkan kalimat yang memangsengaja tidak dinukil dan tidak diterjemahkan oleh Al-Ustadz Luqman, dan telah diterangkan sendirioleh beliau bahwa alasannya adalah semata-mata karena hendak menyingkat. 30) Sekali lagi ada apaAbduh menyinggung-nyinggung dan masuk menyoal hal ini? Ini adalah sebuah pertanyaan yangpenting untuk diketahui. Jawabannya silakan ditanyakan langsung kepada saudara Abduh ZA. Lebihanehnya, kenapa Abduh ZA mengaitkannya dengan buku Asy-Syaikh Rab', padahal jelas-jelas Al-Ustadz Luqman tidak merujuk kepada buku beliau dalam menyebutkan transkrip tanya jawabtersebut? Bukankah apa yang dilakukan saudara Abduh ZA ini merupakan perbuatan mencari-carikesalahan? Hal ini sekaligus menunjukkan rupanya ada kebencian yang besar pada diri saudaraAbduh terhadap Asy-Syaikh Rab'. 31)

    Semakin membuktikan hal ini, perhatikan kesimpulan terakhir saudara Abduh ZA :

    Jadi, sepertinya ada sikap tidak adil (tidak jujur?) di sini pada diri Syaikh Rabi', dimana beliau hanya menukilperkataan Abul Hasan saja tanpa menyebutkan siapa yang mengatakannya. 32)

    [Cetak tebal dari saya]

    Ini lebih aneh lagi dari yang sebelumnya. Hanya gara-gara tidak menyebutkan nama sangpenanya ia memvonis orang lain -bahkan seorang 'ulama- tidak adil atau tidak jujur. Lhaula walQuwwata ill billh Mungkin, ini salah satu praktik tuduh-menuduh dan menjatuhkan orang lain('ulama) versi Abduh ZA.

    Sejak kapan orang tidak menyebut nama sang penanya dinyatakan tidak adil atau tidak jujur?

    Dalam fatwa Asy-Syaikh Bin Bz ? yang dinukil oleh saudara Abduh ZA dalam BAUS hal. 147,disebutkan di situ :

    "Pertanyaan: Beberapa minggu yang lalu, Anda mengeluarkan sebuah penjelasan . Maka, apakahpendapat Anda dalam hal ini? (Penanya: 'a. f. 'a)"

    28 Ini jawaban Asy-Syaikh Al-Albani. Jawaban ini berakhir dengan tanda tanya, karena memang beliau?bertanya balik kepada sang penanya. Adapun kalimat setelah ini merupakan ucapan sang penanya.29Sampai di sini pertanyaan sang penanya.30

    Bahkan sebenarnya, pertanyaan tersebut jika diterjemahkan justru mendukung Al-Ustadz Luqman. Karenapertanyaan tersebut menegaskan pertanyaan sebelumnya.31

    Kami menyadari hal ini, karena rata-rata orang yang berpaham IM, semacam saudara Abduh ZA, memangsangat membenci Asy-Syaikh Rab'.32Tampaknya saudara Abduh ZA ini hendak mengesankan kepada para pembaca bahwa Asy-Syaikh Rab'tidak adil dan tidak jujur. Apa alasannya? Yang diungkit dan dijadikan alasan adalah masalah sepele, yaitu

    ketika Asy-Syaikh Rab' tidak menyebutkan nama si penanya dalam transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    17/26

    17

    Di akhir penukilan saudara Abduh menyebut sumbernya dari Majmu' Fatawa Al-'Allamah 'Abdil 'Azizbin Baz rahimahullah/Penyusun: Ustadz Muhammad bin Sa'ad Asy-Syuwai'ir/Soal nomor 43 . 33)Perhatikan, nama penanya tidak disebut secara jelas, hanya ditulis inisialnya saja, yaitu 'a. f. 'a.

    Pada halaman sebelumnya, BAUS halaman 146, dinukil pula pertanyaan kepada Asy-Syaikh

    Bin Bz?:"Ada seseorang yang bertanya kepada Syaikh Al-Allamah Abdul 'Aziz bin Abdillah bin Baz

    rahimahullah, "Kita perhatikan bersama, bahwasanya pada akhir-akhir ini ada sebagian penuntut ilmuyang berani menjelek-jelekkan para ulama besar jika para ulama tersebut tidak mengatakan apa yangsesuai dengan hawa nafsu mereka, " 34)

    Di akhir penukilan saudara Abduh menyebut sumbernya : Lihat; Majmu' Fatawa Al-'Allamah'Abdil 'Aziz bin Baz rahimahullah/Penyusun: Ustadz Muhammad bin Sa'ad Asy-Syuwai'ir/Soal nomor43 . 35)

    Perhatikan, nama penanya tidak disebutkan, tidak pula inisialnya. Apakah kemudiandinyatakan : sepertinya ada sikap tidak adil (tidak jujur?) pada diri Asy-Syaikh Bin Bz? Atau :sepertinya ada sikap tidak adil (tidak jujur?) pada diri penyusunnya, yaitu Ustadz Muhammad binSa'ad Asy-Syuwai'ir? Atau saudara Abduh ZA akan berupaya mencari 'udzur (alasan) untuknya?Namun hal itu tidak berlaku untuk Asy-Syaikh Rab, atau pihak-pihak lain, yang ia benci.

    Perlu diketahui pula, yang seperti ini pada kitab Majm' Fatw Al-'Allmah 'Abdil 'Azz bin Bzrahimahullh susunan Ustadz Muhammad bin Sa'ad Asy-Syuwai'ir sangat banyak, yaitu tidakmenyebutkan nama penanya secara jelas.

    Rupanya saudara Abduh ZA memang tidak suka dengan sosok Asy-Syaikh Rab', sehingga diaterus berupaya untuk memberikan gambaran jelek tentang beliau. Perhatikan kata-kata Abduh ZAdalam menjelekkan beliau :

    Abul Hasan ini memang dikenal sebagai salah satu tokoh yang diserang habis-habisan oleh Syaikh Rabi'.

    Demikianlah saudara Abduh ZA, dia membahasakan bantahan dan nasehat ilmiah Asy-Syaikh Rab'terhadap Abul Hasan Al-Mishri ini sebagai serangan habis-habisan. Hal seperti ini tidak heran jika

    dilakukan oleh saudara Abduh ZA, bahkan cara demikian sudah ia lakukan dalam STSK. Misalnya,pada STSKhal. 323 catatan kaki no. 625 Abduh mengatakan :

    "Dikarenakan sikap Syaikh Rabi' yang sering menjelek-jelekkan ulama yang tidak sependapat ini, Syaikh AbuBashir Ath-Thurthusi berkata tentang beliau, " Adapun Rabi' Al-Madkhali, saya tidak melihatnya dalam barisanpara ulama dikarena lisannya yangt sering kasar terhadap saudaranya."

    36)"

    [STSK, hal. 323]

    Cetak tebal dari saya, sekadar menunjukkan akhlaq saudara Abduh ZA ini dalam memilih kata-kata; kasar, bernada menuduh, dan tidak santun. Lebih parahnya hal ini ia lakukan terhadap seorang'ulama besar masa ini dari kalangan ahlus sunnah wal jama'ah. 37)

    33Lihat Baus hal. 149, catatan kaki no. 385.34 Kalau di sini saudara Abduh ZA berani menjatuhkan Asy-Syaikh Rab'. Hendaknya saudara Abduh ZA

    memperhatikan jawaban dan nasehat dari Asy-Syaikh Bin Bz?yang ia nukil sendiri dalam BAUS-nya hal.146-147.35

    Lihat Baus hal. 147, catatan kaki no. 381.36 Sungguh ini adalah tuduhan, parahnya dengan entengnya Abu Bashir Ath-Thurthusi ini melecehkan Asy-Syaikh Rab seraya tidak menganggap beliau sebagai 'ulama. Padahal para 'ulama besar Ahlus Sunnah masaini -seperti Asy-Syaikh Bin Bz, Asy-Syaikh Al-'Utsaimn, Asy-Syaikh Al-Albni, Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin,serta masih banyak lagi- memuji dan mengakui keilmuan dan keshalihan Asy-Syaikh Rabi' Al-Madkhali sertamengakui kapasitas beliau sebagai seorang 'ulama.37 Ma'af, saya tidak bermaksud berlebihan atau mengkultuskan Asy-Syaikh Rabi' hafizhahullh. Namun saya

    sekadar menunjukkan hakekat sebenarnya. Karena demikianlah sesungguhnya pengakuan para 'ulama besarahlus sunnah lainnya terhadap Asy-Syaikh Rab'. Para 'ulama biasa memuji satu sama lain --terutama para

    'ulama yang lebih senior terhadap sesamanya yang lebih muda-- sebagai satu bentuk pengakuan ataskeilmuan dan keshallihannya serta kapasitasnya sebagai 'ulama.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    18/26

    18

    Sungguh hal ini mengingatkan saya pada perkataan Al-Imm Ahmad?:"Segala puji bagi Allah yang menjadikan adanya ahlul ilmi pada setiap zaman fatrah dari para rasul,yang mereka ini mengajak orang yang sesat kepada petunjuk dan bersabar atas gangguan yang merekaterima dari manusia. Mereka menghidupkan orang yang telah mati (hatinya) dengan Kitabullah danmenjadikan orang yang buta (akan kebenaran) dapat melihat dengan cahaya Allah . Berapa banyakkorban yang dibunuh oleh Iblis telah mereka hidupkan dan berapa banyak orang yang sesat lagi tidak

    mengerti jalan telah mereka bimbing. Alangkah bagusnya jasa mereka terhadap manusia, namunalangkah jeleknya balasan manusia terhadap mereka. ."Juga perkataan Asy-Syaikh Al-Fauzn :

    "Yang demikian itu (caci maki terhadap ulama) dalam rangka untuk memisahkan umat dariulamanya. Sehingga (bila berhasil) akan mudah bagi mereka (ahlul bidah) untuk menyusupkanberbagai kerancuan pemikiran (syubhat) dan kesesatan yang dapat menyesatkan umat dan memecahbelah kekuatan mereka. Itulah misi yang mereka inginkan. Maka hendaknya kita waspada."

    Lebih jauh lagi Asy-Syaikh Al-Fauzn menyatakan : Tidak seorang pun yang melanggarkehormatan para ulama yang istiqamah di atas jalan yang haq, melainkan satu di antara tiga keadaan :[pertama] Bisa jadi ia seorang munafiq yang telah diketahui kemunafikannya, atau[kedua] Ia seorang yang fasiq, membenci ulama karena mereka (para ulama tsb) telah mencegahnya

    dari kefasikan/tindakan fasiq, atau juga[ketiga] Dia seorang hizbi, sesat, membenci ulama karena ulama tersebut tidak mencocoki selerahizbiyyahnya dan pemikiran-pemikirannya yang menyimpang.

    Karena itu jangan heran apabila Al-Imm Ab Htim ? menegaskan : Ciri-ciri ahlul bidahadalah melecehkan ahlul atsar (Ahlus Sunnah Wal Jamaah).38

    Memang banyak pihak yang mencela dan melecehkan kehormatan Asy-Syaikh Rab'. Karena itu

    Asy-Syaikh Al-'Utsaimn?mengatakan ketika membela beliau :

    .

    "Asy-Syaikh Rab' termasuk 'ulama sunnah, dan termasuk ahlul khair. Aqidah beliau lurus danmanhajnya teguh. Namun ketika beliau banyak mengkritik kebatilan-kebatilan yang ada pada sebagianorang dari kalagan muta'akh-khirn,maka mereka pun mencela beliau dengan celaan-celaan tersebut." 39

    Kembali kepada permasalahan tidak disebutkannya nama penanya dalam transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni di atas. Sekadar catatan ringan, bahwa kitab An-Nashrul 'Azzkarya Asy-Syaikh Rab' yang memuat transkrip tanya jawab bersama Asy-Syaikh Al-Albni bersamaseorang penanya, cetakan ke-2 terbit pada tahun 1418 H / 1997 M. Sementara nasehat dan bantahanilmiah beliau terhadap Abul Hasan Al-Mishri, risalah pertamanya baru beliau tulis pada 14/1/1423 H. Jadi, tidak disebutkannya nama Abul Hasan Al-Mishri oleh Asy-Syaikh Rab' pada transkrip tanyajawab tersebut, sebenarnya tidak ada masalah apa-apa.

    Pembaca yang budiman,Dari sini mengingatkan saya dengan apa yang pernah diucapkan oleh saudara Abduh ZA dalam

    STSK-nya halaman xxiii :

    Untuk itu, sebagai saudara sesama muslim, adalah kewajiban kita semua untuk saling mengingatkan danmenasehati satu sama lain dalam kebenaran dan kesabaran, yang tentu saja dengan cara yang baik dansantun. Bukan dengan cara mencari-cari dan mengoleksi kesalahan orang atau ulama yang tidak disukaiuntuk kemudian disebar-luaskan

    Entah sudah kemana nasehat tersebut, karena di sini jelas-jelas ia sudah melupakannya.Apabila kita perhatikan, permasalahan-permasalahan yang diungkit oleh saudara Abduh ZA dan

    38Perkataan Al-Imm Ahmad, Asy-Syaikh Al-Fauzn, dan Al-Imm Ab Htim saya nukil dari MAT, masing-

    masing hal. 112, 298-299, 297/cet. I.39LihatAts-Tsan`ul Bad' Minal 'Ulam` 'ala Asy-Syaikh Rab'

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    19/26

    19

    dijadikan sarana untuk menjatukan orang lain atau 'ulama hanya karena permasalahan atau kesalahansepele, yang semestinya --kalau itu dianggap kesalahan-- Abduh ZA bisa memaklumi sebagaikesalahan manusiawi. Dan, saya kira setiap orang yang berakal sehat pun pasti memaklumi bahwa halini adalah kesalahan manusiawi biasa 40) yang bisa terjadi pada siapapun. Hanya orang-orang yangkesukaan dan kebiasaannya suka mencari-cari kesalahan orang lain sajalah yang mempunyai kelebihanbisa meluangkan waktunya untuk mengurusi hal-hal sepele semacam ini. Adapun orang yang

    mempunyai prioritas dalam hidupnya, niscaya tidak akan sempat memikirkan dan memperhatikanhal-hal sepele begini.

    Benarkah Pustaka Qaulan Sadida

    Mengkritik Pustaka Al-Kautsar??

    Berikutnya, Abduh Zulfidar meletakkan pembahasan : Catatan 2 Pustaka Qaulan Sadida punBicara Tanpa Ilmu. Di sini Abduh mempunyai gaya tersendiri dalam menjatuhkan suatu penerbit

    buku, dalam hal ini Pustaka Qaulan Sadida.Abduh mengawali pembahasannya dengan mengatakan :

    Kami tidak mengetahui dan tidak mendengar serta belum pernah melihat buku-buku apa saja yang telahditerbitkan oleh Penerbit Pustaka Qaulan Sadida yang berada di kota Malang, Jawa Timur, ini selain duabuku saja. Kedua buku tersebut yaitu, "Sebuah Tinjauan Syari'at Mereka Adalah Teroris!" dan"Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij." .[BAUShal. 15]

    Orang berakal tahu kalimat ini tidak perlu diucapkan oleh Abduh ZA. Karena kalau memangtidak tahu kenapa bicara tentang Pustaka Qaulan Sadida? Namun di sisi lain orang berakal sehat danwaras akan tahu bahwa dengan kalimat ini menunjukkan pengakuan Abduh sendiri bahwa informasiyang sampai padanya tentang Pustaka Qaulan Sadida sangat minim. Oleh karena itu ketika Abduh

    mengatakan :Tampaknya, Penerbit Pustaka Qaulan Sadida akan mengidentikan dirinya sebagai penerbit spesialisbuku-buku bantahan dan buku-buku karya Al Ustadz Luqman Ba'Abduh, wallahu a'lam. [BAUShal. 15]

    Maka orang berakal sehat dan waras akan menilai bahwa ini dugaan semata, yang muncul dariorang yang tidak banyak tahu tentang Penerbit Pustaka Qaulan Sadida. Kata Nabi bahwa zhan(persangkaan) itu merupakan ucapan yang paling dusta.

    Kondisi Abduh ZA yang tidak banyak tahu tentang Pustaka Qaulan Sadida ini, ternyata punyacara sendiri untuk menjatuhkan Pustaka Qaulan Sadida. Perhatikan ucapannya :

    Yang menarik, sebagai penerbit, Pustaka Qaulan Sadida telah melakukan suatu terobosan baru dalamdunia kritik mengkritik sesama penerbit. Jika kita pernah mendengar istilah "Sesama bisa kta dilarangsaling mendahului," tampaknya hal ini tidak berlaku lagi bagi Penerbit Pustaka Qaulan Sadida. PustakaQaulan Sadida telah berani menabrak suatu pakem yang dianggap tabu dalam hal ini. secarademonstratif buku MDMTK yang diterbitkan oleh Pustaka Qaulan Sadida memuat bab khusus yangbernada mendiskreditkan penerbit lain, dalam hal ini Pustaka Al-Kautsar. Pembahasan tentang PustakaAl-Kautsar oleh Pustaka Qaulan Sadida ini terdapat dalam Bagian Pertama: "Mengenal Penerbit danPenulis Buku "Siapa Teroris? Siapa Khawarij?," Bab I: "Sekilas Tentang Penerbit Pustaka Al-Kautsar,"dari halaman 58 sampai halaman 70. Cukup fantastis. ."[BAUS, hal. 16. cetak tebal dari kami]

    40 Sekali lagi kalau itu dianggap kesalahan. Dan, pembaca telah menyaksikan sendiri, bahwa hal-hal yangdiungkit oleh Abduh ZA sebenarnya bukan kesalahan.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    20/26

    20

    Dengan paragraf ini, maunya Abduh ZA menjelaskan bahwa tidak pantas Pustaka QaulanSadida mengkritik Pustaka Al-Kautsar. Sesama penerbit kok saling mengkritik. Namun sayang,ditengah-tengah pembahasannya tersebut, Abduh ZA menyelipkan kata-kata yang sebenarnya justrumenunjukkan ketidakjujuran Abduh ZA.

    Perhatikan kata-kata yang bercetak tebal pada nukilan di atas. Siapapun yang membaca

    MDMTKpasti tahu bahwa pembahasan Bagian Pertama : Penerbit dan Penulis Buku "Siapa Teroris?

    Siapa Khawarij?," itu dari penulis MDMTK -yaitu Al-Ustadz Luqman- bukan dari Penerbit PustakaQaulan Sadida. Bahkan sejak Pengantar Penulis, Muqaddimah, Bagian Pertama, dst itu sudah daripenulisMDMTK. Adapun yang dari penerbit adalah sebatas : Pengantar Penerbit.

    Berikutnya, Abduh masih 'menyempatkan' membahas permasalahan yang sepele, yangpembahasan seperti ini kata Abduh ZA pada Catatan I merupakan perbuatan "mengabaikankemanusiaan seorang manusia." atau kalau di tempat lain Abduh mengatakannya sebagai "kurangkerjaan". Namun demikian jangan heran jika ternyata dalam BAUS-nya ini pun Abduh justru banyak"mengabaikan kemanusiaan seorang manusia" dan "kurang kerjaan".

    Yaitu ketika mengomentari kesalahan ketik yang terdapat pada Pengantar Penerbit :" sebagaimana akan kami jelaskan oleh penulis."

    Di sini Abduh memberikan catatan kaki no. 25 dengan mengatakan :"MDMTK, hlm. 6. Beberapa kata terakhir yang berbunyi, " akan kami jelaskan oleh penulis," memangtertera demikian. Mungkin maksudnya, " akan dijelaskan oleh penulis." Wallahu a'lam."

    Kalau Abduh ZA berniat baik dan cenderung tidak mengabaikan kemanusiaan seorang manusia tentudia akan berhenti sampai di sini. Namun ternyata Abduh melanjutkan :

    "Atau, bisa jadi karena yang menulis pengantar penerbit ini adalah penulis MDMTK sendiri, maka tertuliskata "kami." Namun sekali lagi walllahu a'lam."

    Perhatikan, dia melanjutkan dengan komentar yang membuat orang yang membacanya akanturut berkesimpulan atau setidaknya turut mendugaseperti ucapan dia. Apakah cara yangdemikian santun dalam membetulkan kesalahan yang bersifat manusiawi?

    Kemudian Abduh minta maaf :

    "Kepada Penerbit Pustaka Qaulan Sadida, kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam menukil."

    Perhatikan bukan minta maaf dari cara dia mengkritik yang tidak sopan itu. Tapi malah mintamaaf kalau ada salah nukil.

    Demikianlah pembaca sekalian, cara Abduh ZA dalam mengabaikan kemanusian seorangmanusia. Dari kesalahan manusiawi itu, dia punya cara-cara tersendiri (khas) untuk bisa menjatuhkanpihak lain.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    21/26

    21

    Keabsahan Klarifikasi Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-

    'Abbd hafizhahullhyang diragukan

    Sebagaimana dalam buku STSK-nya, saudara Abduh Zulfidar Akaha apabila terdesak oleh suatu

    data atau fakta yang menunjukkan atau membongkar kebatilan paham IM dan tokoh-tokohnya yang ia

    bela, maka dengan segala cara ia berupaya untuk membela diri dari data atau fakta tersebut. Contoh

    mudahnya, ketika Al-Ustadz Luqman dalam MAT-nya menampilkan fatwa Hai`ah Kibril 'Ulam`

    tentang pencekalan terhadap DR. Salmn Al-'Audah dan DR. Safar Al-Hawli, maka dengan segala cara

    saudara Abduh berupaya mementahkan dan menafikan data tersebut. Dalam hal ini, memang saudara

    Abduh memiliki "keahlian" tersendiri untuk bisa menciptakan opini yang berujung kepada kesimpulan :

    keabsahan surat fatwaHai`ah Kibril 'Ulam` tersebut diragukan keabsahannya, bahkan dengan tegas ia

    mengatakan ini sebagai "Kedustaan Atas Nama Syaikh Bin Baz (dan Hay`ah Kibar Al-Ulama)." [STSK

    hal. 144-159]. Dengan demikian otomatis kredibilitas Al-Ustadz Luqman pun berhasil ia jatuhkan.

    Alhamdulillh dengan taufiq dari Allah, segala tipu daya saudara Abduh itu telah dijawab dengan sangat

    jelas dan memuaskan oleh Al-Ustadz Luqman dalamMDMTK-nya.Cara saudara Abduh dalam STSK tersebut, masih terus diulang dalam buku barunya kali ini :

    Belajar Dari Akhlaq Ustadz Salafi.

    Di antaranya, dalam BAUS-nya kali ini, pada pembahasan berjudul "Catatan 19 Kitab Rifqan

    yang Dipolitisir dan Dimonopoli", kembali Abduh Zulfidar Akaha meragukan keabsahan data yang

    disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman dalam MDMTK, yaitu data tentang klarifikasi dari Asy-Syaikh

    'Abdul Muhsin tentang siapa yang beliau maksud dalam kitabRifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah

    (Bersikaplembutlah wahai Ahlus Sunnah terhadap sesama Ahlus Sunnah) karya beliau.

    Tepatnya padaBAUS halaman 315 Abduh mengatakan :"Mohon maaf sebelumnya, karena terus terang kami meragukan validitas data dan kebenaran apa yangdikatakan Al Ustadz Luqman berkaitan klarifikasi Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah tentang kitabRifqan-nya."

    Di antara alasan saudara Abduh ZA meragukan validitas data tersebut adalah karena link internet

    yang disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman sebagai sumber rujukan ternyata tidak bisa dibuka. Aneh

    memang saudara Abduh ini, sebenarnya suatu yang wajar dan jamak terjadi satu situs/link internet tidak

    bisa dibuka lagi atau rusak atau bahkan memang sudah tidak ada lagi di internet. Namun hal itu tidak

    berarti menafikan bahwa link tersebut ada atau pernah ada.

    Kalau Abduh mau sabar mencari di internet, klarifikasi Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin tersebut bisa

    didapat di link internet lainnya. Misalnya, keterangan tersebut bisa juga didapati di link :

    - http://www.aboulkhairat.com/vb/showthread.php?t=227

    - http://www.alakhiar.com/vb/showthread.php?p=883

    Kemudian, sebenarnya pernyataan/klarifikasi Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin tentang kitab Rifqan-nyajuga terekam dalam kaset. Pembaca bisa mendownloadisi rekaman tersebut pada :

    http://merekaadalahteroris.com/suara/abb_refqan.mp3

    Rekaman suara tersebut ditampilkan dalam link :

    http://www.fatwa1.com /anti-erhab/hezbeh/abb_refqan.rm

    Al-Ustadz Luqman menjelaskan, bahwa sebenarnya file rekaman suara Asy-Syaikh Abdul

    Muhsin tersebut sudah lama ada di komputer milik beliau, beberapa bulan sebelum beliau memulai

    menulis MDMTK. Namun sengaja beliau tidak menampilkan sumber data ini, karena mencukupkan

    dengan data yang tertulis, yaitu dari link yang telah beliau sebutkan dalam MDMTK. Terus terang, kata

    beliau, hal itu beliau lakukan karena tidak pernah terpikir oleh beliau bahwa link yang beliau sebutkanitu bakalan mati/tidak bisa dibuka, dan tidak pula terpikir oleh beliau bahwa gara-gara sebab link tidak

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    22/26

    22

    bisa dibuka dijadikan alasan oleh saudara Abduh ZA untuk meragukan validitas data dan kebenaran

    sumber yang beliau sebutkan.

    Saya kemudian meminta izin kepada Al-Ustadz Luqman untuk menampilkan data dalam bentuk

    rekaman suara Asy-Syaikh Abdul Muhsin yang sudah lama ada di komputer beliau tersebut, dan beliau

    mengizinkan. Maka pada kesempatan kali ini, Alhamdulillh dengan taufiq dari Allah saya bisa

    menyajikannya di hadapan pembaca sekalian.

    Kemudian untuk memudahkan para pembaca sekalian memahami perkataan Asy-Syaikh AbdulMuhsin dalam rekaman di atas, di bawah ini transkrip rekaman tersebut berikut terjemahnya dalam

    bahasa Indonesia. Saya telah berusaha semaksimal mungkin agar tidak terjadi kesalahan. Mohon maaf

    jika ternyata masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam mentranskrip dan menerjemahkan.

    Demikian juga saya mohon maaf, karena dalam terjemahan terkadang ada beberapa konteks kalimat

    yang diartikan secara agak bebas dan ada sedikit penyesuaian. Hal ini saya lakukan agar lebih bisa

    dipahami dengan mudah.

    Berikut transkrip dan terjemahnya :

    - -

    - - / []//

    ___________________________

    : (

    (

    :

    " - - - -

    : -

    : : :

    .

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    23/26

    23

    )( )

    )

    "

    : "

    .

    .

    "

    : :"

    "

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    24/26

    24

    Al-'Allmah Al-Muhaddits Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbd Al-Badr

    - Hafizhahullh -

    [Fadhlatusy Syaikh Al-'Allmah 'Abdul Muhsin bin Hamd Al-'Abbd hafizhahullh berkata pada akhir

    pelajaran di Al-Haram yang membahas tentang An-Nudzr(hukum-hukum seputar nadzar)hari Selasa

    bertepatan dengan tanggal 8/5/1424 H]

    41)

    _________________________

    Penanya : Wahai Fadhlatusy Syaikh semoga Allah memberimu taufiq, telah tersebar di kalangan

    sebagian kaum muda bahwa Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin telah rujuk dari rekomendasi beliau terhadap

    kitab Madrikun Nazhar karya Asy-Syaikh 'Abdul Mlik. Bukti atas rujuk beliau (Asy-Syaikh 'Abdul

    Muhsin) adalah kitab beliau yang telah tercetak (berjudul)Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah.

    Apa bantahan terhadap pernyataan ini, hafizhakumullh?

    Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin hafizhahullah menjawab dengan mengatakan :

    "Pertama, kitab Madrikun Nazhar aku telah membacanya dua kali. Yakni aku telah ditanya

    berkali-kali, 'bahwa aku tidak membaca kitab tersebut secara keseluruhan, bahwa aku hanyamembacanya sebagian, atau menelaah sebagiannya.' Maka telah aku katakan dan aku tegaskan bahwa

    sesungguhnya aku telah membacanya (kitab tersebut, yaitu Madrikun Nazhar) sebanyak dua kali

    dari awal hingga akhir.

    Pada kali pertama aku membacanya, karena (sang penulis) tidak meminta dariku untuk

    menuliskan sesuatu (muqaddimah atau pengantar) untuknya. Maka aku membacanya dengan

    seksama, yakni menelaah segenap isinya dari awal hingga akhir. Ketika telah selesai aku

    membacanya, aku katakan kepada penulisnya (Asy-Syaikh 'Abdul Mlik Ramadhni), 'Aku telah

    menelaahnya, kitab tersebut merupakan kitab yang bermanfaat.' Maka sang penulis mengatakan : 'Kalau

    seandainya engkau berkenan menuliskan, yakni muqaddimah untuknya.' Aku jawab : 'Kalau begitu aku

    akan membacanya untuk kali kedua.'

    Maka akupun membacanya dari awal hingga akhir, maka aku menyaring beberapa topik

    permasalahan yang aku telah berbicara tentangnya. Maka (sekali lagi) aku telah membaca kitab

    tersebut (Madrikun Nazhar) dari awal hingga akhirnya, dan tentang permasalahan yang telah aku

    sebutkan atau aku tegaskan telah disebutkan tentang beberapa catatan yang ada pada kitab tersebut.

    tentunya bukan pada semua permasalahan (topik) yang ada padanya, dan aku pun tidak pernah rujuk

    dari apa yang telah aku tuliskan (tentang kitabMadrikun Nazhar) tersebut.

    Adapun kitab yang saya tulis pada akhir-akhir ini (yaitu kitab Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis

    Sunnah) tidak ada hubungannya dengan pihak-pihak yang pernah saya sebutkan dalam kitab

    Madarikun Nazhar, tidak ada hubungannya dengan pihak-pihak yang pernah saya sebutkan dalam

    Madrikun Nazhar dengan kitab ini.Maka kitab ini, yaitu (Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah), yang dimaksuddengannya

    bukanlah kelompok Al-Ikhwanul Muslimin,bukan pula orang-orang yang terpengaruh dengan

    paham Sayyid Quthb, dan tokoh-tokoh yang lainnya dari kalanganharakiyyin (para aktiviskelompok-kelompok pergerakan). Tidak pula yang dimaksudkan (oleh kitab Rifqan tersebut) orang-

    orang yang terpengaruh oleh pahamfiqhul waqi, dan orang-orang yang mencaci maki pemerintah serta

    meremehkan para ulama. Sama sekali bukan mereka yang dimaksudkan (oleh perkataan kami dalam

    buku Rifqan). Namun sungguh yang dimaksudkan hanyalah antar intern Ahlus Sunnah saja, yaitu

    mereka yang berjalan di atas tharqah (manhaj) ahlus sunnah, yang telah terjadi di antara mereka

    ikhtilaf, sehingga mereka sibuk dengan sesamanya untuk saling menjarh, memboikot, dan mencela.

    41 Keterangan ini saya dapatkan dari beberapa link internet yang menampilkan transkrip keterangan Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    25/26

    25

    Kemudian Asy-Syaikh menyempurnakan jawabannya setelah dikumandangkannya adzan42)

    , beliau

    mengatakan :

    "Telah aku sebutkan bahwa kitab ini tidaklah ditujukan kepada sekte-sekte dan kelompok-kelompok

    yang menyimpang dari manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan dari jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

    Hanyalah yang dimaksudkan adalah beberapa pihak-pihak dari kalangan ahlus sunnah yang sibuk

    dengan lainnya sesama ahlus sunnah, sibuk menjarh, menghajr (memboikot), mencari-cari kesalahan,

    dan tahdzirdengan sebab kesalahan-kesalahan tersebut. Demikian juga ketika terjadi perselisihan antaradua individu sehingga membuat ahlus sunnah terbagi menjadi dua bagian, sebagian mendukung yang ini

    sementara sebagian yang lain mendukung yang itu, sehingga terjadilah saling boikot dan saling

    memutuskaan hubungan antara sesama ahlus sunnah di setiap tempat, sebagai akibat dari perselisihan

    tersebut. Maka sesungguhnya ini termasuk musibah yang terbesar, dan termasuk bala' yang terbesar,

    yakni ketika Ahlus Sunnah saling memboikot dan saling memutuskan hubungan dengan sebab

    perselisihan antara pribadi dengan pribadi, dan apa penilaiannya terhadap fulan dan fulan, dan apa

    penilaiannya terhadap fulan dan fulan, dan apa sikapmu terhadap fulan. Kalau memiliki sikap, maka

    engkau selamat. Tapi jika tidak memiliki sikap, maka berarti engkau mubtadi', kemudian terjadilah

    saling memboikot dan Ahlus Sunnah pun berada dalam perpecahan yang berbahaya ini. Sekali lagi

    inilah yang dimaksud oleh kitab (Rifqan) tersebut.

    Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa kitab (Rifqan) ini tidak membikin senang paraharakiyyin (para aktivis kelompok pergerakan), karena para harakiyyin tersebut sangat senang jika ahlus

    sunnah menyibukkkan diri (dalam mengkritik) sebagian (ahlus sunnah) lainnya, sehingga mereka (para

    harakiyyin tersebut) bisa selamat (dari kritikan) ahlus sunnah, dengan sebab sibuknya mereka (Ahlus

    sunnah) satu sama lain.

    Sementara kitab (Rifqan) ini menyeru kepada ishlh (perbaikan hubungan) antara sesama

    mereka, menyeru ahlus sunnah untuk bersikap lembut satu sama lain, dan agar mereka bersungguh-

    sungguh dalam upaya membenahi sebagian yang lainnya. (Sekali lagi) inilah yang dimaukan oleh kitab

    (Rifqan)ini.

    Adapun para harakiyyun (para pengikut kelompok-kelompok pergerakan) yang bertentangan

    atau menyelisihi ahlus sunnah, maka mereka sungguh sangat senang dengan terjadinya perselihan

    (antara ahlus sunnah) tersebut, karena apabila ahlus sunnah tersibukkan satu sama lain, maka mereka(para harakiyyun) bisa selamat (dari kritikan atau bantahan ahlus sunnah). Keganasan ahlus sunnah

    (yang semestinya diarahkan untuk membantah kebatilan) jadinya menimpa sesama mereka sendiri.

    Inilah yang dimaukan oleh kitab (Rifqan) ini.

    Penanya : Terkait dengan penulis kitabMadrikun Nazhar, bagaimana hubungan anda (dengannya)?

    Asy-Syaikh menjawab : "Asy-Syaikh 'Abdul Mlik, hubunganku dengannya sangat kuat, aku senantiasa

    berhubungan dengannya. Tidak ada masalah apapun antara aku dengannya, tidak ada masalah apapun

    antara aku dengannya."

    - sekian Asy-Syaikh Abdul Muhsin -

    * * *

    Perlu diketahui, bahwa transkrip ini telah banyak ditampilkan di beberapa situs internet. Di antaranya

    bisa diklik link-link berikut :

    http://www.salafyoun.com/showthread.php?t=4061 http://www.morsall.com/vb/showthread.php?t=1902 http://www.du3at.com/vb/showthread.php?p=22053

    42 Kebiasaan beliau adalah menghentikan sejenak pelajaran ketika dikumandangkan adzan 'Isya', untuk menjawab adzan dan berdo'asetelahnya. Setelah itu beliau melanjutkan kembali pelajaran hingga iqamat untuk shalat.

  • 8/14/2019 Sekelumit Catatan untuk Abduh Zulfidar Akaha

    26/26

    http://www.benaa.com/Read.asp?PID=451389&Sec=4(link - link internet tersebut masih aktif hingga ditampilkannya tulisan ini)

    Dari data di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan penting :

    1. Bahwa data yang disebutkan oleh Al-Ustadz Luqman dalam MDMTK tentang klarifikasi Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbd tentang kitab Rifqan-nya kepada siapa ditujukan, adalah data

    yang benar dan sah.2. Asy-Syaikh Abdul Muhsin telah membaca kitab Madrikun Nazhar dua kali dari awal hinggaakhir, dan beliau pun tidak pernah rujuk dari apa yang telah beliau tuliskan tentang kitab

    Madrikun Nazhar tersebut3. Asy-Syaikh Abdul Muhsin dalam klarifikasinya di atas sekaligus menegaskan bahwa kelompok

    Al-Ikhwanul Muslimin, orang-orang yang terpengaruh dengan paham Sayyid Quthb,tokoh-tokoh harakiyyin (para aktivis kelompok-kelompok pergerakan), orang-orang yang

    terpengaruh oleh paham fiqhul waqi, dan orang-orang yang mencaci maki pemerintah serta

    meremehkan para ulama tidak termasuk dalam barisan ahlus sunnah.

    4. Hubungan Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin dengan Asy-Syaikh 'Abdul Mlik Ramadhni, penuliskitabMadrikun Nazhar, sangat baik dan kuat.

    Semoga apa yang saya sajikan ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan koreksi, terutama bagi saudara

    Abduh Zulfidar Akaha, yang dengan mudahnya meragukan validitas sebuah data dengan alasan link

    internetnya tidak bisa dibuka. Bahkan dengan mudahnya saudara Abduh ini menjatuhkan kredibilitas

    pihak lain dengan alasan keabsahan sebuah data yang ia buat meragukan.

    Ikuti Pembahasan berikutnya,Insya Allh