Sejarah Singkat Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia

12
Sejarah Singkat Hukum Perdata yang Berlaku di Indonesia Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat ini berlaku di Indonesia, tidak lepas dari Sejarah Hukum Perdata Eropa. Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa Kontinental berlaku Hukum Perdata Ramawi, disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu berbeda-beda. Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu kepastian hukum. Akibat ketidak puasan, sehingga orang mencari jalan kearah adanya kepastian hukum, kesatuan hukum dan keseragaman hukum. _ Pada tahun 18o4 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu kumpulan peraturan yang bemama "Code Civil des Francais" yang juga dapat disebut "Code Napoleon", karena Code Civil des Francais ini adalah merupakan sebagian dari Code Napoleon Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan dari beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan Hukum Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum Cononiek. Dan mengenai peraturan - peraturan hukum yang belum ada di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi, badan-badan hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (Jaman baru sekitar abad pertengahan) akhirnya dimuat pada kitab Undang—Undang tersendiri dengan nama "Code de Commerce".

Transcript of Sejarah Singkat Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia

Sejarah Singkat Hukum Perdata yang Berlaku di IndonesiaSejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat ini berlaku di Indonesia, tidak lepas dari Sejarah Hukum Perdata Eropa.Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa Kontinental berlaku Hukum Perdata Ramawi, disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu berbeda-beda.Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu kepastian hukum. Akibat ketidak puasan, sehingga orang mencari jalan kearah adanya kepastian hukum, kesatuan hukum dan keseragaman hukum. _Pada tahun 18o4 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu kumpulan peraturan yang bemama "Code Civil des Francais" yang juga dapat disebut "Code Napoleon", karena Code Civil des Francais ini adalah merupakan sebagian dari Code NapoleonSebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan dari beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan Hukum Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum Cononiek.Dan mengenai peraturan - peraturan hukum yang belum ada di Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi, badan-badan hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (Jaman baru sekitar abad pertengahan) akhirnya dimuat pada kitab UndangUndang tersendiri dengan nama "Code de Commerce".Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa Belanda (18o9-181 1), maka Raja Lodewijk Napoleon Menetapkan : "Wetboek Napoleon Ingerighr Voor het Koninkrijk Holland" yang isinya mirip dengan "Code Civil des Francais atau Code Napoleon" untuk dljadikan sumber Hukum Perdata di Belanda (Nederland).Setelah berakhimya penjajahan dan dinyatakan Nederland disatukan dengan Prancis pada tahun 1811, Code Civil des Francais atau Code Napoleon ini tetap berlaku di Belanda (Nederland).Oleh Karena perkembangan jaman, dan setelah beberapa tahun kemerdekaan Belanda (Nederland) dari Perancis ini, bangsa Belanda mulai memikirkan dan mengadakan kodifikasi dari Hukum Perdatanya. Dan tepatnya 5 Juli 1830 kodefikasi ini selesai dengan terbentuknya BW (Burgerlijk Wetboek) dan WVK (Wetboek van koophandle) ini adalah produk Nasional- Nederland namun isi dan bentuknya sebagian besar sama dengan Code Civil des Francais dan Code de Commerce.Dan pada tahun 1948, kedua Undang-Undang produk Nasional-Nederland ini diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas koncordantie (azas Politik Hukum).Sampai sekarang kita kenal dengan nama KUH Sipil (KUHP) untuk BW (Burgerlijk Wetboek). Sedangkan KUH Dagang untuk WVK (Wetboek van koophandle).(Sumber : http://bowolampard8.blogspot.com/2011/12/sejarah-hukum-perdata-di-indonesia.html )Dalam ilmu hukum terdapat beberapa pendapat tentang berlakunya KUH Perdata di masa kemerdekaan, antara lain:a. Pendapat Prof . Sahardjo, SHPokok-pokok Pemikirannya ialah sebagai berikut :

1. KUHPerdata (BW) merupakan hasil produk legislatif Belanda atas hukum di Hindia Belanda sehingga banyak dipengaruhi oleh alam pemikiran penjajah atas negara jajahannya

2. KUHPerdata (BW) dibentuk atas dasar pasal 131 jo 163 IS, yang bersifat diskriminatif dengan membagi-bagi penduduk menjadi beberapa golongan penduduk dan meletakkan golongan Indonesia Asli sebagai golongan yang paling bawah

3. Karena KUHPerdata dibuat berdasarkan PRINSIP DISKRIMINATIF, sementara prinsip tsb tidak dikenal oleh UUD45 maka KUH.PERDATA BUKANLAH merupakan suatu KITAB UNDANG-UNDANG (BUKAN MERUPAKAN WETBOEK) melainkan hanya MERUPAKAN BUKU HUKUM (MERUPAKAN RECHTSBOEK), yang isinya KUMPULAN HUKUM KEBIASAAN. Dengan demikian kedudukan KUH.PERDATA BUKAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG melainkan merupakan HUKUM KEBIASAAN.

4. Berdasarkan pada prinsip pemikiran tersebut, dimana KUH Perdata merupakan kumpulan hukum Kebiasaan maka selanjutnya DISERAHKAN KEPADA PERANAN HAKIM untuk menilai ketentuan-ketentuan di dalam KUHPerdata, apakah sesuai atau tidak dengan alam kemerdekaan. Dalam hal hakim menilai tidak sesuai maka hakim dapat memutuskan perkara dengan menyimpang dari KUHPerdata. Adalah tugas hakim untuk menilai ketentuan-ketentuan di dalam KUHPerdata, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat di alam kemerdekaan.b. Pendapat Prof . Mahadi, SHProf. Mahadi, SH, tidak sependapat dengan pendapat DR.Sahardjo, yang menurunkan KUHPerdata dari Wet Boek atau Kitab Undang-Undang menjadi Recht Boek atau Buku Hukum yang isinya kumpulan hukum kebiasaan.

Garis besar pendapat Prof. Mahadi adalah sebagai berikut :

1. KUHPerdata (BW) merupakan produk Belanda, dalam mengatur tatanan hukum di Hindia Belanda yang banyak dipengaruhi oleh alam pemikiran negara penjajah atas negara jajahannya (berdasarkan pasal 131 jo 163 IS);

2. KUHPerdata (BW) merupakan produk yang didasarkan pada pasal 131 IS, yang sifatnya diskriminatif, oleh karena itu mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak sesuai dengan alam kemerdekaan;

3. Prof. Mahadi, SH, tidak sependapat dengan pendapat Dr. Sahardjo, yang menurunkan KUHPerdata dari Wet Boek atau Kitab Undang-Undang menjadi Recht Boek atau Buku Hukum yang isinya kumpulan hukum kebiasaan;

4. Karena ketentuan itu dianggap berdiri sendiri, dan lepas dari ikatan kodifikasi maka untuk selanjutnya diserahkan kepada hakim untuk menilai pasal-pasal tersebut, sesuai atau tidak dengan alam kemerdekaan dan menyampingkannya jika dianggap tidak sesuai dengan alam kemerdekaan.

Prof. Sardjono, SH menjelaskan bahwa teori Prof. Mahadi, SH, dapat dinamakan teori Sapu Lidi, dengan pengertian bahwa ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dianggap lepas dari ikatan kodifikasi yang dianggap sebagai pengikat pasal-pasal didalamnya. Kodifikasi diartikan sebagai suatu pengikat, seperti ikatan pada sapu lidi, yang mengikat lidi (jika lidi itu lepas dari ikatannya maka berdiri sendiri-sendiri dan tidak dapat dikatakan sebagai sapu). Dengan anggapan seperti itu, maka Prof. Mahadi, SH, selanjutnya menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dianggap lepas dari ikatan kodifikasi, maka ketentuan atau pasal-pasal tersebut, masing-masing dianggap berdiri sendiri, dan tidak terikat dalam suatu sistem atau dalam suatu kodifikasi.

c. Pendapat DR . Mathilda Sumampuow, SHDr.Mathilda Sumampuow, SH mengemukakan bahwa pada dasarnya hukum mengejar 2 tujuan, yaitu mengejar keadilan dan kepastian hukum, sehingga dengan demikian pendapat yang menyatakan KUHPerdata bukan merupakan UU, melainkan hanya merupakan kumpulan hukum kebiasaan adalah kurang tepat, karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum.

Oleh karena itu KUHPerdata adalah suatu kitab UU, yang kedudukannya sama dengan UU yang merupakan produk hukum nasional sesudah kemerdekaan Indonesia, yang dibuat Presiden bersama-sama DPR.

(Sumber:http://ayobelajarhukum.blogspot.com/2011/11/hukum-perdata.html)Perihal Orang Dalam Hukumhukum [tentang] orang juga mempunyai arti sebagai keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang subjek hukum dan wewenangnya, kecakapannya, domisili, dan catatan sipil. Dalam definisi diatas terkandung dua cakupan yaitu wewenang subjek hukum dan ruang lingkup pengaturan hukum orang. Wewenang pada dasarnya merupakan hak dan kekuasaan seseorang untuk melakukan perbuatan hukum. Wewenang dalam hukum dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu

1. Wewenang untuk mempunyai hak (rechtbeveogdheid)

2. Wewenang untuk melakukan perbuatan hukumdan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(Sumber : http://rasyidassaify.blogspot.com/2012/03/perihal-orang-dalam-hukum.html ) Badan Hukum sebagai Subyek Hukum menurut para ahli :

1. H.Tn.Ch.Kal dan V.F.M Den Hartof :

Purusa wajar,yakni manusia ialah Subyek Hukum . Akan tetapi lain dari pada manusia,menurut hukum ada juga subyek hukum yang lain yang tidak bersifat wajar atau makhluk , melaikan berupa suatu organisasi. Organisasi yang memperoleh sifat subyek hukum itu ialah purusa hukum atau badan hukum . Purusa hukum dapat bertindak dalam hubungan hukum sebagai purusa wajar ia boleh mempunyai milik , boleh berunding , boleh mengikat perjanjian , boleh bertindak , dalam persengketaan hukum dan sebagainya dan memikul tanggung jawab dalam arti hukum tentang segala perbuatannya.

2. Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo :

Pribadi hukum ialah suatu badan yang memiliki harta kekayaan terlepas dari anggota-anggotanya, dianggap sebagai subyek hukum mempunyai kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum . mempunyai tanggung jawab dan memiliki hak-hak serta kewajiban-kewajiban seperti yang dimiliki oleh seseorang.3. Wirjono Prodjodikoro :

Badan yang disamping manusia perseorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.

(Sumber : http://www.jurnalhukum.com/pengertian-badan-hukum/ )

Berkenaan dengan badan hukum, terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli tentang badan hukum, yaitu:1) Teori fiksiBadan hukum di anggap buatan negara saja, sebenarmya badan hukum itu tidak ada, hanya orang menghidupkan bayangannya sebagai subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Teori ini di kemukakan F. Carl Von Savigny.2) Teori harta kekayaan bertujuan (Doel vermogenstheorie)Hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Adanya badan hukum di beri kedudukan sebagai orang disebabkan badan ini mempunyai hak dan kewajiban, yaitu hak atas harta kekayaan dan dengannya itu memenuhi kewajiban-kewajiban kepada pihak ke tiga. Penganut teori ini ialah Brinz dan Van der Heijden dari Belanda.3) Teori organ (Organnen theory)Badan hukum ialah sesuatu yang sungguh-sungguh ada dalam pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat-alatnya (organ) yang ada padanya (pengurusnya). Jadi bukanlah sesuatu fiksi tapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari konstruksi yuridis. Teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke dan Z. E. Polano.4) Teori milik bersama (Propriete collectif theory)Hak dan kewajiban pada badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban para anggota secara bersama-sama. Kekayaan badan hukum adalah kepunyaan bersama para anggota. Pengikut teori ini adalah Star Busmann dan Kranenburg5) Teori kenyataan yuridis (Juridische realiteitsleer)Badan hukum merupakan suatu realitet, konkret, riil, walaupun tidak bisa di raba, bukan khayal, tetapi kenyataan yuridis. Teori ini di kemukakan oleh Mejers. (Sumber : http://equityjusticia.blogspot.com/2013/09/badan-hukum-sebagai-subjek-hukum.html)Berikut ini jenis-jenis badan hukum menurut para ahli :

Menurut E.Utrecht / Moh.Soleh Djidang : 1.Perhimpunan (Vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela oleh orang yang bermaksud untuk memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara kebudayaan, mengurus soal-soal social dan lain-lain.

2.Persekutuan orang(gemmenschap van mensen) yang terbentuk karena factor-faktor kemasyarakatan dan politik dalam sejarah.

3.Organisasi orang yang didirikan berdasarkan undang-undang tetapi bukan perhimpunan yang termasuk dalam poin 1.

4.Yayasan .

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, badan hukum dapat dibedakan menjadi :

1) Badan Hukum Ketatanegaraan , yang dibedakan lagi menjadi :

Daerah-daerah otonom: Provinsi,Kabupaten.

Lembaga-Lembaga,majelis,bank-bank.2) Badan Hukum Keperdataan,yang terbagi menjadi :

Zadelijk lichaan, yaitu perhimpunan menurut ketentuan pasal 1653 KUH Perdata .

Yayasan.

Badan Hukum yang diatur dalam hukum dagang , yaitu perseroan Terbatas , Koperasi dan lain-lain .

(Sumber : http://www.jurnalhukum.com/penggolongan-badan-hukum/ )

TUGAS HUKUM PERDATA I

Nama

: Meidiana Putri Sukowati

Kelas

: B

Npm

: 1333.001.110

Dosen Pengajar: Bapak Sophar maruHutagalung, SH.MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

2013-2014