Sejarah ejaan bahasa indonesia

14
DOSEN : DRS. H. NASARUDDIN M. ALI Nama : RAHMATIA AZZINDANI Nim : A1C211123 JURUSAN : S1 AKUNTANSI Kelas : III AE 7 ( A ) Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Transcript of Sejarah ejaan bahasa indonesia

Page 1: Sejarah ejaan bahasa indonesia

DOSEN:

DRS. H. NASARUDDIN M. ALI

Nama : RAHMATIA AZZINDANI

Nim : A1C211123

JURUSAN : S1 AKUNTANSI

Kelas : III AE 7 ( A )

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Page 2: Sejarah ejaan bahasa indonesia

Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/ Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:

Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :

1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.3. Tanda diakritik, seperti koma ain, hamzah dan tanda trema, untuk menuliskan

kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.4. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya

harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

Ejaan Soewandi

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuysen mengalami beberapa perubahan. Pada tanggal 19 Maret 1947, Mr. Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Republik Indonesia meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik, yang menggantikan ejaan sebelumnya. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur.2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,

pak, maklum, rakjat.3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada anak2 (anak-anak), ber-

jalan2 (berjalan-jalan), ke-barat2-an (kebarat-baratan).4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata

yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono mengajukan Pra-saran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlunya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia.

Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan Malaysia dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama

Page 3: Sejarah ejaan bahasa indonesia

ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan hubungan politik yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali gagal diberlakukan.

Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang menjadi Pusat Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun, hasil perubahan ini juga tetap banyak mendapat pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal kembali.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu.

Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 ( Amran Halim, Ketua ), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut :

1. Perubahan Huruf 

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh

J pajung, laju y payung, layu

nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

F maaf, fakir

Page 4: Sejarah ejaan bahasa indonesia

v valuta, universitas

z zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai a : b = p : q Sinar-X

4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan, dan di atau ke sebagai kata depan dibeda- kan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang meng- ikutinya.

di- (awalan) di (kata depan)

ditulis di kampus

dibakar di rumah

dilempar di jalan

dipikirkan di sini

ketua ke kampus

kekasih ke luar negeri

kehendak ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Contoh : Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

Perubahan:Indonesia(pra-1972)

Malaysia(pra-1972)

Sejak1972

tj ch c

dj j j

ch kh kh

nj ny ny

sj sh sh

j y y

oe* u u

Catatan: Tahun 1947 "oe" sudah digantikan dengan "u".

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

Page 5: Sejarah ejaan bahasa indonesia

'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci

'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak

'j' menjadi 'y' : sajang → sayang

'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk

'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat

'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir

awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada

contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi,

sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan

Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat

pada Penulisan tanda baca sesuai EYD.

Pengertian Ejaan

Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf, atau serta penggunaan tanda bacanya. Tiap negara mempunyai aturan ejaan tersendiri dalam melambangkan bunyi-bunyi bahasa negaranya. Demikian juga di Indonesia, tercatat ada 6 sejarah ejaan yang pernah dikenal di Indonesia. Dari enam ejaan tersebut, ada 3 ejaan yang pernah diberlakukan bahkan salah satunya tetap dipakai sampai saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan 3 ejaan lainnya belum sempat di terapkan atau dipakai di Indonesia karena berbagai faktor.

Dasar yang paling baik dalam melambangkan bunyi-ujaran atau bahasa adalah satu bunyi-ujaran yang mempunyai fungsi untuk membedakan arti harus dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Dengan demikian pelukisan atas bahasa lisan itu akan mendekati kesempurnaan, walaupun kesempurnaan yang dimaksud itu tentulah dalam batas-batas ukuran kemanusiaan, masih bersifat relatif. Walaupun begitu literasi (penulisan) bahasa itu belum memuaskan karena kesatuan intonasi yang bulat yang menghidupkan suatu arus-ujaran itu hingga kini belum dapat diatasi. Sudah diusahakan bermacam-macam tanda untuk tujuan itu tetapi belum juga memberi kepuasan. Segala macam tanda baca untuk menggambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda tanya, dan lain-lain adalah hasil dari usaha itu. Tetapi hasil usaha itu belum dapat menunjukkan dengan tegas bagaimana suatu ujaran harus diulang oleh yang membacanya.

Page 6: Sejarah ejaan bahasa indonesia

Segala macam tanda baca seperti yang disebut di atas disebut tanda baca atau pungtuasi.

Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu tanda untuk satu bunyi, namun masih terdapat kepincangan-kepincangan. Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf ), misalnya ng, ny, kh, dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip yang dianut, maka diagraf-diagraf tersebut harus dirubah menjadi monograf (satu fonem satu tanda). Di samping itu masih terdapat kekurangan lain yang sangat mengganggu terutama dalam mengucapkan kata-kata yang bersangkutan, yaitu ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja yakni e (pepet) dan e (taling). Ini menimbulkan dualisme dalam pengucapan. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menulils seluruh kata di sana. Apakah kita harus memisahkan kata bunga menjadi bu – nga atau b – unga . Semuanya ini memerlukan suatu peraturan umum, agar jangan timbul kesewenangan.

Batasan: Keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

Pengembangan Kata

1. Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar iniadalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah: makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

Page 7: Sejarah ejaan bahasa indonesia

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, ataumakna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.

Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.

Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makan denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.

Contoh:Dia adalah wanita cantik (denotatif)Dia adalah wanita manis (konotatif)

Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.

Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.

Contoh lain:Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat.

Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata

Page 8: Sejarah ejaan bahasa indonesia

kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.

Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.

Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:Keras kepalaPanjang tangan,Sakit hati, dan sebagainya.

2. Kata Konkrit dan Kata Abstrak

Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkrit.Contoh:meja, rumah, mobil, air, cantik.

Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.Contoh: ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian.

Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.

Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang menggunakan kata konkrit.

Contoh:1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak

berwujud atau tidak berbentuk)3. Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.

3. SinonimSinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna

yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.

Page 9: Sejarah ejaan bahasa indonesia

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.

Contoh:Agung, besar, raya.mati, mangkat, wafat, meninggal.cahaya, sinar.ilmu, pengetahuan.penelitian, penyelidikan.

4. Antonim

Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.

5. Homonim

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama.

Contoh:Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman. (bisa = mampu) Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).

6. Homofon

Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.

Contoh:Guci itu adalah peninggalan masa Kerajaan Kutai (masa = waktu)Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa. (massa = masyarakat umum)

Contoh :keras, lembeknaik, turunkaya, miskin

surga, nerakalaki-laki, perempuanatas, bawah

Page 10: Sejarah ejaan bahasa indonesia

7. Homograf

Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama.

Contoh:Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi. (teras= pejabat tinggi)Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi. (teras = bagian rumah)

8. Polisemi

Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.

Contoh:Kepala desaKepala surat

9. Hipernim

Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.

Contoh :Hantu, ikan, kue

10. Hiponim

Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.

Contoh :Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain.Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, dan lain-lain.

Kata Kajian

Kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang.Kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau kepentingan keilmuan.Kajian berarti hasil mengkaji.

Page 11: Sejarah ejaan bahasa indonesia

Ciri-ciri:- Hanya dikenal orang tertentu (ilmuwan, cendekia)- Dipakai dalam kegiatan-kegiatan ilmiah.

Kata populer

Kata yang dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat dalam kehidupan sehari- hari.

Ciri-ciri:- mudah diketahui, dimengerti dan dipakai oleh masyarakat luas.- dipakai dalam kehidupan sehari hari.

Contoh:Kata kajian aktivitas filterkotemplasipasienalumnusrangkingmengevaluasiintrospeksivolumetargetmotivasiimajinasifiktifkarakteragendaargumen

Contoh:Kata Populerkegiatanpenyaringmerenungorang sakitlulusanperingkatmenilaikoreksi diriisisasarandorongankhayalantidak nyataperangairencanapendapat