Schistosoma Reflexus, Kelas C, Kelompok 5.

download Schistosoma Reflexus, Kelas C, Kelompok 5.

of 9

Transcript of Schistosoma Reflexus, Kelas C, Kelompok 5.

MAKALAHKEBIDANAN, KEMAJIRAN dan GANGGUAN REPRODUKSISchistosoma Reflexus

NAMA KELOMPOK:Kelompok 5Diah Lilis Laila(125130101111038)Ajeng Febriannix(125130101111039)Nirwan Maulana(125130101111043)Baiq Nindy Puji Rahayu(125130101111044)Adrian Bagus Prakoso(125130100111057)Dewi Febriana(125130101111059)KELAS C

PROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANGTAHUN AJARAN 2013-2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kebidanan, Kemajiran, dan Gangguan Reproduksi yang berjudul Schistosoma Reflexus. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.

Malang, 27 Oktober 2013

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSchistosoma Reflexus adalah kelainan bentuk janin, atau cacat sehingga sulit untuk fetus lahir normal dikarenakan dengan posisi tungkai dan kepala dan leher dapat diraba, sehingga hasil terakhir untuk dilakukan sesar pada sapi tersebut.Schistosomus reflexus adalah salah satu anomali kongenital yang paling umum ditemui pada hewan ternak, kasus seperti ini sering ditemukan pada sapi jenis Shorthorn, Ayrshire, Geurensey dan FH. Ukuran dan letak ekstermitas fetus ini dalam cornua uterus yang menyebabkan berbagai problem dalam proses pengeluarannya dari fetus. Kondisi yang luar biasa seperti ini paling sering di jumpai pada jenis sapi Guerensey, dimana kepala dan keempat kaki- kaki fetus tersebut terbungkus dalam kantong kulit yang sempurna tetapi membalik. Pada pembedahan bentuk ini sering membingungkan karena baru setelah kantong kulit dibuka sudah dapat melihat kepala dan kaki-kaki fetus tersebut.Akibat dari schistosoma reflexus ini juga dapat menyebabkan distokia (kesulitan melahirkan). Sehingga untuk membantu penanganannya harus dilakukan dengan operasi caesar.

1.2 Rumusan MasalahApa itu distokoia dan bagaimana penanganannya ?Apa pengertian schistosoma reflexus?Bagaimana gejala dari schistosoma reflexus?Bagaimana penanganan pada kasus schistodoma reflexus?

1.3 TujuanUntuk mengetahui apa itu distokia dan cara penanganannyaUntuk mengetahui apa pengertian dari schistosoma reflexusMengetahui bagaimana gejala yang ditimbulkan schistosoma reflexuxMengetahui bagaimna cara penanganan pada kasus schistosoma reflexus

BAB IIPEMBAHASAN2.1 DistokiaMerupakan suatu kondisi stadium pertama kelahiran (dilatasi cervik) dan kedua (pengeluaran fetus) lebih lama dan menjadi sulit dan tidak mungkin lagi bagi induk untuk mengeluarkan fetus. Sebabsebab distokia diantaranya herediter, gizi, tatalaksana, infeksi, traumatik dan berbagai sebab lain. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya (Dian dkk, 2007) : Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara di dorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi). Penarikan paksa, apabila uterus lemah dan janin tidak ikut menstimulir perejanan. Pemotongan janin (Fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur janin yang abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan. Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomy) dengan alat dan kondisi yang steril.

Gambar distokia pada ternak

Salah satu penyebab terjadinya distokia yaitu karena kematian fetus yang abnrmal di dalam perut induk, seperti schistosoma reflexus

2.2 Pengertian Schistosoma ReflexusSchistosomus reflexus adalah gangguan bawaan umum fatal, terutama pada ruminansia, cirri-cirinya yaitu termasuk inverse tulang belakang, keluarnya organ dalam perut karena adanya sobekan atau celah pada dinding perut bagian ventral, ekstremitas ankilosis, diafragma hipoplasia, keluanya organ dalam thorak atau perut, kelainan pencernaan dan system urogenital (Bello dkk, 2012)Schistosomus reflexus adalah salah satu anomali kongenital yang paling umum ditemui pada hewan ternak. Keterlibatan kromosom dan paparan agen teratogenik kemungkinan penyebab schistomus reflexus.Ada fusi tidak lengkap dari tulang rawan Xifoid dan kulit di sekitar daerah tersebut. Anggota tubuh yang hiper diperpanjang. Fusi tulang rawan sternum berhenti di 3rd interkostal. Paru-paru kiri tidak sepenuhnya berkembang dan celah untuk demarcates lobus individu tidak ada, ginjal kanan berada di rongga dada. Diafragma benar-benar tidak ada pada fetus. Ada konvergensi dari rusuk kiri menuju kolom tulang belakang, bagian perut dan lateral.

Schistosoma refleksus pada ternak2.3 Gejala Anak sapi yang mengalami kondisi ini (Schistosoma reflexus) ditandai dengan kegagalan dinding tubuh untuk menutup, sehingga anak sapi yang pada dasarnya bersifat "inside-out" terkena paparan dari organ-organ perut. Tulang umumnya cacat, dengan kelainan seperti jumlahnya berkurang atau menyatunya tulang rusuk dan tulang belakang, kaki bengkok dan posisinya tidak benar, dan inversi dari kanal tulang belakang (Philip dkk, 2011)

2.4 PenangananCacat janin seperti ini tidak mungkin ditarik dengan metode konvensional, dan harus dikeluarjkan dari rahim dengan cara fetotomy atau operasi caesar. Adapun prosedur dilakukannya caesar yaitu (Pammu Sureng, 1933):Pertama ternak terlebih dahulu dibius atau diberikan obat penenang dengan 1 mls xylazine stelah 5 menit diikuti dengan pemberian 2,5 mls ketamin. Menit berikutnya diberikan lagi 2 mls clenbuterol, setelah itu diletakkan pada meja operasi sebelah kanan dalam posisi miring untuk menjaga kepala lebih rendah dari dada. Oksigen dan isosulfat diberikan melalui masker, dan bidang pembiusan diperdalam dengan memberi iniltrasi 2% lignocaine dengan adrenalin, 5 mls amoxilin (synulox) diberikan sebelum pembedahan.Dilakukan pembedahan melalui bagian kiri kulit, otot dan rahim yang di identifikasi, meskipun penanganan secara lembut rahim kadang robek karena sendi siku. Janin lahir dengan beberapa kesulitan dan kompromi aseptis.Pada keadaan letak fetus ekstermitas posterior: kepala dan keempat kaki kakinya berada di mulut cervix, sedangkan jerom (viscera) berada dari cornua uterus , dengan keadaan seperti ini, maka prosedur pengeluarannya seperti berikut: Pertama tama dilakukan adalah penarikan fetus tersebut ke arah thorax, ini dapat dilakukan dengan memandatkan kedua tangan pembedah. Bila ukuran fetus kecil akan mudah dilakukan, sedang pada fetus berukuran besar akan sulit dilakukan, pada kasus terakhir ini, retropulsi via vagina sangat membantu. Bila cara ini gagal, maka foetotomi partial dilakukan via celah sayatan dengan memotong menjadi dua fetus tersebut pada punggungnya dengan menggunakan gergaji kawat. Dengan ini akan memudahkan pengeluaran fetus via celah sayatan uterus dan dinding perutSetelah itu rahim ditutup dengn jahitan dengan kontinyu vicryl pembalik, di lapisi dengan sela jahitan. Rahim dan rongga perut yang memerah diberikan garam hangat isotonik, oksitosin 2ml, dan ditutupi lapis demi lapis dengan vicryl. Kulit ditutup dengan nilon dalam everting pola horizontal. Pada akhir operasi diberikan 2 mls meoxicam.Penutup antibiotik amoksisilin dengan (Synulox) dipertahankan selama empat hari pasca bedah. Beberapa saat setelah jahitan penghapusan suatu abses dikembangkan di ujung bawah sayatan. Setelah dua intervensi untuk drainase, pada detik yang beberapa materi nekrotik telah dihapus, sayatan akhirnya sembuh.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan Dari pembahsan di atas dapat kita simpulkan bahwa distokia Merupakan suatu kondisi stadium pertama kelahiran (dilatasi cervik) dan kedua (pengeluaran fetus) lebih lama dan menjadi sulit dan tidak mungkin lagi bagi induk untuk mengeluarkan fetus. Penyebab distokia ini sangat beragam, salah satunya yaitu bisa disebabkan oleh schistosoma reflexus. Schistosoma Reflexus adalah kelainan bentuk janin atau cacat, sehingga sulit untuk fetus lahir normal dikarenakan dengan posisi tungkai, kepala dan leher dapat diraba.Adapun gejala schistosoma reflexus ditandai dengan kegagalan dinding tubuh untuk menutup, sehingga anak sapi yang pada dasarnya bersifat "inside-out" terkena paparan dari organ-organ perut. Tulang umumnya cacat, dengan kelainan seperti jumlahnya berkurang atau menyatunya tulang rusuk dan tulang belakang, kaki bengkok dan posisinya tidak benar, dan inversi dari kanal tulang belakang. Cacat janin seperti ini hanya dapat dikeluarkan dari rahim dengan cara fetotomy atau operasi caesar.

3.2 SaranSebaiknya kasus yang akan dijadikan tugas makalah dijelaskan pengertiannya terlebih dahulu, agar mahasiswa mempunyai gambaran apa yang harus dibahas dalam makalah tersebut dan tidak kesulitan dalam mencari refrensi.

DAFTAR PUSTAKA

Bello, Sonfada, Umar. 2012. Schistosomus Reflexus in a red Sokoto Doe. Nigaria : Scientific Jurnal of ZoologyDian, Ratnawati, dkk. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pasuruam : Pusat Penelitian Dan Pengembangan PeternakanPhilip R. Scott, dkk. 2011. Cattle Medicine. Londong: Manson PublishingPammu Sureng, 1933. Bedah caesarpendekatan flank kiri dan penerapannya pada ternak sapi di bawah kondisi lapangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor