Analisa Resep Kelompok c

26
ANALISA RESEP 1 KELENGKAPAN RESEP Sesuai Ketentuan Lengkap/Tida k Keterangan Identitas dokter lengkap No. SIP tidak dicantumkan, karena dpt diganti dengan kop instansi (poliklinik) Superscript io Nama, alamat, nomor izin klinik lengkap Alamat dan no. Izin klinik tidak dicantumkan, karena dpt diganti dengan kop instansi (poliklinik) Tempat dan Lengkap - POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM Dr. Putri Mataram, 6/6-13 R/ B complex no X R/ Vitamin C no X R/ Amoksisilin no X m.f.pulv. no X 3 d d I R/ Paracetamol syr no I 3 d d I C

Transcript of Analisa Resep Kelompok c

Page 1: Analisa Resep Kelompok c

ANALISA RESEP 1

KELENGKAPAN RESEP

Sesuai Ketentuan

Lengkap/Tidak

Keterangan

Identitas dokter lengkap No. SIP tidak dicantumkan, karena dpt

diganti dengan kop instansi (poliklinik)

Superscriptio Nama, alamat,

nomor izin klinik

lengkap Alamat dan no. Izin klinik tidak

dicantumkan, karena dpt diganti dengan kop

instansi (poliklinik)

Tempat dan

tanggal penulisan

resep

Lengkap -

Simbol R/ Lengkap -

Nama, umur,

alamat pasien

Tidak Alamat pasien tidak lengkap

Inscriptio R/1 Tidak - BSO tiap-tiap obat seharusnya dituliskan

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Putri Mataram, 6/6-13

R/ B complex no X

R/ Vitamin C no X R/ Amoksisilin no X

m.f.pulv. no X∫ 3 d d I

R/ Paracetamol syr no I∫ 3 d d I C

Pro : AgungUmur : 5 tahunAlamat : Cakranegara

Page 2: Analisa Resep Kelompok c

sebelum nama bahan obat

- Dosis amoksilin seharusnya dicantumkan

- Ketiga obat tersebut seharusnya tidak

boleh dipuyer

R/2 Tidak - Cara pemberian seharusnya I cth (sendok

plastik) bukan C (sendok makan)

Subcriptio R/1 Tidak -

Paraf/Tanda

tangan

R/1 TidakSeharusnya ada paraf dokter

R/2 Tidak

ANALISA RESEP

Obat

1. Dosis Obat

a. Dosis obat dalam resep

R/1

Pada resep tersebut tidak disebutkan BSO masing-masing obat, untuk obat

amoksisilin dosis obat yang akan digunakan tidak dicantumkan. Namun pada resep

ini seharusnya antara vitamin dan amoksisilin tidak dipuyer karena merupakan obat

simptoms dan obat causal.

R/2

Parasetamol sirup (1 sendok makan, 15 ml)

Untuk resep ini untuk penggunaannya, tidak dicantumkan sediaan dosis yang tersedia

di pasaran. Dilihat dari sediaan generik yang ada di pasaran untuk parasetamol sirup

yakni, 120 mg / 5 ml maka seharusnya cara pemberian obat dengan sentok plastik

(cth) bukan dengan sendok makan (C). Sedangkan untuk pemberian obatnya berupa

sirup, untuk anak usia 5 tahun, pemilihannya sudah tepat.

Page 3: Analisa Resep Kelompok c

b. Dosis obat seharusnya

R/1

Amoksisilin untuk anak di bawah 10 tahun sebaiknya 125 – 250 mg setiap 8 jam,

pemakaian 3 x sehari

R/2

Paracetamol untuk anak 1-5 tahun, dosis 120 – 250 mg setiap 4 – 6 jam / hari,

maksimum 4 dosis / 24 jam

2. Jadwal pemberian

Nama Obat Interval Waktu Durasi Keterangan

Amoksisilin 3x sehari Setiap 8 jam Seharusnya tidak

dipuyer bersama

vitamin.

Parasetamol 3x sehari,

maksimum

4 dosis / 24

jam

Setiap 4-6 jam Sehusnya

diberikan dengan

sendok plastik

(cth) sesuai

bentuk sediaan di

pasaran

Vitamin Boleh diberikan

ataupun tidak.

3. Interaksi obat

– Pada R/1 tidak terdapat interaksi antara kedua kombinasi obat dan vitamin, walaupun

sebenarnya kombinasi obat dan vitamin tersebut tidak boleh jika dipuyer

– Tidak terdapat interaksi antara obat pada R/1 dan R/2.

Page 4: Analisa Resep Kelompok c

SEHARUSNYA PENULISAN RESEP

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAMAlamat

Dr. Putri Mataram, 6/6-13

R/ B complex no X paraf

R/ Vitamin C no X parafR/ Amoksisilin ds 125 fl no I

∫ 3 d d II cth parafR/ Paracetamol syr no I

∫ prn 3 d d II cth paraf

Pro : AgungUmur : 5 tahunAlamat : Cakranegara

Page 5: Analisa Resep Kelompok c

ANALISA RESEP 2

KELENGKAPAN RESEP

Sesuai Ketentuan Lengkap/Tidak

Keterangan

Identitas dokter Tidak No. SIP tidak dicantumkanSuperscriptio Nama, alamat,

nomor izin klinik

Tidak Alamat dan no. Izin klinik tidak dicantumkan

Tempat dan tanggal penulisan resep

Lengkap -

Simbol R/ Lengkap -Nama, umur, alamat pasien

Tidak Alamat pasien tidak lengkap

Inscriptio Obat 1 Tidak - BSO tidak dicantumkan- Dosis obat tidak dicantumkan

Obat 2 Tidak - BSO tidak dicantumkan- Dosis obat tidak dicantumkan

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Cantik Mataram, 1/6-13

R/ GG no IIIDMP no IIIParasetamol no IIIKotrimoksazol no III

m.f.pulv no XIIS 3ddI pulv

Pro : AnitaUmur : 3 tahunAlamat : dasan agung

Page 6: Analisa Resep Kelompok c

Obat 3 Tidak - BSO tidak dicantumkan- Dosis obat seharusnya dicantumkan

Obat 4 Tidak - BSO tidak dicantumkan- Dosis obat seharusnya dicantumkan

Signatura Resep Tidak - Seharusnya dicantumkan penggunaan sebelum atau sesudah makan

Paraf/Tanda tangan

Resep TidakSeharusnya ada paraf dokter

ANALISA RESEP

Obat

1. Dosis Obat

Dosis obat pertama

GG (Glyceryl Guaiacolate) no III

Pada obat ini seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan

untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan, kemudian harus juga

dicantumkan jenis sediaan obatnya karena untuk  Glyceryl Guaiacolate ada beberapa

sediaannya yaitu kapsul dan larutan. Bentuk sediaan tablet dengan dosis, 50 mg atau

100 mg untuk setiap tablet. Sirup dengan dosis 100mg/5ml . Untuk dosis pada anak-

anak yaitu 2-6 tahun : liquid/syrup, dosis secara oral 50 sampai 100 mg setiap 4 jam;

dosis maksimum 600 mg/hari

Obat kedua

DMP (dextrometorphan) no III

Pada obat ini seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan

untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan, kemudian harus juga

dicantumkan jenis sediaan obatnya karena untuk  Dekstrometorfan HBr terdapat

sediaan tablet 15 mg, sirup 10mg/5 ml dalam botol 60 ml. Anak-anak 1mg/kgBB/hari

(dibagi dalam 3-4 dosis).

Page 7: Analisa Resep Kelompok c

Obat ketiga yaitu

Parasetamol no III

Pada obat ini juga tidak dicantumkan satuan berat obat dan bentuk sediaan obat,

parasetamol memilki berbagai bentuk sediaan obat seperti Paracetamol

Tablet : Setiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg. Paracetamol Sirup 125 mg/5

ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 125 mg. Paracetamol

Sirup 160 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 160 mg.

Paracetamol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung

Parasetamol 250 mg dan parasetamol suppositoria. Dosis untuk anak-anak, yaitu

Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari. Paracetamol Sirup 125 mg/5

ml Anak usia 2 – 6 tahun : 1 – 2 sendok takar (5mL), 3 – 4 kali sehari.

Obat keempat yaitu

Kotrimoksazol no III

Pada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan

untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan karena ada dua bentuk sediaan

Cotrimoxazole Tablet : Tiap tablet mengandung Trimethoprim 80 mg dan

Sulfamethoxazole 400 mg. Cotrimoxazole Tablet/Kaplet Forte : Tiap tablet/kaplet

forte mengandung Trimethoprim 160 mg dan Sulfamethoxazole 800

mg.Cotrimoxazole Syrup : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Trimethoprim 40

mg dan Sulfamethoxazole 200 mg. Untuk dosisnya Bayi usia 6 minggu – 6 bulan :

120 mg, 2 kali sehari. Anak usia 6 bulan – 6 tahun : 240 mg, 2 kali sehari. Anak usia

6 – 12 tahun : 480 mg, 2 kali sehari. Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 960 mg, 2

kali sehari.

Pada resep racikan ini juga tidak rasional untuk diracik karena kotrimoksazole merupakan

antibiotik yang sudah ditentukan lama pemberian obatnya dan obat-obat antibiotik harus

diminum secara habis sedangkan untuk paracetamol, gg dan dmp merupakan pengobatan

simptomatik, sehingga tidak rasional untuk diracik. Pada resep juga terdapat gg dan dmp dimana

gg merupakan ekspektoran dan dmp merupakan antitusif tidak rasional juga untuk diracik

karena fungsi obatnya berbeda. Selain itu juga pada resep tidak dicantumkan bentuk sediaan

obatnya, karena obat yang bisa diracik itu memiliki beberapa macam syarat yaitu :

Page 8: Analisa Resep Kelompok c

Obat tidak bersalut

Kemudian tidak boleh mencampurkan obat dengan jadwal minum yang

berbeda (t ½ berbeda)

Untuk polifarmaka; tidak boleh mengkombinasikan obat simptomatik dengan

obat kasusal. Contohnya antibiotik dengan obat-obatan simptomatik

Tidak boleh mencampurkan obat yang memilki jadwal minum sama yaitu

misalnya 3 kali sehari tetapi waktunya berbeda misalnya ada yang sebelum

makan dan ada yang setelah makan

Tidak boleh mencampur senyawa oksidan dengan vitamin C

Tidak boleh mengkombinasikan obat dengan efek yang berbeda

Sehingga pada resep racikan di atas karena tidak rasional maka dibuat terpisah saja, karena pada

resep tersebut terdapat dua macam obat batuk yaitu gg dan dmp, maka dipilih salah satunya

sesuai dengan keluhan pasien, misalnya untuk batuk berdahak diberikan GG. Untuk anak-anak

terutama dibawah 6 tahun sebaiknya diberikan sediaan sirup. Sehingga kita dapatkan 3 resep

obat yaitu GG, Parasetamol dan Kotrimoksazole.

2. Interaksi obat

Awalnya terjadi ketidakcocokan antara dmp dan GG, namun setelah kita keluarkan DMP

dari resep maka tidak akan terjadi reaksi obat dari parasetamol, kotrimoksazole dan GG

SEHARUSNYA PENULISAN RESEP

Page 9: Analisa Resep Kelompok c

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Cantik Mataram, 1 Juli 2013Sip.xxxxxxx

R/ syr Glyceryl Guaiacolate ml 60 lag IS.p.r.n 2 d.d C plastik 1/2

paraf

R/ Syr Paracetamol ml 60 lag 1S.p.r.n 3.d.d.C plastik 1

paraf

R/ Syr Kotrimaoksazol ml 60 lag 1S 2d.d C plastik I a.c

Paraf

Pro : AnitaUmur : 3 tahunAlamat : jalan xxxx Dasan agung

Page 10: Analisa Resep Kelompok c

ANALISA RESEP 3

KELENGKAPAN RESEP

Sesuai Ketentuan Lengkap/Tidak

Keterangan

Identitas dokter Tidak No. SIP tidak dicantumkanSuperscriptio Nama, alamat,

nomor izin klinikTidak Alamat dan no. Izin klinik tidak dicantumkan

Tempat dan tanggal penulisan resep

Lengkap -

Simbol R/ Lengkap -Nama, umur, alamat pasien

Tidak Alamat pasien tidak lengkap

Inscriptio R/1 Tidak - BSO seharusnya dituliskan sebelum nama bahan obat

R/2 Tidak - BSO seharusnya dituliskan sebelum nama bahan obat

R/3 Tidak - BSO tidak dicantumkan- Dosis obat seharusnya dicantumkan

Signatura R/1 Tidak - Seharusnya dicantumkan penggunaan jika diperlukan saja (signa pro re nata)

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Ganteng Mataram, 1/6-13

R/ Diaform tab no XS 3 dd I

R/ Loperamid 4 mg no X

S 3 dd I

R/ Kotrimoksazol no XS 3 dd I

Pro : Tn. SugengUmur : 16 tahunAlamat : Unram

Page 11: Analisa Resep Kelompok c

R/2 Tidak - Seharusnya dicantumkan penggunaan jika diperlukan saja (signa pro re nata)

R/3 Tidak - Seharusnya dicantumkan penggunaan sebelum atau sesudah makan

Paraf/Tanda tangan

R/1 TidakSeharusnya ada paraf dokter

R/2 TidakR/3 Tidak

ANALISA RESEP

Obat

3. Dosis ObatDosis obat dalam resepR/1Diaform no Xs. 3 da IPada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan. Tetapi karena sediaannya hanya 1 yakni 550 mg kaolin dan 20 mg pectin, maka bisa dituliskan tanpa menyertakan jumlah satuan berat obat. Dan juga harus dilengkapi s.p.r.n (jika perlu) yakni jika masih diare tiap BAB. Dosis obat seharusnya untuk dewasa 2,5 tablet tiap diare maksimal 15 tablet dalam 24 jam.

R/2Loperamid no. Xs. 3 da IPada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan. Dan juga harus dilengkapi s.p.r.n (jika perlu) yakni jika masih diare tiap BAB.. Tetapi karena sediaannya hanya 1 yakni 2 mg, maka bisa dituliskan tanpa menyertakan jumlah satuan berat obat. Dosis obat seharusnya : Diare akut dewasa awal 2 tablet diikut 1 tablet tiap BAB. Diare kronik awal seperti diare akut. Diberikan sampai didapatkan fesesnya padat/hari. Maksimal 8 tablet perhari.

R/3Kotrimoksazols. 3 da IPada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan karena ada dua bentuk sediaan non forte sulfamethoxazole 400 mg, trimetoprim 80 mg, sedangkan table forte sulfametoxazole 800 mg, trimetoprim 160 mg. Dosis dewasa dan anak > 12 tahun 2-3 tablet hari.

Page 12: Analisa Resep Kelompok c

4. Jadwal pemberian

Nama Obat Interval Waktu Durasi Keterangan

Diaform - Tiap BAB - Maksimal 15 tablet dalam 24 jam.

Loperamid - Tiap BAB - Maksimal 8 tablet perhari

Kotrimoxazol 3x sehari Setiap 8 jam Diberikan segera sesudah makan.

5. Interaksi obat– Pada obat antibiotik kotrimoxazol tidak memiliki interaksi dengan obat antidiare,

kombinasi ini sesuai karena antibiotik yang bertujuan menghambat bakteri dan pengurangan jumlah keluarnya cairan dari dalam tubuh untuk mencegah terjadi dehidrasi.

– Obat anti diare diaform bekerja sebagai absorben yang berfungsi menyerap cairan, sedangkan loperamid bekerja dengan anti motilitas dan anti sekresi. Pada penggunaan klinis, obat antidiare cukup hanya dengan satu saja, tidak efektif jika digunakan 2 obat antidiare bersamaan.

Page 13: Analisa Resep Kelompok c

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Yuyu Mataram, 1 Juli 2013

R/ Tab Diaform no XS.p.r.n t.d.d I

paraf

R/ Tab Kotrimoxazol ... mg no XS t.d.d I a.c

paraf

Pro : SugengUmur : 16 tahunAlamat : UNRAM

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Dr. Yuyu Mataram, 1 Juli 2013

R/ Tab Loperamid no XS.p.r.n t.d.d.d I

paraf

R/ Tab Kotrimoxazol ... mg no XS t.d.d I a.c

paraf

Pro : SugengUmur : 16 tahunAlamat : UNRAM

PENULISAN RESEEP : dapat dpilih satu resep dibawah ini yakni loperamid dengan kotrimoxazol atau diaform dengan kotrimoxazol.

Page 14: Analisa Resep Kelompok c

ANALISA RESEP 4

POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM

Nama : dr. Ganteng

SIP. No : 021/21/21/DINKES

Praktek : Jln Pendidikan no 37 Mataram, Telp: (0370) 653666

Mataram, 17 juni 2013

R/ Tab Demacolin no.X

s.t.d.d.tab 1.d.c

paraf

R/ Tab Salbutamol 4 mg no.X

s.t.d.d.tab 1 d.c

paraf

R/Tab Captopril 25 mg no.XX

s.b.d.d.tab 1 d.c.

paraf

Pro : Tu Aladin

Usia : 40 th

Page 15: Analisa Resep Kelompok c

SOAL KASUS 1

Penulisan Resep untuk Kasus di Atas

Seorang ibu hamil, 30 tahun datang memeriksakan kehamilannya yang kedua di puskesmas. Saat ini kehamilannya memasuki usia 4 bulan. Ibu tersebut mengeluh, dalam 1 minggu terakhir ini sering sakit kepala. Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD: 160/100 mmHg, N: 86x/menit, edema tungkai (-). Sejak mengetahui dirinya hamil, pasien rajin memeriksakan kandungannya. Pada ANC sebelumnya TD ibu tersebut selalu normal. Keluhan yang sama tidak dirasakannya pada kehamilan pertama. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan proteinuria (+), glukosa urine (-). Oleh dokter yang merawatnya, pasien ini diberikan obat antihipertensi dan analgetik.

dr. CantikSIP No: 300/123/UP/DINKES

Praktek:

Jl. Sakura Raya G no. 12 BTN SWETA,

Telp: (0370) 674010

Mataram, 15 Juni 2013

R/ Tab Nifedipine mg 10 No. XIV

S.t.d.d. Tab. I

paraf

R/ Tab Paracetamol mg 500 No. XI

S.p.r.n. t. d. d. Tab. I

paraf

Pro : Hani

Umur : 30 tahun

Page 16: Analisa Resep Kelompok c

Seorang balita umur 16 bulan diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan BAB encer

sejak tadi malam disertai dengan muntah. Dari anamnesa diketahui BAB encer lebih dari 8

kali sehari disertai dengan lendir dan bau amis. Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan

umum agak lemah, mata sedikit cekung, bibir kering dan turgor lambat. Dokter kemudian

memberikan penatalaksanaan berupa oralit dan zink.

SOAL KASUS 2

Daftar masalah :

- Anamnesis :

o Balita umur 16 bulan

o BAB encer sejak tadi malam lebih dari 8 kali sehari

o BAB disertai lendir dan bau amis

o muntah

- Pemeriksaan fisik

o keadaan umum agak lemah

o mata sedikit cekung

o bibir kering

o turgor lambat

- Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih

cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi

dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan

rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam

Page 17: Analisa Resep Kelompok c

- Penatalaksanaan yang diberikan : oralit dan zink

- Tujuan pemberian :

o Oralit : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur. Oralit saat ini

yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah,

yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang

terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita

tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat

pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat

dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

o Zink : Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang

mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI,

2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi

volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat

anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

o Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara

pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan

Page 18: Analisa Resep Kelompok c

No Nama Obat Cara Kerja Obat Tujuan Pemberian Dosis dan cara penggunaan

1. Zink menstabilkan struktur

membran dan

memodifikasi fungsi

membran dengan cara

berinteraksi dengan

oksigen, nitrogen dan

ligan sulfur

makromolekul

hidrofilik serta

aktivitas antioksidan.

Zink melindungi

membran dari efek

agen infeksius dan

dari peroksidasi lemak

dengan meningkatkan

pembentukan

immunoglobulin A

sekretori

Untuk mencegah

terjadinya dehidrasi

dapat dilakukan

mulai dari rumah

tangga dengan

memberikan oralit

osmolaritas rendah,

dan bila tidak

tersedia berikan

cairan rumah tangga

seperti air tajin, kuah

sayur.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari

walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok

makan air matang atau ASI,

sesudah larut berikan pada anak

diare

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10

mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20

mg) per hari selama 10 hari.

2. Oralit Oralit merupakan

cairan yang terbaik

bagi penderita

diare untuk

mengganti cairan

yang hilang.

Untuk mencegah

terjadinya dehidrasi

dapat dilakukan

mulai dari rumah

tangga dengan

memberikan oralit

osmolaritas rendah,

dan bila tidak

tersedia berikan

cairan rumah tangga

Umur Jumlah

oralit

yang

diberikan

tiap BAB

Jumlah

oralit yang

disediakan

di rumah

< 12

bulan

50-100

ml

400

ml/hari ( 2

bungkus)

1-4

tahun

100-200

ml

600-800

ml/hari

Page 19: Analisa Resep Kelompok c

seperti air tajin, kuah

sayur, air matang.

( 3-4

bungkus)

> 5

tahun

200-300

ml

800-1000

ml/hari (4-

5 bungkus)

Dewasa 300-400

ml

1200-2800

ml/hari

Pemberian oralit untuk anak usia 1-4 tahun :

100-200 ml dalam sekali minum setiap setelah anak BAB

Oralit di larutkan satu bungkus langsung dalam kurang lebih 100 ml air

Dalam satu sachet oralit mengandung 100 ml

Pemberian zinc untuk anak-anak pasca diare:

Dosis zinc untuk anak-anak 10-20 mg setiap harinya

Zinc dapat diberikan 10-14 tablet

Zinc diminum satu tablet sehari

Setiap satu tablet mengandung 20 mg zinc

Page 20: Analisa Resep Kelompok c

Penulisan Resep untuk Kasus di Atas

Dr. xxxx

DSP/50005/03.P/75BJl. xxxx – Mataram, Telp. xxxx

Dr. Putri Mataram, 13 Juni 2013

R/ sachet oralit no. XX

s.ad.lib paraf

R/ tab zinc 20 mg no.XIV

S 1 dd 1 paraf

Pro : bayi XUmur : 16 bulanAlamat : Cakranegara