skenario 5 kelompok C 2015

download skenario 5 kelompok C 2015

of 58

description

Resume skenario 5 blok xxx kelompok c 2011

Transcript of skenario 5 kelompok C 2015

RESUME KOMPILASI

RESUME BLOK 9

SKENARIO 5

(METABOLISME DAN NUTRISI)

Oleh : KELOMPOK C

1.Made Ngurah Arya P.

0820101010792.Kristia Yudha Bayu

0920101010773.Rizky Ratnawati

1120101010104.Chikita Rizqi Hanifati

1120101010175.Radityo Priambodo

1120101010246.Nastiti Putri Ariani

1120101010317.Meita Astuti

1120101010388.Vincentius Bashkara S

1120101010469.Budiono

11201010105310.Ratih Puspita Wulandari

11201010106011.Aisyah Alfiana

11201010106412.Putu Ratih Pradnyani Dewi 11201010106713.Sharfina

11201010108214.M. Firdaus

11201010108615.Dinda Ayu Teresha

112010101089FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

SKENARIO

Seorang pasien laki-laki, usia 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri di kaki. Nyeri terutama pada ibu jari kaki kanan. Keluhan dirasa paling berat saat bangun tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ibu jari kaki bengkak, kemerahan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TB=156 cm, BB=82 kg. Riwayat penyakit hiperkolesterolemia.

MIND MAP

PEMBAHASAN

1. Metabolisme

1.1 Metabolisme Protein

1.1.1 Jenis Asam Amino

1.1.2 Sintesis

Asam amino yang secara nutrisi nonesensial mempunyai lintasan biosintesis yang pendek. Dari 12 asam amino yang secara nutrisi nonesensial (Tabel 30-1), sembilan asam amino dibentuk dari intermediat. Tiga sisanya (Cys, Tyr, Hyl) dibentuk dari asam amino yang secara nutrisi esensial

Tabel 30-1, Kebutuhan asam amino pada manusia

Secara nutrisi esensialSecara nutrisi nonesensial

Arginin1Histidin1Isoleusin

Leusin

Lisin

Metionin

Fenilalanin

Treonin

Triptofan

Valin

Alanin

Asparagin

Aspartat

Sistein

Glutamat

Glutamin

Glisin

Hidroksiprolin2Hidroksilisin2Prolin

Serin

Tirosin

1Secara nutrisi semiesensial. Disuntesis dengan laju yang kurang memadai untuk mendukung pertumbuhan pada anak-anak.

2Tidak diperlukan untuk sintesis protein, tetapi terbentuk selama pemrosesan pascatransfasional kolagen.

Glutamat dehidrogenase, glutamin sintetase dan enzim transaminase menduduki posisi sentral pada biosintesis asam amino. Efek gabungan enzim tersebut adalah mengatalisis transformasi ion amonium anorganik menjadi nitrogen (-amino organik pada berbagai asam amino.

1. Glutamat: Reaksi aminasi reduktif (-ketoglutarat dikatalisis oleh enzim glutamat dehidrogenase. Disamping pembentukan L-glutamat dari intermediat amfibolik (-ketoglutarat, reaksi ini merupakan tahap pertama yang menjadi kunci pada biosintesis banyak asam amino lainnya.

2. Glutamin: Biosintesis glutamin dari glutamat dikatalisis oleh enzim glutamin sintetase. Reaksi tersebut memperlihatkan baik kesamaan maupun perbedaan dengan reaksi glutamat dehidrogenase. Keduanya mengikat nitrogen an organik- yaitu, yang satu pada gugus amino dan yang lain pada ikatan amida. Kedua reaksi dirangkaikan dengan sejumlah reaksi yang sangat eksergonik-yaitu untuk glutamate dehidrogenase, reaksi oksidasi NAD(P)H, dan untuk glutamin sintetase, reaksi hidrolisis ATP.

3. Alanin dan Aspartat: Transaminasi piruvat membentuk L-alanin, dan transaminasi oksaloasetat membentuk L-aspartat. Pemindahan gugus (-amino dari glutamate kepada intermediat amfibolik piruvat dan oksaloasetat, melukiskan kemampuan enzim transaminase untuk menyalurkan ion amonium, lewat glutamat, kepada nitrogen (-amino pada asam-asam amino.

4. Asparagin: Pembentukan asparagin dan aspartat, yang dikatalisis oleh enzim asparagin sintetase, menyerupai sintesis glutamin. Meskipun demikian, mengingat enzim mamalia lebih menggunakan glutamin daripada ion amonium sebagai sumber nitrogen maka asparagin sintetase pada mamalia tidak mengikat nitrogen anorganik. Sebaliknya, asparagin sintetase pada bakteri memakai ion amonium dan dengan demikian benar-benar mengikat nitrogen. Sebagaimana untuk reaksi lainnya yang membentuk pirofosfat (PPi), hidrolisis PPi menjadi Pi oleh enzim pirofosfatase memastikan bahwa reaksi tersebut dilihat dari energinya, sangat didorong.

5. Serin: Serin dibentuk dari intermediat D-3-fosfogliserat yang bersifat glikolitik. Gugus (-hidroksil dioksidasi menjadi gugus okso oleh NAD+, kemudian mengalami transaminasi yang membentuk fosfoserin. Senyawa ini lalu mengalami defosforilasi, kemudian membentuk serin.

6. Glisin: Sintesis glisin pada jaringan mamalia dapat terjadi lewat beberapa cara. Sitosol hati mengandung enzim-enzim glisin transaminase yang mengatalisis sintesis glisin dari glioksilat dan glutamat atau alanin. Berbeda dengan sebagian besar reaksi transaminase, reaksi ini sangat mendorong sintesis glisin. Dua jalur penting tambahan pada mamalia untuk pembentukan glisin adalah dari kolin dan dari serin lewat reaksi serin hidroksi-metiltransferase.

7. Prolin: Pada mamalia dan beberapa bentuk kehidupan lainnya, prolin dibentuk dari glutamat melalui pembalikan reaksi katabolisme prolin.

8. Sistein: Meskipun secara nutrisi tidak tergolong esensial, sistein dibentuk dari metionin (yang secara nutrisi esensial) dan serin (yang secara nutrisi nonesensial). Metionin pertama-tama dikonversikan menjadi homosistein lewat S-adenosilmetionin dan S-adenosilhomosistein. Konversi homosistein dan serin menjadi sistein serta homoserin diperlihatkan pada gambar 30-9.

9. Tirosin: Tirosin dibentuk dari fenilalanin melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim fenilalanin hidroksilase. Jadi, meskipun fenilalanin secara nutrisi merupakan asam amino esensial, tirosin bukan asam amino esensial asalkan makanan mengandung fenilalanin dengan jumlah yang memadai. Reaksi tersebut tidak reversibel sehingga tirosin tidak bias menggantikan kebutuhan nutrisi akan fenilalanin. Kompleks fenilalanin hidroksilase merupakan enzim oksigenase dengan fungsi campuran yang terdapat di ahti mamalia, tetapi tidak ditemukan pada jaringan lainnya. Reaksi tersebut melibatkan penyatuan satu atom oksigen molekular ke dalam posisi para pada fenilalanin, sementara atom lainnya direduksi dan membentuk air. Kekuatan mereduksi, yang akhirnya dipasok oleh NADPH, segera disediakan oleh tetrahidrobiopterin, yaitu pteridin yang menyerupai asam folat.

10. Hidroksiprolin: Karena prolin bertindak sebagai prekursor hidroksiprolin, prolin dan hidroksiprolin termasuk di dalam kelompok asam amino glutamat. Walaupun senyawa 3- maupun 4-hidroksiprolin terdapat pada jaringan mamalia, pembahasan berikut ini semata-mata membicarakan trans-4-hidroksiprolin.

11. Hidroksiprolin, seperti halnya hidroksilisin, terdapat terutama pada kolagen, yaitu protein yang paling berlimpah jumlahnya pada jaringan tubuh mamalia. Sekitar sepertiga bagian kolagen mengandung glisin, sepertiga lagi prolin plus hidroksiprolin. Hidroksiprolin, yang membentuk banyak residu asam amino pada kolagen, menstabilkan struktur tripel heliks kolagen terhadap pencernaan oleh enzim protease. Berbeda dengan gugus hidroksil pada hidroksilisin yang bertindak sebagai tapak pelekatan residu galaktosil dan glukosil maka gugus hidroksil pada hidroksiprolin kolagen tidak tersubstitusi.

12. Gambaran metabolisme hidroksiprolin dan hidroksilisin yang tidak lazim adalah asam amino yang terbentuk sebelumnya dari protein makanan yang dimakan, tidak menyatu ke dalam jaringan kolagen. Tidak ada tRNA yang mampu menerima hidroksiprolin atau hidroksilisin dan menyisipkannya ke dalam rantai polipeptida yang panjang. Meskipun demikian, prolin dari makanan merupakan prekursor hidroksiprolin kolagen, dan lisin dari makanan merupakan prekursor hidroksilisin kolagen. Hidroksilasi prolin atau lisin yang terikat-peptida dikatalisis oleh enzim prolil hidroksilase atau lisil hidroksilase, yaitu enzim yang berkaitan dengan fraksi mikrosom pada banyak jaringan (kulit, hati, paru, jantung, otot kerangka dan luka yang mengalami granulasi). Enzim-enzim ini merupakan peptidil hidroksilase, karena reaksi hidroksilasi hanya terjadi sesudah penyatuan prolin atau lisin ke dalam ikatan polipeptida.

13. Kedua enzim hidroksilase tersebut merupakan enzim oksigenase dengan fungsi campuran yang memerlukan, selain substrat, juga O2 molekular, askorbat, Fe2+ dan (-ketoglutarat. Prolil hidroksilase telah diteliti lebih luas, tetapi lisil hidroksilase tampaknya merupakan enzim yang sepenuhnya analog. Untuk setiap mol prolin yang mengalami hidroksilasi, 1 mol (-ketoglutarat akan mengalami dekarboksilasi menjadi suksinat.. selama proses ini berlangsung, satu atom O2 molekular disatukan ke dalam prolin dan satu lagi ke dalam suksinat.

14. Hidroksillisin: 5-Hidroksilisin ((, (-diamino-(-hidroksikaproat) terdapat di kolagen, tetapi tidak ditemukan pada sebagian besar protein mamalia lainnya. Hidroksilisin kolagen berasal langsung dari lisin di dalam makanan dan bukan dari hidroksilisin pada makanan. Sebelum mengalami hidroksilasi, pertama-tama lisin harus disatukan ke dalam ikatan peptida. Hidroksilasi peptida lisil kemudian dikatalisis oleh enzim lisil hidroksilase, yaitu enzim oksidase dengan fungsi campuran yang analog dengan prolil hidroksilase.

15. Selenosistein: Asam amino selenosistein terdapat pada tapak aktif beberapa enzim eukariotik dan prokariotik. Contohnya dari jaringan tubuh manusia mencakup enzim tioredoksin reduktase, glutation peroksidase yang menangkap peroksida, dan deiodinase yang mengonversi tiroksin menjadi triodotironin. Berbeda dengan hidroksiprolin dan asam amino lainnya yang terbentuk melalui modifikasi pascatranslasional asam amino peptidil, selenosistein terbentuk lewat suatu proses yang mendahului penyatuannya ke dalam peptida. Proses ini sejajar dengan proses untuk penyatuan asam amino yang lazim. Penyatuan kotranslasional selenosistein melibatkan tRNA, tRNASec, yang antikodon UCA-nya secara normal memberikan sinyal berhenti. Kemampuan apparatus sintesis protein untuk membedakan kodon UGA yang spesifik-selenosistein dari kodon yang memberikan sinyal berhenti melibatkan elemen penyisipan selenosistein, yang struktur berbentuk batnag-lengkung (stemloop) yang terdapat pada daerah mRNA yang tidak mengalami translasi 3. Biosintesis selenosistein-tRNASec bermuatan awalnya melibatkan aminoasilasi oleh L-serin, yaitu suatu reaksi yang dikatalisis enzim ligase yang memuat tRNASec. Penggantian selanjutnya atom oksigen serin oleh atom selenium melibatkan senyawa selenofosfat yang terbentuk pada reaksi yang memerlukan ATP dan dikatalisis oleh enzim selenofosfat sintase.

1.1.3 Katabolisme

1.1.3.1 Protein Diuraikan dengan Kecepatan yang Bervariasi

Masing-masing protein diuraikan dengan laju yang sangat berbeda-beda, dan lajunya bervariasi mengikuti responsnya terhadap kebutuhan fisiologik. Penguraian protein yang tinggi menandai jaringan yang tengah mengalami penyusunan struktural kembali secara luas (misal, jaringan uterus selama kehamilan; jaringan ekor kecebong selama metamorfosis; penguraian protein otot kerangka pada keadaan kelaparan berat).

Kerentanan suatu protein terhadap penguraian dinyatakan lewat usia paruhnya, t1/2, yaitu waktu yang diperlukan untuk penurunan konsentrasinya hingga 50% dari nilai awal.

Usia paruh bagi protein hati berkisar dari kurang 30 menit hingga lebih dari 150 jam. Banyak protein dengan usia paruh yang singkat memiliki rangkaian PEST, yaitu sejumlah region yang kaya akan asam amino prolin (P), glutamat (E), serin (S) dan treonin (T) yang menjadikan asam amino ini sebagai target untuk penguraian yang cepat. Banyak enzim pengatur yang penting memiliki usia paruh yang singkat. Bagi enzim triptofan oksigenase, tirosin transaminase dan HMG-KoA reduktase, nilai t1/2-nya adalah 0,5-2 jam. Nilai ini berbeda secara tajam dengan usia paruh lebih dari 100 jam bagi enzim aldolase, laktat dehidrogenase dan sitokrom. Sebagai respons terhadap kebutuhan fisiologis, kecepatan penguraian enzim-enzim yang penting dapat dipercepat atau diperlambat, dengan mengubah kadar enzim, sehingga mengubah aliran metabolit dan menyekat di antara berbagai lintasan metabolik yang berbeda.

1.1.3.2 Asam Amino yang Berlebih Diuraikan dan Tidak Disimpan

Untuk mempertahankan kesehatan, seorang dewasa yang berasal dari Negara Barat memerlukan 30 hingga 60 gram protein per hari, atau ekuivalennya dalam bentuk asam amino bebas. Namun, kualitas protein, yaitu proporsi asam amino esensial di dalam makanan terhadap proporsinya pada protein yang menjalani sintesis, merupakan faktor penting yang sangat menentukan. Asam amino yang berlebih tidak akan disimpan. Tanpa mempedulikan sumbernya, asam amino yang tidak segera disatukan menjadi protein baru akan diuraikan dengan cepat. Jadi konsumsi asam amino secara berlebihan tidak memberikan manfaat apa pun selain pembentukan energi yang juga bisa dilakukan oleh karbohidrat dan lipid dengan biaya yang lebih rendah.

1.1.3.3 Protease dan Peptidase Menguraikan Protein menjadi Asam Amino

Enzim protease intrasel menghidrolisis ikatan peptida internal protein sehingga terjadi pelepasan peptida yang kemudian diuraikan menjadi asam amino bebas oleh enzim peptidase. Endopeptidase memutuskan ikatan internal di dalam peptida sehingga terbentuk senyawa peptida yang lebih pendek. Aminopeptidase dan karboksipeptidase secara terangkai mengeluarkan asam amino masing-masing dari gugus terminal-amino dan karboksil. Hasil akhirnya adalah asam amino bebas.

1.1.4 Metabolisme Purin

Purin merupakan kelompok senyawa heterosiklik, yaitu senyawa yang mengandung atom karbon maupun atom nonkarbon. Derivat utamanya berupa nukleotida dan nukleosida, yang keduanya mengandung gula berbentuk siklik yang terikat pada heeronitrogen melalu ikatan (-N-glikosidat.Purin (adenin dan gunanin) merupakan basa heterosiklik asam nukleat yang terdapat dalam jumlah melimpah dalam tubuh (disebut basa heterosiklik mayor).Manusia melakukan biosintesis purin, meskipun sebenarnya purin juga dapat diperoleh dari luar.

Asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan nukleo protein di dalam traktus intestinal diurai menjadi mononukleotida. (oleh 3 enzim: e.ribonuklease, deoksiribonuklease, polinukleotidase).

Mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida. Diserap atau diurai enjadi purin.

Biosintesis nukleotida purin meliputi 3 proses, yaitu:

a. Sintesis de novo

b. Fosforibosilasi purin

c. Fosforilasi nukleosida purin.

1.1.4.1 Lintasan Biosintesis Purin de Novo dari Ribose 5-Fosfat dan ATP

1.1.4.2 Konversi IMP menjadi AMP dan GMP

1.1.5 Katabolisme PurinPada manusia, purin dikatabolisme menjadi asam urat. Semua terjadi dalam traktus gastrointestinal manusia

Xantin oksidase aktif pada: hati, usus halus, dan ginjal

Ekskresi melalui urine dalam bentuk asam urat (400-600mg/hari)

Aspirin dosis tinggi dapat menghambat ekskresi rearbsorbsi asam urat.

Garam urat (Na urat) bersifat jauh lebih larut dari asam urat. Kelarutan Na urat dalam serum = 7 mg/dl

Jika pH < 5,8 bentuk: asam urat

pH = 5,8 bentuk: asam urat=Na urat

pH > 5,8 bentuk: Na urat

pH urine normal < 5,8

Baik Na urat maupun asam uat dapat mengalami kristalisasi di ginjal. Kristal saluran kemih berupa Na urat terletak disebelah proksimal asidifikasi urin (tubulus distalis dan duktus kolingentes), sedangkan Krista asam urat disebelah distal.

1.1.5.1 Protein plasma sebagai sumber asam amino untuk jaringan

Sewaktu jaringan kekurangan protein, protein plasma dapat bertindak sebagai sumber untuk menggantikan kembali protein jaringan dengan cepat. Sesungguhnya seluruh protein plasma dapat diimbibisi in toto oleh makrofag jaringan melalui proses pinositosis; begitu berada dalam sel ini, protein plasma dipecah menjadi asam amino yang ditranspor kembali kedalam darah dan dipakai seluruh tubuh untuk membangun protein sel dimanapun protein tersebut dibutuhkan. Dengan cara ini, protein plasma berfungsi sebagai media penyimpanan protein yang labil dan merupakan sumber asam amino yang tersedia dengan mudah bila jaringan tertentu membutuhkannya.

1.2 Metabolisme Lipid

1.2.1 Oksidasi Asam Lemak

Tahap

aktivasi asam lemak menjdi asil KoA transport asil KoA kedalam mitokondria oksidasi asam lemak di dalam mitokondria1.2.1.1 Aktivasi Asam Lemak

Asam lemak bebas diaktivasi menjadi asil-koA Enzim : asil KoA sintetase (tiokinase). memerlukan 2 ATP.

dilepaskan PPi. Asam lemak + ATP + KoA ( Asil(KoA + PPi +AMP

1.2.1.2 Transport Asil-KoA ke dalam Mitokondria

Asil KoA rantai panjang tidak dapat menembus membran dalam mitokondria bereaksi dengan karnitin membentuk asil karnitin diperlukan transporter karnitin terdiri :

karnitin asiltransferase I (rate limiting enzyme)

karnitin asilkarnitin translokase

karnitin asiltransferase II

1.2.1.3 Oksidasi Asam Lemak Di Dalam Mitokondria

1.2.2 Sintesis De Novo Asam Lemak (Lipogenesis)

pembentukan asam lemak (palmitat) dari asetil-koA.

Tempat: sitosol terutama di hati, disamping pada ginjal, otak, paru, kelenjar payudara dan jaringan adipose.

Sebagian besar hasil sintesis diangkut dan disimpan dalam jaringan lemak dalam bentuk TG.

Selain asetil-koA diatas, sintesis de novo juga memerlukan :

NADPH, diperoleh dari:

HMP-shunt (reaksi yang dikatalisis oleh enzim malat)

reaksi yang mengkonversi malat menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase

reaksi yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase

ATP dan CO2 untuk sintesis malonil-koA.

1.2.2.1 Pengendalian Lipogenesis

Asetil-koA karboksilase (rate limiting enzyme) :

diaktifkan oleh sitrat. Sitrat konsentrasinya meningkat pada keadaan kenyang/habis makan.

dihambat Asil-koA rantai panjang , asil-koA rantai panjang tinggi saat kelaparan).

Insulin merangsang lipogenesis melalui :

meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel sehingga meningkatkan ketersediaan piruvat.

menyebakan bentuk piruvat dehidrogenase menjadi aktif.

mengaktivkan asetil-KoA karboksilase.

1.2.3 Sintesis Asam Lemak Tak Jenuh (Desaturasi)

Disintesis dari asam lemak jenuh.

Dikatalisis : sistem desaturase asam lemak, yang terdapat pada mikrosom.

Ikatan rangkap yang pertama selalu terbentuk diantara atom C 9 dan C 10.

Pada mammalia sistem enzim desaturase hanya dapat bekerja pada asam-asam lemak dengan atom C 16.

Ikatan rangkap kedua dan seterusnya selalu terbentuk kearah gugus karboksil, dengan jarak 3 atom C dari ikatan rangkap yang sebelumnya.

Asam lemak dari suatu seri selalu menghasilkan asam lemak dari seri yang sama.

Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dengan gugus karboksilat pada ujungnya. Asam lemak memiliki empat peranan utama. Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun fosfolipid dan glikolipid. Molekul-molekul amfipatik ini merupakan komponen penting bagi membran biologi.Kedua, banyak protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen asam lemak, yang menempatkan protein-protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada membran . Ketiga, asam lemak merupakan molekul bahan bakar. Asam lemak disimpan dalam bentuk triasilgliserol, yang merupakan ester gliserol yang tidak bermuatan. Triasilgliserol disebut juga lemak netral atau trigliserida. Keempat, derivat asam lemak berperan sebagai hormon dan cakra intrasel.

1.3 Metabolisme Vitamin

Vitamin merupakan kelompok nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi kimia, kehidupan, kesehatan, dan pertumbuhan. Vitamin terbagi 2 sifat kelarutan:

1. vitamin larut lemak atau minyak

vitamin A, D, E, K

diserap secara difusi pasif lalu di dalam dinding usus digabung dengan kilomikron (lipoprotein), kemudian diserap sistem limfatik, bergabung dengan saluran darah menuju hati. Apabila kelebihan vitamin ini, maka akan disimpan di dalam tubuh.2. vitamin larut air

vitamin B kompleks, C

langsung diserap oleh pembuluh darah untuk ditransportasikan menuju hati. Apabila kelebihan vitamin ini, akan dieksresikan melalui urin, sehingga vitamin ini perlu diasup setiap hari.

1.3.1 Vitamin A

Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif :

1. retinol

2. retinaldehid

3. retinoic acid

Ketiga biomolekul tersebut berasal dari carotene ( provitamin A. Terdapat pd tanaman berwarna hijau tua, oranye dan merah. Transport di dalam tubuh = chylomikron. Defisiensi vitamin A menyebabkan rabun senja. Vit A di simpan dalam sel stealate pada hati dalam bentuk retinyl ester (retinol diesterifikasi dengan suatu molekul asam lemak). Pada saat dimobilisasi dlm tubuh ( diubah mjd retinol dan dilepas ke peredaran darah dgn berikatan dg protein RBP. RBP hanya akan dilepas ke dlm darah apabila mengandung retinol. Berbagai macam sel mempunyai reseptor RBP yang terikat pada membran. Bahan makanan yang kaya vitamin A :hati, lemakhewan,telur susu, mentega, wortel, pepaya, ubi merah, minyak kelapa sawit.

1.3.1.1 Metabolisme

Ester retinol yang terlarut di dalam lemak makanan terdispersi dalam droplet (tetesan) getah empedu dan dihidrolisis di dalam lumen usus, diikuti penyerapannya secara langsung ke dalam epitel usus. Beta carotene yang diingesti dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim beta-caroten dioksigenase. Pemecahan ini memanfaatkan oksigen molecular, digalakkan oleh adanya garam empedu dan menghasilkan 2 buah molekul retinaldehid. Pada mukosa usus retinal direduksi menjadi retinol oleh enzim spesifik retinaldehid reduktase menggunakan NADPH. Sejumlah kecil retinal akan dioksidasi menjadi asam retinoat. Sebagian besar retinol mengalami esterifikasi dengan asam lemak jenuh dan diinkoporasikan ke dalam kilomikron linf, kemudian memasuki aliran darah. Bentuk ini lalu diubah menjadi fragmen kilomikron yang selanjutnya diambil oleh hati, berikut kandungan retinolnya.

Di hati vitamin A disimpan sebagai ester di dalam liposit, mungkin sebagai kompleks lipoglikoprotein. Untuk pengangkutan ke jaringan, vitamin A dihidrolisis dan retinol yang terbentuk akan berikatan dengan protein pengikat aporetinol. Holo- RBP yang dihasilkan diproses di dalam apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma. Produk ini diambil oleh jaringan melalui reseptor sel permukaan. Asam retinoat diangkut di dalam plasma dalam keadaan terikat pada albumin. Begitu berada dalam sel ekstrahepatik, retinol akan diikat oleh protein pengikat retinol selular.

Fungsi vitamin A1. penglihatan: adaptasi cahaya terang ke gelap.

2. deferensiasi sel: sangat berpengaruh pada sel epitel(epidermis maupun mukosa) khususnya sel goblet(penghasil mukus, sebagai protektif ) jika kekurangan vit A (sel epitel akan digantikan oleh epitel bersisik & kering sehingga kulit jadi kasar dan luka sukar sembuh, mudah infeksi bateri ( penurunan fungsi mukosa( pada saluran napas,pencernaan, kemih dll)

3. fungsi kekebalan: deferensiasi limfosit B, respon antibodi bergantung sel T.

4. pertumbuhan & perkembangan : berpengaruh terhadap sintesis protein

5. reproduksi: pembentukan sperma, sel telur & perkembangan janin (dibutuhkan dalam bentuk retinol).

6. pencegahan kanker dan penyakit jantung

1.3.2 Vitamin D

Vitamin D merupakan prohormon steroid. Vitamin ini diwakili oleh sekelompok senyawa steroid yang terutama terdapat pada hewan, tanaman, dan ragi. Melalui berbagai perubahan metabolic di dalam tubuh, vitamin D menghasilkan suatu hormon yang dikenal dengan nama kalsitriol yang mempunyai peran sentral pada metabolisme kalsium dan fosfat. Vitamin D dihasilkan dari provitamin dehidrokolesterol melaui kerja cahaya matahari. Ergosterol ditemukan pada tanaman dan 7-dehidrokolesterol pada tubuh hewan. Ergosterol berbeda dengan 7-dehidrokolesterol hanya pada rantai sampingnya yang bersifat tidak jenuh dan mengandung gugus metal ekstra. Sinar ultraviolet memutus cincin B kedua senyawa . Ergokalsiferol (vitamin D2) dapat dibuat secara komersial dari tanaman melalui cara ini, sedangkan pada hewan 7-dehidrokolesterol akan membentuk kolekalsiferol (vitamin D3) pada kulit yang terpajan. Vitamin D2 dan D3 mempunyai potensi yang sama. Hati dan ginjal turut terlibat di dalam sintesis kalsitriol. Vitamin D3 yang terbentuk dari 7-dehidrokolesterol oleh kerja cahaya matahari dan vitamin D3 (atau D2) yang berasal dari makanan akan beredar di dalam sirkulasi darah dalam keadaan terikat pada sebuah molekul globulin spesifik, protein pengikat vitamin D. vitamin D3 akan diambil oleh hati, tempat vitamin tersebut dihidroksilasi pada posisi-25 oleh vitamin D3-25_hidroksilase, suatu enzim pada reticulum endoplasma yang dianggap merupakan penentu kecepatan reaksi lintasan tersebut. 25-hidroksivitamin D3 merupakan bentuk utama vitamin D di dalam darah dan bentuk cadangan utama di dalam hati meskipun jaringan adipose serta otot rangka juga pernah dilaporkan sebagai tempat penyimpanan utama vitamin D. Suatu fraksi bermakna dan dari 25-hidroksivitamin D3 akan mengalami sirkulasi enterohepatik dan gangguan terhadap proses ini dapat menimbulkan defisiensi vitamin D.

Tumbuhan ( steroid ergosterol (provitamin D), disinari UV ( menjadi ergokalsiferol (vitamin D2).

Hewan ( mengubah kolesterol ( 7 dehidrokolesterol (provitamin D), disinari matahari ( menjadi kolekalsiferol (vitamin D3).1.3.3 Vitamin E (Tokoferol)

Penyerapan lemak secara aktif meningkatkan absorpsi vitamin E. gangguan absorpsi lemak akan menimbulkan defisiensi vitamin E karena tokoferol ternyata larut di dalam lemak makanan dan dibebaskan serta diserap pada saat lemak dicerna. Vitamin E diangkut di dalam darah oleh lipoprotein:

1. Melalui inkorporasi ke dalam kilomikron yang mendistribusikan vitamin tersebut ke dalam jaringan yang mengandung lipoprotein lipase dan kemudian ke hati dalam bentuk fragmen sisa kilomikron.

2. Melalui ekspor dari hati di dalam lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL).

Vitamin E di simpan di dalam jaringan adipose. Dengan demikian defisiensi vitamin E dapat ditemukan pada keadaan yang berkaitan dengan disfungsi berbagai proses di atas misalnya pada steator kronis, kistik fibrosis, dan pada pasien yang menjalani operasi reseksi usus. Vitamin E merupakan antioksidan alami yang sangat penting. Vitamin E merupakan pertahanan baris pertama terhadap proses peroksidasi asam lemak takjenuh ganda yang terdapat di dalam fosfolipid membrane seluler dan subseluler. Fosfolipid mitokondria, reticulum endoplasma, serta membrane plasma memiliki afinitas terhadap -tokoferol, dan vitamin E tampaknya terkonsentrasi di tempat-tempat ini.

Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan, memutus berbagai reaksi rantai radikal bebas karena kemampuannya memindahkan hydrogen fenolat kepada radikal bebas peroksil asam lemak takjenuh ganda yang terperoksidasi. Radikal bebas fenoksi yang terbentuk dapat bereaksi dengan vitamin C untuk menghasilkan kembali tokoferol. Produk oksidasi ini mengalami konjugasi dengan asam glukuronat melalui gugus 2-hidroksil dan diekskresikan ke dalam getah empedu. Jika bereaksi melalui cara ini tokoferol tidak akan didaur ulang setelah melaksanakan fungsinya, tetapi harus sepenuhnya diganti untuk melanjutkan peran biologiknya didalam sel. Kerja anioksidan tokoferol berlangsung efektif pada konsentrasi oksigen yang tinggi, dan dengan demikian tidaklah mengherankan jika vitamin tersebut cenderung terkonsentrasi di dalam struktur lipid yang terpajan pada tekanan parsial O2 paling tinggi misal membrane eritrosit, membrane pohon respiratorius, dan retina.

1.3.4 Vitamin K

Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin K adalah naftokuinon tersubstitusi-poliisoprenoid. Menadion (K3)-senyawa induk seri vitamin K-tidak ditemukan secara alami, tetapi jika diberikan akan mengalami alkilasi in vivo menjadi salah satu menakuinon (K2). Filokuinon (K1) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada pada tanaman. Penyerapan vitamin K membutuhkan penyerapan lemak yang normal. Malabsorpsi lemak merupakn penyebab paling sering bagi terjadinya defisiensi vitamin K.

Derivate vitamin K dalam bentuk alami hanya akan diserap bila terdapat garam empedu, seperti lipid lain, dan didistribusikan di dalam aliran darah melalui system limfatik di dalam kilomikron. Menadion yang larut air akan diserap sekalipun tanpa garam empedu, melintas langsung ke dalam vena porta hati. Walau pada mulanya vitamin K menumpuk di dalam hati, konsentrasi hepatiknya menurun dengan cepat dan penyimpanannya terbatas. Vitamin K juga turut berperan dalam menjaga kadar normal factor pembekuan darah II (protrombin), VII, IX, dan X, yang semua mula-mula disintesis di dalam hati sebagai protein precursor inaktif.

Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk -karboksiglutamat di dalam protein precursor. Pembentukan factor pembekuan yang bersifat aktif secara biologic melibatkan modifikasi posttranslasional residu glutamate (Glu) protein precursor menjadi residu -karboksiglutamat (Gla) oleh enzim spesifik karboksilase bergantung vitamin K. Protrombin (factor II) mengandung 10 residu tersebut yang memungkinkan pengkhelasian kalsium di dalam suatu interaksi protein-kalsium-fosfolipid spesifik dan esensial bagi peran biologiknya. Protein lain yang juga mengandung residu Gla bergantung vitamin K kini telah diidentifikasi dalam berbagai jaringan tubuh. Siklus vitamin K memungkinkan vitamin K yang tereduksi dihasilkan kembali. Reaksi karboksilase bergantung vitamin K berlangsun di dalam reticulum endoplasma banyak jaringan dan membutuhkan oksigen molecular, karbon dioksida, serta bentuk hidrokuinon (bentuk tereduksi) vitamin K. Di dalam reticulum endoplasma hati terjadi siklus vitamin K. Pada siklus ini produk 2,3-epoksida hasil reaksi karboksilasi diubah oleh 2,3-epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan suatu zat pereduksi ditiol yang hingga saat ini masih belum diketahui. Reaksi ini sensitive terhadap inhibisi oleh antikoagulan tipe 4-hidroksidikoumarin (dikumarol) seperti warfarin. Reduksi bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH yang terjadi sesudahnya akan melengkapi siklus vitamin K untuk mengahasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut.

Fungsi:

1. pembentukan protrombin, faktor VII,IX,X oleh hati yang disintesis oleh bakter E-coli yang berperan untuk koagulasi darah2. sebagai antidotum keracunan obat tipe dikumarol. 3. sintesis beberapa protein tulang misal osteokalsin yang juga mengandung residu Gla untuk mengikat Ca.1.3.5 Vitamin B1 (Tiamin)

Tiamin difosfat merupakan koenzim untuk 3 kompleks multi enzim yang mengkatalisis reaksi dekarboksilasi oksidatif:

1. piruvat dehidrogenase (metabolisme karbohidrat)2. -ketoglutarat dehidrogenase (siklus Asam Sitrat)

3. Asam keto dehidrogenase rantai bercabang (metabolisme leusin, isoleusin, valin)

Fungsi: memfosforilasi dan aktifkan kanal Klorida di membran saraf.

Sumber: hati, biji-bijian yang tidak diputihkan.

1.3.6 Vitamin B2 (Riboflavin)

Riboflavin biasanya berikatan dengan asam fosfat di dalam jaringan untuk membentuk dua koenzim, flavin mononukleotida (FMN), dan flavin adenine dinukleotida (FAD). Kedua koenzim ini selanjutnya bekerja sebagai pembawa hydrogen dalam system oksidatif mitokondria yang penting. NAD, bekerja sehubungan dengan dehidrogenase spesifik, biasanya menerima hydrogen yang dipindahkan dari berbagai zat makanan dan kemudian menghantarkan hydrogen pada FMN atau FAD; akhirnya, hydrogen dilepaskan sebagai ion ke dalam matrik mitokondria untuk oleh oksigen.

1.3.7 Vitamin B6 (Piridoksin)

Memiliki 6 senyawa dengan aktivitas B6:

1. Piridoksin

2. Piridoksal

3. Piridoksamin

Masing-masing dengan turunan 5 fosfatnya.

Sebanyak 80% koenzim aktif merupakan piridoksal 5 fosfat di otot dan berikatan dengan glikogen fosforilase.

Sumber: ragi, gandum, jagung, hati.

Fungsi:

1. pada saat lapar, cadangan glikogen terkuras sehingga terjadi pembebasan piridoksal 5 fosfat untuk memenuhi kebutuhan glukoneogenesis dari asam amino.

2. sebagai koenzim dalam proses transaminasi untuk sintesis asam amino.

3. berikatan dengan DNA membentuk kompleks hormon reseptor untuk menghentikan kerja hormon steroid.

1.3.8 Vitamin B12 (Kobalamin)

Kobalamin merupakan golongan korinoid (kobalt dengan cincin korion) dengan aktivitas biologis vitamin.

Sumber: hewan

Faktor resiko meningkat pada vegetarian.

Fungsi:

1. meningkatkan pertumbuhan

2. meningkatkan pemebentukan dan maturasi eritrosit

3. sebagai koenzim acceptor hidrogen

4. sebagai koenzim untuk mereduksi RNA jadi DNA (replikasi gen)

1.3.9 Vitamin C (Asam Askorbat)

Vitamin C mudah diserap secara aktif atau mungkin secara nonaktif (difusi) pada bagian atas usus halus masuk ke peredaran darah melalui vena porta (pembuluh darah besar yang menuju ke hati lalu ke jantung). Rata-rata penyerapan adalah 90% untuk konsumsi 20 - 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diserap sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan, konsentrasi tertinggi ada di dalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina.Pada asupan di atas sekitar 100mg/hari, tubuh dapat menyimpan hingga 1.500 mg, namun kapasitas tubuh untuk memetabolisme vitamin C mengalai kejenuhan sehingga asupan yang lebih tinggi akan dieksresikan dalam urin.Vitamin C dosis tinggi kurang baik untuk penderita gagal ginjal dan hati. Angka kecukupan gizi Vitamin C untuk Indonesia pria dan wanita dewasa sekitar 60 mg sehari, untuk balita sekitar 40 mg perhari, untuk ibu hamil sekitar 70 mg perhari. Seperti penjelasan di atas makin tinggi dosisnya makin sedikit yang diserap.Fungsi:

1. aktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidroksiprolin, suatu unsur integral kolagen.

2. pertumbuhan dan kekuatan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang dan gigi.

3. mencegah terjadinya scorbut

4. meningkatkan absorpsi besi

2. Gangguan nutrisi2.1. Kwarsiorkor

2.1.1 Definisi

Salah satu bentuk kondisi kekurangan gizi yang disebabkan terutama karena kurangnya asupan protein dengan karakteristik edema atau sindroma klinis akibat defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup.

2.1.2 Etiologi

1. Kekurangan intake protein

2. Gangguan penyerapan protein pada diare yang kronik

3. Kehilangan protein yang berlebihan, mis pada proteinuria, infeksi kronik, luka bakar

4. Gangguan sintesa protein pada penyakit hati yang kronis

5. Pola makan

6. Faktor sosial

7. Faktor ekonomi

8. Faktor infeksi dan penyakit lain

2.1.3 Patofisiologi

1. Defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya

2. Gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati

3. Kekurangan protein diet sehingga kadar asam amino esensial serum menurun

4. Diet karbohidrat yang cukup meningkatkan kadar insulin sehingga asam amino serum yang hanya masih kurang disalurkan ke jaringan otot menyebabkan:

a. Produksi albumin oleh hepar berkurang sehingga tekanan yang mempertahan kan cairan keluar berkurang dan tekanan hidrostatik menyebabkan terjadinya Edema

b. Gangguan pembentukan -Lipoprotein sehingga transpor lemak dari hati ke depot terganggu maka terjadi akumulasi lemak di hati

2.1.4 Manifestasi Klinis1. Edema (gejala cardinal, tanpa edema tidak dapat ditegakkan diagnosis kwashiorkor) karena hipoalbuminemia, terutama di punggung kaki.

2. Moon-face (wajah membulat)

3. Pandangan mata sayu4. Pertumbuhan terlambat

5. Perubahan psikomotorik (cengeng, apatis)

6. Anemia

7. Perubahan rambut (tipis, lurus, jarang, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kemerahan karena gangguan melanogenesis), kalau terjadi akut kelainan rambut tidak ada.

8. Pigmentasi kulit ( pellagroid dermatosis ).

9. Flaky-paint ras10. Hepatomegali (karena infiltrasi lemak)

11. Berkurangnya jaringan lemak subkutan

12. Gejala defisiensi vitamin yang menyertai

13. Gejala/tanda penyakit infeksi yang menyertai seperti diare

14. Penyakit yang sering bersamaan dengan kwashiorkor adalah a. defisiensi vitamin Ab. infestasi cacing

c. tuberculosisd. bronkopneumoniae. noma ( kematian jaringan ( jaringan busuk akibat bakteri anaerob)

2.1.5 Pemeriksaan

1. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.2. Pemeriksaan radiologis untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

2.1.6 Tata Laksana

1. diietik

Makanan TKTP = 1 setengah x kebutuhan normal

0-3 tahun : 150 175 kcal/kg/hari, diberikan bertahap

Mg I : Fase stabilisasi (75% - 80% kebutuhan normal)

Protein : 1 - 1,5 gram/kgBB/hari

Mg II : Fase transisi ( 150% dari kebutuhan normal)

Protein : 2 - 3 gram/kgBB/hari

Mg III : Fase rehabilitasi ( 150 200% kebutuhan normal)

Protein : 4 - 6garm/kgBB/hari

2. penambahan suplementasi vitamin

Vitamin A 1 tahun : 200.000 SI (1 kali dalam 6 bulan)

Vitamin D + B kompleks + C

3. mineral

Jumlah cairan : 130 200 ml/kg/BB/hari (per oral / NGT)

Kalau edem dikurangiPorsi kecil tetapi sering

2.1.7 Komplikasi

1. Shock2. Koma3. Cacat permanen

2.1.8 PrognosisPenanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti kwashiorkor, umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium yang lanjut,walaupun dapat meningkatkan kesehatan anak secara umum, namun ada kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik permanen dan gangguan intelektual. Sedangkan bila penanganan terlambat atau tidak memperoleh penanganan sama sekali, dapat berakibat fatal.

2.2 Marasmus2.2.1 Definisi dan Etiologi

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

2.2.2 Patofisiologi

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang mencolok adalah :

1. Gejala Klinik yang selalu ada :

a. Pertumbuhan yang sangat terlambat

b. Hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah ( wajah anak tampak lonjong, keriput, dan tampak lebih tua (old man face)

c. Otot otot lemah dan atropi

d. Berat badan turun kurang dari 60 % berat badan seharusnya, tidak ada edema

e. Perut buncit & gambaran usus mudah dilihat

2. Gejala gejala lainnya yang tampak :

a. Hilangnya lemak subcutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang

b. Tulang rusuk tampak lebih jelas

c. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar

d. Suhu tubuh turun karena lapisan penahan panas hilang

e. Cengeng dan rewel

2.2.4 Tata Laksana

Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adala pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan

1. Tahap awal

a. 24 48 jam pertama merupakan masa kritis, tindakan menyelamatkan jiwa. Antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.

b. Cairan yang diberikan : larutan Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari

2. Tahap kedua (Penyesuaian)

a. Dapat langsung dimulai dengan pemberian makanan

b. Pada hari pertama, jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30 60 kalori/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan perlahan secara berangsur angsur tiap 1 2 hari sehingga mencapai 150 175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3 5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7 10 hari.

c. Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai adalah prokain penicillin atau gabungan penicillin dan streptomicyn

2.3 Obesitas

2.3.1 Definisi

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003).

Penanda kandungan lemak tubuh yang digunakan adalah indeks massa tubuh (BMI) yang dapat dihitung :

BMI = berat badan (kg) / tinggi badan (m2).

KlasifikasiBMI (Kg/m2)

Berat badan kurang25

Pra Obes25 29,9

Obes Tingkat I30 34,9

Obes Tingkat II35 39,9

Obes Tingkat III>40

2.3.2 Etiologi

1. Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, berat badan akan bertambah, dan sebagian besar kelebihan energi tersebut disimpan sebagai lemak.2. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.

3. Lemak disimpan terutama disimpan di adiposit pada jaringan subkutan dan pada rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya sering kali menimbun cukup lemak pada orang obese.

4. Sebelumnya diyakini bahwa jumlah adiposit dapat bertambah hanya masa balita dan kanak-kanak dan bahwa kelebihan masukan energi pada anak dapat menimbulkan obesitas hiperplastik, yang ditandai dengan peningkatan jumlah adiposit. Sebaliknya, obesitas pada orang dewasa diyakini timbul sebagai akibat peningkatan ukuran adiposit, yang menimbulkan obesitas hipertrofik.

5. Penurunan aktivitas fisik dan pengaturan makan yang tidak baik sebagai penyebab obesitas. Aktivitas fisik dan latihan fisikyang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik biasanya akan meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berakibat penurunan berat badan yang bermakna.bahkan sebuah episode aktivitas berat dapat meningkatkan pengeluaran energi basal selama beberapa jam setelah aktivitas tersebut dihentikan. Karena aktivitas otot adalah cara terpenting untuk mengeluarkan energi dari tubuh, peningkatan aktivitas fisik sering kali menjadi cara efektif untuk mengurangi simpanan lemak.

6. Perilaku makan yang tidak baik menjadi penyebab penting terjadinya obesitas. Walaupun beberapa mekanisme fisiologis dapat mengatur asupan makanan, faktor lingkungan dan psikologis juga dapat menimbulkan perilaku makan yang tidak normal, masukan energi yang berlebih, dan obesitas. Faktor lingkungan, sosial, dan psikologis menyebabkan perilaku makan yang abnormal. Faktor psikologis juga dapat menyebabkan obesitas pada beberapa individu. Misalnya berat badan orang sering kali meningkat selama atau setelah orang tersebut mengalami stress, seperti kematian orang tua, penyakit yang parah, atau bahkan depresi. Perilaku makan dapat menjadi sarana penyaluran stress.

7. Kelainan neurogenik dapat menyebabkan obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus sering kali mengalami obesitas yang progresif, yang memperlihatkan bahwa obesitas pada manusia, juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Abnormalitas neurotransmitter atau mekanisme reseptor lain juga dapat dijumpai di jaras saraf hipotalamus yang mengatur perilaku makan. Untuk mendukung teori ini, seseorang dengan obesitas yang berat badannya menjadi normal karena diet ketat biasanya mengalami rasa lapar yang lebih hebat daripada orang normal. Hal tersebut berarti bahwa set-point sistem pengaturan perilaku makan pada orang obese diatur pada tingkat penyimpanan zat nutrisi yang lebih tinggi daipada tingkat set-point pada orang non-obese.

8. Faktor genetik sebagai penyebab obesitas. Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25 persen kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan, dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak. Ketiga penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini; defisiensi leptin kongenital yang diakibatkan mutasi gen; dan mutasi reseptor leptin yang jarang ditemukan.

2.3.3 Klasifikasi

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai android obesity. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (David., 2004).Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas. Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:

1. IMT

Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005). Klasifikasi IMT(kg/m2)

BB kurang (underweight)40

2. Lingkar pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005).

Kriteria ukuran pinggang berrdasarkan etnis Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas

Eropa Pria >94 Wanita >80

Asia Selatan Populasi China, Melayu, dan Asia-India Pria >90 Wanita >80

China Pria >90 Wanita >80

Jepang Pria >85 Wanita >90

Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik

Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

3. Rasio lingkar perut-pinggul

Jenis KelaminUkuran RLPP Normal

Wanita