SCABIES

77
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Sinonim dari penyakit ini adalah penyakit gudik atau gudukan. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei. Kutu tersebut memasuki lapisan kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter. Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari orang ke orang maka penyakit ini mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi secara kontak langsung atau bersentuhan kulit ke kulit dan hubungan suami istri. Bisa juga terjadi secara tak langsung misalnya dari pakaian, sprei, handuk, dan pakaian yang dipakai secara bersama-sama. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu 1

description

kulit dan kelamin

Transcript of SCABIES

Page 1: SCABIES

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite

(Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan

mikroskop. Sinonim dari penyakit ini adalah penyakit gudik atau gudukan.

Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal

sarcoptes scabei. Kutu tersebut memasuki lapisan kulit stratum korneum,

membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai

1,2 centimeter. Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari

orang ke orang maka penyakit ini mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi

secara kontak langsung atau bersentuhan kulit ke kulit dan hubungan suami istri.

Bisa juga terjadi secara tak langsung misalnya dari pakaian, sprei, handuk, dan

pakaian yang dipakai secara bersama-sama.

Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang

disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya

0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan

ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk

kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah

kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur

yang bercabang.

Pencegahan dan penanggulangan penyakit scabies dapat dilakukan dengan

cara perbaikan sanitasi, menjaga kebersihan tubuh dengan mandi dua kali sehari,

menghindari kntak langsung dengan penderita, dan tidak menggunakan barang

pribadi secara bersama-sama.

Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak

menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau

mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.

1

Page 2: SCABIES

B. Tujuan

1. Mengetahui dan mengidentifikasi gejala-gejala Scabies

2. Mengetahui pencegahan Scabies

3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang

dikunjungi sesuai dengan penyakit.

4. Menentukan prioritas faktor yang besar pengaruhnya terhadap

kesehatan pasien.

C. Manfaat

1. Dapat mengidentifikasikan gejala dari Scabies

2. Mengetahui faktor perilaku yang berperan dalam perjalanan penyakit.

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga No RM :

Puskesmas Kedungsolo Nama KK :

Tanggal kunjungan pertama kali 29 Mei 2015,

Nama Dokter Pembimbing : dr. Widyastuti

Dm Home Visite : Ni Putu Primarthaswari Prayastuti, S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai

satu periode pembinaan )

Tanggal Tingkat

Pemahaman

Paraf

Pembimbing

Paraf Keterangan

2

Page 3: SCABIES

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. T

Alamat lengkap : Ds. Banjarpanji RT.001 RW.002 Tanggulangin

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Keduduka

n dalam

keluarga

L/

P

Umur Pendidika

n

Pekerjaan Pasien

Klinik

(Y/T)

Ket

1 Tn. T KK L 37 th SLTA Karyawa

n Swasta

T

2 Ny. L Istri P 32 th SLTA IRT T

3 An. N Anak P 12 th SD Pelajar Y

4 An. P Anak L 8 th SD Pelajar Y Pasien

Sumber : Data Primer, Mei 2015

3

Page 4: SCABIES

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus baru yang diambil dari seorang

penderita Scabies, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 8 tahun, dimana

penderita merupakan salah satu dari penderita Scabies yang berada di wilayah

Puskesmas Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang Scabies terutama masalah gejala dan tatalaksana

penyakit Scabies tersebut. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk

memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai

pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. P

Umur : 8 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Ds. Banjar Panji RT.002 RW.001 Tanggulangin

Suku : Jawa

Tanggal Pemeriksaan : 27 Mei 2015

Tanggal Home Visit : 29 Mei 2015

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Gatal-gatal di sela-sela jari tangan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh gatal-gatal pada sela jari tangan sejak kurang lebih 2

minggu yang lalu, pada malam hari saat tidur keluhan gatal semakin

4

Page 5: SCABIES

meningkat. Awalnya rasa gatal terbatas pada sela-sela jari tangan kemudian

rasa gatal menyebar sampai ke pantat dan kemaluan. Sudah dibawa berobat

ke Puskesmas dan sudah diberi salep dan obat minum.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluhan yang sama pertama-tama terjadi pada kakak pasien sejak 1

bulan yang lalu sudah berobat ke Puskesmas dan sembuh.

5. Riwayat Kebiasaan

- Pasien sering menggunakan peralatan mandi, baju, handuk bersamaan

dengan kakak pasien, tidur di tempat tidur yang sama, dan tidak

memiliki jendela untuk sirkulasi.

- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan

keluarga.

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang anak dari pasangan Tn. T dan Ny. L

pasien juga tinggal serumah dengan satu saudara (kakak pertama usia 12

tahun). Penderita masih sekolah di Sekolah Dasar. Ayah bekerja sebagai

karyawan swasta dan Ibu bekerja sebagai serabutan. Pasien tinggal di

rumah milik keluarga sendiri.

7. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali sehari dengan

nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, ayam, tahu, tempe. Kesan

status gizi cukup.

5

Page 6: SCABIES

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-),

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah

(-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-) kesemutan pada kaki (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), gatal (+)

Bawah : bengkak (-), gatal (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 82 x/menit, reguler

Pernafasan : 20 x/menit

6

Page 7: SCABIES

Suhu : 36,6 oC

Tensi : 110/70 mmHg

Status gizi (BMI) :

BB : 41 kg

TB : 140 cm

IMT = BB = 41 = 20,91

(TB)2 (1,4) 2

Status gizi Normal

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),

nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

7

Page 8: SCABIES

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak teraba

P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas :SIC II LPSD

batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1S2, regular, bising (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)

11. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P :timpani seluruh lapang perut

A :BU (+) normal

12. Sistem Collumna Vertebralis

I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P :nyeri tekan (-)

P :NKCV (-)

8

Page 9: SCABIES

13. Ektremitas : palmar eritema(-/-) hiperemi interdigitalis (+) papula milier

(+), pustula (+) ekskoriasi (+) ditutupi krusta kehitaman (+)

akral dingin oedem

- - - -

- - - -

14. Sistem genetalia:

Regio genitalia eksterna : hiperemi (+) papula (+)

Regio gluteus : papula milier (+), ekskoriasi(+), krusta(+) kehitaman

15. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF 5 5 RP - -

5 5 N N 5 5 - -

ROM (Range of Motion) : tidak ada gerakan yang terganggu

16. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk :realistik

isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus :koheren

Insight : baik

9

Page 10: SCABIES

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan pengambilan tungau : tidak dilakukan

RESUME

Pasien anak An.P berusia 8 tahun datang berobat ke Puskesmas

Tanggulangin tanggal 27 Mei 2015 diantar oleh ibunya, dengan keluhan

gatal-gatal pada sela jari tangan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, pada

malam hari saat tidur keluhan gatal semakin meningkat. Awalnya rasa gatal

terbatas pada sela-sela jari tangan kemudian rasa gatal menyebar sampai ke

pantat dan kemaluan. Keluhan yang sama pertama-tama terjadi pada kakak

pasien kurang lebih 1 bulan yang lalu. Ibu mengatakan sering

menggunakan peralatan mandi, baju, handuk bersamaan

dengan kakak pasien, mereka tidur ditempat tidur yang sama dan

tidak memiliki jendela untuk sirkulasi udara.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum pasien cukup

baik, suhu 36,6oC, Nadi 82x/menit, pernafasan 20x/menit, Berat

Badan 41 kg, Tinggi Badan 140 cm.

Status dermatologik pasien didapatkan pada regio interdigitalis

dextra et sinitra dan genitalia eksterna terdapat papul multipel berukuran

milier warna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat pustul, erosi

dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas

garukan.

G. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

- Scabies

Diagnosis Psikologis

- (-)

10

Page 11: SCABIES

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Status ekonomi menengah ke bawah.

2. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

3. Kurangnya hygiene perorangan

4. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang

sehat.

H. PENATALAKSANAAN

Terapi non-farmakologis

1. Hygiene

Mandi dengan sabun hijau, mencuci bersih dan merebus dengan air

panas selama 15 menit handuk, seprai maupun baju penderita scabies

(selama 3 hari ), kemudian menjemurnya hingga kering (washed and

dried in hot cycle).

2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

3. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak

dengan penderita harus diperiksa dan bila juga menderita scabies juga

diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali.

Terapi Farmakologis

1. Sapoviridis Soap ( sabun hijau ), dipakai setiap mandi 2x sehari.

2. Krim Permethrin 5%, dioleskan pada seluruh tubuh dari leher ke

bawah dan dicuci setelah 8-14 jam.

3. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin ( Loratadine 1x10mg) selama

7 hari.

4. Infeksi sekunder dapat diberi antibiotic ( amoxicillin tab 3x500 mg)

selama 3 hari.

11

Page 12: SCABIES

H. FOLLOW UP

Tanggal 29 Mei 2015

S :Gatal sela jari tangan (+), pantat (+), kemaluan (+)

Pasien mengatakan obat yang didapat dari Puskesmas sudah dipakai dan

diminum teratur. Obat masih ada.

O :KU baik, compos mentis, gizi cukup

Tanda vital :T : 110/70 mmHg R :20 x/menit

N : 82 x/menit S :36,6 0C

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)

Mulut : Papil lidah atrofi (-/-)

Thorak : Dalam batas Normal

Status Dermatologis

Regio Interdigitalis manus D/S : papula milier (+),

pustule (+) ekskoriasi (+), krusta (+)

Regio Gluteus : papula milier (+) pustula (+)

ekskoriasi (+) krusta (+)

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Scabies

P : 1. Terapi medikamentosa berupa :

a. Krim Permethrin 5% (sudah dipakai pada hari pertama

pengobatan)

b. Sapoviridis soap, (masih dilanjutkan, dipakai setiap mandi 2x

sehari)

c. Anti Histamin Loratadine 1x10mg (masih dilanjutkan)

d. Antibiotik Amoxicillin tab 3x500mg (masih dilanjutkan)

2. Terapi non medika mentosa.

Selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan

psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga

12

Page 13: SCABIES

dan edukasi pasien. Pasien dianjurkan kontrol ke Puskesmas setelah obat

habis.

Tanggal 6 Juni 2015

S: Pasien mengatakan gatal sudah mulai berkurang. Pasien tidak kontrol ke

puskesmas, obat yang diminum sudah habis.

O: KU baik, compos mentis, gizi cukup

Tanda vital :T : 100/80 mmHg R :20 x/menit

N : 80 x/menit S :36,5 0C

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)

Mulut : Papil lidah atrofi (-/-)

Thorak : Dalam batas Normal

Status Dermatologis

Regio Interdigitalis manus D/S : papula milier (+), pustula (-)

ekskoriasi (+), krusta (+)

Regio Gluteus : papula milier (+), pustula (-)

ekskoriasi (+) krusta (+)

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Scabies

P : 1. Terapi medikamentosa berupa :

a. Sapoviridis soap dipakai setiap mandi 2x sehari (masih dilanjutkan)

b. Anti Histamine Loratadine 1x10mg diminum pada malam hari jika

gatal

2. Terapi non medika mentosa.

Selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan

psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga

dan edukasi pasien. Pasien dianjurkan untuk kontrol ke Puskesmas jika

ada keluhan.

13

Page 14: SCABIES

Tanggal 11 Juni 2015

S: Pasien mengatakan gatal hanya kadang-kadang, tinggal bekas yang belum

hilang

O: KU baik, compos mentis, gizi cukup

Tanda vital :T : 120/80 mmHg R :20 x/menit

N : 88 x/menit S :36,5 0C

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)

Mulut : Papil lidah atrofi (-/-)

Thorak : Dalam batas Normal

Status Dermatologis

Regio Interdigitalis manus D/S : papula milier (+), pustula (-)

krusta (+)

Regio Gluteus : papula milier (+), pustula (-)

krusta (+)

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Scabies

P : 1. Terapi medikamentosa berupa :

a. Sapoviridis soap dipakai setiap mandi 2x sehari (masih dilanjutkan)

b. Anti Histamin Loratadine 1x10mg diminum malam hari jika gatal

2. Terapi non medika mentosa.

Selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan

psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga

dan edukasi pasien. Pasien dianjurkan kontrol ke Puskesmas jika ada

keluhan.

14

Page 15: SCABIES

FOLLOW SHEET

Nama : An. P

Diagnosis : Scabies

NO T

G

L

Tensi

mm

Hg

BB

Kg

TB

Cm

Status

Gizi

Foto sinar x KET

1 29/5/2015 100/70 41 140 Normal

2 6/6/2015 100/80 41 140 Normal

3 11/6/2015 120/80 41 140 Normal

15

Page 16: SCABIES

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari penderita (An. P, 8 tahun), ayah penderita

(Tn. T, 37 tahun), ibu penderita (Ny. L , 32 tahun) dan sodara kandung

perempuan (An. N, 12 tahun) yang tinggal serumah.

.

2. Fungsi Psikologis.

An. P tinggal serumah dengan Ayah, Ibu, dan saudara kandung.

Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain.

Penderita dan kakaknya bersekolah dari pagi hingga siang hari. Ayah

penderita bekerja dari pagi hingga siang atau sore hari dan ibunya bekerja

serabutan dirumah sambil berjualan di warung. Sehingga sehari-hari

penderita lebih banyak menghabiskan waktu dirumah setelah pulang

sekolah bersantai bersama keluarga.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara

musyawarah dan dicarijalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong

menolong baik secara fisik dan mental. Mereka hidup sederhana, bahagia

dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial

Penderita adalah orang yang cukup bergaul dengan banyak teman

dalam berbagai golongan. Kegiatan penderita selain bersekolah adalah

berkumpul dengan keluarga, mengaji pada sore hari dan juga bermain

bersama anak-anak di lingkungan sekitar tempat tinggal penderita.

16

Page 17: SCABIES

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari Ayah pasien yang

bekerja sebagai karyawan swasta dan Ibu pasien yang berjualan di warung

dengan total penghasilan sebesar + Rp 1.000.000 perbulannya.

Penghasilan tersebut digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga

sehari-hari dan membiayai pengobatan penderita. Untuk biaya hidup sehari-

hari seperti makan, minum,atau iuran membayar listrik. Untuk kebutuhan air

dengan menggunakan pompa air. Serta untuk memasak memakai kompor

gas. Makan sehari-hari dengan nasi, lauk pauk, lebih banyak ikan, sayur,

kadang ayam, buah dan frekuensi makan 2-3 kali. Jika ada anggota keluarga

yang sakit biasa berobat ke puskesmas dekat rumah.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga jika mendapat

masalah sering bercerita kepada ibu atau ayahnya.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah, pasien selalu pertama kali

membicarakan kepada Ayah dan Ibunya mengungkapkan apa yang diinginkan dan

menjadi keluhannya baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang apa yang

diinginkan. Termasuk ketika mengalami sakit ini. Penyakitnya ini kadang

mengganggu aktivitas di sekolah, di rumah dan mengganggu tidur saat malam hari.

Petugas kesehatan dan keluarga, sangat memberikan motivasi agar penderita teratur

minum obat, oleh karena itu penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh

total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh. Hal

ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat.

PARTNERSHIP

An. P mengerti bahwa ia adalah anak dan adik yang sangat disayangi oleh

keluarga. Selain itu keluarga meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali,

komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.

17

Page 18: SCABIES

GROWTH

An. P sadar bahwa ia harus bersabar dan taat dalam menghadapi penyakitnya

walaupun kadang menganggunya terutama dalam belajar, bermain, dan saat tidur

karena rasa gatal yang sangat.

AFFECTION

An. P merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan Ayah dan Ibunya

cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang

dirasakannya bertambah dari keluarga ke dirinya, begitu pula sebaliknya. Ia

menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.

RESOLVE

An. P merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari

anggota keluarganya karena pada hari minggu atau hari libur keluarganya kadang

menyempatkan untuk pergi ke tempat rekreasi walaupun jarang sekali.

APGAR An. P Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

18

Page 19: SCABIES

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 15, fungsi keluarga dalam keadaan baik

An. P baru bersekolah SD, sehingga banyak waktu luang untuk

berkumpul dengan keluarga di rumah.

APGAR Tn. T Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 15, fungsi keluarga dalam keadaan baik

19

Page 20: SCABIES

Tn.T tinggal satu rumah bersama An.P, bekerja hingga siang atau sore hari

Walaupun sibuk tetapi beliau sangat perhatian terhadap pasien dan mau

meluangkan waktunya karena keluarga saling mendukung kepada semua anggota

keluarga, apapun keadaannya.

APGAR Ny. L Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang

-kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 15, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny.L Bekerja dengan berjualan di warung di rumahnya sehingga memiliki

banyak waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga dan mecurahkan

perhatian kepada keluarga

20

Page 21: SCABIES

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. P adalah 45,

sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. P adalah 15. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. P dan

keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga

tersebut terjalin baik.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota

keluarga, juga partisipasi di dalam

masyarakat baik, dimana penderita masuk

dalam berberapa organisasi di masyarakat.

-

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya

baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan

sehari-hari baik dalam keluarga maupun di

lingkungan, banyak tradisi budaya yang

masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara

yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.

Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan

-

Religius

Agama menawarkan

pengalaman spiritual yang baik

untuk ketenangan individu yang

tidak didapatkan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun

penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat

dilihat dari penderita hanya menjalankan

sholat sesekali saja. Sebelum sakit penderita

memang rutin mengaji sore hari di masjid

dekat rumah.

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah

ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah

bisa terpenuhi, meski belum mampu

mencukupi kebutuhan sekunder rencana

ekonomi tidak memadai, diperlukan skala

-

21

Page 22: SCABIES

prioritas untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang

memadai. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan orang tua masih rendah.

Kemampuan untuk memperoleh dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-

buku, koran terbatas.

-

Medical

Pelayanan kesehatan puskesmas

memberikan perhatian khusus

terhadap kasus penderita

Tidak mampu membiayai pelayanan

kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari

pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya

menggunakan Puskesmas hal ini mudah

dijangkau karena letaknya dekat

-

Keterangan :

Keluarga An. P tidak memiliki masalah dalam hal ini, karena semua

berjalan dengan baik.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

22

Page 23: SCABIES

Alamat lengkap : Ds. Banjarpanji RT 001/ RW 002 Tanggulangin

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. P

Dibuat tanggal 29 Mei 2015

Sumber : Data Kartu Keluarga

Keterangan :

Penderita

Tn. T : Ayah Penderita

Ny. L : Ibu Penderita

An. N : Kakak Penderita

An. E : Pederita

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

23

An. N12 tahunPerempuan

An. P8 tahunLaki-laki

Tn. P37 tahunLaki-laki

Ny. L32 tahunPerempuan

Page 24: SCABIES

Ny. L

An.NKeterangan : : hubungan baik

Hubungan antara An. P dengan Ayah Ibunya dan saudara kandung yang lain

sangat dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan

buruk antar anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh Ayah Ibunya?

Jawab :

Orang tua merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita

2. Ketika Ayah dan Ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan saudara

kandungnya ?

24

Tn. T

An. P

Page 25: SCABIES

Jawab :

Saudara kandung mendukung apa yang dilakukan oleh ayah dan

Ibu

3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah Ayah dan

Ibu.

4. Selanjutnya siapa ?

Jawab :

Selanjutnya adalah saudara kandung penderita.

5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?

Jawab :

Tidak ada.

6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Tidak ada.

7. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Tidak ada.

25

Page 26: SCABIES

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

An P adalah anak bungsu dari pasangan Ny.L dan Tn. T dan adik dari

An. N. Penderita masih beraktivitas seperti biasanya baik sebelum sakit

maupun setelah sakit. Orangtua dan kakak pasien belum banyak memiliki

pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang Scabies sendiri dan

pentingnya kebersihan lingkungan yang berhubungan erat dengan penyakit

penderita.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat

adalah keadaan bebas dari sakit, yaitu keadaan yang menghalangi aktivitas

sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila

mereka sakit, hal itu akan mengganggu pekerjaan dan menjadi beban di

keluarga. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh hygiene

buruk, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka

tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit,

lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,

atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini

berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan

menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.

Hanya saja beberapa ruangan kondisi ventilasi udaranya jelek seperti tempat

tidur anak.

Fasilitas kamar mandi keluarga tersedia di rumah. Keluarga

mengatakan jika kamar mandi juga ada jamban untuk buang air kecil dan

besar. Kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air PDAM

yang mengalir di rumah.

26

Page 27: SCABIES

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

menengah ke bawah. Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai dan

belum memenuhi dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai hanya

sebagian berkeramik, pencahayaan ruangan kurang, kelembaban udara yang

cukup tinggi, dan ventilasi yang kurang. Pembuangan limbah keluarga belum

memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak dialirkan

melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang dan samping

rumah. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di

belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini

jika sakit adalah Puskesmas Tanggulangin.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 5 m. Memiliki

pagar pembatas rumah depan dan rumah disebelahnya. Terdiri dari ruang

tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, satu ruang makan yang tergabung

dengan dapur, kamar mandi, dan satu ruangan untuk sholat. Terdiri dari 2

pintu, yaitu 1 pintu di depan dan 1 pintu belakang . Jendela ada 5buah, 2 di

dekat ruang ruang tamu, 1 di dapur, 1 di ruang keluarga dan 1 di kamar

tidur utama. Tidak terdapat jendela dan ventilasi pada kamar anak-anak. Di

depan rumah terdapat teras dan tergabung dengan warung. Lantai rumah

terbuat dari bahan semen dengan keramik. Ventilasi dan penerangan

rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup

langit-langit.Masing-masing kamar terdapat kasur dan meja untuk

meletakkan barang.Dinding rumah terbuat dari batubata yang sudah dicat

namun mulai mengelupas. Perabotan rumah tangga sudah cukup. Hanya

tidak tertata rapi. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini

menggunakan PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih

kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas elpiji.

27

Page 28: SCABIES

DENAH RUMAH

Halaman Belakang

Keterangan : Pintu

Jendela

28

Dapur

Ruang Sholat

Kamar Mandi

Kamar Tidur Pasien & Kakak Pasien

Kamar Tidur Orang Tua

Ruang Keluarga

Warung

Ruang Tamu

Page 29: SCABIES

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Scabies sebagai penyakit yang sudah dua minggu diderita.

b. Pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang diderita

c. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain

2. Faktor resiko :

a. Usia

b. Hygiene

c. Lingkungan dan tempat tinggal yang kurang sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

29

An. P8 th

2. Lingkungan dan rumah kurang sehat

2. Resiko untuk anggota keluarga lainnya

1. Usia

3. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita kurang

Page 30: SCABIES

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon

hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan

edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat

disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah

ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu

juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi yang sesuai

dengan anjuran dokter, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa

berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya, dan

30

Page 31: SCABIES

membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan

dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah

tentang Scabies. Pasien Scabies dan keluarganya perlu tahu tentang

penyakit, pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi

yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui

konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh

dokter maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :

a. Penyakit Scabies merupakan penyakit tidak menular.

b. Penyakit Scabies tidak dapat disembuhkan.

Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan

kesembuhannya melalui program pengobatan dan perilaku hidup bersih dan

sehat dengan menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-

sama. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak

dengan penderita sebaiknya diperiksa dan bila juga menderita scabies

juga diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali. Menjaga

kebersihan tubuh dengan mandi dua kali sehari dan menajaga kebersihan

lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan

mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei. Juga

harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk

akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian

konseling jika dibutuhkan.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri

pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain

itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai

kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang

dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.

31

Page 32: SCABIES

5. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera

dalam penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa perilaku hidup bersih dan sehat antara lain menghindari

kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan

barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk, dan

barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus

diisolasi dan dicuci dengan air panas, selanjutnya dicuci kering atau

dijemur di bawah sinar matahari, himbauan untuk melarang anak

untuk berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, seprei, selimut

yang menjadi agen penularan scabies melalui kontak dari kulit ke

kulit, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Meningkatkan

daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi sesuai anjuran dokter

dan olah raga yang teratur. Dengan demikian paradigma yang salah

tentang penyakit Scabies di masyarakat dapat diluruskan.

B. PREVENSI BEBAS SCABIES UNTUK KELUARGA LAINNYA

(Orangtua dan Saudara kandung)

Pada prinsipnya secara umum prevensi bebas Scabies untuk keluarga

adalah sama dengan prevensi bebas Scabies untuk penderita, namun dalam hal

ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan

hygiene perorangan. Misalnya dengan cara sebagai berikut :

1. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan

mengkonsumsi makanan bergizi.

2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

3. Istirahat yang cukup 8-10 jam sehari semalam.

4. Memperbaiki higiens individu dan lingkungan.

5. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas.

32

Page 33: SCABIES

6. Menghindari berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, selimut

yang menjadi agen penularan scabies melalui kontak dari kulit ke

kulit.

Ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena penyakit

Scabies yang sama dengan penderita.

C. PREVENSI BEBAS SCABIES UNTUK MASYARAKAT

Pada prinsipnya secara umum prevensi bebas Scabies untuk

masyarakat adalah sama dengan prevensi bebas Scabies untuk penderita dan

untuk keluarga lainnya. Misalnya dengan cara sebagai berikut:

1. Dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang scabies,

dengan memberi pengetahuan tentang penyebab scabies, gejala scabies,

cara penularan scabies dan penatalaksanaan preventive scabies.

2. Penyuluhan di tempat-tempat komunitas

a. Sekolah

Bekerjasama dengan pemegang program promosi kesehatan puskesmas

dan guru-guru untuk melakukan penyuluhan di sekolah tentang

pencegahan penularan penyakit Scabies serta pentingnya perilaku hidup

bersih dan sehat.

b. Pondok Pesantren

Penyakit scabies sering sekali ditemukan pada pondok pesantren karena

anak pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian,

handuk, sarung bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya,

sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren.

Kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit

scabies kepada orang lain apabila para santri dan pengelolanya tidak

sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan

maupun personal hygiene. Sebagai salah satu upaya dalam

menanggulangi penyebaran penyakit scabies salah satunya adalah

33

Page 34: SCABIES

dengan menyarankan kepada pihak manajemen Pondok Pesantren

untuk :

Memperbaiki kondisi sanitasi lingkungan Ponpes dengan

menambah jumlah kamar pondokan atau mengurangi jumlah santri

sehingga mengurangi kepadatan hunian.

Perlu perbaikan dalam penyediaan air bersih dengan mengolah

secara sederhana yaitu penambahan tawas untuk menjernihkan air

dan penambahan kaporit sebagai disinfektan.

Selanjutnya dibuat peraturan dan pengawasan ketat tentang pola

perilaku hidup bersih dan higiene perorangan para santri.

c. Tempat Pembelajaran Quran

Bekerjasama dengan pemegang program promosi kesehatan puskesmas

dan guru-guru pengajar mengaji untuk melakukan penyuluhan di TPQ

tentang pencegahan penularan penyakit Scabies serta pentingnya

perilaku hidup bersih dan sehat.

d. Bekerja sama dengan lintas program di puskesmas antara lain Promosi

Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Unit Kesehatan Sekolah, Pos

Kesehatan Pesantren untuk melakukan penyuluhan tentang penyebab

scabies, gejala scabies, cara penularan scabies dan penatalaksanaan

preventive scabies.

e. Bekerja sama dengan lintas sektoral antara lain Bapak Kepala Desa,

PKK, Kader Kesehatan, dan tokoh masyarakat untuk melakukan

penyuluhan tentang penyebab scabies, gejala scabies, cara penularan

scabies dan penatalaksanaan preventive scabies.

34

Page 35: SCABIES

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

SCABIES

A. Definisi

Scabies  merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau

(kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida,

ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis,

pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada

biri-biri oleh S. scabiei var ovis.

Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal

Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk

kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2

centimeter.

Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang hidup

didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang bentuknya

memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin menjadi-jadi dimalam

hari, sehingga membuat orang sulit tidur. Dibandingkan penyakit kulit gatal

lainnya, scabies merupakan penyakit kulit dengan rasa gatal yang lebih

dibandingkan dengan penyakit kulit lain.

Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, gudig, budukan, dan gatal

agogo.  Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema

yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina

panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di

depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam.

Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan

mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah

membuat jalur yang bercabang.

Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam

waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat

35

Page 36: SCABIES

berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling

disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar

sela jari longlegs dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah

kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka,

dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.

Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene

buruk, sering berganti pasangan seksual, dan perkembangan demografis serta

ekologik. Penularan penyakit scabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak

langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (scabies) dapat dijumpai di

sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren.

II. Epidemiologi

Scabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi.

Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi scabies sekitar 6 % -

27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.

Ada dugaan bahwa setiap sikius 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak

factor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi

yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya

promiskuitas (ganti-ganti pasangan) dan perkembangan demografi serta

ekologi. Selain itu faktor penularannya bisa melalui tidur bersama dalam satu

tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lainnya.

Cara penularan (tranmisi):

1. Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak

seksual.

2. Kontak tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal

dan lain-lainnya.

Penularannya biasanya melalui sarcoptes scabiei betina yang sudah

dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei

var. animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama pada mereka

yang banyak memelihara binatang peliharaannya misalnya anjing.

36

Page 37: SCABIES

III.Etiologi

Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian

hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei

var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor,

dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-

350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200

mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan

sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada betina berakhir

dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir

dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini

sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang

jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang

digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan

dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil

meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.

Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3

pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan

betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai

bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva

dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke

dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan

menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,

sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat

hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah

37

Page 38: SCABIES

bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.

Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat

terserang penyakit scabies ini.

IV.Patologi

Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis

kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan

pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan

rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, tungau tersebut

akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3 butir sehari selama

2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau telur menetas dalam

waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk

tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau jantan mati setelah

kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau

Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal,

sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal disebabkan oleh sensitisasi

terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan waktu kira-kira

sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat

menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

38

Page 39: SCABIES

       

Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei

(Sumber: http://www.cdc.gov/scabies/index.html)

 Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara

kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan

seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk,

seprei, bantal, dll).

V. Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau

bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit

timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi

terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan

setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat

timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal

yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

39

Page 40: SCABIES

VI. Riwayat Penyakit

Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada

kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan

paha. gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di

bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala

lainnya muncul gelembung berair pada kulit.

VII. Pemeriksaan Fisik

Ada 4 tanda cardinal:

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu

pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian

besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.

Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya

terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan

gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf

(pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari

tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia

eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

telapak tangan dan telapak kaki.

40

Page 41: SCABIES

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal

tersebut.

VIII. Pemeriksaan Diagnostik

Cara menemukan tungau :

1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat

papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca

obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan lhat dengan mikroskop

cahaya.

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar

kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

3. Dengan membuat irisan, caranya ; jepit lesi dengan 2 jari kemudian

buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.

4. Dengan biopsi eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.

IX. Diagnosis 

Diagnosa scabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada

daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang

dilakukan sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan

darah karena Sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan

membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan

KOH 10 persen. selanjutnya hasil kerokan tersebut diamatai dengan

mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali

X. Penatalaksanaan

41

Page 42: SCABIES

A. Non farmakologis

Pencegahan scabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas, selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari, himbaun untuk melarang anak untuk berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, selimut yang menjadi agen

penularan scabies melalui kontak dari kulit ke kulit. Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.

B. Farmakologis

C. 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep

atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%

dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah

pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif

terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat

menimbulkan iritasi.

D. 2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh,

sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah

dipakai.

E. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim

atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini

tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil

karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali

dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.

F. 4. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek

sebagai antiscabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,

mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.

42

Page 43: SCABIES

Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah

24 jam pemakaian terakhir.

G. 5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan

aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki

toksisitas rendah pada manusia.

H. 6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,

misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat

kelamin) akibat garukan.

BAB VII

43

Page 44: SCABIES

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

An. P (8 tahun), menderita penyakit Scabies.

Status gizi An. P berdasarkan BMI termasuk dalam kategori

Gizi sehat.

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. P tidak sehat.

2. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab.

Pengetahuan akan Scabies yang masih kurang yang

berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.

Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,

mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut.

3. Segi Sosial :

Tidak ada masalah dari segi sosial.

4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis Scabies dilakukan langkah-langkah :

Preventif : makan makanan bergizi sehari-hari,

olahraga secara rutin, menghindari penggunaan barang

pribadi seperti baju, handuk, selimut bersama-sama, harus

rajin membersihkan rumah serta mengganti seprei setiap

satu minggu sekali. Menjaga Hygiene dan sanitasi.

Diharapkan terdapat jendela pada kamar tidur anak agar

sinar matahari pagi dapat masuk.

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai

Scabies dan pengobatan, penularan serta pencegahannya

oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.

44

Page 45: SCABIES

Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan rawat

jalan

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri AN. P dan

keluarga sehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

o Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk

membuat jendela pada kamar tidur anak, membuka jendela

tiap pagi, mengganti seprei setiap satu minggu sekali dan

menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah.

3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Scabies, dilakukan langkah-

langkah :

o Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan

anggota keluarga mengenai penyakit Scabies.

4. Melakukan penyuluhan tentang penyebab scabies, gejala scabies, cara

penularan scabies dan penatalaksanaan preventive scabies di tempat-

tempat komunitas ( Sekolah, Tempat Pembelajaran Quran, Pondok

Pesantren)

5. Bekerja sama dengan lintas program di puskesmas antara lain Promosi

Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Unit Kesehatan Sekolah, Pos Kesehatan

Pesantren untuk melakukan penyuluhan tentang penyebab scabies, gejala

scabies, cara penularan scabies dan penatalaksanaan preventive scabies.

6. Bekerja sama dengan lintas sektoral antara lain Bapak Kepala Desa, PKK,

Kader Kesehatan, dan tokoh masyarakat untuk melakukan penyuluhan

tentang penyebab scabies, gejala scabies, cara penularan scabies dan

penatalaksanaan preventive scabies.

45

Page 46: SCABIES

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sanitasi Pondok Pesantren di Jawa Timur . Surabaya: DinasKesehatan Propinsi Jawa Timur

46

Page 47: SCABIES

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007

Handoko, R. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.122-125.

Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei http://www.cdc.gov/scabies/index.html/

diakses pada hari Kamis,4 Juni 2015.

Sungkar, S. 1997. Scabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) :33-42.

LAMPIRAN

1. Foto Penderita ScabiesPapul milier (+) pustule (+) ekskoriasi (+) krusta (+) pada jari-jari tangan, lipatan jari, dan bokong

47

Page 48: SCABIES

2. Foto Bersama Penderita dan Keluarga Penderita

48

Page 49: SCABIES

3. Foto Saat Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

4. Foto Rumah tampak Depan

49

Page 50: SCABIES

4. Foto Ruang Tamu

5. Foto Ruang Keluarga

6. Foto Kamar Tidur Penderita Scabies dan Kakak Penderita

50

Page 51: SCABIES

7. Foto Kamar Tidur Orangtua

8. Foto Kamar Mandi

9. Foto Dapur

51

Page 52: SCABIES

10. Foto Halaman Belakang tempat Menjemur Pakaian

52