SCABIES
description
Transcript of SCABIES
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite
(Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan
mikroskop. Sinonim dari penyakit ini adalah penyakit gudik atau gudukan.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei. Kutu tersebut memasuki lapisan kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai
1,2 centimeter. Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari
orang ke orang maka penyakit ini mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi
secara kontak langsung atau bersentuhan kulit ke kulit dan hubungan suami istri.
Bisa juga terjadi secara tak langsung misalnya dari pakaian, sprei, handuk, dan
pakaian yang dipakai secara bersama-sama.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya
0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan
ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk
kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah
kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur
yang bercabang.
Pencegahan dan penanggulangan penyakit scabies dapat dilakukan dengan
cara perbaikan sanitasi, menjaga kebersihan tubuh dengan mandi dua kali sehari,
menghindari kntak langsung dengan penderita, dan tidak menggunakan barang
pribadi secara bersama-sama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
1
B. Tujuan
1. Mengetahui dan mengidentifikasi gejala-gejala Scabies
2. Mengetahui pencegahan Scabies
3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang
dikunjungi sesuai dengan penyakit.
4. Menentukan prioritas faktor yang besar pengaruhnya terhadap
kesehatan pasien.
C. Manfaat
1. Dapat mengidentifikasikan gejala dari Scabies
2. Mengetahui faktor perilaku yang berperan dalam perjalanan penyakit.
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas :
Berkas Pembinaan Keluarga No RM :
Puskesmas Kedungsolo Nama KK :
Tanggal kunjungan pertama kali 29 Mei 2015,
Nama Dokter Pembimbing : dr. Widyastuti
Dm Home Visite : Ni Putu Primarthaswari Prayastuti, S.Ked
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai
satu periode pembinaan )
Tanggal Tingkat
Pemahaman
Paraf
Pembimbing
Paraf Keterangan
2
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. T
Alamat lengkap : Ds. Banjarpanji RT.001 RW.002 Tanggulangin
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Keduduka
n dalam
keluarga
L/
P
Umur Pendidika
n
Pekerjaan Pasien
Klinik
(Y/T)
Ket
1 Tn. T KK L 37 th SLTA Karyawa
n Swasta
T
2 Ny. L Istri P 32 th SLTA IRT T
3 An. N Anak P 12 th SD Pelajar Y
4 An. P Anak L 8 th SD Pelajar Y Pasien
Sumber : Data Primer, Mei 2015
3
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus baru yang diambil dari seorang
penderita Scabies, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 8 tahun, dimana
penderita merupakan salah satu dari penderita Scabies yang berada di wilayah
Puskesmas Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang Scabies terutama masalah gejala dan tatalaksana
penyakit Scabies tersebut. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk
memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai
pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. P
Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Ds. Banjar Panji RT.002 RW.001 Tanggulangin
Suku : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 27 Mei 2015
Tanggal Home Visit : 29 Mei 2015
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Gatal-gatal di sela-sela jari tangan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh gatal-gatal pada sela jari tangan sejak kurang lebih 2
minggu yang lalu, pada malam hari saat tidur keluhan gatal semakin
4
meningkat. Awalnya rasa gatal terbatas pada sela-sela jari tangan kemudian
rasa gatal menyebar sampai ke pantat dan kemaluan. Sudah dibawa berobat
ke Puskesmas dan sudah diberi salep dan obat minum.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluhan yang sama pertama-tama terjadi pada kakak pasien sejak 1
bulan yang lalu sudah berobat ke Puskesmas dan sembuh.
5. Riwayat Kebiasaan
- Pasien sering menggunakan peralatan mandi, baju, handuk bersamaan
dengan kakak pasien, tidur di tempat tidur yang sama, dan tidak
memiliki jendela untuk sirkulasi.
- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan
keluarga.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah seorang anak dari pasangan Tn. T dan Ny. L
pasien juga tinggal serumah dengan satu saudara (kakak pertama usia 12
tahun). Penderita masih sekolah di Sekolah Dasar. Ayah bekerja sebagai
karyawan swasta dan Ibu bekerja sebagai serabutan. Pasien tinggal di
rumah milik keluarga sendiri.
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali sehari dengan
nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, ayam, tahu, tempe. Kesan
status gizi cukup.
5
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna kulit sawo matang
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-),
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah
(-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-) kesemutan pada kaki (-)
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), gatal (+)
Bawah : bengkak (-), gatal (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi : 82 x/menit, reguler
Pernafasan : 20 x/menit
6
Suhu : 36,6 oC
Tensi : 110/70 mmHg
Status gizi (BMI) :
BB : 41 kg
TB : 140 cm
IMT = BB = 41 = 20,91
(TB)2 (1,4) 2
Status gizi Normal
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),
nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
7
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak teraba
P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas :SIC II LPSD
batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah :SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: S1S2, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :BU (+) normal
12. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)
8
13. Ektremitas : palmar eritema(-/-) hiperemi interdigitalis (+) papula milier
(+), pustula (+) ekskoriasi (+) ditutupi krusta kehitaman (+)
akral dingin oedem
- - - -
- - - -
14. Sistem genetalia:
Regio genitalia eksterna : hiperemi (+) papula (+)
Regio gluteus : papula milier (+), ekskoriasi(+), krusta(+) kehitaman
15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF 5 5 RP - -
5 5 N N 5 5 - -
ROM (Range of Motion) : tidak ada gerakan yang terganggu
16. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :realistik
isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
arus :koheren
Insight : baik
9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan pengambilan tungau : tidak dilakukan
RESUME
Pasien anak An.P berusia 8 tahun datang berobat ke Puskesmas
Tanggulangin tanggal 27 Mei 2015 diantar oleh ibunya, dengan keluhan
gatal-gatal pada sela jari tangan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, pada
malam hari saat tidur keluhan gatal semakin meningkat. Awalnya rasa gatal
terbatas pada sela-sela jari tangan kemudian rasa gatal menyebar sampai ke
pantat dan kemaluan. Keluhan yang sama pertama-tama terjadi pada kakak
pasien kurang lebih 1 bulan yang lalu. Ibu mengatakan sering
menggunakan peralatan mandi, baju, handuk bersamaan
dengan kakak pasien, mereka tidur ditempat tidur yang sama dan
tidak memiliki jendela untuk sirkulasi udara.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum pasien cukup
baik, suhu 36,6oC, Nadi 82x/menit, pernafasan 20x/menit, Berat
Badan 41 kg, Tinggi Badan 140 cm.
Status dermatologik pasien didapatkan pada regio interdigitalis
dextra et sinitra dan genitalia eksterna terdapat papul multipel berukuran
milier warna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat pustul, erosi
dan ekskoriasi yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas
garukan.
G. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
- Scabies
Diagnosis Psikologis
- (-)
10
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Status ekonomi menengah ke bawah.
2. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.
3. Kurangnya hygiene perorangan
4. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang
sehat.
H. PENATALAKSANAAN
Terapi non-farmakologis
1. Hygiene
Mandi dengan sabun hijau, mencuci bersih dan merebus dengan air
panas selama 15 menit handuk, seprai maupun baju penderita scabies
(selama 3 hari ), kemudian menjemurnya hingga kering (washed and
dried in hot cycle).
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak
dengan penderita harus diperiksa dan bila juga menderita scabies juga
diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali.
Terapi Farmakologis
1. Sapoviridis Soap ( sabun hijau ), dipakai setiap mandi 2x sehari.
2. Krim Permethrin 5%, dioleskan pada seluruh tubuh dari leher ke
bawah dan dicuci setelah 8-14 jam.
3. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin ( Loratadine 1x10mg) selama
7 hari.
4. Infeksi sekunder dapat diberi antibiotic ( amoxicillin tab 3x500 mg)
selama 3 hari.
11
H. FOLLOW UP
Tanggal 29 Mei 2015
S :Gatal sela jari tangan (+), pantat (+), kemaluan (+)
Pasien mengatakan obat yang didapat dari Puskesmas sudah dipakai dan
diminum teratur. Obat masih ada.
O :KU baik, compos mentis, gizi cukup
Tanda vital :T : 110/70 mmHg R :20 x/menit
N : 82 x/menit S :36,6 0C
Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)
Mulut : Papil lidah atrofi (-/-)
Thorak : Dalam batas Normal
Status Dermatologis
Regio Interdigitalis manus D/S : papula milier (+),
pustule (+) ekskoriasi (+), krusta (+)
Regio Gluteus : papula milier (+) pustula (+)
ekskoriasi (+) krusta (+)
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Scabies
P : 1. Terapi medikamentosa berupa :
a. Krim Permethrin 5% (sudah dipakai pada hari pertama
pengobatan)
b. Sapoviridis soap, (masih dilanjutkan, dipakai setiap mandi 2x
sehari)
c. Anti Histamin Loratadine 1x10mg (masih dilanjutkan)
d. Antibiotik Amoxicillin tab 3x500mg (masih dilanjutkan)
2. Terapi non medika mentosa.
Selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan
psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga
12
dan edukasi pasien. Pasien dianjurkan kontrol ke Puskesmas setelah obat
habis.
Tanggal 6 Juni 2015
S: Pasien mengatakan gatal sudah mulai berkurang. Pasien tidak kontrol ke
puskesmas, obat yang diminum sudah habis.
O: KU baik, compos mentis, gizi cukup
Tanda vital :T : 100/80 mmHg R :20 x/menit
N : 80 x/menit S :36,5 0C
Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)
Mulut : Papil lidah atrofi (-/-)
Thorak : Dalam batas Normal
Status Dermatologis
Regio Interdigitalis manus D/S : papula milier (+), pustula (-)
ekskoriasi (+), krusta (+)
Regio Gluteus : papula milier (+), pustula (-)
ekskoriasi (+) krusta (+)
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Scabies
P : 1. Terapi medikamentosa berupa :
a. Sapoviridis soap dipakai setiap mandi 2x sehari (masih dilanjutkan)
b. Anti Histamine Loratadine 1x10mg diminum pada malam hari jika
gatal
2. Terapi non medika mentosa.
Selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan
psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga
dan edukasi pasien. Pasien dianjurkan untuk kontrol ke Puskesmas jika
ada keluhan.
13
Tanggal 11 Juni 2015
S: Pasien mengatakan gatal hanya kadang-kadang, tinggal bekas yang belum
hilang
O: KU baik, compos mentis, gizi cukup
Tanda vital :T : 120/80 mmHg R :20 x/menit
N : 88 x/menit S :36,5 0C
Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)
Mulut : Papil lidah atrofi (-/-)
Thorak : Dalam batas Normal
Status Dermatologis
Regio Interdigitalis manus D/S : papula milier (+), pustula (-)
krusta (+)
Regio Gluteus : papula milier (+), pustula (-)
krusta (+)
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Scabies
P : 1. Terapi medikamentosa berupa :
a. Sapoviridis soap dipakai setiap mandi 2x sehari (masih dilanjutkan)
b. Anti Histamin Loratadine 1x10mg diminum malam hari jika gatal
2. Terapi non medika mentosa.
Selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan
psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga
dan edukasi pasien. Pasien dianjurkan kontrol ke Puskesmas jika ada
keluhan.
14
FOLLOW SHEET
Nama : An. P
Diagnosis : Scabies
NO T
G
L
Tensi
mm
Hg
BB
Kg
TB
Cm
Status
Gizi
Foto sinar x KET
1 29/5/2015 100/70 41 140 Normal
2 6/6/2015 100/80 41 140 Normal
3 11/6/2015 120/80 41 140 Normal
15
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita (An. P, 8 tahun), ayah penderita
(Tn. T, 37 tahun), ibu penderita (Ny. L , 32 tahun) dan sodara kandung
perempuan (An. N, 12 tahun) yang tinggal serumah.
.
2. Fungsi Psikologis.
An. P tinggal serumah dengan Ayah, Ibu, dan saudara kandung.
Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain.
Penderita dan kakaknya bersekolah dari pagi hingga siang hari. Ayah
penderita bekerja dari pagi hingga siang atau sore hari dan ibunya bekerja
serabutan dirumah sambil berjualan di warung. Sehingga sehari-hari
penderita lebih banyak menghabiskan waktu dirumah setelah pulang
sekolah bersantai bersama keluarga.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicarijalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik secara fisik dan mental. Mereka hidup sederhana, bahagia
dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan.
3. Fungsi Sosial
Penderita adalah orang yang cukup bergaul dengan banyak teman
dalam berbagai golongan. Kegiatan penderita selain bersekolah adalah
berkumpul dengan keluarga, mengaji pada sore hari dan juga bermain
bersama anak-anak di lingkungan sekitar tempat tinggal penderita.
16
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari Ayah pasien yang
bekerja sebagai karyawan swasta dan Ibu pasien yang berjualan di warung
dengan total penghasilan sebesar + Rp 1.000.000 perbulannya.
Penghasilan tersebut digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga
sehari-hari dan membiayai pengobatan penderita. Untuk biaya hidup sehari-
hari seperti makan, minum,atau iuran membayar listrik. Untuk kebutuhan air
dengan menggunakan pompa air. Serta untuk memasak memakai kompor
gas. Makan sehari-hari dengan nasi, lauk pauk, lebih banyak ikan, sayur,
kadang ayam, buah dan frekuensi makan 2-3 kali. Jika ada anggota keluarga
yang sakit biasa berobat ke puskesmas dekat rumah.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga jika mendapat
masalah sering bercerita kepada ibu atau ayahnya.
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah, pasien selalu pertama kali
membicarakan kepada Ayah dan Ibunya mengungkapkan apa yang diinginkan dan
menjadi keluhannya baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang apa yang
diinginkan. Termasuk ketika mengalami sakit ini. Penyakitnya ini kadang
mengganggu aktivitas di sekolah, di rumah dan mengganggu tidur saat malam hari.
Petugas kesehatan dan keluarga, sangat memberikan motivasi agar penderita teratur
minum obat, oleh karena itu penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh
total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh. Hal
ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat.
PARTNERSHIP
An. P mengerti bahwa ia adalah anak dan adik yang sangat disayangi oleh
keluarga. Selain itu keluarga meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali,
komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.
17
GROWTH
An. P sadar bahwa ia harus bersabar dan taat dalam menghadapi penyakitnya
walaupun kadang menganggunya terutama dalam belajar, bermain, dan saat tidur
karena rasa gatal yang sangat.
AFFECTION
An. P merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan Ayah dan Ibunya
cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang
dirasakannya bertambah dari keluarga ke dirinya, begitu pula sebaliknya. Ia
menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
An. P merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
anggota keluarganya karena pada hari minggu atau hari libur keluarganya kadang
menyempatkan untuk pergi ke tempat rekreasi walaupun jarang sekali.
APGAR An. P Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
18
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 15, fungsi keluarga dalam keadaan baik
An. P baru bersekolah SD, sehingga banyak waktu luang untuk
berkumpul dengan keluarga di rumah.
APGAR Tn. T Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 15, fungsi keluarga dalam keadaan baik
19
Tn.T tinggal satu rumah bersama An.P, bekerja hingga siang atau sore hari
Walaupun sibuk tetapi beliau sangat perhatian terhadap pasien dan mau
meluangkan waktunya karena keluarga saling mendukung kepada semua anggota
keluarga, apapun keadaannya.
APGAR Ny. L Terhadap Keluarga Sering
/selalu
Kadang
-kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 15, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ny.L Bekerja dengan berjualan di warung di rumahnya sehingga memiliki
banyak waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga dan mecurahkan
perhatian kepada keluarga
20
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. P adalah 45,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. P adalah 15. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. P dan
keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin baik.
C. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga, juga partisipasi di dalam
masyarakat baik, dimana penderita masuk
dalam berberapa organisasi di masyarakat.
-
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
-
Religius
Agama menawarkan
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Pemahaman agama cukup. Namun
penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat
dilihat dari penderita hanya menjalankan
sholat sesekali saja. Sebelum sakit penderita
memang rutin mengaji sore hari di masjid
dekat rumah.
-
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah
bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala
-
21
prioritas untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang
memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-
buku, koran terbatas.
-
Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas
memberikan perhatian khusus
terhadap kasus penderita
Tidak mampu membiayai pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari
pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan Puskesmas hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat
-
Keterangan :
Keluarga An. P tidak memiliki masalah dalam hal ini, karena semua
berjalan dengan baik.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
22
Alamat lengkap : Ds. Banjarpanji RT 001/ RW 002 Tanggulangin
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga An. P
Dibuat tanggal 29 Mei 2015
Sumber : Data Kartu Keluarga
Keterangan :
Penderita
Tn. T : Ayah Penderita
Ny. L : Ibu Penderita
An. N : Kakak Penderita
An. E : Pederita
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
23
An. N12 tahunPerempuan
An. P8 tahunLaki-laki
Tn. P37 tahunLaki-laki
Ny. L32 tahunPerempuan
Ny. L
An.NKeterangan : : hubungan baik
Hubungan antara An. P dengan Ayah Ibunya dan saudara kandung yang lain
sangat dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan
buruk antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh Ayah Ibunya?
Jawab :
Orang tua merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita
2. Ketika Ayah dan Ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan saudara
kandungnya ?
24
Tn. T
An. P
Jawab :
Saudara kandung mendukung apa yang dilakukan oleh ayah dan
Ibu
3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah Ayah dan
Ibu.
4. Selanjutnya siapa ?
Jawab :
Selanjutnya adalah saudara kandung penderita.
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?
Jawab :
Tidak ada.
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada.
7. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada.
25
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An P adalah anak bungsu dari pasangan Ny.L dan Tn. T dan adik dari
An. N. Penderita masih beraktivitas seperti biasanya baik sebelum sakit
maupun setelah sakit. Orangtua dan kakak pasien belum banyak memiliki
pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang Scabies sendiri dan
pentingnya kebersihan lingkungan yang berhubungan erat dengan penyakit
penderita.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan bebas dari sakit, yaitu keadaan yang menghalangi aktivitas
sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila
mereka sakit, hal itu akan mengganggu pekerjaan dan menjadi beban di
keluarga. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh hygiene
buruk, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka
tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit,
lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,
atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini
berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Hanya saja beberapa ruangan kondisi ventilasi udaranya jelek seperti tempat
tidur anak.
Fasilitas kamar mandi keluarga tersedia di rumah. Keluarga
mengatakan jika kamar mandi juga ada jamban untuk buang air kecil dan
besar. Kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air PDAM
yang mengalir di rumah.
26
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai dan
belum memenuhi dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai hanya
sebagian berkeramik, pencahayaan ruangan kurang, kelembaban udara yang
cukup tinggi, dan ventilasi yang kurang. Pembuangan limbah keluarga belum
memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak dialirkan
melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang dan samping
rumah. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di
belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini
jika sakit adalah Puskesmas Tanggulangin.
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 5 m. Memiliki
pagar pembatas rumah depan dan rumah disebelahnya. Terdiri dari ruang
tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, satu ruang makan yang tergabung
dengan dapur, kamar mandi, dan satu ruangan untuk sholat. Terdiri dari 2
pintu, yaitu 1 pintu di depan dan 1 pintu belakang . Jendela ada 5buah, 2 di
dekat ruang ruang tamu, 1 di dapur, 1 di ruang keluarga dan 1 di kamar
tidur utama. Tidak terdapat jendela dan ventilasi pada kamar anak-anak. Di
depan rumah terdapat teras dan tergabung dengan warung. Lantai rumah
terbuat dari bahan semen dengan keramik. Ventilasi dan penerangan
rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup
langit-langit.Masing-masing kamar terdapat kasur dan meja untuk
meletakkan barang.Dinding rumah terbuat dari batubata yang sudah dicat
namun mulai mengelupas. Perabotan rumah tangga sudah cukup. Hanya
tidak tertata rapi. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih
kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas elpiji.
27
DENAH RUMAH
Halaman Belakang
Keterangan : Pintu
Jendela
28
Dapur
Ruang Sholat
Kamar Mandi
Kamar Tidur Pasien & Kakak Pasien
Kamar Tidur Orang Tua
Ruang Keluarga
Warung
Ruang Tamu
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Scabies sebagai penyakit yang sudah dua minggu diderita.
b. Pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang diderita
c. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
2. Faktor resiko :
a. Usia
b. Hygiene
c. Lingkungan dan tempat tinggal yang kurang sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
29
An. P8 th
2. Lingkungan dan rumah kurang sehat
2. Resiko untuk anggota keluarga lainnya
1. Usia
3. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita kurang
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat
disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah
ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu
juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi yang sesuai
dengan anjuran dokter, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa
berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya, dan
30
membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan
dan meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah
tentang Scabies. Pasien Scabies dan keluarganya perlu tahu tentang
penyakit, pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi
yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui
konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh
dokter maupun oleh petugas Yankes.
Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :
a. Penyakit Scabies merupakan penyakit tidak menular.
b. Penyakit Scabies tidak dapat disembuhkan.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan perilaku hidup bersih dan
sehat dengan menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-
sama. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak
dengan penderita sebaiknya diperiksa dan bila juga menderita scabies
juga diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali. Menjaga
kebersihan tubuh dengan mandi dua kali sehari dan menajaga kebersihan
lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan
mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei. Juga
harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk
akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian
konseling jika dibutuhkan.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri
pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain
itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai
kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang
dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.
31
5. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perilaku hidup bersih dan sehat antara lain menghindari
kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan
barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk, dan
barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus
diisolasi dan dicuci dengan air panas, selanjutnya dicuci kering atau
dijemur di bawah sinar matahari, himbauan untuk melarang anak
untuk berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, seprei, selimut
yang menjadi agen penularan scabies melalui kontak dari kulit ke
kulit, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Meningkatkan
daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi sesuai anjuran dokter
dan olah raga yang teratur. Dengan demikian paradigma yang salah
tentang penyakit Scabies di masyarakat dapat diluruskan.
B. PREVENSI BEBAS SCABIES UNTUK KELUARGA LAINNYA
(Orangtua dan Saudara kandung)
Pada prinsipnya secara umum prevensi bebas Scabies untuk keluarga
adalah sama dengan prevensi bebas Scabies untuk penderita, namun dalam hal
ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
hygiene perorangan. Misalnya dengan cara sebagai berikut :
1. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan
mengkonsumsi makanan bergizi.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
3. Istirahat yang cukup 8-10 jam sehari semalam.
4. Memperbaiki higiens individu dan lingkungan.
5. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas.
32
6. Menghindari berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, selimut
yang menjadi agen penularan scabies melalui kontak dari kulit ke
kulit.
Ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena penyakit
Scabies yang sama dengan penderita.
C. PREVENSI BEBAS SCABIES UNTUK MASYARAKAT
Pada prinsipnya secara umum prevensi bebas Scabies untuk
masyarakat adalah sama dengan prevensi bebas Scabies untuk penderita dan
untuk keluarga lainnya. Misalnya dengan cara sebagai berikut:
1. Dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang scabies,
dengan memberi pengetahuan tentang penyebab scabies, gejala scabies,
cara penularan scabies dan penatalaksanaan preventive scabies.
2. Penyuluhan di tempat-tempat komunitas
a. Sekolah
Bekerjasama dengan pemegang program promosi kesehatan puskesmas
dan guru-guru untuk melakukan penyuluhan di sekolah tentang
pencegahan penularan penyakit Scabies serta pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
b. Pondok Pesantren
Penyakit scabies sering sekali ditemukan pada pondok pesantren karena
anak pesantren gemar sekali bertukar/pinjam-meminjam pakaian,
handuk, sarung bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya,
sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren.
Kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit
scabies kepada orang lain apabila para santri dan pengelolanya tidak
sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan
maupun personal hygiene. Sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi penyebaran penyakit scabies salah satunya adalah
33
dengan menyarankan kepada pihak manajemen Pondok Pesantren
untuk :
Memperbaiki kondisi sanitasi lingkungan Ponpes dengan
menambah jumlah kamar pondokan atau mengurangi jumlah santri
sehingga mengurangi kepadatan hunian.
Perlu perbaikan dalam penyediaan air bersih dengan mengolah
secara sederhana yaitu penambahan tawas untuk menjernihkan air
dan penambahan kaporit sebagai disinfektan.
Selanjutnya dibuat peraturan dan pengawasan ketat tentang pola
perilaku hidup bersih dan higiene perorangan para santri.
c. Tempat Pembelajaran Quran
Bekerjasama dengan pemegang program promosi kesehatan puskesmas
dan guru-guru pengajar mengaji untuk melakukan penyuluhan di TPQ
tentang pencegahan penularan penyakit Scabies serta pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Bekerja sama dengan lintas program di puskesmas antara lain Promosi
Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Unit Kesehatan Sekolah, Pos
Kesehatan Pesantren untuk melakukan penyuluhan tentang penyebab
scabies, gejala scabies, cara penularan scabies dan penatalaksanaan
preventive scabies.
e. Bekerja sama dengan lintas sektoral antara lain Bapak Kepala Desa,
PKK, Kader Kesehatan, dan tokoh masyarakat untuk melakukan
penyuluhan tentang penyebab scabies, gejala scabies, cara penularan
scabies dan penatalaksanaan preventive scabies.
34
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
SCABIES
A. Definisi
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau
(kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis,
pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada
biri-biri oleh S. scabiei var ovis.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2
centimeter.
Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang hidup
didalam jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang bentuknya
memanjang dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin menjadi-jadi dimalam
hari, sehingga membuat orang sulit tidur. Dibandingkan penyakit kulit gatal
lainnya, scabies merupakan penyakit kulit dengan rasa gatal yang lebih
dibandingkan dengan penyakit kulit lain.
Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema
yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina
panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di
depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam.
Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan
mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah
membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam
waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat
35
berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling
disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar
sela jari longlegs dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah
kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka,
dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene
buruk, sering berganti pasangan seksual, dan perkembangan demografis serta
ekologik. Penularan penyakit scabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak
langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (scabies) dapat dijumpai di
sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren.
II. Epidemiologi
Scabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi.
Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi scabies sekitar 6 % -
27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.
Ada dugaan bahwa setiap sikius 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak
factor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi
yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas (ganti-ganti pasangan) dan perkembangan demografi serta
ekologi. Selain itu faktor penularannya bisa melalui tidur bersama dalam satu
tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lainnya.
Cara penularan (tranmisi):
1. Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak
seksual.
2. Kontak tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal
dan lain-lainnya.
Penularannya biasanya melalui sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei
var. animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama pada mereka
yang banyak memelihara binatang peliharaannya misalnya anjing.
36
III.Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian
hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-
350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan
sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini
sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang
digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva
dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke
dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan
menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat
hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah
37
bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.
Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat
terserang penyakit scabies ini.
IV.Patologi
Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis
kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan
pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan
rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, tungau tersebut
akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3 butir sehari selama
2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau telur menetas dalam
waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk
tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau jantan mati setelah
kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau
Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal,
sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal disebabkan oleh sensitisasi
terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat
menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
38
Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei
(Sumber: http://www.cdc.gov/scabies/index.html)
Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara
kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk,
seprei, bantal, dll).
V. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal
yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
39
VI. Riwayat Penyakit
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan
paha. gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di
bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala
lainnya muncul gelembung berair pada kulit.
VII. Pemeriksaan Fisik
Ada 4 tanda cardinal:
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu
pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya
terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf
(pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia
eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
40
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
tersebut.
VIII. Pemeriksaan Diagnostik
Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat
papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca
obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan lhat dengan mikroskop
cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat irisan, caranya ; jepit lesi dengan 2 jari kemudian
buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
IX. Diagnosis
Diagnosa scabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada
daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang
dilakukan sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan
darah karena Sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan
membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan
KOH 10 persen. selanjutnya hasil kerokan tersebut diamatai dengan
mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali
X. Penatalaksanaan
41
A. Non farmakologis
Pencegahan scabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas, selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari, himbaun untuk melarang anak untuk berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, selimut yang menjadi agen
penularan scabies melalui kontak dari kulit ke kulit. Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.
B. Farmakologis
C. 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah
pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
D. 2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
E. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim
atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil
karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali
dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
F. 4. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek
sebagai antiscabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien.
42
Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah
24 jam pemakaian terakhir.
G. 5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan
aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki
toksisitas rendah pada manusia.
H. 6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder,
misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat
kelamin) akibat garukan.
BAB VII
43
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
An. P (8 tahun), menderita penyakit Scabies.
Status gizi An. P berdasarkan BMI termasuk dalam kategori
Gizi sehat.
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. P tidak sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab.
Pengetahuan akan Scabies yang masih kurang yang
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut.
3. Segi Sosial :
Tidak ada masalah dari segi sosial.
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.
B. SARAN
1. Untuk masalah medis Scabies dilakukan langkah-langkah :
Preventif : makan makanan bergizi sehari-hari,
olahraga secara rutin, menghindari penggunaan barang
pribadi seperti baju, handuk, selimut bersama-sama, harus
rajin membersihkan rumah serta mengganti seprei setiap
satu minggu sekali. Menjaga Hygiene dan sanitasi.
Diharapkan terdapat jendela pada kamar tidur anak agar
sinar matahari pagi dapat masuk.
Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai
Scabies dan pengobatan, penularan serta pencegahannya
oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.
44
Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan rawat
jalan
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri AN. P dan
keluarga sehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh.
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
o Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk
membuat jendela pada kamar tidur anak, membuka jendela
tiap pagi, mengganti seprei setiap satu minggu sekali dan
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah.
3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Scabies, dilakukan langkah-
langkah :
o Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan
anggota keluarga mengenai penyakit Scabies.
4. Melakukan penyuluhan tentang penyebab scabies, gejala scabies, cara
penularan scabies dan penatalaksanaan preventive scabies di tempat-
tempat komunitas ( Sekolah, Tempat Pembelajaran Quran, Pondok
Pesantren)
5. Bekerja sama dengan lintas program di puskesmas antara lain Promosi
Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Unit Kesehatan Sekolah, Pos Kesehatan
Pesantren untuk melakukan penyuluhan tentang penyebab scabies, gejala
scabies, cara penularan scabies dan penatalaksanaan preventive scabies.
6. Bekerja sama dengan lintas sektoral antara lain Bapak Kepala Desa, PKK,
Kader Kesehatan, dan tokoh masyarakat untuk melakukan penyuluhan
tentang penyebab scabies, gejala scabies, cara penularan scabies dan
penatalaksanaan preventive scabies.
45
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sanitasi Pondok Pesantren di Jawa Timur . Surabaya: DinasKesehatan Propinsi Jawa Timur
46
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007
Handoko, R. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.122-125.
Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei http://www.cdc.gov/scabies/index.html/
diakses pada hari Kamis,4 Juni 2015.
Sungkar, S. 1997. Scabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) :33-42.
LAMPIRAN
1. Foto Penderita ScabiesPapul milier (+) pustule (+) ekskoriasi (+) krusta (+) pada jari-jari tangan, lipatan jari, dan bokong
47
2. Foto Bersama Penderita dan Keluarga Penderita
48
3. Foto Saat Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
4. Foto Rumah tampak Depan
49
4. Foto Ruang Tamu
5. Foto Ruang Keluarga
6. Foto Kamar Tidur Penderita Scabies dan Kakak Penderita
50
7. Foto Kamar Tidur Orangtua
8. Foto Kamar Mandi
9. Foto Dapur
51
10. Foto Halaman Belakang tempat Menjemur Pakaian
52