SAWITRI-fkik.pdf

95
GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA CALON PENGANTIN WANITA DI KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) Oleh: Sawitri NIM: 107104001181 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of SAWITRI-fkik.pdf

  • GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN

    PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

    PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI

    TETANUS TOXOID (TT)

    PADA CALON PENGANTIN WANITA

    DI KOTA TANGERANG SELATAN

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

    Oleh:

    Sawitri

    NIM: 107104001181

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H/2011 M

  • ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan judul

    GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN

    PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

    PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT)

    PADA CALON PENGANTIN WANITA

    DI KOTA TANGERANG SELATAN

    Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Disusun oleh :

    SAWITRI

    107104001181

    Pembimbing I

    Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS

    NIP. 19770401 2009 12 2003

    Pembimbing II

    Irma Nurbaeti S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

    NIP. 19700501 1996 01 2001

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H/2011 M

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI

    Skripsi dengan judul

    GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN

    PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PADA PELAKSANAAN PROGRAM

    IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA CALON PENGANTIN WANITA

    DI KOTA TANGERANG SELATAN

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

    SAWITRI

    107104001181

    Tangerang Selatan, September 2011

    Pembimbing I

    Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS

    NIP. 19770401 2009 12 2003

    Pembimbing II

    Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

    NIP. 19700501 1996 01 2001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

    Tien Gartinah, MN

    Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And

    Penguji III

    Raihana Nadra Alkaff, S.KM, MMA

    NIP. 19781216 2009 01 2005

    Penguji I

    Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS

    NIP. 19770401 2009 12 2003

    Penguji II

    Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

    NIP. 19700501 1996 01 2001

  • iv

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

    berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Tangerang Selatan, September 2011

    SAWITRI

  • v

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Sawitri

    Tempat lahir : Tangerang

    Tanggal lahir : 31 Januari 1989

    Agama : Islam

    Status : Belum menikah

    Alamat : Jalan cemara II Rt.002/01 No. 22 Pamulang Barat

    Pamulang 15417, Kota Tangerang Selatan

    Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

    Telepon : 021-7414846 / 087877657419

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. TK Islam Al-Hidayah Pamulang (1994 1995)

    2. SDN Cilandak Barat 07 Pagi (1995 2001)

    3. SMPN 68 Jakarta Selatan (2001 2004)

    4. SMAN 82 Jakarta Selatan (2004 2007)

    5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007 2011)

    Pengalaman Organisasi :

    1. Anggota Ekskul Tari Tradisional tahun 2004-2006

    2. Anggota Ekskul Pecinta Alam WERDHIBUWANA SMAN 82 Jakarta tahun 2004-2007

    3. Ketua Ekskul Seni Bela Diri Tenaga Dalam (Jurus Seni Penyadar) SMAN 82 tahun 2006

  • vi

    4. Kordinator Lapangan TLUP (Tata Laksana Upacara Bendera) SMAN 82 Jakarta tahun

    2006

    5. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Kesenian dan Olahraga tahun 2007-2009

    6. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Infokom tahun 2009-2010

    7. Anggota BEM FKIK Departemen Sosial tahun 2010-2011

    Pengalaman seminar dan pelatihan:

    1. Pelatihan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

    2. Talk show Dokter Muslim Profil Ideal Dokter Musllim dan Implementasi Islam dalam

    Etika Kedokteran

    3. Bedah buku Risalah Bala : Health Service with Spiritual Method in Globalization Age

    4. Seminar Profesi K3 Amankah tabung gas subsidi anda

    5. Seminar Keperawatan Prospek Karir Perawat di Era Globalisasi ; peluang kerja

    perawat di dalam dan di luar negeri

    6. Training Motivation Urgensi Motivasi untuk Meraih Prestasi

    7. Seminar popular Move Your Body, Your Hearts Healthy

    8. Seminar Profesi Gizi Generasi Sehat dengan Inisiasi Dini

    9. Seminar eksternal mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan jayakarta (SEMESTA 08)

    Its Time To Be a Professional Nurse

    10. Seminar Keperawatan Cultural Approach in Holistic Nursing Care in Globalization

    Era

    11. FKIK Cleaning Care Toward Clean and Healthy Campus

    12. Education USA Fair Spring 2008

  • vii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi, September 2011

    Sawitri, NIM: 017104001181

    Gambaran Persepsi Petugas Kesehatan dan Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Pada

    Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Calon Pengantin Wanita di

    Kota Tangerang Selatan

    xvi + 60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

    Kata kunci: Persepsi, Imunisasi Tetanus Toxoid, Calon pengantin wanita, Petugas

    Kesehatan, Petugas KUA, Pelaksanaan Program Imunisasi TT

    ABSTRAK

    Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal

    di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu strategi Depkes

    RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan mengembangkan intensifikasi

    imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk melihat gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA

    terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

    Informan dalam penelitian ini terdiri atas 6 informan utama (3 petugas kesehatan dan 3 petugas

    KUA) dan 4 informan pendukung (calon pengantin). Teknik pengumpulan data dalam penelitian

    ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan dan petugas KUA

    umumnya sudah mengetahui tentang program imunisasi TT bagi calon pengantin, tetapi

    pengetahuan tersebut belum tersampaikan dengan efektif ke masyarakat sehingga calon

    pengantin belum mengetahui manfaat program ini dengan jelas. Hambatan dalam program ini

    berasal dari calon pengantin dan petugas. Hambatan dari calon pengantin diantaranya karena

    kurangnya pengetahuan, takut untuk disuntik, dan adanya persepsi yang salah tentang imunisasi

    TT bagi calon pengantin, sedangkan hambatan dari petugas antara lain masih kurangnya petugas,

    beban kerja petugas yang terlalu banyak, dan terbatasnya petugas yang faham tentang program

    tersebut. Sosialisasi program ini juga masih kurang efektif dikarenakan media sosialisasi yang

    masih kurang dimanfaatkan. Jadi diharapkan sosialisasi program dapat ditingkatkan dengan

    menggunakan media sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio, serta pemberdayaan

    posyandu dan penyediaan ruang konseling bagi calon pengantin.

    Referensi : 35 (tahun 1995-2011)

  • viii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

    ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Undergraduate Thesis, September 2011

    Sawitri, NIM: 017104001181

    Description of health care provider dan religion affairs staff perception about

    implementation of TT immunization for female prospective couple in South Tangerang.

    xvi + 60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

    Key Word: Perseption, Tetanus Toxoid Imunization, Prospective Couple, Health Care

    Provider, Religion Affairs Staff, Implementation of TT Immunization

    ABSTRAK

    Tetanus neonatorum still being one of frequently neonatal mortality in Indonesia, about

    40% baby mortality happened in neonatal period. One of ministry of health of Indonesia strategy

    is to eliminate tetanus neonatorum is by developing intensification of TT immunization to fertile

    women that is prospective couple. Aimed of this study is to know description of health care

    provider dan KUA officer perception about implementation of TT immunization for female

    prospective couple.

    This study used qualitative study with phenomenology approach. Informant of this study

    contain of 6 main informants (3 health care provider and 3 religion affairs staff) and 4 supportive

    (prospective couple) informants. Data collection technique in this study is done by indept

    interview and observation.

    Result of this study show that the officers generally have known about TT immunization

    program for prospective couple, but that knowledge is not told effectively yet to the community

    because prospective couple dont know yet about benefit of this program clearly. Barriers of this program come from prospective couple and the officers. Barrier from prospective couple such as

    having less knowledge, apprehension of injection, and false perception about effect of TT

    immunization to prospective couple, while barrier from the officers is having less officers, its to much work load, and the officers who know about this program still limited. Socialization of this

    program also still less effective because socialization media is not been usefull yet. So, hopefully

    socialization of TT immunization program can be increased by using electronic socialization

    media such as television and radio, and also by posyandu empower and allocate conseling room

    for prospective couple.

    Reference : 35 (1995-2011)

  • ix

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Jangan pernah menyesal dengan apa yang kamu pilih, tapi jalani dan nikmatilah pilihan

    kamu dan jadikan sebagai pilihan yang terbaik

    -My mom-

    Kebaikan sekecil apapun yang kamu lakukan pasti akan dibalas dengan sesuatu yang tidak

    terduga

    -Anonim-

    Kerjakan apa yang kamu tulis dan Tulislah apa yang kamu kerjakan

    -Ita Yuanita (sesi Keperawatan Dasar)-

    Dalam kehidupan sehari-hari kita harus melihat, bahwa bukan kebahagiaan yang membuat

    kita bersyukur, tapi bersyukur membuat kita bahagia

    -David Seindl-Rast-

    Yang bisa bertahan hidup bukan spesies yang paling besar, bukan juga yang paling kuat, tapi

    yang paling responsive terhadap perubahan

    -Charles Darwin-

    Semakin keras seseorang bekerja, maka semakian sulit ia menyerah

    -Vincent Lombardi-

    Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena

    itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba.

    Maka jangan katakan pada Allah SWT, aku punya masalah tetapi katakan pada masalah aku

    punya Allah SWT yang Maha segalanya.

    -imam Ali bin Abi Tholib-

    Allah tidak selalu menjadikan langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan matahari selalu

    bersinar. Ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, senyuman di setiap air

    mata, berkah di setiap cobaan, dan jawaban dari setiap doa.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr.wb

    Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang

    telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penyusun dapat

    menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas

    kantor urusan agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) di

    Kota Tangerang Selatan.

    Proposal skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Tien Gartinah M.N selaku kepala program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak

    meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada peneliti.

    4. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing II, yang telah

    banyak meluangkan waktunya memberikan bimbingan kepada peneliti.

    5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan

    membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak azib Rosyidi S. Psi) atas

    bantuannya yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.

    6. Orang tua tercinta (Mama dan Papa) atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik

    secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga

  • xi

    kebaikan dan pengorbanan kalian tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah

    SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin.

    7. Kakak dan adik penulis yang tersayang (Mba Wiwi, Mba Noe, Catur) yang selalu

    memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi penulis.

    8. Empat serangkai (Rika Yunita, Susanti, Tintin Farihati) yang senantiasa dukungan,

    bantuan serta doa dalam proses penulisan skripsi ini.

    9. Teman-teman PSIK07 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada

    peneliti.

    10. Semua informan yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

    Peneliti menyadari dalam pembuatan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

    karena itu, peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga proposal skripsi ini

    bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.

    Wassalamualaikum wr.wb

    Tangerang Selatan, September 2011

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. iv

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. v

    ABSTRAK ............................................................................................................................ vii

    LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR ......................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi

    LAMPIRAN ......................................................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5

    C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 6

    D. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 6

    1. Tujuan umum ........................................................................................................ 6

    2. Tujuan Khusus ...................................................................................................... 6

    E. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 7

    1. Bagi profesi keperawatan ..................................................................................... 7

  • xiii

    2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan ......................................... 7

    3. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas Kecamatan Ciputat) ................................... 7

    4. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................................... 7

    F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tetanus Neonatorum ................................................................................................. 9

    B. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ................................................................................ 11

    C. Petugas Kesehatan ..................................................................................................... 17

    D. Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) ..................................................................... 19

    E. Persepsi ..................................................................................................................... 21

    1. Definisi .............................................................................................................. 21

    2. Macam macam persepsi ................................................................................. 22

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi ................................ 22

    F. Teori Health Belief Model ........................................................................................ 23

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

    A. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 25

    B. Definisi Istilah ........................................................................................................... 26

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 27

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 28

    C. Instrumen Penelitian ................................................................................................. 28

    D. Informan Penelitian ................................................................................................... 28

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 29

  • xiv

    F. Keabsahan Data ........................................................................................................ 32

    G. Teknik Analisa Data ................................................................................................. 33

    H. Etika Penelitian .......................................................................................................... 36

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum wilayah penelitian ........................................................................ 38

    B. Hasil Penelitian ......................................................................................................... 38

    1. Karakteristik informan .............................................................................................. 38

    2. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi catin .................. 40

    3. Persepsi tentang manfaat............................................................................................ 46

    4. Persepsi tentang hambatan ......................................................................................... 48

    5. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak ................................................................ 50

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Hasil Peelitian ........................................................................................................... 52

    1. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi catin .................. 52

    2. Persepsi tentang manfaat............................................................................................ 55

    3. Persepsi tentang hambatan ......................................................................................... 57

    4. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak ................................................................ 59

    Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 61

    BAB VII PENUTUP

    1. Kesimpulan ............................................................................................................... 62

    2. Saran ......................................................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Nomor tabel Halaman

    Tabel 2.1 Jadwal pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS) 13

    Tabel 2.2 Jadwal pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin 14

    Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama 39

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor gambar Halaman

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep 25

    Gambar 4.1 Teknik Analisa Data 35

  • xvii

    LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Responden

    Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

    Lampiran 3 Lembar Check List Penataran calon pengantin oleh Petugas KUA

    Lampiran 4 Lembar Check List Penataran calon pengantin oleh

    Petugas Kesehatan

    Lampiran 5 Pedoman wawancara mendalam informan utama

    Lampiran 6 Pedoman wawancara mendalam informan pendukung

    Lampiran 7 Persyaratan administrasi pendaftaran pernikahan

    Lampiran 8 Hasil observasi dengan lembar check list

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian

    neonatal di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu

    strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan melakukan

    imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. Evaluasi tahun 1999-2000 menunjukkan

    cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI mulai mengembangkan

    intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin

    (Depkes RI, 2008). Namun sampai saat ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana

    dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di KUA Kecamatan

    Ciputat tanggal 11 April 2011, didapatkan data bahwa dari 543 calon pengantin yang

    mendaftarkan diri di KUA Kecamatan Ciputat hanya sekitar 40% yang melampirkan kartu

    tanda imunisasi TT dan dari berkas tersebut tercatat para calon pengantin hanya melakukan

    imunisasi TT 1 kali, tidak ada yang melakukan imunisasi TT lengkap (2 kali sebelum

    menikah) seperti yang seharusnya di anjurkan.

    Pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin telah diatur dalam

    ketetapan Departemen Agama: No. 2 Tahun 1989 No. 162-I/ PD.0304.EI tanggal 6 Maret

    1989 tentang imunisasi tetanus toxoid calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah

    di imunisasi tetanus toxoid sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut

    mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasaran surat keterangan

    imunisasi/ kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan merupakan prasyarat administratif

  • 2

    pernikahan. Pada kenyataannya dari hasil pengamatan dan wawancara pada saat studi

    pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat dan KUA Ciputat, penulis mendapatkan

    informasi bahwa bagi calon pengantin yang tidak ingin melakukan imunisasi TT atau tidak

    melengkapi dokumen administratif pernikahan dengan kartu imunisasi TT tetap diberi surat

    izin menikah. Karena program imunisasi TT dan pengumpulan kartu tanda imunisasi TT

    hanya dijadikan sebagai persyaratan pendukung. Dengan kata lain, petugas menganggap bila

    program tidak dilakukan tidak masalah karena sepenuhnya hak pribadi dari tiap individu.

    Penelitian yang dilakukan oleh Hamid, dkk (2010) didapatkan data dari 401

    responden penelitian (calon pengantin) hanya 38,7% yang menyatakan melakukan tindakan

    pemeriksaan kesehatan sebelum menikah (Pre Marital Screening) di puskesmas. Dari tujuh

    kegiatan yang dilakukan pada Pre Marital Screening yaitu imunisasi, ukur lingkar lengan

    atas, cek laboratorium, cek tekanan darah, berat badan dan mens terakhir, tes urin, dan

    pemeriksaan kesehatan, yang paling banyak dilakukan adalah tindakan imunisasi, walaupun

    imunisasi hanya dilakukan kepada 135 responden dari 401 responden penelitian yang ada

    atau sekitar 33,6% responden. Dari sejumlah responden yang diberi imunisasi hanya 78

    reponden (57,8% responden) yang menyebutkan bahwa imunisasi yang diberikan adalah

    imunisasi tetanus.

    Berdasarkan profil kesehatan Depkes RI tahun 2008, Sekitar 40% kematian bayi

    terjadi pada saat neonatal dan sebanyak 165 kasus terjadi karena tetanus neonatorum

    dengan angka kematian 91 kasus atau Case Fatality Rate (CFR) 55% dengan angka

    kejadian tetanus neonatorum tertinggi terjadi di provinsi Banten (50 kasus, 23 meninggal),

    Jawa Barat (41 kasus, 28 meninggal), dan Sumatera Selatan (17 kasus, 9 meninggal). Dari

    kasus tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun beranak

  • 3

    (Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2008). Ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak

    imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih besar bayinya menderita tetanus

    neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap (Indrawati, 1998).

    Dalam menjalankan program imunisasi tetanus toxoid (TT) diperlukan kerja sama

    yang baik antar departemen yang terkait maupun antar staf dalam satu departemen.

    Departemen Kesehatan menganut asas departementalisasi dan regionalisasi, dengan tujuan

    agar program kesehatan dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan baik.

    Departementalisasi yaitu dibentuknya Direktorat Jendral, jajaran organisasi Depkes pusat,

    subdinas, serta seksi-seksi di dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota. Regionalisasi

    adalah dibentuknya jajaran organisasi kesehatan mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat

    kecamatan dan desa serta puskesmas pembantu sampai posyandu (Muninjaya, 2004). Untuk

    pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) pada calon pengantin, Departemen

    Kesehatan menjalin kerjasama dengan Departemen Agama. Hal tersebut dilakukan karena

    sasaran dari program ini adalah calon pengantin yang biasanya sudah mendaftarkan diri di

    kantor urusan agama (KUA). Baik Dinas Kesehatan maupun KUA setempat, masing-masing

    saling membentuk divisi atau bagian yang bertanggung jawab menangani program tersebut.

    Beberapa hasil penelitian sebelumnya menjelaskan beberapa faktor yang

    mempengaruhi pelaksanaan program imunisasi TT. Menurut hasil penelitian Purwanto

    (2002), faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT wanita usia subur

    (WUS) antara lain umur, status perkawinan, pengetahuan, sikap, anjuran petugas kesehatan,

    anjuran petugas non kesehatan, kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan. Menurut hasil

    penelitian Sukmara (2000), variabel yang berpengaruh secara bermakna adalah sikap,

    pendidikan, pemeriksaan kehamilan, persepsi terhadap jarak, dan anjuran. Menurut

  • 4

    penelitian Sumartini (2004), faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi TT pada

    calon pengantin di Puskesmas Liwa Kabupaten Lampung Barat antara lain variabel

    pendidikan, pengetahuan, jarak dan ketersediaan kartu TT. Sedangkan berdasarkan hasil

    wawancara yang peneliti lakukan pada kepala KUA di KUA Kecamatan Ciputat tanggal 11

    April 2011, didapatkan informasi bahwa faktor yang menyebabkan beberapa calon

    pengantin wanita tidak melakukan imunisasi TT antara lain karena tidak mengetahui

    adanya program imunisasi bagi calon pengantin, tidak terlalu diwajibkan oleh pihak KUA

    karena hanya sebagai persyaratan pendukung, takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja

    sehingga tidak ada waktu untuk ke puskesmas/ klinik/ rumah sakit, dan jauhnya jarak dari

    rumah ke pelayanan kesehatan.

    Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan

    diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau saraf pusat yang diorganisasikan

    dan di interpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa

    yang dilihat dan didengarkan. Dengan persepsi individu dapat mengerti tentang keadaan

    lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu,

    sehingga individu dapat bersikap sesuai dengan persepsi yang diambil (Sunaryo, 2004).

    Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, budaya, ras, jenis

    kelamin, dan juga pengalaman yang mereka alami sebelumnya. Perbedaan persepsi dapat

    menjadi batu sandungan untuk mencapai komunikasi yang efektif dan persepsi seseorang

    juga sangat sulit untuk diubah (Potter & Perry, 2003).

    Dari latar belakang yang telah penulis ketahui dari pelaksanaan program imunisasi

    TT pada calon pengantin yang dirasa masih kurang efektif, penulis berkeinginan mengetahui

    gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama (KUA) terhadap

  • 5

    pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin wanita di Kota

    Tangerang Selatan.

    B. Rumusan Masalah

    Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian

    neonatal di Indonesia. Salah satu strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus

    neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun evaluasi tahun

    1999-2000 menunjukkan cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI

    mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu

    para calon pengantin.

    Pada kenyataannya masih banyak calon pengantin yang tidak ingin melakukan

    imunisasi TT atau tidak melengkapi dokumen pernikahannya dengan kartu imunisasi TT

    dengan berbagai alasan antara lain karena takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja

    sehingga tidak ada waktu untuk ke puskesmas/ klinik/ rumah sakit, tidak terlalu diwajibkan

    oleh pihak KUA, kurang paham tentang imunisasi TT dan manfaatnya, dan jauhnya jarak

    dari rumah ke pelayanan kesehatan. Selain itu, didapatkan data dari KUA Ciputat bahwa

    hanya sekitar 40% calon pengantin yang mendaftarkan diri di KUA yang melampirkan

    kartu tanda imunisasi TT dan dari berkas tersebut tercatat para calon pengantin hanya

    melakukan imunisasi TT 1 kali, tidak ada yang melakukan imunisasi TT lengkap (2 kali

    sebelum menikah) sesuai anjuran. Hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh petugas KUA,

    karena imunisasi TT hanya dianggap sebagai persyaratan pendukung.

    Berdasarkan penjelasan diatas, pelaksanaan program imunisasi TT pada calon

    pengantin dirasa masih kurang efektif. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian

  • 6

    ini adalah bagaimana gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan

    agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon

    pengantin wanita di Kota Tangerang Selatan.

    C. Pertanyaan Penelitian

    Bagaimana gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama

    (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin

    wanita di Kota Tangerang Selatan?

    D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui gambaran persepsi petugas kesehatan dan kantor urusan agama

    (KUA) pada pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin

    wanita di Kota Tangerang Selatan.

    2. Tujuan Khusus

    A. Mengidentifikasi pengetahuan petugas KUA, petugas kesehatan setempat, dan calon

    pengantin wanita tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon

    pengantin wanita

    B. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang manfaat pelaksanaan

    program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita

    C. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang hambatan pada

    pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita

  • 7

    D. Manfaaat Penelitian

    1. Bagi profesi keperawatan

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan

    dalam mengembangkan perencanaan keperawatan komunitas tentang pelaksanaan

    imunisasi TT pada calon pengantin wanita.

    2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan

    Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan

    setempat dalam membuat kebijakan mengenai program imunisasi TT pada calon

    pengantin wanita.

    3. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas Kecamatan Ciputat)

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi institusi kesehatan

    (pengelola program imunisasi setempat) tentang peran mereka dalam pelaksanaan

    program imunisasi TT bagi calon pengantin.

    4. Bagi peneliti selanjutnya

    Dapat memberikan informasi dasar atau gambaran untuk penelitian lanjutan yang

    berhubungan dengan imunisasi TT pada calon pengantin.

  • 8

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

    fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan

    observasi dengan menggunakan lembar check list dan telaah dokumen. Informan kunci

    dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan (petugas puskesmas) dan petugas KUA yang

    bertanggung jawab atas program imunisasi TT calon pengantin dan mampu berkomunikasi

    dengan baik. Penelitian ini akan dilakukan di tiga kecamatan di Kota Tangerang Selatan

    yaitu Kecamatan Ciputat, Kecamatan Pamulang, dan Kecamatan Serpong Utara. Penelitian

    ini akan dilakukan mulai bulan Juli Agustus 2011.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tetanus Neonatorum

    Tetanus neonatorum biasanya dikarenakan infeksi C. tetani yang masuk melalui tali

    pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses

    persalinan yang tidak steril, baik oleh peralatan yang terkontaminasi maupun obat untuk tali

    pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan

    obat tradisional yang tidak steril merupakan penyebab utama terjadinya tetanus neonatorum,

    misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, setelah tali

    pusat dipotong dibubuhi dengan abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagianya (Staf

    pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 1997).

    Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang lurus, langsing, berukuran

    panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron, bersifat gram positif, membentuk spora, dan

    hidup obligat anaerob. Kuman ini membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin, suatu

    neurotoksin (menyerang system syaraf) yang kuat. Bakteri ini dijumpai pada tinja binatang

    terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan

    tinja binatang tersebut. Masa inkubasi dari toksin tersebut 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek

    (1-3 hari atau beberapa minggu). Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis :

    localized tetanus (tetanus lokal), cephalic tetanus, dan generalized tetanus (tetanus umum)

    selain itu ada juga yang membagi berupa neonatal tetanus. Karakteristik dari tetanus antara

    lain kejang bertambah berat selama 3 hari pertama dan menetap selama 5-7 hari, setelah 10

    hari frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang mulai hilang, biasanya

  • 10

    didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang sampai leher, kemudian timbul

    kesukaran membuka mulut (trismus), kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus), dan

    karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin,

    bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) (Ritarwan, 2004).

    Menurut penelitian Hamid dalam Ritarwan, 2004, angka terjadinya tetanus

    neonatorum melalui persalinan dengan cara tradisional 56 kasus (68,29%), tenaga bidan 20

    kasus (24,39), dan selebihnya melalui dokter 6 kasus (7,32%). Berat ringannya penyakit

    juga bergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasinya biasanya

    prognosis makin jelek. Prognosis tetanus neonatorum jelek bila: umur bayi lebih dari 7 hari,

    masa inkubasi 7 hari atau kurang, periode timbulnya gejala kurang dari 18 jam, dijumpai

    kaku otot (Ritarwan, 2004).

    Langkah pencegahan pemerintah untuk menanggulangi angka tetanus neonatorum

    sudah dicanangkan sejak lama, adapun beberapa langkah pencegahan penyakit tetanus

    neonatorum antara lain peningkatan cakupan imunisasi TT terhadap wanita usia subur,

    pemeriksaan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT ibu hamil, pertolongan persalinan

    3 bersih serta perawatan tali pusat yang bersih, peningkatan kegiatan surveilans dalam

    rangka penemuan dini kasus tetanus neonatorum dan penentuan faktor resiko yang menjadi

    penyebab, serta pelayanan rujukan baik rumah sakit maupun di puskesmas dengan rawat

    inap dan penyuluhan melalui kader, tokoh masyarakat serta keluarga (Depkes RI, 1996).

  • 11

    B. Imunisasi Tetanus Toxoid

    1. Pengertian

    Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan

    seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila terpapar dengan penyakit tersebut orang

    tersebut hanya akan sakit ringan/ tidak sakit. Imunisasi tetanus toxoid adalah proses

    untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.

    Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dilemahkan

    kemudian dimurnikan (Depkes RI, 2009).

    Imunisasi untuk pencegahan penyakit tetanus dilakukan melalui tahapan-tahapan

    tertentu sesuai dengan kelompok umur. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur 2 11

    bulan sebanyak 3 kali dengan interval waktu minimal 4 minggu. Selanjutnya imunisasi

    DT diberikan pada anak umur 6 7 tahun (kelas 1 SD) sebanyak 1 kali sebagai

    imunisasi ulang. Imunisasi TT pada anak diberikan kepada anak sekolah kelas 2 dan 3

    SD masing-masing diberikan sebanyak 1 kali. Terakhir imunisasi TT diberikan pada

    WUS, ibu hamil dan calon pengantin (Depkes RI, 2009).

    2. Manfaat

    a. Melindungi calon bayi yang akan lahir dari penyakit tetanus neonatorum

    b. Melindungi calon pengantin/ calon ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.

    3. Vaksin Tetanus

    a. Deskripsi

    Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah

    dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium sulfat. Thimeroksal 0,1

    mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi

  • 12

    sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi

    yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (ibu hamil dan calon pengantin) dan

    juga untuk pencegahan tetanus pada ibu.

    b. Indikasi

    Untuk pemberian kekebalan aktif/ imunisasi aktif terhadap tetanus.

    c. Cara pemberian dan dosis

    1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi

    homogen

    2) Vaksin disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam

    3) Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum dari 2

    dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuscular dengan interval 4

    minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.

    4) Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka

    dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah dosis

    ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT

    dapat diberikan elama kehamilan, bahkan pada periode trimester pertama.

    5) Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka boleh digunakan selama 4

    minggu, dengan ketentuan :

    a) Vaksin belum kadaluarsa, VVM masih dalam kondisi A dan B

    b) Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8oC

    c) Tidak pernah terendam air

    6) Sedangkan diposyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi

    untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2009).

  • 13

    4. Kekebalan vaksin tetanus terhadap tubuh

    Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 95 % . Antibody

    yang terbentuk pada calon pengantin yang nantinya akan menjadi ibu, selain memberi

    perlindungan pada ibu, juga memberikan perlindungan pada calon bayi yang akan lahir.

    Plasenta meneruskan antibody tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap

    kemungkinan masuknya toksin tetanus melalui luka pada tali pusat atau luka ditempat

    lain yang dapat tercemar spora tetanus. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai

    maksimal pada trimester akhir kehamilan (Depkes RI 1992 dalam Sukmara, 2000).

    Tabel 2. 1

    Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur

    Jenis

    Imunisasi

    Pemberian

    Imunisasi

    Interval pemberian

    minimal

    Persentase

    proteksi

    Masa Perlindungan Dosis

    Imunisasi

    Tetanus

    Toxoid

    wanita

    usia subur

    (WUS)

    TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc

    TT2 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun 0,5 cc

    TT3 6 bulan setelah TT2 95 % 5 tahun 0,5 cc

    TT4 1 tahun setelah TT3 99 % 10 tahun 0,5 cc

    TT5 1 tahun setelah TT4 99 % Seumur hidup atau

    selama usia subur/

    (25 tahun)

    0,5 cc

    Sumber : Kep. MenKes no. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005 tentang pedoman Penyelenggaraan

    Imunisasi dalam Petunjuk Teknis Imunisasi TT, 2005.

  • 14

    Tabel 2.2

    Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin

    Sasaran Jumlah

    vaksinasi

    Interval waktu

    pemberian minimal

    Saran

    Ibu Hamil 2x 4 minggu Bila ibu hamil belum pernah divaksinasi TT,

    diberikan 2x selama kehamilan

    Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah

    bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud

    memberikan perlindungan untuk kehamilan

    selanjutnya

    1x - Bila ibu hamil pernah mendapat imunisasi TT

    2x pada waktu catin atau pada kehamilan

    sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT

    1x

    Calon

    Pengantin

    Wanita

    2x 4 minggu Sebelum akad nikah (waktu melapor atau

    waktu menerima nasehat perkawinan)

    Sumber : Depkes RI. Vaksin dan waktu pemberiannya, dalam Sukmara, 2000.

    5. Keefektifan vaksin Tetanus Toxoid

    Efektifitas imunisasi TT sebesar 60% - 90% proteksi dari penyakit tetanus

    neonatorum selama 3 tahun terhadap calon pengantin yang melakukan imunisasi TT

    sebanyak 2x (Purwanto, 2002). Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Lilly indrawati,

    1998, yang menyebutkan bahwa ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak

    imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih beresiko bayinya menderita

    tetanus neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap.

  • 15

    6. Efek samping

    Dalam buku pedoman teknis imunisasi , vaksin TT adalah vaksin yang aman dan

    tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya kecuali bagi klien yang

    mengalami reaksi anafilaksis setelah pemberian dosis pertama. Meskipun demikian,

    imunisasi TT tidak boleh diberikan kepada:

    a. WUS dengan riwayat alergi terhadap imunisasi TT yang lalu,

    b. WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut dapat

    diimunisasi segera setelah sembuh.

    7. Pandangan Islam

    Pernikahan merupakan pengalaman hidup yang sangat penting sebagai media

    penyatuan fisik dan psikis antara dua insan dan penggabungan kedua keluarga besar

    dalam rangka ibadah melaksanakan perintah Allah SWT. Hal itu tentunya memerlukan

    berbagai persiapan yang cukup matang terkait persiapan fisik sebelum menikah antara

    lain tes kesehatan dan fertilitas, walaupun tidak ada riwayat dan indikasi penyakit

    ataupun kelainan keturunan di dalam keluarga, berdasarkan prinsip syariah tetap

    dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan standar. Hal ini dikarenakan prinsip sentral

    syariah Islam adalah hikmah dan kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akhirat.

    Kemaslahatan ini terletak pada keadilan, kerahmatan, kemudahan, keamanan,

    keselamatan, kesejahteraan dan kebijaksanaan yang merata. Apa saja yang bertentangan

    dengan prinsip tersebut maka akan dilarang syariah, namun sebaliknya segala hal yang

    dapat mewujudkan prinsip tersebut dapat dipastikan dianjurkan syariah.

    Tujuan utama ketentuan syariat (maqashid as-syariah) adalah tercermin dalam

    pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat manusia yang mencakup lima maslahat

  • 16

    dengan memberikan perlindungan terhadap aspek keimanan (hifz din), kehidupan (hifzd

    nafs), akal (hifz aql), keturunan (hifz nasl) dan harta benda mereka (hifz mal). Apa saja

    yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan

    dikehendaki syariah dan segala yang membahayakannya dikategorikan sebagai mudharat

    atau mafsadah yang harus disingkirkan. Dalam proses pemilihan pasangan dan prosedur

    pernikahan, Islam di samping aspek keimanan dan keshalihan (hifdz din) juga sangat

    memperhatikan aspek keturunan serta aspek kesehatan fisik dan mental (hifdz nasl dan

    hifdz aql). Hal itu dapat kita kaji dari hadits Rasulullah saw maupun ayat-ayat al-Quran

    seputar pernikahan.

    Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-

    saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara

    ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-

    anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu,

    saudara-saudara sesusuanmu, ibu-ibu istrimu, anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)

    yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur

    dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan

  • 17

    diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan diharamkan mengumpulkan

    dalam pernikahan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa

    lampau. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.(An. Nisa : 23)

    "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah

    keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (ar-Ra'du:11)

    Dengan demikian, berdasarkan manfaat dari pemeriksaan kesehatan tersebut

    syariat Islam sangat menganjurkan agar calon pengantin melakukan pemeriksaan

    fertilitas dan tes kesehatan fisik maupun mental serta tindakan imunisasi termasuk

    imunisasi TT pra menikah agar dapat diketahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan

    medis yang mungkin terjadi untuk diambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini

    mungkin berdasarkan prinsip Sadd Adz-Dzariah (prinsip pengambilan langkah preventif)

    terhadap segala hal yang dapat membahayakan lima maslahat.

    C. Petugas Kesehatan

    Petugas kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional

    dibidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun yang tidak.

    Sementara itu, petugas kesehatan menurut PP No.32/1996 adalah setiap orang yang

    mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan

    kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan yang terdiri dari tenaga medis, tenaga

    keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga

    keterapian fisik, dan tenaga ketekhnisian medis (Depkes RI, 2008).

  • 18

    Petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai aturan yang tercermin

    dalam UU No. 32 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam Undang-undang tersebut,

    dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan kewajibannya wajib memenuhi

    standar profesi dan harus menghormati hak-hak pasien (Depkes RI, 2008). Untuk

    melaksanakan tugasnya perawat memiliki beberapa peran yaitu:

    a. Sebagai pelaksana kesehatan

    Peran sebagai pelaksana kesehatan dapat memberikan pelayanan pada tingkat

    individu, keluarga, kelompok melalui upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan

    status kesehatan masyarakat.

    b. Sebagai pendidik

    Petugas kesehatan memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu,

    keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menanamkan perilaku hidup sehat.

    c. Sebagai pengelola

    Petugas kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan

    kesehatan dan masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

    d. Sebagai konsultan

    Petugas kesehatan dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, kelompok,

    dan masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah di bidang kesehatan.

    e. Sebagai manajer

    Petugas kesehatan sebagai manajer adalah bertugas untuk mengambil keputusan,

    bertanggung jawab terhadap kegiatan, mengerahkan sumber daya, dan bekerjasama

    dengan orang lain untuk mencapai tujuan.

    f. Sebagai peneliti

  • 19

    Petugas kesehatan melakukan identifikasi dan pengamatan terhadap suatu

    fenomena yang terjadi di masyarakat yang mengancam status kesehatan masyarakat

    (Mubarak, 2009).

    D. Petugas KUA

    Petugas KUA adalah semua orang yang bekerja dikantor urusan agama (KUA) yang

    bernaung dibawah Departemen Agama. Petugas KUA yang menangani bagian pembinaan

    atau penataran calon pengantin adalah badan penasehatan pembinaan dan pelestarian

    perkawinan (BP4). BP4 merupakan organisasi semi resmi yang bernaung dibawah

    Departemen Agama yang bergerak dalam bidang konsultasi hukum atau pemberian nasehat

    perkawinan, perselisihan dan perceraian. Dapat juga diartikan sebagai konsultan perkawinan

    dan perceraian mengenai nikah, talak dan rujuk.

    Secara formil, tujuan dibentuknya BP4 dirumuskan untuk mempertinggi nilai

    perkawinan dan terwujudnya tatanan rumah tangga yang sejahtera dan bahagia menurut

    tatanan islam. Adapaun untuk mencapai tujuan tersebut, maka BP4 melakukan beberapa

    usaha sebagai berikut:

    1. Memberikan bimbingan, penasehatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan

    rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok

    2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan agama, UU perkawinan, hukum munakahat, UU

    peradilan agama, dan kompilasi hukum islam

    3. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan

    rumah tangga

    4. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan

  • 20

    5. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur, dan

    media elektronik yang dianggap perlu

    6. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan, diskusi, seminar

    dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya yang berkaitan dengan perkawinan dan keuarga

    7. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan

    pengamalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah dalam rangka

    membina keluarga sakinah

    8. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina keluarga

    sakinah

    9. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga

    Tugas dan wewenang BP4 pada dasarnya adalah bagaimana menciptakan keluarga

    sakinah, mawadah, warahmah serta mencegah perceraian dan permasalahan lain yang

    terdapat dalam rumah tangga, guna membentuk bangsa dengan akhlak yang mulia sesuai

    dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana yang tersurat dalam firman Allah SWT dalam

    surat Ar-Rum ayat 21:

    Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah telah menciptakan untukmu

    istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan

    dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

    terdapat tanda-tanda bagi kaum berfikir(QS. Ar-Rum: 21).

    Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, petugas KUA memiliki beberapa

    peran yaitu :

    a. Memberikan bimbingan, nasehat dan pelayanan kepada masyarakat mengenai

    keagamaan rumah tangga yang ideal dalam kehidupan bermasyarakat

  • 21

    b. Memberikan penataran kepada calon pengantin wanita yang hendak melangsungkan

    akad nikah dengan materi-materi tentang UU perkawinan, ibadah dan muamalah,

    munakahat, hukum pernikahan, imunisasi, konsep keluarga berencana dan kesehatan

    c. Memberikan nasehat kepada suami-istri yang datang untuk berkonsultasi, melaporkan

    adanya perselisihan atau permasalahan dalam rumah tangganya sehingga tercipta

    keadaan yang diinginkan, yaitu keluarga bahagia dan sejahtera terhindar dari perceraian

    d. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan

    e. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina keluarga

    sakinah (Setiawan, 2006).

    E. Persepsi

    1. Definisi persepsi

    Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang merasakan,

    mengintepretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda (Potter & Perry, 2005).

    Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang

    didahului oleh pengamatan sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan

    menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu

    (Sunaryo, 2004). Dengan kata lain, persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses

    individu dalam menerima rangsangan baik dari dalam atau dari luar diri individu,

    sehingga individu tersebut dapat mengetahui, mengerti dan menginterpretasikan

    rangsagan tersebut.

  • 22

    2. Macam macam persepsi

    a. External perception

    Persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang dating dari luar diri

    individu.

    b. Self perception

    Persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri

    individu (Sunaryo, 2004).

    3. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi

    Persepsi yang terbentuk pada diri individu berbeda antara satu orang dengan

    orang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi

    pembentukannya. Pengalaman, pendidikan, serta kebudayaan mempengaruhi persepsi

    individu (Hardjana, 2003).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah persepi menurut Baltus

    (1983) dalam Astuti (2005) yaitu:

    a. Kemampuan dan keterbatasan fisik panca indera, dimana faktor ini dapat

    mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu atau permanen

    b. Kondisi lingkungan

    c. Pengalaman masa lalu

    d. Kebutuhan dan keinginan

    Ketika individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu, maka ia akan terus

    berfokus pada hal yang dibutuhkannya

  • 23

    F. Teori Health Belief Model

    Teori ini digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilaku yang

    berhubungan dengan kesehatan dan sebagai kerangka pedoman untuk intervensi perilaku

    kesehatan. Teori HBM juga diartikan sebagai model pengharapan akan suatu nilai yang

    intinya mengacu pada asumsi bahwa orang akan melibatkan diri dalam perilaku kesehatan

    bila mereka menilai menjadi sehat terkait dengan perilakunya dan mereka berfikir bahwa

    perilaku tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan.

    Setelah dilakukan penelitian untuk memperjelas model ini, secara umum seseorang

    akan mengambil tindakan untuk mencegah atau mengontrol kondisi kesehatan jika mereka

    menganggap diri mereka rentan terhadap suatu kondisi, percaya kondisi tersebut akan

    berdampak sangat serius, percaya bahwa tindakan yang tersedia akan bermanfaat dalam

    mengurangi kerentanan mereka dengan tingkat keparahan kondisi, dan percaya bahwa

    hambatan yang dapat diantisipasi sebanding dengan manfaatnya.

    a. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)

    Persepsi ini dibangun dengan mengacu pada persepsi seseorang terhadap resiko

    dirinya mengalami masalah kesehatan atau derajat resiko yang dirasakan seseorang

    terhadap masalah kesehatan yang akan dialaminya.

    b. Persepsi terhadap keparahan (perceived severity)

    Persepsi terhadap keparahan adalah tingkat kepercayaan seseorang bahwa

    konsekuensi masalah kesehatan akan menjadi parah. Perasaan tentang keseriusan tertular

    penyakit atau tidak diobati mencakup evaluasi dari kedua konsekuensi ini yaitu

    konsekuensi medis dan klinis. Kombinasi kerentanan dan keparahan telah diberi label

    sebagai ancaman yang dirasakan.

  • 24

    c. Persepsi terhadap manfaat (perceived benefits)

    Penerimaan pribadi untuk suatu kondisi yang diyakini sebagai suatu ancaman

    dapat menghasilkan tenaga yang mengarah kepada perilaku atau tindakan tertentu yang

    akan diambil tergantung pada keyakinan terhadap efektifitas tindakan tersebut untuk

    mengurangi ancaman. Jadi seorang individu akan menunjukkan keyakinan yang optimal

    dari kerentanan dan tingkat keparahan, namun tidak akan diharapkan individu akan

    menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kecuali tindakan tersebut dianggap

    mempunyai potensi berkhasiat.

    d. Persepsi terhadap hambatan (perceived barrier)

    Aspek negatif yang potensial dari suatu tindakan kesehatan tertentu atau

    hambatan yang dirasakan dapat menjadi halangan seseorang untuk melakukan tindakan

    yang diharapkan. Gabungan antara kerentanan dan keparahan menyediakan energy atau

    kekuatan untuk bertindak dan persepsi terhadap hambatan menyedikan jalur pilihan

    untuk bertindak.

    e. Petunjuk untuk bertindak (cues of action)

    Isyarat tindakan terbukti penting, tetapi individu perlu rangsangan atau belajar

    secara sistematis. Petunjuk untuk bertindak terahadap suatu keadaan biasanya bersumber

    dari peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.

    f. Kepercayaan/efikasi diri untuk melakukan tindakan

    Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan

    suatu tindakan.

  • 25

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

    A. Kerangka Konsep

    Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

    membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang

    diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti

    menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008). Konsep merupakan

    abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep dapat diamati dan

    diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel (Notoatmodjo,

    2005).

    Gambar 3.1

    Kerangka Konsep

    Pelaksanaan program

    imunisasi TT bagi calon

    pengantin wanita

    Persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA

    Manfaat (benefit)

    Hambatan (barrier)

  • 26

    B. Definisi Istilah

    1. Persepsi

    Proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh pengamatan

    sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang

    diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu (Sunaryo, 2004).

    2. Petugas kesehatan

    Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis

    tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan yang terdiri dari

    tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,

    tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga ketekhnisian medis (Depkes RI, 2008).

    3. Petugas kantor urusan agama (KUA)

    Petugas KUA adalah semua orang yang bekerja dikantor urusan agama (KUA) yang

    bernaung dibawah Departemen Agama.

    4. Imunisasi tetanus toxoid

    Proses untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi

    tetanus (Depkes RI, 2009).

    5. Imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin

    Imunisasi tetanus toxoid yang diberikan kepada wanita usia subur (usia 15- 45 tahun)

    sebelum mereka menikah.

    6. Calon pengantin

    Individu yang sudah mendaftarkan keinginannya untuk menikah di KUA setempat.

  • 27

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

    fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh,

    dan memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

    Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab

    akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan

    bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata (Siswanto, 2005 dalam

    Prastowo, 2010). Sedangkan menurut Saryono & Mekar (2010), penelitian kualitatif adalah

    metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara

    sistematik menggunakan prosedur untuk menjawab pertanyaan, mengumpulkan fakta,

    menghasilkan suatu temuan yang tidak bisa ditetapkan sebelumnya, dan menghasilkan suatu

    temuan yang dapat dipakai melebihi batasan-batasan penelitian yang ada pada penelitian

    kuantitatif.

    Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena,

    penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup (Streubert, 1995). Fokus

    utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang akan dikaji adalah deskripsi

    mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka. Fenomena

    yang diamati dapat berupa emosi, hubungan, perkawinan, pekerjaan, dan sebagainya

    (Saryono & Mekar, 2010).

  • 28

    B. Lokasi dan Waktu penelitian

    1. Lokasi penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas dan KUA di Kota Tangerang

    Selatan, antara lain;

    a. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Ciputat

    b. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Pamulang

    c. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Serpong Utara

    2. Waktu penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2011.

    A. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat pencatat dan

    alat perekam suara (tape recorder),

    2. Observasi dengan menggunakan lembar check list.

    B. Informan Penelitian

    Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive) dengan

    prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Informan dalam penelitian

    ini adalah :

  • 29

    1. Informan Kunci

    Informan kunci dalam penelitian ini merupakan petugas yang sudah ditetapkan

    menjadi pemegang program imunisasi TT bagi calon pengantin. Informan kunci dalam

    penelitian ini terdiri dari ;

    a. 1 orang Petugas kesehatan (petugas puskesmas) penanggung jawab program

    imunisasi TT bagi calon pengantin, masing-masing dari Kecamatan Ciputat,

    Pamulang dan Serpong utara

    b. 1 orang Petugas KUA penanggung jawab program imunisasi TT dan penataran bagi

    calon pengantin, masing-masing dari Kecamatan Ciputat, Pamulang dan Serpong

    utara

    2. Informan Pendukung

    Informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari ;

    a. 3 orang calon pengantin wanita.

    Kriteria inklusi : semua calon pengantin wanita baik yang sudah maupun yang belum

    melaksanakan imunisasi TT bagi calon pengantin, sudah terdaftar di KUA setempat,

    dan mengikuti kelas penataran calon pengantin.

    C. Tekhnik Pengumpulan Data

    Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan

    penelitian, ada beberapa tehnik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan

    disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

    ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.

  • 30

    1. Untuk data primer meliputi :

    a. Wawancara

    Moleong (2001) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan

    maksud untuk maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan

    langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan

    mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan

    jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara tidak berstruktur adalah wawancara

    dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat

    oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan

    muncul secara sepontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika

    melakukan wawancara (Sugiyono, 2007 dalam Prastowo, 2010).

    Field & Morse 1985 dalam Holloway & Wheeler, 1996, menyarankan bahwa

    wawancara harus selesai dalam satu jam. Peneliti harus melakukan kontrak waktu

    dengan partisipan, sehingga responden dapat merencanakan kegiatannya pada hari

    itu tanpa terganggu oleh wawancara, umumnya partisipan memang menginginkan

    waktunya cukup satu jam. Peneliti harus menggunakan penilaian mereka sendiri,

    mengikuti keinginan partisipan, dan menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan

    topik penelitiannya. Umumnya lama wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih

    dari tiga jam, konsentrasi tidak akan diperoleh bahkan bila wawancara tersebut

    dilakukan oleh peneliti berpengalaman sekalipun. Beberapa kali wawancara singkat

    akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.

  • 31

    b. Observasi

    Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta untuk cross

    check data dan memperkaya informasi. Observasi dinilai dengan menggunakan

    lembar check list. Dalam penelitian ini, beberapa hal yang di observasi antara lain;

    1) Kegiatan penataran calon pengantin yang dilakukan di Kantor Urusan Agama

    (KUA), antara lain:

    a) Pendaftaran calon pengantin dan pengumpulan berkas persyaratan nikah

    (termasuk kartu imunisasi TT)

    b) Penjadwalan untuk penataran calon pengantin

    c) Saat penataran : Memberikan materi kesehatan, antara lain :

    a. Kesehatan reproduksi,

    b. Imunisasi,

    c. Gizi ibu dan anak,

    d. Keluarga berencana (KB),

    e. Penyakit infeksi menular seksual.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait dengan penelitian.

    Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian. Data sekunder

    yang di ambil dari telaah dokumen antara lain ;

    a. Program Puskesmas tahun 2011 tentang imunisasi TT bagi calon pengantin

    b. Persyaratan administratif pernikahan dari KUA

  • 32

    D. Keabsahan Data

    Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu

    subyektivitas peneliti yang dominan, instrumen penelitian yang digunakan banyak

    mengandung banyak kelemahan, dan sumber data yang kurang credible akan mempengaruhi

    hasil keakuratan penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan

    keabsahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

    1. Kredibilitas

    Kredibilitas merupakan criteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan

    informasi yang dikumpulkan. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian

    yaitu:

    a. Memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement), memungkinkan

    peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat menguji informasi

    dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti.

    b. Pengamatan yang terus-menerus (persistent observation)

    c. Triangulasi

    1) Triangulasi Sumber

    Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari sumber

    yang berupa informan berbeda-beda. Datanya harus memperkuat atau tidak ada

    kontradiksi dengan yang lainnya.

    2) Triangulasi metode

    Dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan

    data yaitu selain menggunakan metode wawancara juga dilakukan observasi

    (Kresno dkk, 2006).

  • 33

    2. Transferabilitas

    Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi

    yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang sama.

    3. Dependabilitas

    Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti

    dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika

    membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk

    menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak

    4. Konfirmabilitas

    Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya

    dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam

    laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang

    yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat

    lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010).

    E. Teknik Analisa Data

    Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:

    1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang

    fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.

    2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang

    dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.

    3. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden

    dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan

  • 34

    memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan

    pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan,

    sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun

    dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

    4. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran

    tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

    5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut

    sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural

    description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description

    (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).

    6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena

    yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena

    tersebut.

    7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran

    tersebut ditulis (Saryono & Mekar, 2010).

  • 35

    Gambar 4.1

    Teknik analisa data

    Sumber: Colaizzi ,1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999, dalam Saryono & Mekar, 2010

    Membaca transkrip

    secara berulang-ulang

    Mengelompokkan kata kunci

    Membuat kategori-kategori

    Merumuskan tema

    Mengintegrasikan hasil analisis ke

    dalam bentuk deskriptif

    Mencatat data yang diperoleh

    (hasil wawancara dan observasi)

    Memiliki gambaran yang jelas

    tentang fenomena yang diteliti

    Kembali ke responden untuk

    klarifikasi data hasil penelitian

    Menggabungkan data yang baru

    diperoleh saat dilakukan validasi

  • 36

    F. Etika Penelitian

    Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat

    perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan memperhatikan aspek-

    aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from discomport

    (Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed consent sebelum penelitian dilakukan.

    a. Self Determination

    Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak

    mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan

    dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent yang telah

    disediakan.

    b. Privacy

    Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk

    kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor

    responden.

    c. Anonymity

    Selama kegiatan penelitian nama responden akan dirahasiakan sebagai gantinya

    digunakan inisial.

    d. Confidentially

    Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan.

    Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian.

  • 37

    e. Protection From Disconfort

    Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama

    mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis,

    maka peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.

  • 38

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

    Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi

    Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang,

    diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya

    Undang-undang nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis

    karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak 20 kilometer ke ibukota negara

    dan 20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Secara administratif Kota

    Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur,

    Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas

    wilayah 147,19 Km2.

    Kota Tangerang Selatan terdapat 14 rumah sakit, 11 puskesmas, 18 puskesmas

    pembantu, 140 klinik, 97 rumah bersalin, 211 dokter praktek , 175 bidan praktek dan 913

    posyandu yang semuanya tersebar di 7 kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

    B. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik informan

    Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan utama dan

    informan pendukung. Informan utama adalah petugas kesehatan dan petugas KUA yang

    bertanggung jawab sebagai pemegang program imunisasi tetanus toxoid bagi calon

    pengantin wanita. Karakteristik dari informan utama yang diperoleh antara lain nama,

  • 39

    umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan untuk informan

    pendukung terdiri dari calon pengantin wanita yang mengikuti penataran sebelum

    menikah bagi calon pengantin di KUA setempat. Karakteristik dari informan pendukung

    yang diperoleh antara lain nama, umur, pendidikan terakhir dan status imunisasi TT

    calon pengantin.

    a. Informan utama

    Informan utama dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan dan petugas

    KUA yang bertanggung jawab sebagai pemegang program imunisasi tetanus toxoid

    bagi calon pengantin wanita yang terdiri dari 3 orang petugas kesehatan (petugas

    puskesmas) dan 3 orang petugas KUA, masing-masing dari wilayah Kecamatan

    Pamulang, Ciputat, dan Serpong Utara.

    Tabel 5.1

    Karakteristik informan utama

    No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan

    1. Ibu T P 52 th D3 Petugas Puskesmas

    2. Ibu E P 36 th D3 Petugas Puskesmas

    3. Ibu S P 36 th D3 Petugas Puskesmas

    4. Bp. S L 50 th S1 Petugas KUA

    5. Bp. R L 45 th S1 Petugas KUA

    6. Bp. F L 42 th S1 Petugas KUA

  • 40

    b. Informan pendukung

    informan pendukung dalam penelitian ini adalah calon pengantin wanita

    yang mengikuti penataran sebelum menikah di KUA setempat yang terdiri dari 4

    orang responden. Usia responden antara 21 30 tahun dengan tingkat pendidikan

    antara SMA kuliah. Wawancara dengan informan pendukung dilakukan karena

    peneliti melihat bahwa dalam pelaksanaan program imunisasi ini para calon

    pengantin wanita yang dapat merasakan bagaimana program imunisasi ini

    dilaksanakan. Tujuan wawancara dengan informan pendukung adalah untuk

    mendapatkan informasi tambahan, cross check data serta untuk memperkaya data

    penelitian.

    2. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin

    a. Pengetahuan tentang program

    Pengetahuan petugas kesehatan dan petugas KUA tentang program imunisasi

    TT bagi calon pengantin umumnya sudah baik. Karena berdasarkan hasil

    wawancara, para petugas dapat menyebutkan manfaat, sasaran, jadwal dari program

    ini dan hal tersebut sesuai dengan panduan dari Kementrian Kesehatan tentang

    program imunisasi TT bagi calon pengantin.

    imunisasi TT itu adalah program untuk mencegah penyakit (tetanus) yang dapat

    dicegah dengan imunisasi.program imunisasi TT diberikan bagi ibu hamil, wanita

    usia subur (WUS) serta calon pengantin. Manfaat imunisasi TT itu sendiri, pertama

    untuk mencegah penyakit tetanus baik bagi ibu dan janin, kedua juga bisa untuk

    meningkatkan daya tahan tubuh si ibu untuk mempersiapkan kehamilan(Ibu E, 36

    thn, petugas puskesmas)

  • 41

    Imunisasi TT meupakan program untuk memberikan kekebalan pada tubuh kita

    terhadap penyakit tetanus. Manfaatnya untuk memberikan kekebalan pada tubuh

    terhadap penyakit tetanus bagi ibu dan janinnya (Ibu T, 52 thn, petugas

    puskesmas)

    Imunisasi TT adalah program imunisasi untuk mencegah penyakit tetanus,

    program tersebut diberikan kepada ibu hamil, WUS dan calon pengantin.

    Manfaatnya itu untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus baik pada ibu maupun

    pada janin (Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

    Sedangkan para calon pengantin menyatakan bahwa mereka tidak tahu

    dengan jelas manfaat dari imunisasi TT bagi calon pengantin, mereka hanya

    disarankan oleh pihak keluarga dan KUA untuk imunisasi tapi tidak diberi

    penjelasan yang lebih lanjut. Sehingga para calon pengantin lebih memilih

    menunggu sampai mendapatkan penjelasan tentang imunisasi TT pada saat kelas

    penataran calon pengantin atau tidak melakukan imunisasi sama sekali. Hal tersebut

    dinyatakan oleh informan pendukung sebagai berikut:

    Belum begitu faham, makanya sekarang ikut penataran (Nn. M, 25 thn, calon

    pengantin)

    Masih kurang faham, kemarin dari KUA cuma disarankan untuk imunisasi TT tapi

    belum dijelaskan jadi belum tahu manfaatnya buat apa. (Nn. P, 21 thn, calon

    pengantin)

    masih belum ngerti banget gunanya buat apa, kalo memang harus sebelum

    menikah imunisasi, gunanya sendiri belum tahu (Nn. C, 22 thn, calon pengantin)

  • 42

    b. Pengetahuan tentang pelaksanaan

    Pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin dilakukan dengan

    cara sosialisasi program, pendataan (screening TT), pelaksanaan pemberian

    imunisasi TT, dan pencatatan.

    1) Sosialisasi program

    Menurut petugas kesehatan dan petugas KUA, sosialisasi program

    imunisasi TT bagi calon pengantin dilaksanakan di puskesmas, posyandu

    (dilaksanakan di meja 4 oleh kader), dan KUA (kelas penataran calon pengantin)

    serta petugas puskesmas juga menyatakan bahwa sosialisasi program juga

    menggunakan media sosialisasi seperti leaflet dan poster.

    Untuk sosialisasi, dilakukan penyuluhan di puskesmas, KUA dan posyandu.

    penyuluhan di posyandu dilakukan oleh kader di meja 4, sebelumnya para kader

    mendapat pelatihan pada KIE(komunikasi informasi edukasi) dan Lokmin

    (lokakarya mini) yang dilakukan di kelurahan dan puskesmas, tiap bulan 1x

    (Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

    Untuk sosialisasinya itu biasanya penyuluhan di posyandu oleh petugas

    puskesmas atau dengan kader dan penyuluhan di KUA (Ibu S, 36 thn, petugas

    puskesmas)

    sosialisasi dalam gedung saat pelaksanaan imunisasi TT di puskesmas dan

    luar gedung melalui rapat kelurahan, posyandu, kader, penataran di KUA dan

    lewat leaflet (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)

    Menurut hasil wawancara dengan informan pendukung, didapatkan hasil

    bahwa para calon pengantin tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang

  • 43

    imunisasi TT dari petugas sebelum mengikuti kelas penataran calon pengantin di

    KUA.

    Kemarin saat daftar, dari KUA menyarankan untuk imunisasi ke pukesmas tapi

    belum dijelaskan apa-apa, makanya sekarang ikut penataran. Belum ke

    puskesmas karena menunggu jadwal penatarannya saja. (Nn. M, 25 thn, calon

    pengantin)

    Para calon pengantin juga tidak pernah datang ke posyandu, karena

    mereka menganggap bahwa posyandu hanyalah tempat untuk pemeriksaan balita

    dan ibu hamil/ wanita yang sudah memiliki anak.

    Masih kurang faham, kemarin dari KUA cuma disarankan untuk imunisasi TT

    tapi belum tahu manfaatnya buat apa. Belum pernah ke puskesmas atau

    posyandu dan lagi pula posyandu itu kan tempat untuk periksa anak dan ibu

    hamil. (Nn. P, 21 thn, calon pengantin)

    Selain itu dari hasil observasi juga didapatkan hasil bahwa peneliti tidak

    melihat adanya poster yang dipajang ataupun leaflet tentang imunisasi TT yang

    akan dibagikan ke masyarakat. Hal ini menunjukkan upaya sosialisasi yang

    dilakukan oleh para petugas belum memanfaatkan media-media sosialisasi yang

    mudah difahami oleh masyarakat seperti leaflet atau poster.

    2) Pendataan

    Pendataan (screening TT) dalam program ini dilakukan untuk mengetahui

    kelengkapan status imunisasi TT pada wanita usia subur usia 15 45 tahun.

    Program pelaksanaaan imunisasi dari puskesmas, pertama pendataan

    (screening TT) yaitu pendataan kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia

    15-45 tahun.(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

  • 44

    Pelaksanaan program imunisasinya, tiga bulan yang lalu diprogramkan dari

    dinas kesehatan untuk serentak dilakukan pendataan (screening TT) yaitu untuk

    mendata kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun (Ibu S,

    36 thn, petugas puskesmas)

    Pelaksanaan program imunisasinya itu, pertama ada pendataan (screening TT)

    itu untuk mendata status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun, jadi

    semuanya didata dan yang belum imunisasi TT akan langsung disarankan untuk

    imunisasi TT. (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)

    Sedangkan menurut hasil wawancara dengan informan pendukung

    didapatkan data bahwa mereka tidak pernah didata dan juga tidak tahu tentang

    adanya pendataan bagi wanita usia subur (WUS) terkait imunisasi TT diwilayah

    tempat tinggal mereka.

    Tahu dari orang tua. Setahu saya tidak ada pendataan imunisasi TT di daerah

    rumah, karena tidak ada orang yang pernah kerumah untuk mendata (Nn. C, 22

    thn, calon pengantin)

    Dari tante karena kemarin kan baru nikah dan dari KUA juga disarankan. Tapi

    tidak ada petugas yang melakukan pendataan. (Nn. M, 25 thn, calon pengantin)

    Dari petugas KUA waktu daftar nikah. Tidak ada petugas yang melakukan

    pendataan imunisasi TT (Nn. P, 21 thn, calon pengantin)

    Pernah dengar dari keluarga yang sudah nikah dan teman. Tidak ada petugas

    yang melakukan pendataan (Nn. A, 30 thn, calon pengantin)

    Hal tersebut menunjukkan bahwa pendataan yang dilakukan oleh petugas

    belum maksimal karena masih ada wanita usia subur yang belum di data dan

  • 45

    informasi tentang pendataan imunisasi TT juga belum diketahui oleh calon

    pengantin.

    3) Pelaksanaan

    Pelaksanaan pemberian imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan sudah

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pemberian imunisasi. Karena dari hasil

    observasi pada pemberian imunisasi TT bagi calon pengantin yang di lakukan di

    puskesmas didapatkan data bahwa cara pemberian sudah sesuai dengan tata cara

    pemberian obat.

    4) Pencatatan

    Pencatatan dilakukan setelah calon pengantin diberikan imunisasi TT.

    Pencatatan dilakukan pada buku laporan imunisasi yang dimiliki pihak puskesmas

    dan untuk calon pengantin akan diberikan kartu tanda imunisasi TT (kartu

    kuning). Informan kunci yang peneliti wawancara mengatakan bahwa pencatatan

    untuk imunisasi TT digabung menjadi satu (TT calon pengantin dan TT ibu

    hamil), hal ini dikarenakan pihak puskesmas menilai kelengkapan status imunisasi

    TT sampai dengan TT-5 bukan berdasarkan status saat pasien diimunisasi. Tetapi

    hal tersebut dapat menyulitkan bagi petugas kesehatan untuk melihat cakupan

    atau keberhasilan dari masing-masing program (imunisasi TT calon pengantin dan

    imunisasi TT ibu hamil).

    Setelah imunisa