SAP-nyeri
-
Upload
ferdiana-revitasari -
Category
Documents
-
view
46 -
download
8
description
Transcript of SAP-nyeri
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Topik : Pendidikan kesehatan manajemen nyeri
Sasaran : Pasien dan keluarga
Waktu : 10.00–11.00 WIB (1 x 35 menit)
Hari/Tanggal : 05 Desember 2015
Tempat : Ruang Mawar RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
1. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi, diharapkan pasien
dan keluarga pasien dapat menerapkan secara mandiri manajemen nyeri
2. Kompetensi Dasar
Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi, pasien dan keluarga
pasien diharapkan dapat:
a. menjelaskan pengertian pengertian nyeri
b. menjelaskan penyebab nyeri
c. menjelaskan karakteristik nyeri
d. menjelaskan klasifikasi nyeri
e. menjelaskan manajemen nyeri
f. menjelaskan manajemen nyeri: relaksasi nafas dalam (pengertian, tujuan,
manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)
g. mendemostrasikan teknik nafas dalam
h. menjelaskan manajemen nyeri: distraksi (pengertian, tujuan, manfaat,
teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)
i. mendemostrasikan teknik distraksi
SATUAN ACARA PENYULUHANIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN DI RUANG MAWAR RSD. dr SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
j. menjelaskan manajemen nyeri: kompres hangat dan dingin (pengertian,
tujuan, manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)
k. mendemostrasikan teknik kompres hangat dan dingin
3. Pokok Bahasan
Manajemen nyeri
4. Subpokok Bahasan
a. menjelaskan pengertian pengertian nyeri
b. menjelaskan penyebab nyeri
c. menjelaskan karakteristik nyeri
d. menjelaskan klasifikasi nyeri
e. menjelaskan manajemen nyeri
f. menjelaskan manajemen nyeri: relaksasi nafas dalam (pengertian, tujuan,
manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)
g. mendemostrasikan teknik nafas dalam
h. menjelaskan manajemen nyeri: distraksi (pengertian, tujuan, manfaat,
teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)
i. mendemostrasikan teknik distraksi
j. menjelaskan manajemen nyeri: kompres hangat dan dingin (pengertian,
tujuan, manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)
k. mendemostrasikan teknik kompres hangat dan dingin
5. Waktu: 1 x 60 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan
a. Leafleat
b. LCD
c. Pengeras suara
d. Laptop
e. Baskom
f. Washlap
2. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi
b. Landasan teori: konstruktivisme
c. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana pendidikan kesehatan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut
3. Persiapan
Penyuluh mencari referensi (buku, jurnal, hasil penelitian, artikel, dan lain-
lain) manajemen nyeri dan membuat media penyuluhan tentang manajemen
nyeri pada pasien di ruang Mawar RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
4. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
ProsesTindakan
WaktuKegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan membuka penyuluhan
b. Menjelaskan materi secara umum dan manfaat bagi pasien dan keluarga
c. Menjelaskan tentang TIU dan TIK
Memperhatikan dan menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
5 menit
Penyajian a. memberikan pertanyaan tentang nyeri
b. menjelaskan pengertian nyeri1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
c. menjelaskan penyebab nyeri1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
d. menjelaskan karakteristik nyeri1) Menanyakan kepada sasaran
Memberikan pertanyaan
Memperhatikan Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan Menjawab pertanyaan
25 menit
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
e. menjelaskan klasifikasi nyeri1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
f. menjelaskan manajemen nyeri1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
g. menjelaskan manajemen nyeri: relaksasi nafas dalam (pengertian, tujuan, manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
h. mendemostrasikan teknik nafas dalam1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai teknik manajemen nyeri yang baru disampaikan
2) Mempraktikkan bersama teknik manajemen nyeri yang telah didemonstrasikan
i. menjelaskan manajemen nyeri: distraksi (pengertian, tujuan, manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
j. mendemostrasikan teknik distraksi1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai teknik manajemen nyeri yang baru
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Mempraktikkan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
disampaikan2) Mempraktikkan bersama
teknik manajemen nyeri yang telah didemonstrasikan
k. menjelaskan menjelaskan manajemen nyeri: kompres hangat dan dingin (pengertian, tujuan, manfaat, teknik, dan hal-hal yang perlu diperhatikan)1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai materi yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan
l. mendemostrasikan teknik kompres hangat dan dingin1) Menanyakan kepada sasaran
mengenai teknik manajemen nyeri yang baru disampaikan
2) Mempraktikkan bersama teknik manajemen nyeri yang telah didemonstrasikan
Mempraktikkan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Mempraktikkan dan memberi tanggapan
Penutup a. Menutup pertemuan dengan memberi kesimpulan dari materi yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan kepada pasien dan keluarga
c. Mendiskusikan bersama jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan
d. Menutup pertemuan dan memberi salam
Memperhatikan
Memberikan saran
Memberi komentar dan menjawab pertanyaan bersamaMemperhatikan dan membalas salam
5 menit
5. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Pasien dan keluarga berada di tempat pertemuan sesuai kontrak.
2) Penyelenggaraan pendidikan kesehatan mengenai manajemen nyeri
dilaksanakan di Poli Hemodialisa RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
3) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
b. Evaluasi Proses
1) Pasien dan keluarga pasien antusias terhadap kegiatan yang
dilakukan.
2) Pasien dan keluarga pasien berpartisipasi dalam kegiatan dengan
mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Pasien dan keluarga memahami materi yang telah disampaikan.
2) Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai manajemen nyeri berhasil
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
11. Lampiran
1. Materi
2. Media yang digunakan (leaflet)
Pemateri
Mahasiswa profesi ners angkatan XVIPSIKUniversitas Jember
Lampiran Materi
Materi 1.
NYERI
A. Pengertian
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri dan menyebabkan ketidakmampuan seiring dengan peningkatan usia harapan
hidup. (Potter dan Perry, 2006). Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik
ringan maupun berat yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa
dapat dirasakan oleh orang lain, meliputi aktifitas seseorang secara langsung dan
perubahan hidup seseorang dan menunjukkan terjadinya gangguan fisiologi
(Hidayat, 2006).
B. Karakteristik Nyeri
Menurut Mahon (2009), 4 karakteristik tentang nyeri antara lain:
A. Nyeri bersifat subjektif,
B. Tidak menyenangkan,
C. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi,
D. Bersifat berkesudahan.
Kemudian dia menambahkan, nyeri melelahkan dan menghabiskan energi
seseorang, dapat menggangu personal dan mempengaruhi makna kehidupan.
C. Penyebab Nyeri
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misal akibat benturan, gesekan,luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, dingin, misal kereta api dan air panas.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa
kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. jinak
b. ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan misalnya abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainban pembuluh darah
5. Trauma psikologis.
D. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempatnya:
a. Periferal pain
Nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
1) Superfisial pain (nyeri permukaan)
2) Deep pain (nyeri dalam)
3) Reffered pain (nyeri alihan)
b. Central pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, Spinal cord, batang
otak dan lain-lain.
c. Psychogenic pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma
psikologis.
d. Phantom pain
Phantom pain merupakan perasaan bagian tubuh sudah tidak ada lagi.
Contohnya pada amputasi phantom pain timbul akibat dari stimulasi
reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada
area yang telah diangkat.
e. Radiating pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernyan yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang,
b. Steady : Nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu lama,
c. Paroxysmal : Nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya menetap 10 – 15 menit lalu menghilang dan kemudian timbul
kembali,
d. Intractabel pain : Nyeri yang resisten dengan dirubah atau dikurangi
Contoh : Pada arthritis, pemberian analgesik narkotika merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : Dalam intensitas rendah,
b. Nyeri sedang : Menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis,
c. Nyeri berat : Dalam intensitas tinggi.
4. Menurut waktu serangan
a. Nyeri akut
Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang actual maupun
potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan; awitan yang tiba-
tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapi berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasi kurang dari 6 bulan
Agen yang berhubungan:
1) Agen cedera biologi (misalnya, infeksi, iskemia, neoplasma)
2) Agen cedera kimia (misalnya, membakar, capsaicin, metilen klorida,
agen mustard)
3) Agen cedera fisik (misalnya, abses, amputasi, membakar,
memotong, angkat berat prosedur operasi, trauma)
Batasan karakteristik:
1) mengungkapakan secara verbal atau melaporkan dengan isyarat
adanya nyeri perubahan nafsu makan
2) diaforesis
3) perubahan parameter fisiologis (misalnya, tekanan darah, denyut
jantung, laju pernapasan, saturasi oksigen, dan karbondioksida)
4) tingkah laku ekspresif (gelisah, marah, menangis, merintih,
waspada, napas panjang
5) ekspresi wajah nyeri (misalnya, mata kekurangan kilau, tampilan
dipukuli, tetap atau tersebar gerakan, meringis)
6) gangguan perilaku atau tingkah laku distraksi (jalan-jalan,
menemui orang lain, aktivitas berulang-ulang)
7) gerakan melindungi
8) keputusasan
9) fokus menyempit (misalnya, persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan orang dan lingkungan)
10) posisi untuk meringankan rasa sakit
11) perilaku pelindung
12) laporan perilaku nyeri/perubahan aktivitas (misalnya, keluarga
anggota, pengasuh)
13) pelebaran pupil
14) berfokus pada diri sendiri
15) laporan diri dari intensitas menggunakan standar skala nyeri
(misalnya, skala Wong-Baker Faces, skala analog visual, peringkat
skala numerik)
b. Nyeri kronis
Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang actual maupun
potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan; awitan yang tiba-
tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapi berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasi lebih dari 6 bulan
Batasan karakteristik:
1) Perubahan dalam kemampuan untuk melanjutkan kegiatan
sebelumnya
2) Perubahan dalam pola tidur
3) Anoreksia
4) Gelisah
5) Depresi
6) Ekspresi wajah nyeri (misalnya, mata kekurangan kilau, terlihat
dipukuli, gerakan tetap atau tersebar, meringis)
7) Laporan perilaku nyeri/perubahan aktivitas (misalnya, keluarga
anggota, pengasuh)
8) Berfokus pada diri sendiri
9) Laporan diri dari intensitas menggunakan standar skala nyeri
(misalnya, Skala Wong-Baker Faces, skala analog visual, peringkat
skala numerik)
E. Manajemen nyeri
1. Nyeri akut
Ajarkan penggunakan teknik nonfarmakologi (misalnyarelaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, kompres
hangat/dingin, dan masase) sebelum, setelah dan jika memungkinkan, selama
aktivitas yang menyakitkan; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan
selama penggunaan tindakan pengurang nyeri lain.
2. Nyeri kronis
a. Tawarkan tindakan pengurang nyeri untuk membantu pengobatan nyeri
(misalnya: teknik relaksasi, distraksi, masase)
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan
dapat diterima
c. Penatalaksanaan nyeri (NIC)
Tingkatkan istirahat tidur yang adekuat untuk memfasilitasi pengurangan
nyeri
Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi,
tetapi evaluasi bahaya sedasi
Materi 2
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
A. Definisi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2008).
B. Tujuan dan Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi nafas
dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah. Metode ini mudah
dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan tindakan yang dapat dilakukan
secara normal tanpa perlu berfikir atau merasa ragu. Sementara Smeltzer dan Bare
(2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Sedangkan manfaat yang dapat dirasakanoleh klien setelah melakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan
berkurangnya rasa cemas
Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri
C. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah
pernafasan diafragmayang mengacu pada pendataran kubah diafragma
selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan
dengan desakan udara masuk selama inspirasi (Priharjo, 2003). Lebih lanjut
Priharjo (2003) menyatakan bahwa adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas
dalam adalah sebagai berikut :
1. Usahakan rileks dan tenang
2. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan
1,2,3,kemudian tahan sekitar 5-10 detik
3. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
4. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi
melalui mulut secara perlahan-lahan.
5. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
6. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teknik Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Penurunan Nyeri.
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu (Smeltzer dan Bare, 2002) :
a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke
daerah yang mengalami spasme dan iskemik.
b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin
Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh teknik relaksasi
nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi nafas dalam untuk
mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen
saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan
kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat
stress seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien
merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur. Hal ini akan
mendorong terjadinya peningkatan kadar PaCO2 dan akan menurunkan kadar pH
sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen (O2) dalam darah (Handerson, 2005).
Materi 3
TEKNIK DISTRAKSI
1. Definisi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga
dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
2. Tujuan dan Manfaat Teknik Distraksi
Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah
untuk pengalihan atau menjauhkan perhatian klien terhadap sesuatu yang sedang
dihadapi, misalnya rasa nyeri. Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini,
yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan
merasa berada pada situasi yang lebih menyenangkan (Widyastuti, 2010).
3. Prosedur Teknik Distraksi
Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain :
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).
b. Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air. Klien
dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang,
seperti musik klasik. Klien diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan
irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh
mengikuti irama lagu, seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki
(Tamsuri, 2007).
c. Distraksi pernafasan
Cara pertama, yaitu bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk memandang
fokus pada satu objek atau memejamkan mata, lalu lakukan inhalasi
perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati),
kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk
berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi
ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.
Cara kedua, yaitu bernafas ritmik dan massase, instruksikan klien untuk
melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan 14 lakukan
massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan
pijatan atau gerakan memutar di area nyeri (Prasetyo, 2010).
d. Distraksi intelektual
Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki silang,
bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur), seperti
mengumpulkan perangko atau menulis cerita. Pada anakanak dapat pula
digunakan teknik menghitung benda atau barang yang ada di sekeliling.
e. Teknik sentuhan
Distraksi dengan memberikan sentuhan pada lengan, mengusap, atau
menepuk-nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan sebagai
tindakan pengalihan atau distraksi. Tindakan ini dapat mengaktifkan saraf
lainnya untuk menerima respons atau teknik gateway control. Teknik ini
memungkinkan impuls yang berasal dari saraf yang menerima input sakit
atau nyeri tidak sampai ke medula spinalis sehingga otak tidak menangkap
respons sakit atau nyeri tersebut. Impuls yang berasal dari input saraf nyeri
tersebut diblok oleh input dari saraf yang menerima rangsang sentuhan
karena saraf yang menerima sentuhan lebih besar dari saraf nyeri.
(Widyastuti., 2010).
Materi 3
KOMPRES
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah
juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran
getah radang menjadi lancar, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada
klien (Istiqomah, 2007). Kompres hangat pada tubuh dapat berbentuk kering dan
basah. Kompres hangat kering dapat digunakan secara lokal untuk konduksi panas
dengan menggunakan botol air panas atau pemanas elektrik. Sedangkan kompres
hangat basah dapat diberikan melalui konduksi, kompres kasa, kemasan pemanas
dan berendam/mandi (Kozier, 2009).. Kompres hangat dilakukan
maksimum 20-30 menit.
Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:
1. Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan
perdarahan dan pembengkakan
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat
metastase (tumor sekunder)
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat
membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan
menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi
efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah
menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau trauma, mencegah kongesti kepala,
memperlambat denyutan jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi
arus darah local. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung lokasinya.
ompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan
kompres dingin basah. Kompres dingin kering terdiri dari kompres es biasa,
kompres es leher, dan kompres es gantung. Kompres dingin kering diberikan
untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan kantong es kolar es, sarung
tangan es, dan kemasan pendingin disposabel.Kompres dingin basah diberikan
pada bagian tubuh untuk memberi efek lokal.
Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:
1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi
aliran ke luka terbuka
2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut
dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud,
dingin akan meningkatkan spasme arteri
3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi
terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis,
eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot), yang
dapat membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.
Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin
Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan
Sangat dingin Di bawah 15° C Kantong es
Dingin 15- 18° C Kemasan pendingin
Sejuk 18- 27° C Kompres dingin
Hangat kuku 27- 37° C Mandi spons- alkohol
Hangat 37- 40° C Mandi dengan air hangat
Panas 40- 60° C Berendam dalam air panas,
irigasi, kompres panas
Sangat panas Di atas 60° C Kantong air untuk orang dewasa
Kompres dingin (dalam 1-2 hari pertama) dan kompres hangat (setelah 2
hari). Namun hal ini harus dengan persetujuan dokter atau petugas pelanyanan
kesehatan
Teknik kompres hangat
A. Alat dan bahan
1. Botol
2. Air hangat
3. Waslap
4. Kain kering
B.teknik
1. cuci tangan
2. siapkan air hangat (sesuaikan dengan kondisi pasien)
3. masukkan air hangat ke dalam botol lalu lapisi dengan kain
4. jika menggunakan waslap, celupkan waslap ke air hangat lalu peras
5. letakkan botol, atau waslap ke area yang terasa nyeri biarkan selama 20 menit
6. cuci tangan
Teknik kompres hangat
Persiapan Alat :
a. Bak kecil berisi air biasa/air es
b. Perlak pengalas
c. Beberapa buah waslap/kain
d. Selimut bila perlu
B. Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
c. Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas
sampai lembab
d. Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
e. Ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah
terendam dalam air biasa atau air es.
f. Diulang hingga pasien merasa tidak nyeri
g. Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Jakarta: EGC.
Istiqomah, 2007. Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Klien Kontusio Di RSUD Sleman. http://digilib.unsri.ac.id/download/85%20%20PENGARUH%20TEKNIK%20PEMBERIAN%20KOMPRES%20TERHADAP%20PERUBAHAN%20SKALA%20NYERI%20PADA%20KLIEN%20KONTUSIO%20di%20RSUD%20SLEMAN14082009.pdf[ 4 Desember 2015]
Hidayat, A., 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2006. Fundamental of Nursing, Vol. 2, Edisi ke 4. Jakarta : EGC.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Priharjo, R. 2008. Tehnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC.
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Widyastuti. 2010. Perbedaan Efektifitas Terapi Musik dengan Teknik Relaksasi Progresif terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di Banjar Peken Desa Sumerta Kaja. http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/arti cle/download/6127/4618 diakses pada tanggal 2 Desember 2015.