Saba Gencatan Senjata - ftp.unpad.ac.id filedi kawasan Balkan itu me-nangkap para penjahat perang...

1
SETELAH sukses menangkap tersangka kejahatan perang, Ratko Mladic, Presiden Ser- bia Boris Tadic menagih janji Uni Eropa (EU). Dia berharap saatnya EU memainkan peran dengan memuluskan jalan bagi Serbia untuk menjadi ang- gotanya. “Saya hanya meminta EU melaksanakan bagiannya. Kami melaksanakan bagian kami dan kami akan terus melakukan hal ini (menangkap para penjahat perang). Ini bukti keseriusan kami untuk bergabung dengan EU. Kami juga bersedia mere- formasi demi menjadi anggota EU,” kata Tadic. Seperti diberitakan sebe- lumnya, Mladic, tersangka kejahatan perang paling di- cari di Eropa, Kamis (26/5), ditangkap di sebuah desa di utara Kota Beograd, setelah 16 tahun buron. Mahkamah Kejahatan Perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendakwa Mladic bertanggung jawab atas keke- jaman perang yang dilakukan pasukannya sepanjang perang Bosnia (1992-1995). Rumor yang berhembus sebe- lumnya mengatakan otoritas Serbia sebenarnya telah menge- tahui lokasi persembunyian Mladic. Namun, penangkapan sengaja ditunda hingga waktu yang bertepatan dengan kun- jungan Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Catherine Ashton. Rumor tersebut langsung dibantah Tadic. “Komentar seperti itu tidak masuk akal. Kenyataannya kami menang- kap Mladic begitu kami me- nemukannya,” ungkapnya. Pihak EU telah berulang kali mengatakan akan menjad- walkan pertemuan prakeang- gotaan bagi Serbia jika negara di kawasan Balkan itu me- nangkap para penjahat perang Bosnia. Selain Mladic, Serbia juga diminta memburu Goran Hadzic, pemimpin pemberon- takan etnik Serbia di Kroasia pada perang 1991-1995. Serbia, yang dulu kerap di- anggap sebagai tempat persem- bunyian para penjahat perang, berharap dapat memperoleh status prakandidat keanggotaan EU pada akhir tahun ini. “Sudah saatnya dunia mengetahui bahwa negara ini telah melangkah maju. Tidak ada halangan lagi. Menghen- tikan Serbia masuk ke EU jelas murni politis,” kata Tadic. (*/ AP/I-3) PERDANA Menteri Jepang Naoto Kan menolak mundur dari jabatannya seusai menda- pat mosi tidak percaya dari parlemen, kemarin. Kan meno- lak mundur karena bertekad menyelesaikan krisis nuklir Fu- kushima Daiichi akibat gempa dan tsunami 11 Maret lalu. “Saya tidak bisa menye- rahkan tanggung jawab untuk melakukan apa yang harus diselesaikan sekarang. Saya ingin menyelesaikan krisis nuklir terlebih dahulu. Saya bertekad untuk menyelesaikan tugas saya,” tegas Kan di depan sidang parlemen. Sejumlah pengamat berharap Kan dapat lepas dari mosi tidak percaya parlemen. Namun, Kan harus menghadapi ham- batan besar saat mengajukan kebijakan ke hadapan parle- men termasuk mengajukan tambahan anggaran untuk membantu pembiayaan pemu- lihan pascabencana alam yang turut menghancurkan pem- bangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Kan yang menjabat perdana menteri sejak Juni lalu itu, se- lain dihadapkan pada masalah krisis nuklir terparah sepanjang 25 tahun terakhir, juga harus merumuskan bagaimana mem- biayai rekonstruksi di wilayah yang terkena dampak gempa dan tsunami serta reformasi pajak karena membengkaknya biaya jaminan sosial. Akibatnya, pemerintah perlu memberlakukan undang-un- dang penerbitan obligasi baru untuk membiayai 44% dari ang- garan US$1 triliun tahun ini per April 2011. Situasi politik Jepang men- jadi panas setelah pemimpin Partai Demokratik Jepang (DPJ) Ichiro Ozawa memaksa Kan turun dan akan mengeluarkan mosi tidak percaya jika Kan tidak lengser dari jabatannya. “Apabila hal tersebut tidak berhasil, saya akan membuat keputusan bila diperlukan.” Oposisi utama Partai Demokrat Liberal (LDP) me- merlukan 70 atau lebih dari total 305 anggota parlemen dari DPJ yang membelot untuk memaksa Kan mengundurkan diri. Atau menekan Kan agar segera melakukan pemilihan umum bagi majelis rendah. “Formasi koalisi besar akan menjadi kemenangan besar bagi politik Jepang,” kata Takuji Okubo, ekonom Jepang di Societe Generale Corporate and Investment Banking. (*/ Reuters/I-4) MENOLAK MUNDUR: Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengikuti rapat komite rekonstruksi gempa di Tokyo, beberapa waktu lalu. Kan menolak mengundurkan diri dari jabatannya. I NTER NASIONAL 12 RABU, 1 JUNI 2011 P EMIMPIN Libia Moa- mar Khadamemper- barui janjinya untuk mengadakan gencatan senjata saat bertemu Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma. Meskipun demikian, Khadatidak menunjukkan tanda-tan- da akan turun dari kekuasaan, seperti yang diminta Barat. Kepada Zuma, Khadame- ngatakan gencatan senjata itu juga termasuk penghentian pengeboman dan serangan dari udara oleh Pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO). Janji Khadatersebut menun- jukkan adanya suatu kemajuan jika dibandingkan dengan me- diasi bulan lalu yang juga di- motori Zuma. “Kami berdiskusi seputar keharusan memberi kesempatan bagi rakyat Libia untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri,” kata Zuma. Pada Februari lalu, Zuma berkunjung ke Libia dan me- nawarkan kesepakatan damai yang sama. Saat itu, Zuma me- minta Khadamenanggalkan kekuasaannya yang sudah 41 tahun. Namun, Khadameno- lak mentah-mentah tawaran itu. Di saat yang sama, opo- sisi menganggap, jika Khadamenerima tawaran Zuma, itu hanya langkah awal. Pertemuan Zuma dan Khadaitu disiarkan televisi pemerintah. Dengan penampi- lan di layar televisi, Khadakembali tampil di depan publik lagi sejak 11 Mei. Saat itu, dia tampil di televisi saat tengah berdiskusi dengan para kepala suku. Tak lama setelah Zuma me- ninggalkan Libia, televisi pe- merintah melaporkan adanya pengeboman oleh pesawat-pe- sawat tempur NATO. Pesawat itu menggempur fasilitas militer dan sipil di Al Jufrah, 460 km tenggara ibu kota Tripoli. Na- mun, belum ada konrmasi dari tayangan televisi setempat itu. Dalam menanggapi pembi- caraan Zuma dan Khadaitu, para pemimpin dari negara Barat menyatakan tidak akan menghentikan pengeboman hingga Khadaturun. “Operasi kami di Libia ada- lah meraih hasil nyata. Kami serius ingin menggulingkan Khadafi yang terus mem- bunuhi rakyatnya,” kata Sekjen NATO Anders Fogh Rasmus- sen di Varna, Bulgaria. “Teror Khadafi terhadap rakyatnya harus segera diakhiri.” Jenderal membelot Di sisi lain, di Roma, Italia, delapan pejabat penting militer Libia, termasuk lima jenderal hadir dalam konferensi pers yang dilaksanakan pemerin- tah Italia. Mereka menyatakan sebagai bagian dari 120 pejabat militer yang mundur dari mili- ter Libia. “Apa yang terjadi saat ini terhadap rakyat Libia membuat kami takut,” kata seorang pem- belot yang memperkenalkan dirinya sebagai Jenderal Oun Ali Oun. “Terlalu banyak pembunuh- an, genosida, kekerasan ter- hadap perempuan. Tidak bi- jaksana, seorang yang waras mampu melakukan apa yang kami lihat sendiri dan apa yang dia minta kami lakukan,” jelasnya. Pembelotan para pejabat militer tersebut telah terjadi dua bulan setelah menteri luar negeri dan mantan dinas mata- mata Libia Moussa Koussa, serta diplomat senior Libia Ali Abdussalm Treki meninggal- kan Khada. Duta Besar Libia untuk PBB Abdurrahman Shalgam, yang juga membelot dari Khadafi mengatakan seluruh 120 per- sonel militer itu kini telah berada di luar Libia. Namun, dia tidak menyebutkan tempat mereka berada. (BBC/Reuters/I-3) [email protected] Karena tidak tega melaksanakan perintah Khadafi, 120 personel militer termasuk lima jenderal memilih meninggalkan Libia. Khadafi Sambut Gencatan Senjata Naoto Kan Berkeras Selesaikan Krisis Nuklir REUTERS/KHALED ABDULLAH MENGHINDARI TEMBAKAN: Demonstran antipemerintah lari menghindari tembakan dari tentara saat berunjuk rasa menentang Presiden Ali Abdullah Saleh di Taiz, Yaman, kemarin. REUTERS/YURIKO NAKAO PERTEMPURAN sengit kem- bali pecah di ibu kota Yaman, Sana’a, kemarin. Kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui para kepala suku dan pasukan yang loyal kepada Presiden Ali Abdullah Saleh dilanggar. Yaman pun kian terperosok ke perang sipil. “Kesepakatan gencatan sen- jata telah berakhir,” kata se- orang pejabat pemerintah, kemarin. Dia menambahkan, pasukan yang didukung se- jumlah kelompok suku telah menguasai sejumlah gedung pemerintah. Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menge- cam kekerasan yang dilaku- kan pendukung Saleh. Saleh dikecam karena tidak mau memenuhi keinginan para pemimpin dunia untuk me- lepas jabatan presiden. Padahal ribuan warga dan sejumlah pejabat militernya juga me- mintanya mundur. Pertempuran malam di Sana’a menandakan berakhirnya gen- catan senjata yang disepakati akhir pekan lalu. Hingga ming- gu lalu, lebih dari 115 orang dilaporkan tewas dalam ben- trokan yang menggunakan senapan mesin, mortir, dan peluncur granat. Di Distrik Hasaba, Sana’a, rentetan senjata otomatis ter- dengar. Pertempuran antara pendukung Saleh dan pasu- kan dari sejumlah suku yang dipimpin kepala suku Hashed berpengaruh, Sadeq al-Ahmar, itu telah berlangsung hampir satu minggu. “Bentrok malam lalu sangat menakutkan,” kata Mohammed al-Quraiti, warga Hasaba kepada Reuters. Pasukan pendukung Saleh juga menembaki ratusan demonstran di Kota Taiz, sekitar 200 km dari Sana’a. Demonstran itu awalnya hendak bergabung di pusat pertemuan yang di- sebutnya sebagai ‘Lapangan Kemerdekaan’. Sedikitnya tiga orang tewas dan sejumlah orang terluka pada insiden tersebut. “Kantor hak asasi manusia PBB telah menerima laporan, yang telah diverikasi, bahwa lebih dari 50 orang tewas se- jak Minggu (29/5) di Taiz se- jak serangan yang dilakukan gabungan angkatan darat, Garda Republik, dan elemen pemerintah,” kata Navi Pillay, pegiat HAM PBB. Di selatan Yaman, pasukan pemerintah dan warga setem- pat berupaya mengusir kelom- pok Al-Qaeda dan milisi Islam dari Kota Zinjibar yang pekan lalu menguasai daerah itu. Kantor berita Saba melapor- kan, kemarin, 21 tentara Ya- man tewas sehari sebelumnya. Menurut warga, banyak mayat bergelimpangan di jalan-jalan dan sejumlah ledakan ter- jadi di kota itu. (Drd/Reuters/ AP/I-4) Yaman Terperosok ke Perang Sipil DENNY P SINAGA Serbia Tagih Janji Uni Eropa REUTERS/NTSWE MOKOENA BERTEMU: Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kiri) berbincang dengan pemimpin Libia Moamar Khadafi dalam pertemuan di Tripoli, Senin (30/5). Khadafi ingin melakukan gencatan senjata di tengah konflik yang terjadi di negaranya.

Transcript of Saba Gencatan Senjata - ftp.unpad.ac.id filedi kawasan Balkan itu me-nangkap para penjahat perang...

SETELAH sukses menangkap tersangka kejahatan perang, Ratko Mladic, Presiden Ser-bia Boris Tadic menagih janji Uni Eropa (EU). Dia berharap saatnya EU memainkan peran dengan memuluskan jalan bagi Serbia untuk menjadi ang-gotanya.

“Saya hanya meminta EU melaksanakan bagiannya. Kami melaksanakan bagian kami dan kami akan terus melakukan hal ini (menangkap para penjahat perang). Ini bukti keseriusan kami untuk bergabung dengan EU. Kami juga bersedia mere-formasi demi menjadi anggota EU,” kata Tadic.

Seperti diberitakan sebe-lumnya, Mladic, tersangka kejahatan perang paling di-cari di Eropa, Kamis (26/5), ditangkap di sebuah desa di utara Kota Beograd, setelah 16 tahun buron.

Mahkamah Kejahatan Perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendakwa Mladic bertanggung jawab atas keke-jaman perang yang dilakukan pasukannya sepanjang perang Bosnia (1992-1995).

Rumor yang berhembus sebe-lumnya mengatakan otoritas Serbia sebenarnya telah menge-tahui lokasi persembunyian Mladic. Namun, penangkapan sengaja ditunda hingga waktu yang bertepatan dengan kun-jungan Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Catherine Ashton.

Rumor tersebut langsung dibantah Tadic. “Komentar seperti itu tidak masuk akal. Kenyataannya kami menang-kap Mladic begitu kami me-nemukannya,” ungkapnya.

Pihak EU telah berulang kali mengatakan akan menjad-walkan pertemuan prakeang-gotaan bagi Serbia jika negara di kawasan Balkan itu me-nangkap para penjahat perang Bosnia. Selain Mladic, Serbia juga diminta memburu Goran Hadzic, pemimpin pemberon-takan etnik Serbia di Kroasia pada perang 1991-1995.

Serbia, yang dulu kerap di-anggap sebagai tempat persem-bunyian para penjahat perang, berharap dapat memperoleh status prakandidat keanggotaan EU pada akhir tahun ini.

“Sudah saa tnya dunia mengetahui bahwa negara ini telah melangkah maju. Tidak ada halangan lagi. Menghen-tikan Serbia masuk ke EU jelas murni politis,” kata Tadic. (*/AP/I-3)

PERDANA Menteri Jepang Naoto Kan menolak mundur dari jabatannya seusai menda-pat mosi tidak percaya dari parlemen, kemarin. Kan meno-lak mundur karena bertekad menyelesaikan krisis nuklir Fu-kushima Daiichi akibat gempa dan tsunami 11 Maret lalu.

“Saya tidak bisa menye-rahkan tanggung jawab untuk melakukan apa yang harus diselesaikan sekarang. Saya ingin menyelesaikan krisis nuklir terlebih dahulu. Saya bertekad untuk menyelesaikan tugas saya,” tegas Kan di depan sidang parlemen.

Sejumlah pengamat berharap Kan dapat lepas dari mosi tidak percaya parlemen. Namun, Kan harus menghadapi ham-batan besar saat mengajukan kebijakan ke hadapan parle-men termasuk mengajukan tambahan anggaran untuk membantu pembiayaan pemu-lihan pascabencana alam yang turut menghancurkan pem-bangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.

Kan yang menjabat perdana menteri sejak Juni lalu itu, se-lain dihadapkan pada masalah krisis nuklir terparah sepanjang 25 tahun terakhir, juga harus merumuskan bagaimana mem-biayai rekonstruksi di wilayah yang terkena dampak gempa dan tsunami serta reformasi

pajak karena membengkaknya biaya jaminan sosial.

Akibatnya, pemerintah perlu memberlakukan undang-un-dang penerbitan obligasi baru untuk membiayai 44% dari ang-garan US$1 triliun tahun ini per April 2011.

Situasi politik Jepang men-jadi panas setelah pemimpin Partai Demokratik Jepang (DPJ) Ichiro Ozawa memaksa Kan turun dan akan mengeluarkan mosi tidak percaya jika Kan tidak lengser dari jabatannya. “Apabila hal tersebut tidak berhasil, saya akan membuat

keputusan bila diperlukan.” O p o s i s i u t a m a P a r t a i

Demokrat Liberal (LDP) me-merlukan 70 atau lebih dari total 305 anggota parlemen dari DPJ yang membelot untuk memaksa Kan mengundurkan diri. Atau menekan Kan agar segera melakukan pemilihan umum bagi majelis rendah.

“Formasi koalisi besar akan menjadi kemenangan besar bagi politik Jepang,” kata Takuji Okubo, ekonom Jepang di Societe Generale Corporate and Investment Banking. (*/Reuters/I-4)

MENOLAK MUNDUR: Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengikuti rapat komite rekonstruksi gempa di Tokyo, beberapa waktu lalu. Kan menolak mengundurkan diri dari jabatannya.

INTERNASIONAL12 RABU, 1 JUNI 2011

PEMIMPIN Libia Moa-mar Khadafi memper-barui janjinya untuk mengadakan gencatan

senjata saat bertemu Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma. Meskipun demikian, Khadafi tidak menunjukkan tanda-tan-da akan turun dari kekuasaan, seperti yang diminta Barat.

Kepada Zuma, Khadafi me-ngatakan gencatan senjata itu juga termasuk penghentian pengeboman dan serangan dari udara oleh Pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Janji Khadafi tersebut menun-jukkan adanya suatu kemajuan jika dibandingkan dengan me-diasi bulan lalu yang juga di-motori Zuma. “Kami berdiskusi seputar keharusan memberi kesempatan bagi rakyat Libia untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri,” kata Zuma.

Pada Februari lalu, Zuma berkunjung ke Libia dan me-

nawarkan kesepakatan damai yang sama. Saat itu, Zuma me-minta Khadafi menanggalkan kekuasaannya yang sudah 41 tahun. Namun, Khadafi meno-lak mentah-mentah tawaran itu. Di saat yang sama, opo-sisi menganggap, jika Khadafi menerima tawaran Zuma, itu hanya langkah awal.

P e r t e m u a n Z u m a d a n Khadafi itu disiarkan televisi pemerintah. Dengan penampi-lan di layar televisi, Khadafi kembali tampil di depan pu blik lagi sejak 11 Mei. Saat itu, dia tampil di televisi saat tengah berdiskusi dengan para kepala suku.

Tak lama setelah Zuma me-ninggalkan Libia, televisi pe-merintah melaporkan adanya pengeboman oleh pesawat-pe-sawat tempur NATO. Pesawat itu menggempur fasilitas militer dan sipil di Al Jufrah, 460 km tenggara ibu kota Tripoli. Na-mun, belum ada konfi rmasi dari tayangan televisi setempat itu.

Dalam menanggapi pembi-caraan Zuma dan Khadafi itu, para pemimpin dari negara Barat menyatakan tidak akan menghentikan pengeboman hingga Khadafi turun.

“Operasi kami di Libia ada-lah meraih hasil nyata. Kami serius ingin menggulingkan Khadafi yang terus mem-bunuhi rakyatnya,” kata Sekjen NATO Anders Fogh Rasmus-sen di Varna, Bulgaria. “Teror Khadafi terhadap rakyatnya harus segera diakhiri.”

Jenderal membelotDi sisi lain, di Roma, Italia,

delapan pejabat penting militer Libia, termasuk lima jenderal hadir dalam konferensi pers yang dilaksanakan pemerin-tah Italia. Mereka menyatakan sebagai bagian dari 120 pejabat militer yang mundur dari mili-ter Libia.

“Apa yang terjadi saat ini terhadap rakyat Libia membuat kami takut,” kata seorang pem-

belot yang memperkenalkan dirinya sebagai Jenderal Oun Ali Oun.

“Terlalu banyak pembunuh-an, genosida, kekerasan ter-hadap perempuan. Tidak bi-jaksana, seorang yang waras mampu melakukan apa yang kami lihat sendiri dan apa yang dia minta kami lakukan,” jelasnya.

Pembelotan para pejabat militer tersebut telah terjadi dua bulan setelah menteri luar negeri dan mantan dinas mata-mata Libia Moussa Koussa, serta diplomat senior Libia Ali Abdussalm Treki meninggal-kan Khadafi .

Duta Besar Libia untuk PBB Abdurrahman Shalgam, yang juga membelot dari Khadafi mengatakan seluruh 120 per-sonel militer itu kini telah berada di luar Libia. Namun, dia tidak menyebutkan tempat me reka berada. (BBC/Reuters/I-3)

[email protected]

Karena tidak tega melaksanakan perintah Khadafi, 120 personel militer termasuk lima jenderal memilih meninggalkan Libia.

Khadafi Sambut Gencatan Senjata

Naoto Kan Berkeras Selesaikan Krisis Nuklir

REUTERS/KHALED ABDULLAH

MENGHINDARI TEMBAKAN: Demonstran antipemerintah lari menghindari tembakan dari tentara saat berunjuk rasa menentang Presiden Ali Abdullah Saleh di Taiz, Yaman, kemarin.

REUTERS/YURIKO NAKAO

PERTEMPURAN sengit kem-bali pecah di ibu kota Yaman, Sana’a, kemarin. Kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui para kepala suku dan pasukan yang loyal kepada Presiden Ali Abdullah Saleh dilanggar. Yaman pun kian terperosok ke perang sipil.

“Kesepakatan gencatan sen-jata telah berakhir,” kata se-orang pejabat pemerintah, kemarin. Dia menambahkan, pasukan yang didukung se-jumlah kelompok suku telah menguasai sejumlah gedung pemerintah.

Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menge-cam kekerasan yang dilaku-kan pendukung Saleh. Saleh dikecam karena tidak mau memenuhi keinginan para pemimpin dunia untuk me-lepas jabatan presiden. Padahal ribuan warga dan sejumlah pejabat militernya juga me-mintanya mundur.

Pertempuran malam di Sana’a menandakan ber akhirnya gen-catan senjata yang disepakati akhir pekan lalu. Hingga ming-gu lalu, lebih dari 115 orang dilaporkan tewas dalam ben-trokan yang menggunakan senapan mesin, mortir, dan peluncur granat.

Di Distrik Hasaba, Sana’a, rentetan senjata otomatis ter-dengar. Pertempuran antara pendukung Saleh dan pasu-kan dari sejumlah suku yang

dipimpin kepala suku Hashed berpengaruh, Sadeq al-Ahmar, itu telah berlangsung hampir satu minggu. “Bentrok malam lalu sangat menakutkan,” kata Mohammed al-Quraiti, warga Hasaba kepada Reuters.

Pasukan pendukung Saleh juga menembaki ratusan demonstran di Kota Taiz, sekitar 200 km dari Sana’a. Demonstran itu awalnya hendak bergabung di pusat pertemuan yang di-sebutnya sebagai ‘Lapangan Kemerdekaan’.

Sedikitnya tiga orang tewas dan sejumlah orang terluka pada insiden tersebut.

“Kantor hak asasi manusia PBB telah menerima laporan, yang telah diverifi kasi, bahwa lebih dari 50 orang tewas se-jak Minggu (29/5) di Taiz se-jak serangan yang dilakukan gabungan angkatan darat, Garda Republik, dan elemen pemerintah,” kata Navi Pillay, pegiat HAM PBB.

Di selatan Yaman, pasukan pemerintah dan warga setem-pat berupaya mengusir kelom-pok Al-Qaeda dan milisi Islam dari Kota Zinjibar yang pekan lalu menguasai daerah itu.

Kantor berita Saba melapor-kan, kemarin, 21 tentara Ya-man tewas sehari sebelumnya. Menurut warga, banyak mayat bergelimpangan di jalan-jalan dan sejumlah ledakan ter-jadi di kota itu. (Drd/Reuters/AP/I-4)

Yaman Terperosok ke Perang Sipil

DENNY P SINAGA

Serbia Tagih Janji Uni Eropa

REUTERS/NTSWE MOKOENA

BERTEMU: Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma (kiri) berbincang dengan pemimpin Libia Moamar Khadafi dalam pertemuan di Tripoli, Senin (30/5). Khadafi ingin melakukan gencatan senjata di tengah konflik yang terjadi di negaranya.