RUU EKONOMI SYARIAH SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM … · 1. Dinamika ekonomi syariah yang...
Transcript of RUU EKONOMI SYARIAH SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM … · 1. Dinamika ekonomi syariah yang...
RUU EKONOMI SYARIAH SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM
BAGI PELAKU EKONOMI SYARIAH
(Disampaikan Dalam Seminar Webinar Series “Urgensi RUU Ekonomi Syariah Dalam Rangka Optimalisasi
Konstribusi Ekonomi Syariah Dalam Perkonomian Nasional, diselenggarakan oleh The Indonesian Association of
Islamic Economist, Jakarta 29 September 2020
oleh :
DR. H. M ALI TAHER, SH, M.HumAggota Komisi VIII DPR RI-BALEG DPR RI
ISU UTAMA
ISU EKONOMI SYARIAH
1. Dinamika ekonomi syariah yang termanifestasikan dalam realitas
sosial dan ekonomi di Indonesia
2. Konstribusi ekonomi syariah dalam pembangunan
3. Kontribusi dana syariah dalam APBN
4. Kontribusi ekonomi syariah dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat
5. Kebijakan pemerintah dalam mendorong pengembangan ekonomi
syariah.
6. Terwujudnya Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan
syariah dunia. ekonomi syariah layak menjadi arus baru
perekonomian Indonesia.
Cambridge Institute ofIslamic Finance, dalam laporan Global Islamic Finance Report (GIFR)
2019, menempatkan Indonesia sebagai peringkat paling wahid dalam hal kepemimpinan dan
potensinya dalam perbankan dan keuangan Islam global, dengan angka capaian 81,93. Atas
prestasi ini, Indonesia berhasil mencapai peringkat satu dari negara jiran Malaysia yang
mendominasi sejak 2011.
LANDASAN FILOSOFIS RUU EKONOMI SYARIAH
“Dan dirikanlah sembahyang tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul,
supaya kamu diberi rahmat”. (An Nur 24 : 56).
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
bersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “. (Surat At Taubah 9 :
103)
LANDASAN IDEOLOGIS, PANCASILA
Ekonomi syariah sebagai wujud mengamalkan sila ke-5 Pancasila, yakni
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, agar kesenjangan ekonomi
dapat segera teratasi.
Bagaimana kontribusi ekonomi dan keuangan syariah semakin signifikan
menciptakan lapangan kerja, sikap kepedulian dan tolong menolong (Sila
ke-2)
Bagiamana dapat menjalankan ibadahnya secara utuh (kaffah) dalam
rangka mencari ridlo Allah SWT (Pengamalan Sila ke-1)
Menyelesaikan persoalan dann menyusun kebijakan ekonomi syariah lebih
mengedepankan pendekatan musyarawah ( Pengamalan Sila Ke-4)
Ekonomi Syariah sebagai perekat dan pegikat keutuhan bangsa berbasis
nilai-nilai kebersamaan, persatuan dan ukhuwah Islamiah dan Ukhuwah
Wathoniah yang makin inklusif (Sila Ke-3)
Pertama
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa,....(Konstitusi,
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alenia ke-4)
Kedua
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. (Pasal 29
ayat (2))
LANDASAN KONSTITUSIONAL
EKONOMI SYARIAH
LANDASAN SOSIOLOGIS EKONOMI SYARIAH
Jumlah Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam
merupakan berperan aktif dalam pembangunan nasional,
namun belum mendapatkan secara adil atas hak ekonomi,
sosial, dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Potensi ekonomi syariah yang belum dikelola secara optimal
dalam rangka memberikan konstribusi bagi kesejahteraan
rakyat-ummat
Belum adanya sinergi, kolaborasi, kerjasama serta kemitraan
strategis antar pelaku usaha.
Belum efektifnya Kebijakan pemerintah dalam mendorong
pengembangan ekonomi syariah dalam rangka mempercepat
terwujudnya keadilan sosial untuk semua
LANDASAN YURIDIS
Peraturan perundang-undangan yang terait ekonomi syariah
masih sektoral, parsial dan tidak terkoordinasi secara
berkelanjutan
Masih adanya tumpang tindih antar aturan berbasis syariah
dengan aturan hukum nasional, antar lain terkait perpajak,
dan sertfikasi tanah wakaf
Masih adanya kekosongan hukum, antara lain terkait dengan
penyelesaian sengketa
Dalam penyelenggaraan Ekonomi Syariah masih perlu adanya
dukung/afirmasi untuk memberikan kepastian hukum,
perlindungan dan keadilan hukum bagi pelaku usaha,
konsumen/ummat Islam
LANDASAN PSIKOLOGIS - POLITIS
RUU tentang Ekonomi Syariah merupakan
keniscayaan/kehendak bersama dan pemangku kepentingan
dalam rangka mempercepat terwujudnya keadilan sosial
RUU tentang Ekonomi Syariah secara prosedur telah menjadi
Prolegnas 2020-2024 dan secara substansi perlu disusun dan
merespon berbagai dinamika kehiduan nasional, regional dan
global
RUU tentang Ekonomi Syariah selain memberikan jaminan
perlindungan hukum, kepastian hukum, keadilan hukum, juga
memberikan jalan menuju keselamatan kehidupan dan
penghidupan serta Ridlo Allah
TUJUAN EKONOMI SYARIAH
Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.
Membersihkan diri dari sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dalam hati orang-orang miskin,
Menjembatani jurang pemisah antara orang yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat,
Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang
mempunyai harta kekayaan,
Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain,
KONSTRIBUSI DANA BERBASIS SYARIAH DALAM
MENDUKUNG KESEJAHTERAAN RAKYAT-UMMAT
Kontribusi Dana Berbasis Syariah
Belum optimalnya Keuangan/Dana Jemaah Haji, Zakat, Infaq, Sodaqoh, Wakaf, dan Hibah.
Dana Haji:
1. Perolehan nilai manfaat (dana optimalisasi) dari pengelolaan keuangan haji realisasi pada tahun 2017 sebesar Rp 5,2 triliun,
realisasi tahun 2018 sebesar Rp 5,7 triliun, target tahun 2019 sebesar Rp 7,2 triliun dan target tahun 2020 sebesar Rp 8,05 triliun.
2. Jumlah Dana Kelolaan dengan tambahan calon jamaah 450 ribu: 120,6 T (2020) 155,4 T (2022), alokasi penempatan/investasi
ke instrumen keuangan:
1.Deposito Syariah: 55% (2018) 30% (2022)
2.SDHI: 35% (2018) 20% (2022)
3.SBSN: 5% (2018) 20% (2022)
4.Sukuk Korporasi: 5% (2018) 10% (2022)
5.Investasi Langsung: 10% (2019) 20% (2022)
Masih minimnya investasi langsung dana haji, yang sesungguhnya ide dasar pembentukan BKPH agar investasi dana haji bisa lebih
optimal dan memberi manfaat lebih bag penyelenggaraan ibadah haji
Potensi zakat
Menurut Wakil Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional Zainulbahar Noor mengatakan potensi zakat Indonesia mencapai Rp 217 triliun.
Artinya potensi zakat nilainya hampir 10 persen dari APBN. Sayangnya, zakat yang terhimpun baru 1,2 persen atau Rp 3 triliun.
Sedangkan potensi zakat menurut disampaikan Hilman Latief, Ph.D, zakat yang ada di Indonesia saat ini bisa mencapai Rp400 triliun,
hanya saja masih ada masalah dalam "marketing" dan peruntukannya yang terkait dengan kepercayaan masyarakat kepada lembaga
pengelola zakat selama ini. (Jakarta, 6 Juli 2016). Menurut Bambang Sudibyo, Ketua Baznas, Potensi zakat besar, penelitian pada
2011 mengungkap potensi 2010 adalah Rp 217 triliun, dengan perhitungan PDB potensi 2015 menjadi Rp286 triliun.
POTENSI ZAKAT
Potensi Zakat
Potensi zakat yang diwajibkan untuk dikeluarkan meliputi zakat fitrah
dan zakat mal (zakat harta). Zakat Mal (Zakat Harta) dirinci lagi
meliputi:
a. emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b. uang dan surat berharga lainnya;
c. Perniagaan (Tijarah);
d. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
e. peternakan dan perikanan
f. Pertambangan (Ma’din);
g. perindustrian;
h. pendapatan dan jasa/Profesi;
i. rikaz;
j. keuntungan netto badan usaha sebelum dikurang panaj penghasilan;
dan
POTENSI WAKAF
Potensi Wakaf
Objek yang dapat diwakafkan adalah benda (bergerak maupun tidak
bergerak) seperti tanah, hak milik atas rumah, atau hak milik atas rumah susun.
Objek wakaf benda bergerak dapat berbentuk uang.
Potensi wakaf uang di Indonesia sangat besar, bisa mencapai Rp 20 triliun per
tahunnya. (Republika online, Minggu, 22 Juli 2012, 06:40 WIB). Tahun 2020
bisa lebih dari Rp 50 T bila dioptimalkan
Indonesia perlu meneladani Mesir dan Turki dalam pengelolaan dan
pemberdayaan wakaf. Maksimalisasi wakaf, khususnya wakaf tunai,
diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat Islam dan
masyarakat Indonesia
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
DAN RUU INISIATIF DPR RI
UU No.41/2004 tentang Wakaf,
UU No.3/2006 tentang Peradilan Agama.
UU No.19/2008 tentang SBSN,
UU No.21/2008 tentang Perbankan Syariah,
UU No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat,
UU No.33/2014 tentang Jaminan Produk Halal
UU No.34/2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Haji,
UU. No. 8 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
RUU tentang Perubahan atas UUNo.33/2014 tentang Jaminan ProdukHalal,
RUU tentang Perubahan atas UUNo.41/2004 tentang Wakaf,
RUU tentang Perubahan atas UUNo.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat,
RUU tentang Perubahan atas UUNo.34/2014 tentang PengelolaanKeuangan Haji,
RUU tentang Destinasi Wisata Halal, dan
RUU tentang Ekonomi Syariah.
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
RUU USUL INISIATIF DPR RI
PROLEGNAS 2020-2024
TANTANGAN EKONOMI SYARIAH
1. Penggunaan instrumen pelayanan ekonomi syariah lebih
disesuaikan dengan kemajuan teknologi, sehingga umat
Islam akan memperoleh kemudahan dalam menunaikan
kewajiban atau menjalankan sunnah serta amaliah lainnya;2. Meningkatkan mutu layanan, cepat, murah, mudah dan
inklusif;3. Meningkatkan kompetensi SDM dalam mengelolaan
potensi sumber-sumber ekonomi;4. Meningkatkan tata kelola sumber daya, sarana prasarana
dan managerial yang handal, kompetitif dan berdayasaing.
5. Produk yang bermutu, berkualitas dan memenuhi standarinternasional
6. Kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingandalam mengelola potensi ekonomi syariah
7. Peningkatan Kerjasama dengan Mitra Strategis (
MoU/Tahun)
8. Mendorong Pengembangan Ekonomi Syariah, khususnya
di bidang usaha Perhajian (program pemberdayaan
ekonomi umat/tahun)
Semoga BermanfaatWassalamu’alaikum wr wb
danterima kasih