Rute Pemberian Obat
description
Transcript of Rute Pemberian Obat
![Page 1: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/1.jpg)
PRAKTIKUM I
PENGARUH CARA PEMBERIAN OBAT
TERHADAP ABSORBSI OBAT
A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengenal, mempraktikkan, dan membandingkan
cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya.
B. Dasar Teori
Cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap atau
tidaknya resorpsi obat oleh tubuh selain faktor formulasi. Tergantung dari efek
yang diinginkan, yaitu efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat),
keadaan pasien dan sifat-sifat fisika kimia obat. (Anonim, 2004).
Bentuk sediaan obat yang memberi aksi yang cepat tidak selalu
menguntungkan, sebab makin cepat obat diabsorbsi akan cepat pula mengalami
metabolisme dan ekskresi. Sedang bentuk sediaan obat yang lambat diabsorbsi
akan memberi aktivitas obat yang lebih lama, maka itu pemilihan bentuk sediaan
faktor perlu pertimbangan banyak faktor. (Anief, 2002).
Pemberian obat secara parenteral (berarti “diluar usus”) biasanya dipilih bila
diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang
atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin).
Begitu pula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama.
Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh
pasien sendiri. Selain itu, ada juga bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan
bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan
tepat. Macam-macam rute pemberian secara parenteral, yaitu sebagai berikut :
1. Subkutan (hipodermal), yaitu injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya
dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air dan minyak.
Efeknya tidak secepat injeksi intramuskular dan intravena.
2. Intrakutan, yiatu injeksi yang diberikan ke dalam kulit dimana absorbsinya
sangat lambat.
3. Intramuskuler (i.m), yaitu injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja
dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat
yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.
![Page 2: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/2.jpg)
4. Intravena (i.v), yaitu injeksi ke dalam pembuluh darah yang menghasilkan
efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat
sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi lama kerja obat biasanya hanya
singkat.
5. Intra-arteteri, yaitu injeksi ke pembuluh nadi.
6. Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitonial (ke dalam
ruang selaput perut), intrapleural (pada selaput paru-paru), intracardial (pada
jantung), dan intra-artikular(ke celah-celah sendi) adalah eberapa cara injeksi
untuk memasukkan obat ke tempat yang diinginkan. (Tjay dan rahardja,
2013).
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/
biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana
percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelo-
laannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, seta mampu
memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manuasia. (Tjay dan
Rahardja, 2013).
OOA (Onset of Action): waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek
obat (awal kerja obat). DOA (Duration of action): durasi waktu lamanya kerja
obat.
Petidin HCl (Pethidini Hydrochloridum), yaitu suatu senyawa yang memiliki
rumus molekul C15H21NO2.HCl dengan bobot molekul relatif sebesar 283,80. Sifat
fisikokimia petidin yaitu serbuk hablur, tidak berwarna atau putih, tidak berasa
atau hampir tidak berasa. Petidin dapat larut dalam air, larut dalam 20 bagian
etanol (95 %) P, dan larut dalam kloroform. Petidin berkhasiat pada penggunaan
narkotikum dengan dosis maksimum 200 mg, sehari 600 mg. (Anonim, 2010).
![Page 3: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/3.jpg)
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Spuit injeksi dan jarum (1 mL)
Sarung tangan
stopwatch
2. Bahan
Petidin
Alkohol 70 %
D. Cara Kerja
3 ekor mencit
Ditandai mencit A, B, dan C serta timbang BB mencit.
Dihitung volume petidin sebesar 0,00039 mL.
Diinjeksikan pada hewan uji dengan cara intra vena.
Diamati dan dihitung onset serta durasi waktu tidur mencit.
Dibandingkan dengan percobaan pada rute pemberian yang berbeda.
Diuji dengan statistik analisa uraian pola searah dengan taraf
kepercayaan 95 %.
Hasil pengamatan
![Page 4: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/4.jpg)
E. Hasil Pengamatan
1. Berat badan mencit
Mencit 1 = 20,1 gram
Mencit 2 = 18,1 gram
Mencit 3 = 20,9 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 20,1 + 18,1 + 20,9
3= 19,7 𝑔𝑟𝑎𝑚
2. Volume pengambilan obat
Dosis petidin = 1 mg/kg BB
BB rata-rata = 19,7 gram = 0,0197 kg
Konsentrasi obat = 50 mg/mL
𝑉𝑎𝑜 = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 × 𝐵𝐵
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡=
1 × 0,0197
50= 0,000394 𝑚𝐿
3. Data onset pemberian petidin dengan rute pemberian secara parenteral
Mencit Onset pada Rute Pemberian (menit)
s.c i.m i.p I.v
Mencit 1 7 5 10 -
Mencit 2 4 3 9 3
Mencit 3 1 5 7 1
4. Data durasi pemberian petidin dengan rute pemberian secara parenteral
Mencit Durasi pada Rute Pemberian (menit)
s.c i.m i.p I.v
Mencit 1 34 5 38 -
Mencit 2 38 8 36 7
Mencit 3 33 20 35 6
![Page 5: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/5.jpg)
5. Uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %
pada data onset
Ho : µ1 = µ2 =µ3 → tidak ada perbedaan bermakna dari cara pemberian
terhadap onset.
Ha : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 → ada perbedaan bermakna dari cara pemberian
terhadap onset.
α = 0,05
X1 X2 X3 X4 X12 X2
2 X32 X4
2
7 5 10 - 49 25 100 -
4 3 9 3 16 9 81 9
1 5 7 1 1 25 49 1
Tc 12 13 26 4 (∑ X)2 = 55
nc 3 3 3 2 N = 11
∑ kuadrat 66 59 230 10 ∑ X2 = 365
Keterangan :
X1 = s.c ; X2 = i.m ; X3 = i.p ; X4 = i.v.
nc = jumlah sampel
N = jumlah percobaan
Jumlah kuadrat perlakuan (SST)
𝑆𝑆𝑇 = ∑ [𝑇𝑐2
𝑛𝑐] −
(∑ 𝑥)2
𝑁
𝑆𝑆𝑇 = [(12)2
3+
(13)2
3+
(26)2
3+
(4)2
2] −
(55)2
11
𝑆𝑆𝑇 = 337,67 − 275
𝑆𝑆𝑇 = 62,67
Jumlah kuadrat kesalahan (SSE)
𝑆𝑆𝐸 = ∑(𝑋)2 − ∑ [𝑇𝑐2
𝑛𝑐]
𝑆𝑆𝐸 = (7)2 + (4)2 + (1)2 + ⋯ + (1)2 − 337,67
𝑆𝑆𝐸 = 365 − 337,67
𝑆𝑆𝐸 = 27,33
![Page 6: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/6.jpg)
Keragaman total (SStotal)
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑆𝑇 + 𝑆𝑆𝐸
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 62,67 + 27,33
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 90
Tabel Anova
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat Tengah
(1) / (2)
Antar perlakuan SST = 62,67
dK1 = k – 1
= 4 – 1
= 3
MSTR = SST/dK1
= 62,67/3
= 20,89
Kesalahan (dalam
perlakuan) SSE = 27,33
dK2 = N – k
= 11 – 4
= 7
MSE = SSE/dK2
= 27,33/7
= 3,90
SS total 90
Fhitung
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑆𝑇𝑅
𝑀𝑆𝐸
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 20,89
3,90
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5,35
Kesimpulan
Fhitung = 5,35
Ftabel = 4,34
Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan
bermakna dari cara pemberian terhadap onset.
![Page 7: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/7.jpg)
6. Uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %
pada data durasi
Ho : µ1 = µ2 =µ3 → tidak ada perbedaan bermakna dari cara pemberian
terhadap onset.
Ha : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 → ada perbedaan bermakna dari cara pemberian
terhadap onset.
α = 0,05
X1 X2 X3 X4 X12 X2
2 X32 X4
2
34 5 38 - 1156 25 1444 -
38 8 36 7 1444 64 1296 49
33 20 35 6 1089 400 1225 36
Tc 105 33 109 13 (∑ X)2 = 260
nc 3 3 3 2 N = 11
∑ kuadrat 3689 489 3965 85 ∑ X2 = 8228
Keterangan :
X1 = s.c ; X2 = i.m ; X3 = i.p ; X4 = i.v.
nc = jumlah sampel
N = jumlah percobaan
Jumlah kuadrat perlakuan (SST)
𝑆𝑆𝑇 = ∑ [𝑇𝑐2
𝑛𝑐] −
(∑ 𝑥)2
𝑁
𝑆𝑆𝑇 = [(105)2
3+
(33)2
3+
(109)2
3+
(13)2
2] −
(260)2
11
𝑆𝑆𝑇 = 8082,83 − 6145,45
𝑆𝑆𝑇 = 1937,38
Jumlah kuadrat kesalahan (SSE)
𝑆𝑆𝐸 = ∑(𝑋)2 − ∑ [𝑇𝑐2
𝑛𝑐]
𝑆𝑆𝐸 = (34)2 + (38)2 + (33)2 + ⋯ + (6)2 − 8082,83
𝑆𝑆𝐸 = 8228 − 8082,83
𝑆𝑆𝐸 = 145,17
![Page 8: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/8.jpg)
Keragaman total (SStotal)
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑆𝑇 + 𝑆𝑆𝐸
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1937,38 + 145,17
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2082,55
Tabel Anova
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat Tengah
(1) / (2)
Antar perlakuan SST = 1937,38
dK1 = k – 1
= 4 – 1
= 3
MSTR = SST/dK1
= 1937,38/3
= 645,79
Kesalahan (dalam
perlakuan) SSE = 145,17
dK2 = N – k
= 11 – 4
= 7
MSE = SSE/dK2
= 145,17/7
= 20,73
SS total 2082,55
Fhitung
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑆𝑇𝑅
𝑀𝑆𝐸
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 645,79
20,73
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 31,15
Kesimpulan
Fhitung = 31,15
Ftabel = 4,34
Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan
bermakna dari cara pemberian terhadap durasi.
![Page 9: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/9.jpg)
F. Pembahasan
Dalam praktikum farmakologi kali ini, mempelajari tentang bagaimana
pengaruh cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsi obat. Cara pemberian
obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat
oleh tubuh selain faktor formulasi. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu
efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan
sifat-sifat fisika kimia obat. (Anonim, 2004).
Percobaan yang dilakukan yaitu injeksi secara parenteral anatara lain :
melalui subkutan (bawah kulit), intramuskular (pada otot), intraeritorial (dekat
perut), dan intravena (pada pembuluh darah) terhadap tiga ekor mencit yang
terlebih dahulu ditimbang berat badannya. Obat yang diberikan melalui injeksi ini
yaitu petidin dengan konsentrasi 50 mg/mL dan dosis untuk hewan uji yaitu 1
mg/kg BB. Data pengamatan yang diperlukan yaitu onset dan durasi. OOA (Onset
of Action) adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek obat (awal
kerja obat). Sedangkan DOA (Duration of action) yaitu durasi waktu lamanya
kerja obat.
Penimbangan mencit dengan bobot rata-rata 19,7 gram berarti jumlah petidin
yang harus diberikan pada seekor mencit yaitu sebanyak 0,000394 mL. Kemudian
barulah obat diinjeksikan melalui rute yang ditentukan yaitu intravena. Percobaan
pada mencit 1 tidak menimbulkan onset sehingga data durasi pun tidak didapat.
Hal ini dapat disebabkan karena pemberian obat yang tidak tepat sehingga obat
tidak seluruhnya masuk dan tidak menimbulkan efek. Pada mencit 2 memberikan
nilai onset 3 menit dan durasi 7 menit. Artinya obat telah beraksi dalam tubuh.
Pada mencit 3 memiliki onset 1 menit dan durasi selama 6 menit. Dari empat rute
pemberian yang diberikan, rute intravena merupakan rute yang memiliki onset
paling cepat dibanding dengan pemberian cara yang lain, akan tetapi durasi yang
diperlukan juga cukup cepat.
Hasil uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %
pada data onset dan durasi, menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna antara
cara pemberian dengan lama onset dan durasi obat (Fhitung > Ftabel). Hal ini ditandai
dengan adanya perbadaan waktu onset dan durasi obat melalui cara pemberian
obat yang berbeda-beda pula.
![Page 10: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/10.jpg)
G. Kesimpulan
Dari praktikum tentang pengaruh cara pemberian terhadap absorbsi obat,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Setiap cara pemberian obat menunjukkan onset dan durasi obat yang berbeda-
beda.
2. Dari uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %
pada data onset dan durasi, menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna antara
cara pemberian dengan lama onset dan durasi obat.
3. Pemberian secara intravena merupakan pemberian yang paling cepat
memberikan reaksi.
![Page 11: Rute Pemberian Obat](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf8ef4550346703b975f57/html5/thumbnails/11.jpg)
H. Daftar Pustaka
Anief. M. 2013. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Anonim. 2004. Farmakologi. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 2010. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting (Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : Departemen Kese-
hatan Republik Indonesia.