Rute Pemberian Obat

11
PRAKTIKUM I PENGARUH CARA PEMBERIAN OBAT TERHADAP ABSORBSI OBAT A. Tujuan Mahasiswa mampu mengenal, mempraktikkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya. B. Dasar Teori Cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat oleh tubuh selain faktor formulasi. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat-sifat fisika kimia obat. (Anonim, 2004). Bentuk sediaan obat yang memberi aksi yang cepat tidak selalu menguntungkan, sebab makin cepat obat diabsorbsi akan cepat pula mengalami metabolisme dan ekskresi. Sedang bentuk sediaan obat yang lambat diabsorbsi akan memberi aktivitas obat yang lebih lama, maka itu pemilihan bentuk sediaan faktor perlu pertimbangan banyak faktor. (Anief, 2002). Pemberian obat secara parenteral (berarti “diluar usus”) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, ada juga bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat. Macam-macam rute pemberian secara parenteral, yaitu sebagai berikut : 1. Subkutan (hipodermal), yaitu injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air dan minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuskular dan intravena. 2. Intrakutan, yiatu injeksi yang diberikan ke dalam kulit dimana absorbsinya sangat lambat. 3. Intramuskuler (i.m), yaitu injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan maksud memperpanjang kerja obat. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.

description

Laporan Praktikum Farmakologi

Transcript of Rute Pemberian Obat

Page 1: Rute Pemberian Obat

PRAKTIKUM I

PENGARUH CARA PEMBERIAN OBAT

TERHADAP ABSORBSI OBAT

A. Tujuan

Mahasiswa mampu mengenal, mempraktikkan, dan membandingkan

cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya.

B. Dasar Teori

Cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap atau

tidaknya resorpsi obat oleh tubuh selain faktor formulasi. Tergantung dari efek

yang diinginkan, yaitu efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat),

keadaan pasien dan sifat-sifat fisika kimia obat. (Anonim, 2004).

Bentuk sediaan obat yang memberi aksi yang cepat tidak selalu

menguntungkan, sebab makin cepat obat diabsorbsi akan cepat pula mengalami

metabolisme dan ekskresi. Sedang bentuk sediaan obat yang lambat diabsorbsi

akan memberi aktivitas obat yang lebih lama, maka itu pemilihan bentuk sediaan

faktor perlu pertimbangan banyak faktor. (Anief, 2002).

Pemberian obat secara parenteral (berarti “diluar usus”) biasanya dipilih bila

diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang

atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin).

Begitu pula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama.

Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh

pasien sendiri. Selain itu, ada juga bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan

bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan

tepat. Macam-macam rute pemberian secara parenteral, yaitu sebagai berikut :

1. Subkutan (hipodermal), yaitu injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya

dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air dan minyak.

Efeknya tidak secepat injeksi intramuskular dan intravena.

2. Intrakutan, yiatu injeksi yang diberikan ke dalam kulit dimana absorbsinya

sangat lambat.

3. Intramuskuler (i.m), yaitu injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja

dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan maksud

memperpanjang kerja obat. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat

yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.

Page 2: Rute Pemberian Obat

4. Intravena (i.v), yaitu injeksi ke dalam pembuluh darah yang menghasilkan

efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat

sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi lama kerja obat biasanya hanya

singkat.

5. Intra-arteteri, yaitu injeksi ke pembuluh nadi.

6. Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitonial (ke dalam

ruang selaput perut), intrapleural (pada selaput paru-paru), intracardial (pada

jantung), dan intra-artikular(ke celah-celah sendi) adalah eberapa cara injeksi

untuk memasukkan obat ke tempat yang diinginkan. (Tjay dan rahardja,

2013).

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/

biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana

percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain

persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelo-

laannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, seta mampu

memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manuasia. (Tjay dan

Rahardja, 2013).

OOA (Onset of Action): waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek

obat (awal kerja obat). DOA (Duration of action): durasi waktu lamanya kerja

obat.

Petidin HCl (Pethidini Hydrochloridum), yaitu suatu senyawa yang memiliki

rumus molekul C15H21NO2.HCl dengan bobot molekul relatif sebesar 283,80. Sifat

fisikokimia petidin yaitu serbuk hablur, tidak berwarna atau putih, tidak berasa

atau hampir tidak berasa. Petidin dapat larut dalam air, larut dalam 20 bagian

etanol (95 %) P, dan larut dalam kloroform. Petidin berkhasiat pada penggunaan

narkotikum dengan dosis maksimum 200 mg, sehari 600 mg. (Anonim, 2010).

Page 3: Rute Pemberian Obat

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Spuit injeksi dan jarum (1 mL)

Sarung tangan

stopwatch

2. Bahan

Petidin

Alkohol 70 %

D. Cara Kerja

3 ekor mencit

Ditandai mencit A, B, dan C serta timbang BB mencit.

Dihitung volume petidin sebesar 0,00039 mL.

Diinjeksikan pada hewan uji dengan cara intra vena.

Diamati dan dihitung onset serta durasi waktu tidur mencit.

Dibandingkan dengan percobaan pada rute pemberian yang berbeda.

Diuji dengan statistik analisa uraian pola searah dengan taraf

kepercayaan 95 %.

Hasil pengamatan

Page 4: Rute Pemberian Obat

E. Hasil Pengamatan

1. Berat badan mencit

Mencit 1 = 20,1 gram

Mencit 2 = 18,1 gram

Mencit 3 = 20,9 gram

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 20,1 + 18,1 + 20,9

3= 19,7 𝑔𝑟𝑎𝑚

2. Volume pengambilan obat

Dosis petidin = 1 mg/kg BB

BB rata-rata = 19,7 gram = 0,0197 kg

Konsentrasi obat = 50 mg/mL

𝑉𝑎𝑜 = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 × 𝐵𝐵

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑏𝑎𝑡=

1 × 0,0197

50= 0,000394 𝑚𝐿

3. Data onset pemberian petidin dengan rute pemberian secara parenteral

Mencit Onset pada Rute Pemberian (menit)

s.c i.m i.p I.v

Mencit 1 7 5 10 -

Mencit 2 4 3 9 3

Mencit 3 1 5 7 1

4. Data durasi pemberian petidin dengan rute pemberian secara parenteral

Mencit Durasi pada Rute Pemberian (menit)

s.c i.m i.p I.v

Mencit 1 34 5 38 -

Mencit 2 38 8 36 7

Mencit 3 33 20 35 6

Page 5: Rute Pemberian Obat

5. Uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %

pada data onset

Ho : µ1 = µ2 =µ3 → tidak ada perbedaan bermakna dari cara pemberian

terhadap onset.

Ha : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 → ada perbedaan bermakna dari cara pemberian

terhadap onset.

α = 0,05

X1 X2 X3 X4 X12 X2

2 X32 X4

2

7 5 10 - 49 25 100 -

4 3 9 3 16 9 81 9

1 5 7 1 1 25 49 1

Tc 12 13 26 4 (∑ X)2 = 55

nc 3 3 3 2 N = 11

∑ kuadrat 66 59 230 10 ∑ X2 = 365

Keterangan :

X1 = s.c ; X2 = i.m ; X3 = i.p ; X4 = i.v.

nc = jumlah sampel

N = jumlah percobaan

Jumlah kuadrat perlakuan (SST)

𝑆𝑆𝑇 = ∑ [𝑇𝑐2

𝑛𝑐] −

(∑ 𝑥)2

𝑁

𝑆𝑆𝑇 = [(12)2

3+

(13)2

3+

(26)2

3+

(4)2

2] −

(55)2

11

𝑆𝑆𝑇 = 337,67 − 275

𝑆𝑆𝑇 = 62,67

Jumlah kuadrat kesalahan (SSE)

𝑆𝑆𝐸 = ∑(𝑋)2 − ∑ [𝑇𝑐2

𝑛𝑐]

𝑆𝑆𝐸 = (7)2 + (4)2 + (1)2 + ⋯ + (1)2 − 337,67

𝑆𝑆𝐸 = 365 − 337,67

𝑆𝑆𝐸 = 27,33

Page 6: Rute Pemberian Obat

Keragaman total (SStotal)

𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑆𝑇 + 𝑆𝑆𝐸

𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 62,67 + 27,33

𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 90

Tabel Anova

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat Tengah

(1) / (2)

Antar perlakuan SST = 62,67

dK1 = k – 1

= 4 – 1

= 3

MSTR = SST/dK1

= 62,67/3

= 20,89

Kesalahan (dalam

perlakuan) SSE = 27,33

dK2 = N – k

= 11 – 4

= 7

MSE = SSE/dK2

= 27,33/7

= 3,90

SS total 90

Fhitung

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑆𝑇𝑅

𝑀𝑆𝐸

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 20,89

3,90

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 5,35

Kesimpulan

Fhitung = 5,35

Ftabel = 4,34

Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan

bermakna dari cara pemberian terhadap onset.

Page 7: Rute Pemberian Obat

6. Uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %

pada data durasi

Ho : µ1 = µ2 =µ3 → tidak ada perbedaan bermakna dari cara pemberian

terhadap onset.

Ha : µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 → ada perbedaan bermakna dari cara pemberian

terhadap onset.

α = 0,05

X1 X2 X3 X4 X12 X2

2 X32 X4

2

34 5 38 - 1156 25 1444 -

38 8 36 7 1444 64 1296 49

33 20 35 6 1089 400 1225 36

Tc 105 33 109 13 (∑ X)2 = 260

nc 3 3 3 2 N = 11

∑ kuadrat 3689 489 3965 85 ∑ X2 = 8228

Keterangan :

X1 = s.c ; X2 = i.m ; X3 = i.p ; X4 = i.v.

nc = jumlah sampel

N = jumlah percobaan

Jumlah kuadrat perlakuan (SST)

𝑆𝑆𝑇 = ∑ [𝑇𝑐2

𝑛𝑐] −

(∑ 𝑥)2

𝑁

𝑆𝑆𝑇 = [(105)2

3+

(33)2

3+

(109)2

3+

(13)2

2] −

(260)2

11

𝑆𝑆𝑇 = 8082,83 − 6145,45

𝑆𝑆𝑇 = 1937,38

Jumlah kuadrat kesalahan (SSE)

𝑆𝑆𝐸 = ∑(𝑋)2 − ∑ [𝑇𝑐2

𝑛𝑐]

𝑆𝑆𝐸 = (34)2 + (38)2 + (33)2 + ⋯ + (6)2 − 8082,83

𝑆𝑆𝐸 = 8228 − 8082,83

𝑆𝑆𝐸 = 145,17

Page 8: Rute Pemberian Obat

Keragaman total (SStotal)

𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑆𝑇 + 𝑆𝑆𝐸

𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1937,38 + 145,17

𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2082,55

Tabel Anova

Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat

Derajat

Bebas

Kuadrat Tengah

(1) / (2)

Antar perlakuan SST = 1937,38

dK1 = k – 1

= 4 – 1

= 3

MSTR = SST/dK1

= 1937,38/3

= 645,79

Kesalahan (dalam

perlakuan) SSE = 145,17

dK2 = N – k

= 11 – 4

= 7

MSE = SSE/dK2

= 145,17/7

= 20,73

SS total 2082,55

Fhitung

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑆𝑇𝑅

𝑀𝑆𝐸

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 645,79

20,73

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 31,15

Kesimpulan

Fhitung = 31,15

Ftabel = 4,34

Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan

bermakna dari cara pemberian terhadap durasi.

Page 9: Rute Pemberian Obat

F. Pembahasan

Dalam praktikum farmakologi kali ini, mempelajari tentang bagaimana

pengaruh cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsi obat. Cara pemberian

obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat

oleh tubuh selain faktor formulasi. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu

efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan

sifat-sifat fisika kimia obat. (Anonim, 2004).

Percobaan yang dilakukan yaitu injeksi secara parenteral anatara lain :

melalui subkutan (bawah kulit), intramuskular (pada otot), intraeritorial (dekat

perut), dan intravena (pada pembuluh darah) terhadap tiga ekor mencit yang

terlebih dahulu ditimbang berat badannya. Obat yang diberikan melalui injeksi ini

yaitu petidin dengan konsentrasi 50 mg/mL dan dosis untuk hewan uji yaitu 1

mg/kg BB. Data pengamatan yang diperlukan yaitu onset dan durasi. OOA (Onset

of Action) adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek obat (awal

kerja obat). Sedangkan DOA (Duration of action) yaitu durasi waktu lamanya

kerja obat.

Penimbangan mencit dengan bobot rata-rata 19,7 gram berarti jumlah petidin

yang harus diberikan pada seekor mencit yaitu sebanyak 0,000394 mL. Kemudian

barulah obat diinjeksikan melalui rute yang ditentukan yaitu intravena. Percobaan

pada mencit 1 tidak menimbulkan onset sehingga data durasi pun tidak didapat.

Hal ini dapat disebabkan karena pemberian obat yang tidak tepat sehingga obat

tidak seluruhnya masuk dan tidak menimbulkan efek. Pada mencit 2 memberikan

nilai onset 3 menit dan durasi 7 menit. Artinya obat telah beraksi dalam tubuh.

Pada mencit 3 memiliki onset 1 menit dan durasi selama 6 menit. Dari empat rute

pemberian yang diberikan, rute intravena merupakan rute yang memiliki onset

paling cepat dibanding dengan pemberian cara yang lain, akan tetapi durasi yang

diperlukan juga cukup cepat.

Hasil uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %

pada data onset dan durasi, menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna antara

cara pemberian dengan lama onset dan durasi obat (Fhitung > Ftabel). Hal ini ditandai

dengan adanya perbadaan waktu onset dan durasi obat melalui cara pemberian

obat yang berbeda-beda pula.

Page 10: Rute Pemberian Obat

G. Kesimpulan

Dari praktikum tentang pengaruh cara pemberian terhadap absorbsi obat,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Setiap cara pemberian obat menunjukkan onset dan durasi obat yang berbeda-

beda.

2. Dari uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %

pada data onset dan durasi, menyatakan bahwa ada perbedaan bermakna antara

cara pemberian dengan lama onset dan durasi obat.

3. Pemberian secara intravena merupakan pemberian yang paling cepat

memberikan reaksi.

Page 11: Rute Pemberian Obat

H. Daftar Pustaka

Anief. M. 2013. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Anonim. 2004. Farmakologi. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 2010. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting (Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : Departemen Kese-

hatan Republik Indonesia.