RUBRIK INI DI SA JI KAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS … · Nusantara 2018 yang berlangsung pada 11–15...

1
SEMARAK kreasi kriya Indonesia itu tampak pada sejumlah perhelatan penting, seperti pameran Adiwastra Nusantara 2018 yang berlangsung pada 11–15 April dan Inacraſt 2018 pada 25–29 April mendatang di Jakarta Convention Center. Kedua ajang ini bisa disebut barometer perkembangan kriya tekstil dan kerajinan tangan di Indonesia yang mampu menunjukkan dinamika terbaru industri kriya Tanah Air. Adiwastra Nusantara menampilkan wastra dari para perajin, desainer, dan pelaku bisnis UKM. Bertema “Nuansa Kekinian dalam Balutan Wastra Adati Nusantara”, pameran ini menampilkan wajah baru kain Nusantara kepada generasi milenial. Keragaman wastra itu begitu tampak, baik dari asal daerahnya, materialnya, sampai teknik pembuatannya. Yang menggembirakan, banyak pelaku industri yang sudah sadar untuk menggunakan material yang ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya lokal. Teknik pembuatannya pun berkembang, seperti teknik marbling dan teknik ciprat. Badan Ekonomi Kreatif memanfaatkan dengan baik ajang ini untuk menghadirkan 34 pelaku industri kreatif yang terkurasi dalam payung IDentities. Cindy Wowor dengan merek Cofo misalnya, mengusung motif dan kain tenun koffo yang sempat punah dari Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Tenun ini dibuat dari serat alami pisang abaka (Musa textilis) dengan motif kakunsi, ragam hias koffo yang paling banyak dikenal. Bisnis ini juga sekaligus bentuk upayanya merevitalisasi budaya dan kemampuan menenun penduduk Sangir Talaud. Inovasi yang lain dilakukan Lusiana Limono. Ia membuat produk-produk rajutan seperti blus, outerwear, dan syal dengan merek Kait Handmade. Material rajutan ini adalah benang bambu besertifikasi hijau yang lebih berkelanjutan dan aman dari bahan kimia berbahaya. Rajutan itu juga diperkaya pemberian motif dengan teknik celup ikat dan batik. Kait Handmade mendapatkan penghargaan sebagai pemenang terbaik Good Design Indonesia 2017. Karya menjanjikan Beberapa waktu ke depan Inacraſt 2018 akan digelar. Penyelenggaraannya juga menjanjikan hadirnya ragam kerajinan tangan yang unggul dari sisi desain dan kualitas. Seperti pada Adiwastra Nusantara, peserta pameran yang tersaring lewat kurasi IDentities akan hadir pula di Inacraſt 2018. Sebanyak 23 pelaku kreatif dalam industri kriya difasilitasi stan gratis selama lima hari pameran. Pada Inacraſt 2018, kita juga akan melihat kreativitas mengeksplorasi material. Dalam pengolahan resin, misalnya. Bahan resin telah lama menjadi salah satu material kerajinan tangan. Namun, di tangan Chairunnisa Larasati Dewi (24) dan Irvanda Aprila Widyatama (30), kerajinan tangan dari bahan resin itu menjadi kanvas yang mengabadikan perjalanan mereka ke berbagai daerah di Indonesia. “Kami sama-sama doyan traveling, nomaden ke berbagai area pantai di Indonesia. Setiap kali kami selalu bertemu dengan berbagai aksesori handmade. Akhirnya terpikir, kenapa kita tidak bikin sendiri saja. Tempat yang kami datangi jadi sumber inspirasi desain,” terang Larasati yang kemudian menggaungkan label Re.SEEN bersama partnernya. Koleksi anting, cincin, serta liontin dan kalung dengan beragam desain pun menjadi wujud inspirasi perjalanan yang dikemas dalam tema koleksi. Sunset in Pari, Midnight in Pangandaran, atau Sunshine in Sumba adalah beberapa di antaranya. Eksplorasi bahan keramik juga kembali unjuk gigi dengan tampilan desain yang terasa lebih modern. Nabila (25)—lewat labelnya Nabila Ardhani Studio—sengaja mengangkat desain clean look, yang selaras dengan selera anak muda dewasa ini. Tanpa banyak elemen dekoratif, keramiknya mempertahankan kesan simpel dengan warna-warna alami seperti cokelat, putih, dan biru. “Proses pembuatan keramik itu panjang. Setelah dibentuk satu demi satu, butuh proses pembakaran yang memakan waktu satu hari sendiri. Tetapi pasar sering protes kalau harganya dirasa mahal,” terang Nabila sambil tertawa kecil. Baik Nabila maupun Larasati pun berharap, kesempatan berpameran di Inacraſt 2018 dapat menjadi momen untuk memperluas pasar, terutama menembus pasar global. Terkait hal itu, Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Simandjuntak mengatakan industri kriya memerlukan strategi khusus karena produk yang kualitasnya bagus kebanyakan bukan produksi massal dan membutuhkan waktu untuk diproduksi. “Untuk mencapai harga yang sesuai, dalam artian pantas dan menutupi biaya produksi, harus ada added value yang signifikan. Pendekatannya bisa dari story telling yang dikemas dengan baik. Pasar juga harus sadar ini produk artisan,” kata Joshua. Ajang pameran kriya seperti Adiwastra Nusantara dan Inacraſt pun diharapkan menjadi jalan untuk mengedukasi konsumen dan membuat mereka lebih menghargai proses berkarya para pelaku industri. Kelak, kriya-kriya Tanah Air pun berjaya di kancah global dan kian mendapatkan tempat di negeri sendiri. [ADT/NOV] Seni kriya merefleksikan peradaban manusia. Dalam perjalanannya, kriya bahkan menjadi cara melestarikan budaya dan warisan bangsa. Perkembangan kriya buatan tangan khas Indonesia kini kian menarik karena dapat turut padu dalam derap teknologi. Karya yang bersumber pada tradisi itu pun meniupkan napas kontemporer. S alone del Mobile yang pertama kali digelar pada 1961 sebagai usaha promosi furnitur buat- an Italia ini kini men- jadi pameran yang paling ditung- gu-tunggu dalam mempromosikan furnitur dunia. Pada penyelenggaraan Salone del Mobile yang ke-57 ini, lebih dari 2.000 ekshibitor dari 165 negara akan unjuk karya, termasuk ekshibitor dari Indonesia. Tahun ini, pada pameran yang berlangsung 17–22 April di Milan itu, Badan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) mengusung paviliun Indonesia yang bertajuk IDentities, dengan tema Global Creative Resources. Payung IDentities mengandung spirit ber- karya dengan keberagaman dan pluralnya kebudayaan Indonesia. Keragaman material dan budaya yang direpresentasikan dalam karya dan produk inilah yang ditawarkan Indonesia kepada dunia. Deputi Pemasaran Badan Eko- nomi Kreatif Joshua Simandjuntak mengatakan, “Salone del Mobile adalah pameran mebel yang juga menampilkan kriya yang berorientasi desain, intelec- tual property (IP), atau karya cipta. Di sinilah kami pandang pentingnya hasil kurasi Bekraf untuk memilih produk-produk yang memiliki IP, yang dirancang oleh desainer dan dari sisi kualitas mumpuni.” Sebanyak 27 peserta dari berbagai kota mengisi paviliun Indonesia di Salone del Mobile. Produk yang diangkat bervariasi. Ada yang menggunakan material rotan, kayu, serat alam, dan keramik. Hampir semua dikemas dengan desain modern dan keahlian ketukangan (craſtmanship). Yang menarik, ke- piawaian para desainer dalam merancang produk dibarengi pula dengan kepedulian mereka terhadap keberlanjutan lingkungan dan peru- bahan sosial. Kurator IDentities Baskoro Junianto menambahkan, “Karya- karya yang terpilih adalah produk dengan desain orisinal, mengikuti tren global dalam mengeksplorasi material, dapat mengeksekusi ide dengan baik, dan memiliki story telling.” Kepala Bekraf Triawan Munaf yang juga hadir di Salone del Mobile 2018 sepakat, kurasi sudah kian baik. Tolok ukurnya, ada transaksi langsung di Paviliun Indonesia selama berlangsungnya Salone del Mobile. Bangun jejaring Peserta Indonesia di Salone del Mobile dibagi menjadi dua kategori. Sebanyak 13 peserta untuk kategori industri dan 14 di kategori talenta kreatif. “Pada kategori industri, peser- tanya adalah industri berbasis IP yang telah bekerja sama dengan desainer dan memiliki lini produksi di dalam industrinya. Kategori kedua adalah talenta kreatif, para desainer unggulan. Ini sesuai dengan tema yang diusung, yaitu Global Creative Resources. Bahwa salah satu sumber kreativitas Indonesia adalah talentanya itu sendiri. Di pameran ini, mereka punya kesempatan besar untuk mendapatkan proyek-proyek,” jelas Joshua. Salone del Mobile membuka peluang bagi para desainer untuk membangun jejaring dan memperkuat pasar. Achmad Kurnia, pendiri sekaligus Direktur Siji Lifestyle yang mengikuti ajang ini pada kategori industri menampilkan salah satu karyanya. Ia memamerkan nampan atau tray untuk ditempel di dinding menjadi art statement. Uniknya, nampan ini dibuat menggunakan pelepah pisang, ma- terial ramah lingkungan yang kini jarang dimanfaatkan secara optimal. Dalam berkarya, keberlanjutan memang menjadi perhatian Siji Lifestyle, yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai juara pertama Sustainable Design Competition in Storage Category 2007. Siji banyak mengeksplorasi material seperti eceng gondok, goni/ jute, gedebok pisang, kulit kayu, bagor (anyaman dari serat pohon palem), klobot atau daun jagung, dan cangkang kelapa sawit. Prinsipnya, material ini mudah didapat atau dibudidayakan, suplai dari area yang dekat, dan memiliki nilai ekonomi yang rendah. Buyer sangat tertarik ketika saya menjelaskan material yang digunakan, seperti eceng atau gedebok (pelepah), sampai bisa menjadi suatu produk unik yang berkualitas,” cerita Achmad. Denny Priyatna, desainer yang masuk di kategori talenta kreatif, juga berharap keikutsertaannya di Salone del Mobile akan membuka kesempatan lebih jauh untuk mengembangkan desainnya. Denny memang dikenal karena desainnya yang kerap mengeksplorasi perspektif baru sebagai cara bercerita (story telling) kepada audiens. Di Salone del Mobile kali ini, Denny membawa koleksi baru, Cirva Collection. Ini adalah produk-produk kecil dari rotan yang berfungsi sebagai desk organiser. “Pada produk ini, saya mencoba mengolah sisi dalam rotan yang masih jarang terlihat dengan cara mengukirnya,” tutur Denny. Para desainer ini telah menjalani proses kreatif untuk penemuan- penemuan estetisnya. Untuk mera- yakan keberagaman Indonesia dengan berbagai cara dan mendapat pengakuan di mata dunia. [NOV] RUBRIK INI DISA JIKAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS RAYAKAN TRADISI DENGAN NAPAS KONTEMPORER Identitas Indonesia tecermin dari karya yang dihasilkan talenta-talenta terbaik negeri ini— yang berkreasi dengan inspirasi kekayaan Nusantara sekaligus gesit mengikuti gerak zaman. Kreativitas dan inovasi dalam mencipta itu kembali dibuktikan pada ajang penting dunia, Salone del Mobile 2018. KERAGAMAN NUSANTARA DI SALONE DEL MOBILE Informasi prosedur pendukungan Bekraf dapat diakses lewat situs web satupintu.bekraf.go.id Edisi Kreatorial dan Retas sebelumnya dapat diunduh di tautan bit.ly/dokumenberitabekraf @BekrafID www.bekraf.go.id @bekraf.go.id Informasi kegiatan Bekraf bisa diakses di EKSPOR PRODUK EKONOMI KREATIF INDONESIA 2016 Lainnya: 1% Fashion: 56% Kriya: 37% Kuliner: 6% Jawa Barat Jawa Timur Banten Jawa Tengah Jakarta 5 Besar Daerah Asal Ekspor Ekonomi Kreatif 33,56% 20,85% 15,66% 14,02% 10,50% Kontribusi per Subsektor Sumber: Survei Khusus Ekonomi Kreatif BPS dan Bekraf 2016 FOTO-FOTO DOK NABILA ARDHANI & IKLAN KOMPAS/ E SIAGIAN FOTO-FOTO DOK BEKRAF & DENNY PRIYATNA Paviliun Indonesia tidak hanya menarik banyak pengunjung untuk melihat-lihat, tetapi juga langsung bertransaksi. Jadi kurasi kami semakin lama semakin tepat. Kita juga harus menyesuaikan selera yang ada di sini. Ada penyesuaian dari beberapa teman, desain lebih ke arah monokrom dengan tidak meninggalkan akar budayanya. Triawan Munaf Kepala Bekraf

Transcript of RUBRIK INI DI SA JI KAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS … · Nusantara 2018 yang berlangsung pada 11–15...

Page 1: RUBRIK INI DI SA JI KAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS … · Nusantara 2018 yang berlangsung pada 11–15 April dan Inacra˜ 2018 ... ragam hias ko˚ o yang paling banyak dikenal. Bisnis

SEMARAK kreasi kriya Indonesia itu tampak pada sejumlah perhelatan penting, seperti pameran Adiwastra Nusantara 2018 yang berlangsung pada 11–15 April dan Inacra� 2018 pada 25–29 April mendatang di Jakarta Convention Center. Kedua ajang ini bisa disebut barometer perkembangan kriya tekstil dan kerajinan tangan di Indonesia yang mampu menunjukkan dinamika terbaru industri kriya Tanah Air.

Adiwastra Nusantara menampilkan wastra dari para perajin, desainer, dan pelaku bisnis UKM. Bertema “Nuansa Kekinian dalam Balutan Wastra Adati Nusantara”, pameran ini menampilkan wajah baru kain Nusantara kepada generasi milenial. Keragaman wastra itu begitu tampak, baik dari asal daerahnya, materialnya, sampai teknik pembuatannya. Yang menggembirakan, banyak pelaku industri yang sudah sadar untuk menggunakan material yang ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya lokal. Teknik pembuatannya pun berkembang, seperti teknik marbling dan teknik ciprat.

Badan Ekonomi Kreatif

memanfaatkan dengan baik ajang ini untuk menghadirkan 34 pelaku industri kreatif yang terkurasi dalam payung IDentities. Cindy Wowor dengan merek Cofo misalnya, mengusung motif dan kain tenun ko� o yang sempat punah dari Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Tenun ini dibuat dari serat alami pisang abaka (Musa textilis) dengan motif kakunsi, ragam hias ko� o yang paling banyak dikenal. Bisnis ini juga sekaligus bentuk upayanya merevitalisasi budaya dan kemampuan menenun penduduk Sangir Talaud.

Inovasi yang lain dilakukan Lusiana Limono. Ia membuat produk-produk rajutan seperti blus, outerwear, dan syal dengan merek Kait Handmade. Material rajutan ini adalah benang bambu besertifi kasi hijau yang lebih berkelanjutan dan aman dari bahan kimia berbahaya. Rajutan itu juga diperkaya

pemberian motif dengan

teknik celup ikat dan batik. Kait Handmade mendapatkan penghargaan sebagai pemenang terbaik Good Design Indonesia 2017.

Karya menjanjikanBeberapa waktu ke depan

Inacra� 2018 akan digelar. Penyelenggaraannya juga menjanjikan hadirnya ragam kerajinan tangan yang unggul dari sisi desain dan kualitas. Seperti pada Adiwastra Nusantara, peserta pameran yang tersaring lewat kurasi

IDentities akan hadir pula di Inacra� 2018. Sebanyak 23

pelaku kreatif dalam industri kriya difasilitasi stan gratis selama lima hari pameran.

Pada Inacra� 2018, kita juga akan melihat kreativitas mengeksplorasi material. Dalam pengolahan resin, misalnya. Bahan resin telah lama menjadi salah satu material kerajinan tangan. Namun, di tangan Chairunnisa Larasati Dewi (24) dan Irvanda Aprila Widyatama (30), kerajinan tangan dari bahan resin itu menjadi kanvas yang mengabadikan perjalanan mereka ke berbagai daerah di Indonesia.

“Kami sama-sama doyan traveling, nomaden ke berbagai area pantai di Indonesia. Setiap kali kami selalu bertemu dengan berbagai aksesori handmade. Akhirnya terpikir, kenapa kita tidak bikin sendiri saja. Tempat yang kami datangi jadi sumber inspirasi desain,” terang Larasati yang kemudian menggaungkan label Re.SEEN bersama partnernya.

Koleksi anting, cincin, serta liontin dan kalung dengan beragam desain pun menjadi wujud inspirasi perjalanan yang dikemas dalam tema koleksi. Sunset in Pari, Midnight in Pangandaran, atau Sunshine in Sumba adalah beberapa di antaranya.

Eksplorasi bahan keramik juga kembali unjuk gigi dengan tampilan desain yang terasa lebih modern. Nabila (25)—lewat labelnya Nabila Ardhani Studio—sengaja mengangkat desain clean look, yang selaras dengan selera anak muda dewasa ini. Tanpa banyak elemen dekoratif, keramiknya mempertahankan kesan simpel dengan warna-warna alami seperti cokelat, putih, dan biru.

“Proses pembuatan keramik itu panjang. Setelah dibentuk satu demi satu, butuh proses pembakaran yang memakan waktu satu hari sendiri. Tetapi pasar sering protes kalau harganya dirasa mahal,” terang Nabila sambil tertawa kecil.

Baik Nabila maupun Larasati pun berharap, kesempatan berpameran di Inacra� 2018 dapat menjadi momen untuk memperluas pasar, terutama menembus pasar global. Terkait hal

itu, Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Simandjuntak mengatakan industri kriya memerlukan strategi khusus karena produk yang kualitasnya bagus kebanyakan bukan produksi massal dan membutuhkan waktu untuk diproduksi.

“Untuk mencapai harga yang sesuai, dalam artian pantas dan menutupi biaya produksi, harus ada added value yang signifi kan. Pendekatannya bisa dari story telling yang dikemas dengan baik. Pasar juga harus sadar ini produk artisan,” kata Joshua.

Ajang pameran kriya seperti Adiwastra Nusantara dan Inacra� pun diharapkan menjadi jalan untuk mengedukasi konsumen dan membuat mereka lebih menghargai proses berkarya para pelaku industri. Kelak, kriya-kriya Tanah Air pun berjaya di kancah global dan kian mendapatkan tempat di negeri sendiri. [ADT/NOV]

Seni kriya merefl eksikan peradaban manusia. Dalam perjalanannya, kriya bahkan menjadi cara melestarikan budaya dan warisan bangsa. Perkembangan kriya buatan tangan khas Indonesia kini kian menarik karena dapat turut padu dalam derap teknologi. Karya yang bersumber pada tradisi itu pun meniupkan napas kontemporer.

Salone del Mobile yang pertama kali digelar pada 1961 sebagai usaha pro mosi furnitur buat-an Italia ini kini men-

jadi pameran yang paling ditung-gu-tunggu dalam mempromosikan furnitur dunia. Pada penyelenggaraan Salone del Mobile yang ke-57 ini, lebih dari 2.000 ekshibitor dari 165 negara akan unjuk karya, termasuk ekshibitor dari Indonesia.

Tahun ini, pada pameran yang berlangsung 17–22 April di Milan itu, Badan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) mengusung paviliun Indonesia yang bertajuk IDentities, dengan tema Global Creative Resources. Payung IDentities mengandung spirit ber-karya dengan keberagaman dan pluralnya kebudayaan Indonesia. Kera gaman material dan budaya yang direpresentasikan dalam karya dan produk inilah yang ditawarkan Indonesia kepada dunia.

Deputi Pemasaran Badan Eko-nomi Kreatif Joshua Simandjuntak mengatakan, “Salone del Mobile adalah pameran mebel yang juga menampilkan kriya yang berorientasi

desain, i n t e l e c -tual property (IP), atau karya cipta. Di sinilah kami pandang pentingnya hasil kurasi Bekraf untuk memilih produk-produk yang memiliki IP, yang dirancang oleh desainer dan dari sisi kualitas mumpuni.”

Sebanyak 27 peserta dari berbagai kota mengisi paviliun Indonesia di Salone del Mobile. Produk yang diangkat bervariasi. Ada yang menggunakan material rotan, kayu, serat alam, dan keramik. Hampir semua dikemas dengan desain modern dan keahlian ketukangan (cra� manship). Yang menarik, ke-pia waian para desainer dalam merancang produk dibarengi pula dengan kepedulian mereka terhadap keberlanjutan lingkungan dan peru-bahan sosial.

Kurator IDentities Baskoro Junianto menambahkan, “Karya-karya yang terpilih adalah produk dengan desain orisinal, mengikuti tren global dalam mengeksplorasi material, dapat mengeksekusi ide dengan baik, dan memiliki story telling.”

Kepala Bekraf Triawan Munaf yang juga hadir di Salone del Mobile 2018 sepakat, kurasi sudah kian baik. Tolok ukurnya, ada transaksi langsung di Paviliun Indonesia selama berlangsungnya Salone del Mobile.

Bangun jejaringPeserta Indonesia di Salone del

Mobile dibagi menjadi dua kategori. Sebanyak 13 peserta untuk kategori industri dan 14 di kategori talenta kreatif.

“Pada kategori industri, peser-tanya adalah industri berbasis IP yang telah bekerja sama dengan desainer dan memiliki lini produksi di dalam industrinya. Kategori kedua adalah talenta kreatif, para desainer unggulan. Ini sesuai dengan

tema yang diusung, yaitu Global Creative Resources. Bahwa salah satu sumber kreativitas Indonesia adalah talentanya itu sendiri. Di pameran ini, mereka punya kesempatan besar untuk mendapatkan proyek-proyek,” jelas Joshua.

Salone del Mobile membuka peluang bagi para desainer un tuk membangun jejaring dan memperkuat pasar. Achmad Kurnia, pendiri sekaligus Direktur Siji Lifestyle yang mengikuti ajang ini pada kategori industri menampilkan salah satu karyanya. Ia memamerkan nampan atau tray untuk ditempel di dinding menjadi art statement.

Uniknya, nampan ini dibuat menggunakan pelepah pisang, ma-terial ramah ling kungan yang kini jarang dimanfaatkan secara optimal. Dalam berkarya, keberlanjutan memang menjadi perhatian Siji Lifestyle, yang pernah men dapatkan penghargaan sebagai juara pertama Sustainable Design Competition in Storage Category 2007.

Siji banyak mengeksplorasi material seperti eceng gondok, goni/jute, gedebok pisang, kulit kayu, bagor (anyaman dari serat pohon palem), klobot atau daun jagung, dan cangkang kelapa sawit. Prinsipnya, material ini mudah didapat atau dibudidayakan, suplai dari area yang dekat, dan memiliki nilai ekonomi yang rendah.

“Buyer sangat tertarik ketika saya menjelaskan material yang digunakan, seperti eceng atau gedebok (pelepah), sampai bisa menjadi suatu produk unik yang berkualitas,” cerita Achmad.

Denny Priyatna, desainer yang masuk di kategori talenta kreatif, juga berharap keikutsertaannya di Salone del Mobile akan membuka kesempatan lebih jauh untuk mengembangkan desainnya. Denny

memang dikenal karena desainnya yang kerap mengeksplorasi perspektif baru sebagai cara bercerita (story telling) kepada audiens.

Di Salone del Mobile kali ini, Denny membawa koleksi baru, Cirva Collection. Ini adalah produk-produk kecil dari rotan yang berfungsi sebagai desk organiser. “Pada produk ini, saya mencoba mengolah sisi dalam rotan yang masih jarang terlihat dengan cara mengukirnya,” tutur Denny.

Para desainer ini telah menjalani proses kreatif untuk penemuan-pen e muan estetisnya. Untuk mera-yakan keberagaman Indonesia dengan berbagai cara dan mendapat pengakuan di mata dunia. [NOV]

RUBRIK INI DI SA JI KAN OLEH TIM IKLAN KOMPAS

RAYAKAN TRADISI DENGAN NAPAS KONTEMPORER

Identitas Indonesia tecermin dari karya yang dihasilkan talenta-talenta terbaik negeri ini—yang berkreasi dengan inspirasi kekayaan Nusantara sekaligus gesit mengikuti gerak zaman. Kreativitas dan inovasi dalam mencipta itu kembali dibuktikan pada ajang penting dunia, Salone del Mobile 2018.

KERAGAMAN NUSANTARA DI SALONE DEL MOBILE

Informasi prosedur pendukungan Bekraf dapat diakses lewat situs web satupintu.bekraf.go.id

Edisi Kreatorial dan Retas sebelumnya dapat diunduh di tautan bit.ly/dokumenberitabekraf

@BekrafID

[email protected]

Informasi kegiatan

Bekraf bisa diakses di

EKSPOR PRODUK EKONOMI KREATIFINDONESIA 2016

Lainnya: 1%

Fashion: 56%

Kriya: 37%

Kuliner: 6%

Jawa Barat

Jawa Timur

Banten

Jawa Tengah

Jakarta

5 Besar Daerah Asal EksporEkonomi Kreatif

33,56%

20,85%

15,66%

14,02%

10,50%

Kontribusiper Subsektor

Sumber: Survei Khusus Ekonomi Kreatif BPS dan Bekraf 2016

FOTO-FOTO DOK NABILA ARDHANI& IKLAN KOMPAS/ E SIAGIAN

FOTO-FOTO DOK BEKRAF & DENNY PRIYATNA

Paviliun Indonesia tidak hanya menarik banyak pengunjung untuk melihat-lihat, tetapi juga langsung bertransaksi. Jadi kurasi kami semakin lama semakin tepat. Kita juga harus menyesuaikan selera yang ada di sini. Ada penyesuaian dari beberapa teman, desain lebih ke arah monokrom dengan tidak meninggalkan akar budayanya.

Triawan MunafKepala Bekraf