Ekologi Ji

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu : 1. Bagaimanakah tipe-tipe interaksi yang terjadi antar dua jenis organisme di lingkungan ? 2. Apakah yang dimaksud dengan kompetisi interspesifik dan koeksistensi ? 3. Apakah perbedaan dari herbivora, parasitisme, allelopati, dan predasi ? 4. Bagaimana interaksi-interaksi positif yang terdiri atas komensalisme, kooperasi mutualisme ? 5. Apakah yang dimaksud dengan konsep habitat, Niche dan guild ? C. Metode Penulisan Dari banyak metode yang kami–tim penyusun–ketahui, penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya

Transcript of Ekologi Ji

Page 1: Ekologi Ji

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :

1. Bagaimanakah tipe-tipe interaksi yang terjadi antar dua jenis organisme di

lingkungan ?

2. Apakah yang dimaksud dengan kompetisi interspesifik dan koeksistensi ?

3. Apakah perbedaan dari herbivora, parasitisme, allelopati, dan predasi ?

4. Bagaimana interaksi-interaksi positif yang terdiri atas komensalisme,

kooperasi mutualisme ?

5. Apakah yang dimaksud dengan konsep habitat, Niche dan guild ?

C. Metode Penulisan

Dari banyak metode yang kami–tim penyusun–ketahui, penulisan makalah

ini menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode

kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan guna mencari bahan dan

materi makalah tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet

(warnet). Kami menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien,

murah serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data–data tentang topik

ataupun materi yang kami gunakan untuk makalah ini.

Page 2: Ekologi Ji

D. Ruang Lingkup

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami–tim penyusun–

miliki serta sesuai rujukan materi yang harus dibahasa dalam makalah ini yang

diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah Ekologi yang juga sebagai pemberi

tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan komunitas dan

populasi serta interaksi yang terjadi di dalamnya.

Page 3: Ekologi Ji

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tipe-tipe Interaksi Antar Dua Jenis Organisme

Secara teori, spesies-spesies anggota populasi saling berinterkasi satu dengan

lainnya dan membentuk interaksi yang positif, negatif, netral, atau kombinasi yang

bentuk interkasi itu dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu neutralisme,

kompetisi, amensalisme, parasitime, predasi (pemangsaan), komensalisme,

protokooperasi, dan mutualisme. 

1. Simbiosis Mutualisme adalah hubungan timbal balik antara 2 spesies yang

dimana kedua spesies tersebut saling menguntungkan antara keduanya.

Contohnya:

Ikan Hiu dan ikan Remora, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil kacang-

kacangan, bunga Sepatu dan Lebah, burung Jalak dengan Kerbau, Bunga dan

Kupu – Kupu.

2. Simbiosis Komensalisme adalah hubungan antara 2 organisme yang berbeda

spesies dalam satu bentuk kehidupan bersama dalam berbagi sumber makanan.

Contoh:

Bunga Anggrek dan pohon yang ditumpanginya, ikan Badut dengan dengan

Anemon laut, keladi tikus dengan semut angrang, pohon mangga dengan

tumbuhan merambat, pohon Angsana dengan tumbuhan Paku.

Page 4: Ekologi Ji

3. Simbiosis Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,

satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari

inangnya yang dimana sebagai bersifat merugikan.

Contoh: Tanaman Benalu dan Inangnya, Tali Putri dengan Inangnya, Tanaman

dengan Bekicot, Palem dan Gulma, ikan Mutiara dan Teripang.

4. Simbiosis protokooperasi: yakni cara hidup bersama atau timbal balik antara

duamakhluk hidup yang berbeda spesies, di mana jika kedua makhluk hidup

bersimbiosisatau bersatu akan menjadi lebih baik. Namun, tanpa melakukan

simbiosis pun keduamakhluk hidup ini tetap dapat hidup normal. Simbiosis tipe

ini umumnya akanmembentuk spesies yang baru dan lebih unggul dari pada

individu pembentuknya.

Contoh:

Lumut kerak yang merupakan perpaduan antara simbiosis jamur danganggang.

5. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa. Hubungan ini

sangaterat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator

juga berfungsisebagai pengontrol populasi mangsa.

Contoh:

Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa, dan burung hantu dengan tikus,

Cicak dan Nyamuk, Ayam dan Ulat.

6. Kompetisi adalah hasil dari pembagian, sumber daya yang terbatas. Pembagian

menunjukkan bahwa spesies berbagi sumber daya yang sangat penting

untuk menunjang keberhasilan ekologis. Tidak semua individu spesies yang

berkompetisi akan mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk

memaksimalkan kelangsungan hidup (survival) dan reproduksinya (maka

digunakan istilah limiting atau terbatas). Bahwa spesies yang berkompetisi

Page 5: Ekologi Ji

tidak akan mati secara langsung, hanya performance secara keseluruhan akan

berkurang. Dalam ringkasannya bahwa, di mana kedua pihak saling merugikan.

Contoh:

Populasi Kambing dan populasi Sapi di padang rumput.

7. Amensalisme: interaksi yang terjadi antara dua spesies dimana satu spesies

rugisedangkan spesies yang lain tidak mendapatkan keuntungan.

Contoh:

Saat babi liar mencari makan, akan merusak lapisan teratas tanah, dan

beberapaorganisme akan keluar dari liangnya dan lebih mudah dimakan oleh

predatornya,walaupun hewan penggali lubang rugi, babi tidak mendapatkan

keuntungan dari situasitersebut.

8. Netralisasi adalah suatu bentuk hubungan antara makhluk hidup yang tidak

salingmerugikan atau diuntungkan.

Contoh:

Burung bangau yang memakan siput, ikandengan burung pipit yang memakan

padi di sawah.

9. Antibiosis adalah suatu bentuk hubungan antara makhluk hidup yang berbeda

jenis atau berseda spesies di mana makhluk hidup yang satu menghambat dalam

pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup yang lain.

Contoh:

Hubungan antara jamur yang mengeluarkan racun sehingga menghambat

pertumbuhan organisme lain disekitarnya.

Page 6: Ekologi Ji

B. Kompetisi Interspesifik dan Koeksistensi

1. Kompetisi Interspesifik

Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan

kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi

kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing

(Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai

interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup

mereka. Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi

intraspesifik. Contoh kompetisi intraspesifik pada pot 1 ditanam biji2 kacang hijau

saja pada pot 2 ditanam kacang hijau + jagung  Terjadi kompetisi intraspesifik

antar kacang hijau yang mengakibatkan berat kecambah kacang hijau lebih sedikit

dibandingkan kacang hijau yang ditanam  dengan jagung. Sedangakan interaksi

antara individu yang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik. Contoh,

persaingan antara kambing dan kerbau di padang rumput dan persaingan rumput

teki dan ilalang dalam memperebutkan sinar matahari atau lahan.  Kompetisi dapat

terjadi antar individu dalam satu populasi dan individu dari populasi lain yang

berbeda. Sumber daya yang diperebutkan dalam kompetisi ini dapat berupa

makanan, energi, tempat tinggal, bahkan pasangan kawin. Persingan dalam hal

sumber daya runga atau tempat tinggal terjadi jika terjadi ledakan populasi

sehingga hewan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisi ini

hewan –hewan yang kuat mengusir hewan lemah untuk pindah dari kelompoknya

atau meninggalkan tepatnya.

Beberapa factor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik

dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu :

Page 7: Ekologi Ji

1) Jenis tanaman

Factor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk

pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang

memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan

persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar pada

daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan

persaingan dalam memperebutkan air.

2) Kepadatan tumbuhan

Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan

persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia

tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.

3) Penyebaran tanaman

Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji

atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji

mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang

menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena factor

penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti

suhu, cahaya, oksigen, dan air.

4) Waktu

Dalam hal ini waktu adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama.

Periode 25-30% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling

peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.

Page 8: Ekologi Ji

Berikut adalah tabel pengaruh interaksi populasi A vs B terhadap

kelangsungan kehidupan pertumbuhan populasi

No Tipe interaksi

Tidak

berinteraksi

Apabila

berinteraksiHasil interaksi

A B A B

1 Netralisme 0 0 0 0Tidak ada yang

terpengaruh

2 Kompetisi 0 0 - -Yang paling terpengaruh

punah

3 Mutualisme - - + +Obligatori bagi kedua

populasi

4 Protokooperasi 0 0 + +

Menguntungkan

keduabelah pihak namun

tidak obligatori

5 Komensalisme - 0 + 0Obligatori bagi A, B tidak

terpengaruh

6 Amensalisme 0 0 - 0A tuan rumah, B tak

terpengaruh

7 Parasitisme - 0 + - Obligatori bagi A, B tuan

Page 9: Ekologi Ji

rumah

8 Predasi - 0 + -Obligatori bagi A, B tuan

rumah

Keterangan : + Populasi tumbuh

- Populasi menurun

0 Pertumbuhan populasi tidak terpengaruh

2. Koeksistensi

Karena kelompok-kelompok spesies dalam komunitas itu tidak berdiri

sendiri-sendiri maka mereka harus dapat hidup bersama dengan saling mengatur.

Di dalam hidup bersama itu interaksi di dalam spesies bisa bersifat searah atau dua

arah.

Contoh: Tumbuhan yang hidup di lapisan atas tidak dapat hidup tanpa ada

tumbuhan yang ada dibawahnya, atau sebaliknya sehingga terjadi saling mengatur.

Di dalam hidup bersamaam terjadi bermacam-macam interaksi seperti:

- Mutualisme            : Hidup bersama saling menguntungkan

- Eksploitasi             : Suatu spesies hidup atas jerih payah spesies lain

- Parasit                   : Menempel pada tanaman lain dan merugikan

- Komensalisme       : Menempel pada tanaman lain, tidak merugikan

- Kompetisi              : Persaingan antara dua atau lebih makhluk hidup

Page 10: Ekologi Ji

C. Herbivora, Parasitisme, Alelopati, dan Predasi

1. Herbivora

Herbivora (dalam zoologi adalah hewan yang hanya makan tumbuhan dan

tidak memakan daging. Manusia bukanlah herbivora. Akan tetapi, orang yang

memilih untuk tidak memakan daging disebut nabatiwan. Dalam praktiknya,

banyak lataboga memakan telur dan kadang-kadang memakan protein hewan

lainnya. Dalam pengertian singkat, Herbivora adalah organisme memakan

tumbuhan atau protein dari tumbuhan (Pemakan Tumbuhan)

2. Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah hubungan yang menguntungkan 1 pihak,

sedangkan pihak yang lain dirugikan. Contohnya Bunga Raflesia dan tumbuhan

inangnya. Bunga Raflesia beruntung mengisap makanan yang dibuat inangnya

sehingga tumbuhan inangnya rugi dan lama kelamaan mati. Bunga Raflesia

termasuk tumbuhan parasit. Nyamuk dan manusia. Nyamuk beruntung mengisap

darah manusia,yang bisa menyebabkan manusia terkena penyakit malaria dan

demam berdarah. Jadi manusia dirugikan oleh nyamuk. Nyamuk termasuk hewan

parasit.

o Ektoparasit berkembang dari makhluk yang hidup bebas artinya makhluk

bukan sebagai parasit.

o Endoparasit mengalami perkembangan langsung dari ektoparasit atau

komensal. Endoparasit mempunyai adaptasi untuk hidup dalam kadar oksigen

yang rendah.

Page 11: Ekologi Ji

3. Alelopati

Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain"

dan pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu

fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu

senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut

memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya.

Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di

sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati

adalah Ekaliptus (Eucalyptus spp.). Hal ini dilakukan untuk memenangkan

kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karen itu,

alelopati dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi

penggunaan herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan. Contoh alelopati

di dalam ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagelata dapat menghasilkan

senyawa alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut lainnya.

4. Predasi

Predasi merupakan hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator),

hubungan ini sangat erat sebabtanpa mangsa perdator tidak bisa hidup.Proses interaksi

yang terjadi bisa berupa antar hewan, hewan dengan tumbuhan dan

tumbuha predator dengan mangsanya. Jumlah populasi predator dengan mangsa

berbanding lurus. Contoh: Singa memangsa rusa, kuda memangsa rumput, bunga  Dionaea

muscipula yang memangsa serangga yang hinggap dijebakannya.

D. Interaksi-interaksi Positif

Interaksi positif dimulai dengan komensalisme yang kemudian berkembang

menjadi mutualisme dimana kedua spesies saling bergantung.

Page 12: Ekologi Ji

Komensalisme merupakan tipe sederhan dari interaksi positif dan mungkin

nlangkah awal menuju ke hubungan saling menguntungkan (epefit, anemon pada

karang). Kepiting dan coelenterata sering saling mengadakan hubungan kerja sama

saling menguntungkan misalnya colenterata hidup dipunggung kepiting, dalam

hubungan ini coelenterata tidak saling bergantung.

Langkah selanjutnya adalah kerja sama saling menguntungkan dan keduanya

saling bergantung, keadaan ini disebut mutualisme atau simbiosis obligat. Simbiosis

jenis ini biasanya antara ototrof dengan hterotrof, (jamur dan algae), bakteri pengikat

N dengan leguminoceae, rayap dengan flagellata dan binatang memamah biak dengan

bakteri dalam rumen.

Simbiosis obligat antara mikroorganisme pencerna selulosa dan hewan, penting

untuk rantai makanan detrritus. Pada simbiosis rayap dengan flagellata (ordo

hypermastigina), rayap akan mati tanpa kerja sama dengan flagellata, karna rayap

tidak bisa mencerna selulosa sehingga akhirnya akan kelaparan. Koordinasi antara

rayap dengan flagellata sangat baik, misalnya flagellata sangat tanggap pada hormon

ganti kulit (pengaruh hormon), flagellata akan membentuk cyste, sehingga akan

menjamin transmisi dan reinfeksi setelah ganti kulit.

Simbiosis antara jamur dengan semut attine. Semut attine akan merawat jamur

dengan memupuk, menanam dan merawat jamur. Pada peristiwa ini, rayap

mengadakan endosimbiotik dengan flagellata, sedangkan semut mengadakan

eksosimbiotik dengan jamur.

Fungsi jamur disini adalah menguraikan selulosa yang tidak dapat dicerna oleh

semutsedangkan kotoran semut mengandung enzim proteolitik yang tidak dipunyai

oleh jamur untuk membantu metabolisme protein.

Seperti halnya bakteri pengikat N pada leguminoceae , jamur berintraksi

dengan jaringan akar membentuk organ yang dapat meningkatkan kemampuan

Page 13: Ekologi Ji

tanaman untuk menghisap mineral dari dalam tanah, sebagai imbalan jamur akan

mendapat makanan dari tanaman.

E. Konsep Habitat Niche, Guild

1.      Pengertian Habitat

Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat

kemana seseorang harus pergi untuk menemukan organisme tersebut. Istilah habitat

banyak digunakan , tidak saja dalam ekologi tetapi dimana saja. Tetapi pada

umumnya istilah ini diartikan sebagai tempat hidup suatu makhluk hidup.

Contohnya habitat Notonecta (sejenis binatang air) adalah daerah-daerah

kolam, danau dan perairan yang dangkal yang penuh ditumbuhi vegetasi. Habitat ikan

mas (Cyprinus carpio) adalah di perairan tawar, habitat pohon durian (Durio

zibhetinus) adalah di tanah darat dataran rendah. Pohon enau tumbuh di tanah darat

dataran rendah sampai pegunungan, dan habitat eceng gondok di perairan terbuka.

Menurut Sambas Wirakusumah dalam Dasar-Dasar Ekologi, habitat adalah

toleransi dalam orbit dimana suatu spesies hiduptermasuk faktor lingkungan yang

cocok dengan syarat hidupnya. Orbit adalah ruang kehidupan spesies lingkungan

geografi yang luas, sedangkan habitat menyatakan ruang kehidupan lingkungan

lokasinya.

Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang

ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat

merupakan organism-specific: ini menghubungkan kehadiran species, populasi, atau

idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik

biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegatasi atau struktur vegetasi; merupakan

jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu species. Dimanapun suatu organisme

Page 14: Ekologi Ji

diberi sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah

yang disebut dengan habitat.

Habitat tidak sama dengan tipe habitat. Tipe habitat merupakan sebuah istilah

yang dikemukakan oleh Doubenmire (1968:27-32) yang hanya berkenaan dengan tipe

asosiasi vegetasi dalam suatu kawasan atau potensi vegetasi yang mencapai suatu

tingkat klimaks. Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan vegetasi (seperti hutan

pinus). Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika mendiskusikan hubungan

antara satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin menunjukkan vegetasi yang

digunakan oleh satwa liar, kita dapat mengatakan asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi

didalamnya.

Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibiltas komponen fisik dan biologi

yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya

menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat

tersebut (Wiens 1984:402). Secara teori kita dapat menghitung jumlah dan jenis

sumberdaya yang tersedia untuk satwa; secara praktek, merupakan hal yang hampir

tidak mungkin untuk menghitung ketersediaan sumberdaya dari sudut pandang satwa

(Litvaitis et al., 1994). Kita dapat menghitung kelimpahan species prey untuk suatu

predator tertentu, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa semua prey yang ada di

dalam habitat dapat dimangsa karena adanya beberapa batasan, seperti ketersediaan

cover yang banyak yang membatasi aksesibilitas predator untuk memangsa prey. Hal

yang sama juga terjadi pada vegetasi yang berada di luar jangkauan suatu satwa

sehingga susah untuk dikonsumsi, walaupun vegetasi itu merupakan kesukaan satwa

tersebut. Meskipun menghitung ketersediaan sumber daya aktual merupakan hal yang

penting untuk memahami hubungan antara satwa liar dan habitatnya, dalam praktek

jarang dilakukan karena sulitnya dalam menentukan apa yang sebenarnya tersedia

dan apa yang tidak tersedia (Wiens 1984:406). Sebagai konsekuensinya,

mengkuantifikasi ketersediaan sumberdaya biasanya lebih ditekankan pada

Page 15: Ekologi Ji

penghitungan kelimpahan sumberdaya sebelum dan sesudah digunakan oleh satwa

dalam suatu kawasan, daripada ketersediaan aktual. Ketika aksesibilitas sumber daya

dapat ditentukan terhadap suatu satwa, analisis untuk menaksir kesukaan habitat

dengan membandingkan penggunan dan ketersediaan merupakan hal yang penting.

2.      Makrohabitat dan Mikrohabitat 

Beberapa istilah seperti makrohabitat dan mikrohabitat penggunaannya

tergantung dan merujuk pada skala apa studi yang akan dilakukan terhadap satwa

menjadi pertanyaan. (Johnson, 1980). Dengan demikian makrohabitat dan

mikrohabitat harus ditentukan untuk masing-masing studi yang berkenaan dengan

spesies spesifik. Secara umum, macrohabitat merujuk pada ciri khas dengan skala

yang luas seperti zona asosiasi vegetasi (Block and Brennan, 1993) yang biasanya

disamakan dengan level pertama seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat

biasanya menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting

pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat

untuk menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan

relatif, dan pada skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit.

Batas antara mikrohabitat yang satu dengan mikrohabitat yang lain tidaklah

nyata, namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam menentukan

keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu.

Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk)

daun hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan

spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar

daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan

sel-sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun

dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.

Page 16: Ekologi Ji

Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup yang

menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas

atas disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga

titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik cardinal.

Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum,

makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi

arus terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan

bertahan hidup . Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa

generasi, makhluk hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di

luar batas semula.Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk

hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru atau ras baru

bahkan dapat terbentuk jenis baru.

Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam

(Kramadibrata,1996) yaitu :

a.      Habitat yang konstan

Yaitu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik.

b.      Habitat yang bersifat memusim

Yaitu habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang

baik.

c.       Habitat yang tidak menentu

Yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya

bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya

juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal.

Page 17: Ekologi Ji

d.      Habitat yang ephemeral

Yaitu habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang berlangsung relatif

singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik yang

berlangsungnya lama sekali. ( Kramadibrata, 1996 ).

Habitat sebagai fungsi dari ruang dapat dikenal dengan :

a.       Habitat yang berkesinambungan : meliputi area dengan kondisi baik luas sekali,

melebihi daerah yang dapat dijelajahi hewan.

b.      Habitat yang terputus-putus : menunjukan area yang berkodisi baik dan tidak

berselang seling serta hewan dengan mudah dapat menyebar dari area baik yang satu

ke yang lainnya.

c.       Habitat yang terisolasi : area yang terbatas dan terpisah jauh dari area lainnya

sehingga hewan tidak dapat mencapainya kecuali bila didukung factor kebetulan.

Habitat makhluk hidup dapat lebih dari satu, misalnya burung pipit, habitat

untuk mencari makannya adalah di sawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon-

pohonan di kampung. Ikan salem yang terkenal di Eropa dan Amerika utara, waktu

dewasa mempunyai habitat di laut. Waktu akan bertelur ikan itu berenang ke sungai

sampai ke hulu. Di daerah hulu ikan bertelur. Anak ikan untuk beberapa tahun tinggal

di sungai. Kemudian pergi ke laut untuk menjadi dewasa sampai saatnya ikan akan

bertelur.

Istilah habitat dapat dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok

organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. Misalnya, kita boleh

mengunakan istilah habitat padang rumput, habitat hutan mangrove, dan sebagainya.

Dalam hal ini habitat sekelompok organisme mencakup lingkungan abiotik dan

lingkungan biotik.

Page 18: Ekologi Ji

3. RELUNG ( Niche )

Relung ekologi suatu hewan ( individu, populasi) adalah status fungsional

hewan itu dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan adaptasi-adaptasi

fisiologi, structural dan pola prilakunya (Sukarsono, 2009).

Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan

Inggris, dengan pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam

komunitas tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui

kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme

dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila berdampingan atau

bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu

mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem.

Berdasarkan uraian diatas relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang

meliputi tidak saja ruang secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga

peranan fungsional dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi

lingkungan yang berbeda (Odum, 1993). Relung ekologi merupakan gabungan

khusus antara faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan

oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam

komunitas (Soetjipto, 1992).

Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki

organisme , peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik)

serta posisinya dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari

keberadaannya itu. Ketiga aspek relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung

atau ruangan habitat, relung trofik dan relung multidimensi atau hypervolume. Oleh

karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya tergantung pada dimana dia

hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah energi, bersikap atau

berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta abiotiknya), dan

Page 19: Ekologi Ji

bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957) telah membedakan

antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang sesungguhnya (relized

niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang

memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan niche sesungguhnya

didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh

organisme-organisme tertentu secara bersamaan.

Dimensi-dimensi pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang

menyebabkan organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan

bentuk, kekuatan atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk

interaksi dalam populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran

relatifnya. Empat tipe pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu:

kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis.

Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi,

parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus

simbion, satu atau semua partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat

kondisi dalam kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk

kompetitor, predator dan mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter

niche agar terjadi interaksi antar organisme, sedikitnya selama waktu interaksi.

Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama

antara satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang

lebih baik dan lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang

dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga

mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik. Spesies yang kalah dalam

persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber

daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan local.

Page 20: Ekologi Ji

Berjenis makhluk hidup dapat hidup bersama dalam satu habitat . Akan tetapi

apabila dua jenis makhluk hidup mempunyai relung yang sama, akan terjadi

persaingan. Makin besar tumpang tindih relung kedua jenis makhluk hidup, makin

intensif persaingannya. Dalam keadaan itu masing-masing jenis akan mempertinggi

efisiensi cara hidup atau profesinya.Masing-masing akan menjadi lebih spesialis,

yaitu relungnya menyempit. Jadi efek persaingan antar jenis adalah menyempitnya

relung jenis makhluk hidup yang bersaing, sehingga terjadi spesialisasi.

Akan tetapi bila populasi semakin meningkat, maka persaingan antar individu

di dalam jenis tersebut akan terjadi pula. Dalam persaingan ini individu yang lemah

akan terdesak ke bagian niche yang marginal. Sebagai efeknya ialah melebarnya

relung, dan jenis tersebut akan menjadi lebih generalis. Ini berarti jenis tersebut

semakin lemah atau kuat. Makin spesialis suatu jenis semakin rentan makhluk

tersebut.

Page 21: Ekologi Ji

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 22: Ekologi Ji

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Rangkuman Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan.

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=492

diakses pada tanggal 9 April 2013 pukul 11.00 WITA

Block, W. M., and L. A. Brennan. 1993. The Habitat Concept in Ornithology: Theory

and Applications in J. Verner, M. L. Morrison, and C. J. Ralph, eds. Wildlife

1991: Modeling Habitat Relationships of Terrestrial Vertebrate. Univ.

Winconsin Press, Madison.

Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan Srigandono,

B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.

Wiens, J. A. 1984. Resource System, Population, and Communities.