RU

18
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex, merupakan bakteri gram positif berbentuk batang (basil) yang memiliki sifat tahan asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA). Berdasarkan letak anatomi penyakitnya tuberkulosis terbagi menjadi TB paru dan TB ekstra paru. TB paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru. Sedangkan TB ekstra paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti pleura, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi TB paru terbagi lagi menjadi TB paru BTA positif dan TB paru BTA negatif. 1,2 Gejala umum dari TB paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam dan mudah lelah). 1,3-5 Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. 1 Penyakit TB paru merupakan penyakit menular kronis. 2,6 Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. TB dianggap sebagai 1

description

wkwkdkqmscwknvedwikmvc

Transcript of RU

Page 1: RU

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis complex, merupakan bakteri gram positif berbentuk batang (basil)

yang memiliki sifat tahan asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA).

Berdasarkan letak anatomi penyakitnya tuberkulosis terbagi menjadi TB paru dan

TB ekstra paru. TB paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.

Sedangkan TB ekstra paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru

seperti pleura, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan

bakteriologi TB paru terbagi lagi menjadi TB paru BTA positif dan TB paru BTA

negatif.1,2

Gejala umum dari TB paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu

yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) dan/atau

gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam dan

mudah lelah).1,3-5 Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan

penunjang lainnya.1

Penyakit TB paru merupakan penyakit menular kronis.2,6 Walaupun

pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap

menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. TB dianggap sebagai masalah

kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi

oleh mikobakterium TB.2 Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih

dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat selama masa

penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor

ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya

yang bahkan menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih

lama.6

Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia

setelah Cina dan India berdasarkan laporan WHO tahun 2009.2,6 Data WHO

Global Report menyebutkan estimasi kasus baru TB di Indonesia tahun 2006

1

Page 2: RU

adalah 275 kasus/100.000 penduduk/tahun dan pada tahun 2010 turun menjadi

244 kasus/100.000 penduduk/tahun.6

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit yang umumnya dapat dihindari dan

diobati, dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara yang bersifat persisten

dan penyempitan saluran napas yang biasanya progresif dan berkaitan dengan

meningkatnya respon inflamasi kronik pada saluran napas dan paru-paru akibat

partikel ataupun gas beracun.7

Gejala dari COPD adalah sesak napas yang bersifat kronik progresif,

batuk, dan produksi sputum yang bervariasi dari hari ke hari. Sesak napas adalah

gejala kardinal dari COPD. Pasien COPD biasanya menggambarkan sesak napas

mereka seperti meningkatnya usaha untuk bernapas, rasa berat, kebutuhan akan

udara yang meningkat dan terengah-engah. Batuk yang bersifat kronik seringkali

menjadi gejala pertama berkembangnya COPD. Awalnya batuk hilang timbul,

namun lama kelamaan timbul setiap hari, seringkali di sepanjang hari. Batuk

kronik pada COPD dapat bersifat tidak produktif.7

Tuberkulosis telah diketahui sebagai faktor risiko terjadinya Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK)/ Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).

Selain itu tuberkulosis juga merupakan diagnosa banding dan komorbid yang

potensial.7

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : L.H.R

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Treman Jaga III

2

Page 3: RU

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Supir

Nomor RM : 43.32.59

Tanggal MRS : 25 Maret 2015

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Batuk darah

Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk berdahak campur darah dialami sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga

mengalami sesak napas sejak 1 bulan yang lalu, sesak tidak berkaitan dengan

aktifitas dan dibangkitkan dengan batuk. Riwayat demam (+) sejak 5 hari

yang lalu, demam dirasakan naik turun, demam dirasakan tinggi terutama

pada malam hari. Mual (-), muntah (-). Keringat malam hari (+), penurunan

berat badan dialami pasien 10 kg dalam 3 bulan terakhir. Buang air besar dan

buang air kecil biasa. Pasien sedang menjalani pengobatan TB kategori II :

injeksi streptomisin sejak 20 Februari 2015 dan OAT oral sejak 26 Februari

2015, sampai saat ini tidak pernah putus.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah dirawat di RSU Prof Kandou pada bulan Desember 2014 –

Januari 2015, sudah mendapatkan pengobatan TB, namun tidak dilanjutkan

karena mual dan muntah. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, sakit

jantung, asam urat, kencing manis, penyakit hati, penyakit paru dan penyakit

ginjal

Riwayat Keluarga

Hanya penderita yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Sosial

Pasien merokok ± 2 bungkus/hari, namun sudah berhenti sejak 3 bulan yang

lalu. Pasien pernah mengkonsumsi alcohol ± 1 botol/hari, namun sudah

berhenti sejak 3 bulan yang lalu.

3

Page 4: RU

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Berat Badan : 40 Kg

Tinggi Badan : 165 cm

IMT : 14,7 Kg/m2

Status Gizi : Gizi kurang

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Respirasi : 22 kali/menit

Suhu Badan : 370C

Kepala

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat

isokor

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-)

Leher

Kelenjar : KGB tidak teraba, tiroid tidak ada pembesaran

JVP : 5±2 cmH2O

Thoraks

Inspeksi : Simetris kiri = kanan

Palpasi : Stem fremitus

Perkusi :

Auskultasi

Cor : SI-II reguler, bising (-)

Pulmo : Sp. Vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

4

Page 5: RU

Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

ballotement (-)

Perkusi : Timpani

Ekstremitas

Akral hangat, edema (-), capillary refill time <2 detik

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hb : 12,8g/dl

Ht : 40,4%

Leukosit : 11.290/mm3

Trombosit : 388.000/mm3

Eritrosit : 2,94

GDS : 85 mg/dl

Ureum : 19 mg/dl

Creatinin : 0,7 mg/dl

Natrium : 136 mEq/L

Kalium : 3,67 mEq/L

Chlorida : 93.8 mEq/L

SGOT : 28

SGPT : 32

Albumin : 3,63

X-Foto Thoraks

5

Page 6: RU

Cor : sulit dinilai

Pulmo : Deviasi trakea ke kiri, infiltrat di paru kanan, konsolidasi

di paru kanan, sudut costophrenicus kanan tumpul,

schwarte (+) paru kiri

E. Resume

Laki-laki, 24 tahun, datang dengan keluhan utama batuk darah. Batuk

berdahak campur darah dialami sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga

mengalami sesak napas sejak 1 bulan yang lalu, sesak tidak berkaitan dengan

aktifitas dan dibangkitkan dengan batuk. Riwayat demam (+) sejak 5 hari

yang lalu, demam dirasakan naik turun, demam dirasakan tinggi terutama

pada malam hari. Mual (-), muntah (-). Keringat malam hari (+), penurunan

berat badan dialami pasien 10 kg dalam 3 bulan terakhir. Buang air besar dan

buang air kecil biasa. Pasien sedang menjalani pengobatan TB kategori II :

injeksi streptomisin sejak 20 Februari 2015 dan OAT oral sejak 26 Februari

2015, sampai saat ini tidak pernah putus. Pasien pernah dirawat di RSU Prof

Kandou pada bulan Desember 2014 – Januari 2015, sudah mendapatkan

pengobatan TB, namun tidak dilanjutkan karena mual dan muntah. Merokok

(+) ± 2bungkus/hari, alkohol (+) ± 1 botol/hari namun sudah berhenti sejak 3

bulan yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis, TD: 120/80 mmHg, nadi: 88 kali/menit, respirasi:

6

Page 7: RU

20 kali/menit, suhu badan aksiler 370C. Tinggi badan 165 cm, berat badan 40

kg dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 14,7 Kg/m2. Pada pemeriksaan auskultasi

paru, suara pernapasan vesikuler, dan terdengar rhonki di kedua lapangan

paru. Pemeriksaan lain dalam batas normal.

F. Diagnosis Kerja

TB paru on treatment kategori II tahap intensif + susp. COPD + hemoptoe ec.

TB paru

G. Terapi

- 02 2-4 L/m, IVFD NaCl 0,9% dengan 20gtt/m,

- injeksi streptomycin 1x700mg I.M (hari ke-32),

- Lansoprazole 2x30mg capsul (a.c)

- Injeksi asam traneksamat 3x500mg I.V,

- Codein 3x10mg tablet.

H. Follow Up

26 Maret 2015

S : Batuk dengan strip (+) berkurang

O : KU : sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis.

TD : 120/80 mmHg,

Nadi : 88x/m,

Respirasi : 20x/m,

SB : 370C.

Thoraks : Sp. Vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)

Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal

A : TB paru on treatment kategori II tahap intensif + susp. COPD +

hemoptoe ec. TB paru

P : - O2 2-4 L/m (kalau perlu)

- Injeksi streptomycin 1x700mg I.M (hari ke-33),

- Lansoprazole 2x30mg capsul (a.c)

7

Page 8: RU

- Asam traneksamat 3x500mg tablet

- Codein 3x10mg tablet

Plan : Rawat jalan.

8

Page 9: RU

BAB III

DISKUSI

Diagnosis pada kasus diatas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan bakteriologis, sputum BTA, dan pemeriksaan radiologi foto

thorax. Berdasarkan kepustakaan, gejala umum dari TB paru yaitu batuk produktif

lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada,

hemoptisis) dan/atau gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan,

keringat malam dan mudah lelah).1,3-5

Dari anamnesis didapatkan pasien batuk berlendir campur darah kurang

lebih 1 bulan SMRS, sesak napas 5 hari SMRS, demam yang dirasakan tinggi

pada malam hari, penurunan berat badan sekitar 10 kg dalam 3 bulan, dan

keringat pada malam hari. Gejala umum TB paru dapat dibagi menjadi gejala

respiratorik dan gejala sistemik. Gejala respiratorik yaitu batuk ≥ 2 minggu, batuk

darah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai

tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

Sedangkan untuk gejala sistemik yaitu demam, malaise, keringat malam, anoreksi

dan berat badan menurun.1

Batuk/batuk darah terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini

diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya

bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah

penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau

berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batu kering (non-

produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan

sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis pada

kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. Sesak napas akan

ditemukan padaa penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi

setengah bagian paru-paru.6

Demam biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Serangan

demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.

9

Page 10: RU

Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya

infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.6

Keluhan-keluhan di atas juga menyerupai gejala klinis pada PPOK.

Karakteristik gejala pada PPOK adalah sesak napas yang bersifat kronik progresif,

batuk-batuk lama dengan produksi sputum yang bervariasi dari hari ke hari. Sesak

napas merupakan gejala utama dari PPOK. Kebanyakan pasien PPOK akan

mengeluh meningkatnya kebutuhan oksigen dan usaha untuk bernapas, dan rasa

berat di dada.7

Batuk seringkali menjadi gejala utama terjadinya PPOK, yang seringkali

dianggap remeh oleh pasien karena dianggap hanya akibat dari merokok dan atau

paparan dari lingkungan. Awalnya batuk dapat bersifat intermiten namun semakin

lama akan semakin menetap hari ke hari bahkan sepanjang hari. Batuk kronis pada

PPOK dapat bersifat tidak produktif. Produksi sputum seringkali sulit untuk

dievaluasi karena pasien lebih mudah untuk menelannya kembali daripada

mengeluarkannya.7

Pemeriksaan fisik paru pada pasien didapati adanya rhonki di kedua

lapang paru, yaitu di apeks lobus superior. Sedangkan untuk inspeksi, palpasi dan

perkusi dalam batas normal. Pada TB paru kelainan yang didapat tergantung luas

kelainan struktur paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak atau

sulit sekali menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah

lobus superior terutama daerah apeks.1 Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak

luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial.

Akan didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki basah, kasar, dan

nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya

menjadi vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi

memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara

amforik.6

Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.1 Menurut

American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti tuberkulosis paru

adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium Tuberculosis dalam sputum

atau jaringan paru secara biakan. Tidak semua pasien akan memberikan sediaan

10

Page 11: RU

atau biakan sputum yang positif karena kelainan paru yang belum berhubungan

dengan bronkus atau pasien tidak bisa membatukkan sputumnya dengan baik.6

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis.6 Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA.

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah bayangan

berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen

superior lobus bawah; kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan

opak berawan atau nodular; bayangan bercak milier; efusi pleura unilateral

(umumnya), atau bilateral (jarang). Sedangkan gambaran radiologi yang dicurigai

lesi TB inaktif yaitu adanya gambaran fibrotik, kalsifikasi, dan Schwarte atau

penebalan pleura.1 Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam

bayangan sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lajut) seperti infiltrat, garis-

garis fibrotik, kalsifikasi, kavitas (non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan

emfisema.6 Pada foto thoraks pasien didapati adanya deviasi trakea ke kiri,

infiltrat dan konsolidasi pada paru kanan, sudut costophrenicus kanan yang

tumpul dan adanya Schwarte pada paru kiri.

Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis PPOK hingga

saat ini adalah pemeriksaan spirometri. Dimana pada COPD akan didapati nilai

FEV1/FVC < 70% setelah pemakaian bronkodilator, yang merupakan tanda

adanya tahanan aliran udara yang bersifat persisten. Klasifikasi beratnya derajat

tahanan aliran udara pada COPD terbagi menjadi ringan (FEV1 ≥ 80%), sedang

(FEV1 < 80%), berat (FEV1 < 50%), dan sangat berat (FEV1 < 30%).7

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensf dan fase lanjutan.

Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan. Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) yang dipakai terbagi menjadi 2 jenis, yaitu jenis OAT lini pertama dan lini

kedua. OAT lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat, terutama TB

multidrug resistant (MDR)1 WHO telah menerapkan strategi DOTS dimana

terdapat petugas kesehatan tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi

pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya. WHO juga telah

menetapkan resimen pengobatan standar yang membagi pasien menjadi empat

kategori berbeda menurut definisi kasus tersebut, yaitu kategori I-IV.6

11

Page 12: RU

Pada kategori IV pasien mungkin mengalami resistensi ganda, oleh karenanya

sputum harus dikultur dan dilakukan uji kepekaan obat.6 Pada kasus ini penderita

sudah menjalani pengobatan TB kategori 2 yaitu injeksi streptomisin dan OAT

oral.

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi

lanjut. Komplikasi dini yaitu pleuritis, efusi pleura, empema, laringitis, dll.

Sedangkan untuk komplikasi lanjut yaitu obstruksi jalan napas (Sindrom

Obstruksi Pasca Tuberkulosis/SOPT), kerusakan parenkim berat seperti fibrosis

paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas.6

12

Page 13: RU

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

2011.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2010

3. Zumla A, Raviglione M, Hafner R, Von Reyn CF. Tuberculosis. N Engl J Med.

2013;368:8.

4. Lawn SD, Zumla AI. Tuberculosis. Lancet. 2011;378:57-72.

5. Department of Health, Republic of South Africa. National Tuberculosis

Management Guidelines. Republic of South Africa: Department Health

Republic of South Africa. 2014

6. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I Edisi

VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2014; h.863-871.

7. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy For

The Diagnosis, Management, and Prevention Of Chronic Obstructive

Pulmonary Disease. 2014.

13