RPP Eliminasi.docx

download RPP Eliminasi.docx

of 27

Transcript of RPP Eliminasi.docx

Mata Pelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Mata Pelajaran: Pemenuhan Kebutuhan EliminasiKode Kompetensi: Kelas / Semester: XII / V (lima)Alokasi Waktu: 24 Jam x 45 menit Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar1. Memahami kebutuhan eliminasi2. Memahami cara pemenuhan kebutuhan eliminasi3. Menolong klien/pasien buang air kecil di tempat tidur4. Membantu klien/pasien buang air besar

Indikator1. Pengertian elimnasi urin dan fekal2. Anatomi fisiologi gastrointestinal3. Anatomi proses eliminasi urin dan fekal4. Menjelaskan patofisiologi eliminasi urin dan fekal5. Menjelaskan factor factor yang mempengaruhi eliminasi/kebutuhan eliminasi6. Menjelaskan tanda dan gejala eliminasi7. Mempersiapkan alat alat untuk tindakan keperawatan pemasangan sampel urine, menolong BAK dengan urineal, kateterisasi, dan penggunaan pispot pada BAK8. Mempersiapkan alat alat untuk tindakan keperawatan huknah , pemberian obat suppositoria, membantu BAB di tempat tidur dengan pispot, mengambil sampel feses, dan colok dubur.

A. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:1. Siswa mampu menjelaskan defnisi dari eliminasi urin dan fekal2. Siswa mampu memahami anatomi fisiologi gastro intestinal3. Siswa mampu memahami anatomi fisiologi dari eliminasi urin dan fekal4. Siswa mampu menjelaskan patofisiologi eliminasi urin 5. Siswa mampu menjelaskan factor factor yang mempengaruhi eliminasi6. Siswa mampu menjelaskan tanda dan gejala eliminasi7. Siswa mampu mempersiapkan alat alat untuk tindakan keperawatan pemasangan kateter, sampel urine, dan membantu BAK ditempat tidur.8. Siswa mampu Mempersiapkan alat alat untuk tindakan keperawatan huknah , pemberian obat suppositoria, membantu BAB di tempat tidur dengan pispot, mengambil sampel feses, dan colok dubur.

B. MATERI PEMBELAJARAN1. Pengertian1) Gangguan Eliminasi UrinGangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

2) Gangguan Eliminasi FekalGangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

2. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari Rongga Mulut, Esofagus, Lambung, Usus Halus, Usus Besar, Rektum, Anus.1. Rongga MulutMulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :a. GigiMemiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil. b. LidahMemiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap rasa makanan.c. Kelenjar LudahAda 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah tersebut menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5 liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim amilase, zat antibakteri, dll. Fungsi ludah adalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.2. Esofagus ( kerongkongan )Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

3. LambungLambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :Senyawa kimiafungsi

Asam HCl

Lipase

Renin

MukusMengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus.Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit.Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.

Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim. 4. Usus halusUsus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum ( 2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

senyawa kimiafungsi

Disakaridase

Erepsinogen

Hormon Sekretin

Hormon CCK (Kolesistokinin)

Menguraikan disakarida menjadi monosakarida

Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.

Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus.Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.

Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :

Senyawa kimiaFungsi

Bikarbonat

Enterokinase

Amilase

LipaseTripsinogenKimotripsinNuklease

Hormon Insulin

Hormon Glukagon

Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung. mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.

Mengubah amilum menjadi disakarida.

Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserolTripsin yang belum aktif.Mengubah peptone menjadi asam amino.Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat.Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal.Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal.

5. Usus besarMerupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :a.Menyerap air selama proses pencernaan.b.Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.c.Membentuk massa fesesd.Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh didefekasi.

6. Rektum dan anusMerupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.

A. Proses pencernaan makananPencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya sebagai berikut : Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.

3. Anatomi Fisiologi saluran pencernaan bawahSaluran pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri atas empat bagian yaitu sekum, kolon, apendiks, dan rektum.

1) Usus HalusPanjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antara lambung dan usus besar. Serat dan ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang memungkinkan terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur dan mendorong kimus). Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di sini. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.a. Duodenum : adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak di bagian belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum digambarkan dalam 4 bagian, yaitu : 1). Bagian I, mengarah ke kanan. 2). Bagian II, mengarah ke bawah. 3). Bagian III, mendatar ke kiri dan ke depan vena kava inferior dan aorta. 4). Bagian IV, mengarah ke atas dan bersambungan dengan jejenum.b. Jejenum dan ileum. Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah jejenum yang diikuti dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. Tidak ada perbedaan yang jelas di antaranya. Jejunum berukuran agak besar,memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan plak peyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan ileum terletak di dalam rongga peritonium,kecuali sepanjang garis perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri mesenterika superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makana, mangabsorbsi air, garam dan mineral, serta menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush (gelombang peristaltik usu yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).

2) Usus BesarUsus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan diameter 5-6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus ( makanan setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit.Usus mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar adalah untuk menyerap air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan tempat penampungan feses (Syaifuddin, 1994). Bagian-bagian usus besar meliputi sekum, apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan anus. Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air dan nutrient, member perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan melindungi dinding usus dari trauma akibat feses dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa makanan sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon bergerak dalam 3 cara, yaitu :a. Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.b. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang kolon.c. Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.Anatomi fisiologi saluran perkemihan1) GinjalBentuknya seperti kacang, jumlahnya ada 2 dikiri dan dikanan. Ginjal terletak di kedua sisi medula spinalis, dibalik rongga peritoneum. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal perempuan (Syaifuddin, 1994). Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional nefron yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah metabolik. Selain itu ginjal juga bertugas mempertahankan homeostasis cairan tubuh melalui beberapa cara yakni :a. Pengaturan volume cairanb. Pengaturan jumlah elektrolit tubuhc. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuhd. Ekskresi sisa-sisa metabolismee. Reabsorbsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh f. Fungsi hormonal dan metabolisme2) UreterUreter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih, panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Urine didorong melewati ureter denga gelombang peristalsis yang terjadi sekitar satu sampai empat kali permenit. Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih, terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.

3) Kandung KemihKandung kemih atau vesika urinaria adalah kantung muskular tempat urine bermuara dari ureter. Dinding kandung kemih sangat elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh, kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis, bahkan bisa setinggi umbilikus.

4) UretraUretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Pada wanita, panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih sampai lubang diantara labia minora, 2,5 cm dibelakang klitorisis.

Karakteristik Urine NormalWarna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.

Fisiologi PerkemihanFisiologi berlemih secara umum menurut Gibson (2003) dapat dilihat pada gambar 4.6 :

Urine masuk ke kandung kemih

Terjadi peregangan serat otot dinding kandung kemih

Miksi dkontrol saraf aferen manuju kandung kemih, impuls berjalan menuju saraf parasimpatis sakralismenyebabkan :otot dinding kandung kemih berkontraksisfingfter kandung kemihberelaksasi

Impuls berjalan melalui serabut aferen menuju pars lumbalis medulla spinlis dan ditransmisika ke korteks serebri

Timbul rangsangan ingin buang air kecil

Pengeluaran urine dibantu oleh kontraksi otot dinding abdomen dan diagfragma, juga oleh peningkatan tekanan kandung kemih yang sbelumnya telah berisi 170-230 ml urine

Gambar. Fisiologi BerkemihFisiologi defekasi fekalSewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang disebabkan oleh refleks gastrokolon. Refleks ini biasanya paling jelas terlihat setelah sarapan dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk buang air besar. Ketika gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum yang memicu refleks defekasi.Terdapat 3 refleks defekasi yg terjadi:

1. Refleks Defekasi IntrinsikMenurut Syaifuddin (1994), refleks deefekasi intrinsic berlangsung seperti diuraikan pada gambar 4.3.

Didahului dengan transpor feses ke dalam rektum

Rektum yang penuh mengakibatkan ketegangan (distensi rectum)

Terjadi rangsangan reflex defekasi pada pleksus mesentrikus

Otot usus lain berkontraksi, terjadi peristaltic di kolon asendens, sigmoid, dan rektum

Feses akan terdorong ke anus

Sfingfer internal melemas, tetapi sfingfer eksternal (m. levator) relaksasi secra volunteer, dan tekanan dihasilkan oleh otot-otot abdomen.

2. Refleks Defekasi ParasimpatisRefleks defekasi parasimpatis berlangsung seperti pada gambar 4.4 (John Gibson, 2002).

Feses masuk ke rektum

Terjadi rangsangan pada saraf rektum

Selanjutnya rangsangan ditransmisikan di sepanjang saraf parasimpatis aferen menuju pars sakralis medulla spinalis

Pesan aferen ditramsimisikan disepanjang saraf parasimpatis eferen untuk mencapai kerja otot

Menghasilkan kombinasi reflex dan usaha volunter : Terjadi relaksasi sfingter anusKontraksi otot kolonKontraksi otot perut dan diagfragma Dasar panggul naikTerjadi defekasiSfingter berkontraksi, mengeluarkan feses

3. Upaya VolunterSelain kedua mekanisme reflex di atas, defekasi juga bisa terjadi karena upaya volunter seperti yang terlihat pada gambar 4.5 :

Tekanan intraabdomen meningkatMenggerakkan feses melalui saluran anusOtot levator anus kontraksi Kontraksi otot abdomen dan diagfragmaTerjadi defekasiDipermudah dengan :Fleksi otot femurPosisi saat defekasi seprti jongkok

4. Patofisiologi1. Gangguan Eliminasi UrinGangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan di atas. Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera medulla spinal, akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin/ inkontinensia urin. Gangguan traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan adanya fraktur atau dislokasi. Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis. Cedera medulla spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan berkemih dan defekasi.Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagai syok spinal. Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat cedera. Dalam kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkat lesi menjadi paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada. Hal ini mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih dan defekasi. Distensi usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapat diatasi dengan dekompresi usus (Brunner & Suddarth, 2002). Hal senada disampaikan Sjamsuhidajat (2004), pada komplikasi syok spinal terdapat tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan defekasi.Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik. Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra.Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural anestesi, obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik, nyeri insisi episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang mengosongkan kandung kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.

2. Gangguan Eliminasi Fekal Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin dan Fekal1. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urina. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada orang tua volume bladder berkurang demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.b. SosiokulturalBudaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi terbuka .c. PsikologisPada keadaan cemas dan stress akan menigkatkan stimulasi berkemih.

d. Kebiasaan seseorangMisalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat berkemih dengan menggunakan pot urin.e. Tonus ototEliminasi membutuhkan eliminasi tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.f. Intake cairan dan makananAlkohol menghambat ADH untuk meningkatkan pembuangan urin. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung cafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.g. Kondisi penyakitPada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menimbulkan retensi urin.h. PembedahanPenggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomelurus sehingga produksi urin akan menurun.i. PengobatanPenggunaan ADH menggunakan output urin, anti kolinergik dan anti hipertensi menimbulkan retensi urin.j. Pemeriksaan DiagnostikIntravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi output urin. Cystocospy dapat menimbulkan edema local pada uretra, spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urin.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekala. UsiaPada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.b. DietMakanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.c. Intake CairanIntake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.d. AktivitasTonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang colon.e. FisiologisKeadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.f. PengobatanBeberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.g. Gaya HidupKebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB dan kebiasaan menahan BAB.h. Prosedur DiagnostikKlien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.i. PenyakitBeberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.j. Anestesi dan PembedahanAnestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.k. NyeriPengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.l. Kerusakan sensorik dan motorikKerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

6. Tanda dan gejala1. Tanda Gangguan Eliminasi urina. Retensi Urin1) Ketidak nyamanan daerah pubis.2) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.3) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.4) Meningkatnya keinginan berkemih dan resah5) Ketidaksanggupan untuk berkemihb. Inkontinensia urin1) Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC2) Pasien sering mengompol

2. Tanda Gangguan Eliminasi Fekala. Konstipasi1) Menurunnya frekuensi BAB2) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan3) Nyeri rektumb. Impaction1) Tidak BAB2) Anoreksia3) Kembung/kram4) Nyeri rektumc. Diare1) BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk2) Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat3) Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. 4) Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.d. Inkontinensia Fekal1) Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, 2) BAB encer dan jumlahnya banyak3) Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternale. Flatulens 1) Menumpuknya gas pada lumen intestinal, 2) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. 3) Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)f. Hemoroid 1) Pembengkakan vena pada dinding rectum2) Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang3) Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi4) nyeri

7. Tindakan mengatasi masalah eliminasi urinea. Pengumpulan Urine untuk Bahan PemeriksaanMengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebutberbeda-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urinejuga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain Pengambilan urine biasa, merupakan pengambilan urinedengan mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil.Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untukpemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilandan lain-lain

Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine denganenggunakan alat steril, dilakukan dengan kateterisasi ataufungsi suprapubis ayng bertujuan mengetahui adanya infeksipada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.

Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilanurine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untukmengetahui jumlah urine selama 24jam dan mengukur beratjenig, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal. Persiapan alat dan bahan : Botol penampung beserta tutup Etiket khusus Prosedur kerja (pasien yang kesulitan buang air kecil) : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, makabantu untuk baung air kecil (lihat prosedur menolong buang airkecil). Keluarkan urine, kemudian tampung ke dalam botol. Bagi pasien yang mampu baung air kecil sendiri, makaanjurkan pasien untuk buang air kecil dan biarkan urine yangpertama keluar dahulu. Kemudian anjurkan manampung urineke dalam botol Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan Cuci tangan

b. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinealTindakan membantu pasien yang tidak mampu buang airkecil sendiri di kamar mandi dilakukan dengan menggunakan alatpenampung (urineal), hal tersebut dilakukan untuk menampungurine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah). Persiapan alat dan bahan : Urineal Pengalas Tisu Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Pasang alas urineal di bawah glutea Lepas pakaian bawah pasien Pasang urineal dibawah glutea/pinggul atau diantara keduapaha Anjurkan pasien untuk berkemih Setelah selesai, rapikan alat Cuci tangan, catat warna,dan jumlah produksi urine

c. Melakukan katerisasiKateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter (Memasukkan selang karet atau plastik)kedalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk Menghilangkan distensi kandung kemih, Mendapatkan spesimen urine dan Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi menjadidua tipe indikasi yaitu : Tipe Intermitent : Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi Retensi akut setelah trauma uretra Tidak mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesik Cedera tulang belakang Degenerasi neuromuscular secara progesif Untuk mengeluarkan urine residualTipe Tipe Indwelling : Obstruksi aliran urine Post op uretra dan struktur disekitarnya (TUR-P) Obstruksi uretra Inkontinensia dandisoreintasi berat Persiapan alat dan bahan : Sarung tangan steril Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis) Duk steril Minyak pelumas/jelly Larutan pembersih antiseptik (kapassublimat) Spuit yang berisi cairan Perlak dan alasnya Pinset anatomi Bengkok Urineal bag Sampiran Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Atur ruangan Pasang perlak/alas Gunakan sarung steril Pasang duk steril Bersihkan vulva dengan kapas sublimas dari atas ke bawah ( 3kali hingga bersih) Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.Bersihkan bagian dalam Kateter diberi minyak pelumas / jelly pada ujungnya, laluasupan pelan-pelan-pelan sambil anjuran untuk tarik napas,asupan (2,5 5 cm) atau hingga urine keluar. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuadesd. Penggunaan pispot pada klienMembantu pasien wanita yang hendak buang air besar dan buang air kecil diatas tempat tidur. Tujuan Membantu pasien dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi Mengurangi pergerakan pasien Mengetahui adanya kelainan feses maupun urin secara visual. Persiapan alat dan bahan : Pispot Air dalam botol Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya Sarung tanganbersih, masker dan celemek Bengkok Selimut/kain penutup Perlak dan alasnya Sampiran Bel bila tersedia Prosedur kerja Pintu ditutup atau pasang sampiran Pasang perlak dan alasnya Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi klien Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (jika perlu dibantu oleh perawat lain) Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, jika klien tidak dapat melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat dan nyaman Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot dan tutup kembali Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air Keringkan bokong klien dengan pengalas Klien dirapihkan Alat dirapihkan Pintu dan sampiran dibuka Mencuci tangan

8. Tindakan mengatasi masalah eliminasi alvi a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaanMenyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan)a) Pemeriksaan feses lengkap merupakan feses yang terdiri ata pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah dan lain lain.b) Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (pengambilan feses dengan menggunakan tangan) Persiapan alat dan bahan : Tempat penampungan atau botol penampungan beserta tutup Etiket khusus Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Anjurkan untuk buang air bnesar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai, anjurkan untuk membersihkan daerah sekitar anus. Asupan bahan pemeriksaan kedalam botol yang telah disediakan Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan Cuci tangan

b. Membantu pasien buang air besar dengan pispotMembantu pasien buang air besar dengan psipot ditempat tidur mewrupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.

Perisiapan alat dan bahan : Alas/perlak/linen Pispot Air bersih Tisu Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum Sarung tangan

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Pasang sampiran kalau dibangsal umum Gunakan sarung tangan Pasang pengalas dibawah glutea Tempatkan pispot diantara pengalas tepat dibawah glueta dwngan posisi bagian lubang pispot tepat dibawah rektum Setelah pispot dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum. Kalau belum, atur kembali sesuai kebutuhan pasien. Anjurkan pasien buang air besar pada pispot yang telah disediakan Setelah selesai, siram dengan air bersih, kemudian keringkan dengan tisu Catat tanggal, jam defekasi dan karakteristiknya Cuci tangan

c. Memberikan huknah rendahMemberikan nuknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses para bedah agar dapat mencegah terjadinya obtruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami kesuliutan buang air besar. Persiapan alat dan bahan : Pengalas Irigator lengkap dengan kanula rekti Cairan hangat 700 1000 ml dengan suhu 40,5 430 C pada orang dewasa Bengkok Jelly Pispot Sampiran Sarung tangan Tisu Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Atur runagn dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila diruangan sendiri Atur posisi sim miring kekiri pada pasien Pasang pengalas dibawah glutea Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5 430 C) dan hubungkan dengan kanula rekti. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jelly pada ujung kanula. Gunakan sarung tangan dan asupan nkanula kira kira 15 cm ke dalam rektum kearah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernafas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air alirkan sampai pasien menunjukan keinginan untuk buang air besar. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mebilisasi jalan, bersihkan daerah disekitar rektum hingga bersih Cuci tangan Catat jumlah feses yang dikeluarkan, warna, konsistenti, dan respon pasien.

d. Memberikan huknah yang tinggiMemberikan nuknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk pengosongan usus pada pasien para bedah atau untuk prosedur diagnostik Persiapan alat dan bahan : Pengalas Irigator lengkap dengan kanula usus Cairan hangat Bengkok Jelly Pispot Sampiran Sarung tangan Tisu Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Atur runagn dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila diruangan sendiri Atur posisi sim miring kekiri pada pasien Gunakan sarung tangan Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5 430 C) dan hubungkan dengan kanula usus. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kearah bengkok sderta berikan jelly pada ujung kanula. Masukan kanula kedalam rektum kearah kolon desenden kira kira 15 20 cm sambiul pasien diminta untuk bernafas panjang dan memegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air alirkan sampai pasien menunjukan keinginan untuk buang air besar. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mebilisasi jalan, bersihkan daerah disekitar rektum hingga bersih Cuci tangan Catat jumlah feses yang dikeluarkan, warna, konsistenti, dan respon pasien.

e. Memberikan gliserinMemberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar (khususnya pasien yang mengalami sembelit). Selain itu, tindakan ini juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.

Persiapan alat dan bahan : Spuit gliserin Gliserin dalam tempatnya Bengkok Pengalas Sampiran Sarung tangan Tisu

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Atur runagn dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila diruangan sendiri Atur posisi pasien (miringkan kekiri), dan berikan pengalas di bawah glutea serta buka pakaian bawah pasien Gunakan sarung tangn, kemudian spuit diisi gliserin 10 20 cc dan cek kehangatan cairan gliserin Masukkan gliserin perlahan lahan kedalam anus dengan tangan kiri mendorong peregangan daerah rektum, sedangkan tangan kanan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan. Anjurkan pasien napas dalam. Setelah selesai, cabut dan masukkan kedalam bengkok, anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisue. Pasang pispot atau anjurkan ketoilet Cuci tangan Catat jumlah feses yang dikeluarkan warna, konsistenti dan respon pasien.

f. Mengeluarkan feses dengan jari.Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakanmemasukkan jari ke dalam rektum pasien utnuk mengambil ataumenghancurkan massa feses sekalligus mengeluarkannya. Indikasitindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak berhasil, maka terjadi konctipasi sertapengerasan feses yang tidakmampu dikeluarkan olehmanula. Persiapan alat dan bahan : Sarung tangan Minyak pelumas/jelly Alat penampung atau pispot Pengalas

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jelly) padajari telunjuk Atur posisi miring dengan lutut refleksi Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahansepanjang dinding rektum kea rah umbilicus (ke arah massafeses yang impaksi) Secara perlahan-lahan, lunakkan massa dengan massage daerahfeses yang impaksi (arahakan jari pada intiyang keras) Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantuke toilet Lepaskan sarung tangan, kemudia catat jumlah feses yangkeluar, warna, kepadatan, dan respons pasien Cuci tangan

C. METODE PEMBELAJARAN1. Penugasan2. Tanya Jawab3. Ceramah4. Diskusi5. Test tulis6. Test lisanD. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan 1a. Kegiatan awal:1. Apersepsi2. Menyampaikan tujuan kompetensi dan cakupan materi yang akan dipelajari3. Menyampaikan aturan penilaian ketuntasan belajar

b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca Pengertian elimnasi urin dan fekal

Elaborasi Menjelaskan Pengertian eliminasi urin. Menjelaskan Pengertian eliminasi fekal

Konfirmasi Memberikan umpan balik dan penguatan terhadap materi yang telah di pelajari siswa Meminta siswa untuk merefleksi atas pembelajaran yang telah dialaminya

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama siswa mengerjakan latihan2. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 2 dan 3a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Mempelajari anatomi dan fisiologi gastrointestinal

Elaborasi Menjelaskan anatomi dan fisiologi gastrointestinal.

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan akhir: 1. Tanya jawab2. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 4 dan 5a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Mempelajari anatomi dan fisiologi eliminasi urin dan fekal.

Elaborasi Menjelaskan anatomi dan fisiologi eliminasi urin dan fekal.

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 5 dan 6a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca patofisiologi eliminasi urin dan fekal

Elaborasi Menjelaskan patofisiologi eliminasi urin dan fekal

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 7a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca factor factor yang mempengaruhi eliminasi/kebutuhan eliminasi

Elaborasi Menjelaskan factor factor yang mempengaruhi eliminasi/kebutuhan eliminasi

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 8a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca tanda dan gejala eliminasi.

Elaborasi Menjelaskan tanda dan gejala eliminasi

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 9a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca factor factor yang mempengaruhi eliminasi/kebutuhan eliminasi

Elaborasi Menjelaskan factor factor yang mempengaruhi eliminasi/kebutuhan eliminasi

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 10 dan 11a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca mempersiapkan alat alat untuk tindakan keperawatan pemasangan sampel urine, menolong BAK dengan urineal, kateterisasi, dan penggunaan pispot pada BAK

Elaborasi Menjelaskan persiapan alat alat untuk tindakan keperawatan pemasangan sampel urine, menolong BAK dengan urineal, kateterisasi, dan penggunaan pispot pada BAK

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan Melaksanakan praktek laboratorium

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

Pertemuan 12 dan 13a. Kegiatan awal: 1. Apersepsi 2. Menyampaikan tujuan dan cakupan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang bersangkutan3.Menanyakan materi sebelumnya b. Kegiatan inti: Explorasi Siswa membaca persiapan alat alat untuk tindakan keperawatan huknah , pemberian obat suppositoria, membantu BAB di tempat tidur dengan pispot, mengambil sampel feses, dan colok dubur.

Elaborasi Menjelaskan persiapan alat alat untuk tindakan keperawatan huknah , pemberian obat suppositoria, membantu BAB di tempat tidur dengan pispot, mengambil sampel feses, dan colok dubur.

Konfirmasi Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan Melaksanakan praktek laboratorium

c. Kegiatan akhir: 1. Bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2.Tanya jawab3. Memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya

E. SUMBER BELAJAR Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008.Kebutuhan dasar manusia. Cet. ke-1, Mei. Jakarta : EGC Guyton & Hall, Edisi 9. Fisiologi Kedokteran.Jakarta. 1997. Jakarta : EGC Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta. Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Internet Komputer

F. PENILAIAN

Teknik PenilaianBentuk InstrumenInstrumen

Tes tertulis

Daftar pertanyaan1. Jelaskan pengertian yang dimaksud dengan gangguan eliminasi urin dan fekal/alvi?2. Sebutkan organ organ apa saja yang berhubungan dengan proses dari gastrointestinal?3. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi fekal minimal 4 faktor4. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urin minimal 5 faktor5. Sebutkan tanda dan gejala apa saja yang mempengaruhi gangguan eliminasi?6. Sebutkan tanda dan gejala apa saja yang mempengaruhi gangguan urin?7. Berapa cc pengeluaran urin normal per harinya?8. Berapa rata rata panjang dari ureter?9. Jelaskan yang dimaksud dengan peristaltik?10. Apa yang dimaksud dengan defekasi?

Tes PraktekDaftar Praktek1. Tindakan / persiapan pengambilan sampel urine2. Tindakan / persiapan pengambilan sampel feses3. Tindakan / persiapan menolong pasien BAK dengan menggunakan urineal4. Tindakan / persiapan menolong pasien BAB dengan menggunakan pispot5. Tindakan / persiapan menolong pasien BAK dengan menggunakan pispot6. Tindakan / persiapan pemberian suppositoria7. Tindakan / persiapan colok dubur8. Tindakan / persiapan kateterisasi9. Tindakan / persiapan huknah10. Tindakan / persiapan pemberian glicerin

Tugas-tugasMencari informasi di internet mengenai persiapan pengambilan sampel urin, pengambilan sampel feses, menolong pasien BAK menggunakan urineal, Menolong pasien BAB menggunakan Pispot, Menolong pasien BAK menggunakan pispot, Colok Dubur, huknah, glicerin, pemberian suppositoria, dan pemasangan kateter

Mengetahui, Garut, Agustus 2012 Kepala SekolahGuru Mata Pelajaran

Moh. Yasin Noer, S.SosRudy Alfiyansah, S.Kep.