Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

128
EDISI 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

Transcript of Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

Page 1: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

Edisi 2

ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 2: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

© Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun 2012

Foto:Dokumentasi Badan Ketahanan Pangan

desain:Penebar Art

Penerbit:Kementerian Pertanian

Kantor Pusat Kementerian Pertanian

Jl. Harsono RM No.3, Ragunan-Jakarta 12550, INDONESIA

undang-undang

RI nomor 7 tahun 1996

tentang pangan. Ketahanan

pangan adalah suatu

kondisi dimana setiap

individu dan rumahtangga

memiliki akses secara fisik,

ekonomi, dan ketersediaan

pangan yang cukup,

aman, serta bergizi untuk

memenuhi kebutuhan

sesuai dengan seleranya

bagi kehidupan yang aktif

dan sehat.

ROADMAP DEPTAN.indb 2 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 3: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[3]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

DAFTAR ISI

ROADMAP DEPTAN.indb 3 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 4: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

{4}PEnEBaR SWaDaYa

ROADMAP DEPTAN.indb 4 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 5: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[5]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

DAFTAR TAbel

DAFTAR GAmbAR

ROADMAP DEPTAN.indb 5 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 6: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[6] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

DAFTAR lAmpIRAn

ROADMAP DEPTAN.indb 6 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 7: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[7]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

ROADMAP DEPTAN.indb 7 2/15/2013 7:35:34 PM

Page 8: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[8] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Buku Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 ini

disusun sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan

percepatan diversifikasi atau penganekaragaman

konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan

salah satu prioritas dari empat target sukses pertanian,

karena itu program atau gerakan percepatan diversifikasi

konsumsi pangan harus dilaksanakan secara terstruktur

dan terukur, dengan kegiatan, sasaran, dan ukuran kinerja yang jelas.

Roadmap ini merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden (Perpres) No.

22 Tahun 2009. Dalam Perpres tersebut disebutkan dua sasaran dari upaya

diversifikasi pangan yaitu: (1) memasyarakatkan pola konsumsi pangan yang

beragam, bergizi, seimbang dan aman, serta, (2) mengurangi konsumsi beras/

kapita 1,5% per tahun. Saya meyakini bahwa program diversifikasi konsumsi

pangan ini hanya akan berhasil apabila semua pemangku kepentingan aktif

mendukung pelaksanaan program ini.

Perjalanan panjang upaya pelaksanaan diversifikasi pangan di Indonesia telah

mengalami pasang surut dari masa ke masa. Namun demikian, upaya tersebut

sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, bahkan konsumsi

makanan pokok masyarakat Indonesia masih tetap bertumpu pada beras, dan

Sambutan menteri pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 8 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 9: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[9]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

yang cukup merisaukan secara perlahan beralih ke makanan yang bahan bakunya

tidak diproduksi di Indonesia pada saat ini, yaitu terigu.

Di sisi lain sebenarnya banyak tersedia makanan sumber karbohidrat berasal

dari pangan lokal seperti ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, ganyong), sukun,

jagung dan pisang. Makanan-makanan sumber karbohidrat tersebut posisinya

di masyarakat dianggap kurang bergengsi dibandingkan dengan nasi, sehingga

muncul pameo kalau belum makan nasi dianggap belum makan. Kita akan terus

berupaya mengubah sikap masyarakat tersebut, agar di masa datang lebih

berminat untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dari bahan baku

lokal. Untuk itu, tentunya makanan tersebut harus beragam, bergizi seimbang

serta aman dikonsumsi untuk mendukung seseorang hidup sehat, aktif, dan

produktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan utama diversifikasi pangan pada

dasarnya berupa: (1) promosi dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam,

bergizi seimbang dan aman, (2) pemanfaatan lahan pekarangan dengan pola

pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan pengembangan

olahan pangan berbasis pangan lokal.

Saya berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku

kepentingan dalam implementasi kebijakan percepatan penganekaragaman

konsumsi pangan.

Menteri Pertanian RI

Suswono

ROADMAP DEPTAN.indb 9 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 10: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[10] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi atau penganekaragaman pangan

merupakan salah satu kunci sukses pembangunan

pertanian sebagaimana tertuang dalam Rencana

Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.

Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan

untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi

pangan yang beragam dan bergizi seimbang, dan

menghindari ketergantungan pada 1 jenis pangan pangan pokok seperti beras.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua

terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia

(jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut dll), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas,

sagu, ganyong, garut, gembili, gadung dll), dan buah (sukun, pisang, labu kuning,

buah bakau, dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh

subur di seluruh Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan

pokok maupun kudapan.

Dengan kecenderungan bergesernya budaya makan masyarakat ke arah

makanan instan, maka ketersediaan pangan lokal harus diupayakan mengikuti

trend permintaan konsumen dan tersedia di pasar serta mudah dijangkau secara

fisik maupun ekonomi (murah). Tujuan yang diinginkan adalah meningkatkan

Kata pengantar

ROADMAP DEPTAN.indb 10 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 11: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[11]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

kualitas konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang beragam dan bergizi

seimbang serta aman, berbasis sumberdaya lokal, untuk hidup sehat, aktif dan

produktif.

Upaya peningkatan diversifikasi pangan memerlukan dukungan dan sinergi

kegiatan lintas sektor serta peran aktif para pemangku kepentingan termasuk

pembuat kebijakan, pelaku usaha, peneliti dan para pihak yang peduli terhadap

ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan pengembangan sumber daya

manusia Indonesia yang berkualitas.

Pada akhirnya saya mengharapkan dukungan dari semua stakeholder terkait untuk

secara bersama-sama menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan

dengan mengutamakan pangan-pangan lokal sumber karbohidrat, sumber

protein, sumber vitamin dan mineral yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Kepala Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian

Achmad Suryana

ROADMAP DEPTAN.indb 11 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 12: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[12] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk

Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih

rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional, yang belum

beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh skor Pola

Pangan Harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian

sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padi-

padian (1.236 kkal/kap/hr) pada tahun 2011.

Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak

hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga

dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi sosial. Sementara komoditi

sumber karbohidrat lainnya yang biasa dikonsumsi sebagian masyarakat di

masa lampau, saat ini semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi

dan teknologi serta sebagai ekses dari kebijakan pemerintah berupa program

penyaluran beras bagi keluarga miskin atau RASKIN.

Sementara keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola

konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif.

Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih

belum sesuai harapan tersebut, maka penganekaragaman konsumsi pangan

Ringkasan eksekutif

ROADMAP DEPTAN.indb 12 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 13: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[13]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

atau diversifikasi konsumsi pangan menjadi penting untuk

dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya

manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.

Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik,

perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani,

kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan

buah atau dikenal sebagai penganekaragaman konsumsi

secara horizontal. Selain itu, peningkatan kualitas konsumsi

pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman

vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber

karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan

olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-padian

lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya

(aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta

aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis

sayur dan buah-buahan). Dengan demikian, peningkatan

konsumsi kelompok pangan sumber tenaga, pembangun

dan pengatur perlu diiringi dengan penurunan konsumsi

beras.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden

No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber

Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi

pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas

daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi

beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/

terigu yang hampir seluruhnya diimpor. Sementara

konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan

pilihan pengganti padi-padian namun juga sebagai pangan

upaya

penganekaragaman

konsumsi pangan

harus berbasis sumber

pangan setempat

atau khas daerah.

hal ini agar diartikan

bahwa pengurangan

konsumsi beras tidak

dapat digantikan

dengan konsumsi

gandum/terigu yang

hampir seluruhnya

diimpor.

ROADMAP DEPTAN.indb 13 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 14: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[14] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

berpati (starchy foods) yang banyak mengandung serat dan dibutuhkan tubuh

untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu

kuning, dan sukun.

Upaya diversiifikasi konsumsi pangan tentunya akan menghadapi berbagai

tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus disertai dengan

ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis, modernisasi

dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi

masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi

pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal

seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan

beragam, bergizi seimbang dan masih aman. Sebagian masyarakat masih

memiliki prinsip “asal kenyang”. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi

masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi

tepat guna baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama

pangan lokal non beras. Melalui teknologi tepat guna dapat ditingkatkan nilai

tambah dan nilai sosial dari pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan

akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan relatif rendah.

Dengan semakin disadarinya bahwa diversifikasi konsumsi pangan merupakan

suatu tuntutan yang penting untuk dilaksanakan melalui suatu gerakan

percepatan diversifikasi konsumsi pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar

kebijakan di tingkat pusat lintas sektor dan daerah serta dukungan partisipasi

aktif pihak swasta dan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk program dan

kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk

pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.

Berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dalam rangka

percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan promosi/kampanye

dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, poster, baliho, leaflet, komik dan lain-

lain. Hampir semua provinsi dan kabupaten/kota telah mengeluarkan aturan/

ROADMAP DEPTAN.indb 14 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 15: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[15]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

edaran tentang upaya penganekaragaman konsumsi berbasis sumber daya lokal.

Pengenalan masyarakat terhadap menu pilihan pengganti beras dan terigu baik

sebagai pangan pokok maupun kudapan, dilakukan dengan melibatkan para ahli

teknologi pangan dari perguruan tinggi dan Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Di samping itu upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan dilakukan

melalui upaya pemberdayaan kelompok wanita untuk mengoptimalkan

pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayur dan buah serta budidaya ternak

kecil melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Sawut Singkong Kuning Lengkap

Mie Ubi Pelangi

ROADMAP DEPTAN.indb 15 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 16: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[16] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Keladi Isi Ubi Ungu

Kentang Golong Lengkap

Nasi Bingu Jagung Lengkap

ROADMAP DEPTAN.indb 16 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 17: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[17]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Nasi Jagung Campur

Nasi Keribang Jali

ROADMAP DEPTAN.indb 17 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 18: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[18] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

A. Latar BelakangMembangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketahanan pangan dimaksud adalah

kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,

aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu

kunci sukses Kementerian Pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan

untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok tertentu.

Hal ini didasari oleh pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih

belum beragam, bergizi seimbang, dan aman serta masih didominasi oleh beras.

Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/

hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1.236 kkal/

kap/hr) pada tahun 2011. Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani,

sayuran, buah dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan

masyarakat masih rendah yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan

(PPH) 77,3 tahun 2011 atau masih di bawah PPH yang ideal sebesar 100.

Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan

dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman

pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

pendahuluan

1

ROADMAP DEPTAN.indb 18 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 19: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[19]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi

pangan harus dilaksanakan guna menciptakan sumber daya

manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Data Human

Development Reports UNDP (United Nations Development

Programme) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

2011, mengindikasikan bahwa Indonesia dikategorikan ke

dalam Medium Human Development dan menduduki peringkat

124 dari 187 negara, sementara Singapura peringkat 26, Brunei

Darussalam peringkat 33, Malaysia peringkat 61, Thailand

peringkat 103 dan Vietnam peringkat 128.

Selain itu, masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam

pemenuhan kebutuhan pangan di masa mendatang, baik

secara nasional, regional bahkan internasional, seperti laju

pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi di

berbagai belahan dunia, serta isu perubahan iklim. Sementara,

sumber daya alam (lahan dan air) semakin terbatas, sebagai

akibat dari konversi lahan pertanian ke non pertanian,

meluasnya wilayah gurun atau penggurunan (desertification),

serta konversi bahan pangan menjadi bahan bakar.

Meroketnya harga pangan dunia pada tahun 2007 dan

2008 merupakan satu contoh nyata dari distorsi terhadap

keseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan

dunia. Oleh karena itu, berbagai upaya (dari sisi pasokan dan

permintaan) perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai

tantangan itu, salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan

sumber hayati (nabati dan hewani) yang tersedia melalui

peningkatan teknologi mulai dari budidaya, penanganan

pasca panen hingga pendistribusian serta penumbuhan

kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal

Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok

Tahun 1954 :

Pola konsumsi pangan pokok yaitu konsumsi beras mencapai 53,5%, sedangkan konsumsi ubi kayu (22,26%), jagung (18,9%) dan kentang (4,99%).

Tahun 1987:

Pola konsumsi pangan pokok sudah bergeser luar biasa yaitu konsumsi beras menjadi 81,1%, sedangkan konsumsi ubi kayu 10,02% dan jagung 7,82%.

Tahun 1999:

Perubahan pola konsumsi pangan pokok berlanjut, yaitu konsumsi jagung hanya sebesar 3,1% dan ubi kayu 8,83%

Tahun 2010:

Pangsa non beras (ubi kayu, jagung dan kentang) dalam pola konsumsi pangan pokok hampir tidak ada dan digantikan oleh konsumsi terigu naik 500% menjadi 10.92 kg/kap/tahun (dalam kurun waktu 30 tahun).

ROADMAP DEPTAN.indb 19 2/15/2013 7:35:35 PM

Page 20: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[20] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

yang mampu berkontribusi terhadap pola makan yang beragam dan bergizi

seimbang, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap

pangan pokok tertentu.

Peran industri dan swasta dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung

diversifikasi pangan masih harus ditingkatkan. Pada umumnya industri yang

bergerak di bidang pangan masih mengandalkan terigu sebagai bahan baku

utama meskipun sudah dikembangkan tepung pengganti terigu yang berbasis

sumber daya lokal seperti ubi kayu, dan banyak sumber karbohidrat dari jenis

Perkembangan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Tahun 1960 Program Perbaikan Menu Makanan Rakyat

Tahun 1969 Pemerintah mempopulerkan slogan “Pangan Bukan Hanya Beras” dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan pangan lokal, maka diperkenalkan Beras Tekad dari singkong untuk mengganti beras.

Tahun 1974 Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan (INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat disempurnakan dengan Inpres Nomor 20 Tahun 1979 tentang Menganekaragamkan Jenis Pangan dan Meningkatkan Mutu Gizi Makanan Rakyat.

Tahun 1993-1998

Program Diversifikasi Pangan dan Gizi dilaksanakan oleh Departemen Pertanian.

Tahun 1989 Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Program “Aku Cinta Makanan Indonesia”.

Tahun 1996 Undang-undang No. 7 Tentang Pangan

Tahun 2002 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan

Tahun 2009 Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal.

Tahun 2009 Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.140/10/2009, Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Tahun 2009 Undang-Undang No. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tahun 2010 Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Tahun 2010 Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan

Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi �Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015Pemerintah Provinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana �Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011

Tahun 2010 Undang-Undang No. 13 tentang Hortikultura

Tahun 2012 Undang-Undang No.18 tentang Pangan

ROADMAP DEPTAN.indb 20 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 21: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[21]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

umbi-umbian termasuk sagu dapat dijadikan bahan pangan

pokok masyarakat kedepan. Berkembangnya teknologi

pangan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh Badan

Litbang Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan

perguruan tinggi telah banyak menghasilkan paket teknologi

pangan yang berbasis kearifan lokal, menjadi produk pangan

yang dapat dikomersilkan.

Hal tersebut juga diungkapkan Presiden pada Konferensi

Dewan Ketahanan Pangan tahun 2012 dan Sidang Kabinet

Terbatas dalam Safari Ramadhan Bidang Pangan di

Kementerian Pertanian yang mengamanatkan perlunya

koordinasi dan sinergi kegiatan penelitian dan pengembangan

pengolahan pangan dengan sektor industri, agar penelitian

dapat dirasakan masyarakat khususnya dalam mendukung

program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

(P2KP) yang selama ini belum masuk dalam mainstream

pembangunan industri pangan Indonesia, sehingga perlu

dilaksanakan kegiatan kerjasama antara pemerintah dan

swasta dalam pengembangan diversifikasi pangan.

Efektivitas pangan percepatan penganekaragaman konsumsi

pangan akan tercapai apabila didukung dan berjalan seiring

dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan

lokal. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari

berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri

aneka ragam pangan yang komprehensif. Rencana bisnis dan

industri aneka ragam pangan tersebut perlu dikembangkan

untuk pemantapan pelaksanaan penganekaragaman

konsumsi pangan di berbagai daerah. Dalam rencana tersebut,

diperlukan komitmen yang kuat dari para pelaku usaha baik di

Manfaat terciptanya

budaya makan dengan

pola konsumsi pangan

beragam, bergizi

seimbang, dan aman:

Meningkatnya citra Vpangan lokal

Turut menjaga Vstabilitas pasokan dan

harga pangan

Turut menciptakan Vkesempatan kerja

dan mengurangi

kemiskinan

Turut menyumbang Vpada ketahanan

pangan global

(dengan menjadi

negara pengekspor

beras)

Meningkatkan kualitas Vhidup sehat, aktif dan

produktif

ROADMAP DEPTAN.indb 21 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 22: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[22] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Mengapa Penganekaragaman Pangan Penting

Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi seimbang, V

dan aman, serta masih didominasi oleh beras dan terigu.

Pemanfaatan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum V

optimal.

Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan V

pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49%/tahun).

Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat V

mempengaruhi kapasitas produksi pangan domestik dan global.

Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan, karena V

sifat masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat.

tingkat nasional maupun daerah untuk menyukseskan pengembangan industri

aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal.

Dampak Perubahan Iklim Global

Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang berat dalam pembangunan

dengan adanya krisis global ditambah dengan isu perubahan iklim yang semakin

dirasakan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan

Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, berkurang 890 ribu

orang atau 0,53 persen dibanding dengan penduduk miskin pada bulan yang

sama tahun 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Patut diwaspadai

perubahan iklim dapat meyebabkan meningkatnya kerentanan masyarakat

yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki kapasitas cukup dalam

menghadapi dampak perubahan iklim.

Adanya perubahan iklim global tersebut memberikan dampak pada penurunan

kapasitas produksi pangan. Di satu sisi sebagian besar negara produsen justru

cenderung mengamankan produksi pangannya untuk memenuhi kebutuhan

dan cadangan pangan domestik. Untuk itu perlu ada upaya yang dilakukan,

ROADMAP DEPTAN.indb 22 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 23: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[23]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal

sebagaimana dituangkan di dalam buku Roadmap ini.

Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 – 2015 menginformasikan situasi pola

konsumsi pangan saat ini baik di tingkat nasional maupun wilayah, tantangan

dan peluang, kebijakan, strategi dan pelaksanaan program diversifikasi pangan,

keterlibatan swasta dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program

diversikasi pangan.

B. Maksud dan TujuanRoadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 – 2015 ini merupakan acuan bagi

pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan diversifikasi pangan secara

lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan keragaman

dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia.

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Dari sisi konsumsi merupakan upaya membudayakan pola konsumsi V

pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk mendukung

hidup sehat, aktif, dan produktif;

Dari sisi pengembangan bisnis pangan memberi dorongan dan insentif V

pada rantai bisnis pangan yang lebih beragam dan aman yang berbasis

sumber daya lokal;

Pada sisi produksi mendorong pengembangan berbagai ragam V

produksi pangan, dan menumbuhkan beragam usaha pengolahan

pangan (rumah tangga, UMKM, swasta);

Dari sisi kemandirian pangan akan dapat mengurangi ketergantungan V

nasional terhadap pangan impor, dan secara mikro mengurangi

ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan tertentu, serta

mendorong setiap wilayah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya

pangan setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk;

Dari sisi swasembada akan lebih menjamin dicapainya swasembada V

pangan berbasis potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan.

ROADMAP DEPTAN.indb 23 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 24: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[24] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

A. Kondisi Umum1. Kondisi Gizi Masyarakat

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional

prevalensi kurang gizi pada balita (berat badan menurut umur) sebesar 17,9

persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 18,4 persen.

Hal yang sama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun

2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010 dan prevalensi pendek pada balita adalah

35,6 persen tahun 2010, menurun dari 36,7 persen pada tahun 2007. Penurunan

juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus

menurun dari 13,6 persen tahun 2007 menjadi 13,3 persen tahun 2010.

Gambar 1. Status Gizi Balita di Indonesia

Kondisi pola & konsumsi Pangan

Saat ini

2

ROADMAP DEPTAN.indb 24 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 25: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[25]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita,

tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang

memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Untuk

prevalensi pendek pada balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi

diatas prevalensi nasional, dan untuk prevalensi anak kurus teridentifikasi 19

provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional.

Sumber: Riskesdas, 2010.

Gambar 2. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2010

Disamping itu, data yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi

(RAN-PG) juga menggambarkan kondisi yang beragam antar provinsi berdasarkan

data Riskesdas tahun 2010 dan data proporsi penduduk sangat rawan pangan

yang bersumber dari Susenas 2009. Kondisi ini merupakan dasar pertimbangan

dalam menyusun perencanaan khususnya terkait dengan intervensi pemerintah

yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan pangan dan gizi di provinsi

bersangkutan. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita

Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan dapat dilihat pada matriks

berikut.

ROADMAP DEPTAN.indb 25 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 26: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[26] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabel 1. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan

StatusProporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan ≤ 14,47 persen

Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan > 14,47 persen

Persentase Pendek pada Anak Balita ≤ 32 persen

Strata 1Kepulauan Riau,Bengkulu, danBali.

Strata 2Bangka Belitung,Jambi,Kalimantan Timur,DI Yogyakarta,DKI Jakarta,Sulawesi Utara,Maluku Utara, dan Papua.

Persentase Pendek pada Anak Balita > 32 persen

Strata 3Aceh,Sumatera Barat,Riau,Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan,Banten,Jawa Barat,Sulawesi Selatan,Sulawesi Barat, danNusa Tenggara Barat.

Strata 4Sumatera Utara,Sumatera Selatan,Lampung,Kalimatan Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur,Gorontalo,Sulawesi Tengah,Sulawesi Tenggara,Nusa Tenggara Timur,Maluku, dan Papua Barat.

Sumber : - Data anak balita yang pendek berasal dari Riskesdas 2010 - Data proporsi penduduk sangat rawan pangan berasal dari Susenas 2009Catatan : Kondisi sangat rawan pangan adalah tingkat konsumsi energi rata-rata dibawah 1400

kkal/kap/hari.

ROADMAP DEPTAN.indb 26 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 27: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[27]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

2. Situasi Konsumsi Pangan Masyarakat

a. Situasi Konsumsi Pangan Nasional

Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat dapat bergeser dengan cukup

dinamis, dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi sosial, budaya dan ekonomi,

preferensi dan ketersediaan. Namun sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan

Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman

konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau pangan lokal.

Pengurangan konsumsi beras juga harus disertai dengan pengurangan konsumsi

gandum/terigu yang seluruhnya diimpor. Konsumsi beras sebagai sumber

karbohidrat dapat disubsitusi dengan karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi

masyarakat berdasarkan kearifan lokal antara lain: jagung, sorghum, hotong,

jali, sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Perbandingan

komposisi capaian pola pangan harapan berdasarkan data Susenas tahun 2011

dengan PPH, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Pangsa Kelompok Pangan Terhadap Pencapaian Skor PPH pada Tahun 2011 dan PPH

ROADMAP DEPTAN.indb 27 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 28: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[28] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Perkembangan situasi konsumsi pangan pada tahun 2011 secara kuantitas

dan kualitas belum memenuhi kondisi konsumsi energi menurut PPH untuk

memenuhi kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari. Perincian realisasi

kontribusi energi (pangan) penduduk Indonesia tahun 2011 diuraikan pada Tabel

2. Berdasarkan komposisinya, pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia

masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk mencapai

kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, maka di tahun mendatang harus

ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/

biji berminyak, serta sayur dan buah (penganekaragaman konsumsi secara

horizontal) pada proporsi yang direkomendasikan oleh PPH. Peningkatan kualitas

konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu

konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis

padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-

padian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan

hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan

olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan).

Penghitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) didasarkan pada triguna makanan sesuai diagram di bawah ini.

ROADMAP DEPTAN.indb 28 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 29: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[29]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Konsumsi jagung dalam kelompok padi-padian masih rendah dibanding

konsumsi jenis padi-padian lain (beras dan terigu). Begitu juga dengan konsumsi

jenis umbi-umbian terutama sagu dan jenis umbi lainnya masih rendah. Konsumsi

pangan sumber protein hewani lebih banyak bersumber dari ikan, daging unggas

dan telur. Kacang kedelai memiliki proporsi konsumsi yang lebih tinggi sebagai

sumber protein nabati utama dalam pola konsumsi pangan penduduk selama

tahun 2011. Komoditas minyak sawit dan kelapa merupakan jenis pangan dari

kelompok minyak/lemak serta buah/biji berminyak yang memiliki proporsi

konsumsi cukup besar dalam sumbangan energi pola konsumsi penduduk

nasional. Gambaran konsumsi ini menunjukkan bahwa konsumsi penduduk

Indonesia masih didominasi pangan sumber energi (serealia, minyak/lemak,

dan buah/biji berminyak), dan masih kurang konsumsi pangan sumber vitamin

mineral, serta kurang konsumsi buah-buahan (Tabel 3).

Sumber : Susenas 2011 Triwulan I; BPS diolah Pusat PKKP – BKPKeterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004)

- Energi : Dalam kkal - Gram : Untuk berat jenis pangan menurut kelompok- AKG : Angka Kecukupan Gizi

Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Berdasarkan PPH

No Kelompok PanganKonsumsi Th. 2011 PPH

Gram Energi%

AKGSkor PPH

Gram Energi%

AKGSkor PPH

1. Padi-padian 315,9 1.236 61,8 25,0 275 1.000 50,0 25,0

2. Umbi-umbian 40,0 53 2,6 1,3 100 120 6,0 2,5

3. Pangan hewani 95,9 168 8,4 16,8 150 240 12,0 24,0

4. Minyak dan lemak 22,8 204 10,2 5,0 20 200 10,0 5,0

5. Buah/biji berminyak 6,0 33 1,6 0,8 10 60 3,0 1,0

6. Kacang-kacangan 22,7 56 2,8 5,6 35 100 5,0 10,0

7. Gula 22,2 81 4,1 2,0 30 100 5,0 2,5

8. Sayur dan buah 197,3 83 4,2 20,8 250 120 6,0 30,0

9. Lain-lain 61,2 39 1,9 - - 60 3,0 -

Total 1.952 97,6 2.000 100,0

Skor PPH 77,3 100

ROADMAP DEPTAN.indb 29 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 30: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[30] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Kelompok Bahan Pangan Konsumsi Tahun 2011Energi (kkal/

kap/hari)gram/kap/hari kg/kap/thn

I. Padi-padian 1236 a. Beras 996 281,7 102,8 b. Jagung 12 4,3 1,6 c. Terigu 228 29,9 10,9II. Umbi-umbian 53 a. Singkong 33 27,6 10,1 b. Ubi jalar 10 8,1 3,0 c. Kentang 2 4,3 1,6 d. Sagu 4 1,3 0,5 e. Umbi lainnya 2 1,8 0,7III. Pangan Hewani 168 a. Daging ruminansia 15 5,5 2,0 b. Daging unggas 39 13,0 4,8 c. Telur 27 19,6 7,1 d. Susu 29 5,7 2,1 e. Ikan 57 52,0 19,0IV. Minyak dan Lemak 204 a. Minyak kelapa 36 4,1 1,5 b. Minyak sawit 163 18,1 6,6 c. Minyak lainnya 5 0,6 0,2V. Buah/biji berminyak 33 a. Kelapa 27 5,1 1,9 b. Kemiri 6 0,9 0,3VI. Kacang-kacangan 56 a. Kedelai 47 20,7 7,6 b. Kacang tanah 6 0,9 0,3 c. Kacang hijau 2 0,8 0,3 d. Kacang lain 1 0,3 0,1VII.Gula 81 a. Gula pasir 74 20,2 7,4 b. Gula merah 7 2,0 0,7VIII. Sayuran dan buah 83 a. Sayur 44 133,7 48,8 b. Buah 39 63,6 23,2IX. Lain-lain 39 a. Minuman 29 49,9 18,2 b. Bumbu-bumbuan 10 11,3 4,1

Tabel 3. Konsumsi Berdasarkan Kelompok Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011

Sumber: Susenas 2011 triwulan I, BPS diolah BKP

ROADMAP DEPTAN.indb 30 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 31: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[31]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

b. Situasi Konsumsi Pangan Wilayah

Seperti halnya kondisi nasional, situasi konsumsi di beberapa provinsi juga belum

mencapai keberagaman dan keseimbangan, hal ini dilihat dari skor mutu pangan

(skor Pola Pangan Harapan) yang masih jauh di bawah ideal. Berdasarkan hasil

olah data Susenas-BPS tahun 2011, skor mutu pangan tertinggi sebesar 86,8

dicapai oleh Provinsi Bali, dan skor mutu pangan terendah terdapat di Provinsi

Papua sebesar 69,6 pada tahun 2011 (Gambar 4).

Umumnya hampir seluruh provinsi belum memiliki pola konsumsi pangan yang

beragam dan bergizi seimbang. Hanya sembilan provinsi yang mampu mencapai

skor mutu pangan diatas 80. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan

beragam, dan bergizi seimbang belum menjadi pola konsumsi pangan penduduk

rata-rata nasional. Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh sumber

karbohidrat terutama padi-padian yaitu proporsi beras menempati porsi yang

besar dalam menu makanan sebagian besar penduduk provinsi secara nasional.

Tabel 4. Pembagian Kelompok Wilayah Berdasarkan Skor PPH dan Tingkat Konsumsi Beras Tahun 2011

ROADMAP DEPTAN.indb 31 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 32: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[32] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

(Sumber: Susenas 2011 Triwulan I, BPS diolah BKP)

Gambar 4. Capaian Skor PPH per Provinsi Tahun 2011

Konsumsi di beberapa sentra produksi cenderung memiliki kualitas konsumsi

pangan penduduk yang rendah yaitu seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB memiliki skor mutu pangan dibawah

skor PPH sebesar 77. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan yang

memadai di suatu wilayah belum menjamin konsumsi pangan yang berkualitas,

karena pola konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan pola perilaku,

pengetahuan gizi, preferensi, maupun budaya makan penduduk.

ROADMAP DEPTAN.indb 32 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 33: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[33]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

B. Pola Konsumsi1. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat

Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010)

umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola

konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagian besar (22 provinsi

dari 33 provinsi) di Indonesia memiliki pola konsumsi beras-terigu, sedangkan 11 provinsi

lainnya memiliki pola konsumsi beras-terigu-ubi kayu (Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku

Utara), beras-jagung-ubi kayu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), beras-jagung-terigu

(Provinsi Gorontalo), beras-terigu-ubi kayu-sagu (Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku),

dan beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu (Provinsi Papua). Pola konsumsi pangan pokok

Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat tidak terpantau karena

data SUSENAS tahun 2005 untuk provinsi tersebut tidak tersedia.

Pada tahun 2007, pola konsumsi pangan pokok tidak banyak mengalami perubahan

dibandingkan dengan tahun 2005. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi

pangan pokok beras-terigu dan hanya Provinsi Gorontalo pola konsumsinya beras-

jagung. Provinsi Lampung mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok dari

beras-terigu pada tahun 2005 menjadi beras-terigu-ubi kayu pada tahun 2007. Provinsi

Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu.

Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok

menjadi beras-terigu-sagu. Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi

pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar, dan hanya Provinsi Papua dengan pola

konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi Provinsi

Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.

Pada tahun 2008, pola konsumsi pangan pokok tidak mengalami perubahan

yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007. Terdapat 24 provinsi dengan

pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Lampung dan Maluku Utara

memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu, sedangkan Provinsi

Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-

ROADMAP DEPTAN.indb 33 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 34: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[34] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

terigu, dan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pola konsumsi pangan

pokok beras-jagung-ubi kayu. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami

perubahan pola konsumsi, diantaranya Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi

beras-terigu-ubi kayu-sagu, Provinsi Papua menjadi beras-terigu-ubi jalar-sagu

dan Provinsi Maluku menjadi beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi

pangan pokok provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.

Pola konsumsi pangan pokok tahun 2009 mengalami beberapa perubahan

dibandingkan tahun 2008. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi beras-terigu.

Provinsi Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Barat mengalami perubahan pola konsumsi

menjadi beras-terigu, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami perubahan

pola konsumsi menjadi beras-jagung. Terdapat 5 provinsi di wilayah Indonesia Timur

yang memiliki pola konsumsi tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola

konsumsi beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-terigu-

ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-

sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu.

Pola konsumsi pangan pokok tahun 2010 tidak mengalami perubahan

dibandingkan dengan tahun 2009. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi

pangan pokok beras-terigu. Provinsi Nusa Tenggara Timur pola konsumsinya

beras-jagung. Terdapat lima provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki

pola konsumsi pangan pokok tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan

pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola

konsumsinya beras-terigu-ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola

konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya

beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5

berikut dan Lampiran 1 (Tabel 1.1.).

ROADMAP DEPTAN.indb 34 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 35: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[35]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

2. Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein

Pola konsumsi pangan sumber protein nasional selama lima tahun terakhir

didominasi oleh ikan, kacang kedele, daging unggas dan telur. Pangan sumber

protein penduduk Indonesia sebagian besar bersumber dari pangan hewani yaitu

ikan. Indonesia dengan wilayah lautan yang luas menjadi potensi penyediaan

ikan yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan protein penduduk.

Konsumsi ikan yang telah menjadi pola di hampir sebagian besar wilayah

Indonesia didorong oleh keterjangkauan secara ekonomi yaitu harga ikan lebih

terjangkau di seluruh tingkat pendapatan masyarakat. Kontribusi ikan dalam pola

konsumsi pangan sumber protein rata-rata sebesar 40 persen selama tahun 2005

-2010. Sumbangan protein yang cukup besar ini menjadikan asupan konsumsi

protein asal pangan hewani dapat dipenuhi (Tabel 5).

Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi selama tahun 2005 – 2010 lebih

didominasi oleh pangan hewani dibanding nabati. Sejak tahun 2007 semua

komoditas pangan hewani telah menjadi tren konsumsi pangan penduduk

Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginya preferensi masyarakat terhadap

pangan hewani dibanding pangan sumber protein nabati. Selama lima tahun

terakhir dari semua jenis pangan sumber protein nabati, hanya kacang kedelai

yang memiliki tren konsumsi yang tinggi dibanding jenis kacang-kacangan

lainnya. Kontribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipatnya dibanding rata-rata

konsumsi kacang tanah, dan hampir 6 kali lipat dibanding rata-rata konsumsi

kacang hijau. Untuk itu, diperlukan upaya lebih maksimal untuk meningkatkan

konsumsi kacang-kacangan dalam rangka diversifikasi konsumsi pangan. Namun

di sisi lain, konsumsi jenis kacang-kacangan lain seperti kacang mete, kacang

merah, dan sebagainya, sudah banyak dikonsumsi di Indonesia namun belum

tercatat sehingga pola konsumsi pangan sumber protein asal pangan nabati

masih kurang.

ROADMAP DEPTAN.indb 35 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 36: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[36] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Gam

bar

5. P

ola

Kon

sum

si P

anga

n Su

mb

er K

arb

ohid

rat

Ind

ones

ia T

ahun

201

0

ROADMAP DEPTAN.indb 36 2/15/2013 7:35:36 PM

Page 37: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[37]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan

dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat

dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.

Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama 2005 –2010

No Jenis PanganKontribusi Konsumsi (% AKP)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1Daging ruminansia

4.6 4.3 5.1 5.3 5.3 5.5

2 Daging unggas 10.3 8.8 11.0 11.1 11.0 11.9

3 Telur 9.2 9.1 9.3 9.1 9.7 10.5

4 Susu 3.7 4.0 5.4 5.4 5.3 5.2

5 Ikan 42.3 42.2 38.6 42.2 41.7 41.3

6 Kedelai 23.8 27.2 24.7 22.4 23.2 21.7

7 Kacang tanah 3.7 2.6 4.0 2.7 2.3 2.5

8 Kacang hijau1.9 1.5 1.5 1.4 1.1 1.0

9 Kacang lain0.5 0.3 0.4 0.4 0.5 0.4

POLA KONSUMSI

Ikan

Kedelai

Telur

D.Unggas

Ikan

Kedelai

Telur

D.Unggas

Ikan

Kedelai

D.Unggas

Telur

Susu

D.Ruminansia

Ikan

Kedelai

D.Unggas

Telur

Susu

D.Ruminansia

Ikan

Kedelai

D.Unggas

Telur

Susu

D.Ruminansia

Ikan

Kedelai

D.Unggas

Telur

D.Ruminansia

Susu

Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP

3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral

Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya

didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang

dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan

ROADMAP DEPTAN.indb 37 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 38: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[38] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin

yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan,

dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi

tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam

pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin

mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005,

sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat

dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral (Tabel 6).

Tabel 6. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Tahun 2005-2010

NoJenis

Pangan

Kontribusi Konsumsi (%AKE)

2005 2007 2008 2009 2010

1 Daun Ubi Kayu 8.3 8.7 9.6 9.8 7.5

2 Rambutan 7.5 4.8 7.1 5.0 4.0

3 Duku 3.0 5.1 1.1 0.7 4.1

4 Salak 5.3 4.2 6.5 5.3 4.3

5 Pisang Lain2 16.0 16.2 17.3 17.2 15.0

6 Gado-gado 6.6 - - - 6.4

POLA

KONSUMSI

-Pisang Lain2

- Daun Ubi K.

(ketela pohon)

- Gado-gado

- Rambutan

Salak

- Pisang

Lain2

- Daun Ubi K.

(ketela pohon)

- Duku

- Pisang

Lain2

- Daun Ubi K.

(ketela pohon)

- Rambutan

- Salak

- Pisang

Lain2

- Daun Ubi K

(ketela pohon)

- Salak

- Rambutan

- Pisang

Lain2

- Daun Ubi K.

(ketela pohon)

- Gado-gado

Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP

Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral

penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang

bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap

keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber

vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis

sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa

dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat

terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi

ROADMAP DEPTAN.indb 38 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 39: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[39]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman

sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari.

Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura

bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi

hortikultura masyarakat melalui: (a) penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran

sebagai produk pangan pokok; (b) penetapan target pencapaian angka konsumsi

buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan

(c) pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau

daerah.

Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan

buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong

sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya.

Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka

konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar

kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar

komposisi Pola Pangan Harapan (PPH). Standar konsumsi sayur dan buah

berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gram/kap/hari.

Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih

dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah

bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal (kurikulum

pendidikan), maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh

lapisan masyarakat.

Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi

banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan

kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5.

***

ROADMAP DEPTAN.indb 39 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 40: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[40] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

A. TantanganTantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversifikasi konsumsi

pangan, adalah:

1. Meningkatnya jumlah penduduk

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk

Indonesia adalah 1,3% per tahun, sehingga pada tahun 2009 penduduk Indonesia

diprakirakan sejumlah 231.369.500 jiwa. Namun berdasarkan sensus penduduk

tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa,

meningkat sebesar 2,67% dari prakiraan jumlah penduduk tahun 2009.

Laju pertumbuhan jumlah penduduk ini menuntut adanya ketersediaan pangan

dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau dan tersedia di setiap saat, hal ini

merupakan tantangan yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kebijakan

pemerintah yang masih lebih terfokus kepada penyediaan beras (pangan

pokok) tanpa disertai pertimbangan yang memadai bagi peningkatan produksi/

pengadaan pangan yang berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian

yang selain dapat berfungsi sebagai sumber karbohidrat, juga sumber serat.

Mengonsumsi beras tetap harus dilengkapi dengan umbi-umbian karena dapat

melengkapi fungsi gizi dari beras.

TAnTAnGAn, peRmASAlAHAn DAn

pelUAnG

3

ROADMAP DEPTAN.indb 40 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 41: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[41]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

2. Globalisasi perdagangan dan pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang lebih instan

Semakin terbukanya perdagangan global dan dihapuskannya hambatan

perdagangan berakibat pada menjamurnya produk pangan impor dengan jenis-

jenis pangan yang tidak seluruhnya dapat dikembangkan di dalam negeri. Aneka

pangan impor baik bahan mentah (gandum, aneka sayuran, aneka buah, daging,

ikan, susu, dan sebagainya), hingga berbagai jenis pangan siap saji tinggi lemak

dan gula namun rendah serat dan karbohidrat kompleks membawa perubahan

pada semakin banyaknya jenis-jenis pangan yang tidak dapat diproduksi secara

lokal namun masuk dalam pola konsumsi pangan. Menjamurnya restoran yang

menyajikan makanan siap saji ini telah menggeser kebiasaan makan di rumah

dan konsumsi pangan tinggi serat rendah gula yang biasa disiapkan di rumah.

Disamping itu seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi, peningkatan

status sosial-ekonomi masyarakat yang diikuti dengan gaya hidup yang lebih

“modern” yang menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mendorong

pemilihan konsumsi makanan serba instant. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi

perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah

gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).

3. Masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral serta tingginya konsumsi beras dan terigu

Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat yang masih didominasi oleh beras/padi,

perlu mendapat perhatian dengan menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan

konsumsi umbi-umbian dari kelompok sumber karbohidrat. Di samping itu, perlu

pula meningkatkan konsumsi produk ternak dan ikan sebagai sumber protein;

serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.

Kualitas konsumsi masyarakat pada tahun 2010 untuk kelompok pangan hewani serta

sayuran dan buah masih di bawah target Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagai contoh,

kontribusi kelompok pangan hewani (sebagai salah satu sumber protein) terhadap

ROADMAP DEPTAN.indb 41 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 42: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[42] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

skor PPH masih 16,1 sedangkan skor idealnya adalah sebesar 24,0. Rendahnya

konsumsi protein hewani sangat erat hubungannya dengan daya beli masyarakat.

Namun protein nabati dari kacang-kacangan seperti kedelai, dapat menjadi alternatif

untuk memenuhi kebutuhan protein dan pola makan namun ketersediaan aneka

kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, relatif masih kurang memadai.

4. Penggunaan bahan baku pangan lokal masih terkendala dengan masalah kontinuitas ketersediaan yang belum stabil dan mutunya sangat beragam.

Di tataran produsen maupun petani, belum dapat menjamin secara penuh untuk

menjaga kesinambungan tersedianya bahan baku pangan lokal secara terus –menerus

sepanjang waktu. Ketersediaan bahan baku pangan lokal masih sangat dipengaruhi

oleh faktor musim panen. Pada saat panen tiba, bahan baku pangan lokal melimpah di

pasaran, namun sebaliknya jika bukan musimnya akan sangat sulit didapatkan.

Dalam kondisi seperti ini diperlukan investasi untuk memproduksi bahan baku

pangan lokal secara lebih berkesinambungan dan menghasilkan produk yang

memenuhi kebutuhan standar yang diinginkan oleh industri dan mempunyai

daya simpan, sehingga ketersediaannya terdistribusi sepanjang tahun. Pola

kemitraan antara pihak industri dan petani produsen merupakan solusi saling

menguntungkan yang perlu dikembangkan. Disamping itu untuk menjamin

kontinuitas produksi, pendekatan dengan pengembangan food estate juga cukup

baik, terutama di luar Jawa. Perlu ada upaya membangun sinergitas di antara

sektor hilir (industri pengolah) dengan sektor hulu (produsen) agar suplai bahan

baku dapat lebih terjamin, dan industri pengolah dapat merencanakan produksi

dengan standar kualitas yang lebih baik.

5. Kebijakan produksi pertanian belum mempertimbangkan kecukupan gizi

Program pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan masyarakat secara luas

yang dilaksanakan selama ini masih bersifat kuantitas, belum mempertimbangkan

kebutuhan gizi. Perencanaan produksi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi

ROADMAP DEPTAN.indb 42 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 43: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[43]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

pola konsumsi masyarakat yang bisa berbeda antar daerah. Pola Pangan

Harapan harus menjadi patokan dalam merencanakan produksi komoditas yang

akan dikembangkan sesuai dengan sumber daya setempat. Kebijakan yang

ada selama ini masih mengacu pada peningkatan swasembada yang hanya

mempertimbangkan kondisi supply demand secara agregat di tingkat nasional,

tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi pangan secara beragam dan

bergizi seimbang, di tiap wilayah.

Pada perkembangan selanjutnya, pelaksanaan P2KP tahun 2012 mulai dikenalkan

Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Sebagai contoh adalah beras

analog yang diproduksi menggunakan berbagai jenis bahan baku lokal seperti

ubi kayu, sagu, sorgum, jagung, dan sebagainya yang sekaligus diperkaya dengan

zat gizi sumber vitamin dan mineral dalam proses fortifikasi, agar kandungan

gizinya tidak kalah dengan yang ada pada beras. Produk yang dihasilkan dari

kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan lokal sehingga

dapat dijadikan bahan pengganti beras dalam program subsidi pangan bagi

masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini disebut RASKIN.

6. Perubahan iklim

Dampak pemanasan global yang menyebabkan timbulnya perubahan iklim

mengancam tersedianya bahan pangan di tingkat produksi. Pangan pokok

yang selama ini dikonsumsi masyarakat secara umum dikhawatirkan dapat

mengalami kegagalan panen akibat tidak dapat diprediksinya musim hujan

yang dapat menyebabkan sulitnya pengairan. Kondisi cuaca yang ekstrim

juga dikhawatirkan dapat mengganggu produksi pangan khususnya terhadap

komoditas pangan yang selama ini menjadi pangan pokok. Hal ini memerlukan

strategi perencanaan produksi pangan yang beradaptasi dengan perubahan

iklim tersebut. Ketergantungan pada satu jenis komoditi seperti beras akan

menimbulkan masalah karena harus mencari varietas-varietas baru yang sesuai

dengan kondisi perubahan iklim. Padahal banyak spesies sumber karbohidrat

selain beras yang diproduksi oleh masyarakat sesuai dengan kearifan lokal.

ROADMAP DEPTAN.indb 43 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 44: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[44] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

B. Permasalahan1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya

konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman

Saat ini pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam bergizi

seimbang dan aman masih kurang. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip

“asal kenyang”. Kondisi ini akan menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi

yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada gizi kurang maupun gizi lebih.

Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan bermacam permasalahan seperti

salah pemilihan jenis dan jumlah makanan, cara mengolah bahan makanan yang

kurang tepat, sehingga banyak zat gizi yang hilang serta kurangnya kesadaran

dalam memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.

2. Terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap inovasi teknologi

Pengembangan teknologi tepat guna sangat diperlukan baik untuk memproduksi

maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras, guna

meningkatkan nilai tambah dan nilai sosialnya. Namun ketersediaan dan akses

terhadap teknologi semacam itu diindikasikan kurang memadai. Disamping itu,

teknologi yang dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan

tinggi juga belum bebas diakses oleh para pelaku usaha.

Kondisi keterbatasan di atas, akan menjadi hambatan bagi pengembangan pangan

lokal. Peran perguruan tinggi menjadi penting dalam mengatasi permasalahan

keterbatasan ketersediaan dan akses terhadap teknologi pangan lokal.

3. Keberagaman varietas yang ditanam oleh masyarakat.

Sebagaimana kondisi Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati nomor

dua di dunia, begitu juga dengan varietas tanaman pangan lokal yang dimiliki

memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Namun

untuk keperluan industri pengolahan maka perlu ditentukan jenis varietas yang

ROADMAP DEPTAN.indb 44 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 45: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[45]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

ditanam petani dan sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan agar

produk olahannya dapat dibuat dengan standar kualitas dan kemasan yang lebih

baik.

4. Kurangnya dukungan permodalan untuk produksi maupun untuk pengolahan karena skim kredit yang ada belum dapat digunakan untuk pengembangan bahan baku pangan lokal.

Modal merupakan hal yang sangat utama untuk keberlanjutan usaha. Selama ini,

para petani dan pengolah tepung yang berbahan baku lokal seperti ubi kayu,

sagu, ganyong, dan lain sebagainya merasa kesulitan dalam mengajukan modal

kepada lembaga keuangan, seperti perbankan, koperasi maupun fasilitas kredit

yang ditawarkan pemerintah lainnya. Kelompok dan jenis usaha yang dilakukan

belum cukup meyakinkan lembaga keuangan untuk mendapatkan dana sebagai

bantuan modal.

5. Harga bahan baku pangan lokal masih belum stabil dan relatif lebih tinggi daripada harga terigu, sehingga harga produk akhir juga cenderung lebih tinggi.

Kontinuitas ketersediaan bahan baku sangat berpengaruh pada harga. Semakin

banyak permintaan dan penawaran sedikit, maka harga bahan baku pangan lokal

cenderung mahal, begitu pula sebaliknya. Pada musim panen, harga cenderung

turun. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi harga yang sangat signifikan dan

merugikan petani maupun para pelaku usaha dan industri. Untuk itu perlu ada

kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pelaku

usaha industri pangan untuk menjamin kontinuitas pasokan dan harga yang adil

bagi kedua belah pihak.

6. Belum ada jaminan keamanan produk pangan lokal yang dihasilkan

Upaya pemerintah dalam memenuhi hak konsumen untuk dapat mengakses produk

pangan lokal yang aman hingga saat ini belum dapat terpenuhi karena belum adanya

jaminan keamanan produk pangan lokal yang beredar. Padahal, jaminan keamanan

ROADMAP DEPTAN.indb 45 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 46: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[46] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

produk pangan merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat faktor yang berpotensi

sebagai pembawa resiko dapat muncul dalam setiap titik pada rantai pangan, mulai dari

produksi, distribusi, dan pengolahan hingga siap untuk dikonsumsi. Faktor keamanan

produk pangan dapat dinilai dari sumber resiko dan dampaknya terhadap kesehatan

manusia. Secara umum, jaminan keamanan produk pangan harus mampu melindungi

masyarakat terutama dari pangan yang tidak aman atau tercemar oleh cemaran kimia,

biologi, dan fisik. Namun demikian, sampai dengan saat ini jaminan keamanan produk

pangan masih bersifat ”partial”, seperti upaya peningkatan ketersediaan produk Prima 3

dan mengoptimalkan hasil uji terhadap produk pangan (uji terhadap pestisida, mikroba,

dan logam berat), belum mengarah kepada kawasan pangan yang aman.

Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996 yang telah diganti dengan Undang-

Undang No.18 Tahun 2012 tentang pangan menekankan pentingnya keamanan

pangan baik untuk pangan segar, pangan olahan dan pangan siap saji. Kementerian

Pertanian bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan keamanan

pangan segar (sayur, buah, daging, telur dan susu). Pelaksanaan penanganan

keamanan pangan segar mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun

2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

C. Peluang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar

termasuk umbi-umbian. Kebanyakan komoditi ini tersedia secara tradisional dan

dibudidayakan secara sederhana di lahan kering dan tadah hujan. Di beberapa

daerah pangan lokal selain beras sejak dulu telah menjadi pangan pokok seperti

sagu dan umbi-umbian di Maluku dan Papua, jagung di Madura, Jawa Timur dan

beberapa daerah di Nusa Tenggara serta ubi kayu di daerah pegunungan di Jawa

Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Daerah yang memiliki potensi pangan

pilihan selain beras dapat dilihat pada Lampiran 2 (Gambar 2.1.–2.4). Pangan

lokal memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan dengan nasi/beras.

Kandungan gizi beberapa pangan lokal sebagai berikut:

ROADMAP DEPTAN.indb 46 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 47: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[47]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Tiwul

ubi kayu

1. Pangan Sumber Karbohidrat

Jagung. Produksi jagung Indonesia terus meningkat. Data

BPS menunjukkan dalam periode 1990–2011, produksi jagung

meningkat dari 6,73 juta ton menjadi 17,64 juta ton atau

peningkatan dengan laju 5,34 persen per tahun. Peningkatan

luas areal pertanaman jagung meningkat dari sekitar 3,15 juta

ha menjadi 3,86 juta ha, dengan laju 1,49 persen per tahun;

dan peningkatan produktivitas dari 2,13 ton/ha menjadi 4,56

ton/ha atau peningkatan dengan laju 3,74 persen per tahun

(Lampiran 3; Tabel 3.1. – 3.2.)

Produk pangan olahan dari bahan jagung bukan lagi

menjadi bahan pangan yang ‘inferior’, terutama dengan

berkembangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Produk pangan dari jagung seperti gula jagung dan minyak

jagung diyakini dapat menurunkan kadar gula darah dan non

kolesterol.

Ubi kayu. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu dapat

dikonsumsi dalam bentuk langsung maupun makanan olahan

yang berasal dari tepung.

Tanaman ubi kayu relatif mudah dibudidayakan, dapat

dibudidayakan pada ketinggian dari 0 sampai 1500 m dpl

dengan curah hujan antara 750 – 1.000 mm per tahun. Ubi

kayu juga dapat diusahakan pada segala jenis tanah asal

mempunyai drainase yang baik, dengan pH tanah yang

dikehendaki antara 4,5 sampai 8,0. Penanaman ubi kayu

dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan

tanaman lain.

Mie Jagung

Jagung Bose (Pangan Lokal ntt)

Jagung

Skotel Jagung

ROADMAP DEPTAN.indb 47 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 48: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[48] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Ubi kayu mempunyai prospek menjadi sumber bahan pangan

pilihan dalam diversifikasi pangan, beberapa keunggulan

dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman ini sudah dikenal dan

dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai

bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada

musim paceklik; b) masyarakat Pulau Jawa khususnya di

pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya

dalam bentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan gizinya

cukup tinggi; dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan

atau lahan yang marginal dan beriklim kering.

Dalam periode 1990 – 2011, produksi ubi kayu meningkat dari

15,83 juta ton menjadi 24,04 juta ton atau peningkatan dengan

laju 2,18 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut

terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas. Dalam

tahun 1990 - 2011 produktivitas ubi kayu meningkat dengan

laju 2,57 persen per tahun yaitu dari 12,07 ton/ha 20,29 ton/

ha; sementara luas areal pertanaman ubi kayu cenderung

menurun dari 1,31 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,18

juta ha, atau penurunan dengan laju (0,38) persen per tahun

(Lampiran3; Tabel 3.3. – 3.5.).

Ubi jalar. Sebagai sumber bahan pangan yang mempunyai

potensi tinggi namum belum didayagunakan secara maksimal.

Di Indonesia, penggunaan tepung ubi jalar memang belum

sebanyak di luar negeri. Kondisi ini merupakan peluang bagi

pengembangan ubi jalar. Indonesia termasuk lima besar

negara penghasil ubi jalar terbesar di dunia, dengan produksi

2 juta ton per tahun.

Brownies cassava

Beras analog

ubi jalar

Bebilar (beras ubi jalar)

ROADMAP DEPTAN.indb 48 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 49: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[49]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Produksi ubi jalar terus meningkat, pada tahun 1990 – 2011

produksi ubi jalar Indonesia meningkat dari 1,97 juta ton

menjadi 2,19 juta ton atau peningkatan dengan laju 0,82

persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut terjadi

terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas, yaitu

peningkatan sebesar 1,30 persen per tahun, dari produktivitas

sebasar 9,44 ton per hektar di tahun 1990 menjadi 12,32 ton

per hektar. Sementara luas panen ubi kayu nasional justru

cenderung menurun. Dalam tahun 1990-2011 luas panen

menurun dari 208,73 ribu hektar menjadi 178,12 ribu hektar

(Lampiran 3; Tabel 3.6. – 3.7.).

Talas. Tanaman pangan yang bersifat menahun. Talas bisa

dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi

pantai sampai pegunungan yang terletak 1.000 – 1.300 m di

atas permukaan laut baik liar maupun dibudidayakan. Saat ini

daerah yang dikenal sebagai sentra Talas adalah Bogor, Banten

dan Malang. Beberapa jenis talas yang dapat dikonsumsi telah

dikenal seperti talas sutera, talas bentul, talas ketan, talas

paris, talas loma, talas pandan, talas lampung, talas mentega,

talas gambir atau talas hideung (Sunda = hitam).

Tanaman talas relatif mudah ditanam di hampir semua jenis

tanah dan juga dapat ditumpangsarikan. Budidaya tanaman

talas dapat menghasilkan produksi yang baik pada lingkungan

bersuhu 21° C -27° C, kelembaban udara 50% - 90%, adanya

sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun.

Pada kondisi optimal, hasil produksi dapat mencapai 10 ton/

hektar. Di sisi lain, di samping dikonsumsi sebagai makanan

pokok dan makanan tambahan karena mengandung

karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, tanaman yang

Roll cake ubi ungu

Es krim ubi jalar ungu

Talas

Perkedel talas

ROADMAP DEPTAN.indb 49 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 50: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[50] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

mengandung asam perusi atau asam biru ini, juga memiliki nilai ekonomi tinggi.

Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan inferior, dalam bentuk

tepung bahan baku talas dapat dibuat produk makanan bernilai tinggi.

Sagu. Sumber bahan pangan lain yang yang telah dimanfaatkan di beberapa daerah

di Indonesia adalah sagu (Metroxylon sp). Bersadarkan data dari berbagai sumber yang

dirangkum Bintoro (2000), taksiran luas area sagu di Indonesia berkisar 4.376.829 Ha,

seperti terangkum dalam Lampiran 3 (Tabel 3.8.).

Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama

tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang dikelola

dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering/ha/tahun. Produktivitas ini setara

dengan tebu, namun lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang

dengan produktivitas pati kering 10-15 ton/ha/tahun. Sagu tumbuh baik pada

lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang di mana

tanaman lain tidak mampu tumbuh.

No Bahan Pangan

Zat GiziBDD (%)Energi

(kkal)Protein

(gr)Lemak

(gr)Kh (gr)

Abu (gr)

Air (gr)

I. Padi-padian

1 Beras 360 6.8 0.7 78.9 - 13.0 100

2 Gandum lokal c) 360 13.4 1.6 73.0 1.4 10.6 100

3 Jawawut/sokuia) 334 9.7 3.5 73.4 - 11.9 100

4 Sorghum/lenab) 395 20.3 8.73 58.8 6.6 5.6 100

5 Sorghum Jagung Rote b) 385 10.6 7.4 69.0 1.1 11.9 100

6 Hermada (tepung) b) 367 2.4 1.5 86.0 1.2 9.0 100

7 Hotong (hotoburu) b) 366 9.9 3.6 73.4 2.4 10.7 100

8 Jali/nyolaia) 289 11.0 4.0 61.0 - - 90

9 Jagung Kuning Pipila) 366 9.8 7.3 69.1 2.4 11.5 100

Berasan:

10 Beras Jagung Instan – Semarang Jateng b)

374 5.42 0.3 71.8 2.6 19.8 100

Tepung:

Tabel 7. Kandungan Gizi Beberapa Pangan Lokal Sumber Karbohidrat

ROADMAP DEPTAN.indb 50 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 51: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[51]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

No Bahan Pangan

Zat GiziBDD (%)Energi

(kkal)Protein

(gr)Lemak

(gr)Kh (gr)

Abu (gr)

Air (gr)

11 Tepung Jagung b) 374 7.0 4.2 77.1 1.4 10.3 100

II. Umbi-umbian

A Ubi Kayu

10 Ubi kayu putih a) 146 1.2 0.3 34.7 - 62.5 75

11 Ubi kayu kuning a) 157 0.6 0.3 37.9 - 60.0 75

Berasan :

12 Beras Singkong (Rasi) b) 359 1.4 0.9 86.5 1.9 7.8 100

13 Beras Aruk b) 353 0.6 0.8 85.9 0.2 12.5 100

14 Beras Kufu 342 2.3 0.1 83.1 - - 100

15 Oyek a) 342 2.3 0.1 83.1 - - 100

16 Tiwul 363 1.1 0.5 88.2 - - 100

Lempengan :

17 Jeppa b) 352 1.3 1.1 84.1 1.3 12.2 100

Tepung/pati :

18 Iluy mentah b) 352 6.2 1.3 79.0 1.1 12.4 100

19 Tepung kasava 363 1.1 0.5 88.2 - - 100

20 Tapioka (pati singkong) 362 0.5 0.3 86.9 - - 100

Mie :

21 Mie bendo b) 350 0.4 0.9 85.0 0.3 13.3 100

B Ubi Jalar

22 Ubi jalar a) 123 1.8 0.7 27.9 - - 86

Tepung :

23 Tepung ubi jalar ungu d) 375 3.0 0.55 89.5 - - 100

24 Tepung ubi jalar kuning d) 375 2.5 0.6 90.0 - - 100

25 Tepung ubi jalar putih d( 371 4.0 0.35 88.0 - - 100

Mie :

26 Mie telo

Bentuk segar :

27 Ubi banggai b) 118 2.5 0.7 25.4 0.8 70.5 -

C Ganyong

Segar :

28 Ganyong (umbi) 95 1.0 0.11 22.6 - 75.0 -

Tepung :

29 Tepung ganyong 356 1.0 1.53 84.6 0.23 16.6 100

Mie :

Lanjutan Tabel 7.

ROADMAP DEPTAN.indb 51 2/15/2013 7:35:37 PM

Page 52: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[52] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Lanjutan Tabel 7.

No Bahan Pangan

Zat GiziBDD (%)Energi

(kkal)Protein

(gr)Lemak

(gr)Kh (gr)

Abu (gr)

Air (gr)

30 Mie ganyong b) 341 1.1 0.85 82.1 0.4 15.6 100

D Sagu

Berasan :

31 Sagu rendang b) 364 0.6 0.8 88.6 0.9 9.1 100

Tepung :

32 Tepung sagu a) 353 0.7 0.2 84.7 - 14.0 100

Mie :

33 Mie sagu kering b) 382 4.5 0.98 88.9 1.6 4.0 100

34 Mie sagu basah 152 0.9 5.6 24.4 1.6 4.0 100

35 Soun sagu b) 385 2.5 1.4 90.5 1.2 4.4 100

Lainnya:

36 Sagu mentah kerug b) 349 0.8 0.6 85.8 1.4 11.4 -

E Garut

Tepung :

37 Tepung garut a) 355 0.7 0.2 85.2 - - 100

F Talas

Tepung :

38 Tepung talas 376 3.4 0.8 88.7 1.4 5.7 100

G Gadung

Segar :

39 Gadung a) 100 0.9 0.3 23.5 0.9 74.4 100

III Buah

Segar :

Bakau

40 Buah bakau b) 371 4.2 1.5 85.1 3.9 5.3 -

41 Buah bakau (NTT) b) 319 25.4 0.5 63.6 1.3 9.1 -

42 Bakau segar (NTT) b) 155 11.9 2.4 26.5 1.0 58.2 -

43 Bakau segar (Halmahera) b) 147 10.5 2.0 26.5 1.2 59.9 -

Tepung :

44 Tepung buah bakau b) 367 4.3 1.1 85.0 2.1 7.6 100

45 Tepung buah bakau NTT b) 269 22.2 0.67 52.4 1.4 24.3 -

46 Tepung buah bakau Halmahera b)

267 22.8 0.57 51.7 1.3 23.7 -

ROADMAP DEPTAN.indb 52 2/15/2013 7:35:38 PM

Page 53: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[53]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Lanjutan Tabel 7.

IV Komposit

Tepung :

47 Tepung sijalejo

48 Tepung jalejo b) 366 19.1 2.5 66.9 2.4 9. 100

Mie :

49 Mie kering jalejo b) 369 14.4 1.6 74.3 1.5 8.2 100

50 Mie jalejo+bayam (kering)b) 362 13.7 2.1 72.2 1.4 10.6 100

51 Mie jalejo+wortel (kering)b) 369 14.2 2.0 73.4 1.5 8.9 100

52 Mie basah jalejo b) 193 7.9 0.9 38.4 0.8 52.1 100

53 Mie jalejo+bayam (basah) b) 199 7.7 1.1 39.5 0.8 51.0 100

54 Mie jalejo+wortel (basah) b) 197 7.4 1.1 39.3 0.8 51.4 100

Keterangan: Sumber a) Berdasarkan DKBM, Depkes b) Hasil analisis lab. Fisik Terpadu, GMSK, IPB c) Hasil analisis laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, IPB d) Laboratorium Bogasari

No Bahan Pangan

Zat GiziBDD (%)Energi

(kkal)Protein

(gr)Lemak

(gr)Kh (gr)

Abu (gr)

Air (gr)

nasi goreng talas Soun sagu

ROADMAP DEPTAN.indb 53 2/15/2013 7:35:38 PM

Page 54: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[54] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Kapurung Cookies talas

Sagu Papeda

2. Pangan Sumber Protein

Pangan sumber protein hewani memberikan kontribusi yang cukup besar dalam

pemenuhan konsumsi pangan dan gizi terutama dalam pencapaian skor PPH.

Namun demikian, tingkat konsumsi kelompok pangan hewani tahun 2011 sebesar

95.9 gram/kapita/hari, masih kurang dibandingkan standar konsumsi ideal

sebesar 150 gram/kapita/hari. Apabila dilihat tingkat konsumsi per komoditas

untuk pangan hewani yang terdiri dari daging ruminansia, daging unggas, telur,

susu dan ikan, sebagai berikut:

Daging ruminansia sebesar 5,5 gram/kap/hari (standar 8,6 gram/kap/hari) V

Daging unggas sebesar 13,0 gram/kap/hari (standar 18,7 gram/kap/hari) V

Telur sebesar 19,6 gram/kap/hari (standar 28,8 gram/kap/hari) V

Susu sebesar 5,7 gram/kap/hari (standar 6,6 gram/kap/hari) V

Ikan sebesar 51,9 gram/kap/hari (standar 87,3 gram/kap/hari) V

ROADMAP DEPTAN.indb 54 2/15/2013 7:35:38 PM

Page 55: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[55]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia

masih rendah, kurang lebih dua per tiga dari standar kebutuhan konsumsi pangan

hewani. Komposisi kandungan gizi beberapa pangan hewani dapat dilihat pada

daftar berikut:

No Bahan Pangan

Zat Gizi

BDD (%)Energi (kkal)

Protein (gr)

Lemak (gr) Kh (gr)

1 Daging Anak Sapi 190,0 19,1 12,0 0,0 100,0

2 Daging Asap 191,0 32,0 6,0 0,0 100,0

3 Daging Babi Gemuk 457,0 11,6 45,0 0,0 100,0

4 Daging Babi Kurus 376,0 14,1 35,0 0,0 100,0

5 Daging Domba 206,0 17,1 14,8 0,0 100,0

6 Daging Kambing 154,0 16,6 9,2 0,0 100,0

7 Daging Kerbau 84,0 18,7 0,5 0,0 100,0

8 Daging Kuda 118,0 18,1 4,1 0,9 100,0

9 Daging Sapi 207,0 18,8 14,0 0,0 100,0

10 Daging Ayam 302,0 18,2 25,0 0,0 58,0

11 Telur Ayam 162,0 12,8 11,5 0,7 90,0

12 Telur Bebek (Itik) 189,0 13,1 14,3 0,8 90,0

13 Telur Penyu 144,0 12,0 10,2 0,0 90,0

14 Ikan Bandeng 129,0 20,0 4,8 0,0 80,0

15 Ikan Bawal 96,0 19,0 1,7 0,0 80,0

16 Ekor Kuning 109,0 17,0 4,0 0,0 80,0

17 Ikan Mas 86,0 16,0 2,0 0,0 80,0

18 Ikan Segar 113,0 17,0 4,5 0,0 80,0

19 Susu Sapi 61,0 3,2 3,5 4,3 100,0

20 Susu Kambing 64,0 4,3 2,3 6,6 100,0

Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Beberapa Pangan Hewani

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM-Depkes, 1995)

Apabila dilihat dari produksi, komoditas pangan tersebut cukup untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan tetapi karena faktor daya beli dan pendapatan

sehingga akses terhadap pangan hewani masih rendah. Data produksi dapat

dilihat pada tabel berikut :

ROADMAP DEPTAN.indb 55 2/15/2013 7:35:38 PM

Page 56: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[56] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabe

l 9. P

erke

mba

ngan

Pro

duks

i Dag

ing,

Tel

ur, d

an S

usu

No.

Kom

odit

asPr

oduk

si (T

on)

Pert

umbu

han

(%) *

*)

2007

2008

2009

20

1020

11 *

)

1D

agin

g Te

rnak

Dag

ing

Sapi

339.

479,

039

2.51

1,0

409.

309,

843

6.45

2.3

465.

822,

56,

73

Dag

ing

Kerb

au41

.757

,039

.032

,034

.644

,935

.912

.137

.467

,64,

33

Dag

ing

Kam

bing

63.6

15,0

66.0

27,0

73.8

25,3

68.7

92.9

70.7

15,1

2,79

Dag

ing

Dom

ba56

.852

,047

.028

,554

.265

,044

.865

,144

.946

,10,

18

Dag

ing

Babi

225.

906,

020

9.77

7,0

200.

117,

821

1.99

2,6

204.

588,

0 (3

,49)

Dag

ing

Kuda

1.97

4,7

1.81

3,0

1.79

9,3

1.97

4,4

1.82

2,1

(7,7

1)

Jum

lah

729.

583,

775

6.18

8.5

773.

962,

179

9.98

9,4

825.

361,

43,

17

2D

agin

g U

ngga

s

Dag

ing

Ayam

294.

889,

027

3.54

6.4

247.

725,

026

7.63

5,1

283.

135,

05,

79

Dag

ing

Ayam

Ras

Pet

elur

58.1

62,0

57.2

74,0

55.0

55,4

57.7

11,6

60.1

10,1

4,16

Dag

ing

Ayam

Ras

Ped

agin

g94

2.78

4,0

1.01

8.73

4,0

1.10

1.76

5,5

1.21

4.33

9,0

1.27

0.43

8,0

4,62

Dag

ing

Itik

44.1

04,9

30.9

8025

.781

,825

.999

,129

.180

.212

.24

Jum

lah

1.33

9.93

9,9

1.38

0.53

4,4

1.43

0.32

7,7

1.56

5.68

4,8

1.64

2.86

3.4

4,93

3Te

lur

Telu

r Aya

m B

uras

230.

472,

016

6.61

8,0

160.

920,

617

5.52

7,8

179.

605,

32,

32

Telu

r Aya

m R

as P

etel

ur94

4.13

6,0

955.

999,

090

9.51

9,3

945.

635,

198

6.79

4,5

4,35

Telu

r Itik

207.

534,

420

0.98

8,4

236.

427,

424

5.03

7,8

265.

788,

88,

47

Jum

lah

1.38

2.14

2,4

1.32

3.60

5,4

1.30

6.86

7,3

1.36

6.20

0,7

1.43

2.18

8,6

4,83

4Su

su56

7.68

3,4

646.

952,

382

7.24

9,2

909.

532,

892

5.77

5,0

1,79

Ket :

*) D

ata

Sem

enta

ra

**) P

ertu

mbu

han

Tahu

n 20

11

ROADMAP DEPTAN.indb 56 2/15/2013 7:35:38 PM

Page 57: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[57]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Daging ternak. Produksi daging ruminansia yang terdiri

dari daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging

domba, daging kuda dan daging babi, pada tahun

2011 sebesar 825.361,38 ton mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2010 sebesar 799.989,45 ton, atau

sekitar 3,17 persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas

daging sapi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah

untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau

tahun 2014.

Daging Unggas. Produksi daging unggas yang terdiri

dari daging ayam, daging ayam ras petelur, daging ayam

ras pedaging dan daging itik, pada tahun 2011 sebesar

1.642.863,41 ton mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2010 sebesar 1.565.684,81 ton, atau sekitar 4,93

persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas daging

itik.

Telur. Produksi telur yang terdiri dari telur ayam buras, telur

ayam ras petelur dan telur itik, pada tahun 2011 sebesar

1.432.188,59 ton mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2010 sebesar 1.366.200,71 ton, atau sekitar 4,83

persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas telur itik.

Susu. Produksi susu pada tahun 2011 sebesar 925.775,05

ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009

sebesar 909.532,82 ton, atau sekitar 1,79 persen.

3. Pangan Sumber Vitamin dan Mineral

Sayuran dan buah merupakan pangan sumber vitamin dan

mineral. Berdasarkan data statistik pertanian hortikultura

2011, selama tahun 2007-2009 produksi sayuran nasional

Daging ternak

Daging unggas

Telur

Susu

ROADMAP DEPTAN.indb 57 2/15/2013 7:35:40 PM

Page 58: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[58] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

meningkat dari 9,45 juta ton menjadi 10,63 juta ton dengan laju kenaikan sebesar

6,02 persen per tahun. Adapun produksi buah-buahan pada tahun 2007 – 2009

meningkat dari 17,12 juta ton menjadi 18,66 juta ton dengan laju kenaikan

sebesar 4,40 persen. Sayuran yang memberikan sumbangan produksi terbesar

terhadap total produksi sayuran di Indonesia sebanyak 5 (lima) jenis tanaman

sayuran yaitu kol/kubis (12,78 %), kentang (11,07%), bawang merah (9,08%),

tomat (8,03%) dan cabe besar (7,41%), sedangkan komponen sayuran lainnya

(20 jenis sayuran lainnya yaitu bawang putih, bawang daun, lobak, sawi, wortel,

kacang merah, kembang kol, cabe rawit, paprika, terung, buncis, ketimun, labu

siam, kangkung, bayam, kacang panjang, jamur, melinjo, petai dan jengkol),

persentase produksinya masing-masing kurang dari enam persen dari produksi

sayuran di Indonesia.

Kol/Kubis. Produksi sayuran terbesar adalah pada

tanaman kol/kubis yaitu sebesar 1.358.113 ton

atau 12,78 persen dari total produksi sayuran di

Indonesia. Sentra produksi kol/kubis terbesar berada

di Pulau Jawa, dengan produksi sebesar 845.003 ton,

atau sekitar 62,22 persen dari total produksi kubis

nasional. Apabila dilihat per provinsi, maka Jawa

Tengah merupakan penghasil kol/kubis terbesar

yaitu 348.616 ton atau sekitar 25,67 persen dari total

produksi kol/kubis secara nasional, diikuti dengan

Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi penghasil kol/

kubis terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara

dengan produksi 210.239 ton atau sekitar 15,48

persen dari total produksi kol/kubis nasional, dan

diikuti oleh Sumatera Barat.

Kentang. Produksi tanaman kentang menempati

urutan kedua dengan menyumbangkan produksi

Kol/kubis

Kentang

ROADMAP DEPTAN.indb 58 2/15/2013 7:35:41 PM

Page 59: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[59]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

sebesar 1.176.304 ton atau sekitar 11,07 persen dari total

produksi sayuran nasional. Sentra produksi kentang terbesar

juga berada di Pulau Jawa dengan produksi 735.359 ton

atau sekitar 62,51 persen dari seluruh produksi kentang

nasional. Provinsi penghasil kentang terbesar adalah Jawa

Barat dengan produksi sebesar 320.542 ton atau sebesar

27,25 persen dari seluruh produksi kentang di Indonesia,

diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan

provinsi penghasil kentang terbesar di luar Jawa adalah

Sulawesi Utara dengan produksi sebesar 142.109 ton atau

sekitar 12,08 persen dari total produksi kentang nasional

diikuti oleh Sumatera Utara.

Bawang Merah. Tanaman bawang merah memberikan

kontribusi produksi sebesar 965.165 ton atau sekitar

9,08 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra

produksi bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa

dengan total produksi sebesar 732.233 ton atau sekitar

75,87 persen dari total produksi bawang merah nasional.

Provinsi penghasil bawang merah terbesar adalah Jawa

Tengah dengan produksi 406.725 ton atau sebesar 42,14

persen dari total produksi bawang merah nasional, diikuti

Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi penghasil bawang

merah terbesar di luar Jawa adalah Nusa Tenggara Barat,

dengan produksi sebesar 133.945 ton atau sekitar 13,88

persen dari total produksi bawang merah nasional diikuti

oleh Sumatera Barat.

Tomat. Tanaman tomat memberikan kontribusi produksi

sebesar 853.061 ton atau sekitar 8,03 persen terhadap

produksi sayuran nasional. Sentra produksi tomat di

Bawang merah

Tomat

ROADMAP DEPTAN.indb 59 2/15/2013 7:35:43 PM

Page 60: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[60] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi

sebesar 432.787 ton atau sekitar 50,73 persen dari total

produksi tomat nasional. Provinsi penghasil tomat terbesar

adalah Jawa Barat dengan produksi 309.653 ton atau

sebesar 36,30 persen dari total produksi tomat nasional,

diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi penghasil

tomat terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara dengan

produksi sebesar 90.147 ton atau sekitar 10,57 persen dari

total produksi tomat nasional, diikuti oleh Sulawesi Utara.

Cabe Besar. Cabe besar memberikan kontribusi produksi

sebesar 787.433 ton atau sekitar 7,41 persen terhadap

produksi sayuran nasional. Sentra produksi cabe besar

di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi

sebesar 434.219 ton atau sekitar 55,14 persen dari total

produksi cabe besar nasional. Provinsi penghasil cabe besar

terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 209.265 ton

atau sebesar 26,58 persen dari total produksi cabe besar

nasional, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi

penghasil cabe besar terbesar di luar Jawa adalah Sumatera

Utara dengan produksi sebesar 124.422 ton atau sekitar

15,80 persen dari total produksi cabe besar nasional, diikuti

oleh Bengkulu.

Buah yang diinventarisir dan dikumpulkan berdasarkan

statistik pertanian hortikulltura tahun 2009 sebanyak 26

jenis komoditas. Lima komoditas buah yang memberikan

sumbangan produksi terbesar terhadap total produksi

buah di Indonesia adalah pisang, mangga, jeruk siam/

keprok, nenas dan rambutan dengan kontribusi masing-

masing sebesar 34,17 persen, 12,03 persen, 10,86 persen,

Cabai besar

ROADMAP DEPTAN.indb 60 2/15/2013 7:35:43 PM

Page 61: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[61]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

8,35 persen, dan 5,29 persen, sedangkan 21 jenis komoditas

lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen dari

total produksi buah di Indonesia.

Pisang. Buah pisang dengan produksi sebesar 6.373.533

ton atau sekitar 34,17 persen dari total produksi buah di

Indonesia memberikan kontribusi terbesar untuk produksi

buah nasional. Sentra produksi pisang terbesar berada di

Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 3.650.455 ton

atau sekitar 57,28 persen dari total produksi pisang nasional.

Provinsi penghasil pisang terbesar adalah Jawa Barat

dengan produksi 1.415.694 ton atau sekitar 22,21 persen

dari total produksi pisang nasional, diikuti Jawa Timur dan

Jawa Tengah. Provinsi penghasil pisang terbesar di luar Jawa

adalah Lampung dengan produksi sebesar 681.875 ton atau

sekitar 10,70 persen dari total produksi pisang nasional,

diikuti oleh Sumatera Utara.

Mangga. Buah mangga dengan produksi sebesar 2.243.440

ton atau sekitar 12,03 persen dari total produksi buah nasional

memberikan kontribusi kedua terbesar untuk produksi buah

nasional. Sentra produksi mangga terbesar berada di Pulau

Jawa dengan total produksi sebesar 1.584.774 ton atau

sekitar 70,64 persen dari total produksi mangga nasional.

Provinsi penghasil mangga terbesar adalah Jawa Timur

dengan produksi 694.314 ton atau sekitar 30,95 persen

dari total produksi mangga nasional, diikuti Jawa Tengah

dan Jawa Barat. Provinsi penghasil mangga terbesar di luar

Jawa adalah Nusa Tenggara Timur dengan produksi sebesar

155.999 ton atau sekitar 6,95 persen dari total produksi

mangga nasional, diikuti oleh Sulawesi Selatan.

Pisang

Mangga

ROADMAP DEPTAN.indb 61 2/15/2013 7:35:45 PM

Page 62: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[62] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Jeruk Siam/Keprok. Urutan ketiga yang memberikan

kontribusi terbesar pada produksi buah nasional adalah

jeruk siam/keprok dengan produksi sebesar 2.025.840

ton atau sekitar 10,86 persen dari total produksi buah di

Indonesia. Sentra produksi jeruk terbesar berada di luar

Jawa dengan total produksi sebesar 1.633.861 ton atau

sekitar 80,65 persen dari total produksi jeruk siam/keprok

nasional. Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar

adalah Sumatera Utara dengan produksi 724.828 ton atau

sekitar 35,78 persen dari total produksi jeruk siam/keprok

nasional, diikuti Kalimantan Barat, Bali dan Sulawesi Barat.

Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar di Jawa

adalah Jawa Timur dengan produksi sebesar 342.422 ton

atau sekitar 16,90 persen dari total produksi jeruk siam/

keprok nasional.

Nenas. Buah nenas dengan produksi sebesar 1.558.196

ton atau sekitar 8,35 persen dari total produksi buah di

Indonesia menempati urutan keempat dalam memberikan

kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra

produksi nenas terbesar berada di Pulau Jawa dengan

menempatkan Jawa Barat sebagai sentra utama dengan

produksi sebesar 465.802 ton atau sekitar 29,89 persen dari

total produksi nenas nasional. Provinsi penghasil nenas

terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 1.415.694

ton atau sekitar 22,21 persen dari total produksi pisang

nasional. Provinsi penghasil nenas terbesar di luar Jawa

adalah Lampung dengan produksi sebesar 442,431 ton

atau sekitar 28,39 persen dari total produksi nenas nasional,

diikuti oleh Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Jambi.

Jeruk siam

nenas

ROADMAP DEPTAN.indb 62 2/15/2013 7:35:46 PM

Page 63: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[63]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Rambutan. Rambutan dengan produksi sebesar 986.841 ton atau sekitar 5,29

persen dari total produksi buah di Indonesia merupakan komoditas kelima

yang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra

produksi rambutan terbesar berada di Pulau Jawa dengan menempatkan Jawa

Barat sebagai sentra terbesar dengan produksi sebesar 275.238 ton atau sekitar

27,89 persen dari total produksi rambutan nasional diikuti Jawa Timur dan Jawa

Tengah. Sumatera Utara merupakan provinsi penghasil rambutan terbesar di luar

Pulau Jawa dengan produksi 60.153 ton atau sekitar 6,10, diikuti oleh Kalimantan

Tengah. Data selengkapnya produksi tanaman sayur dan tanaman buah seperti

pada Lampiran 4 (Tabel 4.1 – 4.4). Komposisi kandungan gizi beberapa pangan

sumber vitamin mineral dapat dilihat pada daftar berikut:

4. Peluang pengembangan produk melalui Public Private Partnership

Dalam upaya pengembangan pangan lokal di Indonesia sudah saatnya

mengoptimalkan peran swasta secara intensif melalui mekanisme public private

partnership seperti pada pembangunan infrastruktur. Posisi bisnis dan industri

pangan sangat strategis dalam mendukung keberhasilan diversifikasi pangan,

Rambutan

ROADMAP DEPTAN.indb 63 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 64: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[64] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

No Bahan Pangan

Zat Gizi

BDD (%)Energi (kkal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

Kh (gr)

1 Kool Merah, Kool Putih 24,0 1,4 0,2 5,3 75,0

2 Kentang 83,0 2,0 0,1 19,1 85,0

3 Bawang Putih 95,0 4,5 0,2 23,1 88,0

4 Tomat Masak 20,0 1,0 0,3 4,2 95,0

5 Cabe Merah Besar, Segar 31,0 1,0 0,3 7,3 85,0

6 Pisang Ambon 99,0 1,2 0,2 25,8 75,0

7 Mangga Harum Manis 46,0 0,4 0,2 11,9 65,0

8 Jeruk Manis 45,0 0,9 0,2 11,2 72,0

9 Nanas 52,0 0,4 0,2 13,7 53,0

10 Rambutan 69,0 0,9 0,1 18,1 40,0

Tabel 10. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Sayuran dan Buah-buahan

oleh sebab itu keterlibatan swasta merupakan suatu keharusan dalam percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Mengingat

cukup besarnya potensi pangan lokal yang ada, sudah saatnya pemanfaatannya

dioptimalkan sebagai sumber karbohidrat selain beras dan terigu.

Sejauh ini potensi pangan lokal yang ada di Indonesia pengelolaannya masih terbatas

pada skala industri rumah tangga atau UKM saja, belum pada skala ekonomis. Kondisi

ini menyebabkan produk olahan pangan lokal belum mampu bersaing dengan beras

dan terigu, karena harganya masih lebih tinggi akibat dari biaya produksi yang belum

efisien. Dengan adanya program pemerintah untuk menganekaragamkan pangan

sumber karbohidrat selain beras dan terigu, diharapkan dapat membuka peluang

untuk pengembangan pangan lokal dalam skala yang lebih ekonomis melalui

penciptaan nilai tambah. Dengan kata lain nilai tambah yang diciptakan harus

dapat menimbulkan tarikan teknologi untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi

yang mengakar kepada potensi yang ada. Untuk itu inovasi yang terus menerus

yang selaras dengan tuntutan pasar dan kebutuhan konsumen merupakan kunci

sukses pendekatan ini. Hanya dengan cara inilah tuntutan pasar akan berjalan

seiring dengan kemajuan produsen dan memberikan manfaat yang optimal untuk

seluruh pihak. Introduksi teknologi dalam pengembangan produk-produk bernilai

ROADMAP DEPTAN.indb 64 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 65: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[65]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

tambah diharapkan dapat memperluas pilihan pemenuhan

bahan pangan masyarakat Indonesia pada satu sisi dan dapat

menumbuhkan kegiatan ekonomi lokal pada sisi yang lain.

Kebutuhan bahan baku pangan lokal untuk industri pangan

Indonesia cukup besar, sehingga diperlukan program

pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu dan

secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat.

Mekanisme kerjasama kemitraan antara petani produsen,

industri pengolah/pelaku usaha dan lembaga penelitian/

perguruan tinggi (sebagai pemasok teknologi), harus dijalin

secara sinergis dan saling menguntungkan.

Potensi

Penganekaragaman

Pangan

Kekayaan biodiversitas V

pangan nabati dan hewani

yang cukup besar dan

beragam.

Makanan tradisional V

dan spesifik lokasi dapat

dikembangkan ke arah yang

lebih komersial.

Teknologi pengolahan V

pangan makin berkembang

untuk memproduksi bahan

pangan yang siap saji dan

siap konsumsi.

Tumbuhnya LSM dan V

kelompok masyarakat

lainnya yang bergerak

dalam bidang pangan dan

gizi.

Mekanisme kerjasama kemitraan antara pemerintah, lembaga riset, dan pelaku usaha

PEMERInTah

LEMBaGa RISETPELaKu uSaha

***

ROADMAP DEPTAN.indb 65 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 66: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[66] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

A. TujuanSecara umum tujuan kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

berbasis sumber daya lokal adalah memfasilitasi dan mendorong terwujudnya

pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang dan aman secara lebih cepat

yang berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan diindikasikan dengan skor PPH 95 pada

tahun 2015. Tujuan khusus percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

adalah mendorong tercapainya:

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap aneka pangan baik pangan V

segar, olahan maupun siap saji melalui proses internalisasi pentingnya

penganekaragaman pangan kepada seluruh komponen masyarakat

termasuk aparat, yang meliputi peningkatan pengetahuan dan kesadaran

gizi seimbang sejak usia dini, pengembangan kegiatan pemberdayaan

ekonomi rumah tangga, dan promosi serta gerakan penganekaragaman

konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.

Peningkatan ketersediaan aneka ragam pangan segar dan olahan melalui V

pemanfaatan pekarangan, dan pengembangan bisnis dan industri

pengolahan aneka pangan sumber karbohidrat selain beras dan selain

terigu, sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin dan mineral yang

berbasis sumber daya lokal, aman terjangkau, dapat diterima secara sosial,

ekonomi dan budaya, serta mampu menggerakkan pengembangan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Tujuan dan Sasaran

4

ROADMAP DEPTAN.indb 66 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 67: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[67]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Penguatan dan peningkatan partisipasi pemerintah daerah dalam V

pengembangan dan pelaksanaan program percepatan penganekaragaman

konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal serta dalam menggerakkan

mitra kerja setempat baik industri melalui program CSR maupun lembaga

swadaya masyarakat dalam mobilisasi sosial maupun penggerakan

sumberdaya lainnya.

B. Sasaran1. Sasaran berdasarkan Permentan 43 tahun 2009

Sasaran kuantitatif percepatan diversifikasi konsumsi pangan adalah

tercapainya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan

aman dengan indikasi tercapainya skor PPH rata-rata nasional sebesar 95,0

pada tahun 2015 sesuai dengan target di dalam Peraturan Presiden Nomor

22 tahun 2009 dan Permentan Nomor 43 tahun 2009. Target pencapaian skor

PPH pada tahun 2015 sebesar 95.0 dapat dicapai dengan laju peningkatan

skor sebesar 1,7 persen setiap tahunnya (dengan model interpolasi linier).

Melalui peningkatan tersebut diharapkan pada tahun 2010 dapat mencapai

skor PPH sebesar 86.4 dan pada tahun 2011 diharapkan dapat mencapai

skor 88,1. Namun dilihat dari kondisi aktual perkembangan konsumsi

pangan nasional pada tahun 2010, skor PPH baru mencapai skor 77,5.

Kondisi yang masih jauh dari harapan ini membutuhkan upaya sinergitas

lintas sektor agar target percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

dapat tercapai. Sasaran target capaian skor PPH hingga tahun 2015 dapat

dilihat pada Tabel 11.

ROADMAP DEPTAN.indb 67 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 68: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[68] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabel 11. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2010-2015

No Kelompok PanganAngka Kecukupan Gizi % per

Tahun2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Padi-padian 54.9 53.9 52.9 51.9 51.0 50.0 (1.7)

2 Umbi-umbian 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0 4.2

3 Pangan Hewani 9.6 10.1 10.6 11.1 11.5 12.0 5.7

4 Minyak dan Lemak 10.1 10.1 10.1 10.0 10.0 10.0 (0.2)

5 Buah/Biji Berminyak 2.8 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0 1.1

6 Kacang-kacangan 4.3 4.4 4.6 4.7 4.9 5.0 3.7

7 Gula 4.9 4.9 5.0 5.0 5.0 5.0 0.3

8 Sayur dan Buah 5.2 5.4 5.5 5.7 5.8 6.0 3.4

9 Lain-lain 2.9 2.9 2.9 2.9 3.0 3.0 1.0

AKG 99.7 99.8 99.8 99.9 99.9 100.0

Skor PPH 86.4 88.1 89.8 91.5 93.3 95.0

Sumber : Susenas 2002, BPS, diolah BKP

2. Sasaran Skor PPH sampai dengan Tahun 2015

Dalam perkembangan pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama

tahun 2009 - 2011, terdapat kesenjangan yang cukup besar dibandingkan

target di dalam Permentan Nomor 43 Tahun 2009. Sasaran dan realisasi skor

PPH tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sasaran dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan , Tahun 2009 – 2011

ROADMAP DEPTAN.indb 68 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 69: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[69]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Mengingat pencapaian tersebut yang sangat lambat, dilakukan

penyesuaian target pencapaian skor PPH. Target pencapaian Pola Pangan

Harapan dengan skor 95 kemudian dalam Widyakarya Nasional Pangan

dan Gizi ke X Tahun 2012 ditetapkan bahwa PPH 95 ditargetkan untuk

dicapai Tahun 2025 sehingga lebih realistis. Target pencapaian skor PPH

selama tahun 2011 - 2015 disesuaikan seperti pada Tabel 12. Sasaran

konsumsi pangan secara kuantitatif tahun 2011 – 2015 terdapat dalam

Tabel 13.

Tabel 12. Target Skor Pola Pangan Harapan 2011-2015 (Susenas 2010)

No Kelompok Pangan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Padi-padian 60,9 60,6 60,3 60,0 59,6 59,3

2 Umbi-umbian 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8

3 Pangan Hewani 8,0 8,1 8,3 8,4 8,5 8,6

4 Minyak dan Lemak 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1 10,1

5 Buah/Biji Berminyak 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 2,0

6 Kacang-kacangan 2,9 2,9 3,0 3,1 3,1 3,2

7 Gula 4,2 4,2 4,3 4,3 4,3 4,3

8 Sayur dan Buah 4,3 4,3 4,4 4,4 4,5 4,5

9 Lain-lain 1,8 1,9 1,9 1,9 2,0 2,0

96,3 96,4 96,5 96,6 96,7 96,8

Skor PPH 77.5 78,0 78,5 79,0 79,5 80,0

Sumber : Susenas 2010, BPS, diolah BKP

ROADMAP DEPTAN.indb 69 2/15/2013 7:35:47 PM

Page 70: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[70] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabel 13. Sasaran Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011-2015

Kelompok Bahan Pangan 2010Sasaran Konsumsi (kg/kap/thn) % per

Tahun2011 2012 2013 2014 2015

I. Padi-padian

a. Beras 100.8 99.3 97.8 96.3 94.9 93.4 (1.5)

b. Jagung 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 5.0

c. Terigu 10.3 10.2 10.1 10.0 9.9 9.8 (1.0)

II. Umbi-umbian

a. Singkong 9.2 9.6 10.1 10.6 11.2 11.7 5.0

b. Ubi jalar 2.4 2.5 2.7 2.8 2.9 3.1 5.0

c. Kentang 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 5.0

d. Sagu 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 5.0

e. Umbi lainnya 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 5.0

III. Pangan Hewani

a. Daging ruminansia 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 5.0

b. Daging unggas 4.5 5.0 5.5 6.0 6.6 7.3 10.0

c. Telur 7.2 8.0 8.8 9.6 10.6 11.7 10.0

d. Susu 2.0 2.1 2.2 2.3 2.3 2.4 3.5

e. Ikan 18.1 20.3 22.7 25.5 28.5 31.9 12.0

IV. Minyak dan Lemak

a. Minyak kelapa 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 5.0

b. Minyak sawit 6.4 6.5 6.6 6.6 6.7 6.8 1.0

c. Minyak lainnya 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 1.0

V. Buah/biji berminyak

a. Kelapa 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 5.0

b. Kemiri 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 3.0

VI. Kacang-kacangan

a. Kedelai 7.0 7.5 8.0 8.6 9.2 9.8 7.0

b. Kacang tanah 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 15.0

c. Kacang hijau 0.4 0.4 0.5 0.6 0.6 0.7 15.0

d. Kacang lain 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 10.0

VII. Gula

a. Gula pasir 7.7 7.9 8.2 8.4 8.7 8.9 3.0

b. Gula merah 0.7 0.8 0.8 0.9 0.9 0.9 5.0

VIII. Sayuran dan buah

a. Sayur 49.3 52.7 56.4 60.4 64.6 69.1 7.0

b. Buah 27.9 29.3 30.8 32.3 33.9 35.6 5.0

Sumber : Data Susenas 2010; BPS- diolah Pusat PKKP-BKP

ROADMAP DEPTAN.indb 70 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 71: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[71]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

A. KebijakanPenganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan

atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan seimbang

serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan

gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur

KebIJAKAn, STRATeGI, pROGRAm

DAn KeGIATAn

5

ROADMAP DEPTAN.indb 71 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 72: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[72] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat

adalah dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang ditunjukkan dengan nilai

95 dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015.

Hasil rekomendasi WNPG X tahun 2012 merumuskan beberapa hal terkait

penganekaragaman konsumsi pangan sebagai berikut: (a) Penguatan kebijakan

dan program diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, dilakukan

melalui pengembangan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan tanaman

sayuran, buah-buahan dan ternak kecil serta ikan untuk peningkatan ketersediaan

gizi di tingkat rumah tangga; Pengembangan bisnis pangan sumber karbohidrat

selain beras dan terigu; Pengembangan pangan lokal beragam dan bergizi

seimbang sesuai dengan sumber daya setempat, dan Pengembangan kebun

sekolah di TK/SD/SMP/SMU sebagai bagian dari extra kulikuler; (b) Gerakan

penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

dilakukan melalui : Kampanye pangan beragam, bergizi seimbang melalui media

cetak, elektronik, jejaring sosial dan promosi kreatif seperti gerakan minum

susu, makan ikan, makan sayur dan buah lokal, makan ubi; Lomba cipta menu

beragam, bergizi seimbang dan aman yang dilakukan secara berjenjang dari

tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional; dan Sosialisasi pangan beragam,

bergizi seimbang, dan aman dengan melibatkan birokrat, tokoh masyarakat, anak

sekolah, ibu rumah tangga, dan masyarakat luas.

Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada

penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi,

termasuk produk pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Dari sisi aktivitas

produksi, penganekaragaman konsumsi pangan dapat meminimalkan risiko usaha

pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan

biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang

pelestarian sumber daya alam. Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat

pula dijadikan salah satu momentum bagi pemerintah daerah untuk menstimulasi

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan. Di samping itu, jika dilihat

ROADMAP DEPTAN.indb 72 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 73: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[73]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

dari kepentingan kemandirian pangan maka penganekaragaman konsumsi

pangan dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan.

Dengan demikian, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan fondasi dari

keberlanjutan ketahanan pangan dan memiliki dimensi pembangunan yang sangat

luas, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan.

Upaya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya pemenuhan

kebutuhan pangan sebagai hak dasar setiap individu, membutuhkan manajemen

yang sinergis di seluruh wilayah. Penganekaragaman konsumsi pangan sebagai

salah satu subsistem ketahanan pangan menjadi urusan wajib pemerintah, dan

pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) berkaitan dengan pelayanan

dasar dalam pemenuhan kebutuhan minimal masyarakat. Indikator keberhasilan

upaya penganekaragaman konsumsi pangan tercermin berdasarkan target

capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan dalam Peraturan

Menteri Pertanian no. 65/Permentan/OT.140/12/2010 bahwa skor PPH dapat

tercapai minimal 90 persen dari target skor PPH pada tahun 2015. Indikator SPM

jenis pelayanan dasar Penganekaragaman dan Keamanan Pangan untuk Provinsi

dan Kabupaten/Kota yaitu mampu mencapai skor PPH minimal sebesar 86.5

pada tahun 2015.

Selama ini pangan pokok dari sumber daya lokal masih kurang dihargai sehingga

menjadi inferior di kalangan masyarakat oleh karena sifatnya yang sangat

tradisional dan tidak berkembangnya keterkaitan hulu dan hilir serta sektor

ekonomi terkait lainnya dalam pengelolaannya termasuk akibat pengembangan

kebijakan dan iptek yang kurang mendukung.

Peran swasta menjadi sangat strategis dalam mendukung pemerintah agar

pengembangan pangan lokal lebih mengarah kepada sektor industri dan bisnis. Terkait

dengan upaya pemerintah untuk menggali potensi dan pengembangan pangan

lokal ini, maka perlu disusun peran dan kontribusi antara pemerintah dan swasta

yang pada akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat.

ROADMAP DEPTAN.indb 73 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 74: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[74] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Kebijakan perluasan industri pengolahan dengan usaha peningkatan

produktivitas dan kualitas harus berjalan beriringan. Kebijakan yang pengaruhi

industri pengolahan, sebagai bagian dari strategi pembangunan agroindustri.

Industri pengolah tepung (MOCAF) telah ada di banyak tempat, namun skala

usaha yang masih kecil, menyebabkan belum efisien dan kualitas tepung yang

dihasilkan belum stabil, meskipun dikeluarkan SNI.

Kebijakan yang diperlukan terkait dengan itu diantaranya: (i) beri keringanan bea

masuk dan PPh (10%) untuk impor mesin olah tepung (dalam periode tertentu,

misalnya 2-3 tahun) (ii) bebaskan PPn (10%) hasil olahannya (iii) buat standarisasi

tepung yang dihasilkan oleh industri tersebut (SNI), sehingga konsumen terlindungi,

dan harga ditentukan oleh kualitas SNI tersebut. (iv) dorong agar perbankan dapat

menyalurkan kredit untuk mendorong berkembangnya produksi mesin olahan

tepung dari produksi dalam negeri. Beri keringanan pajak buat industri tersebut.

Untuk itu perlu adanya kesepahaman dan komitmen antara pemerintah dan

swasta dalam meningkatkan produksi pangan lokal sehingga dapat menjamin

kontinuitas produksi dan mutu pangan lokal yang stabil dengan pengembangan

sektor on-farm dalam skala industri atau ekonomis.

Kebijakan diversifikasi pangan ini juga menjadi salah satu bagian dari kebijakan

dan strategi pangan dan gizi nasional yang terdapat dalam Rencana Aksi Pangan

dan Gizi (RAN-PG) yaitu bahwa penanganan masalah gizi memerlukan upaya

yang komprehensif dan terkoordinasi, mulai proses produksi pangan beragam,

pengolahan, distribusi hingga konsumsi yang cukup nilai gizinya dan aman

dikonsumsi. Peningkatan status gizi masyarakat dilakukan melalui ketersediaan,

akses, konsumsi dan keamanan pangan, sejalan dengan penguatan mekanisme

koordinasi lintas bidang dan lintas program kemitraan.

Dalam rangka mempercepat upaya peningkatan diversifikasi pangan,

Kementerian Pertanian bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, sedang menyiapkan aturan tentang subsidi pangan bagi

ROADMAP DEPTAN.indb 74 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 75: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[75]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

masyarakat berpendapatan rendah, berbasis pangan lokal. Selama ini subsidi

pangan dilaksanakan dalam bentuk program RASKIN (beras untuk orang miskin).

Ke depan subsidi pangan tidak hanya difokuskan pada beras tapi disesuaikan

dengan budaya makan setempat, dengan mengutamakan sumber karbohidrat

lokal seperti umbi-umbian, jagung, sagu dan lain-lain.

B. StrategiMenindaklanjuti permasalahan, tantangan dan potensi dalam rangka percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan sebagai upaya untuk memantapkan atau

membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan

aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan

gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif, maka strategi yang

dilaksanakan untuk mencapai skor PPH 95, adalah mendorong penurunan

konsumsi beras dan peningkatan konsumsi aneka pangan lokal dalam rangka

diversifikasi pangan.

Penurunan konsumsi beras yang dibarengi oleh peningkatan konsumsi umbi-

umbian sebagai sumber karbohidrat dan produk ternak (daging, telur, susu), ikan,

sayuran dan buah-buahan akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang

memenuhi kaidah gizi seimbang. Upaya pencapaiannya dilaksanakan melalui

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya

Lokal, dalam bentuk kegiatan optimalisasi pekarangan dengan menggunakan

model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); pengembangan pangan pokok

lokal seperti ubi kayu, sagu, jagung, ubi jalar, dan umbi-umbian lokal lainnya; dan

promosi diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).

Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 mengamanatkan pentingnya

diversifikasi pangan untuk dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

ROADMAP DEPTAN.indb 75 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 76: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[76] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

1) Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Internalisasi pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan

kunci utama dalam meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi pangan

yang beragam, bergizi seimbang dan aman pada tingkat rumah tangga karena

pengetahuan tentang penganekaragaman konsumsi pangan yang dimiliki oleh

setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam membentuk pola makan

yang memenuhi kriteria gizi seimbang. Hasil akhir dari proses internalisasi ini

adalah terwujudnya kesadaran setiap individu yang dituangkan dalam praktek

pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang yang berbasis pada

pangan lokal. Secara makro hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan

status gizi masyarakat, menurunkan peluang terjadinya gizi lebih dan penyakit

degeneratif, dan di sisi lain mendorong berkembangnya penganekaragaman

ketersediaan aneka ragam pangan baik secara vertikal maupun horizontal dan

memperkokoh kemandirian pangan nasional dan wilayah.

Dalam kerangka mewujudkan pembangunan ketahanan pangan

menuju kemandirian pangan, maka pelaksanaan kegiatan internalisasi

penganekaragaman konsumsi pangan tidak terlepas dari ketiga aspek ketahanan

pangan, yaitu pada (1) aspek ketersediaan pangan dilaksanakan melalui advokasi

pengembangan agribisnis pangan, (2) aspek distribusi pangan dilaksanakan

melalui penyebarluasan informasi pasokan dan harga bahan pangan melalui

media cetak dan elektronik secara rutin, dan (3) aspek konsumsi pangan

dilaksanakan melalui pengembangan materi advokasi, kampanye, promosi,

serta sosialisasi pengembangan konsumsi dan keamanan pangan; optimalisasi

pemanfaatan pekarangan; pengembangan aneka olahan berbasis pangan

lokal yang memenuhi standar mutu dan keamanan pangan; serta pelatihan

pengembangan konsumsi dan keamanan pangan. Dukungan kelembagaan yang

diperlukan dilaksanakan melalui penyuluhan pertanian, dan pendampingan;

penyebarluasan informasi melalui media massa; advokasi, kampanye, promosi,

dan sosialisasi; serta pendidikan konsumsi pangan.

ROADMAP DEPTAN.indb 76 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 77: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[77]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi

pangan dilakukan melalui kegiatan :

a. Advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi tentang konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada aparat diberbagai tingkatan dan masyarakat.

Kegiatan advokasi dilaksanakan dalam rangka

memberikan solusi untuk mempercepat proses

penganekaragaman konsumsi pangan berbasis

sumber daya lokal, kampanye dalam rangka

penyadaran/awareness kepada aparat dan masyarakat

untuk percepatan penganekaragaman konsumsi

pangan berbasis sumber daya lokal. Promosi dan

sosialisasi dalam rangka membujuk, menghimbau dan

mengajak aparat dan masyarakat untuk melaksanakan

percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

berbasis sumber daya lokal.

b. Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui jalur pendidikan formal dan non formal/penyuluhan.

Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi

seimbang dan aman melalui jalur pendidikan non

formal untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya

kelompok wanita dan Tim Penggerak PKK dalam

rangka mengubah perilaku sehingga mau dan mampu

melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan

berbasis sumber daya lokal. Penyuluhan kepada ibu

rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu

menyusui, dan wanita usia subur tentang manfaat

mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang

ROADMAP DEPTAN.indb 77 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 78: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[78] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

dan aman, pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar lingkungan

kita. Disamping itu pangan lokal juga perlu dibangun melalui kurikulum sekolah

(SD sampai dengan SMU) dengan mengembangkan kebun sekolah untuk tanam

sayur dan buah, dan juga pengembangan kantin sekolah dengan pangan yang

diolah dari pangan lokal.

2) Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal

Pelaksanaan kegiatan pengembangan bisnis dan industri pangan mencakup:

(1) aspek ketersediaan pangan, dilaksanakan melalui pengembangan agribisnis

pangan lokal serta pengembangan produksi aneka olahan pangan lainnya, (2)

aspek distribusi pangan, dilaksanakan melalui fasilitasi penumbuhan pasar

pangan lokal, fasilitasi distribusi aneka produk pangan berbasis pangan lokal,

serta stabilisasi harga aneka produk pangan berbasis pangan lokal, (3) aspek

ROADMAP DEPTAN.indb 78 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 79: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[79]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

konsumsi pangan, dilaksanakan melalui uji proksimat, uji dapur resep menu

makanan, pelatihan menu dan keamanan pangan serta pendampingan mutu dan

keamanan pangan pada industri olahan pangan lokal, penumbuhan kelompok

tani/gapoktan bidang olahan pangan lokal dan pangan siap saji yang aman,

serta pemberian penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok

masyarakat yang telah berperan sebagai pelopor dalam upaya percepatan

penganekaragaman, dan (4) dukungan kelembagaan dilaksanakan melalui

penyuluhan dan pendampingan serta penyebarluasan informasi dalam rangka

pengembangan bisnis dan industri pangan lokal.

Pengembangan bisnis dan industri pangan khas daerah dilakukan melalui dua

cara, yaitu :

a. Fasilitasi kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Fasilitasi kepada kelompok wanita/gapoktan untuk pengembangan bisnis pangan

segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang

aman berbasis sumber daya lokal melalui berbagai kegiatan antara lain melalui

uji coba model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L), dan pengembangan

resep-resep aneka olahan pangan lokal, serta peningkatan keterampilan dalam

pengembangan olahan pangan lokal. Kegiatan Lomba Cipta Menu Beragam,

Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dilaksanakan bekerja sama dengan PKK

berbasis pangan lokal dilaksanakan setiap tahun secara berjenjang mulai tingkat

kabupaten/kota sampai tingkat nasional yang diselenggarakan bertepatan

dengan peringatan Hari Pangan Sedunia tanggal 16 Oktober.

Pembinaan kepada industri rumah tangga guna meningkatkan kesadaran untuk

memproduksi dan menyediakan aneka ragam pangan yang aman berbasis sumber

daya lokal serta memfasilitasi pengembangan bisnis pangan, permodalan, dan

pemasaran kepada pengusaha di bidang pangan baik segar, olahan maupun siap

saji yang berbasis sumber daya lokal serta pengembangan dan diseminasi serta

aplikasi paket teknologi terapan terhadap pengolahan aneka pangan.

ROADMAP DEPTAN.indb 79 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 80: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[80] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Untuk memotivasi kepada kelompok wanita/gapoktan akan diberikan

penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok masyarakat yang

dinilai telah berperan sebagai pelopor dalam menjalankan dan memajukan

upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya

pangan khas daerah.

b. Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan

Kesadaran tentang keamanan pangan saat ini masih rendah, baik pada

sisi konsumen maupun pada sisi produsen. Produsen pangan mempunyai

kecenderungan menggunakan pestisida dan pupuk yang belum sesuai anjuran

untuk mendapatkan produk yang tinggi dan mempunyai tampilan bagus.

Sementara itu ditinjau dari sisi konsumen umumnya belum memiliki pengetahuan

tentang bahaya mengonsumsi pangan yang tidak aman, karena masih rendahnya

kesadaran konsumen untuk membeli produk pertanian yang berkualitas dan aman

dengan harga yang lebih mahal, terlebih lagi bagi konsumen berpendapatan

menengah ke bawah.

Sehubungan dengan hal tersebut pengawasan keamanan pangan yang beredar di

pasaran sangat penting untuk dilaksanakan, yang didukung dengan peningkatan

kesadaran masyarakat baik konsumen atau produsen. Pengawasan keamanan

pangan beredar perlu dilakukan secara terus menerus mengingat jangkauan

pengawasan yang sangat luas dan menghadapi permasalahan yang komplek

dengan iklim global. Untuk memberikan jaminan terhadap pangan aman, perlu

memperluas jangkauan pengawasan keamanan pangan dengan meningkatkan

jumlah sumberdaya dan kompetensi pengawas keamanan pangan. Di samping itu

perlu sosialisasi, advokasi dan penyebaran informasi tentang keamanan pangan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang

Ketahanan Pangan.

Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan

dilaksanakan bagi pelaku usaha pangan, terutama kepada usaha rumah tangga

ROADMAP DEPTAN.indb 80 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 81: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[81]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

dan UMKM. Penerapan standar mutu dilaksanakan terhadap olahan pangan pada

industri rumah tangga, dan pembinaan dan pengawasan keamanan diarahkan

kepada keamanan pangan segar (sayuran dan buah-buahan).

Dalam kegiatan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan

pangan dituntut peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan

industri dan bisnis pangan lokal. Untuk memberikan penghargaan sebagai upaya

kegiatan tersebut, maka akan diberikan penghargaan kepada industri rumah

tangga dan dunia usaha di bidang pangan berbasis sumber daya lokal.

Beberapa aspek atau faktor yang perlu dicermati dengan seksama antara lain: (1)

kesesuaian dan peran produk bernilai tambah yang dihasilkan dengan kebutuhan

masyarakat dan pasar, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional, (2)

situasi dan kondisi target pasar produk, (3) pertumbuhan ekonomi dan industri

yang relevan, (4) kecenderungan perkembangan dan perubahan politik, budaya,

sains, teknologi dan seni, yang berpengaruh terhadap kesuksesan produk bernilai

tambah tersebut.

Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan pangan lokal

antara lain :

a. Pengembangan teknologi bagian hulu yang dilakukan adalah untuk

memecahkan masalah-masalah di sektor produksi bahan baku (on

farm) yang dapat menjamin kontinuitas bahan baku yang berkualitas

dan berharga terjangkau yang berpihak pada petani, yaitu dengan

mengidentifikasi varietas-varietas yang cocok untuk bahan baku tepung,

serta mengembangkan teknik budidaya yang baik untuk varietas tersebut.

b. Peningkatan nilai tambah sebagai penggerak dasar hampir semua jenis

bisnis sehingga menarik para investor untuk menanamkan modalnya.

Dengan makin ketatnya persaingan bisnis, maka dunia usaha selalu

mencari keunggulan kompetitif berdasarkan nilai tambah yang diciptakan.

Penumbuhan industri penghasil nilai tambah dengan berbasiskan kepada

ROADMAP DEPTAN.indb 81 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 82: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[82] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

potensi lokal merupakan strategi yang paling tepat untuk menggerakkan

ekonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya. Nilai tambah yang

didapat inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan lapangan kerja dan

pendapatan bagi masyarakat setempat. Era otonomi daerah dan keragaman

potensi di Indonesia makin membuka peluang dilaksanakannya strategi ini.

Dengan demikian seluruh potensi lokal diramu sedemikian rupa sehingga

menguatkan agroindustri yang dibangun di daerah tersebut. Istilah lain yang

juga sering dikaitkan dengan potensi/sumberdaya lokal adalah indigenous

resources yang didefinisikan sebagai “set of knowledge and technology existing

and developed in, arround and by specific indigenous communities (people) in

an specific area (environment)”.

c. Perkembangan kuliner di masyarakat perlu menjadi perhatian dalam membuat

kebijakan diversifikasi pangan, terkait dengan perubahan pola konsumsi dan

selera masyarakat. Lebih lanjut penggunaan istilah yang tepat dalam pangan

juga penting karena akan mempengaruhi mindset masyarakat atau konsumen.

d. Mengingat pengembangan komoditas sumber karbohidrat selain beras

masih bersifat skala kecil sehingga diperlukan adanya dukungan pemerintah

dalam bentuk subsidi pemerintah atau insentif kepada UKM.

e. Perlu memperhatikan segmentasi demografi dan geografi dalam

menjalankan kebijakan pangan. Dari sisi demografi dibagi menjadi 3 segmen

yaitu : Kelompok Usia Lanjut (di atas 55 tahun) yang membutuhkan healthy

food; Kelompok Usia Produktif (20 – 55 tahun) yang umumnya termasuk

golongan ekonomi menengah ke bawah yang membutuhkan pangan murah;

dan Kelompok Usia Muda (di bawah 20 tahun) yang termasuk dalam masa

pertumbuhan dan memerlukan makanan yang bergizi. Dari sisi geografi

dibagi 2 segmen yaitu : Indonesia Timur yang memiliki potensi sumber

daya alam yang masih belum banyak dikembangkan dan kurang didukung

oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang diperlukan;

sedangkan Indonesia Barat memiliki sumber daya manusia yang relatif lebih

baik namun potensi sumber daya alam sudah sulit dikembangkan.

ROADMAP DEPTAN.indb 82 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 83: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[83]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

f. Untuk menjamin kontinuitas produksi pendekatan

dengan pengembangan food estate sangat

diperlukan. Oleh karena itu keterlibatan BUMN dan

perusahaan besar swasta dalam penyediaan pangan

lokal perlu digiatkan terus.

g. Perlu melibatkan secara aktif pihak industri

pengolahan (sektor hilir) dalam menyusun

kebijakan agar terjadi harmonisasi dengan sektor

hulu (produsen).

h. Melakukan kampanye dan sosialisasi pangan lokal

yang intensif untuk meningkatkan image dan citra

pangan lokal.

C. Program dan KegiatanImplementasi dari strategi yang dilaksanakan dalam upaya

menurunkan konsumsi beras sebagai bahan pangan

pokok secara terencana sudah diatur dalam Peraturan

Presiden No 22 Tahun 2009. Pada Perpres tersebut sasaran

utamanya adalah tercapainya pola konsumsi pangan

masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman

berdasarkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya

setempat. Seiring dengan pencapaian sasaran tersebut,

ditargetkan konsumsi beras/kapita/tahun sebagai pangan

pokok menurun secara signifikan. Berdasarkan PPH, maka

tingkat konsumsi beras diharapkan dapat diturunkan

sampai 91,0 kg/kapita/tahun pada tahun 2015.

Penurunan konsumsi beras diperlukan karena pada saat

ini tingkat konsumsi tersebut telah melampaui standar

ROADMAP DEPTAN.indb 83 2/15/2013 7:35:48 PM

Page 84: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[84] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

kecukupan konsumsi yang dianjurkan untuk hidup sehat.

Oleh karena itu, gerakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) sangat penting dilaksanakan

secara massal.

a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilaksanakan

dengan memberdayakan kelompok wanita menggunakan

metode Sekolah Lapangan (SL). Pada kelompok sasaran

tersebut juga dilakukan pengembangan pengolahan

pangan berbasis sumber daya setempat untuk mendorong

usaha rumah tangga/mikro pengolahan pangan

berbahan baku tepung-tepungan selain beras dan terigu

serta meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi

pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. Sasaran

optimalisasi pemanfaatan pekarangan dalam tahun

2011-2015 sebesar 12.000 desa di 33 Provinsi. Berikut

contoh kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

di Kabupaten Barru.

Kebun Bibit Desa di Kabupaten

Banyuasin, Sumatera Selatan

Kegiatan Optimalisasi

Pemanfaatan Pekarangan dalam

satu kawasan

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan (Kegiatan KRPL) di Kabupaten Barru

ROADMAP DEPTAN.indb 84 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 85: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[85]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui pemberdayaan

kelompok wanita yang dilakukan Pemerintah Pusat dengan cakupan 12.000 desa

dari jumlah 76.000 desa di seluruh Indonesia, dampaknya terhadap peningkatan

skor PPH dan penurunan konsumsi beras secara nasional harus diakui akan relatif

terbatas. Untuk itu, upaya ini didorong menjadi suatu gerakan masyarakat di

daerah dengan inisiatif dan pengungkit dari pemerintah daerah di Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Pada saat ini telah terbit Peraturan/Surat Edaran Gubernur di 33

Provinsi dan Peraturan/Surat Edaran Bupati/Walikota di hampir 300 Kabupaten/

Kota, yang intinya menanamkan budaya pangan beragam, bergizi seimbang

berbasis sumber daya setempat. Diharapkan semua provinsi dan kabupaten/

kota dapat menyusun peraturan pendukung P2KP. Implementasi dari peraturan-

peraturan tersebut di daerah masing-masing akan didorong lebih lanjut melalui

gerakan massal/masyarakat dengan dukungan sumber daya setempat.

ROADMAP DEPTAN.indb 85 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 86: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[86] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Pada tahun 2013 kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilaksanakan

dengan menggunakan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL

ialah suatu konsep hunian yang tidak hanya memanfaatkan pekarangan sebagai

sumber pangan keluarga, melainkan juga memanfaatkan berbagai bagian rumah

seperti atap rumah, tembok rumah, pagar, maupun ruang bawah sebagai media

penanaman ataupun budidaya. Penggunaan konsep RPL ini akan ditingkatkan

hingga menjadi suatu kawasan yang dinamakan KRPL (Kawasan Rumah Pangan

Lestari) sehingga kegiatan ini akan berdampak pada peningkatan sumber pangan

di lingkungan yang luas. Dalam rangkaian kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan

Pekarangan melalui KRPL ini dilaksanakan pula penyuluhan dan sosialisasi

mengenai pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman

dalam kegiatan SL sehingga pemberdayaan kelompok wanita tidak terbatas

hanya pada pertanian dan budidaya saja, melainkan juga mengenai gizi dan pola

konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.

ROADMAP DEPTAN.indb 86 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 87: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[87]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Untuk mendukung kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui

konsep KRPL yang berkelanjutan, maka dibangun kebun bibit di setiap KRPL

sehingga dapat memenuhi kebutuhan benih dan bibit bagi anggota kelompok.

Melalui pembangunan kebun bibit ini diharapkan pula dapat berguna bagi warga

desa, baik itu sebagai fasilitas penyedia benih dan bibit, maupun sebagai bentuk

pelestarian sumber pangan lokal yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.

Pengembangan kebun bibit ini diharapkan bukan saja terbatas pada tanaman

sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan mineral melainkan juga pada ternak

dan ikan sebagai sumber protein.

b. Pemasyarakatan Pangan Lokal berbasis Sumber Daya Setempat

Pemasyarakatan pangan lokal berbasis sumber daya setempat dilakukan melalui

upaya advokasi, sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan pemahaman

dan kesadaran serta merubah perilaku dan budaya makan masyarakat ke arah

pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Advokasi

dilakukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan tokoh masyarakat lainnya

untuk mendukung gerakan P2KP melalui pemberdayaan masyarakat maupun

penerbitan peraturan daerah mengenai kebijakan P2KP. Sosialisasi dilakukan

melalui penyebarluasan informasi dan pembinaan pola konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada masyarakat khususnya wanita

sebagai agen penyaji gizi keluarga dan anak sebagai generasi penerus bangsa.

Promosi dilakukan dengan memperkenalkan pangan lokal khas daerah sebagai

pangan pokok masyarakat setempat melalui penggalian kearifan lokal dan

peningkatan peran pangan lokal sehingga masyarakat senang mengonsumsi

pangan lokal dengan tetap mengacu pada kaidah gizi seimbang. Rangkaian

kegiatan ini memerlukan komitmen dan dukungan kuat dari seluruh sektor

baik secara formal dan non formal, dan bersama dengan instansi/lembaga

terkait, serta pemangku kepentingan lainnya. Selain itu kegiatan ini diharapkan

mendapat dukungan dari pelaku usaha melalui Corporate Social Responsibility

(CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

ROADMAP DEPTAN.indb 87 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 88: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[88] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Sosialisasi tentang diversifikasi pangan dengan pola makan yang beragam,

bergizi seimbang dan aman juga dilaksanakan melalui pengembangan kebun

sekolah dan kantin sekolah yang menyediakan kudapan bergizi dan berbahan

baku lokal. Pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan pangan lokal sejak tahun 2010

sampai 2012 telah dilaksanakan di 33 provinsi 363 kabupaten/kota mencakup

jumlah anak usia dini di 4.400 SD/MI. Kegiatan ini merupakan sinergi dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya sebagai salah satu kunci

utama dalam pencapaian dan keberhasilannya.

c. Pengembangan Pangan Lokal Mendukung Penyediaan Pangan Pokok Bersubsidi Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah

Pengembangan pangan lokal untuk mendukung penyediaan pangan pokok

bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah dimaksudkan untuk

menyediakan pangan sumber karbohidrat yang berdasarkan sumber daya

setempat, sesuai dengan pola konsumsi pokok asalnya (selain beras dan terigu).

Pengembangan pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan teknologi

pengolahan pangan dari pangan lokal dikembangkan menjadi “nasi selain

beras” dan “tepung-tepungan selain terigu” dengan pengembangan skala usaha

industri. Kegiatan dilakukan melalui:

Fasilitasi akses teknologi untuk menghasilkan “intermediate” produk bahan V

pangan lokal;

Bimbingan pengolahan produk “intermediate” menjadi produk pangan lokal V

sumber karbohidrat siap konsumsi;

Sosialisasi pangan lokal selain beras untuk masyarakat. V

Penyediaan bahan pangan lokal selain beras ini didukung dengan penyediaan

lumbung pangan sebagai pengembangan cadangan pangan selain beras dan

terigu. Pengembangan industri pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan

ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan sumber karbohidrat (ubi

ROADMAP DEPTAN.indb 88 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 89: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[89]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

kayu, ubi jalar, sukun, sagu, pisang, labu kuning dan jagung) serta memfasilitasi

pengembangan usaha industri bisnis pangan berbasis tepung-tepungan.

Kegiatan ini juga dipersiapkan untuk mendukung program pemerintah dalam

penyediaan pangan pokok bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah,

yang selama ini hanya difokuskan pada komoditi beras (Raskin).

Kegiatan Produksi Tepung Mocaf Skala Kecil

d. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Berbasis Sumber Daya Setempat

Pengembangan teknologi pengolahan pangan dilakukan melalui kerja

sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan beberapa

perguruan tinggi. Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal

menjadi produk yang dikonstruksikan menyerupai beras atau disebut “beras

analog” maupun pengolahan tepung-tepungan berbahan baku sesuai dengan

kebutuhan konsumen dan budaya pangan setempat. Sasaran pengembangan

pangan berbasis sumberdaya lokal setempat 2011 - 2015 yang dikaitkan dengan

ROADMAP DEPTAN.indb 89 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 90: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[90] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabel 14. Sasaran Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2011-2015

No. Kegiatan SatuanSasaran P2KP

2012 2013 2014 2015

1 Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan. Penerapan Menu B2SA

Desa *) 8.000 10.000 12.000 14.000

2 Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

Provinsi 9 20 25 33

3 Sosialisasi, Promosi dan Kampanye Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)

Provinsi 33 33 33 33

Keterangan : *) Sasaran Kumulatif

rencana bantuan pangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah meliputi 60

kabupaten/kota di 25 provinsi yang didampingi oleh perguruan tinggi atau Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian setempat.

***

ROADMAP DEPTAN.indb 90 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 91: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[91]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

A. Perlunya dukungan/sinergitasKeberhasilan dalam pencapaian sasaran pembangunan secara nasional sangat

ditentukan oleh adanya sinergitas kebijakan dan program/kegiatan antara

kementerian/lembaga, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Demikian pula

dalam upaya mencapai sasaran diversifikasi konsumsi pangan, di mana banyak

hal akan mempengaruhi dan bukan merupakan otoritas/tanggung jawab satu

kementerian/lembaga.

Ketersediaan bahan pangan yang mencukupi harus terjangkau baik secara

fisik dan ekonomi. Kondisi ini akan dipengaruhi oleh tingkat produksi (yang di

dalamnya mencakup luasan lahan, irigasi, tersedianya bibit/benih, teknologi

budidaya hingga pasca panen), pendistribusian yang merata (mencakup sarana

jalan/perhubungan, transportasi) serta tingkat daya beli masyarakat (mencakup

tingkat pendidikan dan tersedianya lapangan kerja).

Untuk dapat mewujudkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan

aman berbasis sumber daya lokal, diperlukan sinkronisasi kebijakan baik antar

kementerian maupun dengan pihak swasta yang diwujudkan dalam bentuk program

dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung,

termasuk pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.

DUKUnGAn DAn SIneRGI lInTAS

SeKTOR

6

ROADMAP DEPTAN.indb 91 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 92: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[92] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Dalam mengembangkan diversifikasi pangan, pemerintah berperan dalam

menetapkan kebijakan yang mendukung pembangunan pertanian yang

berkelanjutan yang berbasis pangan lokal, pengembangan ekonomi pertanian;

lembaga riset berperan dalam melakukan penelitian-penelitian yang berupaya

menemukan varietas-varietas baru yang mendukung program diversifikasi

pangan, penemuan-penemuan teknologi pengolahan, pendidikan dan pelatihan-

pelatihan, serta pelayanan publik; sedangkan pihak swasta atau industri berperan

dalam pengembangan atau pengadaan produk baik yang berskala besar maupun

menengah, serta proses distribusi dan komersialisasi di masyarakat.

B. Dukungan/Sinergitas Kementerian/Lembaga, Perbankan, Swasta, BUMN, dan Stakeholder Utama Lainnya dan Dukungan yang Diharapkan

Dukungan Kementerian/Lembaga Lain.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi 1.

Pertanian dan Kelautan, selanjutnya disebut Deputi II): Diperlukan

dukungan kebijakan ekonomi makro yaitu kebijakan fiskal dan moneter seperti

subsidi sarana pertanian (benih, bibit, pupuk) untuk komoditas pangan non

beras; investasi serta kebijakan alokasi dana perimbangan yang secara khusus

dialokasikan untuk diversifikasi pangan; kebijakan pembiyaan mengenai

kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, serta secara khusus kebijakan

yang memberikan insentif untuk berkembangnya industri pangan lokal seperti

MOCAF, sagu atau aneka produk tepung-tepungan lainnya termasuk subsidi

untuk fortifikasi , dan sebagainya.

Kementerian Dalam Negeri2. : Diperlukan dukungan kebijakan pengawasan

penetapan peraturan daerah, terutama terhadap peraturan gubernur/

bupati/walikota; integrasi program diversifikasi pangan melalui kegiatan

ROADMAP DEPTAN.indb 92 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 93: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[93]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

pemberdayaan masyarakat; serta mendorong terjadinya gerakan sosial untuk

membangun pemahaman masyarakat dan mempercepat proses diversifikasi

pangan.

Kementerian Perdagangan3. : Diperlukan dukungan kebijakan penataan

kerjasama pemasaran baik berupa bahan baku maupun produk olahan

pangan lokal. Kampanye diversifikasi pangan dalam rangka promosi pangan

lokal/spesifik daerah dan penurunan konsumsi beras.

Kementerian Perindustrian4. : Diperlukan dukungan kebijakan

pengembangan industri nasional dan daerah yang memproduksi barang

modal dan sarana produksi yang mendukung produksi primer dan olahan

komoditas pertanian yang mendorong tersedianya berbagai inovasi/

alternatif pangan olahan baru yang mendukung diversifikasi pangan.

Kementerian Perhubungan5. : Diperlukan dukungan ketersediaan kapasitas,

tarif, dan kelancaran arus transportasi, perdagangan sarana produksi dan

komoditas pertanian/pangan baik di tingkat lokal, maupun antar pulau.

Kementerian Kehutanan6. : Diperlukan konservasi hutan lindung dan daerah

aliran sungai untuk menjamin ketersediaan air irigasi serta menekan degradasi

lahan dan air pertanian; peningkatan produksi komoditas pertanian di hutan

produksi dan hutan kemasyarakatan; pemeliharaan plasma nutfah pertanian

in situ; rehabilitasi lahan pertanian terlantar yang belum digunakan; serta

kemudahan pelepasan kawasan budi daya untuk areal pertanian.

Kementerian Kelautan dan Perikanan7. : Diperlukan dukungan kebijakan

untuk pelestarian sumberdaya air di darat untuk menjamin ketersediaan air di

danau dan situ, yang selanjutnya menjamin ketersediaan air pertanian melalui

pengembangan usaha budidaya perikanan serta integrasi budidaya perikanan air

tawar untuk meningkatkan pendapatan dan status gizi masyarakat, mendorong

berkembangnya industri pangan berbasis ikan/sumber daya perairan lainnya

ROADMAP DEPTAN.indb 93 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 94: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[94] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

serta menggencarkan “Gerakan Makan Ikan (Gemarikan)” untuk mempercepat

peningkatan pangan hewani dari produk perikanan.

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah8. : Diperlukan

dukungan kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan kelompok

usaha tani menjadi kelembagaan koperasi yang berbasis pada usaha

pengolahan dan perdagangan pangan lokal terutama dukungan dalam

mengupayakan akses permodalan yang dibutuhkan dalam proses produksi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan9. : Diperlukan dukungan kebijakan

untuk mendidik anak usia sekolah untuk mengenal budi daya sayur, buah

dan ternak/ikan dan mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang

dan aman; mencintai produk pangan lokal serta memasukkan diversifikasi

pangan ke dalam kurikulum atau muatan mata ajaran di sekolah/pendidikan

dini/dasar dan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Anak

Sekolah (PMTAS) yang berbasiskan pangan lokal/sumberdaya setempat.

Kementerian Kesehatan10. : Diperlukan dukungan kebijakan untuk

memasyarakatkan Pola Pangan Harapan melalui Gerakan Sadar Gizi yang

mendukung konsumsi diversifikasi pangan dan membina serta melindungi

masyarakat melalui proses produksi bersih dan pemeliharaan keamanan

lingkungan dari penyakit zoonosis dan pengawasan produk pangan yang

tidak aman dan tidak sehat.

Kementerian Riset dan Teknologi11. : Diperlukan dukungan kebijakan

pemanfaatan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan lahan minimal

untuk mendapatkan hasil maksimal; serta pengembangluasan dan

penyebaran teknologi pengolahan pangan serta kuliner yang mendukung

percepatan diversifikasi pangan dan menurunnya konsumsi beras.

Kementerian Komunikasi dan Informasi12. : Diperlukan dukungan kebijakan

untuk memasyarakatkan program diversifikasi pangan melalui media;

meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi

ROADMAP DEPTAN.indb 94 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 95: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[95]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

masyarakat; Meningkatkan daya jangkau infrastruktur pos; komunikasi

dan informatika untuk memperluas aksesibilitas masyarakat terhadap

informasi; Mendorong peranan media massa dalam rangka meningkatkan

informasi diversifikasi pangan.

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan13. : Diperlukan dukungan

kebijakan dalam peningkatan peran perempuan melalui kelompok wanita

khususnya di pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

memanfaatkan lahan pekarangan; dan pendidikan untuk hidup sehat,

aktif dan produktif, serta menerapkan menu makan yang beragam, bergizi

seimbang, aman dan halal (B2SAH) dalam pola makan keluarga sehari-hari.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan14. : Diperlukan dukungan kebijakan

untuk pengawasan produk pangan olahan yang dihasilkan kelompok tani

dari praktek penggunaan bahan makanan tambahan dan bahan-bahan

pengawet makanan yang dilarang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika15. : Diperlukan dukungan

untuk memberi wacana dan arahan dalam menentukan masa tanam dan jenis

tanaman yang cocok ditanam di musim tersebut terkait dengan perubahan

iklim yang signifikan dewasa ini.

Perbankan16. : Diperlukan dukungan lembaga perbankan seperti pemberian

modal usaha melalui kredit usaha atau pinjaman lunak dengan bunga rendah

untuk industri hulu maupun hilir penunjang diversifikasi pangan.

Pihak swasta17. : Bidang media massa seperti televisi, media cetak/elektronik,

siaran radio, event organizer, dan lain-lain untuk mempromosikan diversifikasi

konsumsi pangan serta pelaku usaha di bidang pangan baik produksi,

pengolahan, pengemasan pangan dan lain sebagainya.

BUMN18. : Diperlukan dukungan dalam penyediaan bahan baku yang

mendukung usaha pertanian; melalui Corporate Social Responsibility (CSR)

ROADMAP DEPTAN.indb 95 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 96: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[96] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

yang ada memberdayakan peran kelompok tani, ikut membantu promosi

diversifikasi pangan dengan memberikan bantuan baik berupa penyuluhan

maupun materil yang mendukung diversifikasi seperti leaflet, booklet dan

sebagainya, termasuk mesin dan alat pengolahan pangan yang diperlukan

petani/pelaku bisnis pangan di pedesaan.

Dukungan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan1. : Diperlukan dukungan peningkatan

produksi tanaman khususnya tanaman sumber karbohidrat selain padi,

umbi-umbian dan aneka kacang.

Direktorat Hortikultura2. : Diperlukan dukungan peningkatan produksi dan

budidaya hortikultura khususnya sayuran dan buah serta bimbingan teknis budi

daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian3. : Diperlukan dukungan

pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras

dan terigu dan strategi pemasaran untuk mendukung keberlanjutan program.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian4. :

Diperlukan dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh

pertanian, serta penyuluhan di pedesaan, untuk melakukan pendampingan

terhadap kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)5. : Diperlukan dukungan

teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan

pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi

pangan melalui fortifikasi pangan

Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP)6. : Diperlukan dalam

penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan

hortikultura.

ROADMAP DEPTAN.indb 96 2/15/2013 7:35:49 PM

Page 97: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[97]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

C. Rencana Aksi Public Private Partnership (Jangka Pendek, Menengah dan Panjang)1. Jangka Pendek

Mengidentifikasi potensi pangan lokal spesifik wilayah baik dari sisi •

luas pertanaman, produksi dan lokasi;

Mengidentifikasi pola konsumsi masyarakat yang masih •

mempertahankan pangan lokal sebagai pangan pokok;

Mengidentifikasi kebutuhan dan permintaan terhadap pangan •

lokal baik untuk konsumsi langsung (pangan) maupun untuk non

pangan;

Melakukan pengkajian terhadap pengembangan teknologi •

pengolahan pangan lokal dengan lembaga penelitian dan swasta;

Melakukan pengkajian teknologi budidaya dan varietas lokal yang •

potensial;

ROADMAP DEPTAN.indb 97 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 98: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[98] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Fokus pada komoditas yang mempunyai nilai strategis serta tidak •

membutuhkan banyak biaya dan energi yang banyak;

Menyusun kebijakan yang memberikan kondisi yang kondusif bagi •

pengembangan industri pangan lokal;

Membentuk kelompok kerja khusus antara swasta pemerintah untuk •

membahas sacara teknis strategi pengembangan pangan lokal.

Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara •

terstruktur dan komprehensif guna mendorong percepatan

diversifikasi pangan.

2. Jangka Menengah

Peningkatan produktivitas dan kualitas pangan lokal. Kebijakan •

insentif di tingkat usahatani, mencakup ketersediaan bibit yang

berkualitas, aplikasi pemupukan yang memadai dan pengembangan

tanaman lokal terpadu yang melibatkan petani lokal;

Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal mulai dari •

budidaya (verietas) sampai pada pengolahan hasil;

Pengembangan dukungan sektor keuangan untuk mengembang-•

kan skim kredit khusus bagi usaha-usaha terkait dengan diversifikasi

pangan;

Menentukan standar kualitas untuk setiap komoditas pangan •

lokal. Standar kualitas merupakan alat ukur dalam menentukan

harga sehingga ada ukuran yang adil antara harga yang ditawarkan

produsen dengan yang diinginkan konsumen;

Menetapkan beberapa jenis varietas tertentu saja pada suatu •

komoditas yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan

standar yang digunakan pada industri pengolahan makanan, karena

ROADMAP DEPTAN.indb 98 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 99: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[99]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

jenis varietas akan menentukan kualitas produk. Dengan demikian

bahan baku yang diproduksi oleh petani mendapat jaminan untuk

diterima pada industri pengolahan makanan dengan harga yang

adil bagi pihak petani maupun industri pengolahan;

Perlu program pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu •

dan secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat;

Menetapkan spesifikasi produk yang akan diusulkan sebagai •

produk pangan untuk program subsidi pangan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah;

Menetapkan spesifikasi alat pengolahan untuk menghasilkan produk;•

Mengembangkan kemasan produk dan mencantumkan informasi •

nilai gizi serta bahan lain yang terkadung dalam produk tersebut

sehingga menarik konsumen;

Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara •

terstruktur dan komprehensif yang melibatkan seluruh stakeholder

untuk merubah/mengangkat image masyarakat terhadap pangan

lokal guna mendorong percepatan diversifikasi pangan.

3. Jangka Panjang

Menetapkan mekanisme dan kelembagaan pendistribusian untuk •

hasil produk pangan lokal yang tidak hanya sebagai program

PANGKIN tetapi nantinya juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat

luas/umum;

Perlu memperhatikan penanganan keamanan pangan produk •

pangan lokal yang dihasilkan agar ada jaminan keamanan pangan

bagi konsumen;

ROADMAP DEPTAN.indb 99 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 100: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[100] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Perlu pengembangan gerai produk pangan lokal di setiap daerah •

kabupaten/kota agar masyarakat mengenal produk pangan lokal

dan mudah mendapatkannya;

Upaya diversifikasi pangan harus didukung oleh pembangunan •

infrastruktur untuk menjamin keterjangkauan/akses pangan;

Membenahi penanganan teknologi pasca panen/pengolahan. •

Untuk itu berbagai kegiatan agar lebih terarah, terencana dan

berkesinambungan, serta perlu kerjasama pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat yang dibangun secara sinergis untuk menyukseskan

upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk

hidup sehat, aktif dan produktif.

***

ROADMAP DEPTAN.indb 100 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 101: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[101]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk

memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang

beraneka ragam, bergizi seimbang, serta aman dalam jumlah dan

komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk

mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman konsumsi

pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan

pokok yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan

yang berbasis sumber daya lokal yang pada gilirannya akan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, mengurangi ketergantungan pada pangan impor

dan mendorong berkembangnya diversifikasi produksi pangan lokal baik secara

vertikal maupun horizontal dan industri hulu-hilir pendukungnya.

Untuk mendukung strategi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang,

dan aman yang diindikasikan oleh peningkatan skor Pola Pangan Harapan

sampai tahun 2025 sebesar 95, maka diperlukan dukungan kebijakan dan

regulasi percepatan penganekaragaman konsumsi yang mampu memberikan

daya ungkit yang kuat bagi penyediaan dan permintaan aneka ragam pangan

secara nyata, yang secara simultan dapat mendorong terwujudnya penyediaan

penUTUp

7

ROADMAP DEPTAN.indb 101 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 102: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[102] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

aneka ragam pangan berbasis sumber daya pangan lokal,

penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan

data dan informasi.

Upaya untuk mendukung keberhasilan percepatan

diversifikasi pangan yang diindikasikan peningkatan skor

PPH sesuai sasaran yang berjalan seiring dengan penurunan

konsumsi beras bukan hanya menjadi tanggung jawab Badan

Ketahanan Pangan. Dukungan kementerian/lembaga lingkup

pertanian maupun instansi di luar Kementerian Pertanian

serta pemerintah daerah sangat penting dan menentukan.

Dukungan harus diberikan oleh seluruh pemangku

kepentingan terkait baik sektor pemerintah, swasta,

maupun masyarakat melalui kerjasama kemitraan yang

terencana dengan baik, terintegrasi, dan terkoordinasi.

Peran pemerintah maupun pemerintah daerah dalam

mengembangkan program dan menggerakkan seluruh

sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien mutlak

diperlukan. Begitu pula dengan hubungan kerjasama

antara pelaku usaha dengan masyarakat sehingga dapat

mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi

pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

Disamping itu dukungan anggaran untuk menjalankan

program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

juga menjadi faktor penting dalam pencapaian sasaran

sebagaimana diamanatkan Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun

2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

***

Kegiatan Sosialisasi Diversifikasi Pangan dan B2Sa di Sekolah Dasar

Kebun Sekolah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Kebun Sekolah di Kabupaten Sampang, Jawa Timur

Kebun Sekolah di Metro, Lampung

ROADMAP DEPTAN.indb 102 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 103: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[103]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Tabel 1.1. Pola Konsumsi Pangan Pokok Berdasarkan Sumbangan Masing-Masing Bahan Pangan Terhadap Total Energi Pangan Pokok Tahun 2010*

Perkotaan + PedesaanProvinsi Beras

(%)Jagung

(%)Terigu

(%)Ubi

Kayu (%)

Ubi Jalar (%)

Kentang (%)

Sagu (%)

Umbi Lain (%)

Pola Konsumsi

Aceh 86,4 0,2 11,9 0,9 0,2 0,3 0,1 0,0 Beras - Terigu

Sumatera Utara 85,2 0,3 12,0 1,7 0,4 0,4 0,0 0,1 Beras - Terigu

Sumatera Barat 82,3 0,1 14,3 1,5 0,5 0,8 0,2 0,4 Beras - Terigu

Riau 81,8 0,1 14,9 2,1 0,3 0,6 0,1 0,1 Beras - Terigu

Jambi 82,0 0,3 14,5 1,8 0,5 0,8 0,0 0,1 Beras - Terigu

Sumatera Selatan 78,5 0,2 17,8 2,5 0,5 0,2 0,3 0,0 Beras - Terigu

Bengkulu 84,0 0,2 12,8 1,9 0,7 0,3 0,0 0,0 Beras - Terigu

Bangka Belitung 77,5 0,2 19,7 1,8 0,2 0,1 0,3 0,2 Beras - Terigu

Kepulauan Riau 77,7 0,3 18,6 2,2 0,4 0,3 0,5 0,1 Beras - Terigu

Lampung 83,0 0,2 13,7 2,7 0,3 0,1 0,0 0,0 Beras - Terigu

DKI Jakarta 74,6 0,2 23,2 1,4 0,3 0,4 0,0 0,0 Beras - Terigu

Jawa Barat 76,4 0,2 20,7 2,1 0,4 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu

Jawa Tengah 75,3 1,0 20,4 2,8 0,4 0,1 0,0 0,0 Beras - Terigu

DI Yogyakarta 73,9 0,5 22,1 3,0 0,3 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu

Banten 75,9 0,1 21,6 2,0 0,2 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu

JawaTimur 75,0 3,8 17,6 3,1 0,4 0,1 0,0 0,0 Beras - Terigu

Bali 83,9 0,4 13,6 1,1 0,7 0,1 0,0 0,1 Beras - Terigu

Nusa Tenggara Barat 82,9 0,3 15,4 1,2 0,2 0,0 0,0 0,1 Beras - Terigu

Nusa Tenggara Timur 77,6 13,3 4,8 3,4 0,3 0,0 0,4 0,2 Beras - Jagung

Kalimantan Barat 85,4 0,3 11,7 2,1 0,2 0,1 0,0 0,2 Beras - Terigu

Kalimantan Tengah 83,9 0,2 12,3 2,8 0,4 0,1 0,0 0,4 Beras - Terigu

Kalimantan Selatan 74,2 0,2 23,5 1,9 0,1 0,1 0,0 0,1 Beras - Terigu

Kalimantan Timur 76,3 0,2 19,7 3,3 0,3 0,2 0,0 0,0 Beras - Terigu

Sulawesi Utara 86,3 0,6 9,5 2,2 0,5 0,2 0,6 0,2 Beras - Terigu

Sulawesi Tengah 82,8 1,6 9,8 2,4 0,7 0,0 1,7 0,9 Beras - Terigu

Sulawesi Tenggara 76,8 4,0 13,4 2,1 1,3 0,0 2,3 0,0 Beras - Terigu

Sulawesi Selatan 80,4 1,8 15,3 1,3 0,4 0,1 0,6 0,0 Beras - Terigu

Gorontalo 78,4 9,8 9,2 2,0 0,2 0,0 0,3 0,0 Beras - Jagung - Terigu

Sulawesi Barat 83,6 0,9 12,4 2,4 0,3 0,0 0,4 0,0 Beras - Terigu

Maluku 65,7 1,3 11,8 11,2 2,5 0,0 6,8 0,7 Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu

Maluku Utara 68,1 1,3 11,0 10,6 2,9 0,0 5,8 0,2 Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu

Papua 45,7 0,3 7,3 6,3 29,5 0,0 8,6 2,3 Beras - Terigu - Ubi Kayu - UbiJalar - Sagu

Papua Barat 73,9 0,4 9,7 5,2 2,4 0,1 6,2 2,2 Beras - Terigu - Ubi Kayu – Sagu

Lampiran 1

* Diolah dari Data Susenas

ROADMAP DEPTAN.indb 103 2/15/2013 7:35:50 PM

Page 104: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[104] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Lampiran 2

Gambar 2.1. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Jagung

Gambar 2.2. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Ubi Kayu

ROADMAP DEPTAN.indb 104 2/15/2013 7:35:51 PM

Page 105: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[105]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Gambar 2.3. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Ubi Jalar

Gambar 2.4. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Sagu

ROADMAP DEPTAN.indb 105 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 106: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[106] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Lampiran 3

Tabel 3.1. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 1990 - 2011 (Ton)

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha)

1990 3.158.092 6.734.028 2.132

1991 2.909.100 6.255.906 2.150

1992 3.629.346 7.995.459 2.203

1993 2.939.534 6.459.737 2.198

1994 3.109.398 6.868.885 2.209

1995 3.651.838 8.245.902 2.258

1996 3.743.573 9.307.423 2.486

1997 3.355.224 8.770.851 2.614

1998 3.847.813 10.169.488 2.643

1999 3.456.357 9.204.036 2.663

2000 3.500.318 9.676.899 2.765

2001 3.285.866 9.347.192 2.845

2002 3.109.448 9.585.277 3.083

2003 3.358.511 10.886.442 3.241

2004 3.356.914 11.225.243 3.344

2005 3.625.987 12.523.894 3.454

2006 3.345.805 11.609.463 3.470

2007 3.630.324 13.287.527 3.660

2008 4.001.724 16.317.252 4.078

2009 4.156.706 17.592.309 4.232

2010 4.143.599 18.364.430 4.432

2011 3.864.692 17.643.250 4.565

Laju (%/th) 1,49 5,34 3,74

Sumber: BPS.

ROADMAP DEPTAN.indb 106 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 107: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[107]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 (Aram II)

1. Aceh 125.155 112.894 137.753 167.090 162.306

2. Sumut 804.850 1.098.969 1.166.548 1.377.718 1.353.877

3. Sumbar 223.233 351.843 404.795 354.262 416.168

4. Riau 40.410 47.959 56.521 41.862 37.219

5. Jambi 30.028 34.616 38.169 30.691 42.146

6. Sumsel 84.081 101.439 113.167 125.796 133.360

7. Bengkulu 83.385 111.827 93.798 74.331 80.272

8. Lampung 1.346.821 1.809.886 2.067.710 2.126.571 1.921.326

9. Babel 2.736 1.193 1.403 1.055 1.340

10. Riau Kep. 893 1.125 1.064 961 924

11. Dki Jakarta 39 39 32 31 32

12. Jabar 577.513 639.822 787.599 923.962 976.163

13. Jateng 2.233.992 2.679.914 3.057.845 3.058.710 2.972.798

14. Di.Yogya 258.187 285.372 314.937 345.576 269.937

15. Jatim 4.252.182 5.053.107 5.266.720 5.587.318 4.955.492

16. Banten 20.723 20.169 27.083 28.557 14.465

17. Bali 69.209 77.619 92.998 66.355 61.637

18. Ntb 120.612 196.263 308.863 249.005 412.163

19. Ntt 514.360 673.112 638.899 653.620 548.007

20. Kalbar 154.118 181.407 166.833 168.273 131.247

21. Kalteng 3.971 5.982 8.048 9.345 9.037

22. Kalsel 100.957 95.064 113.885 116.449 104.113

23. Kaltim 11.620 12.795 12.520 11.993 11.483

24. Sulut 406.759 466.041 450.989 446.144 452.503

25. Sulteng 119.324 136.907 164.282 162.306 180.659

26. Sulsel 969.955 1.195.691 1.395.742 1.343.044 1.281.390

27. Sultra 97.037 93.064 71.655 s74.840 61.888

28. Gorontalo 572.785 753.598 569.110 679.167 685.865

29. Sulbar 26.633 40.252 58.320 58.020 68.799

30. Maluku 15.685 18.924 15.859 15.273 14.265

31. Maluku Utara 10.793 11.493 18.229 20.546 22.622

32. Papua 7.053 1.711 1.585 6.834 7.075

33. Irja Barat 2.428 7.155 6.787 1.931 1.668

Indonesia 13.287.527 16.317.252 17.629.748 18.327.636 17.392.246

Tabel 3.2. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 2007 - 2011 (Ton)

ROADMAP DEPTAN.indb 107 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 108: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[108] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ton/ha)

1990 1.311.564 15.829.635 12.069

1991 1.319.143 15.954.467 12.095

1992 1.351.324 16.515.855 12.222

1993 1.401.640 17.285.385 12.332

1994 1.356.580 15.729.232 11.595

1995 1.324.259 15.441.481 11.660

1996 1.415.101 17.002.455 12.015

1997 1.243.366 15.134.021 12.172

1998 1.205.353 14.696.203 12.192

1999 1.350.008 16.458.544 12.191

2000 1.284.040 16.089.020 12.530

2001 1.317.912 17.054.648 12.941

2002 1.276.533 16.912.901 13.249

2003 1.244.543 18.523.810 14.884

2004 1.255.805 19.424.707 15.468

2005 1.213.460 19.321.183 15.922

2006 1.227.459 19.986.640 16.283

2007 1.201.481 19.988.058 16.636

2008 1.204.933 21.756.991 18.057

2009 1.175.666 22.039.145 18.746

2010 1.182.592 23.908.459 20.217

2011 1.184.696 24.044.025 20.296

Laju -0,38 2,18 2,57

Sumber : BPS.

Tabel 3.3 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Ubi Kayu 1990 - 2011

ROADMAP DEPTAN.indb 108 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 109: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[109]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 (Aram II)

1. Aceh 41.558 38.403 49.839 43.810 40.877

2. Sumut 438.573 736.771 1.007.284 905.571 1.075.215

3. Sumbar 114.551 102.285 115.492 193.188 202.249

4. Riau 51.784 50.772 68.046 75.904 81.208

5. Jambi 44.794 36.905 39.355 39.564 40.575

6. Sumsel 150.133 197.150 166.890 159.929 199.246

7. Bengkulu 76.924 49.478 37.311 43.847 45.664

8. Lampung 6.394.906 7.721.882 7.569.178 8.637.594 9.004.303

9. Babel 18.666 19.722 23.332 21.427 18.396

10. Riau Kep. 7.077 9.364 9.180 8.397 8.170

11. Dki Jakarta 628 454 305 290 221

12. Jabar 1.922.840 2.034.854 2.086.187 2.014.402 2.185.650

13. Jateng 3.410.469 3.325.099 3.676.809 3.876.242 4.068.583

14. Di.Yogya 976.610 892.907 1.047.684 1.114.665 1.061.729

15. Jatim 3.423.630 3.533.772 3.222.637 3.667.058 2.896.269

16. Banten 117.550 115.591 105.621 118.979 106.958

17. Bali 174.189 169.761 171.456 163.746 165.839

18. Ntb 88.527 68.386 85.062 70.606 75.448

19. Ntt 794.121 928.974 913.053 1.032.538 1.040.412

20. Kalbar 221.630 193.804 166.584 177.807 174.063

21. Kalteng 67.617 73.344 74.670 76.669 74.118

22. Kalsel 117.322 119.085 121.656 76.202 116.446

23. Kaltim 105.395 116.218 125.714 110.061 110.526

24. Sulut 74.406 83.656 77.206 84.084 78.154

25. Sulteng 70.858 70.181 82.294 74.128 79.756

26. Sulsel 514.277 504.198 434.862 601.437 516.981

27. Sultra 239.271 217.727 226.927 163.350 264.819

28. Gorontalo 7.432 9.215 7.117 6.171 7.657

29. Sulbar 45.921 54.809 47.781 46.368 50.828

30. Maluku 105.761 107.214 124.442 144.407 113.175

31. Maluku Utara 118.354 116.838 106.443 109.033 113.849

32. Papua 34.450 35.100 36.500 35.531 35.874

33. Papua Barat 17.834 23.072 12.228 25.113 26.763

Indonesia 19.988.058 21.756.991 22.039.145 23.918.118 24.080.021

Tabel 3.4. Perkembangan Produksi Ubi kayu Tahun 2007 - 2011 (Ton)

ROADMAP DEPTAN.indb 109 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 110: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[110] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

No Provinsi Kabupaten Sentra

1. Aceh Aceh Utara, Aceh Timur

2. Sumut Nias, Tapsel, Taput, Asahan, Simalungun, Deli Serdang, Langkat

3. Sumbar Tanah Datar, Sawah Lunto

4. Riau Indragiri Hulu, Kampar, Bengkalis

5. Jambi Batanghari, Bungo Tebo, Sarolangun Bangko

6. Sumsel OKU, OKI, Muara Enim, Mura, Muba

7. Babel Bangka

8. Bengkulu Rejang Lebong

9. Lampung Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Way Kanan

10. Jabar Bogor, Sukabumi, Purwakarta,Sumedang, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis

11. Jateng Camis, Banyumas, Banjarnegara,Kebumen, Boyolli, Wonogiri, Kr Anyar, Pati, Purbalingga, Purworejo, Sragen Wonosobo, Jepara, Magelang, Sukoharjo, Semarang,

12. DIY Gunung Kidul

13. Jatim Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Malang, Probolinggo, Blitar, Tulung Agung, Kediri, Jember, Bondowoso, Pasuruan, Madiun, Magetan, Ngawi, Tuban, Sampang, Sumenep, Bangkalan, Pamekasan

14. Banten Pandeglang, Lebak, Tanggerang, Serang

15. Bali Klungkung, Karang Asem, Buleleng

16. NTB Lombar, Sumbawa, Bima, Lomteng

17. NTT Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Manggarai, Sumba Barat, Kupang, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada

18. Kalbar Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang

19. Kalteng Kapuas

20. Kalsel Tanah Laut, Kotabaru

21. Kaltim Pasir, Kutai

22. Sulut Bolmong, Minahasa

23. Gorontalo Gorontalo

24. Sulteng Donggala, Poso, Banggai, Buol,Toli Toli

25. Sultra Buton, Muna, Kendari

26. Sulsel Bantaeng, Bulukumba, Goa, Jeneponto, Majene, Maros

27. Maluku Malteng, Maluku Tenggara

28. Maluku Utara Halmahera Tengah, Maluku Utara

Sumber : Ditjentan

Tabel 3.5. Kabupaten Sentra Produksi Ubikayu

ROADMAP DEPTAN.indb 110 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 111: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[111]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Tabel 3.6. Perkembangan Luas Panen, Produksi Dan Produktifitas Ubi Jalar Indonesia Tahun 1990 - 2011

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktifitas (Ton/ha)

1990 208.732 1.971.466 9.445

1991 214.316 2.039.212 9.515

1992 229.786 2.171.036 9.448

1993 224.098 2.088.205 9.318

1994 197.170 1.845.178 9.358

1995 228.676 2.171.027 9.494

1996 211.681 2.017.516 9.531

1997 195.436 1.847.492 9.453

1998 202.093 1.935.044 9.575

1999 172.243 1.665.547 9.670

2000 194.262 1.827.687 9.408

2001 181.926 1.749.070 9.614

2002 177.275 1.771.692 9.994

2003 197.455 1.991.478 10.086

2004 184.546 1.901.802 10.305

2005 178.336 1.856.969 10.413

2006 176.507 1.854.238 10.505

2007 176.932 1.886.852 10.664

2008 174.561 1.880.977 10.775

2009 183.874 2.057.913 11.192

2010 181.073 2.051.046 11.327

2011 178.121 2.196.033 12.329

Laju (%/th) -0,46 0,82 1,30

Sumber :BPS.

ROADMAP DEPTAN.indb 111 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 112: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[112] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabel 3.7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Tahun 2007 - 2011 (Ton)No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 (Aram II)

1. Aceh 15.187 13.172 15.298 11.095 12.090

2. Sumut 117.641 114.186 140.138 179.388 179.473

3. Sumbar 53.793 61.817 77.476 104.302 99.718

4. Riau 12.814 11.330 9.736 9.967 10.062

5. Jambi 36.363 21.825 20.614 21.156 32.489

6. Sumsel 21.515 19.621 20.800 22.839 22.741

7. Bengkulu 32.131 30.682 20.930 27.840 29.630

8. Lampung 46.772 48.191 45.041 44.920 48.183

9. Babel 5.144 4.653 4.828 3.751 3.222

10. Riau Kep. 1.472 1.490 1.427 1.790 1.805

11. Dki Jakarta - - - - -

12. Jabar 375.714 376.490 469.646 430.998 431.372

13. Jateng 143.364 117.159 147.083 137.723 152.551

14. Di.Yogya 5.496 7.656 6.687 6.484 6.563

15. Jatim 149.811 136.556 162.607 141.103 171.322

16. Banten 33.694 33.793 34.549 40.579 39.562

17. Bali 91.187 88.201 78.983 70.318 70.377

18. Ntb 13.007 10.985 11.276 13.134 11.597

19. Ntt 102.375 107.316 103.635 121.284 120.082

20. Kalbar 13.882 12.871 11.735 14.959 12.186

21. Kalteng 8.619 12.153 10.763 9.583 9.727

22. Kalsel 31.143 25.903 29.968 25.007 25.631

23. Kaltim 30.855 29.372 31.947 25.156 26.384

24. Sulut 35.475 42.062 53.121 51.838 50.738

25. Sulteng 29.079 27.689 29.821 26.332 26.121

26. Sulsel 58.819 66.546 68.372 57.513 66.960

27. Sultra 27.588 30.892 25.577 25.304 26.242

28. Gorontalo 2.974 3.947 3.456 2.926 3.095

29. Sulbar 9.304 15.895 15.756 15.666 17.785

30. Maluku 20.929 21.778 22.338 20.734 18.263

31. Maluku Utara 35.199 35.094 30.381 27.666 29.531

32. Papua 306.804 337.096 343.325 349.134 357.976

33. Papua Barat 18.702 15.340 10.599 10.557 13.409

INDONESIA 1.886.852 1.881.761 2.057.913 2.051.046 2.126.887

ROADMAP DEPTAN.indb 112 2/15/2013 7:35:52 PM

Page 113: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[113]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Tabel 3.8. Taksiran Luas Area Sagu di Indonesia (Ha)

No Pulau Sebaran Area Sagu (Ha)

1 Sumatera 31.872 - 37.000

2 Kalimantan 2.795 - 5.572

3 Jawa 292

4 Maluku 30.000 - 94.999

5 Sulawesi 25.000 - 55.666

6 Papua 600.000 - 4.183.300

Indonesia 689.959 - 4.376.829

ROADMAP DEPTAN.indb 113 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 114: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[114] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Lampiran 4

Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Sayuran di Indonesia 2005 – 2010 (Ton)

no Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Aceh 175.474 208.848 178.138 156.027 154.957 215.899

2. Sumatera Utara 907.346 845.959 857.516 934.869 930.215 1.036.505

3. Sumatera Barat 240.204 285.671 300.997 356.834 369.093 396.795

4. R i a u 41.789 63.829 87.667 60.724 73.620 77.452

5. J a m b i 159.402 150.777 197.804 189.679 197.575 178.303

6. Sumsel 103.413 130.663 111.240 171.100 177.371 188.698

7. Bengkulu 207.227 294.581 325.265 406.672 382.770 470.102

8. Lampung 153.388 169.804 175.995 223.931 232.725 261.436

9. Bangka Belitung 17.989 32.229 31.964 30.357 34.516 35.070

10. Kepulauan Riau - 11.748 31.263 29.584 34.124 24.555

sumatera 2.006.232 2.194.110 2.297.850 2.559.777 2.586.966 2.884.815

11. DKI Jakarta 21.527 22.835 19.354 19.316 28.776 36.050

12. Jawa Barat 3.202.413 2.944.388 2.990.768 2.838.412 2.939.553 2.632.886

13. Jawa Tengah 1.230.025 1.521.019 1.489.786 1.755.797 1.894.938 2.068.178

14. D.I. Yogyakarta 89.616 78.786 73.842 83.375 88.309 84.601

15. Jawa Timur 1.086.133 1.190.379 1.108.865 1.117.224 1.242.430 1.235.351

16. Banten 187.104 173.094 135.275 120.203 117.610 143.633

J a w a 5.816.818 5.930.500 5.817.890 5.934.328 6.311.616 6.200.699

17. B a l i 148.678 153.137 160.974 151.998 173.274 197.154

18. NTB 158.559 189.020 193.831 185.372 275.241 209.219

19. NTT 50.468 77.962 77.131 147.943 130.892 65.098

Bali & nT 357.705 420.119 431.936 485.313 579.407 471.471

20. Kalimantan Barat 80.645 77.812 57.097 66.493 78.276 57.756

21. Kalteng 28.224 35.535 31.335 50.962 53.091 28.050

22. Kalsel 36.158 47.059 55.299 57.045 53.763 55.385

23. Kalimantan Timur 109.655 131.806 134.960 156.064 131.334 136.698

Kalimantan 254.682 292.212 278.691 330.564 316.464 277.889

24. Sulawesi Utara 274.227 240.731 257.881 303.052 372.604 323.181

25. Sulawesi Tengah 21.444 41.953 35.255 39.184 45.674 85.503

26. Sulawesi Selatan 256.488 256.356 157.812 218.935 204.689 253.484

27. Sultra 34.738 40.952 43.742 20.033 52.678 67.659

ROADMAP DEPTAN.indb 114 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 115: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[115]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

no Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010

28. Gorontalo 17.939 19.165 15.784 16.550 24.084 24.882

29. Sulawesi Barat - 20.459 26.457 16.731 14.387 15.646

sulawesi 604.836 619.616 536.930 614.485 714.116 770.355

30. Maluku 13.682 17.381 16.602 7.302 3.864 5.766

31. Maluku Utara 6.629 6.375 8.254 8.678 8.448 4.475

32. Papua 28.935 34.078 50.085 54.062 59.441 49.150

33. Papua Barat 12.468 13.070 17.223 40.584 47.963 41.766

Maluku & Papua 61.714 70.904 92.165 110.626 119.716 101.157

indonesia 9.101.987 9.527.462 9.455.462 10.035.094 10.628.285 10.706.386

Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar

ROADMAP DEPTAN.indb 115 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 116: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[116] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Tabel 4.2. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2007 – 2009

No Komoditas Produksi (Ton)

2007 2008 2009

1. Kol/Kubis 1.288.738 1.323.702 1.358.113

2. Kentang 1.003.732 1.071.543 1.176.304

3. Bawang Merah 802.81 853.615 965.164

4. Tomat 635.474 725.973 853.061

5. Cabe Besar 676.828 695.707 787.433

6. Cabe Rawit 451.965 457.353 591.294

7. Ketimun 581.205 540.122 583.139

8. Petsai/Sawi 564.912 565.636 562.838

9. Bawang Daun 479.924 547.743 549.365

10. Kacang Panjang 488.499 455.524 483.793

11. Terung 390.846 427.166 451.564

12. Kangkung 335.086 323.757 360.992

13. Wortel 350.17 367.111 358.014

14. Labu Siam 254.056 394.386 321.023

15. Buncis 266.79 266.551 290.993

16. Melinjo 205.728 230.654 221.097

17. Petai 178.68 213.536 183.679

18. Bayam 155.863 163.817 173.75

19. Kacang Merah 112.271 115.817 110.051

20. Kembang Kol 124.252 109.497 96.038

21. Jamur 48.247 43.047 38.465

22. Lobak 42.076 48.376 29.759

23. Bawang Putih 17.312 12.339 15.419

24. Paprika - 2.114 4.462

25. Jengkol 80.008 62.475

sayur 9.455.464 10.035.094 10.628.285

ROADMAP DEPTAN.indb 116 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 117: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[117]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

No Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Aceh 224.870 269.606 220.970 130.059 193.331 208.765

2. Sumatera Utara 1.459.137 1.674.425 1.920.640 1.874.263 1.825.044 1.931.560

3. Sumatera Barat 305.689 330.452 286.857 397.724 369.205 367.652

4. R i a u 233.170 259.639 141.412 180.917 217.787 112.737

5. J a m b i 106.764 151.897 260.205 223.966 291.722 206.456

6. Sumatera Selatan 624.802 790.673 471.367 606.202 586.171 491.626

7. Bengkulu 61.171 93.500 93.774 155.695 118.402 70.677

8. Lampung 850.402 1.076.228 2.101.215 1.475.847 1.361.523 1.395.048

9. Bangka Belitung 75.763 62.467 61.154 58.223 60.519 46.978

10. Kepulauan Riau - 1.851 5.063 18.108 28.605 23.211

sumatera 3.941.767 4.710.738 5.562.657 5.121.004 5.052.310 4.854.710

11. DKI Jakarta 13.663 12.686 11.166 11.085 12.450 12.495

12. Jawa Barat 2.788.021 3.252.085 3.366.686 3.395.811 3.365.945 2.196.745

13. Jawa Tengah 1.623.246 1.502.255 1.577.905 2.068.969 2.207.543 1.702.596

14. D.I. Yogyakarta 331.679 261.226 260.873 270.169 268.509 222.018

15. JawaTimur 2.700.787 2.928.229 2.800.392 3.421.413 3.427.808 2.693.402

16. Banten 313.774 335.842 211.766 219.598 307.189 324.763

J a w a 7.771.170 8.292.323 8.228.788 9.387.045 9.589.445 7.152.019

17. B a l i 428.989 460.526 457.863 441.395 528.346 408.297

18. NTB 320.196 331.721 380.468 234.669 384.733 338.694

19. NTT 240.139 241.886 412.047 466.832 636.065 424.040

Bali & nT 989.324 1.034.133 1.250.378 1.142.896 1.549.144 1.171.031

20. Kalimantan Barat 388.426 416.176 393.932 367.678 425.329 302.476

21. Kalteng 97.834 110.012 120.523 103.454 172.983 114.003

22. Kalsel 304.466 262.888 244.231 261.415 321.595 256.220

23. Kalimantan Timur 195.566 202.716 217.332 278.028 292.824 259.087

Kalimantan 986.292 991.792 976.018 1.010.575 1.212.731 931.786

24. Sulawesi Utara 122.172 109.294 116.517 136.357 144.071 166.110

25. Sulawesi Tengah 118.036 82.432 88.872 82.618 88.129 159.528

26. Sulawesi Selatan 597.311 529.387 487.298 516.502 576.157 490.882

Tabel 4.3. Perkembangan Produksi Buah-buahan di Indonesia 2005 - 2010

ROADMAP DEPTAN.indb 117 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 118: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[118] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

No Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010

27. Sultra 128.008 90.661 62.816 94.021 75.796 202.094

28. Gorontalo 10.390 10.845 17.571 14.696 17.074 14.428

29. Sulawesi Barat - 212.954 194.324 357.067 248.690 240.094

sulawesi 975.918 1.035.573 967.398 1.201.261 1.149.917 1.273.136

30. Maluku 21.881 27.896 39.455 25.457 22.239 34.138

31. Maluku Utara 54.133 40.992 52.738 91.340 6.732 29.664

32. Papua 17.983 12.520 27.284 13.205 50.275 21.731

33. Papua Barat 28.131 25.163 11.906 35.106 21.107 22.158

Maluku & Papua 122.128 106.571 131.383 165.108 100.354 107.691

indonesia 7.015.429 7.878.807 8.887.834 8.640.844 9.064.455 8.338.354

Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar

Lanjutan Tabel 4.3

ROADMAP DEPTAN.indb 118 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 119: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[119]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Tabel 4.4. Produksi Tanaman Buah di Indonesia Tahun 2007 – 2009

No Komoditas Produksi (Ton)

2007 2008 2009

1. Pisang 5.454.226 6.004.615 6.373.533

2. Mangga 1.818.619 2.105.085 2.243.440

3. Jeruk siam 2.551.635 2.391.011 2.025.840

4. Nenas 2.237.858 1.433.133 1.558.196

5. Rambutan 705.823 978.259 986.841

6. Salak 805.879 862.465 829.014

7. Durian 594.842 682.323 797.798

8. Pepaya 621.524 717.899 772.844

9. Nangka/ Cempedak 601.929 675.455 653.444

10. Semangka 350.78 371.498 474.327

11. Apel 160.794 262.009

12. Alpukat 201.635 244.215 257.642

13. Jambu Biji 179.474 212.260 220.202

14. Duku 178.026 158.649 195.364

15. Sawo 101.263 120.649 127.876

16. Markisa 106.788 138.027 120.796

17. Sukun 92.014 113.778 110.923

18. Jeruk Besar 74.249 76.621 105.928

19. Manggis 112.722 78.674 105.558

20. Jambu Air 94.015 111.495 104.885

21. Melon 59.814 56.883 85.861

22. Blewah 57.725 55.991 75.124

23. Belimbing 59.984 72.397 72.443

24. Sirsak 55.798 55.042 65.359

25. Stroberi 128.701 19.132

26. Anggur 21.97 9.519

Total Buah 17.116.622 18.027.889 18.653.900

ROADMAP DEPTAN.indb 119 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 120: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[120] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Lampiran 5

Tabel 5. Potensi Produk Pangan Pokok Nusantara

No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku

1 Aceh Lempeng Ubi Kayu Sagu

Nasi Jagung Jagung

Briani Pisang Pisang Kepok & Daging sapi

Dalica Kentang, Pisang & Daging Sapi,

Pajri Nenas

Croh Payeh Udang

Putri Carden Tepung Ubi

Timpan Sagu Pisang Wak Tua & Tepung Sagu

Balacang Kelapa Ikan asin & Udang Basah

2 Sumatera Utara Manggadong Ubi Kayu

Nasi Jagung Jagung

Bebilar (Beras Ubi Jalar) Ubi Jalar

Sagon Bakar Tepung Kanji

Laksamana Mengamuk Buah kueni

Belut Berselimut Bayam Ikan Belut, Bayam & Telur Ayam

3 Sumatera Barat Pinere Sagu

Lompong Sagu Tepung sagu & Pisang

4 Kepulauan Riau Laksa Sagu Sagu

Otak-otak Ikan & Cumi

Mie Laksa Sagu & Ikan Tamban

Pindang Ikan Belanak Ikan belanak

Kirai Sagu Tepung sagu

Mie Goreng Sagu Mie Sagu & Telur Ayam

Gobal Sagu Sagu Basah

Mie Tarempa Mie Sagu & Telur Ayam

Lendod Sagu

Krenas Sagu butir

5 Jambi Burgo Kuah Ubi Kayu

Kue Satu Tepung Sagu & Telur Ayam

Brengkes Tempoyak Durian & Ikan Patin

Gulai Tekuyung Tekuyung

Gulai Aur Rebung

6 Sumatera Selatan Rasbi (Beras Ubi) Ubi Jalar

Pindang Iwak Ikan Patin

Pempek Ikan Tenggiri & Tepung Sagu

Tekwan Ikan Tenggiri & Tepung Sagu

Kumbu Kacang Merah

ROADMAP DEPTAN.indb 120 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 121: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[121]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku

Mentu Ikan Gabus

Pindang Meranjat Ikan Gabus

Kipo Sagu

Geblek Ubi Kayu & Susu

7 Riau Sagu Rendang Sagu

Sagu Lemak Sagu

Sagu Stick Sagu

8 Bengkulu Nasi Ganyong Ganyong & Jagung

Lawar Kemumu Unji Unji & Kemumu

Kecepul Maje Jagung

Gulai Ikan Pelus Ikan Pelus

Violet Nan Elot Ubi jalar & Tepung Kanji

9 Bangka Belitung Nasi Aruk Ubi Kayu

Kue Rengai Beras Aruk & Tepung Tapioka

Lempah Kuning Ikan Ikan & Nanas

Kembung Bertelur Ikan Kembung, Telur Ayam & Sagu

Begudo Ikan Teri Ikan Teri & Telur Ayam

Cingkong Kepiting Kepiting, Telur & Tepung Tapioka

Kericu Sagu, Telur Cumi dan Telur Ayam

10 Lampung Beras Siger Ubi Kayu

Oyek Ubi Kayu

11 DKI Jakarta Jalejo Jagung, Kedelai dan Kacang Hijau

Tauge Goreng Toge, Tahu Putih, dan Tauco

Sayur Babanci Daging Sapi & Jeroan Kambing

Kue Rangi Tepung Sagu Aren

Kue Pepe Tepung Kanji

Asinan Jakarta Kacang Tanah, Sawi, Timun, Toge, Mie Basah

Soto Tangkar Daging Sapi & Tulang Iga

12 Banten Beras Analog Ubi Kayu

13 Jawa Barat Rasi Ubi Kayu

Nasi Ubi Kayu Ubi Kayu

Dongkal/Gaplek Ubi Kayu

Tiwul Selimut Telur Ubi Kayu & Telur Ayam

Gurandil Ubi Kayu

Mustofa Ubi Ubi Jalar

Talam Ubi Ungu Ubi Jalar Ungu

Sego Jagung Jagung

Lanjutan Tabel 5.

ROADMAP DEPTAN.indb 121 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 122: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[122] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Lanjutan Tabel 5.

No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku

Beras Analog Jagung/Ubi Kayu/Ubi Jalar

Gongsir Jagung

14 Jawa Tengah Tiwul Ubi Kayu

Beras Jagung Jagung

15 DI.Yogyakarta Tiwul Instan Ubi Kayu

Mie Sehat Ubi Kayu

Gudeg Nangka Nangka Muda

Brongkos Kacang Tolo & Tempe

Nasi Growol Ubi Kayu

Geblek Ubi Kayu

Tempe Benguk Kacang Koro Benguk

Slondok Ubi Kayu

16 Jawa Timur Tiwul Ubi Kayu

Nasi Jagung Jagung

17 Bali Ledok Jagung & Ubi Jalar

Betutu Ayam

Kekiping Tepung Gaplek & Kacang

Rempeyek Ubi Ungu, Kacang Tanah dan Kedelai

Semprit Pisang

Nasi Gadung Ubi Gadung

Nasi Timbul Buah Timbul

Sengit Talas

18 Kalimantan Barat Mie Sagu Sagu & Udang

Sayur Sulur Keladi Keladi & Sulur

Sayur Gulai Umbut Kelapa Umbut Kelapa & Tulang Iga

Korket Ubi Kuah Sup Kikil Ubi Kayu & Kikil Sapi

19 Kalimantan Tengah Nasi Kopu Ubi Kayu

Soto Manggala Ubi Kayu, Ayam Kampung & Telur Ayam

Papeda Sagu

Sagu Goreng Sagu

Talam Jagung Jagung & Tepung Sagu

Kakicak Ubi Kayu

Kroket Sukun Sukun

Kripik Saluang Ikan Saluang

20 Kalimantan Selatan Jepa-Jepa Ubi Kayu

21 Kalimantan Timur Iluy Ubi Kayu

Bubur Gunting Sagu

ROADMAP DEPTAN.indb 122 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 123: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[123]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Lanjutan Tabel 5.No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku

Gangan Keladi Asam Keladi, Ubi Jalar, Ubi Kayu & Kangkung

Tempuyak Durian

Sayur Umbut Rotan Rotan muda

Rabuk Harua Ikan Gabus & Kepiting

Jelore Tepung Ubi Kayu

22 Sulawesi Selatan Kapurung Sagu, Ikan, Ayam & Kacang Tanah

Barobbo Jagung, Ayam & Kacang Panjang

Bassang Jagung

Pallubasa Daging sapi

Coto Makassar Daging Sapi, Babat, Usus & Kacang Tanah

Kambu Paria Pare & Pare

Dangke Susu Sapi & Susu Kambing

Pallubutung Pisang Kepok

23 Sulawesi Tenggara Sinonggi Sagu

Kasuami Ubi Kayu

Kabuto (Hogo-Hogo) Ubi Kayu

Dange Sagu panggang

Kapusu Nosu Jagung ketan

Kagili Ubi Kayu, Jagung & Kacang Tunggak

Katumbu Jagung Muda

Parende Sumowo Kalo Ikan Ikan Kakap, Cumi-Cumi & Udang

Bou Pinare Nahu Nggaluku Ikan Gabus

Kasiuna Kaholeo Ikan Teri Asap

24 Sulawesi Tengah Nasi Jagung Jagung

Papeda Sagu

Kapurung Sagu

Jepa Sagu

Doko-doko Ubi Kayu Ubi kayu

Binte Jagung

Kaledo Tulang Kaki Sapi

Palu Mara Ayam & Ikan

Penja Ikan duo

Kambu Paria Paria & Ikan

25 Sulawesi Utara Binthe Bilihute Jagung

Bubur Manado Jagung

26 Sulawesi Barat Loka Anjoroi Pisang

Lame Ayu Anjoroi Ubi Kayu

Ule-Ule Tarreang Jewawut

ROADMAP DEPTAN.indb 123 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 124: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[124] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku

Jepa Ubi Kayu

27 Gorontalo Binthe Bilihute Jagung

Ilabulo Sagu & Hati Ayam

Kue Popolulu Ubi Jalar

Kue Sabongi Ubi Kayu & Pisang

Kue Kala-Kala Pisang

Kue Kokole Sagu

Putung Ilahe Jantung Pisang & Ikan

Bubur Sada Jagung Halus

Duwo Delepao Sagu & Ikan

28 NTB Beras Analog Ubi Kayu

Jagung Bose Jagung

Pelecing Kangkung Kangkung Lombok

Sayur Lebui Biji lebui tua

Sirap Padang Ikan Kakap

Doco Fo’o Tota Mangga Muda & Udang

Mangge Mada Jantung Pisang Kepok & Udang

Luhluh Ikan Tenggiri

29 NTT Nasi Jagung Beras jagung (ukuran sedang)

Jagung Bose Jagung

Kapuru Jagung & Kacang Tanah

Jagung Titi Jagung

Manggullu Sale Pisang & Kacang Tanah

Nasi Tominuku Ubi Ungu & Ubi Putih

Koil Mbuka Ubi Kayu

Sombu Ubi Kayu & Jagung

Akar Bilang Tepung sagu

Ut Moruk Tepung jagung

30 Maluku Papeda Sagu

Sagu Lempeng Sagu

Enbal Ubi Kayu

Bagea Sagu

Sinoli Sagu

Babengka Ubi Kayu Ubi Kayu

Sangkola Ubi Kayu

Garontong Jagung

Babengka Ubi Jalar Ubi jalar

Lanjutan Tabel 5.

ROADMAP DEPTAN.indb 124 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 125: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[125]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

No. Provinsi Pangan Lokal Bahan Baku

Kumbili Kumbili

Nasi Hotong Hotong

31 Maluku Utara Sagu Lempeng Sagu

Papeda Sagu

Sayur Garu Jantung pisang

Kasbi/Pisang Santan Ubi Kayu & Pisang

Bagea Kenari Sagu & Kenari

Ikan Pampis Ikan Cakalang & Ikan Asap

Popare Isi Pare, Ikan Cakalang & Tuna

Pisang Coe Pisang masak

Rica Isi Ikan Cakalang

Cingkarong Jagung muda

32 Papua Papeda Sagu

Lilin Genemo Genemo, Sayur Lilin, Jagung & Wortel

Puding Sagu Buah Merah Sagu, Buah Merah & Nangka

Lemper Singkong Singkong

Kelepon Ubi Jalar Ubi Jalar & Tepung Sagu

Sop Kepiting Kepiting

Bubur Kacang Sagu Kacang Hijau & Sagu

33 Papua Barat Papeda Sagu

Umbi-Umbian Umbi-Umbian

Lanjutan Tabel 5.

ROADMAP DEPTAN.indb 125 2/15/2013 7:35:53 PM

Page 126: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[126] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Gam

bar 6

. Str

uktu

r Org

anis

asi K

emen

teri

an P

erta

nian

Rep

ublik

Indo

nesi

a

Lam

pira

n 6

ROADMAP DEPTAN.indb 126 2/15/2013 7:35:54 PM

Page 127: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

[127]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

ROADMAP

Tabel 6. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Sekretariat Badan Ketahanan Pangan

1. Bagian Perencanaan a.b.c.

Sub Bagian Rencana ProgramSub Bagian Kerjasama ProgramSub Bagian Rencana Penganggaran

2. Bagian Keuangan dan Perlengkapan a.b.c.

Sub Bagian PerbendaharaanSub Bagian Akuntansi & VerifikasiSub Bagian Perlengkapan & RT

3. Bagian Umum a.b.c.

Sub Bagian Organisasi & KepegawaianSub Bagian HukumSub Bagian Humas & TU

4. Bagian Evaluasi dan Pelaporan a.b.c.

Sub Bagian Data dan InformasiSub Bagian EvaluasiSub Bagian Pelaporan dan TLHP

Fungsional Statistisi

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

1. Bidang Ketersediaan Pangan a.b.

Sub Bidang Analisis Ketersediaan PanganSub Bidang Sumberdaya Pangan

2. Bidang Akses Pangan a.b.

Sub Bidang Analisis Akses PanganSub Bidang Pengembangan Akses Pangan

3. Bidang Kerawanan Pangan a.b.

Sub Bidang Analisis Kerawanan PanganSub Bidang Penanggulangan Kerawanan Pangan

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

1. Bidang Distribusi Pangan a.b.

Sub Bidang Analisis Distribusi PanganSub Bidang Kelembagaan Distribusi Pangan

2. Bidang Harga Pangan a.b.

Sub Bidang Analisis Harga Pangan ProdusenSub Bidang Analisis Harga Pangan Konsumen

Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

1. Bidang Penganekaragaman Pangan a.b.

Sub Bidang Pengembangan Pangan LokalSub Bidang Promosi Penganekaragaman Pangan

2. Bidang Konsumsi Pangan a.b.

Sub Bidang Kebutuhan Konsumsi PanganSub Bidang Pola Konsumsi Pangan

3. Bidang Keamanan Pangan Segar a.b.

Sub Bidang Pengawasan Keamanan Pangan SegarSub Bidang Kelembagaan Keamanan Pangan Segar

ROADMAP DEPTAN.indb 127 2/15/2013 7:35:55 PM

Page 128: Roadmap Diversi Pangan 2011-2015

ROADMAP DEPTAN.indb 128 2/15/2013 7:35:55 PM