RKPM 4-Airway Management

29
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2: RKPM Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Modul Pembelajaran Pertemuan ke-4 Modul Keperawatan Gawat Darurat Semester 7/3 sks oleh 1. Totok Hardjanto, S. Kep., Ns., M.Kes. 2. Sutono, S.Kp. 3. Sri Setiyarini, S.Kp., M. Kes 4. Eri Yanuar ABS, S.Kep.,Ns. 5. Happy Indah K, S. Kep., Ns. Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM Tahun Anggaran 2012

description

airway management PSIK FK UGM

Transcript of RKPM 4-Airway Management

Page 1: RKPM 4-Airway Management

UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta

Buku 2: RKPMRencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan

Modul Pembelajaran Pertemuan ke-4

Modul Keperawatan Gawat Darurat

Semester 7/3 sksoleh

1. Totok Hardjanto, S. Kep., Ns., M.Kes.2. Sutono, S.Kp.

3. Sri Setiyarini, S.Kp., M. Kes4. Eri Yanuar ABS, S.Kep.,Ns.5. Happy Indah K, S. Kep., Ns.

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2012

Desember 2012

Mata Kuliah : Emergency and Critical Care Nursing

Page 2: RKPM 4-Airway Management

Tingkat / Blok : IV / 4.2

Pertemuan Ke : 4

Waktu pertemuan : 1 x 2 jam

Kompetensi Dasar

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa dapat memahami konsep Airway

Management

Standar Kompetensi/Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan:

a. Mampu menganalisis fisiologi pernapasan, jalan napas

b. Mampu menganalisis kegawatan dalam system pernapasan (jalan napas dan respirasi)

c. Mampu menganalisis Penanganan Jalan Napas tanpa Alat

d. Mampu menganalisis Penanganan Jalan Napas dengan Alat

Airway Management

Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen

dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.

Sumbatan jalan nafas merupakan salah satu penyebab kematian utama yang kemungkinan masih

dapat diatasi. Penolong harus dapat mengenal tanda-tanda dan gejala-gejala sumbatan jalan nafas

dan menanganinya dengan cepat walaupun tanpa menggunakan alat yang canggih.

Sumbatan jalan nafas dapat dijumpai baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah

sakit. Di luar rumah sakit misalnya penderita tersedak makanan padat sehingga tersumbat jalan

nafasnya, sedangkan di dalam rumah sakit misalnya penderita tidak puasa sewaktu akan

dilaksanakan pembedahan sehingga dapat terjadi aspirasi yang dapat menyumbat jalan nafasnya.

2.1 Definisi

2

Page 3: RKPM 4-Airway Management

Resusitasi adalah daya upaya untuk mengembalikan fungsi hidup dan kesadaran dari

seseorang yang sudah mendekati kematian5. Resusitasi paru adalah tindakan dan bantuan untuk

mengembalikan fungsi paru yang telah gagal.

2.2 Fisiologi pernafasan1

Respirasi ialah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dalam lingkungan sekitarnya.

Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu eksternal dan internal. Respirasi eksternal ialah

pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya. Pertukaran ini meliputi beberapa proses

yaitu:

1.      Ventilasi: proses masuk udara sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveoli

2.      Distribusi: distribusi dan pencampuran molekul-molekul gas intrapulmoner

3.      Difusi: masuknya gas-gas menembus selaput alveolo-kapiler

4.      Perfusi: pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat.

Respirasi internal ialah pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan. Pertukaran ini meliputi

beberapa proses yaitu:

1.      Efisiensi kardiosirkulasi dalam darah kaya oksigen

2.      Distribusi kapiler

3.      Difusi, perjalanan gas ke ruang interstitial dan menembus dinding sel

4.      Metabolisme sel yang melibatkan enzim

Fungsi utama respirasi ialah pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan udara pernafasan.

Fungsi tambahan ialah pengendalian keseimbangan asam basa, metabolism hormon, dan

pembuangan partikel. Paru ialah satu-satunya organ tubuh yang menerima darah dari seluruh

curah jantung.

Secara anatomis sistem respirasi dibagi menjadi bagian atas (upper) terdiri dari hidung, ruang

hidung, sinus paranasalis, dan faring yang berfungsi menjaring, menghangatkan, dan

melembabkan udara yang masuk ke saluran pernapasan dan bagian bawah (lower) terdiri dari

laring, trakea, bronki, bronkioli, dan alveoli.

Secara fisiologis sistem respirasi dibagi menjadi bagian konduksi dari ruang hidung sampai

bronkioli terminalis dan bagian respirasi terdiri dari brokioli respiratorius sampai alveoli. Paru

kanan terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan paru kiri dua lobus (atas dan bawah).

3

Page 4: RKPM 4-Airway Management

2.2.1 Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida1

Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru ke bagian respirasi paru sampai ke alveoli.

Setelah O2 menembus epitel alveoli, membran basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian

besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%).

Dalam keadaan normal 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveoli mengangkut 20 ml

O2. Rata-rata dewasa muda normal membutuhkan O2 setiap menitnya 225 ml. oksigen yang

masuk ke dalam darah dari alveoli sebagian besar diikat oleh Hb dan sisanya larut dalam plasma:

O2 + Hb ↔ HB O2                        (97%)

O2 + Plasma ↔ Larut                    (3%)

Jika semua molekul Hb mengikat O2 secara penuh, maka saturasinya 100%. Jika

kemampuan setiap molekul Hb hanya mengikat 2 molekul O2, maka saturasinya 50%. Karbon

dioksida adalah hasil metabolisme aerobik dalam jaringan perifer dan produksinya bergantung

jenis makanan yang dikonsumsi. Dalam darah sebagian besar CO2 (70%) diangkut dan diubah

menjadi asam karbonat dengan bantuan enzim carbonic anhydrase (CA). sebagian kecil CO2

diikat oleh Hb dalam sel eritrosit. Sisa CO2 (23%) larut dalam plasma.

2.2.2 Pengaruh anesthesia pada respirasi1

Efek penekan dari obet anestetik dan pelumpuh otot lurik terhadap respirasi telah dikenal

sejak dulu ketika kedalaman, karakter dan kecepatan respirasi dikenal sebagai tanda klinis yang

bermanfaat terhadat kedalaman anesthesia.

Zat-zat anestitik intravena dan abar (volatile) serta opioid semuanya menekan pernapasan

dan menurunkan respon terhadap CO2. Respons ini tidak seragam, opioid mengurangi laju

pernapasan, zat abar trikloretilen meningkatkan laju pernapasan. Hiperkapnia atau hiperkarbia

(PaCO2 dalam darah arteri meningkat) merangsang kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan

diteruskan ke pusat napas, terjadilah napas dalam dan cepat (hiperventilasi). Sebaliknya

hipokapnia atau hipokarbia (PaCO2 dalam darah arteri menurun) menghambat kemoreseptor di

badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah nafas dangkal dan lambat

(hipoventilasi).

Induksi anestesi akan menurunkan kapasitas sisa fungsional (fungsional residual volume),

mungkin karena pergeseran diafragma ke atas, apalagi setelah pemberian pelumpuh otot.

Menggigilk pasca anesthesia akan meningkatkan konsumsi O2.

4

Page 5: RKPM 4-Airway Management

Pada perokok berat mukosa jalan nafas mudah terangsang, produksi lendir meningkat,

darahnya mengandung HbCO2 kira-kira 10% dan kemampuan Hb mengikat O2 menurun sampai

25%. Nikotin akan menyebabkan takikardia dan hipertensi.

     2.2.3  Volum statik dan kapasitas paru4

1.  Volume tidal, yaitu volume udara inspirasi atau ekspirasi pada setiap daur napas tenang.

Dewasa ±500 ml.

2.  Volume cadangan inspirasi, yaitu volume maksimal udara yang dapatr diinspirasi setelah

akhir ekspirasi tenang. Dewasa ±1500 ml.

3.  Volume cadangan ekspirasi, yaitu volume maksimal udara yang dapat diekspirasi setelah

akhir ekspirasi tenang. Dewasa ±1200 ml.

4.  Volume sisa, yaitu volume udara yang tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi maksimal.

Dewasa ±2100 ml.

5.  Kapasitas inspirasi, yaitu volume maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir

ekspirasi tenang. Dewasa ±2000 ml.

6. Kapasitas sisa fungsional, yaitu volume udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi

tenang. Dewasa ±3300 ml.

7. Kapasitas vital, yaitu volume maksimal udara yang dapat diekspirasi dengan usaha

maksimal setelah inspirasi maksimal. Dewasa ±3200 ml.

8. Kapasitas paru total, yaitu volume udara dalam paru setelah akhir inspirasi maksimal.

Dewasa ± 5300 ml.

Fungsi paru:

1.      Membuang CO2 dan mengambil O2 untuk metabolisme tubuh

2.      Mempertahankan pH darah

3.      Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh dan kadar H2O

4.      Komponen fonasi suara

2.3 Kegawat daruratan dalam sistem respirasi2

            Kegawat daruratan dalam sistem respirasi terbagi menjadi dua jenis yaitu:

5

Page 6: RKPM 4-Airway Management

1.      kegawatdaruratan pada gangguan jalan napas (airway)

2.      kegawatdaruratan pada gangguan ventilasi (breathing)

2.3.1 Kegawat daruratan pada gangguan jalan napas (airway)

Obstruksi jalan napas

Tanda-tanda sumbatan jalan napas2

Pada keadaan penderita yang masih bernafas, mengenali ada tidaknya sumbatan jalan napas

dapat dilakukan dengan cara lihat (look), dengar (listen), dan raba (feel).

1.      Lihat (look)

Tentukan apakah pasien mengalami agitasi atau penurunan kesadaran. Agitasi menunjukkan

kesan adanya hipoksemia yang mungkin disebabkan oleh karena sumbatan jalan napas,

sedangkan penurunan kesadaran member kesan adanya hiperkarbia yang mungkin disebabkan

oleh hipoventilasi akibat sumbatan jalan napas.

Perhatikan juga gerak dada dan perut saat bernapas, normalnya pada posisi berbaring waktu

inspirasi dinding dada dan dinding perut bergerak keatas dan waktu ekspirasi dinding dada dan

dinding perut turun. Pada sumbatan jalan napas total dan parsial berat, waktu inspirasi dinding

dada bergerak turun tapi dinding perut bergerak naik sedangkan waktu ekspirasi terjadi

sebaliknya. Gerak nafas ini disebut see saw atau rocking respiration.

Adanya retraksi sela iga, supra klavikula atau subkostal merupakan tanda tambahan adanya

sumbatan jalan napas. Sianosis yang terlihat di kuku atau bibir menunjukkan adanya hipoksemia

akibat oksigenasi yang tidak adekuat. Pada penderita trauma perlu dilihat adanya deformitas

daerah maksilofasial atau leher serta adanya gumpalan darah, patah tulang, gigi, dan muntahan

yang dapat menyumbat jalan nafas. 

2.   Dengar (listen)

Didengar suara nafas dan ada tidaknya suara tambahan. Adanya suara napas tambahan berarti

ada sumbatan jalan nafas parsial. Suara nafas tambahan berupa dengkuran (snoring), kumuran

(gargling), atau siulan (crowing/stridor). Snoring disebabkan oleh lidah menutup orofaring,

gargling karena secret, darah, atau muntahan dan crowing/stridor karena anya penyempitan jalan

napas karena spasme, edema, dan pendesakan.

3.    Raba (feel)

6

Page 7: RKPM 4-Airway Management

Dirabakan hawa ekspresi yang keluar dari lubang hidung atau mulut, dan ada tidaknya

getaran di leher waktu bernapas. Adanya getaran di leher menunjukkan sumbatan parsial ringan.

Pada penderita trauma perlu diraba apakah ada fraktur di daerah maksilofasial, bagaimana posisi

trachea.

Obstruksi jalan napas dapat disebabkan oleh:

1.  lidah menyumbat orofaring1

Pada pasien tidak sadar atau dalam keadaan anestesia posisi terlentang, tonus otot jalan napas

atas, otot genioglossus hilang, sehingga lidah akan menyumbat hipofaring dan menyebabkan

obstruksi jalan napas baik total atau parsial. Keadaan ini sering terjadi dan harus cepat diketahui

dan dikoreksi dengan beberapa cara, misalnya manuver tripel jalan napas (triple airway

maneuver), pemasangan alat jalan napas faring (pharyngeal airway), pemasangan alat jalan

napas sungkup laring (Laryngeal mask airway), pemasangan pipa trakea (endotracheal tube).

 Manuver tripel jalan napas1

1.      Kepala di ekstensikan pada sendi atlanto-oksipital

2.      Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula

3.      Mulut dibuka

Dengan manuver ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas bebas, sehingga gas atau

udara lancar masuk ke trakea lewat hidung atau mulut.

Jalan napas faring1

Jika triple manuever kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-faring lewat

mulut (oropharyngeal airway) atau jalan napas hidung-faring lewat hidung (naso-pharyngeal

airway).

            Oropharyngeal airway : berbentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C berlubang

ditengahnya dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras untuk mencegah

kalau pasien menggigit lubang tetap paten, sehingga aliran udara tetap terjamin.

Naso-pharyngeal airway : berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dibuat dari

bahan karet lateks lembut. Pemasangan harus  hati-hati dan untuk menghindari trauma mukosa

hidung pipa diolesi dengan jelly.

Sungkup laring

7

Page 8: RKPM 4-Airway Management

Sungkup laring (LMA, laryngeal mask airway) ialah alat jalan napas berbentuk sendok

terdiri dari pipa besar berlubang ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang-

kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa keras  dari polivinil

atau lembek dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.

Dikenal 2 macam sungkup laring:

1.   Sungkup laring standar dengan satu pipa napas.

2.   Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan lainnya pipa tambahan yang

ujungnya distalnya berhubungan dengan esofagus.

Ukuran Usia Berat (kg)

1.0 Neonatus <3

1.3 Bayi 3-10

2.0 Anak kecil 10-20

2.3 Anak 20-30

3.0 Dewasa kecil 30-40

4.0 Dewasa normal 40-60

5.0 Dewasa besar >60

Cara pemasangan LMA dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan laringoskop.

Sebenarnya  alat ini dibuat dengan tujuan diantaranya supaya dapat dipasanga langsung tanpa

bantuan alat dan dapat digunakan jika intubasi trakea diramalkan bakal mendapat kesulitan.

Pemasangan hendaknya menunggu anestesia cukup dalam atau menggunakan pelumpuh otot

untuk menghindari trauma rongga mulut, faring-laring. Setelah alat terpasang, untuk

menghindari pipa napasnya tergigit, maka dapat dipasang gulungan kain kasa (bite block) atau

pipa napas mulut faring.

Pipa trakea1

Pipa trakea (endotracheal tube) mengantar gas analgetik langsung kedalam trakea dan

biasanya dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam

milimeter. Karena penampang trakea bayi, anak kecil, dan dewasa berbeda, penampang

melintang trakea bayi dan anak kecil dibawah usia 5 tahun hampir bulat, sedangkan dewasa

8

Page 9: RKPM 4-Airway Management

seperti huruf D, maka untuk bayi anak digunakan tanpa cuff dan untuk anak besar dewasa

dengan cuff, supaya tidak bocor.

Intubasi trakea.

Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima

glotis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan

bifurkasio trakea. Indikasi sangat bervariasi dan umumnya digolongkan sebagai berikut:

1.    Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun.

Kelaianan anatomis, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret jalan napas

2.    Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

Misalnya, saat resusuitasi, memungkinkan penggunaan relaksan dengan efisien, ventilasi jangka

panjang.

3.   Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.

2.   Obstruksi oleh karena cairan2

Muntahan, darah dan sekret di tangani dengan penghisap (suction). Ada 2 macam kateter

penghisap yang sering digunakan yaitu rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter suction

tip. Untuk menghisap rongga mulut dianjurkan memakai yang rigid tonsil/dental tip sedangkan

untuk menghisap lewat pipa endotrakeal atau trakheostomi menggunakan yang soft catheter

suction tip.

3.   Obstruksi pada pasien sadar2

Penanganan pada obstruksi benda asing pada pasien sadar adalah dengan maneuver back blow

dan Heimlich.

2.3.2 Kegawatdaruratan pada Gangguan Ventilasi2

Gagal nafas adalah  ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal

O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh

gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu

memenuhi metabolisme tubuh.

Jalan napas yang tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena itu langkah yang

pertama adalah membuka jalan napasdan menjaganyaaar tetap bebas. Setelah jalan napas bebas

tetapi masih ada gangguan ventilasi mak harus dicari penyebab yang lain.

9

Page 10: RKPM 4-Airway Management

Penyebab lain terutama adalah gangguan pada mekanik ventilasi dan depresi pada susunan

saraf pusat.

Untuk inspirasi agar diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan nafas yang bebas,

kekuatan otot respirasi yang kuat, dinding thoraks yang utuh, rongga pleura yang negative dan

susunan saraf yang baik.

Bila ada gangguan dari unsur-unsur mekanik di atas maka akan menyebabkan volume

inspirasi tidak adekuat, sehingga terjadi hipoventiasi yang mengakibatkan hiperkarbia dan

hipoksemia. Hiperkarbia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan

meningkatkan tekanan intracranial, yang dapat menurunkan kesadaran dan menekan pusat nafas

bila disertai hipoksemia keadaan akan makin memburuk. Penekanan pusat nafas akan

menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus dipatahkan dengan memberikan ventilasi dan

oksigenasi.

Pusat nafas bekerja secara otomatis dan menurut kendali. Oleh karena itu, pada penderita

dengan gangguan ventilasi dimana penolonbg belum mampu mnguasai ventilasinya dan masih

memerlukan kooperasi dengan pendirita, sebaiknya penderita tidak ditidurkan, tetap dalam

keadaan sadar.

Gangguan ventiasi dan oksigenasi juga dapat terjadi akibat kelainan di paru dan kegagalan

fungsi paru

Parameter ventilasi:

         PaCO2 (N: 35-45 mmHg)

         ETCO2 (N: 25-35 mmHg)

Parameter oksigenasi

         PaO2 (N: 80-100 mmHg)

·         SaO2 (N: 95-100%)

Penatalaksanaan Jalan Napas

a. Tanpa Alat

b. Dengan Alat

a. Penatalaksanaan Jalan Napas Tanpa Alat

10

Page 11: RKPM 4-Airway Management

Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap

memperhatikan kontrol servikal

Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal

sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh

Pemeriksaan Jalan Napas :

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna

mukosa/kulit dan kesadaran

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini

dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.

Tindakan

Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust

dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross

Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan

menekan gigi atas dan bawah.

Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan

pembersihan manual dengan sapuan jari.

11

Page 12: RKPM 4-Airway Management

Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya

sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)

Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila

dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan

dilakukan maneuver Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik

cross finger

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift,

jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.

Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger

sweep, pengisapan/suction.

Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.

2. Membersihkan jalan nafas

Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang

atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan

nafas hilang.

Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut

dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung

tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

12

Page 13: RKPM 4-Airway Management

Gambar 3. Tehnik finger sweep

3. Mengatasi sumbatan nafas parsial

Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal thrust

Chest thrust

Back blow

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia

Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)

Gerak dada dan perut paradoksal

Sianosis

Kelelahan dan meninggal

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas

Beri oksigen bila ada 6 liter/menit

Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher

netral

Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

13

Page 14: RKPM 4-Airway Management

Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah

tampak menutupi jalan nafas

Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban

pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!

Chin Lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian

angkat.

Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien

dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala

menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Gambar 5. tangan kanan melakukan  Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head

tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

Jaw thrust

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada

di depan barisan gigi atas

14

Page 15: RKPM 4-Airway Management

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda

padat.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

15

Page 16: RKPM 4-Airway Management

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua

lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada

perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan

tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke

atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut

di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas

pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama.

Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan,

yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah

ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma

dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut

pada tepi meja atau belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti,

lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat

dengan tulang punggung/vertebrae)

16

Page 17: RKPM 4-Airway Management

Gambar 10. Back blow pada bayi

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari

tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila

penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing,

beri nafas buatan

b. Penatalaksanaan Jalan Napas dengan Alat

Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan sempurna

dan fasilitas tersedia.

Peralatan dapat berupa :

a. Pemasangan Pipa (tube)

Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo), pipa

nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.

Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap

terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup

jalan nafas terutama bagi penderita tidak sadar

Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari

aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan

b. Pengisapan benda cair (suctioning)

Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan dengan alat

bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)

17

Page 18: RKPM 4-Airway Management

Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk mencegah

suction masuk ke dasar tengkorak

c. Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas

Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring maka tidak

mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu berupa : laringoskop, alat

pengisap, alat penjepit.

d. Membuka jalan nafas

Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi

Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak mungkin

dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang

terlatih, dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau atau trakeostomi.

e. Proteksi servikal

Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal terutama pada

multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.

Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak. Posisi kepala

harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)

Gambar 1. Sebagian peralatan pengelolaan jalan napas

MATERI PENGAYAAN

http://www.youtube.com/watch?v=QH6Yq_IfjaU

http://www.youtube.com/watch?v=DJY89_jC_ZY

MATERI UNTUK LATIHAN

18

Page 19: RKPM 4-Airway Management

1. Jelaskan fisiologi pernapasan!

2. Jelaskan jenis-jenis kegawatan pada system pernapasan!

3. Jelaskan penanganan/manajemen jalan napas tanpa alat dan dengan alat!

JAWABAN

1. Respirasi ialah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dalam lingkungan sekitarnya.

Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu eksternal dan internal. Respirasi eksternal

ialah pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya. Pertukaran ini meliputi beberapa

proses yaitu:

Ventilasi: proses masuk udara sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveoli

Distribusi: distribusi dan pencampuran molekul-molekul gas intrapulmoner

Difusi: masuknya gas-gas menembus selaput alveolo-kapiler

Perfusi: pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat.

2. Kegawat daruratan dalam sistem respirasi terbagi menjadi dua jenis yaitu:

a. kegawatdaruratan pada gangguan jalan napas (airway)

- obstruksi jalan napas

b. kegawatdaruratan pada gangguan ventilasi (breathing)

3. Pertolongan Tanpa Alat :

a. Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Back Blow

Heimlich manouver

Chest trust

Abdominal trust

Pertolongan dengan Alat

Pemasangan pipa (nasal kanul, RM, NRM, dll)

Pemasangan suction

Intubasi dengan laringoskop, ET, dll

Proteksi servikal dengan colar neck

19

Page 20: RKPM 4-Airway Management

Needle Krikoitiroidotomi, tracheostomi

Soal Kasus

1. Seorang ibu, panik ketika anaknya yang berusia 3 minggu tiba – tiba biru pucat dan kejang.

Kejadian tersebut sesaat setelah bayi disuapi pisang ambon yang dikeruk dengan sendok.

Apa yang terjadi pada anak tersebut dan bagaimana penatalaksanaan jalan napas pada infant!

2. Bule 11 tahun makan bakso di restoran. Saat sedang makan bakso tiba-tiba berdiri gebrak

meja sambil menunjuk lidah, wajah panik karena sulit nafas. Bagaimana penatalaksanaan

jalan napas pada tersedak?

3. Seorang pemuda, mengalami tersedak biji rambutan. Upaya untuk mengatasi dengan

heimlich manuver sudah dilakukan oleh tetangganya yang kebetulan seorang perawat, tetapi

tetap tidak berhasil. Bagaimana penatalaksanaan jalan napas pada tersedak?

4. Korban KLL dengan GCS 10 baru saja datang ke UGD. Sesekali terlihat muntah.

Bagaimana penatalaksanaan jalan napas di RS?

5. Korban jatuh dari truk dengan multipel trauma GCS 2:2:2 hemodinamik tidak stabil.

Bagaimana penatalaksanaan jalan napas di pre hospital dan penanganan kelannjutan di RS?

6. Pasien di UGD dengan Riwayat Ca Nasofaring tampaknya sudah mulai metastase ke lidah,

kesadaran menurun dan kesulitasn bernafas. Bagaimana penatalaksanaan jalan napas pada

pasien tersebut?

DAFTAR PUSTAKA

Curly, M.A., Smith. J. B., Moloney-Harmon, P.A., 1996. Critical care of infants and children.

United States. W.B Saunders Company

O’Keefe., Limmer D., Grant. H.D., Murray R.H., Bergebon J.D. 1998.Emergency Care. 8th ed.

Brady/Prentice Hall: Upper Saddle River, NJ07458

Oman, K.S., Koziol-McLain., Scheetz, L.J., 2002. Panduan belajar keperawatan emergensi.

Jakarta. Buku kedokteran EGC

Singh. N.C 1997. Manual of pediatric critical care. United Stated. W.B Saunders Company

Hudak, C.M., Gallo, B, M., Morton, P, G., 1994. Critical care nursing: A holistic approach. 7th

ed. Philadephia. Lippincott

T.E.OH. 2009. intenive care manual. 5th ed. Butterworth Heineman: Melbourne

20

Page 21: RKPM 4-Airway Management

Cummins, R. O., 1997. Advance Cardiac Life Support. American Heart Association.

Grant, Harvey, et. all, 1986, Emergency Care, 4th edition, Prentice-Hall Inc, Englewood Cliffs,

New Jersey

Sheely, S.B., 1992. Emergency Nursing. Principle and Practice. 3rded, St. Louis, Mosby-

year. Book, inc

21